PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA NEGERI DI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ABSTRAK
PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PADA SMA NEGERI DI BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
EKA SUSANTI
Masalah dalam penelitian ini adalah unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling pada SMA Negeri di Bandarlampung yang kurang
baik. Adapun permasalahannya adalah “sejauhmana pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling di SMA Negeri Bandarlampung?”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas unjuk kerja konselor
sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan populasi seluruh
konselor sekolah di SMA Negeri Bandarlampung. Teknik pengumpulan datanya
adalah menggunakan angket tentang pelaksanaan unjuk kerja layanan bimbingan dan
konseling dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling yaitu dari
layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan
bimbingan belajar, layanan individual, layanan konseling kelompok, dan layanan
bimbingan kelompok sudah terlaksana secara optimal, kontinyu, dan konsisten.
Berdasarkan interval yang telah ditentukan sebelumnya diperoleh kategori, 52%69% merupakan kategori kurang baik, 70%-87% merupakan kategori cukup baik,

88%-104% merupakan kategori baik. Secara keseluruhan unjuk kerja konselor
sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sudah terlaksana
cukup baik, yaitu sebesar 85.04 %. Berdasarkan hasil dan kesimpulan, ada beberapa
saran yang dapat disampaikan: (1) konselor diharapkan dapat mempertahankan dan
meningkatkan layanan yang sudah terlaksana secara baik, serta layanan yang kurang
terlaksana secara baik diharapkan terlaksana secara baik, agar pemberian layanan
bimbingan dan konseling yang akan datang lebih baik lagi dan perkembangan diri
siswa semakin optimal. (2) peneliti berikutnya disarankan untuk dapat melakukan
penelitian lainnya mengenai keefektivan unjuk kerja tersebut dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling, dan mengenai unjuk kerja konselor sekolah dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling didaerah lain.
Kata kunci: Unjuk kerja konselor

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

1.

Latar Belakang Masalah
Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.
Tanpa evaluasi tidak dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan
pelaksanaan program layanan bimbingan yang telah direncanakan. Evaluasi
program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan
program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa
keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi
yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian. Evaluasi kinerja konselor
sekolah dalan pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah adalah
segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas
kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di
sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai
dengan program bimbingan yang dilaksanakan.

Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada
terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan pihak-


2

pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu
siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.

Prayitno (2008: 114), menjelaskan bahwa:
“tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan
dan yang dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya,
berbagai latar belakang yang ada seperti latar belakang keluarga,
pendidikan, status sosial ekonomi, serta sesuai dengan tuntutan positif
lingkungannya. Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling
merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara
langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang
bersangkutan sesuai dengan kompleksitas permasalahnnya itu.”
Hal ini sejalan dengan tujuan umum layanan bimbingan dan konseling yang
telah ditetapkan oleh SK Mendikbud No 025/0/1995 bahwa bimbingan dan
konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan

belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir, melalui berbagai
jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang
berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik
dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan,
dan peningkatan individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut

3

merupakan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu
dengan lingkungan.
Asmani, (2010: 196) menyatakan bahwa:
“guru bimbingan konseling memiliki tugas, tanggung jawab, dan
wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling terhadap
peserta didik. Tugas guru bimbingan konseling konseling berhubungan
dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan,

potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah. Tugas
guru bimbingan konseling di sekolah yaitu membantu peserta didik
dalam beberapa hal, yaitu dalam bidang pengembangan kehidupan
pribadi, pengembangan kehidupan sosial, pengembangan kemampuan
belajar, pengembangan dan karier.”
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah harus dikaitkan dengan
perkembangan sumber daya manusia seutuhnya, pelayanan bimbingan, dan
konseling semestinya dapat menyediakan berbagai jenis layanan bimbingan
dan konseling yang dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya seperti masalah pribadi, sosial,
pekerjaan, dan lain sebagainya. Selain itu program bimbingan dan konseling
pada dasarnya memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mengenal
dirinya secara matang.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat diprediksikan bahwa semakin
tinggi pemahaman konselor sekolah tentang pelaksanaan layanan dalam
bimbingan dan konseling, layanan bimbingan dan konseling akan
dilaksanakan secara tertib dan lengkap, dan ini merupakan suatu tolak ukur
unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di SMA. Melalui penelitian ini, diharapkan menjadikan tolak ukur
unjuk kerja yang sudah dilaksanakan oleh konselor sekolah selama ini yang


4

ditemui di sekolah-sekolah, dan diharapkan terdapat perubahan pada konselor
sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah.

Ilfiandra (2006) mengemukakan bahwa mutu proses pelayanan bimbingan
konseling merujuk pada sejauh mana layanan bimbingan konseling
mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola, dan mendayagunakan
program, personel, fasilitas, dan pembiayaan secara optimal.

Sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan Bersama Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan

dan

Kepala

Badan


Administrasi

Kepegawaian

Nomor

0433/P/1993 dan nomor 25 tahun 1993, (dalam Muhammad, 2004: 28)
diharapkan pada setiap sekola ada petugas yang melaksanakan layanan
bimbingan, yaitu konselor sekolah dengan rasio satu orang konselor sekolah
untuk 150 orang peserta didik.

Pada waktu ini bimbingan dan konseling di sekolah belum menjelma menjadi
profesi yang diakui, meskipun telah banyak dirasakan manfaatnya dalam
membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Menurut Giyono, (42)
supaya diakui, bimbingan harus terus mengembangkan diri sehingga
pendidikan dan bimbingan, bahkan sekarang persyaratan yang perlu dipenuhi,
persyaratan itu salah satunya adalah pendidikan formal. Untuk tenaga-tenaga
bimbingan di sekolah diadakan lembaga pendidikan formal yang diakui,
misalnya banyak dibuka kembali jurusan atau program studi bimbingan dan
konseling, psikologi pendidikan dan bimbingan.


5

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMA N 14 Bandarlampung,
tanggal 9 Januari 2012 masih terdapat guru bidang studi yang merangkap
sebagai konselor sekolah hal ini karena konselor sekolah yang pendidikan
terakhirnya bimbingan konseling hanya dua orang saja dan tidak sesuai
dengan banyaknya kelas yang harus diasuhnya yaitu 17 kelas. Disana hanya
terdapat tiga konselor sekolah, bimbingan dan konseling yang dilakukan
disana pun lebih terfokus pada masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
siswa, melakukan razia kerapihan, dan razia alat komunikasi yang dilarang
untuk dibawa ke sekolah, guru-guru disana juga beranggapan bahwa konselor
sekolah dapat dilaksanakan oleh siapa saja hal ini diketahui saat peneliti
menanyakan kepada salah satu konselor sekolah yang ada di SMA tersebut.

Tujuan umum dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah
terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sesuai
dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membantu
perkembangan siswa secara optimal. Maka secara umum layanan bimbingan

dan konseling disekolah harus dikaitkan dengan perkembangan sumber daya
manusia Indonesia seutuhnya. Layanan bimbingan dan konseling juga
membantu siswa mengenal bakat, minat, kemampuan memilih dan
menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karir,
merupakan suatu keharusan layanan bimbingan, dan konseling disekolah
memberikan dan melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

6

Menurut Prayitno (2004:341) keseluruhan unjuk kerja konselor sekolah
meliputi beberapa gugus yang masing-masing gugus terdiri atas sejumlah
butir unjuk kerja. Unjuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang ditampilkan
oleh seorang guru pembimbing dalam rangka pelaksanaan tugas atau
pengembangan profesional bimbingan dan konseling. Selanjutnya masingmasing butir unjuk kerja itu dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan
atau

rasional,

tekhnik-tekhnik


khusus

sarana

serta

perlengkapan

pendukungnya. Sehingga butir unjuk kerja itu dapat terlaksana secara efektif
dan efisien. Lebih jauh lagi, pelaksanaan butir-butir unjuk kerja tersebut perlu
ditunjang oleh sarana kerja nilai dan sikap, serta kemampuan khusus konselor
sekolah, tampaklah bahwa masing-masing butir untuk kerja tersebut
merupakan kegiatan yang cukup kompleks yang sekaligus terpadukan
didalamnya unsur-unsur keilmuan, tehnik, nilai, sikap, dan kemauan.

Berdasarkan uraian, maka penulis melakukan kajian dengan judul
“Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling pada SMA Negeri di
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

7


2.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
a. Ada sekolah yang konselor sekolahnya kurang memahami pelaksanaan
layanan bimbingan konseling.
b. Ada sekolah yang konselornya hanya berfokus pada siswa yang
bermasalah saja.
c. Ada konselor sekolah yang kurang berperan dalam melaksanakan layanan
bimbingan konseling disekolah.
d. Ada sekolah yang beranggapan konselor bisa dilaksanakan oleh siapa saja.

3.

Batasan Masalah
Dalam pembatasan masalah, peneliti memfokuskan penelitian pada unjuk
kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
di SMA Negeri Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

4.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Apakah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
SMA Negeri Bandarlampung kurang baik?”.

8

B. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Adapun secara umum tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di SMA Negeri Bandarlampung.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dilihat dari segi teoritis dan praktis, yaitu sebagai
berikut:
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsepkonsep ilmu pengetahuan, mengenai unjuk kerja konselor sekolah
dalam pelaksanaan bimbingan konseling.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini beguna untuk memberikan bahan masukan
atau sumbangan pemikiran kepada kepala sekolah, guru bidang studi,
konselor sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya dalam unjuk kerja
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri
Bandarlampung, dan sebagai bahan masukan bagi mahasiswa
bimbingan dan konseling, serta dapat juga sebagai informasi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendapat informasi tentang
evaluasi unjuk kerja konselor sekolah.

9

C. Ruang Lingkup Penelitian
Supaya lebih jelas dan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah
ditetapkan maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini sebagai
berikut:
1. Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan
konseling tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah.
2. Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah unjuk kerja konselor
sekolah SMA Negeri Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013
3. Ruang Lingkup Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah konselor sekolah yang ada di SMA
Negeri Bandarlampung.
4. Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah SMA Negeri
Bandarlampung.
5. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan surat
penelitian pendahuluan yaitu Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir adalah dasar dari penelitian yang dipadukan dari fakta-fakta,
observasi dan telaah kepustakaan yang memuat teori, dalil, atau konsep-

10

konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka pemikiran
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Menurut Winkel (1991:105) konselor sekolah adalah tenaga profesional yang
memperoleh pendidikan khusus di Perguruan Tinggi dam mencurahkan
seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. Jadi yang dimaksud dengan
unjuk kerja konselor sekolah adalah cara kerja seorang konselor sekolah
dalam mewujudkan tugas dan perannya dalam melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling. Konselor sekolah merupakan petugas profesional,
artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi
pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus untuk mengusai
seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan
konseling.

Menurut Sukardi (2002:1) bimbingan dan konseling merupakan salah satu
komponen dari pendidikan kita, mengingat bahwa bimbingan dan konseling
adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada
individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutunya. Menurut Djamarah (2005: 37) unjuk kerja konselor
sekolah, tidak dapat diabaikan karena konselor sekolah harus terlibat dengan
kehidupan di masyarakat, dengan interaksi sosial, tidak sebatas dinding
sekolah tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
Menurut Prayitno (2004: 359) perwujudan tugas dan peranan konselor sekolah
di sekolah itu berupa unjuk kerja pelayanan bimbingan dan konseling, unjuk

11

kerja itulah yang akan menjadi ukuran apakah konselor dengan pelayanan
bimbingan dan konselingnya benar-benar di harapkan oleh sekolah yang selalu
dinamis dan berkembang. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang
akan dilakukan dalam rangka pemberian layananan bimbingan dan konseling,
selanjutnya layanan akan bisa dilihat dari unjuk kerja konselor sekolah itu
sendiri. Perwujudan tugas dan peranan tersebut berupa unjuk kerja konselor
sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Unjuk kerja itulah yang
menjadi ukuran cara konselor sekolah di SMA Negeri Bandarlampung dalam
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.
Dari manusia artinya pelayanan ini diselenggarakan berdasarkan hakikat
keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya. Bimbingan
secara umum dapat diartikan berada dalam bentuk pendidikan, bimbingan
mengandung layanan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan siapa saja
yang dapat dibantu, bimbingan tegasnya merupakan bantuan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain sehubungan dengan membuat dan
memutuskan pilihan.
Sehubungan dengan kegiatan menyesuaikan diri dapat pula sehubungan dengan
jalan memecahkan masalah atau kesulitan, tujuannya supaya orang yang
dibantu atau dibimbing dapat meningkatkan derajat kemandiriannya dan
meningkatkan kecapakan. Pada ungkapan tujuan tadi terkandung makna bahwa
hal itu tidak dapat dicapai jika hanya sepintas saja bantuannya, melainkan harus
jangka panjang serta dengan perencanaan program yang sistematis, dengan kata
lain bahwa bimbingan harus melalui proses, telah banyak pengertian yang
dirumuskan oleh para ahli tentang bimbingan dan konseling.

13

Menurut pandangan Crow & Crow (dalam Prayitno dan Erman Amti 2008: 94)
menyatakan bimbingan adalah:
“Bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang
memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada
individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan
hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, dan
menanggungnya bebannya sendiri”.
Sedangkan pengertian konseling menurut Jones (dalam Prayitno dan Erman
Amti 2008 : 100):
“konseling adalah egiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua
pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri
oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung
memecahkan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk
klien. Konseling harus ditunjukkan pada perkembangan yang progresif
dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa
bantuan”.
Dari pendapat diatas maka jelas bahwa bimbingan dan konseling di sekolah
adalah proses pemberi bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang
klien atau siswa terus menerus. Dengan bimbingan dan konseling diharapkan
klien atau siswa dapat menentukan pilihan-pilihan menyesuaikan diri,
memahami dirinya mencapai kemampuan yang optimal memikul tanggung
jawab.
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak
dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling fungsi-fungsi
itu harus diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang

14

terkandung didalam masing-masing fungsi. Setiap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu
kepada satu atau lebih fungsi bimbingan, agar hasil yang dicapai secara jelas
dapat di identifikasi dan dievaluasi.
Menurut Prayitno (2008: 197) terdapat empat fungsi dari bimbingan dan
konseling yaitu:
a. Fungsi Pemahaman
Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan secara terusmenerus dan sistematis oleh seorang pembimbing kepada siswa atau peserta
didik. Pembimbing harus dapat memahami berbagai aspek yang menunjang
dan dapat membantu perkembangan siswa secara sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki serta kepribadian yang ada. Pemahaman yang sangat perlu
dihasilkan oleh layanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman
tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh
pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang
lingkungan klien oleh klien.
b. Fungsi Pencegahan
Usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah dalam fungsi layanan ini
yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari barbagai
masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Hal tersebut dapat
ditempuh melalui program bimbingan yang sitematis, sehingga hal-hal yang
dapat menghambat seperti kesulitan belajar, masalah sosial, kekurangan
informasi, dan sebagainya dapat terhindar.

15

c. Fungsi Pengentasan
Dalam kenyataan tidaklah mungkin anak terbatas dan kadang ia mengalami
masalah atau kesulitan ringan atau berat. Dalam berbagai masalah itu anak
belum tentu dapat memecahkan permasalahan yang ia hadapi walaupun itu
hanya masalah ringan apalagi masalah yang sangat berat dan komplit
permasalahannya.

Dalam

hal

ini

fungsi

pengentasan

membantu

memecahkan masalah yang dihadapi.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Seluruh potensi yang dimiliki seseorang itu perlu dikembangkan agar
petensi itu dapat berkembang sesuai yang diharapkan dan seoptimal
mungkin. Seseorang perlu mendapatkan beberapa hal, diantaranya ada
dorongan atau motivasi dari pihak lain, seperti dari keluarga, fasilitas
maupun dari guru pembimbing.

Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai
pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu
berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan
dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan perkembangan dan
kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang menjadi fokus pelayanan
yang dimaksud. Kegunaan, manfaat, keuntungan ataupun jasa yang diperoleh
dari adanya suatu pelayanan, merupakan hasil dari terlaksananya fungsi
pelayanan.

16

3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (2008: 218) dalam pelayanan bimbingan dan konseling perlu
diperhatikan sejumlah prinsip yaitu:
a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan
1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi tingkah laku individu
yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai
aspek perkembangan individu.
4) Bimbingan kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok
pelayanannya.

b. Prinsip berkenaan dengan masalah individu
1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental atau fisik individu tehadap penyesuai diri
dirumah, disekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial, dan
pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental,
dan fisik individu.
2) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu yang semuanya menjadi perhatian
utama palayanan bimbingan dan konseling.

17

c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan
1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya
pendidikan dan perkembangan individu. Oleh karena itu program
Bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan
program pendidikan serta perkembangan peserta didik.
2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, sesuai dengan
kebutuhan individu, kondisi, masyarakat, dan kondisi lembaga.
3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari
jenjang pendidikan dari yang terendah sampai yang tertinggi.
4) Tahap isi dan pelaksaan program bimbingan dan konseling perlu
diadakan penilaian yang teratur dan terarah.
d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan
1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu
yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi
masalahnya.
2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan
dilakukan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri,
bukan kerena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.
3) Permasalahan individu harus ditangani oleh ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan yang dhadapi.
4) Dilaksanakan oleh tenaga ahli yang memperoleh pendidikan dan latihan
khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
5) Kerjasama antara guru pembimbing, guru-guru lain, dan orang lain
menentukan hasil pelayanan bimbingan.

18

6) Guru dan konselor berada dalam satu rangka upaya pelayanan.
7) Perkembangan program-program pelayanan bimbingan dan konseling
ditempuh melalui pemanfaatan yang efektif maksimal dari hasil
pengukuran dan penelitian terhadap individu.
8) Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan
dengan kebutuhan individu dengan lingkungannya.
9) Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling
hendaknya diletakkan dipundak seorang pemimpin program yang
terlatih dan terdidik.
10) Penilaian periodik perlu dilakukan terhadap program yang sedang
berjalan.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori
dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi
penyelenggaraan pelayanan. Prinsip-prinsip itu berkenaan dengan sasaran
pelayanan, masalah individu, program, dan penyelenggaraan pelayanan dan
bimbingan konseling. Konselor terikat oleh prinsip-prinsip tersebut, disekolah
maupun di luar sekolah.
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (2008: 112) terdapat dua tujuan dari bimbingan dan
konseling yaitu:
a. Tujuan umum program bimbingan dan konseling
Setelah siswa memperoleh bimbingan di sekolah, maka tujuan yang ingin
dicapai adalah:

19

1) Mengikuti kemauan-kemauan atau saran-saran konselor.
2) Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif.
3) Melakukan pemecahan masalah.
4) Melakukan mengambil keputusan, pengembangan kesadaran, dan
pengembangan pribadi.

b. Tujuan khusus program bimbingan dan konseling
Setelah siswa memperoleh layanan bimbingan di sekolah, maka tujuan
khusus yang ingin dicapai di antaranya:
1) Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam
memahami lingkungannya termasuk lingkungan sekolah, keluarga, dan
kehidupan masyarakat yang lebih luas.
2) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
3) Agar para

siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan

menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam pendidikan dalam
lapangan kerja.

Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan
umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang
dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas
permasalahannya itu. Masalah-masalah individu bermacam ragam jenis,
itensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena
itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu
bersifat unik pula.

20

5. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati
oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut untuk
memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asas-asas itu akan
memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan atau kegiatan,
sedangkan

pengingkarannya

akan

dapat

menghambat

atau

bahkan

menggagalkan pelaksanaan serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Asas-asas bimbingan dan konseling menurut Prayitno (2008:114-120)
a. Asas Kerahasiaan
Yaitu mengandung arti bahwa segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada
konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau
keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.

b. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan,
baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari pihak konselor. Klien
diharapkan secara suka rela tanpa ragu-ragu atau merasa terpaksa, menyimpan
masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segenap fakta, data, yang
berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga
hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata
lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.

21

c. Asas Keterbukaan
Dalam

pelaksanaan

bimbingan

konseling

sangat

diperlukan

suasana

keterbukaan, baik keterbukaan konselor maupun keterbukaan dari klien.

d. Asas Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang
dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah yang mungkin
akan dialami dimasa yang akan datang.

e. Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan peserta didik dapat
berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, atau tergantung pada konselor.

f. Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila
klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan
konseling.

g. Asas kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan
pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

h. Asas keterpaduan
Yaitu pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan sebagai aspek
kepribadian klien. Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek

22

kepribadian yang kalau keadaanya tidak seimbang, serasi, dan terpadu justru
akan menimbulkan masalah.

i. Asas kenormatifan
Bahwa usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan normanorma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum
negara, norma ilmu, atau kebiassaan sehari-hari.

j. Asas keahlian
Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan
sistematik dengan menggunakan prosedur, tekhnik, dan alat (instrumentasi
bimbingan dan konseling) yang memadai.

k. Asas alih tangan
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas ahli tangan jika
konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu
individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana
diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas
atau badan yang lebih ahli.

l. Asas tutwuri handayani
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya
dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap kepada konselor
saja, namun diluar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun

23

hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan
konseling itu.
Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik diharapkan proses
pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya
apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan
yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling,
bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat didalam pelayanan
bimbingan dan konseling itu sendiri.
6. Jenis- Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Adapun jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dikemukakan
oleh Sukardi (2002: 43) adalah sebagai berikut:
1) Layanan orientasi yaitu memberikan pengenalan kepada siswa tentang
kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya agar siswa
memperoleh penyesuaian diri dalam situasi pendidikan yang dihadapinya.
Materi kegiatan layanan orientasi menyangkut:
a) Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.
b) Peraturan dan hak- hak serta kewajiban siswa.
c) Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan
hubungan sosial siswa.
d) Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya.
e) Peranan kegiatan bimbingan karir.
f) Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala
jenis masalah dan kesulitan siswa.

24

2) Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan
pihak-pihak lain menerima dan memahami informasi (seperti informasi
pendidikan, jabatan, dan informasi sosial) yang dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan.
Materi layanan informasi menyangkut:
a)

Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan
perkembangan pribadi.

b) Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta
bentuk-bentuk penyaluran, dan pengembangannya.
c)

Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma, dan sopan santun.

d) Nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang
di masyarakat.
e)

Mata pelajaran dan pembidangannya seperti progam inti, program
khusus, dan program tambahan.

f)

Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti ujian.

g) Fasilitas penunjang atau sumber belajar.
h) Cara mempersiapkan diri dan belajar disekolah.
i)

Syarat-syarat memasuki suatu jabatan, kondisi jabatan, karir, serta
prospeknya.

j)

Langkah-langkah yang perlu ditempuh guna menetapkan karir.

k) Memasuki perguruan tinggi yang sejalan dengan cita-cita karir.
l)

Pelaksanaan pelayanan bantuan untuk masalah pribadi, sosial, belajar,
dan karir.

25

3) Layanan penempatan dan penyaluran layanan yang memungkinkan siswa
memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (penempatan atau
penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program khusus
kegiatan koekstrakurikuler atau ekstrakulikuler) sesuai dengan potensi,
bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya .
Materi kegiatan layanan penempatan dan penyaluran meliputi:
a) Penempatan kelas siswa, jurusan, dan pilihan ekstrakurikuler yang dapat
menunjang pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat, dan
minat
b) Penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar,
dan organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.
c) Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuhan
siswa, baik pengajaran, perbaikan maupun program pengayaan, dan
seleksi masuk perguruan tinggi.
d) Penempatan dan penyaluran siswa pada kelompok yang membahas
pilihan khusus program studi sesuai rencana karir, kelompok latihan
keterampilan, dan kegiatan ekstrakurikuler, atau magang, yang diadakan
sekolah atau lembaga kerja.
4) Layanan bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan
siswa berkenaan dengan mengembangkan diri sikap, dan kebiasaan belajar
yang baik, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainya.
Materi kegiatan layanan bimbingan belajar meliputi:
a) Mengembangkan pemahaman diri, terutama pemahaman sikap, sifat,
kebiasaan,

bakat, minat, kekuatan-kekuatan,

dan penyalurannya,

26

kelemahan-kelemahan,

dan

penanggulangannya,

dan

usaha-usaha

pencapaian cita-cita atau perencanaan masa depan.
b) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi bertingkah laku dalam
hubungan sosial dengan sebaya, guru, dan masyarakat luas.
c) Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam diskusi belajar dan berlatih
secara efektif dan efesien.
d) Tekhnik penguasaan materi pelajaran.
e) Membantu memantapkan pilihan karir yang hendak dikembangkan
melalui orientasi dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang
sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.
f) Orientasi belajar diperguruan tinggi.

5) Layanan konseling individual yaitu layanan yang diberikan oleh guru
pembimbing kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi
siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri
secara positif.
Materi layanan konseling individual meliputi:
a) Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri, dan kelemahan, bakat, dan
minat, serta penyalurannya.
b) Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.
c) Mengembangkan

kemampuan

berkomunikasi,

menerima,

dan

menyampaikan pendapat, bertingkah laku sosial, baik dirumah, sekolah,
dan masyarakat.

27

d) Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin, terlatih, dan
pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasaan, dan potensi
diri.
e) Pemantapan pilihan jurusan dan perguruan tinggi.
f) Pengembangan dan pemantapan kecenderungan karir dan pendidikan
lanjutan yang sesuai dengan rencana karir.
g) Informasi karir, dunia kerja, penghasillan, dan prospek masa depan karir.
h) Pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi pribadi, keluarga, dan
sosial.

6) Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah
siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber
tertentu (terutama dari konselor) yang berguna untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Materi layanan bimbingan kelompok meliputi:
a) Pengenalan dan sikap belajar, bakat, minat, dan cita-cita serta
penyalurannya.
b) Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, kekuatan diri, dan
pengembangannya.
c) Pengembangan

kemampuan

berkomunikasi,

menerima,

dan

menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik
dirumah, sekolah maupun di masyarakat, teman sebaya di sekolah dan
luar sekolah dan kondisi atau peratuaran sekolah.
d) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, baik disekolah,
dan dirumah sesuai dengan kemampuan pribadi siswa.

28

e) Pengembangan tekhnik-tekhnik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian sesuai dengan kondisi fisik, sosial, dan budaya.
f) Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan upaya memperoleh
penghasilan.
g) Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karir yang
hendak dikembangkan.
h) Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.

7) Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
Materi layanan konseling kelompok meliputi:
a) Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan, bakat, minat, dan
penyalurannya.
b) Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya, pengenalan
kekuatan diri, dan pengembangannya.
c) Perencanaan dan perwujudan diri.
d) Mengembangkan

kemampuan

berkomunikasi,

menerima,

dan

meyampaikan pendapat, bertingkah laku, dan hubungan sosial, baik
dirumah, sekolah, maupun masyarakat.
e) Mengembangkan hubungan teman sebaya baik dirumah, sekolah,
masyarakat, sesuai dengan kondisi.
f) Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin belajar, dan
berlatih, serta tekhnik-tekhnik pengusaan materi pelajaran.

29

g) Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam kaitannya dengan
orientasi belajar diperguruan tinggi.
h) Mengembangkan kecenderungan karir yang menjadi pilihan siswa.
i) Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan prospek masa depan.
j) Informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karir yang akan
dikembangkan.
k) Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam rangka perwujudan diri.
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kegiatan belajar,
serta perencanaan, dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan
konseling menfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual,
kelompok, atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan juga
membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi
peserta didik.

B. Unjuk Kerja Konselor Sekolah
1. Pengertian Konselor Sekolah
Istilah konselor secara resmi digunakan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 dengan menyatakan “konselor adalah pendidik” dan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2005 menyatakan
“konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah” yang sebelumnya
menggunakan istilah petugas Bimbingan Penyuluhan (BP) dan guru
pembimbing. Sedangkan dalam pasal 39 ayat 2 UU Nomor 20 tahun 2003

30

tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan pendidik merupakan tenaga
profesional

yang

bertugas

merencanakan

dan

melaksanakan

proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, dan
pelatihan serta melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Semua pendidik, termasuk di
dalamnya

konselor

melakukan

kegiatan

pembelajaran,

penilaian,

pembimbingan, dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar
kognitif, afektif, psikomotor, serta keimanan, dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990, bab X pasal 27 ayat 2,
istilah guru pembimbing atau konselor sekolah adalah seorang guru yang
diangkat dengan Surat Keputusan sebagai guru. Akan tetapi karena dia lulusan
bimbingan dan konseling maka diberi tugas sebagai guru pembimbing yang
biasa disebut juga konselor sekolah.
Dari pengertian diatas sebagai seorang pendidik konselor sekolah adalah
tenaga profesional yang bertugas:
a.

Merencanakan dan menyelenggarakan proses pembelajaran.

b.

Menilai hasil pembelajaraan.

c.

Melakukan pembimbingan dan pelatihan.

Arah pelaksanaan yang dimaksud adalah melaksanakan pelayanan bimbingan
dan konseling berupa berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung serta
berbagai keterkaitannya. Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah

31

merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan
pribadi, sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan, dan pengembangan karir.
2. Tugas Pokok Konselor Sekolah
Konselor sekolah adalah konselor yang mempunyai tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan
dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa
depannya.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan “konselor adalah
pendidik” dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2005 mengemukakan konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di
sekolah. Konselor sekolah mempunyai tugas berkenaan dengan pelayanan
bimbingan dan konseling.
Dari tugas konselor sekolah adalah mengenal siswa dengan berbagai
karakteristiknya,

melaksanakan

konseling

perorangan,

bimbingan

dan

konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karir termasuk informasi
pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjut dan penilaian, konsultasi
dengan konselor, semua personil sekolah, orang tua, siswa, dan masyarakat.

32

Menurut Prayitno (2004: 209) mengemukakan tugas konselor sekolah, sebagai
berikut:
a.

Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling

b.

Merencanakan program bimbingan dan konseling terutama programprogram satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung untuk satuansatuan waktu tertentu, program-program tersebut dikemas dalam program
harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan

c.

Melaksanakan segenap satuan layanan bimbingan dan konseling.

d.

Melaksanakan segenap progam satuan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling.

e.

Menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan
pendukung.

f.

Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling.

g.

Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

h.

Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan yang dilaksanakan.

i.

Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator
bimbingan dan konseling dan kepala sekolah.

Dari penjelasan diatas secara umum tugas konselor sekolah adalah bertanggung
jawab untuk membimbing peserta didik secara individual sehingga memiliki

33

kepribadian yang matang dan mengenal potensi dirinya secara menyeluruh.
Dengan demikian diharapkan siswa tersebut mampu membuat keputusan
terbaik untuk dirinya, baik dalam memecahkan masalah mereka sendiri
maupun dalam menetapkan karir mereka dimasa yang akan datang ketika
individu tersebut terjun di masyarakat.
3. Definisi Unjuk Kerja Konselor Sekolah
Menurut Daryanto (1998) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia unjuk kerja
adalah sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan
kerja. Menurut Winkel (1991: 105) konselor sekolah adalah tenaga profesional
yang memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan
seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. Jadi yang dimaksud unjuk kerja
konselor adalah cara kerja atau kinerja seorang konselor sekolah dalam
mewujudkan tugasnya dan perannya dalam melaksanakan layanan bimbingan
konseling.
Menurut Prayitno (2004:341) keseluruhan unjuk kerja

meliputi beberapa

gugus yang masing-masing gugus terdiri atas sejumlah butir unjuk kerja.
Masing-masing unjuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang ditampilkan
oleh seorang guru pembimbing dalam rangka pelaksanaan tugas atau
pengembangan profesional bimbingan dan konseling. Selanjutnya masingmasing butir unjuk kerja itu dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan atau
rasional, tekhnik-tekhnik khusus sarana serta perlengkapan pendukungnya.
Sehingga butir unjuk kerja itu dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Lebih
jauh lagi, pelaksanaan butir-butir unjuk kerja tersebut perlu ditunjang oleh

34

sarana kerja nilai dan sikap, serta kemampuan khusus konselor sekolah.
Dengan demikian, tampaklah bahwa masing-masing butir untuk kerja tersebut
merupakan kegiatan yang cukup kompleks yang sekaligus terpadukan
didalamnya unsur-unsur keilmuan, tehnik, nilai, sikap dan kemauan.
Perwujudan tugas dan peranan tersebut berupa unjuk kerja pelayanan
bimbingan. Unjuk kerja itulah yang menjadi ukuran apakah konselor sekolah
benar-benar telah melakukan sesuatu yang berharga dan yang diharapkan oleh
sekolah yang selalu dinamis dan berkembang.

4. Bentuk-Bentuk Unjuk Kerja Konselor
Menurut Prayitno (2004: 341) rumusan tentang unjuk kerja itu mengacu
kepada wawasan dan keterampilan yang hendaknya dapat ditampilkan oleh
para lulusan program studi bimbingan dan konseling. Keseluruhan rumusan
unjuk kerja itu meliputi 28 gugusan yang masing-masing terdiri dari atas
sejumlah butir unjuk kerja, butir. Ke-28 gugus adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan dan konseling.
Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling.
Menyusun program bimbingan dan konseling.
Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
Mengungkapkan masalah klien.
Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan,
dan kondisi kepribadian.
g. Menyusun dan mengembangkan himpunan data.
h. Menyelenggarakan konseling perorangan.
i. Menyelenggrakan bimbingan dan konseling kelompok.
j. Menyelenggarakan orientasi studi siswa.
k. Menyelenggarakan kegiatan kooekstrakurikuler dan ekstrakurikuler.
l. Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
m. Membantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajaran
perbaikan dan program pengayaan.
n. Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar.
o. Menyelenggarakan pelayanan penempatan siswa.

35

p.

Menyelenggarakan bimbingan karier dan pemberian informasi pendidikan
atau jabatan.
q. Menyelenggarakan konferensi kasus.
r. Menyelenggrakan terapi perpustakaan.
s. Melakukan kunjungan rumah.
t. Menyelenggarakan lingkungan klien.
u. Merangsang perubahan lingkungan klien.
v. Menyelenggarakan konsultasi khusus.
w. Mengantar dan menerima alih tangan.
x. Menyelenggarakan diskusi profesional.
y. Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dalam bidang bimbingan dan
konseling.
z. Memahami hasil dan meyelenggarakan penelitian dalam bidang bimbingan
dan konseling.
aa. Menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling pada lembaga atau
lingkungan yang berbeda.
bb. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi bimbingan dan
konseling.
Jadi yang dimaksud dengan unjuk kerja konselor sekolah adalah cara kerja
konselor sekolah dalam mewujudkan tugas dan perannya dalam melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling. Selanjutnya masing-masing dari kinerja
tersebut dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan, teknik-teknik khusus,
sarana serta perlengkapan pendukungnya, sehingga unjuk kerja tersebut dapat
terlaksana dengan baik dan efisien.
C. EvaluasiUnjuk Kerja Konselor Sekolah dalam Pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling
Kinerja guru bimbingan konseling dapat dirasakan apabila manajemen layanan
bimbingan konseling dilaksanakan dengan baik. Fungsi-fungsi manajemen
diimplementasikan dalam kegiatan bimbingan konseling terlihat dan dapat
diwujudkan

dalam

perencanaan

program

bimbingan

konseling,

pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan dan
konseling, penetapan staf bimbingan dan konseling, lalu menggerakkan atau
meningkatkan SDM untuk melaksanakan tugas masing-masing dengan cara

36

memberikan motivasi, dan terakhir mengevaluasi kegiatan serta hasil yang
dicapai melalui aktivitas layanan yang telah dicapai.

Menurut Djamarah (2005: 37) unjuk kerja konselor sekolah, tidak dapat
diabaikan karena konselor sekolah harus terlibat dengan kehidupan di
masyarakat, dengan interaksi sosial, tidak sebatas dinding sekolah tetapi juga
sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Konselor sekolah
merupakan petugas profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan
oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara
khusus untuk mengusai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi
pekerjaan bimbingan dan konseling.

Solehudin (1993) menyimpulkan bahwa:
“ruang lingkup kinerja guru bimbingan konseling di sekolah meliputi
aktivitas-aktivitas seperti, menyusun program bimbingan, mengumpulkan
data dan mengolah data siswa, menyelenggarakan program informasi dan
orientasi, menyelenggarakan pelayanan penempatan, menyelenggarakan
konseling,
menyelenggarakan
pelayanan
pelimpahan
(referal),
menyelenggarakan bimbingan kelompok dan bimbingan karier,
menyelenggarakan pelayanan konsultasi bagi staf sekolah dan orang tua,
menyelenggarakan hubungan masyarakat, mengorganisasikan dan
mengadministrasikan pelaksanaan program bimbingan, mengembangkan
kemampuan profesioanal, dan menyelenggarakan evaluasi dan
pengembangan program”.
Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan
dan konseling. Evaluasi program bimbingan merupakan usaha untuk melihat
sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk
mengetahui efektivitas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya

37

mengambil keputusan. Evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan drajat kualitas
kemajuan kegiatan yang berkaitan pelaksanaan program