MULTILEVEL MARKETING MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI) DALAM PERSPEKTIF UNDANG UNDANG NO.07 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN, FIKIH MUAMALAH DAN FATWA DSN MUI NO.75DSNMUIVII2009 TENTANG PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS) SKRIPSI Diajukan untuk Memen

  

MULTILEVEL MARKETING

MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI) DALAM

PERSPEKTIF UNDANG UNDANG NO.07 TAHUN 2014

TENTANG PERDAGANGAN, FIKIH MUAMALAH

  

DAN FATWA DSN MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009

TENTANG PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG

SYARIAH (PLBS)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh

MUJITO

  

NIM 21412013

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI ’AH

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

“We are born for doing great things!”

“If you think can, Impossible will be possible!”

  

“Time be lost before again!”

Sekali Melangkah pantang wajah berpaling ke belakang!”

“Hidupkanlah hidupmu dengan kesibukan dan kesuksesan!“

  

“Bekerjalah untuk masa depan bangsa dan agamamu!”

“Man Jadda wa jadda!”

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada Sang Maha Pencipta, Allah Swt, Nabi Muhammad Saw, Ibunda Siti Aminah, Ayahanda Sujadi, Guru, Kak Sumiyati, Kak Wahyuningsih, Semua teman-temanku di organisasi Menwa Yon. 953 IAIN Salatiga, Dema Institut IAIN Salatiga Masa Bhakti 2016,

  Ma‟had Al-Ishlaah Tingkir Lor, guru-guru MI Kadirejo 02 yang senantiasa memotivasiku; Semua dosen, karyawan dan teman-teman baik di kampus satu maupun kampus dua, Asatidz-asatidzah, tetanggaku yang menyayangiku, warga desaku yang ramah, dan semua teman yang pernah aku kenal terutama yang membuatku tegar dalam menghadapi beberapa masalah. Terimakasih atas dukungan kalian semua, aku mampu menyelesaikan perjuanganku menuju gelar sarjana Hukum dan menjadi orang yang besar seperti sekarang ini. Semoga amal-amal kalian dicatat sebagai amal yang memenuhi timbangan kelak di akhirat dan mendapatkan ridha-Nya, Amiin.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya hingga karya tulis dengan judul “Multilevel Marketing

  

Milionaire Club Indonesia (MCI) dalam Perspektif Undang Undang No.07

Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI

No. 75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah

  ”, Kita perlu mengerti praktik Multi Level Marketing yang sesuai dengan hukum positif dan hukum islam. Maka penerapan dari kedua hukum tersebut terhadap pelaksanaan Multi Level Marketing sangatlah penting. Sehingga, pemahaman yang akan konsep Multi Level Marketing yang baik menurut Undang Undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syari‟ah (PLBS) dapat menjauhkan masyarakat dari praktik Multi Level Marketing yang dilarang.

  Penulisan karya tulis ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, petunjuk, nasehat, bantuan dan kepercayaan dari semua pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimaksih kepada: 1.

  Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Dra. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

  3. Ibu Evi Ariyani, M. H selaku Kajur Hukum Ekonomi Syari‟ah IAIN Salatiga.

  4. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  5. Bapak Dr. Ilyya Muhsin, S.HI, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

  6. Seluruh dosen IAIN Salatiga dan karyawan akademik yang tidak dapat saya sebut satu persatu.

  7. Seluruh pegawai perpustakaan kampus IAIN Salatiga.

  8. Teman-teman baik itu di organisasi, kampus IAIN Salatiga, Ma‟had Al-Ishlah Tingkir Lor, Salatiga.

  9. Keluarga tercinta di rumah.

  Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti Maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat menyempurnakan karya tulis ini dimasa mendatang.

  Salatiga, Mei 2017 Peneliti

  

ABSTRAK

  Mujito. 2016. Multilevel Marketing Milionaire Club Indonesia (MCI) dalam

  

Perspektif Undang Undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Fikih

Muamalah dan Fatwa DSN MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah . Skripsi.

  Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ilyya Muhsin.

  Kata Kunci: Multilevel Marketing Milionaire Club Indonesia (MCI), Undang-Undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Fikih Muamalah, Fatwa DSN MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

  Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) di Salatiga

  dan sekitarnya merupakan salah satu jenis MLM yang banyak mengeluarkan produk kecantikan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik MCI di masyarakat. Selain itu, penelitian ini untuk mengetahui kedudukan hukumnya ditinjau dari Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Fikih Muamalah, dan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

  Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis dan yuridis-normatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek peneliti yaitu perilaku, persepsi motivasi, dan tindakan dari perilaku bisnis MCI. Teknik pengumpulan data dilakukan wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap para pelaku bisnis MCI, sedangkan dokumentasi meliputi website, dokumen resmi, buku-buku dan brosur/leaflet yang berkaitan dengan MCI.

  Dari hasil penelitian menyatakan bahwa praktik MLM MCI tidak memenuhi ketentuan-ketentuan hukum sebagai berikut: 1). Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan yaitu MCI menerapkan sistem skema piramida, 2). Fikih muamalah yaitu Jual beli di MCI mengandung unsur riba, maysir dan

  

dzulm, 3) Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan

  Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) yaitu transaksi jual beli di MCI mengandung unsur riba, maysir dan dzulm, MCI memberikan passive income, dan MCI melakukan kegiatan money game. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa praktik MLM MCI adalah money game dan termasuk transaksi muamalah yang dilarang.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... iv HALAMAN MOTO ............................................................................................. v PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii ABSTRAK ............................................................................................................ viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 4 E. Penegasan Istilah .............................................................................. 4 F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan.................................................. 9 2. Kehadiran Peneliti ....................................................................... 10 3. Lokasi Penelitian ......................................................................... 10

  4. Kebutuhan Dari Sumber Data ..................................................... 10 5.

  Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 11 6. Analisis Data ............................................................................... 12 7. Pengecekan Keabsahan Data....................................................... 13 8. Tahap-tahap Penelitian ................................................................ 13 H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14

  BAB II TINJAUAN UMUM MULTI LEVEL MARKETING DAN TEORI HUKUM ISLAM A. Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM) 1. Pengertian Multi Level Marketing .............................................. 16 2. Sejarah Berdirinya Multi Level Marketing ................................. 16 3. Karakteristik Bisnis MLM .......................................................... 18 4. Cara Kerja MLM ......................................................................... 21 B. Tinjauan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan ..................................................................................... 25 C. Tinjauan Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI /VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah ............ 32 1.

  Fikih Muamalah .......................................................................... 32 a.

  Tinjauan Umum Tentang Jual Beli ....................................... 32 1)

  Pengertian Jual Beli......................................................... 33 2)

  Dalil Hukum .................................................................... 33 3)

  Rukun dan Syarat Jual Beli ............................................. 34 4)

  Jenis-jenis Jual Beli ......................................................... 35

  a) Jenis-jenis Jual Beli yang diperbolehkan dalam Islam.........................................................................

  35

  b) Jenis-jenis Jual Beli yang tidak diperbolehkan dalam Islam ............................................................... 48

  2. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) ....................... 55 a.

  Ketentuan Hukum ................................................................. 55 b. Ketentuan Akad ..................................................................... 64

  BAB III PRAKTIK MLM MCI DI MASYARAKAT A. Profil MCI ........................................................................................ 67 B. Produk-produk Milionaire Club Indonesia .................................... 70 B. Sistem Milionaire Club Indonesia 1. Sistem Manajemen ...................................................................... 73 2. Sistem Pembagian Bonus MCI ................................................... 80 BAB IV PRAKTIK MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI) MENURUT UNDANG-UNDANG NO.07 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN, FIKIH MUAMALAH, dan FATWA DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 TENTANG PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARI‟AH (PLBS) A. Tinjauan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 Tentang MCI ........ 86 B. Tinjauan Fikih Muamalah Tentang MCI ......................................... .90 1. Ketentuan hukum ....................................................................... .90

  2. Ketentuan Akad ......................................................................... .96 C. Tinjauan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang

  MCI 1.

  Ketentuan hukum ....................................................................... 99 2. Ketentuan Akad ......................................................................... 107

  BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ................................................................................ 112 B. SARAN ............................................................................................ 114 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan MLM dengan Money Game ................................................ .30Tabel 3.1 Daftar Harga Paket Wow ...................................................................... .75Tabel 3.2 Daftar Harga Paket Upgrade ................................................................. .76Tabel 3.3 Daftar Harga Paket Reward .................................................................. .77Tabel 3.4 Daftar Harga Paket Reward 2 poin ....................................................... .77Tabel 3.5 Daftar Harga Paket Heboh .................................................................... .78Tabel 3.6 Daftar Harga Paket Diamond ................................................................ .78Tabel 3.7 Daftar Harga Paket Full Diamond ........................................................ .79Tabel 4.1 Tinjauan Undang-undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan

  Terhadap Praktik MLM MCI ................................................................ .89

Tabel 4.2 Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Praktik MLM MCI ..................... .98Tabel 4.3 Tinjauan Fatwa DSN-MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang

  Penjualan Langsung Berjenjang Syari‟ah (PLBS) Terhadap Praktik MLM MCI............................................................................................................111

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kantor Perwakilan MCI .................................................................. .69Gambar 3.2 skema bonus level ............................................................................. .81Gambar 3.3 skema bonus pasangan ...................................................................... .82Gambar 3.4 skema bonus cycle ............................................................................. .83

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam persaingan yang semakin kompetitif ini, tidak dipungkiri bahwa Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para angkatan kerja dengan meningkatnya jumlah pengangguran belakangan ini. Kondisi ini semakin diperburuk dengan situasi persaingan global

  (pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean/MEA) yang akan memperhadapkan masyarakat Indonesia bersaing secara bebas dengan negara lainnya. Oleh karena itu, mendirikan sebuah badan usaha atau menjalankan usaha bisnis merupakan bidang ekonomi yang mampu memberikan konstribusi yang positif dalam mereduksi angka pengangguran dan kemiskinan saat ini. Namun, Kendala financial, soft skill, dan minimya pengetahuan tentang

  entrepreneurship menyebabkan susahnya usaha mandiri dapat bertumbuh dengan cepat.

  Di tengah masalah tersebut, muncul sebuah sistem bisnis yang dapat menjanjikan keberhasilan financial dengan sistem pemasaan berjenjang yang dinilai dapat mendorong kemampuan seseorang di bidang marketing yang merupakan salah satu hal yang mendasari entrepreneurial yaitu, Multi Level

  Marketing (MLM). Sistem pemasaran jaringan yang memangkas jalur

  distribusi dalam penjualan konvensional karena tidak melibatkan distributor atau agen tunggal dan grosir atau sub-grosir tetapi langsung mendistribusikan kepada distributor independen yang bertugas sebagai pengecer. Keunikan sistem pemasaran ini terletak pada eksklusivitas cara pendistribusiannya, dimana hasil produksinya tidak dapat dibeli umum di tempat-tempat toko, pasar, swalayan, atau deparment store dan lain-lain, tetapi hanya dapat diperoleh melalui distributor langsung tersebut (Rozi, 2006:105-106).

  Sistem bisnis ini mulai diminati masyarakat dikarenakan bisnis Multi

  

Level Marketing ini adalah bisnis dengan modal yang relatif lebih kecil dengan

  peluang yang besar, mendapatkan passive income, dan tidak memiliki jam keja tertentu. Multi Level Marketing merupakan suatu metode penjualan barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh distributor secara berantai dan berjenjang. Maka tidak mengherankan jika perkembangan industri MLM di Indonesia belakangan ini cukup pesat. Menurut data APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia) pada tahun 2015 jumlah perusahaan MLM yang terdaftar di APLI sebanyak 84 perusahaan MLM (www.apli.or.id/anggota/ diakses 03 Agustus 2016).

  Dalam perkembangan selanjutnya, muncullah persoalan dimasyarakat terkait kehadiran MLM yakni, banyak masyarakat kita yang menjadi korban

  

money game , praktek MLM yang tidak sehat, praktik MLM yang berorientasi

  pada transaksi ilegal, transaksi yang tidak riil, tidak fair dan di dalamnya terdapat unsur penipuan, kebohongan dan investasi bodong. Sehingga menimbulkan keresahan masyarakat. Karena itu pemerintah membuat aturan undang undang perdagangan No.07 Tahun 2014 dan MUI mengeluarkan fatwa No.75/DSN/MUI/VII/2009 untuk standar menjadi perusahaan MLM yang baik dan untuk melindungi masyarakat dari tindakan curang yang dilakukan perusahaan MLM yang curang.

  Salah satu di antara bisnis MLM yang berkembang adalah Milionaire Club Indonesia (MCI). MCI adalah klub bisnis dibawah naungan PT. Milioner Group Indonesia (MGI) yang memberikan hak khusus kepada seluruh anggotanya untuk membangun jaringan pemasaran produk. PT. Milioner Group Indonesia (MGI) merupakan perusahaan di bidang kecantikan dan kesehatan.

  Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam praktik bisnis MLM MCI ini agar masyarakat secara bijak menilai MLM mana yang layak untuk diikuti atau tidak diikuti.

B. Rumusan Masalah

  Setelah melihat latar belakang penelitian yang ada maka peneliti akan membatasi rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini agar tidak terjadi kerancuan. Adapun Rumusan Masalah yang diambil adalah: 1.

  Bagaimana praktik bisnis Multi Level Marketing (MLM) Milionaire Club Indonesia (MCI) di masyarakat, 2. Bagaimana Multi Level Marketing (MLM) Milionaire Club Indonesia

  (MCI) menurut Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah secara umum dan secara khusus Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Untuk mengetahui praktik bisnis Multi Level Marketing Milionaire Club Indonesia di masyarakat.

2. Untuk mengetahui sistem bisnis Multi Level Marketing Milionaire Club

  Indonesia menurut Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

D. Kegunaan Penelitian

  Manfaat atau kegunaan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Sebagai bentuk sumbangan pemikiran dan masukan terhadap para pihak yang berkepentingan terutama masyarakat luas mengenai Multi Level

  Marketing.

2. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan terkait Multi Level Marketing.

E. Penegasan Istilah 1.

  Praktik Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata praktik merupakan kata benda yang mengacu pada arti dari sebuah pelaksanaan secara apa yang disebut dalam teori (Pusat Bahasa, 2007:892).

2. Multi Level Marketing (MLM)

  MLM adalah suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi. Perhatian utama dari MLM adalah menentukan cara terbaik untuk menjual produk dari suatu perusahaan melalui inovasi di bidang pemasaran dan distribusi. Pada prinsipnya, MLM hanya berkaitan dengan bagaimana bisa menjual suatu produk dengan lebih efisien dan efektif kepada pasar (Santoso, 2006:28). MLM didefinisikan sebagai Penjualan Langsung Berjenjang yakni cara penjualan barang atau jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut (Fatwa MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009).

  3. Milionaire Club Indonesia (MCI) MCI adalah klub bisnis dibawah naungan PT. Milioner Group Indonesia (MGI) yang memberikan hak khusus kepada seluruh anggotanya untuk membangun jaringan pemasaran produk. PT. Milioner Group Indonesia (MGI) merupakan perusahaan di bidang kecantikan dan kesehatan.

  4. Undang-undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Undang-undang dalah ketentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh pemerintah (menteri, badan eksekutif, dsb) disahkan oleh Parlemen (Dewan Pewakilan Rakyat, Badan Legislatif, dsb) ditandatangani oleh kepala negara (presiden, kepala pemerintah, raja) dan mempunyai kekuatan yang mengikat (Pusat Bahasa, 2007:1245). Selanjutnya, Undang-undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan adalah suatu aturan yang mengatur tentang tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa di dalam negeri dan melampui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi (http://seputarpengertian. blogspot.co.id/2014/11/pengertian tujuan dan lingkup pengaturan perdagangan.html diakses 07 Mei 2017).

  5. Fikih Muamalah Fikih muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah Swt. Yang telah ditetapkan berkaitan dengan interaksi dan perilaku manusia lainnya dalam upaya memeroleh, mengatur, mengelola, dan mengembangkan harta benda (al-maal) (Nawai, 2012:11).

  6. Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

  Dalam ilmu Ushul Fikih, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan seorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan peminta fatwa dalam suatu kasus yang bersifat tidak mengikat. Fatwa juga dapat diterjemahkan sebagai petuah, nasehat, jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan hukum (Dahlan, 1996:326). Selanjutnya, Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) adalah pedoman syariah terkait penjualan barang dan jasa dengan sistem Multi Level Marketing (MLM).

  Penerbitan fatwa ini diharapkan agar umat islam lebih berhati-hati kepada praktik MLM yang merugikan dan dilarang dalam syariah (DSN MUI, 2009:1)

F. Tinjauan Pustaka

  Penelitian tentang MLM sudah banyak dilakukan diantaranya penelitian yang ditulis oleh Ami Sholihat dengan judul Tinjauan Hukum Islam Tentang

  Insentif Passive Income Pada Multi Level Marketing Syariah di PT. K-Link Internasional . Adapun rumusan masalah penelitian tersebut adalah:

  1. Apa saja yang termasuk Insentif Passive Income di PT. K-Link International, 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang Insentif Passive Income pada Multi Level Marketing Syariah di PT. K-Link International.

  Hasil penelitian yang dilakukannya adalah sebagai berikut: 1.

  Insentif passive income didapatkan oleh member K-Link yang berperingkat atas seperti Royal Crown Ambassador, Crown Ambassador, Emerald Manager, Sapphire Manager, Diamond Manager, dan Senior Crown Ambassador. Peringkat-peringkat tersebut yang sudah mahir menduplikasikan K-System 3 samapai 5 lapis ke dalam tiga kaki utama dan fokus kerja selama 1-3 tahun.

  2. Menurut ketentuan hukum fatwa tentang PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang Syariah) No.75/DSN/MUI/VII/2009, bahwa PT. K-Link Internaional belum memenuhi fatwa tersebut karena insentif yang diperoleh

  member

  yang berperingkat mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari downline dan hasil jerih payah downline.

  Penelitian kedua dilakukan oleh Sunarno dengan judul skripsi

  Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga Pada MLM

  

Syari‟ah di PT. Ahad-Net Internasional. Adapun rumusan masalah penelitian

  tersebut adalah bagaimana tinjauan hukum islam terhadap sistem penetapan harga pada PT. AHAD-Net Internasional menurut penilaian mitra niaga. Hasil penelitian yang dilakukannyan adalah secara umum penetapan yang diberlakukan sesuai .dengan keinginan mitra niaga dan tidak mahal. Dengan kata lain, harga tersebut adil dan tidak memberatkan konsumen dan pengambilan keuntungan wajar. Namun jenis produk deterjen dinilai tidak adil karena harga tersebut dinilai mahal menurut mitra niaga. Secara keseluruhan, sistem penetapan harga pada PT. Ahad-Net Internasional sudah tidak ditemukan kebijakan yang bertentangan dengan hukum islam.

  Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Chusnul Chotimah dengan judul

  

Praktik Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Tianshi Solo di kalangan ustad

Ditinjau dari Hukum Islam . Adapun rumusan masalah penelitian tersebut

  adalah Apakah MLM Tianshi Solo telah sesuai hukum islam. Hasil penelitian yang dilakukannya adalah sebagai berikut: dilihat dari segi legalitas, segi produk, segi pembagian keuntungan serta jenjang kenaikan peringkat, Tianshi cukup transparan. Namun , hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan akan kebolehannya. Namun dalam praktiknya, Tianshi tidak sesuai dengan prinsip prinsip syariat. Diantaranya adalah praktik operasional Tianshi bertentangan dengan prinsip keadilan, prinsip musyarakah, prinnsip al-bir at

  

taqwa serta didalamnya terkandung unsur yang dilarang dalam islam yakni

  unsur jahalah (ketidak jelasan), unsur dharar (merugikan) dan unsur zulm (merugikan orang lain).

  Dari kajian yang telah kami lakukan terhadap penelitian di atas penelitian maka berbeda dengan penelitian sebelumnya karena dalam penelitian ini penulis menitikberatkan analisis yuridis praktik bisnis Multi level Marketing Milionaire Club Indonesia menurut UU No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Fikih Muamalah, dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis penelitian dan pendekatan Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Munawaroh, 2012: 17). Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan sosiologis dan yuridis-normatif. Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan yang menggunakan berbagai metode pengumpulan data, diantaranya metode pengamatan, metode wawancara, metode analisis life

  history , metode analisis folklore, metode mencatat mimpi, metode survei lintas budaya dan metode-metode lain (Bungin, 2011: 94).

  Sementara itu, pendekatan yuridis-normatif adalah pendekatan yang digunakan untuk menemukan apakah suatu perbuatan hukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku atau tidak.

  2. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain peneliti adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada, serta hubungan dengan informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang didapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber data yang mutlak. Dalam penelitian ini subjek penelitian mengetahui bahwa penulis adalah peneliti.

  3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian itu dilakukan.

  Penelitian tentang praktik bisnis Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) dilakukan di Kota Salatiga dan sekitarnya. Karena peneliti masih menemukan praktik bisnis MCI di wilayah tersebut, maka peneliti memilih lokasi tersebut.

  4. Kebutuhan dan sumber data Sumber data yang bisa didapatkan untuk mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut : a.

  Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau tempat penelitian. Seperti hasil wawancara dengan informan, dan atau langsung ikut berperan dalam masalah yang diteliti. Jadi sumber data primer yang didapat dari penelitian ini adalah wawancara langsung kepada informan di tempat penelitian dan dokumen-dokumen MCI.

  b.

  Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa.

5. Teknik pengumpulan data

  Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, oleh karena itu peneliti harus pandai dalam mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh valid. Pengumpulan data merupakan prosedur yang standar dan sistematis dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

  a.

  Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikai antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2004:180).

  Tujuan peneliti mengunakan metode pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data yang konkret mengenai praktik bisnis Multi Level

  Marketing MCI yang dilakukan di masyarakat. Dalam penelitian ini

  peneliti melakukan wawancara dengan pelaku bisnis Multi Level Marketing MCI yang ada di Kota Salatiga dan sekitarnya.

  b.

  Dokumentasi Untuk mendapatkan data yang jelas dan konkret, maka peneliti juga menggunakan metode dokumentasi berupa, brosur atau leaflet yang memuat tentang tema yang diteliti.

6. Analisis data

  Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan tehnik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, dan pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan. Penyajian data (data display) yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing dan verification) dari permulaan pengumpulan data periset kualitatatif mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan, pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dan proposisi (Salim, 2006: 22-23).

  7. Pengecekan keabsahan data Peneliti tidak hanya menerima informasi mentah dari satu informan saja melainkan dengan mengadakan konfirmasi ke informan lain mengenai data yang diberikan oleh informan pertama. Hal ini merupakan salah satu dari jenis strategi triangulasi (Patton. 2006: 279). Peneliti juga tidak menerima data yang janggal atau bisa dikatakan menggunakan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

  8. Tahap-tahap penelitian Tahap-tahap yang dilakuakn dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: a.

  Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian, mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

  b.

  Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui wawancara dengan informan dan mengumpulkan dokumen-dokumen MCI.

  c.

  Tahap analisis data, analisis data dilakukan sejak pengumpulan data hingga dirasa cukup mengambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang diteliti. Analisis juga dilakukan dengan membaca model MLM MCI dengan menggunakan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung

  Berjenjang Syariah (PLBS).

  d.

  Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan laporan hasil penelitian, sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut : Bab pertama adalah pendahuluan. Pendahuluan ini merupakan garis-garis besar pembahasan isi pokok skripsi yang terdiri atas; latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Di dalam metode penelitian berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, dan tahap-tahap penelitian.

  Adapun Bab kedua merupakan tinjauan umum MLM dan teori hukum islam yang meliputi sejarah berdirinya MLM, karakteristik MLM, cara kerja MLM, tinjauan hukum islam tentang kebolehan dan keharaman MLM, Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

  Bab ketiga ini berisi uraian tentang pelaksanaan Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) di masyarakat. Pada bab ini dijelaskan tentang objek penelitian seperti, profilnya, produk-produk yang ditawarkan

  

Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI), sistem yang

  digunakan dalam Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI).

  Selanjutnya, Bab keempat yang merupakan inti dari penulisan dan pembahasan skripsi. Pada bab ini peneliti menguraikan tentang jawaban terhadap pokok permasalahan dari penelitian yaitu tentang pelaksanaan Multi

  

Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) di Kota Salatiga dan

  sekitarnya apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

  Kemudian, diakhiri Bab kelima yang merupakan kesimpulan dan saran-saran mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.

  Adapun bagian akhir dari skripsi memuat daftar pustaka serta lampiran-lampiran.

  

BAB II

TINJAUAN UMUM MULTILEVEL MARKETING DAN TEORI HUKUM

ISLAM

A. Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM) 1. Pengertian Multi Level Marketing (MLM) Santoso 2006:28 menyatakan bahwa Multi Level marketing adalah

  suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan Upline (tingkat atas) dan Downline (tingkat bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline. Inti dari bisnis Multi Level

  Marketing ini digerakkan dengan jaringan, baik yang bersifat vertikal atas bawah maupun horizontal kiri kanan ataupun gabungan antara keduanya.

  Dengan kata lain, Multi Level Marketing ini disebut juga pemasaran jaringan, dan sebagian orang menyebutnya Direct Selling atau penjualan langsung.

2. Sejarah berdirinya Multi Level Marketing (MLM)

  Sejarah dari MLM tidak bisa dipisahkan dengan berdirimya Amway Corporation dan produknya Nutrilite. Konsep dari Nutrilite dimulai pada awal tahun 1930 oleh Carl Rehnborg, seorang pengusaha Amerika yang pernah tinggal di Cina pada tahun 1917-1927. Berdasarkan publikasi dari Amway, pengalamannya ketika tinggal di Cina menyebabkan Rehnborg memperoleh kesempatan yang sangat besar untuk meneliti pengaruh dari diet yang tidak cukup. Kehidupan yang keras di Cina juga membuat Rehnborg mempelajari banyak literatur mengenai nutrisi pada waktu itu. Akhirnya, dia menyimpulkan bahwa diet yang seimbang dibutuhkan untuk membuat seluruh tubuh bisa tetap berfungsi secara seimbang. Penemuan ini menyebabkan dia merasakan adanya kebutuhan untuk makanan suplemen bagi diet yang mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh tanpa mempedulikan kebiasaan makan seseorang. Setelah melakukan eksperimen selama 7 tahun, akhirnya Rehnborg berhasil menghasilkan makanan suplemen. Dia memberikan hasil temuannya tersebut kepada teman-temannya untuk dicoba (Santoso, 2006:23).

  Kemudian temuan rehnborg tersebut diminati para konsumen dan pada tahun 1934 dia mendirikan perusahaan Nutrilite Produced, Inc.

  Selanjutnya perusahaannya menerapkan sistem bonus sebesar 2% kepada penjual yang berhasil merekrut penjual baru. Kemudian perusahaannya juga memberikan komisi tambahan kepada distributor barunya yang berhasil merekrut, melatih dan membantu distributor baru menjual nutrilite kepada konsumen. Dalam perkembangan berikutnya, setidaknya terdapat tiga nama penting dari sekian banyak distributor nutrilite yang kelak menyempurnakan sistem penjualan langsung mereka. Mereka adalah Dr. Forrest Shaklee, Richard De Vos dan Jay Van Andel.

  Kemudian pada tahun 1950-an perusahaan Nutrilite Produced, Inc mengalami keguncangan internal manajemen perusahaan yakni Dr. Forrest Shaklee mengeluarkan diri dan membangun Shaklee Corporation. Shaklee

  

Corporation juga bergerak di bidang makanan suplemen dan berkembang menjadi perusahaan multinasional. Kemudian pada tahun 1959 mantan distributor Nutrilite Richard De Vos dan Jay Van Andel mendirikan Amway. Mereka berhasil mengembangkan sistem pemasaran yang dirintis Nutrilite Produced. Akhirnya Pada tahun 1972 Amway membeli Nutrilite Produced. Amway mempunyai 450 lebih produk yang ditawarkan dan menjadi perusahaan terbesar hingga saat ini (Rozi, 2006:108).

  Berkembangnya industri MLM di Indonesia belakangan ini merupakan suatu fenomena yang cukup menarik. Dalam waktu kurang dari dua dekade, bangsa ini telah memiliki sekitar 40-an lebih perusahaan MLM. Menurut data APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia) tahun 2002, sekitar 4 juta orang telah terlibat dalam industri ini, dan di antaranya terdapat puluhan hingga ratusan ribu orang terpikat hatinya pada perusahaan-perusahaan MLM (Rozi, 2006:65).

3. Karakteristik bisnis MLM a. Modal rendah

  Modal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis MLM tidaklah tinggi, hanya berkisar pada puluhan ribu rupiah. Rendahnya modal awal disebabkan karena: 1)

  Sebagai distributor/agen perusahaan MLM tidak harus menyediakan tempat seperti membuka toko, atau kantor untuk jenis usaha lainnya.

  Seorang distributor/agen dapat menggunakan rumahnya sebagai tempat usaha. Bahkan, ada perusahaan MLM yang menyediakan tempat/kantor sebagai pusat kegiatan para agen/distributornya.

  2) Sebagai distributor/agen tidak perlu memiliki persediaan/stok barang yang banyak, cukup hanya sebagai contoh produk saja.

  3) Sebagai distributor/agen tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menggaji manajemen (MLM leaders, 2007:4).

b. Pengarahan dan bimbingan

  Bisnis MLM menjadi sebuah bisnis dambaan. Setiap orang yang ingin memiliki bisnis pasti menginginkan adanya bimbingan dari seseorang yang memiliki pengalaman dalam bisnis, atau usaha tersebut. Dalam bisnis MLM, setiap orang akan mendapatkan bimbingan yang berasal dari:

  1) Upline, yaitu rekan kerja yang telah mengajak downline untuk

  menekuni bisnis MLM. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki, mereka dapat mengarahkan, membimbing, serta mendampingi downline saat menjalankan bisnis ini. 2)

  Support sistem, yaitu sistem penunjanng yang menyediakan sistem pendidikan dan peralatan penunjang seperti kaset, buku, VCD/DVD, brosur, atau majalah (MLM leaders, 2007:7).

  c.

  Resiko kecil Bisnis MLM ini memiliki resiko yang sangat kecil, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada. Kecilnya resiko dalam bisnis ini disebabkan oleh:

  1) Modal usaha yang kecil.

  Ketika terjadi sesuatu yang buruk, dan member harus berhenti dengan bisnis ini member tidak akan kehilangan modal, atau uang, dalam jumlah yang besar. 2)

  Sistem transaksi cash and carry Semua pembayaran dilakukan secara tunai oleh setiap rekan kerja member .

  3) Tanggung jawab terpisah.

  Masing-masing orang memiliki tanggung jawab dan kewajiban sendiri-sendiri (MLM leaders, 2007:9).

  d. Pendapatan tidak terbatas/besar

  Bisnis jaringan adalah sebuah bisnis yang memiliki potensi pendapatan yang sangat besar, bahkan bisa dikatakan tidak terbatas. Hal ini disebabkan karena dalam jaringan bisnis seseorang tidak dibatasi jumlah rekan kerja yang boleh dimiliki.

  e. Perluasan wilayah/ekspansi usaha

  Ekspansi usaha adalah salah satu cara untuk memperbesar pendapatan dan memperkecil resiko kehilangan pendapatan. Perluasan wilayah menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan karena member tidak pernah tahu kapan akan terjadi sesuatu pada salah satu wilayah usaha nya.

  Hal-hal yang terjadi pada sebuah wilayah: a.

  Bencana alam b.

  Kerusuhan c.

  Keadaan ekonomi yang memburuk d.

  Perubahan kebijakan e. Kestabilan keamanan dan politik suat wilayah bisa berubah sewaktu-waktu (MLM leaders, 2007:13).

4. CARA KERJA MLM

  Setelah mengetahui tujuan dari perusahaan MLM, selanjutnya akan didiskusikan bagaimana sebetulnya cara suatu perusahaan MLM untuk mempertahankan keberadaannya.

a. Cara perusahaan Multi Level Bekerja

  Perusahaan Multi Level biasanya membagi uang yang mereka terima dari para distributor mereka dengan proporsi seperti ini: 1) 50% untuk bonus. 2) 25% untuk biaya produk yang diberikan. 3) 25% untuk keuntungan dan biaya lain-lain.

  Hal ini berarti untuk setiap dolar yang diberikan oleh distributor hanya 50% yang akan dikembalikan sebagai bonus. Sama seperti lotre dan pacuan kuda, perusahaan MLM tidak mencetak sendiri uang yang digunakan. Mereka hanya mengembalikan sebagian uang yang mereka terima kepada para distributor mereka. Sisanya digunakan untuk menghasilkan produk, keuntungan dan biaya lain-lain (Santoso, 2006: 40). Selanjutnya, apakah para distibutor yang ada akan tetap berpartisipasi jika mereka tahu akan kehilangan 50% dari uang yang mereka investasikan?. Jika mereka menjawab tetap berpartisipasi, selama perusahaan MLM menyediakan nilai tambah untuk uang yang mereka investasikan. Jika perusahaan MLM tidak mempunyai produk atau mempunyai produk, tetapi dengan nilai yang tidak tinggi, maka para distributor akan segera kecewa karena kehilangan 50% dari uang mereka (Santoso, 2006:40).

  Kesalahan inilah yang banyak dilakukan oleh banyak industri multilevel. Terlalu banyak distributor yang mempunyai pandangan yang salah dan menganggap bahwa semua orang akan mampu menghasilkan uang lebih banyak daripada jumlah uang yang mereka investasikan. Hal ini secara matematis tidak akan mungkin terjadi (Santoso, 2006:40).