Pengkajian Terhadap Pembelajaran Dan Penelitian Tindakan (Model Meningkatkan Kualitas Guru) - Eprints UNPAM

  

Abstrak

  Kualitas pendidikan tercermin dari kualitas sumber daya manusianya. Sumber Daya manusia di Indonesia masih rendah berarti kualitas pendidikan pun masih rendah. Hal ini trjadi karena opini masyarakat beranggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian nasional baik maka dianggap sudah berhasil mendidik, mengajar dan melatih peserta didik. Kalau suatu sekolah banyak meluluskan peserta didiknya ke sekolah yang favorit dengan label RSBI/SBI atau label lain yang kemudian diterima kepergurauan tinggi melalui SPMB atau jalur bakat dan minat maka sekolah yang bersangkutan dinilai favorit dan banyak diserbu orang tua untuk menyekolahkan anaknya.

  PENGKAJIAN TERHADAP PEMBELAJARAN DAN PENELITIAN TINDAKAN (Model Meningkatkan Kualitas Guru) Oleh : Subarto Desen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pamulang I. PENDAHULUAN

  Kualitas pendidikan tercermin dari kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia d Indonesia masih rendah berarti kualitas pendidikan pun masih rendah. Hal ini terjadi karena opini masyarakat beranggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian nasional baik maka dianggap sudah berhasil mendidik, mengajar dan melatih peserta didiknya. Kalau suatu sekolah banyak meluluskan peserta didiknya ke sekolah yang favorit dengan lebel RSBI/SBI atau lebel lain yang kemudian di terima ke perguruan tinggi melalui SPMB atau jalur bakat dan minat maka sekolah yang bersangkutan dinilai fovorit dan banyak diserbu orang tua untuk menyekolahkan anaknya.

  Keniscayaan seperti ini berakibat semakin banyaknya orang tua harus mengeluarkan uang ekstra untuk menitipkan anaknya pada tempat kursus atau bimbingan belajar yang secara strategi pembelajaran banyak melakukan latihan menjawab soal-soal ujian nasional atau SPMB,karena orang tua menghendaki anaknya dapat diterima di sekolah pavorit atau perguruan tinggi bergengsi. Proses pemeblajaran di dalam kelas kurang mendapat perhtian dari orang tua dan pemerintah, yang penting hasil ujian nasional. Umumnya proses pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dihadapan peserta didik sementara peserta didik mendengar, peserta didik hanya dijadikan objek saja. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki guru kepada peserta didik dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum kepada peserta didik.

  Pada umumnya guru tidak memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk berkreasi dan tidak melatih peserta didik untuk belajar secara mandiri. Proses pembelajaran yang disampaikan guru kurang menantang peserta didik untuk berpikir, akibatnya mereka tidak menyenangi proses kembelajaran tersebut. Proses pemebalajaran di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali guru itu sendiri. Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi guru, seperti perangkat pembelajaran dari pada masuk kelas untuk melakukan observasi dan supervise terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru. Begitu juga pengawas dari dinas pendidikan belum berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas.

  Ketika dating di sekolah, pengawas hanya memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa dokumen perangkat pembelajaran. Pengawas sangat jarang datang ke sekolah apalagi masuk ke dalam kelas untuk melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi nara sumber pembelajaran bagi guru disekolah. Akibatnya guru tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik, seperti memikirkan strategi pembelajaran yang bervariasi, mempersiapkan bahan ajar, disain pembelajaran maupun rancangan penilaian.

  Hal ini menunjukkan bahwa selama ini guru masih kurang memperhatikan proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Semestinya, guru memporsikan waktunya untuk lebih banyak lagi dalam hal memperhatikan proses pembelajaran dan hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran tersebut. Secara umum kualitas pendidikan di negeri ini masih rendah, hal ini tercermin dari peringkat hasil TIMSS ( the Trends in

  

International Mathematics and Science Study ) dan indek pembangunan manusia yang

  berada pada posisi di bawah peringkat Negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Pada tingkat Internasioanal, peserta didik Indonesia pada umumnya hanya dapat menjawab soal- soal yang bersifat hafalan tetapi tidak dapat menjawab soal-soal yang memerlukan nalar atau keterampilan proses.

  Meningkatkan kualitas pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan. Guru adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi.

  Proses pemebalajaran yang baik seharusnya menghasilkan nilai tes yang baik. Paradigma yang hanya mementingkan hasil tes harus segera diubah menjadi memperhatikan proses pemebalajaran, sementara hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran yang benar. Dan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengetahuan guru harus disegarkan, yaitu dengan mengikuti kegiatan seminar atau forum diskusi ilmiah sebagi bentuk media penyegaran pengetahuan guru baik materi subyek maupun pedagogi. Dalam hal ini pimpinan sekolah harus merespon positif yaitu dengan mendorong, memfasilitasi dan memberikan ijin bagi guru untuk berpartisipasi dalam kegiatan seminar atau forum diskusi seprofesi dalam kegiatan sanggar atau MGMP guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan guru

  Dari paparan di atas sangat jelas, bahwa ini merupakan tantangan bagi guru yaitu bagaimana guru dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Karena kualitas proses pembelajaran merupakan dampak dari keprofesionalan pendidiknya. Undang-undang Nomor

  14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan bagi pendidik professional. Namun demikian, untuk menjadi guru berkualitas diperlukan usaha yang sistemik dan konsisten serta berkesinambungan dari guru itu sendiri dan pengambil kebijakan. Melalui pengkajian terhadap pembelajaran dan penelitian tindakan kelas sangat dimungkinkan untuk dapat meningkatkan keprofesionalan guru, karena pengkajian terhadap pembelajaran dan penelitian tindakan kelas merupakan model pembinaan dan pengembangan profesi guru melalui pengkajian pembelajaran dan bentuk tindakan kelas secara koloboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas dan ketuntasan belajar.

II. LANDASAN KOMPETENSI GURU

  Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dapat dijadikan landasan bagi guru dalam meningkatkan kualitasnya karena Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru agar guru menjadi professional. Di satu pihak, pekerjaan sebagai guru akan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi, tetapi dipihak lain pengakuan tersebut mengharuskan guru untuk memenuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar minimal seorang professional.

  Dalam UU tersebut Pasal 8, menjelaskan bahwa pengakuan terhadap guru sebagai tenaga professional akan diberikan manakala guru telah memiliki antara lain kualifikasi akademik, komptensi dan sertifikasi pendidik yang dipersyaratkan. Pasal 9, menjelaskan kualifikasi akademik tersebut harus diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Pasal 10 ayat 1, menjelaskan sertifikasi pendidik diperoleh guru setelah mengikuti pendidikan profesi.

  Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, komptensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional dengan penjabaran masing-masing kompetensi sebagai berikut : A.

  Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci komptensi pedagogik meliputi :

  1. Memahami karakteristik pesrta didik dari aspek fisik, social, moral, kultural, emosional dan intelektual;

  2. Memahami latar elakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya;

  3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik; 4.

  Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; 5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik; 6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran;

  7. Merancang pembelajaran yang mendidik; 8.

  Melaksanakan pembelajaran yang mendidik; 9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

  B.

  Kompetensi kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini meliputi : 1.

  Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; 2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;

  3. Mengevaluasi kinerja sendiri; 4.

  Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

  C.

  Kompetensi professional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi. Komptensi ini mencakup : 1.

  Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya; 2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi; 3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan kmunikasi dalam pembelajaran;

  4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi; dan 5.

  Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengkajian terhadap pembelajaran dan penelitian tindakan kelas.

  D.

  Kompetensi social yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali pserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan kompetensi ini guru diharapkan dapat : 1.

  Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat;

  2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat; 3.

  Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat local, regional, nasional, dan global; dan

  4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan pengembangan diri.

  Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 dijabarkan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan, guru dalam setiap proses pembelajarannya mampu mengembangkan hal-hal sebagai berikut : 1.

  Pada satuan pendidikan proses pembelajaran dapat diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik;

2. Dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan; 3.

  Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

  Dari apa yang dipaparkan di atas ini memberikan indikasi bahwa kualitas proses pembelajaran harus ditindaklanjuti sehingga kualitas pendidikan menjadi kenyataan yang akan berdampak terhadap kemajuan bangsa. Tentunya guru yang harus berusaha keras untuk selalu meningkatkan kualitasnya dalam mengimplemantasikan proses pembelajaran dan untuk meningkatkan kualitas tersebut pengkajian terhadap pembelajaran dan penelitian tindakan dapat dijadikan suatu model bagi guru dalam pengembangannya.

III. PENGERTIAN PENGKAJIAN TERHADAP PEMBELAJARAN

  Peningkatan kualitas guru boleh dikatakan sudah sering dilakukan oleh dinas pendidikan tingkat kabupaten/kota maupun proipnsi, sayang usaha yang sudah dilakukan ini kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan guru. Minimal ada tiga hal yang menyebabkan pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan mutu pendidikan, yaitu : 1.

  Pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas. Materi pelatihan yang sama disampaikan kepada semua guru tanpa mengenal asal dan budaya daerah. Padahal kondisi dan karakter sekolah dia suatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah lain.

  2. Tidak ada kegiatan monitoring dari Kepala Sekolah maupun pengawas dinas, sehingga hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diimplentasikan pada proses pembelajaran di kelas atau kalaupun diimplentasikan hanya satu, dua kali saja selanjutnya kembali”seperti dulu lagi, back to basic”.

3. Tidak ada forum umpan balik untuk saling bertukar pengalaman di antara guru-guru, khususnya guru-guru bidang studi serumpun.

  Untuk mengatasi kelemahan pelatihan tersebut yang belum dapat menekankan pada pasca pelatihan maka perlu diupayakan suatu model pelatihan yang berbasis kelas, yaitu model in-service training yaitu pelatihan yang lebih memfocuskan pada usaha pemberdayaan guru dalam mengatasi permaslahan-permaslahan yang terjadi di kelas. Model tersebut adalah Pengkajian Terhadap Pembelajaran (PTP) yang dikenal dalam bahasa Inggris Lesson Study.

  Pengkajian Terhadap Pembelajaran (PTP), yaitu model pembinaan profesi bagi

  guru-guru serumpun atau guru-guru mata pelajaran sejenis melaui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Pengkajian

  Terhadap Pembelajaran bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan pengkajian terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan pengkajian ini guru dapat menerapkan berbagai metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi nyata di kelas.

  Tujuan Pengkajian Terhadap Pembelajaran antara lain meningkatkan pengetahuan tentang materi dan bahan ajar, meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran, meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar, meningkatkan hubungan kolegalitas, menguatkan hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dan tujuan jangka panjang yang harus dicapai, meningkatkan motivasi untuk selalu berkembang, dan meningkatkan kualitas perencanaan pembelajaran. Apabila tujuan ini dapat tercapai maka sanga tmembantu guru-guru karena guru-guru memperoleh manfaat yang sangat besar berupa informasi sekaligus implementasi berharga untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya

IV. DESAIN PENGKAJIAN TERHADAP PEMBELAJAR

  Pengkajian Terhadap Pembelajaran dapat dilaksanakan oleh guru dalam tiga tahapan, yaitu merencanakan (plan), melaksanakan (do), dan merefleksi (see) yang sifat berkelanjutan. Artinya Pengkajian Terhadap Pembelajaran merupakan suatu cara dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement).

  Desain Pengkajian Terhadap Pembelajaran diperlihatkan pada Gambar 1.

  MERENCANAKAN MELAKSANAKAN ( PLAN ) ( DO ) MEREFLEKSI

  ( SEE ) Langkah pertama dalam Pengkajian Terhadap Pembelajaran dimulai dari tahap

  perencanaan yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan peserta didik dan berpusat pada peserta didik, bagaimana supaya peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencana yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama, beberapa guru dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide.

  Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran di kelas. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi, bgaimana menjelaskan suatu konsep dengan menggunakan metode pembelajaran yag tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efisien atau permasalahan dapat berupa fasilitas dan bagaimana mensiasati kekurangan fasilitas pembelajaran.

  Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang di hadapi yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pemebelajaran (lesson plan) atau bahan ajar (teaching materials) berupa media pembelajaran dan lembaran kerja peserta didik serta rencana penilaian. Teaching material yang telah dirancang perlu diujicoba sebelum diterapkan di dalam kelas. Kegiatan perencanaan memerlukan beberapa kali pertemuan agar lebih mantap, karena pertemuan-pertemuan yang sering dilaksanakan dalam workshop rangka perencanaan pembelajaran menyebabkan terbentuknya kolegalitas anatar guru dengan guru dan antara guru dengan dosen. Mereka akan membagi pengalaman dan saling belajar sehingga sehingga melalui kegiatan ini akan terbentuk mutual learning pada diri seorang guru.

  Langkah kedua dalam Pengkajian Terhadap Pembelajaran adalah pelaksanaan

  pembelajaran untuk menerapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Langkah ini bertujuan untuk mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang. Guru- guru yang tidak bertindak sebagai pengajar bertugas sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Kepala sekolah bertindak sebagai pemandukegiatan sekaligus sebagai pengamat dalam proses pembelajaran tersebut. Sebelum pemebelajaran di mulai sebaiknya dilakukan briefing kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang diencanakan oleh seorang guru dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas peserta didik selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan bahan ajar,peserta didikdengan guru, dan peserta didik dengan lingkungan yang terkait dengan 4 kompetensi guru.

  Lembaran observasi pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai. Selama proses pembelajaran berlangsung para pengamat tidak boleh berbicara dengan sesama pengamat dan tidak menggangguaktivitas dan konsentrasi peserta didik. Para pengamat diperkenankan untukmelakukan perekaman melalui video kamera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi lebih lanjut atau analisis. Dan keberadaan para pengamat di ruangan kelas adalah bertidak sebagai pengumpul informasi atau data sekaligus untuk belajar dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru.

  Langkah ketiga, adalah refleksi. Setelah selesai proses pembelajaran langsung

  dilakukan diskusi antara guru pengajar dengan guru yang bertindak sebagai pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau personil yang telah ditunjuk untuk membahas pembelajaran

  10 yang telah berlangsung. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selajutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dan

  lesson learnt dari pembelajaran terutama berkaitan dengan aktivitas peserta didik. Tentunya, kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran.

  Sebaliknya, guru harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya. Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat dalam kegiatan Pengkajian Terhadap Pembelajaran harus memperoleh lesson learnt dengan demikian guru telah membangun komunitas belajar melalui Pengkajian Terhadap Pembelajaran.

V. PENGEMBANGAN KARAKTER GURU

  Pelaksanaan Pengkajian Terhadap Pembelajaran idealnya datang dari Kepala Sekolah dan guru yang harus diwujudkan dalam bentuk kebutuhan yang berorientasi meningkatkan kualitas guru yang dikembangkan berbasis sekolah, dengan demikian para pelaku yang terlibat didalamnya adalah semua guru dari berbagai bidang studi di sekolah tersebut beserta Kepala Sekolah. Upaya yang dilakukan adalah bagaimana agar kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik menyangkut semua bidang studi yang diajarkan, oleh karena itu setiap guru harus terlibat aktif dalam kegiatan itu, yaitu dengan mengembangkan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi.

  Dalam setiap langkah dari kegiatan itu, semua guru memperoleh kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilaksanakan, memilih dan menentukan alternative metode atau model pembelajaran yang akan digunakan, mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajran, mengkaji kelebihan dan kelemahan alternatif metode atau model pembelajaran yang dipilih, melaksanakan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran, mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar peserta didik di kelas, melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas, serta mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya.

  Dengan cara seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat sangat potensial untuk mampu melakukan self-development sehingga memiliki kemandirian untuk berkembang bersama-sama dengan anggota komunitas belajar lain dan ini menjadi indicator bahwa Pengkajian Terhadap Pembelajaran sanat potensial dalam upaya pengembangan keprofesionalan guru yang akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan.

VI. PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

  Pendidik pada waktu melaksanakan tugas sebagai guru dihadapkan pada tugas mengambil keputusan tentang bagaimana merencanakan pembelajaran, membimbing peserta didik, mengelola kelas, mengevaluasi dan berbagai banyak tugas lainnya. Sebagai pendidik, guru dituntut untuk mengembangkan diri baik diri sendiri maupun untuk pengembangan dan kepentngan peserta didik dengan berbagai cara. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan pengetahuan atau penyelesaian masalah pendidikan adalah dengan mengadakan penelitian khusus tentang pendidikan, atau penelitian mengenai berbagai kasus di kelas.

  Pada kenyataannya masalah-masalah pendidikan saling berkaitan satu sama lain,misalnya masalah kualitas pendidikan, kurangnya sarana dan prasarana, kedisiplinandan sebagainya. Kenyataaanya kegiatan yang dilakukan oleh para guru dalam proses belajar mengajar ssering kali mendapat banyak kendala yang ditimbulkan dari para peserta didik,misalnya kurang kemampuan dalam hal bertanya, kelas yang pasif, penyelesaian tugas yangtidak tepat waktu dan lain-lain. Kendala tersebut seharusnya dipandang sebagai hasil interaksi antara guru danpeserta didik dan dari kondisi ini para guru seharusnya perlu melakukan suatu refleksi terhadap semua tindakan dalam rangka proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

  Untuk selanjutnya guru dapat mengidentifikasikan berbagai masalah yang berkaitan dengan dirinya sendiri di kelas,sehingga akhirnya dari berbagai identifikasi masalah tersebut guru dapat memfocuskan pada masalah-masalah aktual yang perlu dicari pemecahannya danyang mampu dalam jangkauan guru itu sendiri. Selanjutnya dalam menangani persoalan- persoalan di kelas guru dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau dengan guru serumpun untuk berkolaborasi sehingga kegiatan yang dilaksnakan dalam menangani masalah di kelas akan lebih baik dan terjadi penularan (transfer learning) pengetahuan.

  Pemecahan masalah-masalah di atas antara lain dapat dilakukan guru diantaranya dengan cara mengadakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan jenis penelitian yang mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan karena memiliki dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas atau mengimplementasikan berbagai program disekolahnya dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada peserta didik. Dengan kata lain melalui Penelitian Tindakan Kelas, guru langsung memperoleh

  “teori” yang dibangunnya sendiri, bukan diberikan oleh pihak lain, maka guru dapat menjadi “the Theorizing

  Practitioner

  ”, artinya Penelitian Tindakan Kelas itu dari guru, oleh guru, dan untuk guru ( classroom action research is to teacher, by teacher, and for teacher ).

  Penelitian Tindakan Kelas akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas ini biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempatnya mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses atau praksis pembelajaran. Guru merencanakan perubahan yang akan dilakukan bersama dengan para peserta didik, bersama pengamat ( observer ) lainnya ( jika ada ) sambil melakukan observasi, dan proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan jadual belajar yang telah ditetapkan semula. Aktivitas ini dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dengan mengembangkan proses pembelajaran melalui berbagai cara, antara lain dengan penyediaan sarana prasarana belajar, peningkatan kualitas guru, penambahan alokasi biaya, pengembangan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran untuk para guru, pengembangan ilmu melalui penelitian maupun berbagai kegiatan lainnya. Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas guru harus memperhatikan komponen-komponen yang akan dikaji. Adapun komponen-komponen yang dikaji dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

1. Siswa 2.

  Guru 3. Materi Pelajaran 4. Peralatan atau sarana pembelajaran 5. hasil pembelajaran 6. pengelolaan pembelajaran

  Langkah langkah strategis yang dapat mendorong pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu :

  1. Meningkatkan pemahaman guru tentang hakekat Penelitian Tindakan Kelas secara komperhensif.

  2. Mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

  3. Meningkatkan pengetahuan guru tentang langkah-langkah, teknik melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas serta penyusunan laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas.

  4. Menerapkan menejemen Penelitian Tindakan Kelas dalam upaya memperbaiki kualitas proses pembelajaran.

  5. Meningkatkan menejemen pengembangan dan profesionalisme guru Beberapan manfaat dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yaitu:

  1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

  2. Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

  3. Melalui Penelitian Tindakan Kelas guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan diri.

  4. Dengan Penelitian Tindakan Kelas guru akan lebih percaya diri.

  5. Melalui Penelitian Tindakan Kelas sekolah akan lebih berkembang dengan meningkatnya kualitas pembelajaran yang akan berimplementasi pada peningkatan kualitas pendidikan disekolah tersebut.

  6. Melalui Penelitian Tindakan Kelas dapat memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan nilai hasil belajar siswa.

VII. PARADIGMA SENTRALISASI KE DESENTRALISASI

  Pendapat dari Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk perbaikan, khususnya yang harus dimaknai dalam konteks proses pembelajaran dan implementasi program sekolah pada umumnya dengan sudut tinjauan yang lebih dititik beratkan pada sisi pengembanganpesrta didik. Sementara Borg (1986) menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utamanya adalah pengembangan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi dikelasnya.

  Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu ada pergeseran paradigma, yaitu perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasike desentralisasi. Perubahan paradigma ini harus mampu mendorong terjadi restorasi pada beberapa komponen kurikulum khususnya yang berkaitan dengan strategi pembelajaran dan manajemen sekolah itu sendiri, maka untuk menjawab antangan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah

  Suatu rencana Penelitian Tindalak Kelas diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau didasari oleh guru yaitu masalah berasal dari orang yang terlibat dalam praktek, dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa.

  Salah satu ciri Penelitian Tindakan Kelas adalah munculnya masalah memang dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih sulit dipecahkan, namun guru menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki guna memecahkan masalah tersebut. Agar guru dapat merasakan adanya masalah dan mampu mengungkap masalah tersebut maka guru dituntut untuk jujur pada diri sendiri dan menyadari bahwa pembelajaran yang dikelola merupakan bagian penting dari dunia dan kehidupan guru. Dengan adanya kejujuran dan kesadara guru tersebut maka untuk dapat melakukan identifikasi masalah guru perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri misalnya: 1.

  Apa yang sedang terjadi di kelas tempat saya mengajar? 2. Apakah kejadian itu menjadi masalah yang perlu dipecahkan? 3. Apa pengaruh masalah tersebut terhadap kelas dan kinerja saya? 4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut dibiarkan saja? 5. Apa yang dapat saya lakukan terhadap masalah tersebut? 2.

   Analisis Rumusan Masalah

  Setelah masalah di kelas telah berhasil diidentifikasi maka saelanjutnya dilakukan analisis dengan introspeksi diri. Selanjutnya dilakukan pemikiran apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Kemudian diseleksi masalah mana yang paling mungkin dapat dilakukan dan dipecahkan melalui Penelitian Tindakan Kelas.

  Beberapa bidang yang dapat dijadikan sebagai fokus masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah: 1.

  Masalah yang melibatkan prosesa pembelajaran; 2. Masalah yang ditangani oleh guru; 3. Masalah yang sangat menarik minat guru; 4. Masalah yang ingin diubah/diperbaiki dan mudah dilakukan oleh guru melalui Penelitian Tindakan Kelas.

  Masalah yang berhasil dianalisi mungkin lebih dari satu dan masih cukup luas untuk dikaji. Oleh sebab itu guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat dipecahkan dengan Penelitian Tindakan Kelas. Selanjutnya masalah tersebut perlu dirumuskan dalam suatu kalimat rumusan masalah yang pada umumnya berbentuk kalimat tanya.

3. Merencanakan Penelitian Tindakan Kelas

  Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, selanjurnya disusun rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan/tindakan. Rencana tindakan ini menyangkut seluruh langkah tindakan secara rinci. Semua komponen yang diperlukan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas tersebut dipersiapkan secara matang dalam tahap perencanaan ini. Dalam tahapan ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin saja muncul pada saat pelaksanaan tindakan. Dengan melakukan antisipasi ini diharapkan pelaksanaan Penelitian Tindalah Kelas dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

  Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana tindakan adalah : 1.

  Tugas akan lebih berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua minggu sekali;

2. Bentuk tugas yang bervariasi akan memotifasi siswa untuk mengerjakannya; 3.

  Tugas akan cukup menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa; 4. Tugas yang diberikan akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar.

4. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

  Tahap ini merupakan tahap implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana tindakan yang telah dibuat. Strategi dan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan pada perencanaan harus benar-benar diterapkan dan mengacu pada kurikulum yang berlaku. Tentu saja rencana tindakan tersebut harus sudah dilatihkan kepada pelaksana tindakan (guru peaneliti) untuk dapat dilaksanakan dikelas agar sesuai dengan skenario pembelajaran yang dibuat. Pada tahap pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1)

  Menyiapkan Pelaksanaan: a.

  Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan; b.

  Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukun yang diperlukan; c. Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan;

  2) Melaksanakan Tindakan; a.

  Pekerjaan guru adalah mengajar, oleh karena itu metodelogi penelitian yang sedang dilaksanakan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar; b.

  Metodelogi yang diterapkan harus reliabel atau handal, sehingga memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat siswa; c. Sebagai peneliti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait dengan tugas-tugasnya.

VII. PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN

  Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas menegaskan bahwa peneliian ini berbeda dengan jenis riset empirisme ataupun interpretivisme. Dengan kata lain, masalah-masalah pengambilan populasi atau sampel dan generalisasi sebagai salah stu cirri utama riset empirisme tidak dipersoalkan oleh Penelitian Tindakan Kelas ini. Penelitian ini tidak ambisius mengeneralisasikan temuan (finding) tetapi lebih berfokus untuk menawarkan saran pemecahan masalah.

  Guru harus menggunakan berbagai pertimbangan serta tanggung jawab professional dalam menemukan jalan keluar dalam upaya pemecahan masalah yang terjadi di dalam proses pembelajaran. Adapun pengembangan karakteristik penelitian ini dalam pemecahan masalah sebagai berikut:

a. On the Job Problem Oriented

  Masalah yang diteliti adalah masalah yang riil yang muncul dari dunia kerj peneliti yang ada dalam kewenangan dan tanggung jawab peneliti. Artinya masalah yang riil atau nyata yang dihadapi sehari-hari. Kalau peneliti adalah seorang guru, maka masalah-masalah yang diteliti adalah masalah kelas atau sekolah yang merupakantanggung jawab utamanya, karena orang yang paling tahu masalah-masalah kelas adalah guru itu sendiri, (pendekatan interpretivisme), bukan orang lain ((outsiders).

  b. Problem Solving Oriented

  Berorientasi pada pemecahan masalah dalam hal ini penelitian-penelitian yang hanya menghasilkan pengertian atau pemahaman seperti pada riset empirisme dan interpretivisme dianggap tidak bermanfaat (meaniful), karena kurang mampu memecahkan masalah yang terjadi.

  c. Improvement Oriented

  Berorientasi pada peningkatan kualitas. Penelitian ini menegaskan pentingnya masing- masing komponen dari sutau system organisasi itu berkembang kearah yang lebih baik.

  Kalau system itu sekolah, maka komponen-komponen sekolah itu seperti kepala sekolah, guru, peserta didik, kurikulum dan lingkungan sekolah harus berkembang lebih baik.

  Konsep ini diwarnai oleh prinsip riset kritikal, yaitu penelitian harus menghasilkan produk perubahan (product oriented).

  d. Multiple Data Collection

  Penjaringan data dilakukan dengan berbagai cara. Artinya untuk memenuhi prinsip

  critical approaches (kebenaran itu subyektif atau problematic) berbagai cara untuk

  mengumpulkan data pada umumnya dapat digunakan seperti observasi, tes, wawancara,

  questioners dan sebaginya. Semua cara ini dilakukan untuk mendapatkan validasi hasil

  riset, mengingat kebenaran (realitas) itu disamping subyektif juga problematic. Dengan penerapan semua cara koleksi data tersebut, apa yang sebenarnya disebut kebenaran atau realitas dapat lebih terungkap.

  e. Cyclic

  Konsep tindakan pada dasarnya diterapkan melalui urutan-urutan perencanaan, observasi, tindakan dan refleksi yang dilakukan secara bersiklus yang pada hakekatnya menggambarkan pemikiran kritis dan reflektif (critical/reflective thinking) terhadap efektivitas kepemimpinan atas tindakan. Dengan demikian dampak suatu tindakan tersebut selalu diikuti secara kritis dan refletif.

f. Participatory

  Penelitian ini dapat dilaksanakan secara kolaboratif,yaitu bekerjasama dengan orang lain atau ahli dalam melakukan setiap langkah penelitian tindakan, seperti perencanaan, observasi, tindakan dan refleksi. Cirri ini dipengaruhi oleh prinsip cricalisme, yaitu kebenaran atau realita itu problematik sehingga pendekatan terhadap masalah harus

  participatory untuk meningkatkan pengamatan dan memperkecil subyektifitas.

IX. SIMPULAN

  1) Manajemen pendidikan sangat diperlukan oleh semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan.

  2) Dalam menghadapi tantangan dan masalah semua pihak harus bekerja sama untuk menghadapi dan menyelesaikan problematika tersebut.

  3) Pengkajian Terhadap Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas guru.

  4) Pengkajian Terhadap Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu solusi untuk menyelesaikan problematika yang menyangkut menejemen pengelolaan dalam proses pembelajaran.

  5) Untuk mengatasi terjadinya Stagnasi dibidang pendidikan ini perlu adanya paradikma baru dibidang pendidikan

  6) Kemandirian sekolah akan diikuti oleh daya kompetisi yang tinggi dan lebih akun- tabilitas publik yang memadai.

  7) Dari berbagai masalah yang timbul dalam kaitannya peningkatan menejemen sekolah dapat terlaksana dengan baik apabila pihak sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya dapat bekerja sama untuk melengkapi sarana dan prasarana lainnya yang dapat menunjang proses pembelajaran sehingga akan diperoleh hasil yang oprtimal.

X. DAFTAR PUSTAKA

  Ending Sri Rahayu,2006, Metodologi Penelitian (Khusus tentang Penelitian Kaji

  Tindak/Action Research) , Jakarta: LAM-UMJ

  Indonesia, 2005, Undang-Undang republic Indonesia Nomor 14 Tahun2005 tentang Guru dan Dosen.

  Indonesia, 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.

  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru , Jakarta: Badan Standar Nasional

  Pendidikan. Suharsimi Arikunto, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Sunyono, Drs. 2007, Modul Penelitian Tindakan Kelas, Departemen Pendidikan Nassional, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Lampung.

  Wardani. I. G. A. K. Prof. DR. M.Sc.Ed, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Universitas Terbuka.