KAJIAN PSIKOANALISIS PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY - repository perpustakaan

Lampiran KLASIFIKASI DATA

  Data Ke Jenis Tindakan Klasifik Penggamb pri konflik pertahana asi aran ba yang n emosi kedirian dia dialami tokoh n ya ng me no njo l

  • ... Meskipun ia sudah tidak anak-anak dan tidak

  Digambar - remaja lagi, bahkan ia sudah sangat berumur, kan oleh tetapi ia ingin dilepas kedua orang tuanya pengarang layaknya seorang anak yang dimanja dan lagi-lagi dengan dibanggakan. Ia telah berusaha menjadi anak yang teknik baik, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Ia langsung hampir selalu mengikuti apa yang diinginkan (Telling) kedua orang tuanya, kecuali beberapa hal yang ia merasa ia tidak harus mengikuti kemauan orang tuanya. Karena ia merasa bahwa hal itu sama sekali tidak mengganggu kedua orang tuanya dan jika ia mengikutinya ia merasa tidak menjadi dirinya sendiri (CSZ, 2011: 4-5).

  Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa ia sama sekali tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi besar dan ia harus mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda pernikahannya sampai meraih gelar doktornya. Setelah meraih penghargaan di Beijing akan sangat mudah baginya mendapatkan beasiswa S3 di luar negeri. Bahkan jika ia melamar S3 ke Tsinghua

  • Digambar kan oleh pengarang dengan teknik langsung (Telling)

  University pasti akan diterima dengan tangan terbuka (CSZ, 2011: 26).

  ... Ia bertanya-tanya dalam hati, bukankah ia bersusah payah dan berjuang keras mengukir prestasi selama ini untuk membahagiakann kedua orang tuanya? Sebagai anak semata wayang ia tidak mau dimanja-manja. Ia belajar keras dan bekerja tiada henti siang dan malam demi mengangkat derajat kedua orang tuanya.

  • Digambar kan oleh pengarang dengan teknik langsung

  ... Sebab ia tidak pernah kuliah di luar (Telling) negeri. Ia murni produk dalam negeri.

  Menyelesaikan S1 di Fakultas Teknik UGM dan S2 di ITB (CSZ, 2011: 3). “Saya katakan anak itu mementingkan dirinya

  Digambar - sendiri, kesenangannya sendiri. Yang ia pikirkan kan oleh bagaimana meraih penghargaan ini, gelar ini dan pengarang itu, ngisi seminar ini dan itu. Itu saja yang ia dengan pikirkan. Dia tidak pernah mikir kedua orang teknik tuanya tak lama lagi akan mati. Kami semakin tidak tua. Dan dia masih lajang saja, tidak juga langsung berumah tangga. Sekarang ia sudah tua, tak ada yang datang lagi padanya. Orang-orang sudah

  (Showing) menggunjingnya sebagai perawan tua. Beberapa kali kami ingatkan itu, ia malah bilang ‘Bapak dan Ibu ndak usah mikir omongan orang. Yang penting Zahrana tahu apa yang harus Zahrana lakukan dan Zahrana bahagia’. Kita ini hidup bermasyarakat bagaimana mungkin tidak memerhatiakn omongan orang” Jelas Bu Nuriyah panjang lebar (CSZ, 2011: 43-44). Akhirnya ayahnya angkat bicara, “Nduk selama

  Digambar - - - - ini ayah dan ibu sudah mengalah. Mengikuti kan oleh semua keinginanmu. Kami ingin kamu ke pengarang pesantren, kamu ingin ke SMA, kami ngalah. dengan

  Kami ingin kamu lanjut ke IKIP di sini saja, biar teknik tidak jauh dari kami berdua. Kamu ngotot kuliah tidak di UGM Jogja meninggalkan kami, kami ngalah.

  Kami ingin kamu bahagia, kalau kamu bahagia langsung maka kami bahagia. Meskipun mungkin kamu (Showing) melihat bapakmu mungkin diam saja sama kamu. Tetapi sesungguhnya siang malam bapakmu ini selalu mendoakan kamu. Kamu adalah harta kami yang paling mahal. Kami ingin kamu ada di dekat kami kamu anak kami satu-satunya. Kalau kamu ngajar di Jogja, itu artinya kamu meninggalkan kami. Apa kamu tega meninggalkan ibumu yang kini sudah beranjak tua Nduk? Kalau kamu tetap ngotot ingin ngajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang minta agra kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi. Kami tidak bisa melarang, kamu sudah dewasa, bisa mikir dan menentukan langkah kamu. Hanya ya inilah kenyataannya.” (CSZ, 2011: 11-12).

  • Pak Sukarman memasuki ruangannya sambil

  Digambar bersiul bahagia. Hari ini ia merasakan banyak kan oleh keinginannya terkabul, dan banyak hal yang pengarang membuatnya bahagia. Yang paing membuatnya dengan bahagia adalah ia merasa yakin akan menikah lagi teknik setelah menduda satu tahun lamanya... Pikir Pak tidak

  Sukarman langsung

  ... Ketiga, Zahrana sudah sangat berumur. Ia tahu Zahrana adalah anak tunggal dan kedua orang

  (Showing) tuanya sudah tua. Pasti kedua orang tuanya sudak mendesak Zahrana untuk segera menikah. Dan gadis yang sudah berumur dan cerdas seperti Zahrana justru tidak akan mudah menemukan jodoh yang benar-benar ideal. Yaitu yang umurnya sedikit di atasnya, sama pinternya, sama strata pendidikannya, ganteng, dan masih perjaka. Kalau ada yang seperti itu biasanya akan memilih gadis yang jauh lebih muda dan cantik. Yang masih di bawah tiga puluhan. Yang baru lulus dan masih segar. Dia tidak akan mencari yang seperti Zahrana yang sudah tiga puluh empat tahun (CSZ, 2011: 137-138).

  Dengan mata berbinar dan bibir menyungging

  • Digambar senyum, Pak Sukarman maju naik ke panggung.

  kan oleh Ia berdehem dulu untuk mengetes pengeras suara, pengarang lalu memulai pidatonya.... dengan

  “Ini adalah hari bahagia kita semua, keluarga teknik besar Fakultas Teknik. Terutama saya, sungguh tidak saya merasa sangat bahagia. Saya benar-benar langsung terkesima pada Bu Zahrana, oh maaf, maksud saya pada prestasi Bu Zahrana.” Kata Pak

  (Showing) Sukarman. Mendengar kalimat terakhir Pak Sukarman beberapa dosen tersenyum. Pak Sukarman kembali melanjutkan pidatonya,

  “Semua yang menyaksikan liputan khusus pemberian penghargaan itu pasti sepakat dengan saya. Sungguh saya benar-benar terkesima mendengar pidato ilmiah Bu Zahrana, yang penuh kekuatan menyihir dan terpeukau melihat penampilan Bu Zahrana di atas mimbar terhormat itu... cantik dan anggun...” (CSZ, 2011: 98). “Ck..ck..ternyata ada juga ya orang Indonesia yang pinternya mengalahkan orang Jepang.” Celetuk

  • Digambar kan oleh pengarang dengan teknik tidak langsung (Showing), dengan mengguna kan percakapa n antar tokoh.

  Mbak Mar. “Tidak hanya itu, nanti Mbak Rana juga akan tampak betapa hebatnya dia. Aku baca dikoran

  Mbak Rana meraih penghargaan tingkat dunia di Beijing mengalahkan banyak arsitektur luar negeri.” Sahut seorang remaja putri berkaos biru muda. (CSZ: 73)

  Apakah langkah yang ia tempuh salah? Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa ia sama sekali tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda pernikahannya sampai meraih

  • Approa

  ch- approa ch conflict

  Tindakan reaksi formasi

  Keingin an yang kuat, keragua n gelar doktornya. Setelah meraih penghargaan di Beijing akan sangat mudah baginya mendapatkan beasiswa S3 di luar negeri. Bahkan jika ia melamar S3 ke Tsinghua University pasti akan diterima dengan tangan terbuka.

  Tetapi satu sisi nuraninya menegurnya, bahwa ia adalah perempuan yang egois. Kenapa juga tidak segera sadar bahwa umurnya sudah melewati kepala tiga. Siapa bilang norma masyarakat tidak ada patokan ilmiahnya? Ada. Ketika masyarakat menyebut seseorang sebagai perawan tua, itu tidak semata-mata ejekan. Tetapi sebenarnya itu adalah peringatan tanda sayang. Dunia kedokteran sudah menentukan usia produktif perempuan. Idealnya perempuan menikah sebelum usia tiga puluh tahun. Sehingga aman melahirkan keturunan (CSZ, 2011: 26-27).

  • Tetapi apalah arti semua penghargaan dan ucapan Approa retrogressi Kecewa selamat itu jika tidak juga bisa membahagiakan

  ch ve , sedih,

  kedua orang tuanya. Ia masih ingat betul wajah

  avoida behavior keragua

  ayahnya yang dingin saat pamit. Ayahnya hanya

  nce n

  bilang “yah, kalau sudah selesai segera pulang.”

  conflict

  Ibunya sedikit lebih ramah, tetapi terasa dingin juga, “Hati-hati ya”. Ia sebenarnya berharap ayah dan ibunya melepasnya dengan rasa bangga, bahkan ikut mengantarnya sampai Bandara Internasional Adi Sumarno Solo. Meskipun ia sudah tidak anak-anak dan tidak remaja lagi, bahkan ia sudah sangat berumur, tetapi ia ingin dilepas kedua orang tuanya layaknya seorang anak yang dimanja dan lagi-lagi dibanggakan. Ia telah menjadi anak yang baik, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Apakah baktinya selama ini masih kurang?” (CSZ, 2011: 4).

  • ...Keinginannya adalah masuk Fakultas Approa Tindakan Kesada -

  Kedokteran UI, UGM, UNDIP atau UNS. Ia

  ch rasionalisa ran diri

  utarakan pada kedua orangtuanya. Ibunya sangat

  avoida si antusias mendengarnya. nc “Wah Pak, kalau rana jadi dokter mulia kita Pak. conflict

  Oh senangnya kalau punya anak dokrter.” Mata ibunya berbinar-binar. Tetapi ayahnya menanggapi dengan dingin,

  “senang-senang, gak dipikir biayanya dari mana!

  Mbok yo uteke dienggo ojo perasaanne wae sing dienggo!

  Mendengar kalimat ayahnya itu ia lalu mawas diri dan berpikir bahwa untuk menembus masuk Fakultas Kedokteran UI dan UGM ia sangat yakin bisa, tetapi setelah masuk biayanya dari mana. Dari kakak kelas yang sudah dua tahun di Fakultas Kedokteran, ia tahu bahwa biaya pendidikan di Fakultas Kedokteran memang besar. Biaya praktiknya juga maha... ... maka ia menemukan tantangannya dan ia memilih meneruskan kuliah di Fakultas Teknik

  UGM, Jurusan Arsitektur. Ayahnya kurang setuju, tetapi ia tetap maju dan memberikan seribu alasan sehingga kemauannya diamini sang ibu. (CSZ, 2011: 5-6). Prestasi demi prestasi ia raih, mahasiswi teladan

  • approa - tindakan Ketegu tingkat nasional. Namanya dikenal banyak orang

  ch represi han,

  di kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun

  avoida keingin

  karyawan. Tidak sedikit mahasiswa laki-laki yang

  nce an yang

  mendekatinya tetapi ia acuhkan begitu saja. Yang

  conflict kuat

  ia pikirkan adalah belajar, belajar dan menjadi yang terbaik di kampusnya. Sampai akhirnya ia diwisuda dengan prestasi sebagai mahasiswa terbaik diangkatannya. Ayah dan ibunya menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Ibunya memeluknya dengan mata berkaca-kaca. “Pak anakmu sudah sarjana.” Kata ibunya pada ayahnya. Dengan agak dingin ayahnya berkata “Alhamdulillah. Ikut senang. Tetapi lebih senang seandainya diwisuda hafal Al-Quran”. Mendengar kalimat ayahnya itu ia ingin menangis. Kanapa ayahnya tidak mau sedikit saja berempati dan ikut merayakan kebahagiaan dan kebanggaan yang ia rasakan.

  ... Ia merasa tidak salah memilih kuliah di Fakultas Teknik UGM, Jurusan Arsitektur (CSZ, 2011: 9-10).

  Dua bulan setelah ia diwisuda ia mendapat

  • Approa Tindakan Kecewa - panggilan dari UGM untuk ikut mengajar. Ia rasionalisa ,

  ch

  ditawari jadi asisten dosen. Ia langsung si kesadar

  avoida menghadap Dekan Fakultas Teknik. Dari Dekan nce an diri ia mendapatkan penejalasan bahwa ia

  conflict

  diproyeksikan untuk menjadi dosen dan akan . dikirim ke Belanda untuk mengambil S2, itu jika ia bersedia.

  Dengan penuh rasa bahagia ia ceritakan semua keberuntungan yang menghampirinya kepada ayah dan ibunya. Tetapi tanggapan mereka berdua jauh dari yang ia duga. Ibunya malah berkaca- kaca sedih, bukan bahagia. Tak ada yang keluar dari mulut ibunya tercinta. Akhirnya ayahnya angkat bicata. ... Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di

  Jogja, itu artinya kamu sendiri yang meminta agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi. Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa mengiris dadanya. ... Itu bahasa halus, bahwa ayah dan ibunya tidak akan menganggap dirinya sebagai anaknya lagi jika nekat mengajar di Jogja. Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi entah mengapa ia tidak bisa berdalih dan berdalil apa-apa kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan yang kuat seperti sebelum-sebelumnya

  ... dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran langka itu (CSZ, 2011: 12).

  “Aku ingin curhat tentang masalah yang sedang

  • Approa Tindakan Kebing aku hadapi.”

  ch sublimasi ungan,

  “Boleh.”

  avoida ketahut

  “Aku sedang cemas, takut dan bimbang Lin.”

  nce an,

  “Kenapa?”

  conflict keresah

  “Aku dilamar” an

  “Lho seharusnya kau senang dong ada yang melamar kamu, bukan malah cemas dan takut.” “Masalahnya ini yang melamar aku Pak Karman.

  Kau tahu kan siapa Pak Karman.” “Inna lillahi wa ilaihi raaji’iun.” Ucap Lina sepontan begitu tahu siapa yang melamar

  Zahrana. “Kalau dia yang melamar kamu wajar kau takut. Sebab musibah ada dihadapanmu. Tetapi kau tidak perlu bimbang kurasa. Sikap yang harus kau ambil sudah jelas kok. Kenapa bimbang? Lanjut Lina. “Ini menyangkut keinginan kedua orang tua agar aku segera menikah. Juga aku agak pakewuh menolak lamaran itu karena yang menyampaikan lamaran itu Bu Merlin yang aku segani. Kalau menurut Wati, kau ingat kan Wati teman kita yang kini jadi istri lurah itu?”

  “Ya ingat. Bagaimana menurut Wati?” “Menurut dia aku terima saja. Anggap saja niatnya dakwah. Siapa tahu setelah menikah dengan aku Pak Karman jadi baik. Begitu menurut Wati. Menurut kamu bagamana Lin?

  Aku perlu pendapatmu. Aku sungguh bingung dan cemas.”(CSZ, 2011: 163-164 “Buatlah kami bangga kamu menikah dengan sedih - Approa Tindakan - orang yang terhormat dan terpandang, sehingga

  ch represi

  penantian kamu tidak sia-sia.” Kalimat itu terus

  avoida

  terngiang-ngiang dalam telinga, dada dan

  nce

  pikirannya. Jelas sekali kedua orang tuanya

  conflict menginginkan ia menerima lamaran itu.

  Matanya berkaca-kaca. Kalau tidak ada kekuatan iman dalam dada ia mungkin telah memilih sirna dari dunia. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan orang-orang seusianya. Banyak yang memandangnya sukses. Hidup bolehlah disebut berkecukupan. Punya pekerjaan yang terhormat dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia mampu meraih gelar master teknik dari sebuah institut teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia dipercaya duduk dalam jajaran pengajar tetap di universitas swasta terkemuka di ibukota Propinsi Jawa Tengah: Semarang.” (CSZ, 2011: 183-184). Sore itu ia menghadapi ujian yang menyesakkan - Approa tindakan Kesedi - jiwanya. Seseorang akan datang. Datang kepada

  ch represi han,

  orang tuanya untuk meminangnya. Ia masih

  avoida kebing

  bimbang harus memutuskan apa nanti. Ia sudah

  nce ungan

  sangat tahu siapa yang akan datang. Dan

  conflict

  sebenarnya ia juga sudah tahu apa yang sudah harus ia putuskan. Nurani, akal sehat, dan suara hati paling dalam sudah menolak pinangan itu.

  Tak ada pilihan lain. Tak ada kompromi. Ia harus bersabar meniti jalan panjang sampai ia menemukan pendamping hidup yang ia harapkan. Tapi bagaimana ia harus kembali memberikan pemahaman kepada ayah-ibunya yang mulai renta? Ayah dan ibunya yang sepertinya sudah terpikat oleh pesona semu Haji Sukarman yang hendak memperisti dirinya. Bagaimana ia harus memberikan pengertian kepada mereka berdua? (CSZ, 2011: 187).

  • Tubuh Zahrana menggigil mendengar kata-kata Tindakan

  Avoida

  Bu Merlin, ia berusaha menguasai dirinya. Kalau represi

  nce-

  orang lain yang menyampaikan lamaran itu ia bisa

  avoida

  lebih tenang. Tetapi ini yang melamarnya adalah

  nce

  Pak Sukarman melalui Bu Merlin. Ia kaget luar

  conflict

  biasa. Pak Karman yang beberapa hari yang lalu baru saja menerima lamaran untuk putrinya, dan sudah menetapkan tanggal pernikahan putrinya kini melamarnya untuk dijadikan istrinya. Sesungguhnya ia ingin marah tetapi yang ada di hadapannya adalah Bu Merlin yang ia hormati. Kalau yang mengatakan itu bukan Bu Merlin ia mungkin langsung akan mengungkapkan emosinya saat itu juga. Tampaknya Pak Sukarman sangat jeli dalam memilih orang yang diutusnya untuk menyampaikan maksudnya (CSZ, 2011: 125). Ia masuk rumah. Lima belas menit lagi azan

  • Approa tindakan cemas, -
Maghrib berkumandang. Ia cemas dan galau. Tak c sublimasi galau, ada penjual krupuk yang datang kecuali Pak Tua

  avoida bingun tadi. Ia bingung. Ia cemas. Ia keluar lagi. nce

  g, sedih Berharap ada penjual kerupuk lain yang datang.

  conflict

  Penjual krupuk seperti yang ia bayangkan. Ia duduk di kursi berandanya. Airmatanya bercucuran. “Ya Ilahi jika aku punya dosa, ampunilah dosaku.

  Cukupkanlah ujian-Mu. Aku mohon mudahkanlah jalanku menyempurnakan separo agamaku sesuai syariat-Mu. Mudahkan diriku menyempurnakan ibadah kepada-Mu”(CSZ, 2011: 238). Bagaimana mungkin ia bisa menikah dan hidup

  Double - Tindakan - -

  serumah seterusnya dengan orang yang moralnya

  approa represi

  sudah bejat seperti itu. Sebenarnya ia bahkan

  ch sudah tidak betah mengajar di kampus itu. avoida

  Faktornya tak lain dan tak bukan ya

  nce

  kepemimpinan Pak Sukaraman. Tetapi setiap

  conflict

  teringat kedua orang tuanya dan teringat Bu Merlin dan teman-teman dosennya yang baik-baik ia bisa kuat bertahan. Prinsipnya selama ia tidak diganggu Pak Sukarman maka ia bertahan. Tetapi apa yang terjadi sekarang?

  Ia malah dilamar Pak Sukarman. Ia benar-benar tidak bisa tidur malam itu. Ia bahkan tidak percaya dirinya dilamar Pak Sukarman. Ia sebelumnya tidak pernah memikirkan hal itu. Tidak pernah terpikir dirinya dilamar Pak

  Sukarman. Zahrana mencoba sholat istikharah. Lina yang dulu mengajarinya sholat istikharah. Setelah sholat ia berharap bisa tidur nyenyak. Kenyataannya ia tetap tidak bisa tidur sampai azan subuh berkumandang. Ia berdoa agar Allah membukakan baginya jalan keluar yang terang (CSZ, 2011: 141).

  “Ada apa sebenarnya Bu?” ibunya terus Id Tindakan Sedih - - menangis. Hatinya jadi luluh. Tanpa ia sadari air ya represi beruba matanya meleleh. Setelah agak lama, ibunya ng h bercerita, “kasihan bapakmu Nduk. Sudah tua. me menjad

  Tak lama lagi juga pensiun. Bapakmu tadi nci i marah dimarahi habis-habisan oleh atasannya. Dikata- pta katai dengan kata-kata yang tidak selayaknya. ka Dihina sehina-hinanya. Tetapi bapakmu tidak bisa n berbuat apa-apa. Satu bulan ini sudah tiga kali sup bapakmu dihina. Tadi itu yang ketiga”. er

  “Dihina bagaimana Bu?”. “Pokoknya dihina eg sehina-hinanya.” o “Apa kesalahan Bapak Bu?” “Karena kemarin ijin tidak masuk kerja. Padahal yang lain kata bapakmu bisa ijin tidak masuk kerja. Khusus untuk bapakmu seolah tidak boleh ijin. Sebab hanya dia yang bisa disuruh-suruh.

  Hanya dia yang pendidikannya paling rendah.” “Sekarang bapak di mana?” “Sedang menjalankan tugas dari atasanya. Sebab atasannya mengancam jika bapakmu membantah maka akan diusulkan pensiun dini. Kalau pensiun dini maknanya ia tidak akan mendapatkan gaji pensiun penuh.”

  “Orang itu kurang ajar sekali Bu. Biar Rana datangi ya!” Prestasi demi prestasi ia raih, termasuk mahasiswi teladan tingkat nasional. Namanya dikenal banyak orang di kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun karyawan (CSZ, 2011: 7-9). Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia Id konflik Tindakan Bahagi - terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa mengiris Approa rasionalisa a, dadanya.

  ch si beruba

  “Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, avoida h itu artinya kamu sendiri yang meminta agar kami nce menjad mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak conflict i memiliki anak lagi”. Itu bahasa halus, bahwa ayah kesedih dan ibunya tidak akan menganggap dirinya an yang sebagai anaknya lagi jika nekat mengajar di Jogja. menim

  Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi bulkan entah mengapa ia tidak bisa berdalih dan berdalil kesadar apa-apa kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan an yang kuat seperti sebelum-sebelumnya ... Dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran langka itu. Dekan dan para dosennya berusaha membujuknya dan memikirkan baik-baik peluang emas ini, tetapi ia lebih memilih membahagiakan kedua orangtuanya daripada asyik dengan kebahagiaannya sendiri. Ia berharap Allah akan memberikan gantinya yang lebih baik (CSZ, 2011: 12-14).

  Zahrana tersenyum. Sejuk rasanya membaca sms -

  • Id Tindakan Bahagi dari para mahasiswa yang begitu tulus proyeksi a menghormati dan mencintai dirinya. Dengan bahasa bloko apa adanya, bahasa Nina malah sangat bertempat di hatinya. Tak ada pujian yang menggombal dan menjilat. Agak gaul tapi tidak kehilangan keanggunannya. Biasa saja tapi tidak mengurangi rasa hormat. Terbayang wajah Nina yang selalu cerah dan tersenyum kepadanya termasuk wajah teman-temannya yang tadi siang ikut mengantar dirinya ke Bandara Internasional Adi Sumarno, Surakarta (CSZ: 57).
  • Ba
  • Dalam hati ia mendoakan para mahasiswanya itu, Id ssemuanya sukses dan jadi orang yang berhasil

  a kelak. Lebih berhasil dari dirinya. Ia pernah mendengar kalimat yang indah dari salah satu guru SMA dulu, “Guru yang berhasil dari dirinya. Itulah guru sejati.” Ia berharap bisa mengantarkan mahasiswanya meraih prestasi internasionla melebihi dirinya (CSZ: 57). Baru kali ini ia mendaptkan SMS yang begitu panjang dari Pak Sukarman, dekan di Fakultas

  • Selesai shalat Zahrana ingin membaca ulang teks pidato bahasa Inggris yang telah ia siapkan. Ia cari teks itu di tas cangklongnya. Ia kaget. Tidak ada! Ia cari di kopernya, tidak ada juga. Ia cari lebih teliti lagi di tas dan kopernya. Hasilnya sama; tidak ada! Ia heran, kok bisa? Padahal seingat dia teks pidato itu sudah ia masukkan ke tasnya dalam stof map. Tetapi ia tidak menemukan teks itu. Yang ia

  Teknik. Ia bisa menerima sms itu, tetapi ia merasa kurang nyaman ketika beberapa kali Pak Sukarman memanggilnya dengan : Bu Zahrana yang cantik. Ia merasa ada rayuan gombal di sana. Ia malah merasa itu seperti pelecehan bukan pujian. Ia lebih suka dipanggil Bu Zahrana saja , atau Bu Zahrana yang kami hormati akan terasa lebih elegan”. (CSZ: 56)

  Id jenis konflik

  Avoida nce- avoida nce conflict

  Tindakan represi rasa takut yang meland anya, dan beruba h menjad i emosi yang penuh dengan kemara han

  Id ya ng ke mu dia n me

  • Kebing ungan, resah, cemas
temukan adalah print out beberapa tulisan ilmiahnya. Ia bingung. Ia harus bagaimana? Apakah besok ia akan pidato tanpa teks saja? Ia tidak percaya diri jika pidato tanpa teks. Bahasanya bisa tidak tertata dengan baik. Ia akan berpidato di level panggung internasional. Tiba-tiba ia tersentum. Teks itu ada filenya di laptopnya (CSZ: 60). nci pta ka n eg o

  Ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, juga martabat bangsanya. Ia harus menemukan cara.

  • Ketegas an
  • “Aku juga sebenarnya sudah memikirkannya Lin.

  Baginya harga diri yang berkaitan dengan kehormatan ilmiah adalah segala-galanya. Zahrana berfikir keras. Akhirnya ia sampai pada suatu tekad: ia akan menyampaikan pidatonya tanpa teks. Pidato yang telah ia siapkan akan ia hafal diluar kepala, persis seperti saat ia dulu lomba pidato bahasa Inggris saat masih SMA (CSZ: 61).

  Id ya ng me ni mb ulk an sup er eg o

  Tapi sekarang di umurku yang sudah tiga puluh empat tahun, pemuda mana yang mau denganku?” (CSZ: 107)

  Id - - - - Zahrana lalu jongkok dan berkata dengan nada Id - tindakan Sedih, - merajuk pada ayahnya, “Masak Bapak nggak retrogress kaget senang saya mendapatkan penghargaan? Dari luar

  ive

  negri lagi. Di kampus tadi saya mendapatkan

  behavior

  sambutan khusus lho pak.” Pak Munajat baru membalikan badan memandang Zahrana.“ Sampai kapan kamu senang-senang sam kaya begituan terus?” Zahrana tertegun mendapat jawaban tajam bapaknya. “Pak, penghargaan yang saya terima’kan kebanggaan keluarga juga. Inggih tho pak?”

  “O, gitu, to? Nyatanya semakin kamu terkenal, dapat banyak penghargaan, malah semakin bikin malu orangtua!Kamu bangga, kami malu!”. (CSZ: 114)

  • Tubuh Zahrana menggigil mendengar kata-kata Bu Id Avoida Tindakan Ketakut Merlin, ia berusaha menguasai dirinya. Kalau da nce represi an, orang lain yang menyampaikan lamaran itu ia bisa n avoida kegelis lebih tenang. Tetapi ini yang melamarnya adalah sup nce ahan

  Pak Sukarman melalui Bu Merlin. Ia kaget luar er conflict biasa. Pak Karman yang beberapa hari yang lalu eg baru saja menerima lamaran untuk putrinya, dan o sudah menetapkan tanggal pernikahan putrinya kini melamarnya untuk dijadikan istrinya. ya

  Sesungguhnya ia ingin marah tetapi yang ada di ng hadapannya adalah Bu Merlin yang ia hormati. ber

  Kalau yang mengatakan itu bukan Bu Merlin ia jal mungkin langsung akan mengungkapkan emosinya an saat itu juga. Tampaknya Pak Sukarman sangat jeli dalam memilih orang yang diutusnya untuk ber menyampaikan maksudnya. (CSZ: 125) sa ma an

  Sepanjang perjalanan dari kampus hingga

  • Id Tindakan Kesedi - perumahan Tlogosari air matanya menetes. Hatinya rasionalisa han perih, ia ingin mendapatkan penyembuhan dari si yang

  Lina, tapi berkali-kali ia menelpon tidak bisa beruba nyambung sama sekali. Ia telpon ke toko bukunya, h pegawai Lina mengatakan kalau Lina mendadak menjad diminta menemani suaminya acara di Singapura. i

  Biasanya Lina selalu mengirim kabar padanya, tetapi karena kali itu mungkin sangat mendadak kekece sehingga tidak sempat memberitahu dirinya. waan

  Padahal ia sangat memerlukan Lina untuk mencurahkan segala isi hatinya. Ia ingin menangis dan paling enak kalau menangis di bahu Lina. Karena Lina tidak ada maka ia menelpon seorang teman lamanya. Tidak seakrab Lina tetapi cukup akrab, yaitu Wati yang kini menjadi istri Lurah Tlogosari Kulon. (CSZ:129)

  • Malam itu Zahrana tidak bisa tidur. Wajah Id konflik Tindakan Kebing sukarman meneror dirinya. Di mana-mana ia Approa proyeksi ungan, seperti melihat wajah Sukarman yang ch kesedih memuakkannya. Akal sehatnya tidak mungkin bisa avoida an, menerima Pak Sukarman. Tidak bisa. Meskipun ia nce bersika berusaha mencerna dan menghayati kata-kata Wati Conflic p
bahwa jika Pak Karman taubat itu adalah dakwah t, tawakal dan dia dapat pahala. Tetapi secara logikan apakah akan semudah itu Sukarman yang dimatanya tidak hanya kurang ajar tetapi sangat bejat akan berubah. Ia bahkan sudah haji. Ia sering mengikuti acara pengajian. Ia kalau ramadhan jadi panitia Tarawih Keliling para pejabat teras Propinsi Jawa Tengah. Tetapi mentalitas dan moralitas tidak terpujinya tetap ia pelihara dalam dirinya. (CSZ: 139-140)

  “Buatlah kami bangga kamu menikah dengan Id Konflik Tindakan Kesedi - orang yang terhormat dan terpandanng, sehingga ya jenis represi han penantian kamu tidak sia-sia.” Kalimat itu terus ng Approa yang terngiang-ngiang dalam telinga, dada dan me ch mendal pikirannya. Jelas sekali kedua orangtuanya ni avoida am menginginkan ia menerima lamaran itu. Matanya mb nce berkaca-kaca. Kalau tidak ada kekuatan iman ulk conflict dalam dada ia mungkin telah memilih sirna dari dunia. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan an orang-orang seusianya. Banyak yang sup memandangnya sukses. Hidup bolehlah disebut er berkecukupan. Punya pekerjaan yang terhormat eg dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia mampu o meraih gelar master teknik dari sebuah institut teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia dipercaya duduk dalam jajaran pengajar tetap di universitas swasta terkemuka di ibukota Propinsi Jawa Tengah: Semarang.”(CSZ: 183-184)

  Akhir-akhir ini, ada satu hal yang ia tangisi setiap malam. Setiap kali bermunajat kepada Sang Pencipta siang dan malam. Ia menangisi takdirnya yang belum juga berubah. Takdir sebagai perawan tua yang belum juga menemukan jodohnya. Dalam keseharian ia tampak biasa dan ceria. Ia bisa menyembunyikan derita dan sedihnya dengan sikap tenangnya. Ia terkadang menyalahkan dirinya sendiri kenapa tidak menikah sejak masih duduk di S.1 dahulu? Kenapa tidak berani menikah ketika si Gugun yang diam-diam ternyata mati-matian mencintainya sejak duduk di bangku kuliah itu mengajaknya menikah? Ia dulu memandang remeh Gugun. Ia menganggap Gugun itu tidak cerdas dan tipe lelaki kerdil karena nyaris drop out. Ia sama sekali tidak tertarik ketiak Gugun cerita bisa membeli mobil sendiri untuk usaha jualan pakaian dan mulai merintis usahsa penjualan cor logam. (SCZ: 184)

  Id ya ng me nci pta ka n ada ny a dor on ga n sup er eg o

  Jenis konflik

  Tindakan rasionalisa si kesedih an yang mendal am

  • Matanya berkaca-kaca. Ketika ia sadar harus rendah hati. Ketika ia sadar prestasi sejati tidaklah semata-mata prestasi akademik. Ketika ia sadar dan ingin mencari pendamping hidup yang baik. Baik bagi dirinya dan juga bagi anak-anaknya kelak. Ketika ia sadar dan ingin menjadi Muslimah Id da n sup er
  • Tindakan rasionalisa si

  Avoida nce- avoida nce conflict

  Sedih, sadar diri

seutuhnya. Ketika ia menyadari semua, yang ia eg temui kini, adalah jalan terjal yang panjang yang o menguji kesabarannya.(CSZ: 186)

  • Sore itu ia menghadapi ujian yang menyesakkan Id Jenis Tindakan Bersika jiwanya. Seseorag akan datang. Datang kepada konflik rasionalisa p orag tuanya untuk meminangnya. Ia masih

  Approa si tenang

  bimbang harus memutuskan apa nanti. Ia sudah

  ch dan

  sangat tahu siapa yang akan datang. Dan

  avoida tidak

  sebenarnya ia juga sudah tahu apa yang sudah

  nce tergesa-

  harus ia putuskan. Nurani, akal sehat, dan suara

  conflict gesa

  hati paling dalam sudah menolak pinangan itu. Tak ada pilihan lain. Tak ada kompromi. Ia harus dalam bersabar meniti jalan panjang sampai ia menga menemukan pendamping hidup yang ia harapkan. mbil

  Tapi bagaimana ia harus kembali memberikan keputus pemahaman kepada ayah-ibunya yang mulai renta? an. Ayah dan ibunya yang sepertinya sudah terpikat oleh pesona semu Haji Sukarman yang hendak memperisti dirinya. Bagaimana ia harus memberikan pengertian kepada mereka berdua? (CSZ: 187)

  “Saya pernah mendengar baginda Nabi Id Sabar, - Kegelis - Muhammad Saw., pernah bersabda, ‘Al’ajalatu ya tegas ahan

  minasy syaithan. Tergesa-gesa itu datangnya dari

  ng dan setan’ Saya tidak mau tergesa gesa. Saya tidak mau me tekanan mengecewakan siapapun. Termasuk diri saya ni pada sendiri. Maka perkenankan saya untuk mb batinny menjawabnya tiga hari ke depan. Saya akan langsung sampaikan kepada pak karman yang saya ulk a hormati. Maafkan jika saya tidak bisa an menjawabnya sekarang.” (CSZ: 194-195) dor on ga n eg o.

  Sabar, - - “Bu tolong ibu juga mengerti saya. Saya telah Do berusaha menata hati dan jiwa untuk menerima Pak ron sedih

  Karman. Saya tidak mau kerena saya sudah ga terlambat menikah, lantas saya menikah untuk n seolah-olah bahagia. Saya tidak mau batin saya Id justru menderita. Karena saya benar-benar tidak ya bisa menerima Pak Karman. Saya sudah shalat ng istikharah Bu, dan saya tetap tidak bisa. Saya tidak me mau, setelah menikah nanti sosok Pak Karman ni justru jedi monster yang menghantui saya setiap mb saat. Saya sama sekali tidak bisa mencintainya Bu. ulk Meskipun sebutir zarrah. Ibu kan juga seorang an perempuan. Saya mohon ibu bisa memaklumi.” dor Zahrana menjawab panjang lebar dengan mengajak on bicara dari hati ke hati (CSZ: 203-204) ga n sup er eg o

  Ia masuk rumah. Lima belas menit lagi azan Id Jenis Tindakan - Cemas,

  Maghrib berkumandang. Ia cemas dan galau. Tak konflik sublimasi galau, ada penjual krupuk yang datang kecuali Pak Tua

  Approa bingun

  tadi. Ia bingung. Ia cemas. Ia keluar lagi. Berharap

  c

  g, ada penjual kerupuk lain yang datang. Penjual

  avoida sedih.

  krupuk seperti yang ia bayangkan. Ia duduk di

  nce

  kursi berandanya. Airmatanya bercucuran. “Ya

  conflict Ilahi jika aku punya dosa, ampunilah dosaku.

  Cukupkanlah ujian-Mu. Aku mohon mudahkanlah jalanku menyempurnakan separo agamaku sesuai syariat-Mu. Mudahkan diriku menyempurnakan ibadah kepada-Mu”(CSZ: 238)

  • “Rahmad telah tiada, Anakku! Rahmad meninggal Id

  bersika - dunia!” “Apa!!?” Ia kaget bagai tersengat listrik p putus beribu-ribu volt. “Rahmad mati tertabrak kereta asa, api!” lanjut Paman Rahmad. “Oh tidak! Tidak! kesedih

  Tidaaak!” Zahrana menjerit histeris. Jeritannya an menyyat hati siapa saja yang mendengarnya.

  Setelah itu ia pingsan seketika. Semua yang ada di rumah itu terpukul. Para tetangga Zahrana yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi ikut sedih dan meneteskan air mata. (CSZ: 248)

  Kesedi - - - “Lebih baik aku mati saja Lin. Aku nyaris tidak Id kuat!” katanya dalam pelukan Lina dengan terisak- han isak. “Sebut nama Allah ya Rana! Mintalah kepada yang

  Allah agar musibah ini diberi ganti yang lebih mendal baik” Lina mencoba menguatkan. “Tapi aku bisa am, gila Lin. Aku bisa gila!aku shock! Dari pada aku rasa gila lebih baik aku mati saja!” (CSZ:250) putus asa

  Id - “Saya ikut berduka. Semoga almarhum berdua

  • diterima di sisi-Nya. Saya berharap gaun pengantinmu benar-benar telah kau kembalikan ke Solo!”. Zahrana tersentak. Kata-kata pak karman baginya aliran listrik yang menyengatnya. Kata- kata itu menguatkan keyakinannya bahwa yang menterornya selama ini adalah Pak Karman. Dan bagaimana bisa Pak Karman tahu ia membeli gaun pengantin itu dari Solo. Tiba-tiba firasatnya mengatakan kematian calon suaminya ada hubungannya dengan SMS Pak Karman yang baru saja ia dengar adalah satu bentuk teror dahsyat yang hendak melumpuhkannya saat itu. Tiba-tiba kekuatannya bangkit. Ia merasa tidak boleh terpancing. Ia harus bisa mengendalikan diri. Ia harus menang. Harus tenang (CSZ: 254-255).
  • Tetapi ayahnya menanggapi dengan dingin, Id Jenis Tindakan berawal

  “senang-senang, gak dipikir biayanya dari mana! ya Approa rasionalisa dari

  Mbok yo uteke dienggo ojo perasaanne wae sing ng ch si kesedih dienggo! ” mendengar kalimat ayahnya itu ia lalu me avoida an dan

  mawas diri dan berpikir bahwa untuk menembus ni nc kekec Fakultas Kedokteran UI dan UGM ia sangat yakni mb conflict kemudi bisa, tetapi setelah masuk biayanya dari mana. ulk an

  (CSZ: 5) an beruba

  Eg h o menjad i sebuah kesadar an ewaan,

  Tetapi apalah arti semua penghargaan dan ucapan Eg konflik Tindakan Bahagi Digambar selamat itu jika tidak juga bisa membahagiakan o Approa retrogress a yang kan oleh kedua orangtuanya. Ia masih ingat betul wajah ya ch ive beruba pengarang ayahnya yang dingin saat pamit. Ayahnya hanya ng avoida behavior h dengan bilang “yah, kalau sudah selesai segera pulang.” me nce menjad teknik

  Ibunya sedikit lebih ramah, tetapi terasa dingin ni conflict i sedih langsung juga, “Hati-hati ya”. Ia sebenarnya berharap ayah mb dan (Telling) dan ibunya melepasnya dengan rasa bangga, bahkan ikut mengantarnya sampai Bandara ulk tidak

  Internasional Adi Sumarno Solo. Meskipun ia an senang. sudah tidak anak-anak dan tidak remaja lagi, sup bahkan ia sudah sangat berumur, tetapi ia ingin dilepas kedua orangtuanya layaknya seorang anak er yang dimanja dan-lagi-lagi- dibanggakan. Ia telah eg menjadi anak yang baik, anak yang berbakti o kepada orangtuanya. Apakah baktinya selama ini masih kurang?” (CSZ: 4)

  Prestasi demi prestasi ia raih, mahasiswi teladan Eg konflik

  • Tindakan Acuh tingkat nasional. Namanya dikenal banyak orang di o approa represi tak kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun

  ch acuh,

  karyawan. Tidak sedikit mahasiswa laki-laki yang

  avoida beruba

  mendekatinya tetapi ia acuhkan begitu saja. Yang

  nce h

  ia pikirkan adalah belajar, belajar dan menjadi

  conflict menjad

  yang terbaik di kampusnya. Sampai akhirnya ia i diwisuda dengan prestasi sebagai mahasiswa terbaik diangkatannya. Ayah dan ibunya kesedih menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Ibunya an memeluknya dengan mata berkaca-kaca. “Pak anakmu sudah sarjana.” Kata ibunya pada ayahnya. Dengan agak dingin ayahnya berkata “Alhamdulillah. Ikut senang. Tetapi lebih senang seandainya diwisuda hafal Al-Quran”. Mendengar kalimat ayahnya itu ia ingin menangis (CSZ: 9)

  Nurani lebih dalam lagi berkata pada dirinya - - - Eg

  • “Zahrana, ayah dan ibumu saat ini tidak o memerlukan lagi penghargaan-penghargaan ilmiah ya itu. Yang mereka inginkan darimu adalah kamu ng segera berumah tangga, lalu memberi mereka cucu. me Kamu anak mereka satu-satunya. Mereka sangat ni
khawatir jika keturuannya terputus karena kamu mb terlambat menikah, atau khawatir kamu tidak mau ulk menikah”. Seketika Zahrana menekuri dirinya. Ia an sama sekali tidak berpikiran sampai ke sana. Ia dor terlalu sibuk mengejar prestasi ilmiah. Ia terlalu on fokus untuk karir akademik. Ia terlalu kencang ga memaknai nasihat Robert J. McKain agar hanya n mencurahkan perhatian pada hal-hal yang utama, id hal-hal yang paling penting untuk apa yang hendak ia raih. Karena alasan kebanyakan sasaran tidak tercapai adalah hilangnya waktu mengerjakan hal- hal yang sekunder. Selama ini ia merasa menikah bukanlah yang harus didahulukan. Masih dalam katagori sekunder. (CSZ: 27)

  Kata-kata lina yang terakhir itu sangat menohok Eg - kesadar - - dirinya, dan ia tidak bisa membantah. Sebab ia o an baru saja membuktikan kebenaran kata-kata Lina.

  Ia banyak mendapatka ilmu dan pelajaran nya selama di Beijing. Ia banyak mendapatkan hikmah setelah melihat kemajuan yang diraih China, dan itu ia dapatkan tidak melalui diktat kuliah, tidak juga dari ceramah seorang guru besar. Tetapi ia dapatkan begitu saja saat naik taksi, naik MRT, saat jalan-jalan di sela-sela gedung bertingkat di Beijing atau bahkan saat ia makan di restoran (CSZ: 105) Bagaimana mungkin ia bisa menikah dan hidup Eg jenis Tindakan kebingu - serumah seterusnya dengan orang yang moralnya o konflik represi ngan sudah bejat seperti itu. Sebenarnya ia bahkan sudah

  Double

  tidak betah mengajar di kampus itu. Faktornya tak

  approa

  lain dan tak bukan ya kepemimpinan Pak

  ch

  Sukaraman. Tetapi setiap teringan kedua orang

  avoida

  tuanya dan teringat Bu Merlin dan teman-teman

  nce dosennya yang baik-baik ia bisa kuat bertahan.

  Prinsipnya selama ia tidak diganggu Pak Sukarman

  conflict

  maka ia bertahan. Tetapi apa yang terjadi sekarang? Ia malah dilamar Pak Sukarman. Ia benar-benar tidak bisa tidur malam itu. Ia bahkan tidak percaya dirinya dilamar Pak Sukarman. Ia sebelumnya tidak pernah memikirkan hal itu. Tidak pernah terpikir dirinya dilamar Pak Sukarman. Zahrana mencoba sholat istikharah. Lina yang dulu mengajarinya sholat istikharah. Setelah sholat ia berharap bisa tidur nyenyak. Kenyataannya ia tetap tidak bisa tidur sampai azan subuh berkumandang. Ia berdoa agar Allah membukakan baginya jalan keluar yang terang. (CSZ: 141)

  “Aku ingin curhat tentang masalah yang sedang Eg Jenis Tindakan - Kesedi aku hadapi.” “Boleh.” o konflik sublimasi han,

  “Aku sedang cemas, takut dan bimbang ya Approa kecema Lin.” ng ch san,

  “Kenapa?” me avoida dan

  “Aku dilamar”

  “Lho seharusnya kau senang dong ada nci nce ketidak yang melamar kamu, bukan malah cemas pta conflict nyaman dan takut.” ka an

  “Masalahnya ini yang melamar aku Pak n Karman. Kau tahu kan siapa Pak dor Karman.” on

  “Inna lillahi wa ilaihi raaji’iun.” Ucap Lina spotan ga begitu tahu siap yang melamar Zahrana. “Kalau dia n yang melamar kamu wajar kau takut. Sebab id musibah ada dihadapanmu. Tetapi kau tidak perlu seb bimbang kerasa. Sikap yang harus kau ambil sudah aga jelas kok. Kenapa bimbang? Lanjut Lina. i

  “Ini menyangkut keinginan kedua orangtua agar res aku segera menikah. Juga aku agak pakewuh menolak lamaran itu karena yang menyampaikan po lamaran itu Bu Merlin yang aku segani. Kalau n menurut Wati, kau ingat kan Wati teman kita yang lan kini jadi istri lurah itu?” jut

  “Ya ingat. Bagamana menurut an Wati?”

  “Menurut dia aku terima saja. Anggap saja niatnya dakwah. Siapa tahu setelah menikah dengan aku Pak Karman jadi baik. Begitu menurut Wati. Menurut kamu bagamana Lin? Aku perlu pendapatmu. Aku sungguh bingung dan cemas.”(CSZ:

  163-164) Kesedi - - - Lalu ia mendapatkan SMS dari Bu Merllin: “ Hari Eg ini saya dicacimaki Pak Karman gara-gara o han jawabanmu. Saya sungguh kecewa dengan kamu!”. yang

  Air matanya meleleh. Keputusannya telah mendal mengakibatkan orang lain terkena imbasnya. Ia am tahu suasana di ruang dosen di kampusnya pasti sedang tidak sehat. Ia tahu Pak Karman jika sedang marah. Ia yakin tidak hanya Bu Merlin yang terkena dampaknya. Dosen yang lain, karyawan dan mahasiswa bisa terkena dampaknya. “Maafkan aku Bu Merlin” lirihnya dengan hati perih. Ia merasakan dunia ini begitu sempit. Dinding-dinding kamarnya seakan hendak menggenjetnya. Atap kamarnya seakan mau rubuh menimpanya. Ia hanya bisa pasrah kepada-Nya dan memohon kekuatan agar tetap kuat dan tegar di jalan-Nya. Firasatnya mengatakan ia harus siap menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkannya. Hal itu tak lama lagi datang. Maka hanya kepada Allalah dia memohon dan hanya kepada Allah dia bergantung (CSZ: 201).