ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI LUAS LAHAN, MODAL DAN TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT
ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI
LUAS LAHAN, MODAL DAN TENAGA KERJA TERHADAP
PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN
KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
RABIATON
06C10404039
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH- ACEH BARAT
2015
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI
LUAS LAHAN, MODAL DAN TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT. Nama Mahasiswa : RABIATON NIM : 06C10404039 Program Studi : Agribisnis Menyetujui : Komisi PembimbingKetua Anggota
Ir. Rusdi Faizin. M.Si Meiza Aulia, SP
Nip. 196308111992031003 NIDN. 01-2305-8402
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Ir. Rusdi Faizin. M.Si Yoga Nugroh,.SP,.MM
Nip. 196308111992031003 NIDN.01-0601-8801
Tanggal Lulus :12 Agustus 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Program Ketahanan Pangan yang merupakan salah satu kegiatan
dalam rangka mempercepat laju pembangunan pertanian, terutama beras untuk kebutuhan konsumsi masyarakat, serta dalam melestarikan produktivitas yang dihasilkan para petani dilakukan dengan Program Intensifikasi, Extensifikasi dan Diversifikasi tanaman padi dan palawija.
Permasalahan yang dihadapi menghendaki peningkatan peranan dan peran sertanya petani dan anggota masyarakat pedesaan lainya, yang dilaksanakan sesuai dengan penerapan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Tujuan pembinaan secara umum adalah untuk memberdayakan anggotanya agar memiliki kekuatan sendiri, yang mampu menerapkan inovasi, tehnis, sosial dan ekonomi, serta mampu mengadapi resiko usaha, sehingga mampu memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak. Peningkatan dan pemanfaatan ilmu pengatahuan dan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana yang makin memadai, penanganan pasca panen yang makin efesien dan kebijaksanaan harga yang sesuai.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu daerah yang baik untuk tanaman padi sawah, terutama di wilayah Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Namun disisi lain terdapat beberapa masalah dalam melaksanakan usahatani tersebut, terutama dalam hal peningkatan pendapatan petani yang disebabkan oleh rendahnya produksi yang dihasilkan, karena tidak dilakukan pemupukan, dan perawatan yang baik. Hal ini disebabkan tingginya harga pupuk dan kelangkaan pupuk dilapangan atau ditingkat usahatani yang merupakan salah satu input produksi. Keadaan tersebut menyebabkan hasil panen dan produksivitas tidak sepenuhnya tercapai sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah dan petani itu sendiri.
Untuk melihat secara rinci perkembangan luas tanam, panen, produksi dan produktivitas tanaman padi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
TABEL 1 PERKEMBANGAN LUAS TANAM, LUAS PANEN, JUMLAH PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI DI PROVINSI NAD TAHUN 2006. No Kabupaten Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
2.043 9.107 28.543 2.323 23.956 20.420 11.352 997 10.230 20.820
20
21 Sabang Banda Aceh Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Lhokseumawe Aceh Tengah Aceh Timur Langsa Aceh Tamiang Aceh Tenggara Gayo Lues Aceh Jaya Aceh Barat Aceh Barat Simeulue Aceh Selatan Aceh Singkil Aceh Barat Daya Bener Meriah 269
29.472 42.039 33.997 46.439
2.043 9.107 28.543 2.611 23.956 20.420 11.352 997 10.230 20.820
1.706 15.968 5.127 10.189 4.319 189
29.472 42.039 32.466 46.371
513 13.787 3.636 10.189 4.319 742
18
134.826 195.728 140.355 201.444
8.094 30.729 148.765 8.984
95.706 100.372 44.352 16.123 24.235 49.736
1.796 59.209 14.719 46.273 19.947 3,50
3,92 4,30 4,36 4,32 4,34 3,96 3,85 4,27 3,86 4,18 4,08 4,08 3,86 4,10 4,14 3,50 4,29 4,04 4,17 3,90
J u m l a h 316.384 316.612 1.342.137 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NAD Tahun 2006 .
19
17
1
8
2
3
4
5
6
7
9
16
10
11
12
13
14
15
Tabel 1 diatas memperlihatkan bahwa luas tanam yang paling besar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat di Kabupaten Aceh Utara yaitu 46.439 Ha dengan tingkat luas panen 46.371 Ha dengan produksi 201.444 ton dengan tingkat produktivitas rata-rata 4,34 ton per hektar. Sedangkan produktivitas tertinggi terdapat di Kabupaten Pidie. Sementara di Kabupaten Aceh Barat masih menduduki urutan ke sembilan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan luas tanam padi seluas 10.230 hektar yang produktivitasnya rata-rata 4,10 ton per hektar. Sebagai perbandingan luas tanam di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
TABEL 2. PERKEMBANGAN LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI
DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI DIKABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2006.
(Ha) Produksi (ton) Produktivitas
445 206 240 690 105 430
Terlepas dari argumentasi-argumentasi di atas maka dapat di jelaskan bahwa untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi sawah
XVI merupakan kecamatan kelima yang memiliki luas tanam dan luas panen 445 Ha, dengan produksi 1.882 ton dan produktivitas hasil 4,23 ton/ha. Luas tanam yang dimanfaatkan oleh petani masih sangat rendah bila dibandingkan dengan ketersediaan lahan sawah di Kecamatan Kaway XVI yaitu seluas 1.075 Ha. Keadaan ini disebabkan antara lain oleh beberapa faktor seperti masih kurang tersedianya sarana produksi seperti pupuk, benih dan modal kerja.
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Kaway
Sumber : Laporan Distananak Aceh Barat 2007.
4,23 4,22 4,21 4,22 4,23 4,22 4,22 4,22 4,26 4,23 4,22
J u m l a h 5.970 5.970 25.253 4,23
444 1.815 6.916 4.473 3.913 401
95 635 1.882 869 1.013 2.919
1.635 1.049 925
95 150 445 206 240 690 105 430
1.635 1.049 925
11 Johan Pahlawan Kaway XVI Meureubo Pante Cermin Sama Tiga B u b o n Arongan Lambalek Woyla Woyla Barat Woyla Timur Sungai Mas 150
(Ton/Ha)
No Kecamatan Tanam (Ha) Panen
9
8
7
6
5
4
3
2
1
10 sangat diperlukan adanya penggunaan dan penerapan faktor-faktor produksi secara ekonomis sehingga dapat menguntungkan.
Untuk pencapaian tujuan diatas maka perlu dilakukan berbagai upaya misalnya dengan teknik budidaya dan pola tanam yang lebih baik serta didukung dengan pengelolaan (manajemen) terhadap penggunaan faktor- faktor produksi seperti luas lahan, tenaga kerja dan modal yang lebih efesien. Dengan penggunaan faktor-faktor produksi yang optimal dapat mendukung kegiatan produksi dan diharapkan mampu memperoleh jumlah produksi optimal dan pendapatan petani yang maksimal.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka permasalahan dalam penelitian adalah : “Apakah penggunaan faktor-faktor produksi Luas lahan,
Modal dan Tenaga Kerja pada usahatani padi sawah mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pendapatan petani padi sawah di Kecamatan Kaway
XVI Kabupaten Aceh Barat ?” 1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Faktor Produksi, Luas Lahan, Modal dan Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat bagi penulis dalam rangka menyelesaikan studi untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh. Selain itu juga diharapkan dapat berguna bagi petani padi sawah dalam penggunaan faktor produksi pada usahatani padi sawah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kebijaksanaan Pemerintah dalam sektor pertanian sangat diharapkan dalam
usaha untuk meningkatkan produksi dan sekaligus meningkatkan pendapatan yang diterima sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Akibat perkembangan yang terus menerus dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi pangan yang begitu pesat memungkinkan meningkatkan produksi baik dalam hal kuantitas maupun dalam hal kualitasnya.
Walaupun demikian, peningkatan produktivitas ini masih terus dibayangi oleh laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, musim kemarau yang panjang dan fenomena lainnya serta tingginya harga produksi pertanian dan kelangkaan pupuk di lapangan. Inilah yang menjadi permasalahan khususnya bagi para petani dan pemerintah.
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengolahan itu adalah produktivitas dari setiap faktor produksi maupun produktivitas dari usahataninya (Hermanto, 1989:88). Menurut Soekartawi (1987:27) faktor-faktor produksi seperti tanah, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan modal dirasakan cukup, tetapi kalau tidak dikelola dengan baik maka produktivitas yang tinggi sebagaimana yang diharapkan juga tidak tercapai.
Untuk meningkatkan produktivitas usahatani, maka petani harus mampu menggunakan faktor produksi seefesien dan seefektif mungkin. Faktor-faktor produksi tersebut adalah : 1.
Luas Lahan 2. Modal 3. Tenaga Kerja
2.1 Pengertian Luas Lahan
Luas lahan garapan yaitu luas yang dinyatakan dalam hektar (Ha) dari seluruh tanaman yang digarap oleh petani sampel dalam mengusahakan padi sawah. Penggunaan luas lahan yang memadai atau sesuai dengan produksi yang dihasilkan adalah merupakan salah satu faktor yang turut meningkatkan hasil produksi. Menurut Soekartawi (1987:27) Faktor produksi lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan hasil produksi setiap usahatani. Besarnya hasil produksi juga menentukan besarnya pendapatan yang diterima. Oleh karena itu pemanfaatan luas lahan yang maksimal adalah langkah awal untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi.
Tanah adalah salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi keluar (Mubyarto, 1989:89).
Faktor produksi luas lahan garapan, tenaga kerja dan modal perlu dimanfaatkan secara efektif dan efesien, karena besarnya faktor-faktor produksi tersebut menentukan besarnya hasil produksi setiap usahatani. Selain itu faktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mendukung serta menentukan jumlah yang satu dengan lainnya. Hermanto (1989:36) menyatakan luas lahan usahatani menentukan pendapatan taraf hidup dan derajat kesejahteraan rumah tangga petani.
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa luas lahan usahatani menentukan jumlah penggunaan tenaga kerja dan besarnya modal yang diperlukan. Lahan yang luas memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dan modal yang lebih besar. Bagi lahan yang luas atau kelebihan tenaga kerja dan modal yang kurang akan menyebabkan luas lahan, tenaga kerja dan modal kurang efesien. Selanjutnya Soekartawi (1987:15) menyebutkan Keadaan tersebut tentunya akan mengurangi pendapatan usahatani. Dengan pengunaan tenaga kerja dan modal berlebihan menyebabkan pemborosan biaya produksi, sementara hasil produksi rendah disebabkan oleh lahan sempit.
Secara teknis dapat dilihat luas lahan menentukan jumlah populasi dari tanaman yang akan memberikan produksi dan produktivitas tanah adalah tidak lain daripada jumlah hasil total yang diperoleh dari satu kesatuan bidang tanah (satu hektar) selama satu tahun terhitung dengan uang (Thohir, 1983:146).
Petani dalam usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga kerja saja, tetapi lebih daripada itu dia sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang sesuai dengan pilihan (Hernanto, 1989:28). Penggunaan faktor produksi harus diperhitungkan sesuai dengan luas lahan yang ada, jenis atau bentuk pekerjaan dan waktu atau lama pekerjaan berlangsung.
2.2. Pengertian Modal
Modal adalah seluruh biaya dalam bentuk uang tunai yang dikeluarkan dalam pengelolaan usahatani yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Tanpa adanya modal yang cukup dalam pengelolaan suatu usaha maka tidak akan berhasil sebagaimana yang direncanakan. Karena modal merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam melaksanakan kegiatan usaha. Begitu juga bila kelebihan modal dalam suatu usaha, maka akan memboroskan biaya dan suatu perencanaan yang telah ditetapkan tidak tercapai dengan baik. Pada hakekatnya kebutuhan modal adalah kebutuhan dana untuk jangka waktu tertentu. Adanya suatu tingkat modal yang cukup suatu usaha dapat melakukan operasinya seekonomis mungkin dan tidak akan menemukan hambatan atau kesulitan dalam memperluas usahataninya
Soekartawi, 1987:15) ( .
Modal dalam suatu usaha dapat digunakan untuk membiayai operasinya sehari-hari, seperti untuk membayar upah tenaga kerja, membeli faktor-faktor produksi serta bahan-bahan lain yang diperlukan dalam usahatani. Weston (1986:245) menyebutkan bahwa modal kerja merupakan investasi suatu usaha guna membiayai operasional sesuai dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan.
Modal dapat dilihat dari sifatnya yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh Prathama, (1995:68) sebagai berikut :
1. Modal tetap yaitu barang yang dapat digunakan lebih dari satu kali dalam proses produksi, misalnya tanah, gedung dan alat-alat produksi. Barang- barang modal ini biasanya merupakan alat-alat produksi tahan lama.
2. Modal lancar, yaitu modal yang habis dipakai sekali saja dalam proses produksi, misalnya bahan-bahan bakar, bensin solar dan sebagainya yang habis sekali pakai.
3. Modal variabel yaitu jumlah uang yang digunakan untuk membayar upah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi.
Modal dilihat dari bentuknya : 1. Modal nyata, yaitu barang yang dapat digunakan dalam proses produksi yang terdiri atas modal barang dan modal uang.
2. Modal abstrak yaitu modal yang tidak terlihat, tetapi hasilnya dapat dilihat seperti kepandaian, pengetahuan, keahlian, nama baik dan keunggulan dibandingkan dengan pengelolaan usahatani lainnya.
Dari pernyataan tersebut diatas, maka dapat dijelaskan bahwa modal merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhitungkan oleh setiap pengelola usahatani karena tanpa adanya modal usaha yang cukup maka tidak akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan suatu usahatani.
2.3. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam usahatani tidaklah sama pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam perusahaan. Mubyarto (1989:123) menyebutkan bahwa :
“Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani (anak-anak berumur 12 tahun) sudah menjadi tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Mereka dapat membantu mengatur pengairan, mengangkut bibit atau pupuk kelahan garapannya. Tenaga kerja merupakan salah satu biaya produksi dikeluarkan dalam usahatani dan penggunaannya harus diperhitungkan sesuai dengan luas lahan yang ada, jenis dan bentuk pekerjaan, waktu dan lamanya pekerjaan berlangsung ”.
Selain tenaga kerja dalam keluarga yang penggunaannya tidak diupah secara langsung oleh petani, sedangkan dalam analisa ketenaga kerjaan juga diperlukan perbedaan tenaga kerja pria, wanita, anak-anak dan ternak, maka diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan hari kerja setara pria (HKP).
Soekartawi (1987:26) menyebutkan : “Dalam analisa ketenagakerjaan dan juga untuk memudahkan melakukan perbandingan penggunaan tenaga kerja, maka diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja, membandingkan tenaga kerja pria sebagai ukuran baku dan jenis tenaga kerja lainnya, dikonversikan berdasarkan upahnya yang berlaku didaerah penelitian atau setara upah tenaga kerja pria Rp. 17.500/hari kerja pria, wanita Rp.
12.500/hari kerja, saku anak-anak Rp. 10.000/hari kerja ’. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi sawah tidak dibutuhkan secara merata dalam proses produksi, melainkan pada saat-saat tertentu saja.
Kebutuhan tenaga kerja yang banyak adalah pada kegiatan penanaman dan pemanenan. Ketersediaan tenaga kerja yang dapat melancarkan kegiatan produksi, dari segi budidaya tentu akan meningkatkan produksi. Produksi yang tinggi akan menyumbangkan pendapatan yang tinggi pula kepada petani. Sedangkan pemborosan tenaga kerja akan mengurangi pendapatan dengan membayar upah tenaga kerja yang berlebihan.
Menurut standarisasi yang dituangkan dalam keputusan Bupati Aceh Barat tahun 2008 bahwa upah buruh tani termasuk kedalam kelompok buruh lapangan tak terlatih/UMR di Kabupaten Aceh Barat adalah Rp. 40.000.- per hari per orang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
10.
Pendapatan merupakan jumlah nilai yang diterima petani dari usahataninya. Purwanto (1983:53) menyatakan bahwa pendapatan dibagi dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah hasil yang diperoleh dari penerimaan usaha yang belum dikurangi dengan biaya produksi. Sedangkan pendapatan bersih meliputi nilai penerimaan yang telah dikurangi dengan semua pengeluaran untuk keperluan usaha.
52.250 80.000 50.000 65.000 60.000 90.000 50.000 45.000 50.000 50.000 40.000 40.000 41.000 45.000 Sumber : Standarisasi Harga Barang Tahun 2008.
Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang Hari/orang
14. Mandor Lapangan Mekanik Mekanik Pembantu Kepala Tukang Tukang Operator Terlatih Operator Kurang Terlatih Pembantu Operator Sopir Truk Sopir Personil Pembantu Sopir Buruh Lapangan Tak Terlatih Buruh Lapangan Kurang Terlatih Buruh Lapangan Terlatih
13.
12.
11.
9.
TABEL 3. UPAH BURUH TANI MENURUT JENIS TENAGA KERJA
8.
7.
6.
5.
4.
3.
2.
No. Jenis Tenaga Kerja Satuan Harga (Satuan) 1.
2.4. Pengertian Pendapatan
Soekartawi (1987:49) menyatakan bahwa pendapatan bersih usahatani merupakan imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor- faktor produksi, seperti modal, tenaga kerja, luas lahan dan pengelolaannya. Pendapatan sangat dipengaruhi oleh besarnya skala usaha, pemilikan cabang usaha, efesiensi dalam penggunaan tenaga kerja, tingkat produksi, pemasaran, umur petani dan tingkat pengetahuan yang dimiliki.
Usaha untuk meningkatkan produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani, maka petani sangat memerlukan tambahan modal biaya. Untuk mengimbangi tambahan modal biaya tersebut dikehendaki adanya perbandingan harga keluaran dan pemasukan yang menguntungkan, agar petani tetap terangsang untuk menjalankan usahataninya.
Apabila pendapatan petani meningkat berarti pula membantu petani dalam meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu dalam kegiatan usahatani perlu adanya perhatian tentang peningkatan produksi, meningkatkan pendapatan dan memperoleh kesempatan kerja. Sebagai produsen petani tidak saja bertujuan memperoleh produksi yang setinggi-tingginya, akan tetapi tujuan akhir adalah memperoleh pendapatan berupa hasil produksi atau uang agar petani dapat meningkatkan pendapatannya.
2.5. Hipotesis.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : “Diduga penggunaan faktor produksi luas lahan, tenaga kerja dan modal berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pendapatan petani padi sawah di
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat”.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
. Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan cara “Purposive Sa mpling” dengan pertimbangan bahwa desa-desa di Kecamatan Kaway
XVI merupakan daerah yang mengusahakan intensifikasi padi sawah dan mempunyai hamparan sawah yang luas dibandingkan dengan desa-desa lain diluar Kecamatan Kaway XVI. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2008.
Objek yang diteliti adalah petani yang mengusahakan penanaman padi sawah, ruang lingkupnya terbatas pada masalah luas lahan, modal dan penggunaan tenaga kerja di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
Ruang Lingkup ini terbatas pada masalah produksi dan pendapatan usahatani padi sawah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3.2. Metode yang digunakan, Populasi, Teknik Pengambilan Sampel dan
Besar SampelMetode penelitian yang dipakai adalah Survai, populasinya adalah semua petani yang mengusahakan padi sawah di Kecamatan Kaway XVI.
Teknik pengambilan sampel petani dilakukan dengan Acak Sederhana (Simple Random Sampling). Besarnya sampel masing-masing diambil sebanyak 20 persen dari jumlah petani produktif yang berada pada daerah penelitian.
3.3. Batasan Variabel dan Data yang dipakai
Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan maka dibutuhkan beberapa veriabel dan data untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut antara lain: 1.
Luas Lahan Garapan (Ha).
2. Tenaga Kerja (HKP/Ha).
3. Biaya produksi/Modal (Rp/Ha).
4. Pendapatan (Rp/Ha).
3.4. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dibatasi sebagai berikut : 1.
Luas Lahan Garapan adalah lahan yang digunakan oleh petani untuk berusaha tani tanaman padi sawah yang diperhitungkan dalam hektar.
Penggunaan luas lahan yang memadai atau sesuai dengan produksi yang dihasilkan adalah merupakan salah satu faktor yang turut meningkatkan hasil produksi 2. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan usahatani, dalam menghitung tenaga kerja perlu dikonversikan kedalam Hari Kerja Pria (HKP) sebagai berikut :
t x h x j L W
Dimana : L = Tenaga Kerja Orang per hari (HKP). t = Jumlah tenaga kerja (orang). h = Jumlah hari kerja (hari). j = Jumlah jam kerja (jam). W = Jumlah rata-rata jam kerja (jam/hari/orang) diasumsi rata-rata 6 jam/hari/orang.
3. Modal adalah nilai konversi dari penggunaan faktor produksi yang merupakan biaya dalam proses produksi atau disebut juga biaya produksi.
Biaya ini merupakan keseluruhan pengeluaran baik tunai maupun tidak tunai yang digunakan untuk satu kali proses produksi. Dengan kata lain, modal adalah biaya yang sesungguhnya dibayar ditambahkan dengan biaya tidak dibayar tetapi diperhitungkan seperti sewa milik sendiri maupun tenaga kerja dalam keluarga. Besar kecilnya biaya ini mempengaruhi produksi sekaligus mempengaruhi pendapatan.
4. Pendapatan bersih petani padi sawah adalah hasil kali jumlah produksi dengan harga perkilogram dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan sebagai biaya produksi.
3.5. Model dan Metode Analisis.
Untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, maka penulis menggunakan model analisis Regresi Linier Berganda dengan formulanya sebagai berikut (Sudjana, 1992 : 383):
Y = + + +
X X X + e
1
1
2
2
3
3 i
α β β β Dimana : Y = Pendapatan usahatani padi sawah (Rp/Ha) x
1 = Luas lahan tanaman padi sawah (Ha) x
2 = Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan untuk
mengelola usahatani padi sawah (HKP) x = Besarnya Modal yang digunakan untuk mengelola
3
usahatani padi sawah (Rp/Ha) = Konstanta yang akan dicari
α , = Koefisien Regresi yang akan dicari
1,
2
3
β β β ei = Error Term Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi Luas lahan, Modal dan Tenaga Kerja terhadap pendapatan petani padi sawah secara menyeluruh digunakan uji “F” dengan kaedah keputusan :
Jika F > F , maka terima Ha dan tolak H
cari tabel
Jika F cari tabel , maka tolak Ha dan terima Ho ≤ F
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi Luas lahan, Modal dan Tenaga Kerja terhadap pendapatan petani padi sawah secara parsial digunakan Uji “t” dengan kaedah keputusan : Jika t > t , maka terima Ha dan tolak Ho
cari tabel
Jika t cari tabel , maka tolak Ha dan terima Ho ≤ t
Hipotesis selanjutnya diformulasikan sebagai berikut : H : ai = 0, artinya Luas lahan, tenaga kerja dan modal tidak berpengaruh
o nyata terhadap pendapatan petani padi sawah.
H
a
: ai ≠ 0, Luas lahan, tenaga kerja dan modal berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Petani Tingkat produksi sekaligus pendapatan usahatani yang diusahakan
turut dipengaruhi oleh karakteristik petani yang mengusahakan. Unsur-unsur seperti umur, pendidikan, pengalaman dan besarnya jumlah tanggungan mempunyai hubungan dengan kemampuan petani dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berpikir. Petani yang lebih muda biasanya cenderung lebih agresif dan lebih dinamis dalam berusahatani bila dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Disamping itu umur juga mempengaruhi seorang petani dalam mengelola usahataninya. Petani dengan umur yang relatif lebih muda akan mampu bekerja keras bila dibandingkan dengan petani yang lebih tua.
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang menentukan dalam kemampuan seorang petani mengadopsi teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi kemampuan yang dimilikinya dalam mengembangkan dan menerapkan segala sesuatu yang menyangkut usahataninya.
Kemajuan teknologi yang terus berkembang menuntut respon yang positif dari penggunanya. Dalam bidang pertanian kemajuan teknologi produksi telah memberikan adanya perubahan-perubahan dalam pengusahaan usahatani komoditi tertentu.
Petani dengan tingkat pendidikan yang tinggi umumnya akan lebih mudah menerima perubahan-perubahan guna perbaikan, oleh karena itu lebih mampu untuk mengintensifkan usahataninya dibandingkan dengan petani yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan daya serap petani terhadap teknologi lamban, sehingga dapat mendatangkan kesulitan serta membutuhkan waktu yang lama untuk mengadopsi inovasi-inovasi baru tersebut.
Jumlah tanggungan dalam keluarga juga mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran keluarga petani. Dengan jumlah tanggungan yang besar maka petani akan memiliki tenaga kerja dalam keluarga yang lebih besar pula. Hal ini akan berpengaruh terhadap biaya tidak tunai yang sebenarnya termasuk dalam penerimaan keluarga petani.
Jumlah tanggungan yang relatif besar akan menekan biaya produksi yang dibayarkan petani lebih kecil. Dengan penambahan tenaga kerja dalam keluarga akan menambah pendapatan yang diterima petani. Keseriusan dalam penerapan teknologi juga akan semakin baik apabila diusahakan oleh anggota keluarga bila dibandingkan dengan tenaga kerja luar keluarga.
Pengalaman dalam berusahatani juga menentukan keberhasilan suatu usahatani. Petani dengan pengalaman kerja yang lebih lama akan lebih mudah mengambil keputusan yang baik pada saat yang tepat. Selain itu pengalaman seseorang merupakan indikator terhadap kemampuannya dalam mengembangkan usahataninya. Dengan pengalaman yang lebih lama, pengalokasian sumber daya yang dimiliki akan lebih efektif. Data karakteristik petani sampel padi sawah di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
TABEL.4. RATA-RATA KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL DI
DAERAH PENELITIAN TAHUN 2007.No Uraian Satuan Rata-rata
1 Umur Tahun 41,90
2 Pendidikan Tahun 10,20
3 Pengalaman Tahun 14,60
4 Jumlah Tanggungan Jiwa 3,00
5 Luas lahan Hektar 1,00 Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2007.
Dari Tabel 4 di atas terlihat bahwa rata-rata usia petani sampel masih tergolong usia produktif. Bakir dan Maning (1982) menyatakan bahwa, umur produktif untuk bekerja di negara berkembang umumnya adalah antara 15 sampai dengan 55 tahun. Dari jumlah sampel 20 orang Umur rata-rata petani sampel di daerah penelitian adalah 41,90 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian adalah 10,20 tahun yang berarti belum menamatkan Sekolah Menengah Umum.
Seperti telah diuraikan di atas bahwa pengalaman bertani turut mempengaruhi kemampuan petani dalam menerima inovasi baru dalam uapaya meningkatkan produksi. Rata-rata pengalaman petani sampel adalah 14,60 tahun, keadaan ini menunjukkan bahwa petani telah cukup berpengalaman dalam mengelola usahataninya.
Rata-rata tanggungan keluarga petani sampel di daerah penelitian adalah 3 jiwa, yang berarti pengaruh terhadap besarnya pendapatan petani tidak begitu besar.
4.2. Luas Lahan
Keseluruhan areal yang digarap petani untuk usahatani padi sawah pada satu kali musim tanam merupakan luas lahan garapannya. Luas lahan yang diusahakan oleh petani sampel sangat bervariasi, pada umumnya petani sampel merupakan pemilik lahan atau bukan sebagai penyewa dan penyakap.
Pada daerah penelitian ini luas lahan pada umumnya merupakan lahan sedang. Rata-rata luas lahan garapan petani sampel adalah 1 hektar.
Heranto (1989 : 46) menyatakan bahwa, yang termasuk golongan lahan luas adalah lahan yang lebih dari 2 hektar, golongan lahan sedang antara 0,5 sampai 2 hektar dan golongan lahan sempit kurang dari 0,5 hektar. Luas lahan garapan pada penelitian ini berkisar antara 0,5 sampai dengan 1,75 hektar.
4.3. Penggunaan Tenaga Kerja
Besarnya pencurahan tenaga kerja dari setiap jenis tenaga kerja yang digunakan, maka seluruh unit satuan kerja dihitung dengan mengkonversikan ke dalam Hari Kerja Pria (HKP) dengan rata-rata waktu kerja 7 jam/hari/orang. Perincian pencurahan tenaga kerja menurut fase kegiatan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
TABEL 5. RATA-RATA PENCURAHAN TENAGA KERJA MENURUT FASE KEGIATAN PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN TAHUN 2007. No Luas Pengolahan Penanaman Pemupukan Penyiangan Pemanenan Jumlah Sampel Lahan Tanah (Ha) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP)
15
14
1.25
50.00
20.00
13.00
22.50 14.00 119.50
1.25
10.00
50.00
20.00
12.00
22.50 14.00 118.50
16
0.75
50.00
94.00
18.00
12.00
16.00
18.00
12.00
98.00
12
0.80
30.00
10.00
10.00
18.00
10.00
84.00
13
1.00
40.00
16.00
20.00
22.50 12.50 117.00
16.00
12.50
5.00
57.00
20
1.20
50.00
20.00
22.50 13.00 118.00 Jumlah 18.80 790.00 321.00 201.50 360.00 204.00 1876.50 Rata-Rata
5.00
39.50
16.05
10.08
18.00
10.20
93.83 Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2007.
Pengolahan tanah bertujuan untuk membenamkan rumput dan alang- alang, juga untuk mendapatkan tanah dengan porositas yang baik bagi pertumbuhan bibit padi. Pengolahan tanah di daerah penelitian dilakukan sesuai anjuran yaitu 2 kali bajak dan 1 kali garu, dengan kedalaman 20 cm.
9.00
8.00
17
94.00
1.00
40.00
16.00
10.00
18.00
10.00
18
30.00
1.00
40.00
20.00
10.00
18.00 12.00 100.00
19
0.50
12.00
40.00
1
7.50
4
0.75
30.00
12.00
7.00
13.50
70.00
17.00
5
0.50
20.00
8.00
5.00
9.00
5.00
31.50 17.00 163.50
28.00
6
0.60
1.00
50.00
22.00
15.00
27.00 15.00 129.00
2
20.00
70.00
8.00
5.00
9.00
6.00
48.00
3
1.50
47.00
0.50
1.00
10
20.00
8.00
5.00
9.00
8.00
50.00
0.70
9
20.00
8.00
6.00
9.00
5.00
48.00
11
0.50
27.00 15.00 141.00
20.00
1.50
7.00
5.00
9.00
5.00
46.00
7
60.00
15.00
24.00
15.00
27.00 8.00 134.00
8
1.50
60.00
24.00
Pengolahan tanah ini pada umumnya dilakukan dengan tenaga mesin dan ternak dengan sistim upah borongan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk pengolahan tanah adalah 39,50 HKP/Ha, penanaman 16,05 HKP/Ha pemupukan 10,08 HKP/Ha, penyiangan 18 HKP/Ha dan pemanenan 10,20 HKP/Ha.
4.4. Penggunaan Sarana Produksi
Sarana produksi yang digunakan pada penelitian ini meliputi benih, pupuk Urea, SP36, KCl, herbisida dan insektisida. Rata-rata penggunaan sarana produksi pada daerah penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.
4.5. Biaya Produksi
Dalam penelitian ini biaya produksi yang diperhitungkan adalah seluruh pengeluaran yang dibayar tunai maupun tidak tunai untuk satu kali musim tanam. Perhitungan didasarkan atas harga-harga yang berlaku di daerah penelitian.
Biaya yang diperhitungkan meliputi biaya tenaga kerja, biaya sarana produksi dan biaya lainnya. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan meliputi pengolahan tanah, penanaman bibit, pemupukan, penyiangan dan pemanenan yang dinyatakan dalam HKP. Upah yang dikeluarkan untuk tenaga kerja saat penelitian sebesar Rp. 20.000 per Hari Kerja Pria (HKP) dengan masa kerja 7 jam/hari.
Perincian penggunaan biaya produksi di daerah penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.
4.6. Produksi
Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah fisik yang dihasilkan dari usahatani padi sawah. Hernanto (1989 : 170) menyebutkan konsep dasar didalam kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah fungsi produksi. Melalui fungsi produksi dapat dilihat secara nyata bentuk hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh sejumlah produksi dan sekaligus menunjukkan produktivitas dari hasil itu sendiri. Rata-rata produksi dan produktivitas pada usahatani padi sawah dapat dilihat pada lampiran 3.
4.7. Nilai Produksi
Nilai Produksi merupakan pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil kali total produksi dengan harga jual yang berlaku pada saat penelitian.
Harga gabah di daerah penelitian adalah Rp. 1.600/Kg.
Adapun rata-rata nilai produksi gabah di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
12 0.80 3700 1600 5920000
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh petani dari produksi yang dihasilkan. Peningkatan pendapatan pada setiap musim tanam akan
Dari Tabel 6 di atas terlihat bahwa rata-rata nilai produksi usahatani padi sawah adalah sebesar Rp. 7.735.600/Ha dimana harga gabah per kilogram yang berlaku pada saat penelitian adalah Rp. 1.600/Kg.
20 1.20 6875 1600 11000000 Jumlah 18.80 96695.00 32000.00 154712000.00 Rata-rata 0.94 4834.75 1600.00 7735600.00 Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2007 .
19 0.50 2650 1600 4240000
18 1.00 5500 1600 8800000
17 1.00 5500 1600 8800000
16 0.75 6875 1600 11000000
15 1.25 6875 1600 11000000
14 1.25 6875 1600 11000000
13 1.00 4550 1600 7280000
11 1.00 4400 1600 7040000
TABEL 6. RATA-RATA NILAI PRODUKSI PADA USAHATANI
PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN TAHUN 2007.10 0.70 2750 1600 4400000
9 0.50 2700 1600 4320000
8 1.50 8245 1600 13192000
7 1.50 8255 1600 13208000
6 0.50 2250 1600 3600000
5 0.50 2545 1600 4072000
4 0.75 2475 1600 3960000
3 1.50 6625 1600 10600000
2 0.60 2750 1600 4400000
1 1.00 4300 1600 6880000
No Sampel Luas Lahan (Ha) Produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) Nilai Produksi (Rp)
4.8. Analisis Pendapatan
memotisivasi petani untuk lebih serius dalam mengusahakan usahataninya. Pendapatan adalah selisih antara nilai produksi dengan biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung.
10 0.70 1444500 4400000 2955500
20 1.20 3420750 11000000 7579250 Jumlah 18.80 54420936.00 154712000.00 100291064.00 Rata-rata 0.94 2721046.80 7735600.00 5014553.20 Sumber : Data Primer (diolah) tahun 2007.
19 0.50 1579500 4240000 2660500
18 1.00 2865000 8800000 5935000
17 1.00 2739000 8800000 6061000
16 0.75 3287250 11000000 7712750
15 1.25 3453750 11000000 7546250
14 1.25 3464250 11000000 7535750
13 1.00 2739000 7280000 4541000
12 0.80 2475000 5920000 3445000
11 1.00 2823000 7040000 4217000
9 0.50 1432500 4320000 2887500
Rata-rata pendapatan pada usahatani padi sawah di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
8 1.50 4108500 13192000 9083500
7 1.50 3961500 13208000 9246500
6 0.50 1348500 3600000 2251500
5 0.50 1369500 4072000 2702500
4 0.75 2054736 3960000 1905264
3 1.50 4715700 10600000 5884300
2 0.60 1417500 4400000 2982500
1 1.00 3721500 6880000 3158500
(Rp)
Nilai Produksi (Rp) Pendapatan (Rp)TABEL 7. RATA-RATA PENDAPATAN PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN TAHUN 2007. No Sampel Luas Lahan (Ha)
Biaya
Produksi
Dari Tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata pendapatan usahatani padi sawah di daerah penelitian sebesar Rp. 5.014.553,20/Ha.
4.9. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani di Daerah Penelitian.
Pendapatan petani pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh faktor luas lahan, tenaga kerja dan biaya produksi dalam melakukan usahatani padi sawah di daerah penelitian.
Dari hasil analisis pendapatan petani yang dilakukan dengan pendekatan regresi linier berganda di peroleh data sebagai berikut:
TABEL 8. HASIL ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA 2 Koefesien Determinasi (R ) = 0,71 F = 13,14 hitung F tabel = 3,35 Sig F = 0,00 t = 1,71 tabel = 0,05 taraf nyata (α) Nama Variabel
Variabel Koefesien Std. Error t Sig.
A (Constant) 772220.3998 975551.7062 -0.79 0.440
X1 Luas Lahan (X ) 1 8866162.769 3978804.66 2.228 0.040
X2 Tenaga Kerja (X ) 2 516686.769 360446.5656 1.433 0.170
X3 Biaya Produksi (X 3 )
- 18.7521800 13.42176213 -1.397 0.181
Sumber : Hasil Analisis Data,2008 Berdasarkan tabel 11 di atas hasil perhitungan regresi linier berganda dengan 3 (tiga) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat memperlihatkan persamaan sebagai berikut :
Y = 772.220,4 + 8.866.162,769X + 516.686,769X
1
2
3 – 18,7521800X
Persamaan regresi tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut: a = 772.220,4 menunjukakan bahwa apabila faktor-faktor X
1 , X
2
dan
X 3 dianggap konstan (=0), maka pendapatan petani akan sebesar Rp. 772.220,4 a
1 = 8.866.162,769 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu Hektar lahan akan menambah pendapatan sebesar Rp. 8.866.162,769 dengan asumsi faktor lain tetap. a
2 = 516.686,769 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu
HKP maka akan menambah pendapatan sebesar Rp. 516.686,769 dengan asumsi faktor lain tetap. a
3 = -18,75218 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu Rupiah biaya produksi maka akan mengurangi pendapatan sebesar Rp.
18,75218 dengan asumsi faktor lain tetap.