JAS Vol 15 No 1 Aksi Petani dan Gerakan Politik Pedesaan 08-Kerawanan_Pangan

BAHASAN UTAMA

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN
YANG MELINGKUPI: KASUS KABUPATEN
DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
1

Yusup Napiri Maguantara 2

Abstract
The study we carried out started from the need for improving the people's food
system in Dompu Regency. The discourse has long been thrown by NGOs, government, peasant groups, and even starvation has long become news in Dompu. The passage is going to reveal that the relation between the physical nature
condition and the social structure surrounding a community should be paid
attention in order to comprehend the potency of food criticality, as the overcoming reference at once. The data and information used in this passage were
taken from the research carried out by the studying team of Food Storage of
Dompu regency from April—August 2005.

Pendahuluan

pangan di Kabupaten Dompu—mulai
dari rendahnya harga pada saat pa-


Latar dan Tujuan

nen hingga kesulitan mengolah tanah
pada musim kemarau dan tidak mera-

Sederet persoalan yang dihadapi pe-

tanya penguasaan tanah pertanian.

tani produsen pangan muncul dalam

Kemunculan persoalan-persoalan ter-

sebuah lokakarya mengenai sistem

sebut, dan terdapatnya laporan kela-

1 Tulisan ini merupakan bagian dari Laporan Studi Pembentukan Lumbung Pangan Daerah


Kabupaten Dompu yang akan beredar dalam lingkup yang terbatas. Penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada seluruh tim studi, terutama untuk Dede Mulyanto (staf peneliti
AKATIGA), Wawuk Kristian Wijaya, dan Dedi Kurniawan (Staf peneliti KRKP) yang turut serta dalam
proses studi lapang dan penulisan laporannya. Namun demikian, keseluruhan isi dari tulisan ini
menjadi tanggung jawab penulis.
2 Staf peneliti AKATIGA.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

83

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

paran dan kekurangan gizi di Kabu-

ngan berakar pada kemiskinan. Na-

paten Dompu 3, jelas merupakan indi-

mun, kemiskinan itu sendiri tumbuh


kasi kerawanan pangan di kabupaten

dari tanah yang dipenuhi unsur-unsur

itu. Indikasi ini patut diwaspadai, wa-

beraneka ragam yang terjalin secara

laupun jika merujuk pada neraca pro-

rumit.

duksi-konsumsi beras tahun 2004 Ka-

yang rumit tersebut sering membuat

bupaten

pihak-pihak yang berkepentingan de-


Dompu

surplus

sekitar

Persenyawaan

unsur-unsur

23.500 ton.4

ngan masalah ini putus asa dan me-

Jelas, kelaparan sebagian penduduk

tujuan “asal ada program”.

milih cara-cara serampangan dengan

bukan karena Kabupaten Dompu tidak menghasilkan surplus hasil tani.

Dalam tulisan ini, saya akan meng-

Terlebih dengan program bantuan

ungkapkan bahwa pertalian antara

beras murah berjumlah ribuan ton

kondisi fisik alam dan struktur sosial

juga turun dari pemerintah pusat.

yang melingkupi sebuah komuniti pa-

Singkatnya, kerawanan pangan bu-

tut diperhatikan dalam upaya mema-


kan persoalan alamiah semata, me-

hami potensi kerawanan pangan, se-

lainkan telah terjadi kerusakan sistem

kaligus sebagai acuan penanganan-

jaminan pangan dan pengaturannya.

nya. Sejumlah data dan informasi
yang digunakan dalam tulisan ini di-

Fenomena kerawanan pangan terse-

ambil dari penelitian yang dilakukan

but menggugah pihak-pihak tertentu

tim kaji Lumbung Pangan Kabupaten


untuk berupaya melenyapkannya, en-

Dompu pada rentang April—Agustus

tah terdorong oleh keibaan manu-

2005. Tim kaji lumbung ini meru-

siawi, panggilan ideologis, ataupun

pakan kolaborasi tiga lembaga, yaitu

oleh kepentingan politik untuk mengi-

Tim 15 Kabupaten Dompu 5, KRKP 6,

kis rakyat lapar yang sering “meng-

dan AKATIGA 7, dengan dukungan dari


gangu penampilan” di forum antar-

Pemda Kabupaten Dompu dan Veco-

bangsa. Sulit kita mengelak dari ke-

RI 8 .

nyataan bahwa ketakterjaminan pa3 Lihat Harian Kompas 11 Juli 2005 halaman 38 dan hasil survai lapang gizi buruk dan indikasi rawan

pangan Kabupaten Dompu yang dilakukan oleh FORSIP-PS dan PWI Dompu tahun 2005.
4 Laporan Dinas Pertanian Kabupaten Dompu 2005
5 Tim 15 terdiri dari unsur petani, organisasi Petani Dompu, LSM, pemerintah, DPRD dan Promis

GTZ.
6 Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, sebuah perkumpulan LSM dan individu yang menggagas

kedaulatan rakyat atas pangan, di Bogor.
7 Sebuah LSM Pusat Kajian Masalah-masalah Sosial di Bandung.

8 Lembaga donor yang memperhatikan masalah petani dan pertanian di Denpasar.

84

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

Cara Pandang Kerawanan Pangan

lainnya, terutama kebutuhan petani
seperti pupuk dan bibit, mahal. Di

Secara sederhana, terdapat dua pen-

tingkat

dekatan dalam menjelaskan sebab-

(tuan tanah, tengkulak, rentenir, dan


pedesaan,

elite

setempat

musabab kerawanan pangan yang

pamong desa) menumpuk kekayaan

tentunya mempengaruhi pendekatan

dan kekuasaan. Perubahan sosial-

terhadap penyelesaiannya juga, yaitu

ekonomi biasanya menguntungkan

pendekatan sosial-politik dan pende-


golongan-golongan elite ini.

katan lingkungan fisik.
Bagi pendekatan ini, teknologi dan
meman-

komersialisasi memainkan peran da-

dang kerawanan pangan muncul da-

lam pemiskinan. Komersialisasi me-

lam kemiskinan yang berakar dalam

nyebabkan

hubungan-hubungan sosial tak adil.

membanjiri desa-desa dan mema-

Kemiskinan merupakan akibat dari

tikan usaha di desa. Teknologi padat-

proses pemusatan kekayaan (domi-

modal menghancurkan kehidupan bu-

nasi atas barang) dan kekuasaan (do-

ruh dan pekerja. Keduanya bersifat

minasi atas orang) pada segelintir pi-

memusatkan kekayaan dan kekua-

hak. Pemusatan kekayaan dan kekua-

saan di tangan orang kaya dan men-

saan ini terjadi pada tiga tingkatan.

jadikan mereka kian kaya dengan

Pada tingkat internasional, negara-

mendapat

negara kaya menjadikan negara mis-

banyak atau memperbesar dagang-

kin tetap miskin lewat penjajahan

annya. Ikatan antara orang kaya di

atau ikatan merugikan, dan pada saat

kota dan di desa diperkuat. Ikatan ini

yang sama memperoleh keuntungan

oleh Breman dan Wiradi (2004) dise-

dari penanaman modal dan pengem-

but patronase sipil. Kedudukan orang

balian keuntungan. Di tingkat nasio-

kaya diperkukuh lewat persekutuan

nal, negara-negara miskin mendahu-

dengan pemuka politik, pemerintah,

lukan kepentingan golongan mene-

dan elit desa. Hasilnya, orang miskin

ngah perkotaan di atas kepentingan

semakin sengsara, lemah, dan tersi-

golongan miskin pedesaan melalui

sih. Semua pengambilan keputusan

pergeseran nilai tukar perdagangan

yang berkenaan dengan lingkungan

antara desa dan kota serta melalui

tinggal berada di tangan orang-orang

investasi di bidang industri dan jasa.

yang percaya diri, yaitu orang kaya

Pangan diatur agar murah untuk

dan berpendidikan. Hal ini diperparah

warga kota, tetapi barang-barang

oleh keberpihakan sebagian pemuka

Pendekatan

sosial-politik

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

produk-produk

hasil

pertanian

kota

lebih

85

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

agama, pegiat LSM, dan peneliti pada

pangan. Semua faktor alam tersebut

golongan elite, karena bagaimana-

tentu tidak bisa begitu saja diabaikan.

pun, mereka berasal dari golongan

Bagaimanapun, kerawanan pangan

elite juga (Chamber 1983).

lebih sering muncul di daerah yang
rentan bencana alam.

Pandangan ini tentu saja mendapat
tantangan dari mereka yang mende-

Kedua pendekatan di atas tidak se-

kati masalah dari segi tampakan fisik

luruhnya keliru. Sebagian faktor kera-

tempat masalah terjadi. Pendekatan

wanan pangan memang mendekam di

yang menantang ini boleh disebut

arena sosial-politik. Struktur sosial

dengan pendekatan lingkungan fisik.

dan moda produksi yang mengha-

Pendekatan ini melihat akar masalah

lalkan eksploitasi segelintir orang atas

kerawanan pangan pada tekanan ke-

sebagian besar orang juga mengha-

pendudukan dan tekanan terhadap

silkan segolongan orang terpinggir

sumberdaya alam dan lingkungan hi-

yang susah payah mencapai keter-

dup. Lebih banyak manusia, lebih

jaminan pangan sepanjang tahun.

besar kerusakan yang dilakukannya

Sebagian faktor lain sangat mungkin

terhadap lingkungan hidupnya dan,

berada di lingkungan fisik alam.

karenanya, dari generasi ke generasi
mereka tetap (atau kian) miskin.
Faktor-faktor

fisik

seperti

kuman

penyakit, lingkungan yang kotor, bah-

Konteks Alam dan Sosial Kerawanan Pangan di Kabupaten Dompu

kan pemukiman yang tidak memadai
juga dianggap sebab sekaligus akibat

Sejarah Ekologi dan Demografi

dalam lingkaran kemiskinan yang di
tengah-tengahnya

kerawanan

pa-

Kabupaten Dompu merupakan salah
satu kabupaten di Pulau Sumbawa.

ngan tinggal.

Pulau Sumbawa sendiri adalah pulau
Selain itu, pendekatan ini juga me-

seluas 13 ribu kilometer persegi yang

lihat faktor cuaca dan iklim sebagai

secara topografis merupakan daerah

sumber masalah. Iklim kering mem-

berbukit-bukit. Rangkaian perbukitan

batasi tanaman pertanian tertentu

memanjang dari barat ke timur de-

untuk menghasilkan panenan yang

ngan

lebih banyak. Kekeringan, banjir, atau

Gunung Tambora (2.821 m dpl).

titik

tertinggi

pada

puncak

wabah hama juga berperan dalam
masalah kemiskinan dan kerawanan

86

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

Sejarah ekologi Pulau Sumbawa, me-

kelompok bangsa Melayu-Polinesia

nurut tipologi Geertz (1983), terma-

Tengah (Parimartha 2002:35).

suk ke dalam ekologi “Indonesia
Luar”, yang didominasi lahan kering

Letusan gunung Tambora pada tahun

dan perladangan. Tidak seperti eko-

1815 adalah peristiwa penting dalam

logi sawah yang berlaku di Jawa, eko-

sejarah Pulau Sumbawa, pada umum-

logi ladang memang sulit untuk me-

nya. Letusan tersebut menelan kor-

nampung penduduk padat karena

ban 11.000 orang tewas dan 37.825

surplus hasil pertaniannya yang tidak

orang meninggal dunia karena kela-

bisa menghidupi banyak orang. Bukit-

paran yang mengikuti bencana ter-

bukit berbatu dan tanah-tanah kering

sebut. Selain itu tercatat 36.275 o-

yang tidak bisa ditumbuhi tanaman

rang meninggalkan pulau mengungsi

pangan merupakan lanskap umum

ke pulau lain. Kerajaan Dompu lenyap

sepanjang pulau. Kian ke timur iklim

dan menyisakan sekitar 2.000—3.000

semakin kering. Sebagai contoh, 64

orang

persen tanah di Kabupaten Dompu,

kerajaan (Chamber-Loir 1985, Pari-

penduduk

yang

kehilangan

secara umum, merupakan hutan tro-

martha 2002:115—119). Jadi, sebe-

pis kering yang menyelimuti rang-

lum ledakan Tambora, Dompu dihuni

kaian perbukitannya. 23 persen lahan

oleh sekitar 10.000—11.000 orang

merupakan ladang kering, dan hanya

dan setelah ledakan tinggal 2000—

11 persen yang tercatat merupakan

3000 jiwa saja. Suatu penurunan

sawah. Satu bagian dari Kabupaten

demografik yang pasti mengubah

Dompu, yaitu Kecamatan Kilo bahkan

banyak sekali segi kehidupan mereka.

hanya 442 hektar saja yang meru-

Saat sekarang, kepadatan penduduk

pakan sawah sedangkan lahan ke-

Dompu bisa dikatakan tidak padat,

ringnya 23 ribu hektar.

hanya

144

hingga

200

jiwa/km

persegi dibandingkan dengan Jawa
Penghuni prasejarah pulau Sumbawa

yang

mencapai

secara umum bisa digolongkan men-

persegi.

2.000

jiwa/km

jadi dua. Berdasarkan analisis bahasa
Pulau

Masyarakat pedesaan Dompu meru-

Sumbawa bagian barat (Sumbawa)

pakan kelanjutan masyarakat pela-

tergolong ke dalam Melayu-Polinesia

dang berpindah yang pernah menge-

Barat; dan penduduk bagian timur

nyam keberadaan kerajaan sebagai

(Dompu, Bima) tergolong ke dalam

pemegang kendali politik di tingkat

yang

digunakan,

penduduk

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

87

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

supra-kampung. Dengan hancurnya

luang meningkatnya orang yang men-

Kerajaan Dompu, maka tidak ada lagi

jadi pengemudi ojek cukup tinggi.

otoritas suprakampung yang berperan dalam menegakkan norma aturan

Berkenaan dengan air, ada beberapa

bersama dalam cakupan luas. Selain

sumber air untuk memenuhi kebu-

itu, banyaknya lahan kosong karena

tuhan penduduk pedesaan Dompu,

ditinggal pemilik, baik mati karena

yaitu air sungai, mata air, dan sumber

bencana Tambora maupun mengungsi

air dalam. Tidak semua daerah dialiri

ke luar pulau, memungkinkan sistem

sungai. Selain itu, pendeknya alur su-

peladangan berpindah kembali dija-

ngai juga menyebabkan air tidak sela-

lankan. Orang Dompu kembali ke ma-

lu ada sepanjang tahun. Untuk keper-

syarakat peladang berpindah. Mung-

luan rumah tangga, penduduk desa

kin sampai kekuasaan kolonial kem-

banyak memanfaatkan sumber mata

bali menguasai di awal abad ke-20.

air yang merupakan berkah dari rangkaian perbukitan yang relatif masih
memungkinkan air tersimpan. Air dari

Sarana dan Prasarana Desa

mata air disalurkan melalui pipa-pipa

Jalan lintas pulau yang berkelok-kelok

langsung ke beberapa tempat. Satu

di sepanjang pesisir utara meng-

tempat

hubungkan kota pelabuhan Bima dan

oleh beberapa rumah tangga; bia-

Sumbawa Besar. Setiap hari bus-bus

sanya lima hingga enam rumah. Pada

angkutan umum mengangkut pen-

bulan-bulan paling kering (Juli-Agus-

duduk pulau kering ini dari satu kota

tus-September), air sungai yang ting-

ke kota lainnya. Jalan lintas yang

gal sedikit pun menjadi sumber air

menghubungkan

untuk keperluan mandi, cuci, dan ka-

kota

kabupaten

dengan wilayah-wilayah pedesaannya
merupakan

sarana

sejak

penyaluran

dimanfaatkan

kus.

dekade

1990-an dan dimanfaatkan pemilik

Listrik

modal sebagai transportasi darat.

Dompu sejak dekade 1980-an bersa-

Bus-bus kecil dan truk hilir-mudik

maan dengan dibangunnya jalan-

mengantar orang dan barang dari de-

jalan lintas yang menghubungkan

sa ke kota dan sebaliknya. Dua atau

kota

tiga tahun lalu jasa angkutan sepeda

wilayah pedesaannya. Namun demi-

motor, ojek, mulai mengisi kekurang-

kian, tidak semua penduduk bisa

an angkutan bis untuk rute-rute jarak

mengakses listrik. Sebagai contoh, di

dekat. Lima tahun mendatang pe-

Kecamatan Hu'u saja, hanya 30 per-

88

sudah

mencapai

kabupaten

dengan

pedesaan

wilayah-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

sen rumah tangga yang teraliri lis-

pemukiman, semua ladang dan sa-

trik. Di beberapa kecamatan, seperti

wah mempunyai gubuk yang di sana

di Kilo, sebagian penduduknya me-

pemilik lahan atau orang suruhannya

manfaatkan listrik tenaga matahari.

tinggal untuk beberapa waktu.

Namun, secara umum penduduk pedesaan Dompu masih menggunakan

Kebiasaan memiliki dua kediaman

lampu minyak sebagai penerang di

seperti ini khas peladang berpindah

hari gelap.

yang masih dekat dengan hutan. Ikatan pada “rumah” sangat kecil. Pendi-

Bagi penduduk dari golongan berada,

dikan tata kepatutan pun lepas dari

keberadaan listrik tidak hanya seba-

pengawasan orangtua. Bahkan, dapat

gai penerang, tetapi juga sarana un-

saja terjadi bahwa kasus-kasus gizi

tuk menunjukkan kemampuan kon-

buruk muncul sebagai akibat penga-

sumsi barang-barang elektronik se-

wasan konsumsi untuk anak-anak

perti televisi, radio-tape, atau kulkas.

terlantarkan. Waktu yang cukup lama

Simbol-simbol

bagi rumah tangga petani kecil untuk

kemakmuran,

teru-

tama sejak revolusi hijau mengun-

menunggui

tungkan petani pemilik lahan luas, se-

kinkan anak-anak tumbuh tanpa ke-

ladangnya

memung-

makin bisa diterjemahkan ke dalam

sadaran akan otoritas kuat dalam nor-

kepemilikan barang-barang tersebut.

ma-norma yang dianut bersama oleh
masyarakat. Hal inilah, bersama-sama dengan tingkat migrasi masuk

Pola Pemukiman dan Perumahan

dari Bima dan daerah lain di Nusa

Pemukiman utama penduduk pede-

Tenggara, yang memungkinkan mun-

saan Dompu berciri mengelompok pa-

culnya

dat di suatu wilayah pusat desa de-

mendefinisikan semua hubungan so-

masyarakat

longgar

yang

ngan kantor kepala desa sebagai titik

sial dalam kerangka hubungan indivi-

pusatnya. Selebihnya rumah-rumah

dual dengan norma-norma penata

berjajar tidak teratur mengikuti jalan

hubungan sosial yang terbatas dan

utama dan jalan sekunder. Hampir di

sangat lentur.

semua komuniti, kecuali yang berada
di dekat kota kabupaten, rumah di
desa hanya salah satu unit kediaman

Matapencaharian

penduduk. Satu unit lainnya adalah

Sebagian penduduk pedesaan meng-

gubuk ladang. Karena ladang dan

andalkan pertanian sebagai sumber

sawah biasanya agak terpisah dari

pencaharian utama, entah sebagai

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

89

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

pemilik tanah, penggarap penyewa,

pu tidak mempunyai kandang. Tidak

atau buruh tani. Selain itu, beberapa

ada kandang yang tampak di sekitar

variasi sumber nafkah ditemukan

permukiman penduduk. Tidak juga

sebagai bentuk adaptasi terhadap

ada penggembala. Tradisi “meliarkan”

kondisi ekologi wilayah, infrastruktur,

ternak tampaknya merupakan stra-

pengetahuan

kekuatan

tegi adaptasi atas kondisi iklim yang

sosial dan kekuatan pasar. Untuk

kering. Sedikit sekali ada ladang rum-

yang berbasis sawah, budidaya padi

put di seluruh Dompu.

dilakukan
setahun

budidaya,

minimal
dan

2

kali

terkadang

dalam

diselingi

Di

beberapa

desa,

tampaknya

kedelai, kacang hijau, dan kacang ta-

kemiskinan merupakan potret kese-

nah. Sementara itu, untuk sawah ta-

harian. Kemiskinan di pedesaan Dom-

dah hujan hanya dapat satu kali dita-

pu menjangkiti banyak keluarga. Ke-

nami padi dan/atau palawija. Komu-

gagalan panen pada musim tanam

niti yang dekat dengan hutan masih

yang

memanfatkan tanah hutan untuk la-

persediaan pangan menipis. Untuk

dang berpindah, diselingi tanaman u-

menyambung kehidupan, sebagian

mur panjang dan perkebunan seperti

penduduk yang hanya mengandal-

jambu mete. Mata pencaharian lain-

kan pertanian lebih sering berutang

nya adalah memanfaatkan hasil kayu

kepada para tengkulak atau rentenir.

telah

lalu

mengakibatkan

hutan dan meramu madu. Pola yang

Meskipun tidak semua penduduk ber-

serupa dilakukan pada tanah perbu-

tindak

kitan kering.

uang kepada rentenir sudah menja-

demikian,

pola

peminjaan

mur di pedesaan Dompu.
Sebagian komuniti di pantai selatan
memanfaatkan hasil laut. Sebagian
besar nelayan di pantai selatan Dom-

Kelompok Tani

pu berasal dari Bima yang bermigrasi

Pengamatan atas beberapa kelompok

pada awal abad ke-20. Ada pula

tani menunjukkan bahwa hampir se-

kampung nelayan di Kecamatan Hu'u

mua anggota kelompok tani adalah

yang penduduknya berasal dari Jawa.

petani pemilik tanah. Satu kelompok

Hasil laut lainnya adalah rumput laut.

tani dipersatukan oleh so atau blok

Sebagian penduduk memiliki sapi,

hamparan tanah garapan yang saling

kuda, atau kambing sebagai hewan

berdekatan. So merupakan organi-

ternak. Tidak seperti pada masya-

sasi sosial berdasarkan kepemilikan

rakat pedesaan Jawa, ternak di Dom-

lahan. Dasar kepemilikan lahan di so

90

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

inilah yang tidak memungkinkan bu-

dipertontonkan kepada pengunjung,

ruh tani tunakisma menjadi anggota

baik dari kantor pemerintah, lembaga

kelompok. Program yang digulirkan

penelitian, maupun LSM yang sedang

melalui kelompok tani merupakan pe-

mengadakan evaluasi program. Kare-

layanan kebutuhan-kebutuhan para

na tiga pihak ini jarang sekali menye-

pemilik lahan: penyediaan pupuk,

lidik lebih dari yang terpajang, per-

bibit, pestisida, penyewaan traktor,

soalan mendasar yang menghinggapi

dan pinjaman. Mekanisme ini meru-

penduduk desa, terutama golongan

pakan warisan program revolusi hijau

miskin, terbenam dalam kabut buram

di masa Orde Baru. Penyuluh perta-

pertunjukan-pertunjukan ini.

nian berkepentingan untuk mengelompokkan petani pemilik lahan ke

Pengendalian sosial kelompok tani

dalam satuan so, untuk memudahkan

yang lemah dilihat dari beberapa segi.

pengorganisasian masalah irigasi dan

Secara formal, dalam kasus-kasus

waktu tanam. Hingga saat ini, kelom-

proyek

pok-kelompok tani diorganisasikan

pengembalian dana tidak baik. Petu-

berdasarkan so-nya.

gas tidak secara aktif dan tidak secara

pinjaman,

pengendalian

terus-menerus menjalankan tugasKelompok-kelompok tani kadangkala

nya. Selain itu, dan ini yang penting,

digunakan sebagai sarana hubungan

adalah pengendalian sosial informal

antara elite desa dengan kekuasaan

oleh anggota kelompok tani sendiri.

di luar desa dan meningkatkan basis

Ketua kelompok tidak mampu mene-

kekuasaan di daerah masing-masing.

gur dan menekan anggotanya untuk

Selain itu, kelompok-kelompok “par-

mengembalikan

pinjaman.

Penge-

tisipatif” ini juga menjadi sarana bagi

lompokan petani berdasarkan so juga

elite desa untuk pengembangan dan

menyulitkan

dominasi ekonomi. Perolehan dari

dalian sosial secara informal antar-

kedudukan sebagai ketua kelompok

anggota. Hal ini terjadi karena kede-

mekanisme

pengen-

dapat berupa gagasan, pelatihan,

katan di suatu so belum tentu juga

informasi, dan akses politik yang bisa

diiringi dengan kedekatan kediaman.

lebih

kemakmuran

Untuk penanganan teknis pertanian,

rumah tangga dan kedudukan politik

meningkatkan

mungkin pengorganisasian berdasar-

mereka di desa. Daftar-daftar menge-

kan so bisa berguna.

sankan dari jumlah anggota kelompok dan penghargaan atas beberapa
keberhasilan disimpan untuk sesekali

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

91

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

Dinamika Sosial-Ekonomi Pangan
di Pedesaan Dompu

panen dan memenuhi kebutuhan pangan.
Mitos kelimpahan itu masih diyakini

Desa Di Antara Kelimpahan dan

oleh sebagian orang Desa Daha saat

Kekurangan

ini. Konon jika kita mengunjungi tem-

Menurut keterangan informan, pada

pat yang dulunya Ncuhi Daha dan

awalnya

Dompu-Bima

keturunannya pertama kali membuka

merupakan kesatuan yang dipimpin

wilayah yang sekarang menjadi Desa

oleh 5 Ncuhi 9. Selain sebagai pelin-

Daha, dan kita sedang beruntung,

dung, dengan kekuatannya seorang

maka kita bisa menemukan hasil

Ncuhi mampu menciptakan kema-

bumi yang di luar kebiasaan. Jika kita

kmuran sehingga dipercaya dan di-

menemukan pohon pisang, maka

hormati rakyatnya. Sepenggal kisah

buah pisangnya itu biasanya besar-

tentang suatu masa kelimpahan di

besar dan enak-enak.

masyarakat

masa lalu melekat dan berkembang di
masyarakat sebagai cerita rakyat ten-

Mitos serupa juga muncul bersama

tang Ncuhi Daha. Kesaktian Ncuhi

revolusi hijau. Tujuan agung Orde

memungkinkan semua kelimpahan

Baru untuk menghantar bangsa me-

padi tidak hanya memenuhi kebutuh-

nuju kemakmuran dan keadilan telah

an pangan masyarakatnya, tetapi ju-

mengubah lahan-lahan menjadi “pa-

ga dianggap berlebih. Berikut petikan

brik” yang menghasilkan berton-ton

wawancara dengan salah satu infor-

hasil tani lewat revolusi cara dan tek-

man:

nik produksi. Pada tahun 2004, seba-

Hanya dengan delapan petak
yang keseluruhannya tidak
mencapai satu hektar, penduduk
mengalami masa kemakmuran
yang panjang. Hal ini terjadi karena kesaktian Ncuhi. Penduduk
hanya sekali saja menanam padi
dan panen terus menerus dituai.
Karena kebosanan sebagian
penduduk karena kerjanya hanya panen dan panen saja setiap
waktu, huma-huma itu dibakar.
Setelah itu, penduduk harus selalu menanam untuk satu kali

gai contoh, Kabupaten Dompu mencatat surplus padi sebesar 23.500
ton. Para pejuang revolusi, yaitu insinyur-insinyur terlatih dari berbagai
perguruan tinggi, bekerja membanting tulang membangkitkan petani
dari kekurangan pangan di masa sebelumnya. Perjuangan mereka masih
berlanjut hingga kini, termasuk oleh
pegiat LSM yang menyalurkan pinjaman ringan dan bimbingan teknis

9 Ncuhi adalah sebutan atau gelar pemimpin, chief, atau datu, yang memimpin sekelompok orang di

suatu pemukiman masa pramodern di daerah kebudayaan Dompu-Bima.

92

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

memak-

mungkin. “Anak” yang miskin diberi

murkan. Namun, berbeda dengan

menuju

kemajuan

bantuan beras murah di kala paceklik.

masa kelimpahan di zaman Ncuhi

Masyarakat, sadar atau tidak, telah

Daha, kelimpahan masa revolusi hi-

“membakar” ladang-ladang mereka

jau hingga saat ini tidak diiringi kelim-

seperti yang dulu dilakukan pengikut

pahan sarana produksi bagi semua

Ncuhi Daha. Ikatan patronase setem-

orang. Lahan-lahan tidak terbagi se-

pat yang memungkinkan orang mis-

cara merata. Orang-orang kaya pe-

kin terjamin secara sosial-ekonomi

milik lahan luas tidak hanya menik-

terhadap akses ke sumber-sumber

mati kelimpahan lahan, tetapi juga

pendapatan mulai ditinggalkan. Pa-

kelimpahan bantuan pinjaman, tek-

tronase tidak lagi terjalin antara

nik-teknik

lahan,

orang kaya di desa dengan orang

teknologi pertanian, informasi ino-

miskin tetangga mereka, tetapi anta-

vasi, dan jaringan pasar penghasil

ra orang kaya desa dengan pejabat,

uang tunai. Persahabatan erat petani

pedagang hasil tani, dan politikus dari

kaya dan elit-elit desa lainnya dengan

kota. Orang kaya tidak lagi merasa

orang kaya dan orang berkuasa yang

perlu membantu tetangganya yang

baru

yang

eksploitasi

datang dari kota Dompu membuat se-

miskin, toh kini orang miskin bisa

mua kelimpahan ini berfungsi dengan

mencari kerja nonpertanian ke kota-

baik. Tidak demikian halnya bagi

kota. Kalau pun tidak mendapatkan

kaum miskin. Beberapa bantuan yang

kerja, pemerintah akan menanga-

mereka terima lebih dimanfaatkan

ninya.

sebagai “tambal-sulam” pemenuhan
kebutuhan hidup. Kelangkaan daya

Kepekaan akan krisis hilang dalam

dukung sosial memperlemah kemam-

kesadaran bersama. Semua dinding

puan membangkitkan nilai tambah

penutup telah dibuka. Tidak perlu

dan menikmati kelimpahan yang ter-

sehari-semalam

jadi.

mengabarkan sesuatu ke ibukota ka-

berkuda

untuk

bupaten. Jalan aspal dan kendaraan
Semua pihak yang berkepentingan

bermotor sebagai buah pembangun-

dengan kemakmuran desa di Kabupa-

an menjalankan tugasnya dengan

ten Dompu tampak seperti “Bapak”

baik. Pemerintah menempatkan pe-

yang memperhatikan semua “anak-

juang-pejuang pembangunan hingga

anaknya”. “Anak-anak” yang kaya di-

ke pelosok. Informasi apapun tentang

bantu mengolah lahan seproduktif

kekurangan dan bencana akan dengan segera menurunkan bantuan-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

93

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

bantuan. Bapak selalu memerhatikan

nen atau gagal tanam terjadi, pilihan

anak-anaknya.

satu-satunya petani miskin adalah
dengan berutang kepada rentenir untuk memenuhi kebutuhan hidup hing-

Keterbukaan Ekonomi Desa dan

ga tanah bisa ditanami kembali. Ke-

Keragaman Sumber Nafkah

butuhan tinggi akan uang tunai ka-

Desa-desa

mengalami

rena berubahnya pola konsumsi juga

perubahan, terutama sejak awal abad

meningkatkan ketergantungan petani

ke-20.

yang

miskin akan asupan uang tunai se-

kehidupan

panjang tahun. Keterdesakan kebu-

ekonomi desa di Dompu yang se-

tuhan uang tunai, misalnya ketika

makin terbuka dengan melemahnya

anggota keluarga sakit atau anak

peran tanah sebagai sumber nafkah

yang beranjak ke usia sekolah, mem-

penduduk. Sumber-sumber nafkah

permudah sistem ijon dijalankan. Bila

bukan-pertanian seperti perdagang-

petani miskin tidak bisa melunasi

an, buruh industri, dan jasa berkem-

utangnya, tanahnya dapat diambil se-

bang semakin kuat. Karena desa tidak

bagai pembayaran. Pemusatan kepe-

bisa

sumber

milikan tanah pada segelintir orang

tersebut, tingkat migrasi penduduk

kaya tampak dari banyaknya anggota

desa tinggi. Kedudukan tanah dalam

rumah tangga buruh tani tanpa tanah

kehidupan sosial ekonomi sebenar-

terdesak untuk mencari nafkah ke

nya agak berbeda dari satu desa

luar desa, terutama ke kota-kota

dengan

Di

besar seperti Surabaya, Denpasar,

Dompu, kepemilikan tanah masih

atau Makasar. Pilihan atas ketiga kota

berperan penting sebagai sumber

yang paling dituju tersebut menun-

nafkah, sumber pengumpulan keka-

jukkan bahwa orientasi migrasi keluar

yaan, dan gengsi sosial. Namun, ter-

penduduk adalah ekonomi. Kota-kota

jadi proses pemusatan kepemilikan

tersebut jelas tidak sekadar simbol

tanah di tangan segelintir orang yang

pertumbuhan ekonomi, tetapi juga

termasuk golongan kaya yang relatif

tempat nyata yang menyediakan be-

tinggi. Pemusatan ini dapat terjadi

ragam sumber nafkah, bahkan untuk

karena berkembangnya sistem ijon

orang desa berpendidikan rendah.

di

Dompu

Perubahan

teridentifikasi

adalah

memberikan

desa

pertama

semua

kasus

lainnya.

dan rentenir yang membayangi petani miskin. Karena tidak sepanjang

Dari Desa Daha misalnya, ditemukan

waktu tanah-tanah pertanian mem-

bahwa petani miskin meninggalkan

buahkan hasil, maka ketika gagal pa-

desa untuk menjadi buruh bangunan,

94

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

tukang becak, tukang kayu, atau

camatan. Orientasi investasi pendi-

pedagang ke Makasar, Surabaya, dan

dikan adalah kota Mataram dan Maka-

kota sekitarnya. Tekanan kependu-

sar. Sedikit yang menjangkau Jawa

dukan dan desakan pemenuhan ke-

selain Yogyakarta, dan itu pun dari

butuhan ekonomi rumah tangga telah

kalangan penduduk kaya yang mengi-

mengantar sebagian penduduk ber-

rim anaknya untuk sekolah.

anjak dari desa ke kota untuk mencari
nafkah. Basis kepemilikan tanah tidak

Keterbukaan ekonomi desa dan kian

berarti lagi untuk sebagian besar

beragamnya sumber nafkah memang

penduduk. Internasionalisasi buruh,

telah mengikis kemiskinan absolut di

meminjam istilah Breman dan Wiradi

pedesaan Dompu. Sumber-sumber

(2004), pun terjadi yang tampak dari

nafkah tidak lagi terkunci dalam tanah

meningkatnya jumlah penduduk yang

pertanian. Golongan miskin tidak lagi

menjadi TKI ke Timur Tengah atau

terpenjara dalam struktur timpang

Malaysia.

kepemilikan tanah yang secara tradisional menjadi ukuran derajat kemis-

Selain migrasi, perdagangan kecil

kinan. Saluran-saluran bukan-tanah

menjadi salah satu sumber nafkah

memungkinkan penduduk tanpa ta-

yang kian banyak dipilih penduduk

nah mengusahakan pendapatan dan

desa yang tersingkir dari pertanian.

mengisi cadangan keuangan rumah-

Kecenderungan ini lebih tampak pada

tangga, dan bagi yang berhasil, bisa

kalangan kaya dan menengah yang

“naik kelas” melalui kerja upahan atau

masih mempunyai cadangan ekonomi

perdagangan di kota. Kemajuan-ke-

rumah tangga. Dari kalangan keluar-

majuan ekonomi desa yang kian

ga kaya, orientasi sumber pengum-

terbuka dirasakan baik oleh golongan

pulan kekayaan sudah mulai beralih

kaya maupun golongan miskin meski-

dari tanah ke modal. Penanaman

pun dengan derajat keuntungan yang

modal

wirausaha

berbeda. Golongan kaya memperoleh

bengkel dan toko onderdil, jasa per-

lebih banyak dari perkembangan ini

antara, usaha penangkaran rumput

sehingga

laut dan distribusinya, serta investasi

mampu memperluas modal ekonomi

alat transportasi merupakan pilihan

rumah tangganya ke modal-modal

yang umum. Investasi ke sektor pen-

lainnya

didikan untuk keturunan juga meng-

politik, dan organisasi. Namun, se-

uat di kalangan keluarga kaya di ke-

perti terbukanya “kotak pandora”, se-

dalam

kegiatan

menjadi

seperti

golongan

sekolah,

yang

jaringan

gala keuntungan dari keterbukaan

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

95

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

ekonomi desa juga membawa serta

upah kerja, barang elektronik, motor,

kesenjangan yang semakin tajam

dan beras.

antara lapisan kaya dan lapisan miskin. Akumulasi kekayaan merupakan
ciri dari lapisan kaya desa, sedangkan

Keterbukaan Politik dan Penge-

lapisan miskin masih bergulat untuk

lompokan Masyarakat

bertahan hidup. Pendidikan yang di-

Revolusi yang diembuskan rezim Orde

harapkan menjadi sarana pening-

Baru telah berhasil merambah desa-

katan modal kultural lapisan miskin

desa dan menutup saluran-saluran

ternyata kian hari kian sulit dimasuki

politiknya. Semuanya itu telah meng-

orang miskin desa. Sementara itu,

ubah masyarakat desa secara radikal.

pemassalan pendidikan yang menjadi

Reformasi belum mengubah apa-apa

praktik kebijakan pemerintah Orde

selain banyaknya partai dan mudah-

Baru telah mendevaluasi nilai ijazah.

nya akses lembaga donor interna-

Menyempitnya sumber nafkah perta-

sional masuk desa. Reformasi politik

nian dan kebutuhan akan ijazah un-

nasional belum bisa mencabut akar

tuk memasuki sektor formal semakin

derita kaum miskin desa. Struktur so-

meminggirkan rumah tangga miskin

sial pedesaan yang tidak lagi berpihak

yang terpaksa memangkas alokasi

pada orang miskin masih akan tetap

konsumsi

seperti ini di masa depan.

pendidikannya.

Selain

menjadikan kemiskinan menjadi tidak absolut lagi, keterbukaan eko-

Pengelompokan masyarakat ke dalam

nomi desa juga membuat kesen-

satuan administratif desa ternyata

jangan antarlapisan ekonomi mele-

tidak efektif. Karena latar sejarahnya,

bar.

desa-desa di Dompu dihuni oleh penduduk dari beragam latar belakang.

Jalan dan listrik meningkatkan mobi-

Orang-orang dari kabupaten lain di

litas orang desa ke kota dan orang

Nusa Tenggara Barat masuk. Di bebe-

kota ke desa. Barang-barang kon-

rapa desa, sebagian warganya adalah

sumsi baru—seperti televisi dan sepe-

penduduk transmigran dari Bali dan

da motor—menjadi kebutuhan sosial

Jawa. Penduduk migran ini tidak me-

yang mau tidak mau harus dipenuhi.

nyatu sepenuhnya dengan penduduk

Lumbung lenyap dalam ekonomi de-

asal Dompu. Penduduk pendatang

sa. Padi ladang juga menjadi barang

beradaptasi dengan budaya setempat

dagangan. Kebutuhan uang tunai me-

hanya lewat bahasa. Permukiman

ningkat untuk konsumsi pupuk, bibit,

mereka tetap terpisah. Oleh karena

96

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

itu, ketegasan perbedaan identitas

hubungan antarlembaga (bridging),

bisa dipertahankan. Dapat dikatakan

lemah sekali kalau bukan tidak ada.

bahwa pengelompokan dalam ma-

Keadaan

syarakat beragam latar belakang dan

bahwa lembaga-lembaga sosial hidup

energi pemersatunya. Ikatan primor-

berdampingan, tetapi tidak berhu-

dial berupa asal-usul suku bangsa

bungan. Persis gambaran tentang

bukan soal sepele dan dapat menjadi

suatu masyarakat majemuk yang go-

sumber

longan-golongan konstituennya da-

potensial

konflik

kepen-

ini

menimbulkan

kesan

pat memenuhi kebutuhan hidup ma-

tingan.

sing-masing. Seperti model masyaraPerubahan sosial di pedesaan Dompu,

kat majemuk pula, fungsi desa bagi

paling tidak dari enam desa kasus,

lembaga-lembaga itu sekadar seba-

antara lain dapat dilihat dari perkem-

gai salah satu sumber legitimasi ke-

bangan lembaga-lembaga sosial se-

beradaan mereka.

tempat yang digerakkan oleh LSM.
Jika dianalisis dengan terminologi

Kemajuan ekonomi pada tingkat desa

modal sosial, tiap-tiap lembaga yang

menunjukkan kemakmuran. Banyak

bertumbuh

orang

kembang

itu

menun-

dapat

bersekolah

bahkan

jukkan upaya pemeliharaan ikatan

hingga ke Jawa dan Sulawesi. Banyak

antaranggota di dalam kelompoknya

orang mempunyai kendaraan bermo-

sendiri

kurang

tor. Jalan-jalan desa sudah masuk

baik. Terlihat bahwa sumber-sumber

hingga pelosok. Pembangunan me-

dukungan bagi kegiatan mereka ter-

nuntut lebih banyak kemakmuran,

lalu banyak datang dari luar, baik

tetapi menuntut lebih sedikit hubung-

berupa pendatang simpatisan mau-

an-hubungan sosial (Antlöv 2002:

pun dari lembaga lain yang menyum-

135). Hal ini terjadi di desa-desa pe-

bangkan gagasan maupun jasa dan

nelitian. Namun, kemakmuran yang

barang bagi mereka. Barangkali hu-

meningkat lebih banyak dinikmati la-

bungan yang baik dengan pihak luar

pisan kaya desa, dan lebih sedikitnya

(linking) ini menyebabkan lembaga-

hubungan sosial lebih menimpa lapis-

lembaga itu dapat hidup dan bergerak

an miskin. Lembaga-lembaga sosial

secara relatif mandiri di dalam desa,

yang berkembang di pedesaan, entah

tidak terlalu tergantung kepada lem-

berlatar kesamaan keagamaan atau-

baga lain yang ada di desa. Oleh kare-

pun politik, bersifat tertutup. Kelom-

na itu, di antara mereka sendiri, hu-

pok-kelompok ini menyediakan ikatan

bungan yang bersifat menjembatani

persaudaraan semu. Hanya mereka

(bonding)

dengan

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

97

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

yang lahir dari keluarga yang sejak

lokalitas

lama berada dalam kelompok dapat

berlaku pada tingkat lingkungan ke-

menjadi saudara. Bagi anggota ke-

diaman yang hanya meliputi lima

lompok, lembaga-lembaga ini mem-

hingga sepuluh rumah. Pengelom-

berikan saluran-saluran yang me-

pokan masyarakat yang bermakna

ningkatkan

bagi

modal

sosialnya

dan

secara

penduduk

terbatas

terbentuk

hanya

dengan

mengantarnya ke luar dari desa. Mo-

energi yang berasal dari identitas dan

dal ini kemudian bisa dikembangkan

jaringan

menjadi sarana peningkatan eko-

berdasarkan lapisan sosial ekonomi

nomi. Akan tetapi, sekali lagi, lem-

tidak terbentuk.

supradesa.

Ikatan-ikatan

baga-lembaga ini tidak seterbuka
ekonomi desa. Tidak semua orang

Lembaga Pemerintahan Desa cende-

desa bisa mengikatkan diri ke dalam

rung tidak lagi berperan penting da-

kelompok-kelompok ini. Kuatnya ke-

lam kehidupan masyarakat selain

cenderungan ikatan-dalam-kelompok

untuk urusan administratif dan pena-

masyarakat, terutama yang bero-

rikan pajak bumi dan bangunan. Pe-

rientasi aliran keagamaan, menun-

merintah desa tidak lagi mampu

jukkan pula kuatnya eksklusi dan

menjadi penggalang solidaritas lokal

inklusi. Korban dari keadaan ini ten-

penduduk. Akhirnya, desa sebagai

tunya adalah mereka yang berada di

satuan

pinggiran aktivitas masyarakat, baik

mampu menampung kebutuhan pen-

dalam

ekonomi,

politik,

sosial-ekonomi

tidak

lagi

maupun

duduk memperoleh nafkah. Migrasi

kultural. Pembukaan ekonomi desa

keluar yang tinggi karena alasan eko-

tidak hanya memunculkan sumber-

nomi menunjukkan kenyataan ini.

sumber nafkah baru, tetapi juga menata ulang kelompok-kelompok ma-

Orde Baru telah menghancurkan ikat-

syarakat.

an patronase lokal antara orang kaya
dan tetangganya yang miskin. Kebi-

Sejak dekade 1990-an, solidaritas an-

jakan-kebijakan pedesaan Orde Baru

tarpenduduk desa yang diikat oleh

adalah membangun struktur patrona-

identitas yang berakar pada lokalitas,

se antara negara dan elite-elite desa

memudar dan digantikan oleh iden-

yang kaya (bdk. Caderroth 2001:

titas yang mengatasi batas-batas

219). Hal serupa ditemukan juga oleh

geografis administratif. Tak ada go-

Breman dan Wiradi (2004). Keduanya

tong royong penduduk desa karena

menemukan

desa itu sendiri. Hubungan bantu-

memperlihatkan tiadanya ikatan mo-

banyak

gejala

yang

membantu yang tersisa dari ikatan

98

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

ral dalam semangat kebersamaan da-

nya penyataan-pernyataan tentang

lam kehidupan pedesaan. Hubungan

adanya persamaan ditolak sama se-

sosial sudah sangat kontraktual dan

kali.

kepedulian golongan kaya terhadap
mereka yang miskin pun ditunjukkan

Sementara itu, patronase jenis baru

dengan kalimat “itu tugas pemerin-

muncul. Negara, melalui dinas-dinas

tah”

2004:

pemerintahnya, berhubungan erat de-

(Breman

dan

Wiradi

208—10). Secara tajam, dalam kajian

ngan elite desa seperti kepala desa,

tentang dinamika sosio-ekonomi di

haji kaya yang punya banyak tanah,

Cirebon Timur dan Subang Utara ter-

dan insinyur yang sedang berjuang

sebut, Breman dan Wiradi (2004:28)

membangun bangsa sebagai tenaga

menyatakan “mekanisme jaminan so-

penyuluh. Hubungannya tidak seka-

sial, yang katanya merupakan lemba-

dar administratif, tetapi juga ekonomi

ga yang khas untuk pedesaan Jawa di

dan politik. Bantuan-bantuan peme-

masa kolonial, tidak lagi kelihatan di

rintah asing selalu melewati tangan

mana pun.” Temuan-temuan ini tidak

para elite. Kerja sama yang harmonis

jauh berbeda dengan yang terjadi di

antara ”Bapak” dan “anak” seperti

Dompu meskipun hubungan bantu-

inilah yang memungkinkan “anak”

membantu

hilang

tidak perlu mengembalikan pinjaman-

sepenuhnya. Penduduk desa di situs-

pinjaman yang disediakan pemerintah

situs

sering

untuk petani. Hubungan sejenis ter-

mengungkapkan adanya kebiasaan

jadi juga antara elite LSM bentukan

membantu

lembaga donor luar negeri dengan

memang

penelitian

ini

tidak
masih

tetangga

dan

kerabat

yang kesulitan atau ketika mengha-

para pendamping masyarakat yang

dapi upacara tertentu—seperti per-

ada di desa-desa. Pendamping ma-

nikahan—yang membutuhkan dana

syarakat selalu dari kalangan orang-

lebih.

Antlöv

orang yang mempunyai kepercayaan

(1999:198) baru-baru ini yang mene-

diri yang besar: orang kaya dan orang

mukan bahwa komunitas moral yang

pintar lulusan perguruan tinggi. Bah-

berdasarkan keintiman dan keter-

kan, ada pendamping masyarakat dari

tiban sosial bagaimanapun masih hi-

sebuah LSM terkenal berperan juga

dup di desa tempatnya meneliti di

sebagai rentenir. Dampak dari pudar-

Jawa Barat. Namun, seperti halnya

nya patronase lokal dan terbentuknya

juga Antlöv, sedemikian jauh ideologi

patronase antara elit desa dengan

distributif ini lebih merupakan pemo-

pemerintah adalah terkikisnya solida-

les, sedangkan di balik itu pada dasar-

ritas antarpenduduk. Keterikatan ang-

Ini

seperti

temuan

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

99

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

gota kelompok pada kelompoknya

bahwa alam Dompu yang kering

tidak lebih dari keterikatan pada ke-

menyumbang saham dalam produksi

pentingan untuk memperoleh bagian

kerawanan pangan. Hanya perlu dua

dari keuntungan proyek: pinjaman,

sampai tiga kali gagal panen dalam

bantuan, dan lain-lain. Para pembina

kemarau panjang untuk kemunculan

kelompok pun hanya datang di kala

bahaya kelaparan. Kita yang mengkaji

dana masih tersedia.

persoalan besar ini tentu tidak boleh
menutup mata keragaman virus yang

Selain itu terjadi juga polarisasi antar-

membuat kerawanan pangan betah

warga masyarakat ke dalam dua ku-

tinggal di desa-desa. Akan tetapi,

tub kepentingan: golongan elite desa

secara khusus kita perlu insaf bahwa

yang menangguk keuntungan dari

faktor-faktor utama yang melang-

keprihatinan pemerintah dan lemba-

gengkan hal ini berada di relung dunia

ga donor atas kemiskinan orang desa,

sosial. Andai alam menyimpan faktor

dan golongan miskin yang diman-

utama, tidak akan ada seorang pun

faatkan tanda tangan dan daftar

yang dapat makmur di pedesaan

nama-namanya sebagai bagian dari

Dompu.

proposal permohonan bantuan oleh
golongan pertama. Oleh karena itu,

Ketergantungan petani miskin pada

ada kasus yang di situ orang-orang

uang tunai dari para tengkulak dan

miskin

campurnya

rentenir sudah tinggi di beberapa desa

orang luar dan orang berpendidikan.

yang diteliti. Kenyataan ini melang-

Mereka sadar telah dimanfaatkan.

gengkan hubungan timpang antara

Kepercayaan sudah tidak lagi ber-

yang kaya dan yang miskin. Kera-

peran secara memadai dan merata

wanan pangan terutama menimpa

dalam hubungan sosial yang sehat.

penduduk miskin, karena bagi yang

menolak

turut

mampu, bahan pangan dari luar
daerah dapat didatangkan selama
Penutup

pintu ekonomi desa terbuka lebar.

Hasil amatan terhadap kehidupan pe-

Gambaran empiris di atas juga me-

desaan menunjukkan bahwa terdapat

nunjukkan bahwa orang desa dan

banyak faktor yang memaksa rawan

petani di Dompu tidak seragam baik

pangan tetap mendekam di antara

hubungan sosial maupun situasi alam

sebagian besar orang miskin pedesa-

yang melingkupi. Keanekaragaman

an Dompu. Kita tidak dapat mungkir

tidak hanya karena kepemilikan ta-

100

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

nah—yang sayang sekali tidak ter-

tidak, akan punya andil dalam upaya

sedia datanya secara lengkap—tetapi

penanganan kerawanan pangan di Ka-

juga anutan politik, gender, kepen-

bupaten Dompu. Semoga, setiap kita

tingan ekonomi, serta orientasi ter-

bisa menyumbang apa yang bisa kita

hadap keberadaan lembaga-lembaga

berikan, dan setiap orang menda-

yang dibentuk orang luar. Semua hal

patkan apa yang dibutuhkannya.

tersebut di atas, langsung maupun

Daftar Pustaka
Adam, A. W. 2005. “Sejarah Politik dan Politik Sejarah”, dalam W.H. Frederick
dan S. Soeroto (peny.). Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan
Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES. hlm. xi—xxxiii.
Antlöv, H. 1999. “The New Rich and Cultural Tensions in Rural Indonesia”, dalam
M. Pinches (ed.). Culture and Previledge in Capitalist Asia. London/New
York: Routledge. hlm. 188—207.
___________. 2001. “Elite Desa dan Orde Baru”, dalam H. Antlöv dan S.
Cederroth (peny.). Kepemimpinan Jawa: perintah halus, pemerintahan
otoriter. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 100—132.
Booth, A. 1988. “Agricultural Development in Indonesia”. Asian Studies
Association of Australia: Southeast Asia Publication Series No 16.
Breman, J., dan G. Wiradi. 2004. Masa Cerah dan Masa Suram di Pedesaan
Jawa: studi kasus dinamika sosio-ekonomi di dua desa menjelang akhir
abad ke-20. Jakarta: LP3ES dan KITLV-Jakarta.
Breman, J. 1986. Penguasaan Tanah dan tenaga Kerja: Jawa di Masa Kolonial.
Jakarta:LP3ES.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

101

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

Caderroth, S. 2001. “Modernisasi Orde Baru dan Islam: aparat desa dan tokoh
agama”, dalam H. Antlöv dan S. Cederroth (peny.). Kepemimpinan
Jawa: perintah halus, pemerintahan otoriter. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. hlm. 188—222.
Chamber, R. 1983. Pembangunan Desa: mulai dari belakang. Jakarta: LP3ES.
___________. 1988. “Metode-metode Pintas dalam Mengumpulkan Informasi
Sosial untuk Proyek-proyek Pembangunan Pedesaan”, dalam M.M.
Cernea (peny.). Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan:
variabel-variabel sosiologi di dalam pembangungan pedesaan. Jakarta:
UI Press. hlm. 511—529.
Chambert-Loir, H. 1985. Syair Kerajaan Bima. Jakarta: Lembaga Penelitian
Prancis untuk Timur Jauh.
Geertz, C. 1963. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia.
Bhatara Karya Aksara.
Giddens, A. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: suatu analisis karyatulis Marx, Durkheim, dan Max Weber. Jakarta: UI Press.
Kuhnen, F. 1993. “Struktur Pertanian”. Sosiologi Pertanian. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Lombard, D. 2000. Nusa Jawa Silang Budaya Jilid III: warisan kerajaankerajaan konsentris. Jakarta: Gramedia.
Marzali, Amri. 2003. Strategi Peisan Cikalong dalam Menghadapi Kemiskinan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Miles, M. B., dan A. M. Huberman. 1992. Analisis data Kualitatif: buku sumber
tentang metode-metode baru. Jakarta: UI Press.
Napiri, Y. 2002. Evaluasi Program Sustainable Livelihood OXFAM GB di Beberapa
LSM Pendamping Petani di Jawa. Laporan Penelitian AKATIGA. Tidak
Diterbitkan.

102

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

Parimartha, I G. 2002. Perdagangan dan Politik Di Nusa Tenggara 1815-1915.
Jakarta: Penerbit Djambatan dan KITLV-Jakarta.
Soetomo, G. 1997. Kekalahan Manusia Petani: dimensi manusia dalam
pembangunan pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Wahono, F. 1999. “Revolusi Hijau: Dari Perangkap Involusi ke Perangkap
Globalisasi”. Jurnal Wacana No IV. Yogyakarta: INSIST Press.
Wolf, E. R. 1985. Petani: suatu tinjauan antropologis. Jakarta: Rajawali Press
untuk YIIS.
____________. 1990. Europe and The People Without History. Berkeley:
University of California Press.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

103