TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)
DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH
DI KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

The Technology Application Level of Integrated Crop Management
(ICM) in Increasing Productivity of Paddy Field in Moncongloe
Subdistrict of Maros Regency

OLEH

Ir. Pangerang, MP

BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN
KABUPATEN MAROS
2015

ABSTRAK
Ir. Pangerang, MP. Tingkat Penerapan Teknologi
Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) dalam Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan

Moncongloe Kabupaten Maros
.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros
yang dimulai dari bulan Mei 2014 sampai bulan Juli 2014. Tujuan dari penelitian
ini adalah : 1) Untuk mengetahui tingkat penerapan komponen teknologi PTT
padi sawah di Kecamatan Moncongloe. 2) Untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik petani yaitu umur, pendidikan, pengalaman berusaha tani, jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan garapan dengan tingkat penerapan Teknologi
PTT padi sawah di Kecamatan Moncongloe, 3). Untuk mengetahui hubungan
antara faktor eksternal yaitu partisipasi petani dalam kelompok, ketersediaan
buruh tani, ketersediaan informasi, intensitas penyuluhan, Frekwensi mengunjungi
sumber informasi dengan tingkat penerapan Paket teknologi PTT padi sawah di
Kecamatan Moncongloe dan 4) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat
penerapan Teknologi PTT padi sawah dengan peningkatan produktivitas padi di
Kecamatan Moncongloe.5) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan ratarata produktivitas padi yang dihasilkan petani sebelum dan sesudah menerapkan
teknologi PTT padi Sawah
Penelitian ini merupakan penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan petani
yang ada pada Kecamatan Moncongloe yang melakukan pengembangan padi

melalui Penerapan Teknologi PTT Padi sawah, Metode pemilihan sampel yaitu
purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara sengaja dan
bertahap yaitu pemilihan 4 desa/kelurahan, setiap desa/kelurahan dipilih 4
kelompok tani dan setiap kelompok tani dipilih 5 orang petani secara acak
sederhana sehingga jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 80 orang.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Analisis
Deskriptif , Analisis Uji Chi-Square “ dan Analisis Nilai Tengah Berpasangan
(Paired Sample t Test ) dengan menggunakan Program SPSS 16.
Hasil penelitian diperoleh bahwa:
Pertama adalah tingkat penerapan komponen teknologi PTT padi,sawah di
Kecamatan Moncongloe yaitu komponen penggunaan varietas unggul, tanam
bibit mudah, tanam 1-3 bibit per lubang, penggunaan pupuk organik, pengairan
berseling, pengendalian OPT ramah lingkungan adalah tingkat penerapannya
tergolong dalam kategori rendah, sedangkang komponen penggunaan benih
bermutu, pengaturan populasi tanam, pemupukan berimbang , panen tepat waktu
dan penanganan pasca panen tingkat penerapannya tergolong dalam kategori
tinggi;
Kedua adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik petani
yaitu umur, tingkat pendidikan; jumlah tanggungan keluarga, pengalaman
v


berusaha tani, dan luas lahan garapan dengan tingkat penerapan teknologi PTT
padi sawah di Kecamatan Moncongloe;
Ketiga adalah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor eksternal petani
yaitu partisipasi petani dalam kelompok, ketersediaan buruh tani, ketersediaan
informasi, intensitas penyuluhan, Frekwensi mengunjungi sumber informasi
dengan Tingkat Penerapan Paket Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Padi Sawah di Kecamatan Moncongloe.
Keempat adalah terdapat hubungan yang signifikan antara Tingkat Penerapan
PTT Sawah dengan peningkatan produktivitas padi sawah di Kecamatan
Moncongloe.
Kelima adalah terdapat perbedaan yang sangat nyata antara rata-rata
produktivitas padi sebelum dan sesudah menerapkan teknologi PTT padi sawah di
Kecamatan Moncongloe dengan tingkat efektifitas penerapan teknologi PTT dalam
meningkatkan rata-rata produktivitas sebesar 0,20 %. atau 11,687 kw/ha
Kata Kunci : Penerapan PTT, Produktivitas, Padi, Maros

,

vi


ABSTRACT

Ir. Pangerang, MP. The Technology Application Level of Integrated Crop
Management (ICM) in Increasing Productivity of Paddy Field in Moncongloe
Subdistrict of Maros Regency.
The research was conducted in Moncongloe subdistrict of Maros Regency
which started in May 2014 until July 2014. The purpose of this research are: 1) To
know the technology application level of paddy field in Moncongloe subdistrict. 2)
To determine the relationship between the farmer characteristics such as age,
education, farming experience, number of dependents, area coverage for farming
with the technology application level of paddy field in Moncongloe subdistrict 3).To
determine the relationship between the external factors, i.e farmer participation in
a group, farmer availability, information availability, counseling intensity, the
frequency to visiting the information source with the technology application level of
paddy field in Moncongloe subdistrict. 4) To determine the relationship between
the technology application level of Integrated Crop Management (ICM) of Paddy
Field to increasing productivity of paddy field in Moncongloe subdistrict. 5) to
determine whether there are differences in average productivity of Paddy Field
produced by farmers before and after applying ICM technology of paddy field.

This research was a survey obtained sample of a population and using
questionnaire as data collecting instrument. The population used in this study is all
farmers in Moncongloe subdistrict who do paddy field development through ICM
technology application of paddy field. The method of sample selection is purposive
sampling is done deliberately and gradually, that is selecting 4 (four) villages, each
village 4 selected farmer groups and each farmer group selected 5 farmers
randomly so that the overall number of respondents is 80 farmers.
The analysis methods used in this research are: descriptive, Chi-Square
Test and Paired t-test sample by using SPSS ver. 16 program.
The results of research showed that:
The first; the ICM technology application level of paddy field in Moncongloe
subdistrict i.e the use of excellence varieties, ease seed planting, plant 1 - 3 seeds
per hole, the use of organic fertilizers, Intermitten Irrigation, environmentally
friendly pest control is classified in low category for application level, whereas the
use of quality seeds, the arranging of plant population, balanced fertilization, timely
harvest and post-harvest handling is classified in high category for application
level.
The second; there is no relationship significantly between the
characteristics of farmers such as age, education level; number of dependents,
farming experience, and area coverage for farming with the technology application

level of paddy field in Moncongloe subdistrict.
The third; there is a relationship significantly between external factors, i.e
farmer participation in a group, farmer availability, information availability,

vii

counseling intensity, frequency to visiting information source with the ICM
technology application level of paddy field in Moncongloe subdistrict.
The fourth; there is a relationship significantly between the ICM technology
application level of paddy field with the increasing of paddy field productivity in
Moncongloe subdistrict.
The fifth; there is a difference significantly between the average productivity
of paddy field before and after applying the ICM technology of paddy field in
Moncongloe subdistrict with the effectiveness of the ICM technology application
level in increasing the average productivity of 0,20% or 11.687 kw/ha.
Keywords: ICM application, productivity, paddy field, Maros

ABSTRAK

viii


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PENGESAHAN

ii

SURAT PERNYATAAN

iii

KATA PENGANTAR

iv


ABSTRAK

v

ABSTRACT

vi

DAFTAR ISI

vii

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

xi


DAFTAR LAMPIRAN

xii

I.

II.

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Perumusan Masalah

5


C. Tujuan Penelitian

5

D. Kegunaan Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA

7

A. Karakteristik Petani

7

B. Faktor Eksternal

9


C. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT)

15

D. Kerangka Pikir

22

E. Hipotesis Penelitian

29

III. METODE PENELITIAN

30

A. Lokasi dan Waktu

30

B. Populasi dan Sampel

30

C. Jenis dan Sumber Data

31

D. Teknik Pengumpulan Data

31

E. Teknis Analisis Data

31

F. Defenisi Operasional

36

ix

IV. KONDISI UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

V.

43

A. Keadaan Umum Kabupaten Maros

43

B. Keadaan Umum Kecamatan Moncongloe

47

HASIL DAN PEMBAHASAN

51

A. Tingkat Penerapan Komponen PTT Padi sawah

51

B. Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Tingkat

63

Penerapan PTT padi Sawah
C. Hubungan antara Faktor Eksternal Petani dengan

74

Tingkat Penerapan PTT padi Sawah
D. Hubungan antara Tingkat Penerapan PTT dengan

85

Peningkatan Produktivitas Padi Sawah
E. Produktivitas Padi Sebelum dan Sesudah Menerakan
Teknologi PTT Padi Sawah
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran/Rekomendasi

88
91
91
93

DAFTAR PUSTAKA

94

LAMPIRAAN-LAMPIRAN

97

x

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1.

Tabel 1.1.
Perkembangan
Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Padi Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013.Luas
Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Maros.

3

2.

Tabel 2.1. Komponen Paket Teknologi Pengelolaan Tanaman
Terpadi (PTT) Padi Sawah yang dianjurkan

23

3.

Tabel 4.1. Jumlah Curah Hujan (mm) dan hari Hujan (hh) setiap
bulan Kabupaten Maros dari Tahun 2010-2012

44

4.

Tabel 4.2. Luas Lahan Sawah Kabupaten
Kecamatan dan Jenis Pengairan (Ha)

Maros

menurut

46

5.

Tabel 4.3
Penduduk
Kecamatan
Moncongloe
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Menurut

48

6.

Tabel 4.4.
Perkembangan
Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Padi di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros

49

7.

Tabel 5.1. Tingkat Penerapan Pengolahan Tanah Berdasarkan
Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

51

8.

Tabel 5.2. Tingkat Penerapan Penggunaan Varitas Unggul
Berdasarkan Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

52

9.

Tabel 5.3. Tingkat Penerapan Penggunaan Benih
Berdasarkan Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

Bermutu

53

Tanam

54

Berdasarkan

55

12. Tabel 5.6. Tingkat Penerapan Tanam 1-3 Bibit Per Lubang
Berdasarkan Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

56

13. Tabel 5.7. Tingkat Penerapan Tanam 1-3 Bibit Per Lubang
Berdasarkan Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

57

14. Tabel 5.8. Tingkat Penerapan Pemupukan Berimbang Berdasarkan
Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

58

10. Tabel 5.4.Tingkat Penerapan Pengaturan Populasi
Berdasarkan Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah.
11. Tabel 5.5. Tingkat Penerapan Tanam Bibit Mudah
Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

xi

15. Tabel 5.9. Tingkat Penerapan Pengairan Berseling Berdasarkan
Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

59

16. Tabel 5.10. Tingkat Penerapan Pengairan Berseling Berdasarkan
Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

60

17. Tabel 5.11. Tingkat Penerapan Penen Tepat Waktu Berdasarkan
Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

61

18. Tabel 5.12. Tingkat Penerapan Penanganan Pasca
Berdasarkan Anjuran Paket Teknologi PTT Padi Sawah

Panen

62

19. Tabel 5.13.Hubungan antara Umur Petani Responden dengan
Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di Kecamatan Moncongloe

64

20. Tabel 5.14. Uji Chi-Square Tests Hubungan antara Golongan Umur
Petani Responden dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di
Kecamatan Moncongloe

65

21. Tabel 5.15. Hubungan antara tingkat pendidikan Petani Responden
dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah
di Kecamatan
Moncongloe

67

22. Tabel 5.16. Uji Chi-Square Tests Hubungan antara lamanya
pendidikan dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di
Kecamatan Monconglo.

68

23. Tabel 5.17.. Hubungan antara Jumlah TanggunganKeluarga Petani
Responden dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di
Kecamatan Moncongloe

69

24. Tabel 5.18. Uji Chi-Square Tests Hubungan antara Jumlah
Tanggungan Keluarga Responden dengan Tingkat Penerapan PTT
Padi Sawah di Kecamatan Moncongloe

70

25. Tabel
5.19.Hubungan
antara
Pengalaman
Berusahatani
Responden dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di
Kecamatan Moncongloe

71

26. Tabel 5.20. Uji Chi-Square Tests Hubungan antara Pengalaman
Berusahatani Petani Responden dengan Tingkat Penerapan PTT
Padi Sawah di Kecamatan Moncongloe

72

27. Tabel 5.21 Hubungan antara Luas Lahan Garapan Responden
dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di Kecamatan
Moncongloe

73

xii

28. Tabel 5.22.Uji Chi-Square Tests Hubungan antara Luas Lahan
Garapan Responden dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah
di Kecamatan Moncongloe.

74

29. Tabel 5.23. Hubungan antara Partisipasi dalam Kelompok tani
dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah
di Kecamatan
Moncongloe Kabupaten Maros.

75

76
30. Tabel 5.24. Uji Chi-Square Tests Hubungan antara Partisipasi
dalam Kelompok tani dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah
di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros
31. Tabel 5.25. Hubungan antara Ketersediaan Buruh Tani dengan
Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di Kecamatan Moncongloe
Kabupaten Maros

77

32. Tabel 5.26. Uji Chi-Square Tests Hubungan antara Ketersediaan
Buruh Tani dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di
Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros

78

33. Tabel 5.27. Hubungan antara Ketersediaan Infomasi dengan
Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di Kecamatan Moncongloe
Kabupaten Maros

79

34. Tabel 5.28. Uji Chi-Square Tests Hubungan antara Ketersediaan
Infomasi
dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah
di
Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros

80

35. Tabel 5.29. Hubungan antara Intensitas Penyuluhan
dengan
Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di Kecamatan Moncongloe
Kabupaten Maros

81

36. Tabel 5.30. Uji Chi-Square Tests Hubungan antara Intensitas
Penyuluhan dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di
Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros

82

37. Tabel 5.31. Hubungan antara Fekwensi Mengunjungi Sumber
Informasi
dengan Tingkat Penerapan PTT Padi Sawah di
Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros

83

38. Tabel 5.32.Uji Chi-Square Tests
Hubungan antara Fekwensi
Mengunjungi Sumber Informasi dengan Tingkat Penerapan PTT
Padi Sawah di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros

84

39. Tabel 5.33. Hubungan antara Tingkat Penerapan PTT dengan
Peningkatan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Moncongloe

86

xiii

40. Tabel 5.34..Uji Chi-Square Tests
Hubungan antara Tingkat
Penerapan PTT dengan Peningkatan Produktivitas Padi Sawah di
Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros

87

41. Tabel 5.35. Analisis Statistik Produktivitas Padi yang dihasilkan
petani Sebelum dan Sesudah menerapkan Teknologi PTT padi
sawah di Kecamatan Moncongloe

89

42. Tabel 5.36. Analisis Uji Nilai Tengah Berpasangan Produktivitas Padi

90

yang dihasilkan petani Sebelum dan Sesudah menerapkan Teknologi PTT

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman
Teks

1.

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penerapan Komponen
Teknologi PTT Padi Sawah

28

2.

Gambar 4. 1. Peta Kabupaten Maros

43

3.

Gambar 4.2. Diagram Batang Rata-Rata Curah Hujan dari
Tahun 2010-1012

45

xv

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

Nomor

Halaman
Teks

1.

Data Hasil Skoring Tingkat Penerapan Teknologi PTT Padi
Sawah Petani dan Produktivitas padi Petani Responden
Kecamatan Moncongloe di Kabupaten Maros

2.

Data Karakteristik
Petani
Moncongloe Kabupatern Maros

Kecamatan

101

3.

Data Hasil Skoring Faktor Eksternal Petani Responden
Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros

104

4.

Data Hasil Skoring Tingkat Penerapan Teknologi PTT Padi
Sawah Petani dan Produktivitas padi Petani Responden
Kecamatan Moncongloe di Kabupaten Maros

107

5.

Kuisioner Penelitian

110

Responden

98

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa peluang dalam meningkat produksi padi yang apabila
dimanfaatkan

dengan

baik

akan

memberikan

kontribusi

pada

upaya

peningkatan produksi. Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil
antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2). Tersedia teknologi
untuk meningkatkan produktivitas, 3). Potensi sumberdaya lahan sawah,
rawa/lebak, lahan kering (perkebunan, kehutanan) yang masih luas, 4).
Pengetahuan/Keterampilan SDM (Petani, PPL, POPT, Pengawas Benih
Tanaman, dan Petugas Pertanian Lainnya) masih dapat dikembangkan, 5).
Tersedianya potensi pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain
beras, 6). Dukungan Pemerintah Daerah dan 7). Ketersediaan sumber genetik.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi kunci
dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain
berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan
sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Direktoral
Jenderal Tanaman Pangan, 2013)
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia,
telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di
masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat
pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi
per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan
tambahan

ketersediaan

pangan

guna

mengimbangi

laju

pertambahan

penduduk yang masih cukup tinggi.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen
Pertanian Republik Indonesia dalam meningkatkan produksi padi diantaranya
yaitu meningkatkan produksi, produktivitas dan kwalitas padi

melalui

penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) yang
1

yang dimulai sejak tahun 2008 dan pada tahun 2013 Departemen Pertanian
Republik Indonesia memfokuskan SL-PTT 2013 melalui pola pertumbuhan,
pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas,
terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai
instrumen stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan.
Tujuan program SL-PTT antara lain : 1) meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perubahan sikap petani guna mempercepat penerapan
komponen

teknologi

PTT

padi

dalam

usahataninya

agar

replikasi/

penyebarluasan teknologi ke petani sekitarnya berjalan lebih cepat.

2).

meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta kesejahteraan
petani melalui peningkatan produktivitas padi inbrida 0,75 ton per hektar , padi
hibrida 2,0 ton per hektar dan padi lahan kering/gogo 0,5 ton per hektar (Dirjen
Tanaman Pangan, 2013)
Beberapa hasil kajian mengenai

PTT di Sulawesi diantaranya yang

dilakukan oleh Arafah, dkk (2001,2002,2003) bahwa produktivitas padi yang
dihasilkan dengan menerapkan PTT padi sawah yaitu 6,5-8,3 ton/ha begitu
juga hasil kajian oleh BPTP Sul-Sel bahwa hasil pendampingan SL-PTT tahun
2010, tahun 2011, dan tahun 2013 rata produktivitas dapat mencapai kurang
lebih 10 ton/ha (BPTP Sul-Sel , 2013)
Kabupaten Maros telah melaksanakan SL-PTT padi sejak tahun tahun
2008, dengan harapkan petani mampu menerapkan komponen teknologi PTT
setelah selesai mengikuti SL-PTT, serta diharapkan juga bisa mengajak
masyarakat luas untuk ikut menerapkan komponen PTT padi sehingga secara
umum produktivitas, produksi dan kwalitas padi dapat lebih ditingkatkan di
Kabupaten Maros .
Tabel 1.1 dibawah ini menunjukkan bahwa rata-rata luas panen padi di
Kabupaten Maros sejak dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 yaitu
seluas 46.441 hektar dengan tingkat perkembangan rata-rata luas panen setiap
tahun yaitu sebesar 2,08%, namun pada tahun 2011 luas panen menurun
sebesar 0,12% dan pada tahun 2013 sebesar 2,34%. Sedangkan produktivitas
padi di Kabupaten Maros sejak dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
yaitu sebesar

62,57 kwintal per hektar dengan tingkat perkembangan
2

peningkatan produktivitas 1.18% setiap tahun, namun

pada tahun 2013

mengalami penurunan produktivitas sebesar 6,04 %, hal ini juga berdampak
pada penurunan produksi padi kabupaten Maros pada tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 8,24 %, namun produksi padi kabupaten Maros untuk lima
tahun terakhir menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 2,42% setiap tahun..
Tabel 1.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi
Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013.
Luas Panen
No.

Produktivitas

Produksi

Ha

Kenaikan /
Penurunan
(%)

Kwt/Ha

Kenaikan /
Penurunan
(%)

Ton

Kenaikan /
Penurunan
(%)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Tahun

(1)

(2)

(3)

1

2009

43,590.00

2

2010

46,550.00

6.79

62.43

3.25

290.630.50

10.26

3

2011

46,492.00

(0.12)

62.75

0.50

291.723.20

0.38

4

2012

48,353.00

4.00

67.14

6.99

324.620.73

11.28

5

2013

47,220.00

(2.34)

63.08

(6,04)

297,871.03

(8.24)

46,441.00

2.08

62.57

1,18

293,684.87

2.42

Rata-rata

60.47

263.578.91

Sumber Data : BPS, 2010, 2011, 2012,dan 2014

Dengan demikian bahwa Produktivitas padi di Kabupaten Maros dari
tahun 2009 sampai tahun 2013 hanya mengalami kenaikan sebesar 1,18 %
setiap tahun, masih rendah dibanding dengan harapan bahwa dengan
menerapkan PTT padi sawah dapat meningkatkan produktivitas padi yaitu
untuk padi inbrida 0,75 ton per hektar dan padi hibrida 2,0 ton per hektar hal
ini diduga disebabkan karena faktor iklim yang tidak menentu serta tingkat
penerapan komponen PTT padi sawah yang dilakukan oleh petani masih
belum optimal atau masih rendah sesuai yang diharapkan
Menurut Nurawan, dkk. (2011) yang menyimpulkan bahwa penggunaan
benih unggul baru pada program PTT mampu memberikan hasil produksi
sampai 9.0 ton/hektar. Fenomena dilapangan ini menunjukkan bahwa tingkat
penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi di Kabupaten Maros
menunjukkan bahwa penerapatan teknologi PTT cenderung lambat bahkan
3

mengalami penurunan, hal ini terlihat jelas ditingkat petani, Penerapan
teknologi PTT yang telah disosialisasikan dan diperkenalkan melalui Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL- PTT) sejak tahun 2008 sampai
sekarang belum sepenuhnya dapat diterapkan

oleh petani yang tergabung

dalam kelompok tani,
Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan
menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) yang merupakan suatu pendekatan inovatif dan
dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui
perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani yang meliputi:
varietas unggul baru, benih bermutu dan berlabel, pemberian bahan organik
melalui pengembalian jerami atau pupuk kandang ke sawah dalam bentuk
kompos,

pengaturan

populasi

tanaman

secara

optimum,

pemupukan

berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pengendalian OPT
(organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (pengendalian
hama terpadu), pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, penggunaan
bibit muda (