Evaluasi Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT ) Pada Budidaya Padi Sawah ( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat )

(1)

EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN

TANAMAN TERPADU (PTT ) PADA BUDIDAYA

PADI SAWAH

( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat )

SKRIPSI

OLEH :

IRMAYANA

070309005

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN

TANAMAN TERPADU (PTT ) PADA BUDIDAYA

PADI SAWAH

( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat ) SKRIPSI

OLEH :

IRMAYANA

070309005

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si) NIP:195411111981031001 NIP: 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RIWAYAT HIDUP

Irmayana dilahirkan di AFD A PSL 1 di Langkat, pada tanggal 03 Mei 1988, Anak ketiga dari tiga saudara dari ayahanda Permono dan ibunda tercinta Suhanti.

Jenjang Pendidikan yang ditempuh penulis :

1. Tahun 1995 masuk SD Negri Teladan Rejo dan tamat tahun 2001

2. Tahun 2001 masuk Madrasah Tsanawiyah (TPI) Sawit Seberang dan Tamat tahun 2004

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Persiapan Stabat dan menyelesaikan SMA tamat pada tahun 2007.

4. Tahun 2007 diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.

5. Tanggal 27 juni – 27 juli 2011 melaksanakan Praktrek Kerja Lapangan (PKL) di desa Perupuk kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batubara

6. Bulan Juli – September melaksanakan penelitian Desa Sambirejo kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.


(4)

ABSTRAK

Irmayana (070309005), dengan judul skripsi “ EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA BUDIDAYA PADI SAWAH”. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Ir. H. Hasman Hayim, M.Si dan bapak Ir. Sinar Indra kesuma, M.Si.

Tujuan penelitian penulis adalah untuk melihat tingkat keberhasilan teknologi model PTT, dan perkembangan produksi yang menerapkan teknologi model PTT, serta melihat hubungan karekteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi teknologi komponen PTT.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu dengan sengaja di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat yang didasarkan bahwa desa Sambirejo merupakan desa yang terbanyak kelompok tani yang menerapkan teknologi model PTT tersebut. Metode penarikan sampel menggunakan simple random sampling (metode acak sederhana), yaitu pengambilan dalam cara tertentu yang mewakili populasinya, sedangkan jumlah pengambilan jumlah sampel secara propotional yang diambil dari tiap kelompok tani sehingga di dapat jumlah sampel petani 30 orang, sedangkan untuk melihat tingkat keberhasilan Teknologi model PTT menggunakan skoring serta melihat hubungan karekteristik sosial ekonomi petani di uji dengan metode statistik korelasi rank spearman dengan program SPSS 13 for windows.

Hasil penelitian yang didapat adalah pelaksanaan teknologi PTT berjaln dengan baik, dan mengalami perkembangan produksi dari tahun ke tahun, kemudian tingkat keberhasilan teknologi PTT dikaegorikan tinggi, serta terdapat hubungan nyata karekteristik sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, frekuensi mengikuti penyuluhan, serta produksi dengan tingkat adopsi dalam menerapkan teknologi model PTT, dan tidak terdapat hubungan nyata karekteristik sosial ekonomi yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berusahatani, serta luas lahan dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen teknologi PTT.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Evaluasi Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Budidaya Padi Sawah ”. Dengan studi kasus di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada 1. Bapak Ir.H.Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian Skripsi. 2. Bapak Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak membantu untuk membimbing penulis dalam penyelesaian Skripsi.

3. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS selaku ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen yang ada di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Khususnya Departemen Agribisnis.

5. Seluruh Staf pengajar dan Pegawai Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Ridwan Selaku Kordinator PPL kecamatan Binjai dan Bapak Ali Jubaidah selaku PPL desa sambirejo yang banyak memberikan informasi demi kelancaran skripsi ini.


(6)

7. Kelompok tani desa sambirejo yang banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh responden yang terkait dalam penelitian ini yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapakan kepada ayahanda Permono dan ibunda Suhanti, atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan pada penulis.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman – teman seperjuangan stambuk SEP’07 yang telah memberi dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimah kasih dan semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2011


(7)

DAFTAR ISI

RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 7

Hipotesa Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah ... 9

Teknologi Model PTT ... 10

Penyuluhan Pertanian ... 11

Tingkat Penerapan Padi sawah Terhadap Komponen PTT... 13

Teori ... 15

Kerangka Pemikiran... 21

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

Metode Pengambilan Sampel ... 26

Metode Pengumpulan Data ... 28

Metode Analisis Data ... 28

Definisi Dan Batasan Operasional ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis ... 33

Kondisi Demografis ... 33

1.Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

2.Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ... 35

3.Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

4.Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama... 37

5.Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 38

6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39


(8)

Karekteristik Petani Sampel ... 42

Pelaksanaan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT) ... 44

Perkembangan Teknologi Komponen Model PTT ... 55

Tingkat Penerapan Komponen PTT pada budidaya Padi Sawah ... 57

1.Tingkat Penerapan pada Komponen Varietas Unggul ... 58

2.Penggunaan Varietas Unggul Baru ... 59

3.Tingkat Penerapan pada Komponen Benih Bermutu ... 60

4.Tingkat Penerapan pada Komponen Bibit Muda Umur 15-20HSS ... 61

5.Tingkat Penerapan pada Komponen Pengolahan Tanah ... 61

6.Tingkat Penerapan pada Komponen Penggunaan bahan Organik ... 62

7.Tingkat Penerapan pada Komponen Sistem Tanam Legowo 4:1 ... 63

8.Tingkat Penerapan pada Komponen Irigasi Bersilang ... 63

9.Tingkat Penerapan pada Komponen Pemupukan Spesifik Lokasi ... 64

10.Tingkat Penerapan pada Komponen Pupuk Mikro ... 65

11.Tingkat Penerapan pada Komponen PHT sesuai OPT ... 65

12.Tingkat Penerapan pada Komponen Pengendalian Gulma ... 68

13.Tingkat Penerapan pada Penanganan Pasca Panen ... 69

Hubungan Karekteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 74

Masalah Yang Dihadapi Petani Desa Sambirejo ... 83

Upaya upaya yang Dilakaukan Untuk Mengatasi Masalah yang dihadapi Dalam Penerapan Teknologi PTT ... 84

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 86

Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Hal 1. Realisasi Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Komoditi Padi

Sawah Kabupaten Langkat Tahun2006/2010 ... 5

2. Luas Panen, Produksi dan produktivitas Padi Sawah Kabupaten langkat ... 6

3. Jumlah Sampel Petani ... 27

4. Spesifikasi Pengumpulan data ... 28

5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tata Guna Lahan ... 35

6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur ... 37

8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 37

9. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 38

10.Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 38

11.Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

12.Distribusi Penduduk Berdasarkan Sarana ... 41

13.Distribusi Penduduk Berdasarkan Prasarana ... 41

14.Karekteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sambirejo ... 42

15.Rata rata produksi Di desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ... 55

16.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Varietas Unggul Baru Sesuai Anjuran ... 58

17.Penggunaan Varietas Unggul Baru ... 59

18.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Benih Bermutu Sesuai Anjuran ... 59

19.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Bibit Muda Umur 15-20HSS Sesuai Anjuran ... 60


(10)

20.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Pengolahan Lahan Sesuai

Anjuran ... 61 21.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Bahan Organik Sesuai

Anjuran ... 62 22.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Sistem Tanam Legowo 4:1

Sesuai Anjuran ... 63 23.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Irigasi Bersilang Sesuai

Anjuran ... 64 24.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Pemupukan Spesifik Lokal

Sesuai Anjuran ... 65 25.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Pupuk Mikro Sesuai

Anjuran ... 66 26.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan PHT sesuai OPT Sesuai

Anjuran ... 67 27.Jumlah Persentase Persentase yang Menggunakan Pengendalian

Gulma Sesuai Anjuran ... 68 28.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Penanganan Pasca Panen

Sesuai Anjuran ... 68 29.JPersentase Petani Yang Menerapkan Komponen Model PTT pada

Budidaya Padi sawah Sesuai Anjuran di Desa Sambirejo Kecamatan

Binjai Kabupaten Langkat ... 70 30.Kriteria Penilaian Tingkat Penerapan Teknologi PTT terhadap

Budidaya Padi Sawah ... 71 31.Hasil Perbandingan Nilai yang diharapkan dan Nilai yang diperoleh

dalam Penerapan PTT terhadap Budidaya Padi sawah Sesuai Anjuran

di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ... 73 32.Hubungan Umur Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan

Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 75 33.Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan

Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 76 34.Hubungan Lamanya Berusahatani Dengan Tingkat Adopsi dalam


(11)

35.Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 79 36.Hubungan Luas Lahan Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan

Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 82 37.Hubungan Produksi Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Hal 1. Hubungan karekteristik sosial ekonomi Petani dengan tingkat adopsi

teknologi PTT ... 22 2. Skema Kerangka Pemikiran ... 24


(13)

DAFTAR SINGKATAN 1. BPP : Balai Penyuluhan Pertanian

2. BPTP : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian 3. BWD : Bagan Warna Daun

4. C : Celcius

5. DT : Densitas Tinggi 6. Dkk : Dan kawan kawan 7. HSS : Hari Setelah Sebar 8. HST : Hari Setelah Tanam 9. Ha : Hektoare

10.IR : infari

11.KK : Kepala Keluarga 12.Kcl : Kalium clorida

13.Km : Kilometer

14.Mdpl : Meter diatas permukaan laut 15.OPT : Organisme Pengganggu Tanaman 16.pH : Potential Hidronium

17.PHT : Pengendalian Hama Tanaman 18.PTT : Pengelolaan Tanaman Terpadu

19.POPT : Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman 20.PBT : Penggunaan Benih Tanaman

21.PUTS : Perangkat Uji Tanah Sawah

22.P2BN : Peningkatan Produksi Beras Nasional 23.Rs : Rank Spearman

24.SPSS : Statistical Product and Service Solutions 25.SP36 : Sulfur phospate 36

26.SMP : Sekolah Menengah Pertama 27.SMA : Sekolah menengah Atas

28.SL-PTT : Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu 29.VUB : Varietas Unggul Ba


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Skor tingkat penerapan teknologi komponen pada budidaya padi

sawah di daerah penelitian ... 1

2. Nama petani dan kelompok tani yang menerapkan komponen PTT di desa Sambirejo kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ... 3

3. Penggunaan varietas unggul baru ... 4

4. Hasil produksi tahun 2009-2011 ... 5

5. Karekteristik Sosial Ekonomi petani sampel ... 6

6. Korelasi rank spearman antara umur dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 7

7. Hasil SPSS umur dengan tingkat adopsi petani ... 8

8. Korelasi rank spearman antara pendidikan dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 9

9. Hasil SPSS pendidikan dengan tingkat adopsi petani ... 10

10.Korelasi rank spearman antara lamanya berusaha tani dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 11

11.Hasil SPSS lamanya berusahatani dengan tingkat adopsi petani ... 12

12.Korelasi rank spearman antara Jumlah Tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 15

13.Hasil SPSS jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi petani... 16

14.Korelasi rank spearman antara luas lahan dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 17

15.Hasil SPSS luas lahan dengan tingkat adopsi petani ... 18

16.Korelasi rank spearman antara produksi dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 19

17.Hasil SPSS produksi dengan tingkat adopsi petani ... 20


(15)

ABSTRAK

Irmayana (070309005), dengan judul skripsi “ EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA BUDIDAYA PADI SAWAH”. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Ir. H. Hasman Hayim, M.Si dan bapak Ir. Sinar Indra kesuma, M.Si.

Tujuan penelitian penulis adalah untuk melihat tingkat keberhasilan teknologi model PTT, dan perkembangan produksi yang menerapkan teknologi model PTT, serta melihat hubungan karekteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi teknologi komponen PTT.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu dengan sengaja di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat yang didasarkan bahwa desa Sambirejo merupakan desa yang terbanyak kelompok tani yang menerapkan teknologi model PTT tersebut. Metode penarikan sampel menggunakan simple random sampling (metode acak sederhana), yaitu pengambilan dalam cara tertentu yang mewakili populasinya, sedangkan jumlah pengambilan jumlah sampel secara propotional yang diambil dari tiap kelompok tani sehingga di dapat jumlah sampel petani 30 orang, sedangkan untuk melihat tingkat keberhasilan Teknologi model PTT menggunakan skoring serta melihat hubungan karekteristik sosial ekonomi petani di uji dengan metode statistik korelasi rank spearman dengan program SPSS 13 for windows.

Hasil penelitian yang didapat adalah pelaksanaan teknologi PTT berjaln dengan baik, dan mengalami perkembangan produksi dari tahun ke tahun, kemudian tingkat keberhasilan teknologi PTT dikaegorikan tinggi, serta terdapat hubungan nyata karekteristik sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, frekuensi mengikuti penyuluhan, serta produksi dengan tingkat adopsi dalam menerapkan teknologi model PTT, dan tidak terdapat hubungan nyata karekteristik sosial ekonomi yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berusahatani, serta luas lahan dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen teknologi PTT.


(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dalam keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, secara prinsip produksi padi tergantung pada dua variabel yaitu luas panen dan hasil perhektar. Intensifikasi pertanian dalam perluasan areal tanaman merupakan usaha pokok dalam pengelolahan usahatani dalam meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan petani (Mubyarto, 1985).

Meningkatnya produksi pertanian suatu Negara adalah tugas yang sangat kompleks, bahkan tidak jarang merupakan tugas yang sangat memusingkan. Dikatakan kompleks karena sedemikian banyak kondisi yang berbeda beda yang harus dibina atau diubah orang atau kelompok yang berbeda-beda pula karena semangat orang yang tersangkut didalamnya. Untuk mewujudkan pembangunan pertanian tidak cukup hanya teknologi saja tetapi juga harus didukung kerja keras

semua pihak sehingga meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani ( Mosher, 1983 ).

Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun berhenti, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang makin


(17)

merajalela. Oleh karena itu, perlunya peran para peneliti untuk dapat meningkatkan kualitas produksi yang tidak merusak lingkungan tumbuhnya

( Mubyarto, 1989).

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi bila para pengolah usahatani lebih terbuka sikapnya dan mampu melaksanakan anjuran penggerak perubahan terdapat hal hal yang baru. Pengolahan usahatani dimana saja dan kapan saja pada hakekatnya akan dipengaruhi oleh perilaku usahatani yang melakukan usahatani. Perilaku orang yang ternyata tergantung banyak faktor diantaranya watak, suku, dan kebudayaan dari petani itu sendiri, tingkat

kebudayaan bangsa dan masyarakatnya juga dari kebijakan pemerintah (Van dan Hawkins, 1999).

Usahatani sangat dipengaruhi keadaan iklim, curah hujan, ketersediaan air irigasi, oleh karena itu teknologi usahatani yang sesuai untuk suatu lokasi belum tentu sesuai untuk lokasi lainnya. Dalam kaitan itu harus didasarkan oleh hasil percobaan / penelitian dilokasi yang bersangkutan. Untuk itu pula dilakukan percobaan kesesuain varietas, bercocok tanam, pemupukan, pemberantasan hama dan lainnya dilahan petani. Partisipasi petani dimulai dengan penggunaan lahannya untuk percobaan teknologi baru dan sekaligus sebagai etalase bagi teknologi baru untuk meyakinkan petani lain tentang keberhasilan teknologi baru yang dicoba (Slamet, 2003).

Usaha meningkatkan produksi padi sawah dengan menerapkan berbagai cara. Memberi bimbingan kepada petani mengenai panca usaha dan penggunaaan mesin mesin pertanian untuk mencapai hasil produksi maksimal terus ditingkatkan kepada petani, antara lain dengan bantuan penyuluhan pertanian dan usaha


(18)

menyebarkan informasi teknologi mengenai pertanian oleh dinas pertanian (AAK, 1990).

Peningkatan Produktivitas usaha tanaman padi sangat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Dimana padi merupakan bahan makanaan pokok masyarakat Indonesia. Untuk itu Balai pengkajian Teknologi Pertanian menciptakan komponen teknologi PTT yaitu Pengolaan

tanaman terpadu yang terdiri dari 12 komponen teknologi (Yusuf dan Harnowo, 2010).

Upaya peningkatan produksi padi sawah telah menjadi pengertian dan keinginan mendalam pada petani sangat ditentukan oleh penggunaan bibit yang baik. Terhadap semua kegagalan yang dialami, jeleknya benih yang selalu dijadikan lebih utama. Bagi petani umumnya, telah menjadi kesadaran kalau benihnya sudah bagus keberhasilan produksi sudah pasti ada ditangan. Dengan produksi benih yang berlimpah maka benih petani dapat diganti dalam jumlah yang terus menerus mencukupi, dan dapat produksi secara lebih teratur. Kondisi demikian tidak mungkin dipenuhi kalau pengadaan benih diserahkan kepada petani untuk memproduksi secara mandiri (Sadjad, 2001).

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang cukup diwarnai nilai sejarah. Sektor pertanian merupakan sektor dominan dalam perekonomian Kabupaten Langkat. Kabupaten ini merupakan salah satu daerah andalan Propinsi Sumatera Utara sebagai penghasil beberapa produk pertanian terutama perkebunan dan tanaman bahan makanan andalan adalah Padi, jagung, dan kacang kedelai. Untuk mengetahui peningkatan keadaan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah dapat dilihat pada Tabel 1.


(19)

Tabel 1. Data Realisasi Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tahun 2006 S/D 2010 Komoditi Padi Sawah Kabupaten Langkat

No Tahun Luas Panen ( ha) Produksi ( ton ) Produktivitas (kw/ Ha) 1 2006 83.178 432.451 53.97 2 2007 80.375 433.423 54.47 3 2008 82.444 448.825 54.44 4 2009 85.227 468.322 54.95 5 2010 67.155 3.943 58.73

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultural Kabupaten Langkat Tahun 2006-2010

Dari Tabel 1 menunjukan bahwa luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 luas panen 83.178 H dan produksi 432.451 ton dan produktivitas 53.97, tahun 2007 luas panen 80.375H dan produksi 433.423 ton dan produktivitas 54.47, hal ini bahwa mengalami peningkatan produksi dari tahun 2006 sampai 2007 yaitu 1.042 ton. Pada tahun 2008 luas panen 82.444 Ha dan produksi 448.825 ton dan produktivitas 54.44, hal ini juga menunjukan ada peningkatan dari tahun 2007 hingga 2008 yaitu 8.618 ton. Pada tahun 2009 luas panen 85.227 H dan produksi 468.322 ton dan produktivitas 54.95 , hal ini juga menunjukan ada peningkatan dari tahun 2008 hingga 2009 yaitu 10.809 ton. Pada tahun 2010 ton luas panen 67.155 Ha dan produksi 3.943 ton dan produktivitas 58.73. selanjutnya keadaan luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di kabupaten Langkat.

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis diarahkan oleh BPTP ( Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ) Kabupaten Langkat untuk melihat secara

langsung serta meneliti kegiatan percontohan yang telah dilakukan terlebih dahulu di lahan percontohan yaitu Kabupaten Langkat Kecamatan Binjai Desa Sambirejo. Namun untuk mengetahui tingkat produksi di Kabupaten Langkat dan produksi perkecamatan dapat dilihat pada Tabel 2


(20)

Tabel 2. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah Kabupaten Langkat

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat Tahun 2006-2010

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Binjai merupakan salah satu daerah sentra produksi padi sawah Kabupaten Langkat dengan luas panennya 3.408 H dan produksi 21.566 Ton. Meskipun total produksi di Kecamatan Secanggang paling tinggi tetapi penerapan teknologi tersebut adalah dengan dilaksanakannya pengelolaan tanaman terpadu ( PTT ). Untuk mengetahui

No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas

(Ha) (Ton) (Kw/Ha)

1 Bahorok 1.051 5.583 53.12 2 Serapit 1.856 11.541 62.18 3 Salapian 433 2.509 57.95

4 Kutam Baru 0 0 0

5 Sei Bingei 4.489 28.568 63.64 6 Kuala 1.980 12.225 61.74 7 Selesai 2.838 16.324 57.52

8 Binjai 3.408 21.566 63.28

9 Stabat 1.826 9.908 54.26 10 Wampu 1.818 9.863 54.25 11 Batang Serangan 576 2.751 52.20 12 Sawit Seberang 96 467 48.62 13 Padang Tualang 2.431 13.157 54.12 14 Hinai 2.554 15.587 61.03 15 Secanggang 7.681 48.521 63.17 16 Tanjung pura 7.727 48.046 62.18 17 Gebang 6.088 39.146 64.30 18 Babalan 7.619 43.276 56.80 19 Sei Lepan 3.398 18.628 54.82 20 Brd. Barat 2.380 13.009 54.66 21 Besitang 2.680 15.107 56.37 22 Pkl. Susu 3.195 18.620 58.28 23 Pematang Jaya 1.080 5.871 54.36


(21)

keberhasilan dari pelaksanaan sistem pertanian tersebut di kecamatan Binjai maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : Bagaimana pelaksanaan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) didaerah penelitian? Bagaimana perkembangan penerapan teknologi PTT Di daerah Penelitian? Bagaimana tingkat keberhasilan dalam penerapan Teknologi PTT di daerah penelitian? Bagaimana hubungan karekteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga dan produksi) dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen pengelolahan tanaman terpadu (PTT) didaerah penelitian?, Masalah masalah apa saja yang dihadapi petani dalam pelaksanaan sistem pengelolaan tanaman terpadu didaerah penelitian ?, Upaya upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam melaksanakan sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Daerah Penelitian ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk mengetahui bagaimana teknologi pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) didaerah penelitian. Untuk mengetahui Perkembangan Penerapan teknologi model PTT Di Daerah Penelitian. Untuk Mengetahui Tingkat Keberhasilan dalam penerapan Teknologi PTT didaerah


(22)

penelitian. Untuk mengetahui bagaimana hubungan karekteristik sosial ekonomi(umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani,luas lahan, jumlah tanggungan keluarga dan produksi) dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen model pengelolahan tanaman terpadu (PTT) didaerah penelitian. Untuk mengetahui masalah masalah apa saja dalam pelaksanaan sistem pengelolaan tanaman terpadu didaerah penelitian. Untuk mengetahui upaya upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah dalam melaksanakan sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Daerah Penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai pertimbangan bagi pihak pihak yamg terkait terhadap pengembangan tingkat adopsi petani terhadap teknologi PTT.

2. Sebagai bahan masukan kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kabupaten Langkat, sebagai lembaga penyaluran teknologi bagi petani


(23)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : Ada hubungan beberapa karekteristik sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, keluarga, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi) dengan tingkat adopsi petani dalam menerapkan komponen model pengelolahan tanaman terpadu (PTT) didaerah penelitian. Tingkat keberhasilan dalam penerapan teknologi PTT padi sawah di daerah penelitian diketegorikan tinggi.


(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Padi Sawah

Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang sangat dekat, dimana terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas tunas baru (Siregar, 1981).

Padi merupakan bahan makanan pokok sehari hari pada kebanyakan penduduk di negara Indonesia. Padi dikenal sebagai sumber karbohidrat terutama pada bagian endosperma, bagian lain daripada padi umumnya dikenal dengan bahan baku industri, antara lain : minyak dari bagian kulit luar beras (katul), sekam sebagai bahan bakar atau bahan pembuat kertas dan pupuk. Padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat digantikan oleh

bahan makanan yang lain, oleh sebab itu padi disebut juga makanan energi (AAK, 1990).

Padi adalah komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat bagi penduduk. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk yang besar, serta berkembangnya industri pangan dan pakan (Yusuf, 2010).

Kalau umur padi mulai dari benih sampai panen mencapai empat bulan petani harus menunggu sambil merawat tanamannya sedemikian rupa sesuai dengan anjuran teknologi yang direkomendasikan, atau sesuai dengan teknologi


(25)

yang mampu diserap atau mampu diterapkan petani. Setiap tanam tergantung varietasnya mempunyai kemampuan genetik tanaman yang diusahakan dalam penerapan teknologi yang mampu diterapkan mulai dari pengelolahan sampai panen. Disamping itu, perlu juga diperhatikan dan diperhitungkan akibat yang ditimbulkan oleh cuaca, ketersediaan air dan lainnya. Karena faktor tersebut akan berdampak pada teknologi yang diterapkan dan sudah pasti berpengaruh terhadap hasil yang akan diterima (Daniel, 2002).

Teknologi PTT ( Pengolahan tanaman Terpadu )

Untuk meningkatkan produksi beras dalam rangka pencapaian swasembada pangan, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Beberapa komponen teknologi budidaya padi sawah dengan pendekatan PTT adalah:

1. Varietas unggul baru 2. Bibit bermutu dan Sehat

3. Bibit muda umur 15-20 hari setelah sebar 4. Pengolahan Tanah

5. Penggunaaan bahan organik

6. Pengelolaan Tanaman sistem legowo 4:1 7. Irigasi berselang

8. Pemupukan Spesifik Lokal 9. Pupuk Mikro


(26)

10.PHT sesuai OPT 11.Pengendalian Gulma

12.Penanganan panen dan Pasca panen (Yusuf, 2010).

Pengelolaan tanaman terpadu adalah pendekatan dalam budidaya tanaman dan berperan penting dalam meningkatkan produksi padi dalam beberapa tahun terakhir. Keberhasilan program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional) yang diimplementasikan sejak tahun 2007 tentu tidak dapat dipisahkan dari pengembangan PTT padi sawah. Untuk mempertahankan swasembada beras yang telah berhasil diraih kembali pada tahun 2008, inovasi teknologi ini terus dikembangkan oleh Departemen Pertanian (Firdaus, 2008).

Penyuluhan Pertanian

Dalam hal penyuluhan pertanian, kita lihat bermula dari usaha mengajak dan membimbing para petani untuk melaksanakan cara cara modern dalam bercocok tanam. Melalui penyuluhan pertanian diusahakan agar para petani memahami, tertarik dan menerapkan cara cara baru dalam bertani. Sedangkan penyuluh sanitasi sebagai contoh yang lain, bermaksud agar mayarakat menjadi prinsip prinsip sanitasi sebagian dari perilaku hidup mereka sehari hari. Begitu juga dengan penyuluhan penyuluhan yang lainnya (Nasution, 1990).

Pengajaran dibidang penyuluhan merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu petani di dalam mengembangkan dirinya agar dapat atau mampu mencapai tujuan yang di inginkannya. Dengan demikian hal ini yang sangat penting pada waktu menyelenggarakan kegiatan penyuluhan adalah menumbuh


(27)

semua belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan pengalaman yang baru, berupa keterampilan yang baru, pengetahuan baru serta sikap positif yang perlu untuk mereka guna memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan maupun di rumah tangganya (Suhardiyono, 1992).

Dapat kita lihat bersama bahwa penyuluh jelas tidak dapat memecahkan masalah semua yang dihadapi petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya digunakan untuk memecahkan sebagian dari masalah yang dikemukakan. Ini pun jika agen penyuluhan sendiri memiliki pengetahuan serta wawasan yang dibutuhkan atau bersama sama dengan petani mengupayakan. Fungsi sosial lain, seperti penelitian ilmiah dapat membantu memecahkan persoalan sosial, misalnya

dengan mengembangkan metode untuk meningkatkan hasil panen (Van dan Hawkins, 1999).

Peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi petani melalui metoda dan teknik tertentu sampai mereka itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan, selain itu penyuluh juga mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakatnya baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau lembaga penyuluhan yang bersangkutan (Mardikanto, 2009).


(28)

Tingkat Penerapan Padi Sawah Terhadap Komponen Model PTT

Proses adopsi merupakan perubahan kelakuan yang terjadi dalam diri petani malalui penyuluhan biasanya berjalan lambat. Hal ini disebabkan karena dalam penyuluhan hal hal yang disampaikan sebelum dapat diterima dan di adopsi, memerlukan keyakinan dalam diri petani bahwa hal hal baru ini akan berguna. Bila dalam diri petani telah timbul keyakinan akan manfaat dari teknologi baru sehingga petani mau melaksanakannya (Suhardiyono, 1992).

Menurut Junaidi (2007), adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Adopsi inovasi merupakan proses berdasarkan dimensi waktu. Dalam penyuluhan pertanian, banyak kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja, tetapi untuk sampai tahapan mereka mau menerima ide ide tersebut diperlukan waktu yang relatif lama.

Perubahan perilaku yang diusahakan melalui penyuluhan pertanian pada diri petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan tingkat pengetahuan yang rendah dan penyuluhan hal hal yang disampaikan hanya akan diterima dan dipraktekan (diterapkan, diadopsi) setelah para petani mendapat gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal hal baru yang diterima penyuluhan akan berguna, memberikan keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekan atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Petani yang mengikuti penyuluhan harus mendapat keyakinan terlebih dahulu akan manfaat dari teknologi atau hal hal yang baru. Selanjutnya mereka selain akan aktif


(29)

mengikuti penyuluhan penyuluhan berikutnya juga mangajak petani sesama lainnya, sehingga adopsi (penerapan) teknologi atau hal hal baru akan meluas dan berkembang (Kartasapoetra, 1993).

Tingkat adopsi dipengaruhi oleh petani tentang ciri ciri inovasi dan perubahan yang di kehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena :

- Memilki keuntungan relatif tinggi bagi petani.

- Kompatibilitas/ keselarasan dengan nilai, pengalaman dan kebutuhan - Tidak rumit

- Dapat dicoba - Dapat diamati

Inovasi adalah suatu gagasan yang melukiskan objek yang dianggap sebagai

sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir (Van dan Hawkins, 1999).

Menurut Van dan Hawkins (1999), mereka yang cepat menerapkan inovasi dapat dicirikan sebagai berikut:

a. Banyak melakukan kontak dengan penyuluh dan orang lain di luar kelompok sosialnya dan berpartisipasi aktif dalam organisasi.

c. Memanfaatkan secara intensif informasi dari media massa terutama yang menyangkut informasi dari para ahli.

d. Memiliki pendapatan dan taraf hidup yang relatif tinggi.

e. Memiliki sikap yang positif terhadap perubahan dan memiliki aspirasi yang tinggi bagi dirinya sendiri.


(30)

Teori

Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu cara untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan teknologi baru kepada masyarakat dalam segala bidang, khususnya bidang pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak dalam pembangunan pertanian, karena melalui kegiatan penyuluhan, segala informasi dan penemuan baru disampaikan kepada petani. Bukan hanya sekedar menyampaikan, seorang penyuluh juga harus mampu mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup petani yang sifatnya tertutup menjadi lebih terbuka dan akhirnya mau mengadopsi untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Soekartawi, 1994).

Dalam rangka usaha peningkatan produksi padi pemerintah selalu berupaya mendapatkan jenis jenis padi yang mempunyai sifat baik. Jenis padi yang mempunyai sifat sifat baik adalah varietas unggul. Caranya dengan mengawinkan silang antara jenis padi yang mempunyai sifat baik dengan jenis padi yang bagus pula, hal ini akan memberikan produksi tinggi, umur tanaman

pendek, dan tahan terhadap hama penyakit tanaman serta mutu beras baik ( Sugeng, 1989)

Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi


(31)

tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau keterampilannya (Mardikanto, 1993).

Petani, di dalam menanggapi suatu ide/informasi yang baru berbeda beda, menurut karakteristik sosial ekonomi dari petani itu sendiri, dan perbedaan yang terjadi kadang sangat beragam (Gerungan, 1996).

Karakteristik petani meliputi tingkat pendidikan, umur, kosmopolitanan dan tingkat kemampuan ekonominya. Dengan karaktiristik sosial ekonomi yang berbeda beda akan membedakan respon petani terhadap ragam metode penyuluhan, baik berupa respon poitif maupun negatife ( Winarni, 2001).

Selain keragamannya, karakteristik masing-masing kelompok penerima manfaat (petani) juga perlu mendapat perhatian dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Hal ini penting kaitannya dengan pemilihan dan penetapan: materi, metoda, waktu, tempat, dan perlengkapan penyuluhan yang diperlukan. Beberapa karakteristik penerima manfaat yang perlu dicermati adalah:

1. Karakteristik pribadi, yang mancakup: jenis kelamin, umur, suku/etnis, agama. 2. Status sosial ekonomi, yang meliputi: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,

dan keterlibatannya dalam kelompok/organisasi kemasyarakatan.

3. Prilaku keinovatifan sebagaimana yang dikelompokkan oleh Rogers (1971) (Dalam bukunya Totok Mardikanto, 2009) yang terdiri dari: perintis (inovator), pelopor (early adopter), penganut dini (early majority), penganut lambat (late majority), dan kelompok yang tidak bersedia berubah (laggards). 4. Moral ekonomi yang dibedakan dalam moral subsistensi dan moral


(32)

(Mardikanto, 2009).

Berdasarkan pada penelitian (Ritonga, 2008:41-53), hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani, ada yang berhubungan nyata dan ada yang berhubungan tidak nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap suatu inovasi. Berikut ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitiannya:

- Ada hubungan yang tidak nyata antara umur petani,Lamanya berusahatani, luas lahan dan jumlah tanggungan dengan tingkat adopsi suatu inovasi.

- Ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani terhadap suatu inovasi.

karakteristik sosial ekonomi petani yang dapat mempengaruhi dalam penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di Desa Sambirejo, kecamatan Binjai kabupaten Langkat yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan,lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, serta produksi.

1. Umur Petani

Semakin muda umur petani, maka akan semakin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Lubis, 2000).

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Umur dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam melihat aktivitas seorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka


(33)

kemungkinan besar seorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi adalah yang relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi, Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Lubis, 2000).

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya (Hasyim, 2006). 3. Lamanya berusahatani

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal hal yang baik untuk waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Maksud dari jumlah tanggungan disini adalah berapa banyak beban tanggungan petani dalam satuan jiwa (Lubis, 2000).

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan petani dalam memnuhi kebutuhannya (Hasyim, 2006).


(34)

5. Luas Lahan

Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibanding daripada petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi (Soekartawi, 1994).

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan penerapan adopsi inovasi dari pada yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi (Kesuma, 2006).

6. Produksi

Produksi adalah kemampuan luas lahan menghasilkan produksi padi sawah dengan kata lain jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan dibagi dengan luas lahan dihasilkan dengan satuan ton (Hasyim, 2006).

Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para petani perlu mengadopsi teknologi baru. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Perubahan mengatakan ala biasa karena biasa, ini betul tetapi apakah petani itu cukup hanya mengetahui saja tanpa sekaligus mengerti dan menghayati segala apa yang dilakukannya (Slamet, 2003).

Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahap–tahapan sebelum masyarakat mau menerima, menerapkan dengan keyakinanya sendiri, meskipun selang waktu antar tahapan satu dengan yang lainya itu tidak selalu sama. Tahap-tahap proses adopsi sebagai berikut :


(35)

a. Penaruh Minat yaitu tumbunya mianat yang sering kali ditandai oleh keinginanya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

b. Penilaian (Evaluation) yaitu penilaian terhadap baik / buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini, masyarakat sasaranya tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya saja tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek aspek sosial budayanya.

c. Mencoba (trial) mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.

d. Adopsi (adoption) yaitu menerima atau menerapkan dengan penuh keyakinannya berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamatinya sendiri

(Mardikanto, 2009) .

Evaluasi merupakan kegiatan yang saling terkait dan merupakan aspek penting dalam manajemen pengelolaan produksi terutama untuk mengontrol sasaran dari program yang direncanakan. Evaluasi yang dimaksud dalam penelitian adalah melakukan pengamatan kepada petani apakah seluruh komponen PTT yang diterapkan petani sepenuhnya. Dengan demikian, kegiatan ini merupakan proses untuk memperbaiki dan memyempurnakan efektifitas yang sedang berrjalan. Evaluasi juga dimaksud untuk membantu dan pengambilan keputusan (Suryana, 2003).


(36)

Evaluasi merupakan metoda untuk mengkaji keberhasilan suatu aktivitas tertentu, dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan lagi hasil hasil yang telah dicapai sebelumnya. Setelah melaksanakan langsung dilapangan rencana kerja yang tadinya tertulis di atas kertas, adalah perlu untuk mengevaluasinya dan melaporkan perkembangan yang terjadi ( Nasution, 1990).

Evaluasi sebagai suatu proses pengambilan keputusan melalui kegiatan yang membanding bandingkan hasil pengamatan suatu objek atau evaluasi sebagai kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk melakukan pengukuran dan penilaian terhadap suatu objek berdasarkan pedoman yang meliputi pengamatan untuk pengumpulan data atau fakta, pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan serta pengambilan keputusan atau nilai (Mardikanto, 2009)

Kerangka Pemikiran

Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah wawasan para petani dalam usahanya memperoleh hasil hasil yang dapat memenuhi keinginan mereka. Jadi penyuluhan pertanian tujuannya adalah perubahan, keterampilan dan pengetahuan sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanamnya.

Pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. komponen teknologi yang dapat di terapkan dalam pengembangan model pengelolaan tanaman terpadu diantaranya yaitu: varietas unggul, bibit bermutu dan sehat, bibit umur 15-20 HSS, pengolahan tanah, penggunaan pupuk organik, sistem tanam legowo 4:1, irigasi bersilang,


(37)

pemupukan spesifik lokasi, pupuk mikro, PHT sesuai OPT, pengendalian gulma serta penanganan pasca panen.

Tingkat penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah berbeda beda, hal ini karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, salah satunya yaitu karekteristik sosial ekonomi diantaranya yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani, luas lahan, produksi sehingga perlu diteliti bagaimana hubungan antara karekteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Dalam Menerapkan Teknoligi PTT

Karakteristik sosial ekonomi

pendidikan

Luas lahan Jumlah Tanggungan

Keluarga

Produksi

Tingkat Adopsi Teknologi PTT umur


(38)

Untuk mengetahui bagaimana perkembangan sistem pengelolaan tanaman terpadu ini maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud dalam penelitian adalah melihat apakah tingkat keberhasilan penerapan komponen teknologi PTT tinggi atau rendah serta melakukan pengamatan kepada petani apakah seluruh komponen PTT yang diterapkan petani sepenuhnya. Dengan demikian, kegiatan ini merupakan proses untuk memperbaiki dan memyempurnakan efektifitas yang sedang berjalan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian secara ilmiah. Berdasarkan penjelasan, maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran.


(39)

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Budidaya Padi Sawah

Ket. Gambar :

: Menyatakan Hubungan : menyatakan Keterkaitan

Penyuluhan Pertanian

Petani Padi Sawah

Evaluasi Tingkat Keberhasilan Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu(PTT) Karakteristik Sosial Petani :

1. Umur Petani 2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Bertani 4. Jumlah Tanggungan 5. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan 6. Luas Lahan 7. Produksi 8. Produktivitas Masalah

Dan Upaya - upaya

Tinggi Rendah 12 Komponen Teknologi

PTT :

1.Varietas Unggul

2.Bibit bermutu dan sehat

3.bibit muda umur 15-20HSS

4.Pengelolaan Tanaman

5.Penggunaan bahan organik

6.Sistem tanam legowo 4:1

7.Irigasi bersilang 8.Pupuk Mikro

9.pemupukan Spesifik lokal

10.PHT sesuai OPT 11.pengendalian gulma 12.penaganan pasca panen


(40)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja ( purposive ) yaitu

berdasarkan pertimbangan tertentu yang direncanakan dengan tujuan penelitian ( Singarimbun dan Sofian efendi, 1995).

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Binjai memiliki Produksi yang bagus dan memiliki potensi wilayah pertanian yang subur untuk mengembangkan tanaman padi sawah. Dan alasan memilih Desa Sambirejo karena desa ini merupakan Desa percontohan dan sedang melaksanakan teknologi sistem pertanian terpadu berupa PTT (pengelolaan Tanaman Terpadu) pada budidaya tanaman padi sawah dan jumlah petani yang menerapkan model pengelolaan tanaman terpadu padi sawah terbanyak di Desa tersebut.

Metode Penentuan Populasi dan Sampel 1. Penentuan Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik berbentuk benda, barang dan manusia secara langsung turut menentukan tingkat kredibilitas penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang menerapkan teknologi pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat sebanyak 608 petani.


(41)

2. Penentuan Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari Populasi yang dapat mewakili karakteristik bagian populasi sehingga mampu menggambarkan secara umum dari populasi tersebut. Penentuan sampel diambil berdasarkan kriteria petani padi sawah yang menerapkan teknologi PTT. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu semua petani yang menerapkan teknologi pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Metode pengambilan sampel menggunakan Propotional Random sampling yakni populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area yang diambil dari tiap tiap kelompok tani karena di desa sambirejo terdapat 13 kelompok tani, sampel yang diambil 30 petani. Menurut Nazir (2005) bahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif korelasional minimal 30 sampel.

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:

Spl Js

N n × =

Dimana:

Spl = Sampel

n = Jumlah anggota kelompok tani di setiap kelompok N = Total populasi

Js = Besar sampel (30 orang


(42)

spl 1 : 60 x 30 spl 2 : 49 x 30 spl 3 : 55 x 30

608 608 608

= 3 = 2 = 3

spl 4 : 60 x 30 spl 5 : 43 x 30 spl 6 : 43 x 30 608 608 608

= 3 = 2 = 2

spl 7 : 37 x 30 spl 8 : 38 x 30 spl 9 : 33 x 30

608 608 608

= 2 = 2 = 2

spl 10: 50 x 30 spl 11 : 33 x 30 spl 12 : 60 x33

608 608 608

= 2 = 2 = 3

Spl 13 : 47 x 30 608 = 2

Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

NO Nama Kelompok Jumlah Petani PTT

Jumlah Sampel ( Perorang)

1 Harapan Makmur 60 3

2 Harapan Maju 49 2

3 Bina Tani 55 3

4 Karya Tani 60 3

5 Tani Subur 43 2

6 Setia Tani 43 2

7 Suka Tani 37 2

8 Dewi Sri 38 2

9 Subur Tani 33 2

10 Bumi ayu 50 2

11 Tunas Baru 33 2

12 Tani Abadi 60 3

13 Karya Tani II 47 2

Total 608 30


(43)

Metode Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2005), pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara angket, wawancara, pengamatan, ujian test dan dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui survey lapangan dengan wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data skunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari Dinas Pertanian, BPTP, dan lembaga terkait serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat Spesifikasi pengumpulan data pada Tabel 4.

Table 4. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber data Metode

1 Karekteristik petani petani Wawancara 2 Luas panen, produksi,

dan produktivitas padi sawah

Dinas Pertanian Kabupaten Langkat

Pencatatan data

3 Teknologi budidaya yang dianjurkan

Petani/Kord. PPL/literatur

Wawancara dan pencatatan data

4 Populasi dan Sample petani

PPL Wawancara dan

pencatatan data

Metode Analisis Data

Masalah pelaksanaan penerapan teknologi PTT, dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan tentang cara pelakasanaan dalam penerapan komponen model PTT.

Masalah perkembangan penerapan PTT, dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan dilihat dari peningkatan produksi sebelumnya.


(44)

Untuk masalah bagaimana tingkat penerapan teknologi PTT di desa Sambirejo tersebut juga dianalisis secara deskriptif yaitu dengan melihat besarnya jumlah dari skoring. Penilaian skoring paket teknologi PTT terhadap budidaya padi sawah di desa Sambirejo, kecamatan Binjai, kabupaten Langkat dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

1. Menerapkan semua teknologi sesuai dengan anjuran penerapan , skor 2 2. Menerapkan teknologi tertentu tidak sesuai anjuran penerapan, skor 1

Tingkat penerapan teknologi PTT di Desa Sambirejo dapat diukur dengan kriteria diatas, maka skor tingkat penerapanya berada diantara skor 12 sampai dengan skor 24, sehingga dapat ditentukan kategori tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi PTT desa Sambirejo, kecamatan Binjai, kabupaten Langkat berdasarkan skor, sebagai berikut :

12 – 18 adalah tingkat adopsi rendah 19-24 adalah tingkat adopsi tinggi

Untuk masalah hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan produksi ) dengan tingkat adopsi petani dalam menerapkan komponen PTT padi sawah, digunakan metode statistik Korelasi Rank Spearman dengan program SPSS 13 for windows. Untuk

menghitung koefisien Korelasi Rank Spearman (

r

s), dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Merangking nilai pengamatan dari dua variabel yang akan diukur hubungannya. Bila ada nilai pengamatan yang sama, dihitung rangking rata-ratanya.


(45)

b. Menghitung perbedaan setiap pasangan ranking.

c. Menghitung jumlah kuadrat perbedaan setiap pasang ranking. d. Menghitung nilai rs dihitung dengan menggunakan rumus:

) 1 ( 6 1 2

2 1

− ∑ −

= =

n n

d

r i

n i s

dimana:

r

s = nilai koefisien Korelasi Rank Spearman

di = perbedaan setiap pasangan ranking n = jumlah pengamatan

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel digunakan uji t dengan rumus:

t

=

r

s

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 :

ρ

s = 0 (tidak ada hubungan antara ranking variabel yang satu dengan ranking

dari variabel lainnya)

H1 :

ρ

s≠ 0 (ada hubungan antara ranking variabel yang satu dengan ranking dari

variabel lainnya).

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

- Jika t-hitung ≥ t-tabel, maka H1 diterima dan H0 tidak diterima. Berarti ada

hubungan yang nyata antara karaketristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani dalam menerapkan teknologi komponen PTT.


(46)

- Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H1 tidak diterima dan H0 diterima. Berarti tidak

ada hubungan yang nyata antara karaketristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani dalam menerapkan teknologi komponen PTT.

- (Supriana, 2010 ).

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran maka beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Pengelolaaan Tanaman Terpadu adalah salah satu jenis teknologi pada budidaya padi sawah yang terdiri dari 12 komponen teknologi.

2. Sampel adalah petani padi sawah yang mengikuti paket teknologi PTT

3. Adopsi adalah suatu teknologi baru yang sudah diterapkan petani secara sadar dan tanpa paksaan / seluruh lagi pada usahatani padi sawah.

4. Tingkat adopsi adalah tingkat skor petani mengaplikasikan teknologi budidaya yang diterima dalam usahataninya dengan ukuran tin ggi, sedang dan rendah.

5. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuanya.

6. Karekteristik sosial ekonomi, meliputi :

- Umur (X1) adalah diukur berdasarkan usia petani sampel, dihitung sejak ia

dilahirkan hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan tahun.

- Tingkat Pendidikan (X2) adalah lamanya petani sampel menjalankan

pendidikan formal dihitung mulai pendidikan SD sampai pendidikan formal terakhir yang dijalnkan dengan satuan tahun.


(47)

- Lamanya berusahatani (X3) adalah petani sampel melakukan usaha tani

padi sawah dihitung berdasarkan jumlah petani mulai usaha taninya hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan tahun.

- Jumlah tanggungan keluarga (X5) adalah petani sampel yang mempunyai

jumlah jiwa yang tinggal bersama atau yang tidak tinggal bersama yang masih tanggungan keluarga hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan jiwa.

- Luas lahan (X6) adalah luas lahan petani sampel yang mengusahakan

usaha petani padi sawah berigasi hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan Ha.

- Produksi (X7) adalah kemampuan luas lahan mengahsilkan produksi padi

sawah dengan kata lain jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan dengan satuan ton.

7. Masalah adalah faktor faktor yang dapat menghalangi atau mengurangi kelancaran dalam proses adopsi teknologi PTT di daerah penelitian

8. Upaya adalah usaha yang dilakukan guna mengatasi permasalahan yang ada dalam proses adopsi teknologi PTT di daerah penelitian.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

2. Waktu penelitian adalah dari bulan juli hingga September 2011.

3. Sampel penelitian adalah petani padi sawah yang menjadi yang mengadopsi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT ).


(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis

Desa Sambirejo merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, dengan luas daerah 1.081 Ha. Yang sebagian besar terdiri dari areal persawahan, perkebunan penduduk. Tanah yang dimanfaatkan berupa tanah tegalan.

Desa Sambirejo memiliki iklim tropis atau iklim sedang. Tanah di desa ini termasuk jenis tanah lempungan, pasiran,dan debuan dengan warna umumnya abu abu,dengan ketinggian tempat dari permukaan laut 6-7 mdpl, curah hujan 140 Mm / bulan yang jumlah sekitar 8 bulan dan mempunyai temperature antara 27-32O C . Adapun batas – batas desa daerah penelitian adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan perkebunan PTPN IV – Kwala Madu - Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN I Tanjung jati

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kwala Begumit - Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sendang Rejo

Desa ini berjarak ± 1,7 Km dari ibu kota Kecamatan dan ± 11,6 Km dari Stabat yang merupakan ibu kota Kabupaten Langkat dan 30 Km ke ibukota propinsi.

Tata guna tanah telah dimanfaatkan secara optimal, terbukti dengan luasnya areal untuk tanaman kosumsi dan produktif yang ditanami padi, kacang kedelai, kacang panjang, mentimun, jagung. Mengenai tata guna lahan secara lebih rinci dapat dilihat sebagai berikut :


(49)

Tabel 5.Tata Guna Lahan Tahun 2011

No Tata Guna Lahan Luas Areal(ha) Persentase(%)

1 Luas Pemukiman 55 5.08

2 Luas Persawahan 581 53.7 3 Luas Perkebunan 271 25.0

4 Luas Kuburan 1 0.09

5 Luas Perkarangan 261 24.14 7 Luas Perkantoran 2 0.18 8 Luas Prasrana umu lainya 10 0.92

Total 1.081 100

Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian lahan Desa Sambirejo digunakan untuk areal persawahan yang seluas 581 ha, yang rata rata banyak ditanamami komoditas padi sawah, sedangkan penggunaan lahan yang terkecil yang untuk lain lain misalnya perkarangan(261ha), Kuburan(1ha), perkebunan(571 ha), luas prasarana lainya (10 ha), luas Pemukiman (55 ha).

Kondisi Demografis

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Sambirejo tahun 2011 adalah terdiri dari 6461 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.961 KK. Berikut ini di jelaskan pada Tabel 6 dimana jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin. Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011 No Jenis Kelamin Jumlah ( jiwa) Persentase (%)

1 Laki laki 3340 51,69% 2 Perempuan 3121 48,31%

Total 6461 100

Sumber : Monografi Desa Sambirejo 2011

Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki laki relatif dominan 3340 jiwa atau 51.69 % daripada penduduk perempuan 3121 jiwa atau 48,31%.


(50)

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

Penduduk merupakan salah satu potensi sumber daya dari suatu daerah, terutama berhubungan dengan faktor tenaga kerja. Tersedianya tenaga kerja yang besar merupakan peluang bagi pengembangan berbagai macam usaha. Daerah penelitian ini memiliki penduduk 6461 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.961 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur tahun 2011 No Usia Laki laki Perempuan Jumlah Persentase(%)

1 < 1 73 33 106 1,64 2 1-4 177 214 391 6,05 3 5-14 568 589 1157 17,90 4 15-44 1510 1431 2941 45,51 5 45-64 898 738 1636 25,32 6 >65 114 116 250 4,02

Total 3340 3121 6461 100

Sumber : Monografi Desa Sambirejo 2011

Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui jumlah penduduk yang berusia produktif 4827 Jiwa dengan jumlah persentase 74,85% yang berarti bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sambirejo ini masih berusia produktif. Dengan melihat masih banyaknya penduduk yang berusia produktif maka dapat memudahkan proses masuknya teknologi di Desa Sambirejo ini karena usia produktif yang lebih tinggi berarti sektor perokonomian masih potensial untuk ditingkatkan selain itu kemungkinan tingkat kesejahteraan masyarakat lebih terjamin.


(51)

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kelancaran pembangunan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan mudah untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga akan memperlancar proses pembangunan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga dalam hal ini akan mempersulit pembangunan. Jadi tingkat pendidikan digunakan sebagai parameter kemampuan sumber daya manusia dan kemajuan suatu wilayah. Orang yang berpendidikan cenderung berpikir lebih rasional dan umumnya cenderung menerima adanya inovasi. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya di lihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tamat SD 1214 28.23

2 Tamat SLTP 1372 31.91 3 Tamat SMA 1359 31.61 4 Perguruan Tinggi 354 8.23

Total 4299 99.98

Sumber : Monografi Desa Sambirejo 2011

Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui bahwa penduduk desa Sambirejo kecamatan Binjai sebagian besar tingkat pendidikannya tamat sekolahpertama yaitu 16.90 (26,16%). Tingkat pendidikan penduduk yang paling sedikit adalah tamat akademi atau perguruan tinggi yaitu sebanyak 472 (7.30 %) Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 2162 dimana yang belum TK 303 jiwa, sekolah TK 151 jiwa, masih SD 863 jiwa, masih SMP 409 jiwa, masih SMA 318 jiwa, serta yang masih perguruan tinggi 118 jiwa.


(52)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk desa Sambirejo sebagian besar tergolong sedang, hal ini dapat meningkatkan pembangunan di desa tersebut, karena orang yang berpendidikan akan mudah menerima inovasi baru dan selalu berhati hati dalam mengambil keputusan.

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Sebagian besar masyarakat desa Sambirejo beragama islam, sebagai sarana tempat melaksanakan kegiatan peribadatan terdapat mesjid dan musholla, kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup baik. Selain agama islam ada penduduk yang memeeluk agama Kristen dan budha yang hidup berdampingan dengan rukun dan damai, hal ini dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2011 No Agama Laki Laki Perempuan Total Persentase 1 Islam 3326 3109 6435 99.59 2 Kristen

Protestan

10 11 21 0.32 3 Kristen

katolik

- - -

4 Budha 4 1 5 0.07

5 Hindu - -

3340 3121 6461 99.98 Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Dari Tabel 9 diketahui bahwa yang memeluk agama islam lebih banyak yaitu 6435 jiwa dengan jumlah persentase 99.59% sedangkan yang paling sedikit adalah yang memeluk agama budha yaitu 5 orang dengan jumlah persentase 0.07%.


(53)

5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku

Adat istiadat merupakan budaya masyarakat dalam kehidupannya, adat istiadat di desa sambirejo masih terpelihara dengan baik sebagai norma kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2011 No Suku Bangsa Pria Wanita Persentase

1 Jawa 3191 2988 95.7

2 Aceh 9 12 0.33

3 Batak 26 23 0.76

4 Nias 4 4 0.14

5 Melayu 35 41 1.19

6 Minang 22 19 0.63

7 Sunda 18 10 0.43

8 Banjar 21 18 0.60

9 China 6 4 0.15

10 Ambon - 1 0.01

Jumlah 3340 3121 99.94 Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui suku jawa merupakan suku bangsa yang terbesar menempati di desa Sambirejo yaitu sebanyak 6187 jiwa dengan jumlah persentase 95,7 % dan yang paling terkecil adalah suku nias yaitu 9 jiwa dengan jumlah persentase 0.14%.

6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah menunjukkan struktur perekonomian yang ada pada suatu wilayah tersebut. Mata pencaharian penduduk di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat bersifat heterogen. Untuk lebih jelasnya, distribusi penduduk


(54)

menurut mata pencaharian di desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten langkat dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2011

No Jenis Pekerjaan/ Mata Pencaharian Pria Wanita Total

1 Petani 1547 173 1720

2 Buruh Tani 591 87 678 3 Pegawai Negeri Sipil 30 47 77 4 Pengrajin Rumah Tangga 19 13 32 5 Pedagang Keliling 37 24 61

6 Montir 21 - 21

7 TNI 7 1 8

8 POLRLI 6 - 6

9 Pensiunan TNI/POLRI/PNS 13 1 14 10 Pengusaha kecil dan menegah 307 97 404

11 arsiktektur 1 - 2

12 Direktur PT bagian kelapa sawit 2 - 2 13 Karyawan Pengusaha Swasta 197 63 260 14 Karyawan Perusahaan pemerintah 23 - 23

15 peternak 371 5 376

Total 3172 531 3703

Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat paling banyak bermata pencaharian di sektor pertanian sebagai petani (1720 jiwa) dan buruh tani ( 678 jiwa) serta peternak (371 jiwa). Mata pencaharian yang paling sedikit dijumpai di Desa Sambirejo adalah sebagai pengusaha Besar yaitu sebanyak 3 jiwa (2,55 %).

Tingginya jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani menunjukkan bahwa desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat merupakan daerah pertanian. Hal ini juga didukung dengan kondisi alam yang cocok untuk kegiatan pertanian, misalnya hamparan


(55)

sawah yang masih luas dan kondisi tanah yang cocok untuk pertanian selain itu suplai air yang cukup dari curah hujan maupun dari waduk. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 2758 jiwa yang merupakan penduduk yang mencari kerja dan penduduk bukan angkatan kerja seperti masih sekolah, ibu rumah tangga, anak yang berusia 0-12 bulan hingga umur 3 tahun, kemudian yang tergolong cacat. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk di Desa Sambirejo tergolong angkatan kerja yang bekerja lebih banyak daripada penduduk yang bukan angkatan kerja. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana perekonomian yang ada mempunyai peranan penting dalam menunjang kegiatan ekonomi dari suatu wilayah. Sarana dan prasarana perekonomiam yang ada di desa Sambirejo kecamatan Binjai dapat dilihat berikut ini.

Sarana

Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai makna dan tujuan atau segala sesuatu (bisa berupa syarat atau upaya) yang dapat dipakai sebagai dalam mencapai maksud atau tujuan. Sarana di desa Sambirejo dapat dilihat pada tabel 12.


(56)

Tabel 12. Distribusi Penduduk Berdasarkan Sarana Tahun 2011

No Sarana desa Jumlah

1 Jalan desa / kelurahan 4 km

2 Jembatan desa / kelurahan 3 km

3 Transportasi darat 14

4 Gedung TK 1

5 SD Negri 3

6 Air bersih ada

7 PAM Ada

8 PLN Ada

9 Kantor Desa ada

10 Mesjid 8

11 Mushola 4

12 Gedung Lembaga pendidikan agama 11

13 Poskamling 9

Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Prasarana

Prasarana merupakan segala sesuatu yang merupakan utama terselenggaranya suatu proses terutama yang menunjang perubahan di desa Sambirejo tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Penduduk Berdasarkan Prasarana Tahun 2011

No Prasarana desa Jumlah

1 Hand Traktor 4 buah

2 Mesin Panen Ada

4 Perpustakaan Desa 1

5 Prasarana irigasi ada

6 Pompa air ada

8 Kilang Padi 3

9 Kios/usaha toko ada

10 Alat alat pertanian ada

11 Toko pupuk ada

Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Dari Tabel 12 dan Tabel 13 dapat diketahui keadaan sarana dan prasarana di desa Sambirejo dapat diasumsikan bahwa kebutuhan masyarakat sudah cukup terpenuhi. Untuk dapat mencapai desa Sambirejo ini, kendaraan umum yang tersedia hanya angkot yang biasa mangkal disamping kwala begumit, dan beberapa becak yang melewati beberapa desa sampai ke kota,


(57)

baik kabupaten, kecamatan. TV/radio juga telah tersedia disetiap rumah penduduk. Hal ini dapat meningkatkan sumber informasi bagi penduduk tersebut. Sarana dan prasarana ini dianggap akan semakin mampu meningkatkan sumber daya yang ada di desa Sambirejo, sehingga desa ini dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dengan potensi yang dimilikinya.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud disini adalah karakteristik sosial ekonomi petani sampel dimana karakteristik yang dimaksud adalah umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.

Tabel 14. Karekteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sambirejo No Karakteristik Sosial Ekonomi Satuan Range Rerata

1 Umur Tahun 37-65 49.3

2 Pendidikan Tahun 6-12 9.6 3 Lamanya berusaha tani Tahun 7-38 20.4 5 Jumlah tanggungan jiwa 1-8 3.03 6 Luas lahan Ha 0,16-1,2 0.56 7 Produksi Ton 1.4-12 4.35

Sumber : Data diolah pada lampiran 5

Dari Tabel 14 dapat diketahui umur petani sampel berkisar antara 40-65 tahun dengan rerata sebesar 49.3 tahun. Dari rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi yang dimiliki oleh petani tersebut untuk mengelola dan mengembangkan usahataninya dimasa yang akan datang dengan mencoba dan menerapkan teknologimbaru yang dapat menunjang kemajuan usaha mereka.


(58)

Lama pendidikan formal petani sampel berkisar 6-12 tahun dengan rerata sebesar 9,6 tahun. Dari rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki petani sampel dapat dikategorikan sedang.

Lamanya berusahatani petani sampel berkisar antara 7-38 tahun dengan rerata 20.4 tahun. Dari rerata tersebut dapat diketahui bahwa lamanya berusaha tani petani sampel termasuk cukup lama, hal ini mendukung keterampilan yang mereka miliki dalam masalah bertani padi sawah. Banyaknya lamanya berusaha tani yang mereka miliki juga lebih memberikan pengetahuan tentang cara bertani padi sawah.

Jumlah tanggungan yang dimiliki petani sampel berkisar 1-8 orang dengan rerata 3,03 orang. Dari rerata tesebut dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga petani sampel tidak terlalu banyak yaitu rata-rata 4 orang. Hal ini tidak menjadi kendala bagi petani untuk mengembangkan usahataninya.

Luas lahan dengan rerata dimiliki petani sampel antara 0.16-1.2 Ha dengan bahwa luas lahan yang dimiliki petani sampel mayoritas masih sedang 0,56 Ha. Hal ini dapat dikategorikan sedang.

Produksi yang dimiliki petani sampel berkisar yaitu 1.4-12 dengan rerata 4.35 ton.

Teknologi PTT di Desa Sambirejo mulai diterapkan pada tahun 2008 namun mereka baru menerapkan tahun 2009 pada musim tanam Ii. Teknologi PTT ini terdiri atas 12 unsur yang keseluruhannya diterapkan didalam usahatani para petani. Adapun 12 unsur komponen model model PTT yaitu Verietas unggul, bibit bermutu sehat, pemupukan spesifik lokasi, PHT sesuai OPT, sistem tanam legowo 4:1, bibit muda, penggunaan bahan organik, irigasi bersilang, pupuk


(59)

mikro, penanganan panen dan pasca panen, pengendalian gulma, pengolahan tanah.

PelaksanaanTeknologi Pengelolaan Tanaman Tepadu ( PTT ) Desa Sambirejo Kecamatan Binjai.

Penelitian ini dilakukan terhadap petani sampel yang mengikuti perkembangan teknologi budi daya padi sawah yaitu penggunaan teknologi model pengelolaan tanaman terpadu di desa Sambirejo pada tahun 2011. Pada penelitian ini ditetapkan jumlah petani sampel 30 orang dari 608 orang populasi yang terbagi 13 kelompok dan penelitian ini untuk mengevaluasi penerapan teknologi model pengeloaan tanaman terpadu di desa sambirejo.

Dari catatan sumber media Medan Bisnis 11 Mei 2011 mengatakan komoditi padi sawah di langkat sebagai salah satu daerah swasembada pangan. Kabupaten Langkat mengalami peningkatan produksi beras secara nasional dari tahun ke tahun sehingga daerah ini menjadi salah satu daerah penyangga pangan nasional.

Pelaksanaan PTT di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat dikoordinasi oleh dinas Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Adapun gambaran umum mengenai PTT di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat meliputi lokasi penerapan PTT, komponen PTT, benih yang digunakan, Sekolah Lapang (SL).


(60)

1. Lokasi Penerapan PTT

Lokasi penerapan PTT terletak di desa Sambirejo di lahan masing masing setiap kelompok tani yang telah menerapkan komponen model PTT. Penentuan lokasi untuk penerapan PTT didasarkan pada persyaratan yaitu :

a. Lahan subur dan kondisi air terjamin

b. Lingkungan bebas dari gangguan hama dan penyakit terutama bukan daerah endemik hama wereng coklat dan penyakit virus tungro

c. Sebagai lokasi percontohan, maka dipilih lokasi yang strategis agar mudah dilihat petani sekitar.

2. Komponen PTT

Teknologi yang telah dilaksanakan pada sistem usaha tani padi sawah di daerah penelitian adalah komponen model pengelolahan tanaman terpadu (PTT) dengan 12 komponen yaitu :

1. Varietas padi yang diperkenalkan pada awal pengenalan model PTT ini tehun 2008 di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat adalah Varietas yang berdaya hasil tinggi tahan hama dan penyakit serta sesuai dengan kondisi lingkungan seperti varietas ciherang, ciboga, infari, mengkongga. Dan pemilihan varietas ini sesuai dengan keinginan petani, namun yang terbanyak yaitu penggunaan varietas unggul Ciherang, karena varietas tersebut cita rasa yang pulen sesuai dengan cita rasa masyarakat setempat dan dapat meningkatkan produksi, dimana rata-rata 7-8 Ton/ha. Hal inilah yang membuat petani untuk terus menerus membudidayakan varietas Ciherang, sehingga tanaman padi akhirnya


(61)

menjadi resisten terhadap hama dan penyakit. Alasan tersebutlah yang mendasari petani tertarik menggunakan VUB ( Varietas Unggulan Baru ). 2. Penggunaan Bibit Bermutu dan Sehat

Bibit bermutu dan sehat mempunyai beberapa manfaat diantaranya : • Menghasilkan bibit sehat dan

• Menghasilkan akar yang banyak

• Menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan seragam ketika

ditanam pindah

• Bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan tegar • Benih yang baik akan menghasilkan hasil yang baik

Menurut kajian BPTP dalam memilih benih yang baik biasa digunakan dengan larutan garam 3 % atau 1 larutan Za 3:1. Beberapa cara untuk memilih benih bermutu, antara lain yaitu :

• Penggunaan benih yang bersertifikat dan berlebel • Gabah padi yang memiliki densitas tinggi ( DT )

• Seleksi benih menggunakan larutan Za 3:1, dimana caranya

adalah siapkan ember untuk membuat larutan, kemudian di isi air 3 liter masukan 1 kg Za ke dalam ember yang berisi air tadi, kemudian diaduk sampai larut, baru dimasukan benih. Jumlah benih yang dimasukan disesuaikan dengan volume larutan Za setelah benih dimasukan diaduk, kemudian dibiarkan setelah itu benih yang mengambang dan terapung dibuang. Pengadukan dilakukan berulang-ulang sampai benih tidak ada yang mengambang lagi, kemudian dilakukan perendaman selama 24


(1)

Lampiran 18. Pertanyaan untukTujuan 1,2 dan 3( Identifikasi Masalah I. Kegiatan Penyuluhan Pertanian

1. Apakah Bapak/Ibu Masuk dalam Anggota Kelompok Tani? a. Ya

b. Tidak

2. Sudah Berapa Lama Bapak/Ibu menjadi anggota kelompok Tani? Jawab : ………….. tahun

3. Apa saja kegiatan yang pernah bapak/ibu Lakukan dalam kelompok tani? Jawab :

4. Berapa kali penyuluh pertanian (PPL) mengadakan penyuluhan di desa ini ? Jawab :

5. Berapa kali Bapak / Ibu mengikuti Penyuluhan di desa ini? Jawab :

6. Apakah Penyuluh pertanian lapangan (PPL) pernah absen atau tidak hadir dalam kegiatan penyuluhan pertanian?

Jawab :

II. Tingkat Keberhasilan Penerapan teknologi PTT

1. Apakah Bapak/ibu melakukan tekni pemilihan varietas unggul dalam menanam usahatani padi, yaitu :

- Varietas sesuai dengan kondisi Lingkungan dan berdaya hasil dan bernilai tinggi ?

- Varietas yang digunakan Ciherang, Mengkongga ?

- Menerapkan semua teknologi pemilihan varietas unggul sesuai dengan anjuran (2)


(2)

2. Apakah Bapak/ibu melakukan teknik pemilihan bibit bermutu dan sehat dalam usahatani padi sawah yaitu :

- Penggunaan benih dengan berlebel vigor tinggi dan bersertifikat - Bibit yang berasal dari gabah dengan densitas tinggi dan pembibitan

untuk ditanam 10 hari setelah semai

A. Menerapkansemua teknologi pemilihan bibit bermutu dan sehat sesuai dengan anjuran (2)

B. Menerapkan pemilihan teknologi pemilihan bibit bermutu dan sehat tidak sesuai dengan anjuran(1)

3. Apakah Bapak/ibu melakukan teknik bibit muda pada teknologi PTT pilihan yang diberikan oleh PPL, yaitu :

- Menanam bibit muda umur 15 hari setelah seba ( HSS ) atau 21 HSS - Penanaman bibit umur 15 HSS dengan jumlah bibit 1-3 rumpun A. Menerapkan semua teknologi pemilihan bibit umur 15-20 HSS sesuai

dengan anjuran (2)

B. Menerapkan pemilihan bibit umur 15-20 HSS tidak sesuai dengan anjuran(1)

4. Apakah Bapak/ibu menanam usahatani padi sawah dengan menerapkan anjuran teknologi PTT pengolahan tanah yang diarahkan oleh PPL, yaitu - Pengolahan tanah dilakukan dengan hand traktor dan pengolahan

dengan penambahan pupuk organic ± 2 ton

- pembuatan saluran kemalir keliling dengan dalam dan lebar 20 cm A. Menerapkan semua teknologi pemilihan pengolahan tanah sesuai

dengan anjuran (2)

B. Menerapkan teknologi pemilihan pengolahan tanah tidak sesuai dengan anjuran(1)

5. Apakah Bapak/ibu menanam padi sawah dengan menerapkan anjuran teknologi PTT dengan penggunaan bahan organik yang diberikan oleh PPL, yaitu :

- Memberikan tambahan hara

- Penggunaan bahan organik dengan disebarkan merata dihamparan sawah 2 minggu sebelum pengolahan tanah kemudian jerami dibiarkan melapuk selama 1 musim


(3)

A. Menerapkan semua teknologi pemilihan penggunaan bahan organik sesuai dengan anjuran (2)

B. Menerapkan pemilihan penggunaan bahan organic tidak sesuai dengan anjuran(1)

6. Apakah Bapak/ibu menanam padi sawah dengan menerapkan anjuran teknologi PTT melalui pengelolan tanaman lenggowo 4:1 yang diberikan oleh PPL , yaitu

- Menggunakan jarak tanam system lenggowo 4 :1 (20 x 10 cm)x 40 cm (36 rumpun/m2

- Dianjurkan jumlah bibit yang ditanam3 bibit perumpun dan menanam bibit sesuai dengan ukuran garis yang dibuat dengan caplak.

A. Menerapkan semua teknologi pemilihan system legowo 4:1 sesuai dengan anjuran (2)

B. Menerapkan pemilihan system legowo 4:1 tidak sesuai dengan anjuran(1)

7. Apakah Bapak/ibu menanam padi sawah dengan menerapkan anjuran teknologi PTT irigasi berselang yang diberikan oleh PPL, yaitu :

- Tanam bibit dengan kondisi macak macak dan berangsur diairi 2-5 cm sampai 10 hari , kemudian biarkan sawah mongering sendiri

- Setelah tanah retak 1 hari, diari lagi setinggi 5 cm, kemudian biarkan sawah mengering sendiri. Ulangi hal diatas sampai stadia berbunga kemudian diairi setinggi 5 -10 cm dari mulai keluar bunga sampai 10 hari menjelang panen.

A. Menerapkan semua teknologi pemilihan irigasi berselang sesuai dengan anjuran (2)

B. Menerapkan pemilihan irigasi berselang unggul tidak sesuai dengan anjuran(1)

8. Apakah Bapak/ibu melakukan teknik pemilihan pemupukan spesifik lokasi yang diberikan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yaitu : - Pemupukan p dan K berdasarkan status hara tanah menggunakan alat

PUTS

- Pemberian urea susulan berdasarkan BWD.

A. Menerapkan semua teknologi pemilihan pada pemupukan spesifik lokasi esuai dengan anjuran (2))

B. Menerapkan pemilihan pada pemupuk spesifik lokasi tidak sesuai dengan anjuran(1)


(4)

9. Apakah Bapak/ibu menanam padi sawah dengan menerapkan anjuran teknologi PTT pupuk mikro yang diarahkan oleh PPl , yaitu :

- Menambah 10 kg serbuk belerang atau 50 kg pupuk ZA/ha sebagai pupuk dasar dalam tanah < 10 ppm, maka pada pH tanah > 6,5 .

- Untuk ph 6,0 – 6,5 cukup diberi 5 kg serbuk belerang atau 20 kg pupuk ZA/ ha

A. Menerapkan semua teknologi pemilihan pupuk mikro sesuai dengan anjuran (2)

B. Menerapkan pemilihan pupuk mikro tidak sesuai dengan anjuran(1)

10. Apakah Bapak/ibu dengan menanam padi sawah dengan menerapkan anjuran teknologi PTT PHT dan OPT yang diberikan PPL, yaitu :

- Pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi suatu kesatuan.

- Melaksanakan PHT yang langsung dapat dipraktekan dilahan petani.

A. Menerapkan semua teknologi pemilihan PHT sesuai OPT sesuai dengan anjuran (2)

B. Menerapkan pemilihan teknologi PHT sesuai OPT tidak sesuai dengan anjuran(1)

11. Apakah Bapak/ibu menanam usahatani padi sawah dengan menerapkan anjuran teknologi PTT pengendalian gulma yang diarahkan oleh PPL , yaitu :

- Secara herbisida atau kombinasi

- Secara manual digunakan gasrok atau landak dan gulma dekat tanaman padi dicabut dengan tangan

A. Menerapkan semua teknologi pemilihan pengendalian gulma sesuai dengan anjuran (2)

B. Menerapkan pemilihan teknologi pengendalian gulma tidak sesuai dengan anjuran(1)

12. Apakah Bapak/ibu menanam usahatani padi sawah padi sawah dengan menerapkan anjuran teknologi PTT penanganan pasca panen yang diarahkan oleh PPL?


(5)

- Hitung sejak padi mulai berbunga 30-35 hari dapat dipanen setelah padi berbunga menggunakan sabit bergerigi. Setelah 95% mulai menguning dan butir padi ( 4 – 5 butir ) pada pangkal mulai hijau tua menggunakan mesin perontok, usahakan memakai alas dan tirai penutup, jemur gabah diatas lantai jemur dengan ketebalan gabah cukup 5 -7 cm kemudian lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali. - Simpan gabah dengan kadar air 14 % untuk komsumsi dan < 13%

untuk benih

A. Menerapkan semua teknologi pemilihan penaganan pasca panen sesuai dengan anjuran (2)

B. Menerapkan pemilihan penaganan pasca panen tidak sesuai dengan anjuran(1)

III. Pertanyaan mengenai program teknologi PTT?

1. Apakah Bapak/Ibu mengerti tentang penggunaan teknologi PTT yang diarahkan PPL?

a. Ya b. Tidak

2. Sejak tahun berapakah desa ini menerapkan teknologi PTT ? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah teknologi PTT dapat menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan sebelum menerapkan teknologi PTT ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah dengan menerapkan teknologi PTT dapat menaikan pendapatan sehingga tercukupi kebutuhan hidup bapak/ ibu ?

a. Ya b. tidak

5. Apakah usahatani padi sawah yang bapak/ibu jalankan mempunyai produksi yang bagus selama menerapkan teknologi PTT ?


(6)

6. Apa saja masalah yang dihadapi dalam penerapan teknologi PTT ?

7. Bagaimana upaya untuk menanggulangi masalah tentang penerapan teknologi PTT ?