PERBEDAAN RAWAT INAP PASIEN DENGAN DAN TANPA KOMORBID INFEKSI SALURAN KEMIH ipi150526

PERBEDAAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DENGAN DAN
TANPA KOMORBID INFEKSI SALURAN KEMIH
(Studi pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang)

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh
Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

GLORIA SHEILA RATNA UTARI
G2A009171

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PERBEDAAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DENGAN DAN
TANPA KOMORBID INFEKSI SALURAN KEMIH

(Studi pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang)

Disusun oleh

GLORIA SHEILA RATNA UTARI
G2A009171

Semarang,4 September 2013

PERBEDAAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DENGAN DAN TANPA
KOMORBID INFEKSI SALURAN KEMIH:
Studi pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Gloria Sheila Ratna Utari1, Purnomo Hadi2, Rebriarina Hapsari2
ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu infeksi yang
sering terjadi di rumah sakit dan kebanyakan kasusnya berhubungan dengan
pemakaian kateter urin. ISK nosokomial meningkatkan mortalitas, morbiditas
(lama rawat inap), dan biaya rumah sakit. Belum ada data rinci dan spesifik
tentang hubungan kejadian ISK nosokomial dan semakin lama waktu rawat inap
pasien di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Tujuan:Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan lama rawat inap pasien dengan
komorbid ISK dan pasien tanpa komorbid ISK.
Metode:Penelitian dilakukan secara retrospektif melalui sampel catatan medis
pasien rawat inap RSUP Dr. Kariadi periode 1 Januari 2011–31 Desember 2012.
Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok ISK dan non ISK; masingmasing berjumlah 98 catatan medis. Sampel kelompok ISK dipilih secara simple
random; sedangkan kelompok non ISK dipilih dengan proses matching. Kedua
jenis sampel kemudian diperbandingkan dari segi lama rawat inap.
Hasil: Nilai tengah dari lama rawat inap pasien dengan komorbid ISK adalah 12
hari, dengan lama perawatan minimal 4 hari dan maksimal 83 hari. Nilai tengah
lamanya rawat inap pasien tanpa komorbid ISK adalah 11 hari, dengan lama rawat
inap minimal 4 hari dan maksimal 59 hari. Hasil uji komparasi Wilcoxon
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan lama rawat inap yang bermakna
antara pasien dengan komorbid ISK dan tanpa komorbid ISK karena nilai p=0,108
(p>0,05).
Simpulan: Tidak ada perbedaan lama rawat inap pasien dengan komorbid ISK
dan pasien tanpa komorbid ISK.
Kata kunci:lama rawat inap, komorbid ISK
1
2


Mahasiswa program pendidikan S-1 Kedokteran Umum FK Undip
Staf pengajar Bagian Mikrobiologi FK Undip, Jl. Dr. Sutomo No. 18 Semarang

DIFFERENCES BETWEEN LENGTH OF HOSPITAL STAY TOWARD
PATIENTS WITH AND WITHOUT URINARY TRACT INFECTION
COMORBIDITY:
Study toward Inpatient in RSUP Dr. Kariadi Semarang

Gloria Sheila Ratna Utari1, Purnomo Hadi2, Rebriarina Hapsari2
ABSTRACT
Background: Urinary Tract Infection (UTI) is a kind of infection occured oftenly
in hospitals and most of it related to the usage of urine catheter. Nosocomial UTI
increased mortality, morbidity (length of hospital stay) and cost. There is no
specific and detail data on the relationship between nosocomial UTI and the
increase of length of hospital stay in Indonesia.
Aim: To identify the differences of length of hospital stay toward patients with
and without UTI comorbidity.
Method: Research conducted retrospectively through the use of inpatients’
medical record in RSUP Dr. Kariadi during January 1st 2011–December 31st
2012. Samples devided into two groups namely UTI group and nonUTI group;

each 98 medical records. UTI group sample is chosen simple randomly; while
nonUTI group is chosen through matching process method. Those two kinds of
sample then compared in terms of their length of stay.
Results: Median of inpatients’ length of stay with UTI comorbidity is 12 days, and
its minimum treatment is 4 days and the maximum treatment is 83 days. Median of

inpatients’ length of stay without UTI comorbidity is 11 days, and its minimum
treatment is 4 days and the maximum treatment is 59 days. The result of Wilcoxon
test showed that there is no significant differences of inpatien ts’ length of stay
between those with and without UTI comorbidity with p= 0,108 (p> 0,05).
Conclusion: There is no significant differences of inpatients’ length of stay
between those with and without UTI comorbidity.
Keywords: length of hospital stay, UTI comorbidity

1
2

Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University
Lecturers of Department of Microbiology, Faculty of Medicine Diponegoro
University, Jl. Dr. Sutomo No. 18 Semarang


PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu infeksi nosokomial yang sering
terjadi di rumah sakit. Menurut data dari WHO pada tahun 2002, 30-40% kasus
infeksi nosokomial adalah ISK dan 80% kasus berhubungan dengan pemakaian
kateter urin. Kateter urin sendiri adalah alat yang sering digunakan pasien di
rumah

sakit.1

Peningkatan

risiko

infeksi

sebanding

dengan


durasi

pemakaiankateter yang semakin panjang serta frekuensi penggantian kateter yang
semakin meningkat.
ISK nosokomial menyebabkan kerugian bagi banyak pihak, baik dari pihak
pasien dan keluarganya, pihak rumah sakit bahkan secara tidak langsung
berdampak pada masyarakat. Kerugian-kerugiantersebut terkait dengan mortalitas,
morbiditas (memanjangnya lama rawat inap), dan biaya rumah sakit yang semakin
tinggi.2,3Setiap episode ISK diperkirakan menambah biaya perawatan sebesar
$676.4CDC pada tahun 2002 melakukan audit sistemik untuk menginvestigasi
bukti ekonomi terkait infeksi nosokomial oleh bakteri resisten antibiotik yang
berdampak pada peningkatan biaya perawatan. Kenaikan biaya karena infeksi
nosokomial secara umummencapai $13,97.5Penambahan durasi perawatan
sekunder untuk ISK nosokomial diperkirakan sebesar 1 sampai 4 hari.6
Menurut datatahun 2005, ada 39,2 juta rumah sakit dengan rata-rata lama
waktu rawat inapnya 4,6 hari. Kejadian infeksi nosokomial berkisar 5% dari
semua perawatan di rumah sakit atau 2 juta kasus per tahun dan rumah sakit
menjadi

resevoir


penting

bagi

strain

bakteri

yang

resisten

terhadap

antibiotik.7Hasil penelitian yang diterbitkan oleh University of Chicago Press
tahun

2007menyatakan


adanya hubungan kejadian infeksi nosokomial

denganpenambahan waktu rawat inap serta biaya perawatan.8
Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, belum ada data
yang secara rinci menyatakan adanya hubungan kejadian ISK nosokomial
denganmemanjangnya lama rawat inap pasien di Indonesia. Prosedur dan kondisi
perawatan di luar negeri dan Indonesia yang berbeda pula tingkat pengetahuan
petugas kesehatan yang berlainan bisa memengaruhi angka kejadian infeksi
nosokomial di setiap rumah sakit. Dampak negatif dari terjadinya infeksi

nosokomial dapat dihindari dengan melakukan kontrol infeksi secara teratur dan
menggalakkan upaya-upaya pencegahan.
RSUP Dr. Kariadi Semarang sebagai rumah sakit rujukan utama perlu
mempunyai data statistik angka kejadian infeksi nosokomial, termasuk di
dalamnya ISK. Hal ini berkaitandengan pembuatan kebijakan pengendalian
infeksi nosokomial di rumah sakit sebagai langkah untuk mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan dari munculnya infeksi tersebut. Hal ini yang menjadi
dasarpenelitiankarena peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan lama
waktu rawat inap antara pasien dengan komorbid ISK dan pasien tanpa komorbid
ISK untuk memberi sumbangasih data yang bisa menjadi salahsatu sumber

informasi dalam penentuan kebijakan pencegahan ISK nosokomial.

METODE
Data dianalisis denganuji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan lama
rawat inap pasien dengan komorbid ISK dan tanpa komorbid ISK. Uji alternatif
yang digunakan adalah uji Wilcoxon.
Populasi penelitian adalah pasien rawat inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang
yang mempunyai risiko menderita ISK selama periode Januari 2011-Desember
2012. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ISK dan
kelompok non ISK. Sampel untuk kelompok ISK diambil secara simple random
sampling, sedangkansampel untuk kelompok non ISK diambil denganmelakukan
matching sesuai komorbid dan usia kurang lebih terpaut 5 tahun. Kriteria inklusi

dalam pengambilan sampel yaitupasien rawat inap lebih dari 2x24 jam, diperiksa
kultur urin di laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang,berusia >18
tahun, dan terpasang kateter urin.
Data yang diambil meliputi identitas pasien, usia, diagnosis utama,
komplikasi, penyakit komorbid, lama perawatan, dan alasan pulang.
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data
sekunder pasien rawat inap RSUP Dr. Kariadi Semarang dari catatan medik

pasien selama periode penelitian.

HASIL
Penelitian ini mengambil 98 sampel untuk masing-masing kelompok.
Kelompok non ISK dipilih dengan proses matching, yaitu setiap subjek dari
kelompok ISK dicarikanpasangannya yang mempunyai karakteristik yang
sama9dengan subjek dari kelompok non ISK (dalam hal ini memiliki diagnosis
utama sama dan usia yang kurang lebih terpaut 5 tahun). Karakteristik sampel
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Diagnosis utama pasien rawat inap yang menjadi sampel penelitian
Diagnosis Utama

Frekuensi

Persentase (%)

Ca cervix

28


28,6

CHF

8

8,2

CKD

18

18,4

DM

12

12,2

Hematuria

1

1,0

Leptospirosis

1

1,0

Pneumonia

4

4,1

PPOK

4

4,1

Sepsis

6

6,1

SLE

1

1,0

SNH

4

4,1

Piuria

2

2,0

Ca buli

1

1,0

Ca prostat

1

1,0

Striktur uretra

1

1,0

Sindroma nefrotik

1

1,0

Piuria hematuria

1

1,0

Post partum

1

1,0

Post laparatomi

1

1,0

Ulkus DM

1

1,0

Febris

1

1,0

TOTAL

98

100,0

Tabel2.Persentase komplikasi dan penyakit lain
Persentase ada tidaknya

Persentase ada tidaknya

komplikasi

penyakit lain

Ada

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Pasien dengan ISK

62,24%

37,76%

71,43%

28,57%

Pasien tanpa ISK

62,24%

37,76%

76,53%

23,47%

Beberapa alasan pasien pulang setelah menjalani perawatan di rumah sakit dapat
dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Alasan pasien pulang
Alasan pulang

Pasien dengan komorbid ISK

Pasien tanpa komorbid ISK

Frekuensi

Persentase

Frekuensi

Persentase

Sembuh

0

0%

2

2,1%

Perbaikan

70

71,4%

69

70,4%

Pulang paksa

10

10,2%

5

5,1%

Meninggal >48 jam

18

18,4%

21

21,4%

Rujuk/pindah RS

0

0%

1

1,0%

TOTAL

98

100,0%

98

100,0%

Data analisis inferensial disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Lama rawat inap pasien dengan dan tanpa komorbid ISK
n

Median

Rerata±s.b.

p

0,108

(minimum-maksimum)
Lama rawat inap pasien

98

12 (4-83)

18,09±14,92

98

11 (4-59)

15,16±12,26

dengan komorbid ISK
Lama rawat inap pasien
tanpa komorbid ISK

PEMBAHASAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) nosokomial adalah salah satu infeksi yang
sering terjadi di rumah sakit, angka kejadiannya sekitar 30-40% kasus infeksi
nosokomial menurut data WHO tahun 2002.1 Faktor risiko terbanyak ISK

nosokomial adalah pemakaian kateter urin1, oleh sebab itu salah satu kriteria
inklusi untuk sampel penelitian ini adalah pasien dengan riwayat pemasangan
kateter urin. ISKnosokomial menjadi komorbid/penyakit lain yang dialami oleh
pasien rawat inap yang dirawat lebih dari dua hari dan diketahui bahwa pada
waktu masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala ISK.10
Hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui penelusuran catatan medis
pasien rawat inap didapatkan bahwa sebagian besar pasien yang menderita ISK
nosokomial adalah pasien dengan diagnosis utama kanker serviks. Hal ini
mungkin disebabkan karena pada prosedur kemoterapi untuk pasien kanker
serviks ada poin pemasangan kateter urin dan pada umumnya pasien kanker
serviks mendapatkan perawatan yang lama di rumah sakit.11
Lamarawat inap pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
komplikasi dan penyakit komorbid disamping penyakit primernya. Hasil
penelusuran catatan medis untuk penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang
dirawat lebih dari 30 hari pasti tercatat mengalami komplikasi dan menderita
penyakit lain/komorbid. Persentase pasien yang mengalami komplikasi selama
perawatan untuk dua kelompok sampel adalah sama, yaitu62,24% danhanya ada
sedikit perbedaanpersentase sebesar 5,1% antara dua kelompok sampel tentang
ada atau tidaknya penyakit komorbid yang dialami selain ISK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama rawat inap pasien dengan
komorbid ISK adalah 18 hari sedangkan pasien tanpa komorbid ISK rata-rata
dirawat selama 15 hari. Nilai tengah durasi perawatan pasien dengan ISK adalah
12 hari dan pasien tanpa ISK sebesar 11 hari. Hal ini sesuai dengan pustaka yang
menyatakan bahwa penambahan durasi perawatan sekunder untuk ISK
nosokomial diperkirakan sebesar 1 sampai 4 hari.6
Uji komparasi Wilcoxon menunjukkan p=0,108 (p>0,05) yang berarti bahwa
tidak ada perbedaan lama rawat inap yang bermakna antara pasien dengan
komorbid ISK dan pasien tanpa komorbid ISK. Hasil perhitungan dengan uji
Wilcoxon memperlihatkan54 sampel dari kelompok ISK dirawat lebih lama dari

sampel non ISK, sedangkan 37 sampel non ISK memiliki durasi perawatan yang

lebih lama dan sisanya ada 7 sampelISK yang durasi perawatannya sama dengan
sampel non ISK.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Graveset al. yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian ISK dengan peningkatan
lama rawat inap pasien.8Penelitian lain yang diadakan di Taiwan menyatakan
bahwa infeksi nosokomial, termasuk di dalamnya ISK mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap lama perawatan di rumah sakit.12Studi observasional yang
dilakukan oleh Chant Cet al. pada pasien dewasa di ICU menyatakan bahwa ISK
terkait penggunaan kateter berasosiasi secara signifikan denganpeningkatan lama
rawat inap bila menggunakanfixed effects modelnamun hal itu tidak berlaku bila
denganrandom effects model, disebabkan karena tingginya heterogenitas untuk
hasil ini antara dua studi tersebut.13
Lama perawatan pasien di rumah sakit menurut pustaka dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti derajat keparahan penyakit, kondisi umum pasien,
kemungkinan penyakit lain/komorbid, risiko terapi yang diterima selama
perawatan, dan intervensi medis yang didapatkan selama perawatan di rumah
sakit.14Sumber lain mengatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi
lama rawat inap di rumah sakit; beberapa faktor tidak bisa diubah seperti umur
dan diagnosis primer, tetapi ada juga beberapa faktor yang bisa dimodifikasi
dengan pencegahan seperti risiko terkena infeksi selama perawatan.15
Ketidaksesuaian antara hasil uji Wilcoxon dengan hipotesis dapat disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama, sebagian besar pasien yang menjadi sampel penelitian
ini mengalami lebih dari satu masalah kesehatan yang bisa menjadi predisposisi
lamanya perawatan di rumah sakit, terlepas dari ada atau tidaknya ISK
nosokomial yang dideritanya. Kedua, pasien yang meninggal ataupun pulang
paksa di tengah masa perawatan tidak bisa dipantau pengaruh infeksi nosokomial
itu terhadap lama rawatinapnya. Ketiga, pasien yang menjadi subjek penelitian
kebanyakan adalah pasien keganasan yang dirawat karena menunggu obat dan
perbaikan keadaaan umum. ISK dapat terjadi di dalam masa perawatan selama
menunggu obat dan perbaikan keadaan umum, yang kemudian mempengaruhi
lama rawat inap pasien.11

Penelitian ini dapat dikembangkanlagi dengan metode penelitian prospektif
sehingga bisa memantaukarakteristik pasien dari awal masuk dan dirawat sampai
mulai muncul tanda/gejala ISK nosokomial. Hal ini bisa mempersempit
kemungkinan adanya faktor perancuyang mempengaruhi lama rawat inap pasien.
Penelitian juga bisa dikembangkan dengan menggunakan sampel yang lebih
banyak dan sampel yang diambil memiliki tingkat keparahan penyakit yangsama.

SIMPULAN
Tidak ada perbedaanlama rawat inap antara pasien dengan komorbid ISK dan
pasien tanpa komorbid ISK di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

SARAN
Penelitian ini perlu didukung oleh penelitian yang lebih lanjut dengan metode
penelitian prospektif, menggunakan sampel yang lebih banyak dan membatasi
heterogenitas sampel. Pengembangan penelitian yang lebih luas lagi adalah
dengan menyertakan penghitungan peningkatan biaya rumah sakit sebagai
dampak lain dari infeksi nosokomial.

UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Purnomo Hadi, M.Si. dan dr.
Rebriarina Hapsari yang telah membimbing serta memberi saran-saran dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Tidak lupa kepada dr. Stefani Candra Firmanti,
M.Sc. selaku ketua penguji dan dr. Endang Sri Lestari, Ph.D. selaku penguji.
Peneliti juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu
hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Hughes RG. Targeting Health Care-Associated Infections: Evidence-Based
Strategies. In: Kleinpell RM, Munro CL, Giuliano KK, eds. Patient Safety
and Quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses: The Agency for
Healthcare Research and Quality (AHRQ) 2008.

2.

Saint S, Savel RH, Matthay MA. Enhancing the safety of critically ill patients
by reducing urinary and central venous catheter-related infections. Am J
Respir Crit Care Med 2002;165(11):1475-9.

3.

Hsueh PR, Hoban DJ, Carmeli Y, et al. Consensus review of the
epidemiology and appropriate antimicrobial therapy of complicated urinary
tract infections in Asia-Pacific region. J Infect 2011;63(2):114-23.

4.

Saint S. Clinical and economic consequences of nosocomial catheter-related
bacteriuria. Am J Infect Control 2000;28(1):68-75.

5.

Mauldin PD, Salgado CD, Hansen IS, et al. Attributable hospital cost and
length of stay associated with health care-associated infections caused by
antibiotic-resistant gram-negative bacteria. Antimicrob Agents Chemother
2010;54(1):109-15.

6.

Jarvis WR. Selected aspects of the socioeconomic impact of nosocomial
infections: morbidity, mortality, cost, and prevention. Infect Control Hosp
Epidemiol 1996;17(8):552-7.

7.

Roberts RR, II RDS, Cordell R, et al. The Use of Economic Modeling to
Determine the Hospital Costs Associated with Nosocomial Infections.
Oxford Journals 2003.

8.

Graves N, Weinhold D, Tong E, et al. Effect of healthcare-acquired infection
on length of hospital stay and cost. Infection Control Hospital Epidemiology
2007;28(3):280-92.

9.

Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. 2011.
Jakarta: Salemba Medika.

10. Ken Inweregbu, Jayshree Dave, Alison Pittard. Nosocomial Infections. 2005
[cited

2013

Agst

11]; 5(1):

14-17.

Available

from:

http://ceaccp.oxfordjournals.org.
11. Schneider N, Dreier M, Amelung VE, et al. Hospital Stay Frequency and
Duration of Patients With Advanced Cancer Diseases-Differences Between
The Most Frequent Tumor Diagnoses: A Secondary Data Analysis. 2007 Mar
[cited 2013 Agst 2];16(2):172-7. Available from: ncbi.
12. Sheng WH, Chie WC, Chen YC, et al. Impact of Nosocomial Infections on
Medical Costs, Hospital Stay, and Outcome in Hospitalized Patients. 2005
May [cited 2013 July 27]; 104(5):318-26. Available from: ncbi.
13. Chant C, Smith OM, Marshall JC, et al. Relationship of Catheter-Associated
UTI to Mortality and Length of Stay in Critically Ill Patients: A Syestemic
Review and Meta-analysis of Observasional Studies. 2011 May [cited 2013
July 27]; 39(5):1167-73. Available from: ncbi.
14. K. Swapan, Nath SGR. Problem-Based Microbiology: Elseiver Inc., 2006;
524.
15. Understanding Factors that Affect Length Stay in Hospital. Brisbane
(Australia): International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes
Research; 2009.

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih (BSK) Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2000-2004

0 33 91

Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2006-2010

2 30 113

Karakteristik Pendrita Batu Saluran Kemih (BSK) Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2005-2007

1 26 105

Kejadian Retensio Urine Dan Infeksi Saluran Kemih Pasca Seksio Sesaria Dan Operasi Ginekologi Dengan Kateter Menetap 24 Jam Dan Tanpa Kateter

1 74 63

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH RAWAT INAP DI RSUD Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Rawat Inap Di RSUD Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014.

0 3 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PASIEN RAWAT INAP DI RSUP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pasien Rawat Inap Di RS “X” Klaten Tahun 2012.

0 1 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PASIEN RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pasien Rawat Inap Di RS “X” Klaten Tahun 2012.

0 2 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH RAWAT INAP DI Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Rawat Inap Di Rsu Kartini Jepara Tahun 2011 Menggunakan Metode Atc/Ddd.

1 18 11

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH RAWAT INAP DI Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Rawat Inap Di Rsu Kartini Jepara Tahun 2011 Menggunakan Metode Atc/Ddd.

0 3 13

PERBEDAAN LAMA RAWAT INAP ANTARA PASIEN HIP FRACTURE DENGAN DAN TANPA KOMORBID SERTA KOMPLIKASI

0 0 22