Peran manajemen Perpustakaan dalam pengembangan budaya literasi bagi warga Madrasah di MA Nurul Huda Sedati.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

RETNO PUSPITA SARI D73213063

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

PERAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA LITERASI BAGI WARGA MADRASAH

DI MA NURUL HUDA SEDATI

SKRIPSI

Diajukan kepada:

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan

Oleh :

RETNO PUSPITA SARI D73213063

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vi

Pengembangan Budaya Literasi Bagi Warga Madrasah Di MA Nurul Huda Sedati. Dosen Pembimbing, Drs. H. Nur Kholis, M.Ed.Admin.Ph.D dan Machfud Bachtiyar M.Pd.I

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran manajemen perpustakaan dalam pengembangan budaya literasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dengan 7 orang informan, yaitu kepala madrasah, kepala perpustakaan, pustakawan, 3 siswa dan 1 guru. Manajemen perpustakaan di MA Nurul Huda dilakukan dengan beberapa kegiatan, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Kegiatan perencanaan meliputi: penyusunan program kerja, melaksanakan rapat tahunan untuk membahas program kerja perpustakaan, membuat visi, misi dan tujuan perpustakaan, pemberian anggaran rutin yang diberikan setiap bulan untuk pemenuhan kebutuhan perpustakaan. Kegiatan pengorganisasian meliputi: pembuatan struktur organisasi perpustakaan serta pembagian tugas pada pegawai perpustakaan. Kegiatan penggerakan dilakukan dengan pemberian pengarahan dan motivasi yang dilakukan oleh pimpinan pada pegawai perpustakaan serta menerapkan kepemimpinan secara demokratis. Kegiatan pengawasan dilakukan secara langsung oleh pimpinan, dengan mendatangi perpustakaan guna mengetahui langsung kondisi di perpustakaan. Kegiatan pengawasan dilakukan dalam beberapa waktu yaitu setiap hari saat pulang sekolah dan pada awal tahun ajaran baru. Budaya literasi bertujuan untuk menumbuhkan minat baca siswa, membuat siswa gemar membaca dan membuat siswa percaya diri dan berani untuk tampil dan berbicara di depan umum. Peran manajemen perpustakaan dalam pengembangan budaya literasi dengan melakukan kerjasama antara pustakawan/petugas perpustakaan dengan guru mata pelajaran, guru melakukan pembelajaran di perpustakaan dan pustakawan/petugas perpustakaan menyiapkan kebutuhan yang diperlukan guru untuk melakukan pembelajaran dengan peserta didik, sehingga kegiatan literasi juga dapat dilakukan di perpustakaan sepenuhnya.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Masalah ... 9

F. Definisi Konseptual... 9

G. Penelitian Terdahulu ... 11


(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi

1. Perencanaan (Planning) ... 20

2. Pengorganisasian (Organizing) ... 25

3. Penggerakan (Actuating) ... 28

4. Pengawasan (Controlling) ... 29

B. Budaya Literasi ... 31

1. Pengertian Budaya Literasi ... 31

2. Komponen Kegiatan Literasi Dasar ... 35

3. Menumbuhkan Budaya Literasi Melalui Gerakan Literasi Sekolah ... 54

C. Manajemen Perpustakaan Dan Pengembangan Budaya Literasi ... 61

BAB III: METODE PENELITIAN ... 64

A. Jenis Penelitian ... 64

B. Lokasi Penelitian ... 66

C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 66

D. Prosedur Penelitian ... 68

E. Teknik Pengumpulan Data ... 71

F. Analisis Data ... 76


(10)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 85

B. Hasil Penelitian ... 89

1. Manajemen Perpustakaan di MA Nurul Huda Sedati .. 89

2. Budaya Literasi di MA Nurul Huda Sedati ... 103

3. Peran Manajemen Perpustakaan dalam Pengembangan Budaya Literasi di MA Nurul Huda Sedati ... 108

C. Pembahasan Hasil Temuan ... 112

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiii

Tabel 2.1 Komponen Kegiatan Literasi ... 56

Tabel 3.1 Daftar Informan ...72

Tabel 3.2 Indikator Kebutuhan Data ...72

Tabel 3.3 Jadwal Wawancara ...74

Tabel 3.4 Lembar Observasi ...75


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran III-1 Pedoman Wawancara ...129

Lampiran III-2 Transkrip Wawancara ...132

Lampiran III-2 Check List Dokumen ...147

Lampiran III-3 Hasil Observasi ...147

Lampiran IV-1 Profil Sekolah ... 148

Lampiran IV-2 Sejarah Sekolah ...149

Lampiran IV-3 Struktur Organisasi Sekolah...151

Lampiran IV-4 Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik ...152

Lampiran IV-5 Jadwal Pelajaran ...153

Lampiran IV-6 Program Kerja Perpustakaan ...159

Lampiran IV-7 Daftar Kunjungan Perpustakaan ...161

Lampiran IV-8 Foto Perpustakaan ...163


(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

A. Latar Belakang

Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan

sekolah. Diadakannya perpustakaan sekolah adalah untuk tujuan

memenuhi kebutuhan informasi bagi warga di lingkungan sekolah yang

bersangkutan, khususnya para guru dan siswa. Perpustakaan berperan

sebagai sarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar (KBM) di

tingkat sekolah. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah merupakan bagian

integral (tidak terpisahkan) dari program penyelenggaraan pendidikan

tingkat sekolah.1

Pentingnya perpustakaan sekolah dapat dilihat dalam UU No 43 Tahun

2007 tentang perpustakaan. Dalam Bab I pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa

perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,

dan atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna

memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan

rekreasi para pemustaka. Begitu juga dalam ayat 2 dijelaskan bahwa

koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis,

1 HanaKristina, “Manajemen Perpustakaan Sekolah”,27 April 2013, diakses 11 Oktober 2016,


(14)

2

karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai

nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan.2 Dalam

permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang sarana prasarana juga

disebutkan tentang deskripsi perpustakaan sekolah. Dalam permendiknas

tersebut dijelaskan: (a) ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat

kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis

bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus

tempat petugas mengelola perpustakaan. (b) luas minimum ruang

perpustakaan sama dengan luas ruang kelas. Lebar minimum ruang

perpustakaan adalah 5 m. (c) ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk

memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku. (d) ruang

perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah yang mudah dicapai. (e)

ruang perpustakaan dilengkapi sarana. Perpustakaan salah satu sumber

belajar yang penting, tetapi bukan satu-satunya adalah perpustakaan, yang

menyimpan banyak buku yang digunakan sebagai sumber belajar, baik

buku pelajaran, buku dongeng, Koran berita, majalah, dll yang dapat

digunakan dalam proses belajar mengajar. Maka perpustakaan pasti

memliki banyak koleksi buku-buku tersebut. Kegiatan manajemen

perpustakaan sangat dibutuhkan dalam mengembangkan perpustakaan,

yaitu dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

2


(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pengawasan dan evaluasi. Perencanaan dimaksudkan untuk mengantisipasi

perubahan lingkungan yang terjadi pada saat itu dan perubahan yang

mungkin terjadi di masa yang akan datang. Perpustakaan yang baik, perlu

direncanakan dengan baik pula. Keberhasilan program kerja yang dibuat

oleh perpustakaan, tergantung pada seberapa baik perpustakaan “menduga” perubahan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Untuk itu diperlukan strategi yang melibatkan berbagai pihak dalam

membuat perencanaan. Fungsi pengorganisasin termasuk fungsi pengisian

staf yang sesuai untuk setiap tugas atau kedudukan. Pengisian staf atau

karyawan perlu membedakan beberapa jenis karyawan yang bekerja di

perpustakaan, yang masing-masing mempunyai tugas khas dan

karakteristik sendiri-sendiri. Tugas penggerakan adalah tugas

mengerakkan seluruh manusia yang bekerja dalam perpustakaan sekolah

agar masing-masing bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang

telah ditetapkan dengan semangat dan kemampuan maksimal. Pengawasan

disini merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar

pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah

tujuan dari perpustakaan tercapai.3 Diadakannya evaluasi untuk

mengetahui sejauh mana tujuan dari perpusatakan dapat tercapai dan untuk

menentukan langkah selanjutnya.

3 arwendria “Manajemen Perpustakaan Sekolah” , 16 Desember 2010, diakses 11 Oktober 2016,


(16)

4

Dari sini perpustakaan membutuhkan manajemen yang digunakan

untuk mengola perpustakaan sebagai sumber terlaksananya literasi.

Menurut Teale & Sulzby, literasi adalah melek huruf, kemampuan baca

tulis, kemelekwancanaan atau kecakapan dalam membaca dan menulis.

Begitu juga dengan James Gee yang menjelaskan bahwa literasi

merupakan suatu keterampilan yang dimiliki seseorang dari kegiatan

berpikir, berbicara, membaca, dan menulis.

Menurut Daud Firmansyah membaca merupakan tahap penting

dalam proses perkembangan anak karena membaca merupakan gerbang

pertama untuk menuju proses pembelajaran yang lebih kompleks dan

menurut Rooijakers membaca merupakan suatu cara atau suatu sarana

untuk memelihara tingkat pengetahuan sendiri serta untuk menambah

pengetahuan baru.4

Membaca dan menulis sering dikenal dengan kegiatan literasi di

sekolah. Membaca-menulis (literasi) merupakan salah satu aktifitas

penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada

kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam

4 Google, “Sekolah Inspirasi”, diakses 11 November 2016,


(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan baik di sekolah

maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu kunci dalam memperoleh pengetahuan adalah dengan

membaca. Dengan membaca siswa dapat memperluas cakrawala ilmu

pengetahuan, menambah informasi bagi diri sendiri, meningkatkan

pengetahuan serta menambah ide. Ditambah lagi dengan penjelasan di

dalam Al-Qu’an tentang pentingnya membaca yaitu pada QS.Al-‘Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :

˻

. َلَقَ َِ ن َِ َََم ْ َلَقَْ

˺

. َلَقَْ َِا س َ رََِ ََ َ خََِق

˾

. َ َقَ َا َ َس َن َِ َََم ي َ َقَ

˽

. َ َقَ َس َ قَ ِ َاَس

˼

. ِ َََِْْ َ بَِِ َأ َخََِق ُ

Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar dengan Qalam (pena). Dialah yang

mengajar manusia segala yang belum diketahui”.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menegaskah Ia adalah sumber

dari segala ilmu pengetahuan, dan dari sini Allah mengajarkan kita semua

agar selalu membaca alam semesta dan lingkungan di sekeliling kita. Surat

Al-‘Alaq ayat 1-5 ini memberikan pesan bahwa keimanan dan keislaman kita bisa ditingkatkan dengan membaca, meneliti, menelaah, memahami


(18)

6

Jadi jelas pengaruh bacaan sangat besar terhadap peningkatan cara

berfikir seorang siswa. Bagi guru, akan mampu memberi penjelasan yang

luas dan mendalam kepada anak didik sehingga tidak bosan dengan

penjelasan yang monoton dan sudah sering didengar. Apalagi

permasalahan yang dialami guru ketika berhadapan dengan anak didik,

orangtua, sesama guru, yayasan, maupun dengan lembaga pemerintahan

sangat kompleks. Oleh karena itu, guru membutuhkan pemikiran yang

jernih dan bisa menganalisa serta memecahkan permasalahan yang ada.

Lewat membaca buku akan memudahkan guru untuk berfikir bijak dan

jernih serta bisa menentukan langkah yang akan diambil.5

Kembali pada permendiknas nomor 24 tahun 2007 pada poin (a) bab

perpustakaan dijelaskan ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat

kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis

bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus

tempat petugas mengelola perpustakaan. Dalam permendiknas tersebut

telah dijelaskan tentang membaca, mengamati, mendengar, yang biasa

disebut literasi. Karena dengan membaca peserta didik akan mendapat

lebih banyak pengetahuan. Tentunya perpustakaan tersebut pasti

membutuhkan manajemen yang terdiri dari beberapa kegiatan untuk

5Andi Ardianto, “Membumikan Budaya Literasi di Sekolah”, 2 Agustus 2015, diakses 11 Oktober


(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengelola sumber daya yang ada sehingga dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan budaya literasi.

Tentunya dengan manajemen perpustakaan yang baik seperti halnya

dalam perencananaan program kerja atau tujuan, pegawai perpustakaan

yang ahli dibidangnya, tata ruang serta koleksi buku di perpustakaan maka

akan menambah minat warga sekolah datang ke perpustakaan untuk

membaca buku dan tujuan dari pengembangan literasi pun akan tercapai.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memilih judul

tentang “Peran Manajemen Perpustakaan dalam Pengembangkan

Budaya Literasi Bagi Warga Madrasah di MA Nurul Huda Sedati”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan masalah

pada penelitian yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen perpustakaan di MA Nurul Huda Sedati ?

2. Bagaimana budaya literasi di MA Nurul Huda Sedati ?

3. Bagaimana peran manajemen perpustakaan dalam pengembangan


(20)

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah diajukan, tujuan penelitian

ini adalah:

1. Mendeskripsikan manajemen perpustakaan di MA Nurul Huda

Sedati.

2. Mendeskripsikan budaya literasi di MA Nurul Huda Sedati.

3. Mendeskripsikan peran manajemen perpustakaan dalam

pengembangan budaya literasi di MA Nurul Huda Sedati.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini :

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan konstribusi ilmiah mengenai peran

manajemen perpustakaan dalam pengembangan budaya literasi di

sekolah/madrasah.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar atau pedoman

untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat mengetahui seberapa baik manajemen perpustakaan yang


(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dalam

manajemen perpustakaan.

c. Dapat mengetahui keadaan perpustakaan yang dimiliki

sekolah/madrasah dalam budaya literasi yang dilakukan.

d. Agar dapat lebih mengembangkan budaya literasi di

sekolah/madrasah.

3. Umum, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para peneliti untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut.

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pembahasan, maka

penulis memaparkan pembatasan masalah. Hal ini berguna agar

pembahasan tidak keluar dari ruang lingkup permasalahan penelitian,

meliputi:

1. Manajemen perpustakaan di MA Nurul Huda Sedati meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.

2. Budaya literasi di MA Nurul Huda Sedati meliputi membaca,

menulis, presentasi, menyimak dan berpikir kritis.

F. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat


(22)

10

kesalahpahaman dalam penafsiran maksud dan tujuan penelitian serta

permasalahan yang dibahas, dalam penelitian yang berjudul "Peran

Manajemen Perpustakaan dalam Pengembangan Budaya Literasi Bagi Warga Madrasah di MA Nurul Huda Sedati”. maka penulis mecantumkan definisi konseptual dari permasalahan yang telah diangkat.

1. Peran Manajemen Perpustakaan: kegiataan pengelolaan

perpustakaan yang dilakukan untuk mengelola sumber daya yang

ada di perpustakaan.

2. Pengembangan Budaya Literasi: kegiatan melek wacana (membaca,

menulis, presentasi dan menyimak) yang sedang dikembangkan oleh

sekolah.

3. Warga Madrasah: warga sekolah yang dimaksudkan adalah guru

dan siswa-siswi

4. Madrasah Aliyah Nurul Huda Sedati: Madrasah Aliyah Nurul Huda

Sedati atau biasa disebut MA Nurul Huda Sedati adalah salah satu

Madrasah swasta di daerah Sedati Sidoarjo yang ernah ditunjuk

untuk mengikuti lomba perpustakaan mewakili Kecamatan Sedati di

Perpustakaan Daerah Sidoarjo.

Jadi yang dimaksud Peran Manajemen Perpustakaan dalam

Pengembangan Budaya Literasi Bagi Warga Madrasah di MA Nurul Huda Sedati adalah suatu peran dari pengelolaan perpustakaan yang


(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sangat penting dalam upaya mengembangkan budaya literasi di MA Nurul

Huda Sedati.

G. Hasil Penelitian Terdahulu

Sebelum penelitian ini dilakukan ada beberapa penelitian terdahulu tentang manajemen perpustakaan yang memiliki persamaan dan perbedaan

sebagai berikut:

1. Berjudul Peran Pustakawan dalam Meningkatkan Layanan

Perpustakaan di MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo, diteliti oleh Luluk

Nuzulia, pada tahun 2011. Dalam penelitian tersebut menjelaskan

tentang peran pustakawan dalam meningkatkan layanan

perpustakaan yang salah satunya menginggung tentang minat baca

peserta didik dengan cara memberi reward pada peserta didik yang

gemar membaca. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas tentang hal yang

berkaitan dengan perpustakaan dan membaca. Dan perbedaan antara

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

penelitian ini berfokus pada pustakawan, layanan perpustakaan dan


(24)

12

pada manajemen perpustakaan dan membahas tentang literasi tidak

hanya membaca saja.6

2. Berjudul Penerapan Sistem Layanan Perpustakaan Sekolah Berbasis

Komputer di SMPN 4 Surabaya, diteliti oleh Khoirun Nisa’ pada tahun 2012. Dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang sistem

layanan perpustakaan yang ada di sekolah tersebut, penelitian

tersebut juga menyebutkan koleksi perpustakaan namun hanya

sekilas. Kemudian sistem layanan tersebut di operasikan dengan IT

yang dimiliki. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas tentang

manajemen perpustakaan. Dan perbedaan antara penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini lebih

berpusat pada IT dan pembahasan tentang koleksi hanya sekilas,

sedangkan penelitian yang akan dilakukan lebih menekankan pada

manajemen perpustakaan dalam pengembangan budaya literasi di

madrasah. 7

3. Berjudul Pengaruh Layanan Mandiri Perpustakaan Terhadap

Kebutuhan Pemustaka di MTsN 2 Lakarsantri, diteliti oleh Wijayanti

6 Luluk Nuzulia, “Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan Layanan Perpustakaan Di Madrasah

Tsanawiyah Darul Ulum Waru Sidoarjo”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Surabaya: Perpustakaan UIN Sunan Ampel ,2011), hal 89.

7 Khoirun Nisa’, Penerapan Sistem Layanan Perpsutakaan berbasis Komputer di SMP Negeri 4


(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tahun 2015. Dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang pengaruh

layanan mandiri perpustakaan terhadap kebutuhan pemustaka.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah sama-sama membahas manajemen perpustakaan.

Sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan adalah penelitian ini berfokus pada layanan

perpustakaan terhadap kebutuhan pemustaka, sedangkan penelitian

yang dilakukan berfokus pengembangan budaya literasi.

4. Berjudul peranan Manajemen Perpustakaan dalam Meningkatkan

Minat Baca Mahasiswa kependidikan Islam, IAIN Sunan Ampel

Surabaya, diteliti oleh Mulyati pada tahun 2008. Dalam penelitian

tersebut menjelaskan tentang peran manajemen perpustakaan dalam

upaya meningkatkan minat baca mahasiswa. Persamaan antara

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

sama-sama membahas manajemen perpustakaan dan mengenai minat baca.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah penelitian ini berfokus pada manajemen


(26)

14

dilakukan berfokus pada manajemen perpustakaan dan membahas

tentang literasi tidak hanya membaca saja. 8

5. Berjudul Implementasi Manajemen Koleksi Perpustakaan dalam

Pengembangan Budaya Literasi di SMP Khadijah Surabaya, diteliti

oleh Mariyatul Fikriyah pada tahun 2016. Dalam penelitian tersebut

menjelaskan tentang implementasi manajemen koleksi perpustakaan

terhadap budaya literasi. Persamaan antara penelitian ini dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas tentang

pengembangan budaya literasi yang tidak hanya membaca.

Sedangkan perbedaan anatara penlitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan adalah penelitian ini membahas tentang manajemen

koleksi perpustakaan , sedangkan penelitian yang akan dilakukan

lebih menjelaskan manajemen perpustakaan secara keseluruhan. 9

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan penulisan karya ilmiah ini supaya sistematis atau

kronologis, maka penulis menyajikan sistematika pembahasan sebagai

berikut:

8 Mulyati, “ peranan Manajemen Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa

kependidikan Islam, IAIN Sunan Ampel Surabaya”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Surabaya: Perpustakaan UIN Sunan Ampel ,2008).

9 Mariyatul Fikriyah, “Implementasi Manajemen Koleksi Perpustakaan dalam Pengembangan

Budaya Kiterasi di SMP Khadijah Surabaya”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Surabaya: Perpustakaan UIN Sunan Ampel, 2016).


(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Bab I Pendahuluan yang berisikan mengenai pentingnya penelitian

ini yang dipaparkan dalam latar belakang masalah, hal ini memberikan

gambaran umum bagaimana Peran Manajemen Perpustakaan dalam

Pengembangan Budaya Literasi Bagi Warga Madrasah, rumusan masalah

menyatakan beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini,

begitu juga dengan tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, batasan

masalah, definisi konseptual, penelitian terdahulu dan sistematika

penulisan dalam penelitian ini.

Bab II Kajian Pustaka, yang meliputi tinjauan pembahasan tentang

ruang lingkup Peran Manajemen Perpustakaan dalam Pengembangan

Budaya Literasi Bagi Warga Madrasah.

Bab III Metode Penelitian, yang meliputi prosedur dan

langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian yang

dibahas dalam bab ini terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek

penelitian, prosedur penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan

teknik analisis data penelitian.

Bab IV Laporan Hasil Penelitian Dan Analisis Data, bab ini berisi

tentang hasil penyajian data yang telah dikumpulkan di lapangan

sebagaimana tema yang ada. Selanjutnya, pada bab ini akan dilakukan


(28)

data-16

data yang berhasil dihimpun. Analisis ini berfungsi untuk menjawab

permasalahan yang dirumuskan berkaitan dengan Peran Manajemen

Perpustakaan dalam Pengembangan Budaya Literasi Bagi Warga

Madrasah di MA Nurul Huda Sedati

Bab V Penutup, meliputi kesimpulan yang memuat intisari dari hasil

penelitian yang dilakukan, serta saran-saran dari peneliti untuk

menganalisa Peran Manajemen Perpustakaan dalam Pengembangan

Budaya Literasi Bagi Warga Madrasah di MA Nurul Huda Sedati.

Dilampirkan pula data-data hasil penelitian serta daftar pustaka sebagai


(29)

(30)

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Perpustakaan

Pengertian manajemen telah banyak dibahas para ahli. Antara satu dengan

yang lainnya saling melengkapi. Pendapat James F. Stoner yang dikutip oleh T

Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajemen II, menyatakan bahwa

manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan para anggota dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. James F. Stoner menekankan bahwa

manajemen bertitik berat pada proses dan sistem. Oleh karena itu, apabila dalam

sistem dan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penganggaran

dan pengawasan itu kurang baik, maka proses manajemen itu secara keseluruhan

juga kurang baik.10

Sementara menurut O.R. Terry, menyatakan bahwa manajemen adalah

usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan keahlian

orang lain. Sedangkan dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia Vol. 16,

manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan

10


(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ataupun sasaran secara efektif dan efisien.11

Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai tempat yang di

dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan dan

penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak

maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat

kabar, film, kaset, tape recoreder, video, komputer dan lain-lain. Semua

koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan sistem tertentu dan

dipergunakan untuk kepentingan belajar melalui kegiatan membaca dan

mencari informasi bagi segenap masyarakat yang membutuhkannya.

Ada beberapa jenis perpustakaan yang tersebar di masyarakat,

misalnya, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi,

perpustakaan khusus dan perpustakaan umum. Jenis perpustakaan tersebut

kalau dilihat dari fungsinya adalah sebagai pusat pelayanan informasi bagi

masyarakat. Namun apabila diamati lebih lebih lanjut, maka jenis

perpustakaan tersebut bisa terdiri dari berbagai macam perpustakaan lagi

yang secara spesifik berfungsi langsung terhadap lembaga yang

menaunginya.


(32)

19

Menurut Supriyadi, perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan

yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar

mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah baik Sekolah

Dasar maupun Sekolah Menengah, baik sekolah umum maupun sekolah

lanjutan.12

Sementara menurut Ibrahim Bafadal berpendapat bahwa

perpustakaan sekolah adalah kumpulan bahan pustaka, baik berupa

buku-buku maupun bukan buku-buku (non book material) yang diorganisasikan

secara sistematis dalam suatu ruang sehingga dapat membantu

murid-murid dan guru-guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.13

Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan

sekolah. Diadakannya perpustakaan sekolah adalah untuk tujuan

memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat di lingkungan sekolah

yang bersangkutan, khususnya para guru dan siswa. Perpustakaan berperan

sebagai media dan sarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar

(KBM) di tingkat sekolah/madrasah. Oleh karena itu, perpustakaan

12

Ibrahim Bafadal. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) , hal 4.


(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pendidikan tingkat sekolah.14

Dalam hal manajemen perpustakaan, Jo Bryson menyatakan bahwa

manajemen perpustakaan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan

pemanfaatan sumber daya manusia, informasi, sistem dan sumber dana

dengan tetap memperhatikan fungsi manajemen, peran dan keahlian.

Dalam pengertian ini ditekankan bahwa untuk mencapai tujuan diperlukan

sumber daya manusia (human resources) dan sumber nonmanusia (non

human resources) yang berupa sumber dana, teknik, fisik, perlengkapan,

alam, informasi, ide, peraturan-peraturan, dan teknologi. Sumber daya

tersebut dikelola melalui proses manajemen, meliputi perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian yang diharapkan

mampu mengeluarkan produk berupa barang atau jasa.15 Dalam

manajemen perpustakaan perlu menggunakan beberapa kegiatan

diantaranya:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan titik awal berbagai aktivitas organisasi yang

sangat menentukan keberhasilan organisasi. Menurut Ara Hidayat dan

14 Hana Kristina, “Manajemen Perpustakaan Sekolah”, 27 April 2013, diakses 11 Oktober 2016,

https://hanakristina.wordpress.com/2013/04/27/manajemen-perpustakaan-sekolah/.


(34)

21

Imam Mahali perencanaan merupakan fungsi yang paling awal dari

keseluruhan fungsi manajemen sebagaimana banyak dikemukakan oleh

para ahli.16

Perencanaan merupakan titik awal kegiatan perpustakaan dan harus

disusun dengan baik. Perencanaan berguna untuk memberikan arah,

menjadi standar kerja, memberikan kerangka pemersatu dan membantu

memperkirakan peluang. Dalam penyusunan perencanaan hendaknya

tercakup siapa (who) yang bertanggung jawab, apa (what) yang dilakukan,

bagaimana (how) cara melaksanakannya, kapan (when) pelaksanaannya,

dimana (where) dilakukannya, mengapa (why) dan berapa anggaran yang

diperlukan. Dengan demikian, perencanaan itu merupakan langkah awal

sebelum melakukan fungsi-fungsi manajemen yang lain.17

Pentingnya perencanaan bagi suatu perpustakaan sekolah disebabkan

karena hal-hal berikut:

a. Perencanaan merupakan dasar pelaksanaan aktivitas

Pimpinan perpustakaan tidak akan mampu melaksanakan

fungsi manajemen dan kepemimpinan dengan baik tanpa

perencanaan yang sudah ditetapkan.

16

Ara Hidayat, Imam Mahali, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Eduka, 2010), hal 22.

17


(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Pengawasan sebenarnya merupakan upaya sistematis untuk

menetapkan standar prestasi sesungguhnya dengan standar yang

telah ditetapkan. Dengan adanya perencanaan akan diketahui adanya

penyimpangan langkah yang kemudian dapat dilakukan pengukuran

signifikansi penyimpangan itu. Oleh karena itu pengawasan harus

didasarkan pada perencanaan. Perencanaan yang jelas, lengkap, dan

terpadu akan mampu meningkatkan efektivitas pengawasan.

c. Perencanaan yang proporsional akan membawa efektivitas dan

efisiensi

Dengan adanya perencanaan, seorang pimpinan perpustakaan

akan berusaha untuk mencapai tujuan dengan biaya yang paling kecil

dan menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) yang lebih besar.

Langkah awal proses perencanaan perpustakaan antara lain:

a. Penetapan Visi

Visi merupakan suatu pikiran atau gagasan yang melampaui

keadaan sekarang. Keadaan yang diinginkan itu belum pernah


(36)

23

memperjelas arah perpustakaan dan memotivasi seluruh komponen

dalam mengambil tindakan ke arah yang benar.

b. Misi

Misi merupakan penjabaran visi dengan rumusan-rumusan

kegiatan yang akan dilakukan dan hasilnya dapat diukur, dirasakan,

dilihat, didengar, atau dapat dibuktikan karena bersifat kasat mata.

c. Tujuan

Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai perpustakaan sekolah

dalam waktu dekat dan hasilnya dapat dirasakan. Oleh karena itu,

tujuan perpustakaan sekolah harus jelas dan dalam penyusunan

tujuan melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan

perpustakaan.18

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan adalah:

a. Menentukan tujuan perpustakaan

Tujuan perpustakaan harus sejalan dengan tujuan lembaga

pendidikan secara keseluruhan. Dalam menentukan tujuan,

pustakawan sekolah/perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan

18


(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tingkat pendidikan, untuk membantu dalam menyediakan bahan

sesuai kurikulum yang berlaku.

Untuk mencapai tujuan perpustakaan, baik jangka panjang,

jangka menengah, maupun jangka pendek diperlukan adanya

perencanaan yang matang. Perencanaan strategis merupakan

pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya tentang

apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.

Perencanaan ini merupakan tindakan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat dilakukan sebagai dasar

pembuatan keputusan-keputusan strategis.

b. Mengidentifikasi pemakai perpustakaan

Pemakai jasa layanan perpustakaan adalah peserta didik atau

mahasiswa, guru atau dosen, karyawan, dan masyarakat umum.

Kebutuhan peserta didik bervariasi sesuai dengan usia, kemampuan

dan mata pelajaran yang dipelajari sesuai dengan kurikulum.

Demikian halnya dengan kebutuhan pendidik. Pendidik memiliki

kebutuhan yang bervariasi sesuai dengan mata pelajaran yang


(38)

25

disetiap lembaga dianggap sebagai bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kurikulum.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan penyatuan langkah dari seluruh

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh elemen-elemen dalam suatu

lembaga. Penyatuan ini penting agar tidak terjadi tumpang tindih dalam

pelaksanaan tugas. Proses mengorganisasikan sebuah perpustakaan akan

berjalan dengan baik apabila memiliki SDM, sumber dana, prosedur, dan

adanya koordinasi yang baik serta pengarahan pada langkah-langkah

tertentu.

Dalam sistem pengorganisasian perpustakaan perlu diperhatikan

elemen-elemen perpustakaan yang antara lain terdiri dari kegiatan, SDM,

sistem, sumber informasi, sarana dan prasarana serta dana. Sumber daya

manusia perpustakaan sekolah dimungkinkan terdiri dari guru,

pustakawan, dan karyawan. Guru berperan sebagai mediator antara

perpustakaan-kepala sekolah, perpustakaan-guru, dan perpustakaan-siswa.

Pustakawan berperan untuk melaksanakan kegiatan perpustakaan seperti

pengadaan, pencatatan, klasifikasi, pengkatalogan, penjajaran,

pengawetan, dan pemberdayaan perpustakaan. Karyawan yang terdiri dari


(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pelabelan, sirkulasi, pembuatan statistik dan lainnya.19

Kehadiran pustakawan diperlukan dalam mengelola perpustakaan,

karena pustakawan merupakan tenaga ahli dan profesional yang dapat

merealisasikan tujuan perpustakaan yang telah ditetapkan. Sebaliknya

suatu urusan tidak akan menemui kesuksesan apabila dikelola kepada

selain ahlinya.

Pengorganisasian perpustakaan merupakan tanggung jawab pegawai

perpustakaan. Pengorganisasian merupakan aspek manajemen yang

menyangkut penyusunan organisasi manusia dan bahan atau materi.

Kegiatannya meliputi:

a. Pengaturan pelayanan peminjaman yang efisien pengguna

perpustakaan.

b. Menyediakan sistem yang efisien mengenai pelayanan pemesanan

bahan atau koleksi yang ada di perpustakaan dan memberikan sistem

peminjaman silang layan (inter-library loon) untuk bahan-bahan

yang berada di perpustakaan lain.

c. Memberikan sistem yang fleksibel bagi peserta didik, baik

perorangan maupun kelompok, serta staf pengajar untuk

19


(40)

27

menggunakan perpustakaan sekolah untuk tujuan proses belajar

mengajar.

d. Menjalankan suatu sistem yang memungkinkan Sumber-sumber

informasi dalam bentuk perangkat keras (jika dipusatkan) dapat

digunakan dengan cara yang sehemat dan seefisien mungkin ke

berbagai tempat di sekolah.

e. Mengatur produksi sumber belajar di dalam perpustakaan sekolah.

f. Mengawasi dan mengatur pekerjaan bagi pustakawan atau staf

perpustakaan yang lain. Secara sederhana organisasi perpustakaan

sekolah dapat diorganisasikan sebagai berikut:20

20


(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Garis Komando

Garis Koordinasi

3. Penggerakan (actuating)

Penggerakan (actuating) dijalankan setelah adanya rencana dan

pengorganisasian, sebab penggerakan merupakan pelaksanaan atas

hasil-hasil perencanaan dan pengorganisasian. Fungsi penggerakkan merupakan

fungsi manajerial yang sangat penting, karena secara langsung berkaitan

dengan manusia dengan segala jenis kepentingan dan keutuhannya. Kepala

sekolah

Kepala Perpustakaan

Tata Usaha perpustakaan

Bag. Layanan Pembaca Bag. Layanan

Teknis Dewan


(42)

29

Dengan demikian, penggerakkan merupakan tanggung jawab pimpinan

perpustakaan, dan peran seorang pemimpin diperlukan dalam mendorong

staf yang dipimpinnya.

4. Pengawasan (Controlling)

Pelaksanaan tugas, kekuasaan, dan tanggung jawab dalam

perpustakaan perlu adanya pengawasan, yang pada umumnya merupakan

coercion atau compeling artinya proses yang bersifat memaksa agar

kegiatan pelaksanaan dapat disesuaikan dengan rencana.21

Good control is that one that was already built in a program planned. Pengawasan yang baik adalah salah satu persiapan dalam

pembentukan program perencanaan. Perihal pengawasan hendaknya

direncanakan dengan baik, supaya dapat mencapai tujuan dengan

maksimal.

Pengawasan terhadap perpustakaan sekolah dimaksudkan untuk

mengetahui efektifitas perpustakaan. Untuk mengetahui efektifitas ini

perlu diketahui dulu tentang indikator kinerja perpustakaan. Kinerja

perpustakaan adalah efektifitas jasa yang disediakan perpustakaan dan

efisiensi sumber daya yang digunakan untuk menyiapkan jasa. Hal-hal

21

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal 102.


(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id antaranya sebagai berikut:

a. Selalu menyadari tujuan yang sedang dilaksanakan.

b. Menghindari kegiatan yang tidak efisien, misalnya dalam sistem

pemilihan perangkat keras.

c. Evaluasi terhadap pelayanan yang telah dilakukan.

Dalam melaksanakan pengawasan dapat dilakukan dengan cara

preventif dan korektif. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang

mengantisipasi terjadinya penyimpangan, sedangkan pengawasan korektif

baru bertindak apa bila terjadi variasi-variasi dari hasil yang diinginkan.

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan perlu dipahami terlebih

dahulu konsep perencanaan, standar evaluasi, dan sistem pengawasan.

Oleh karena itu perlu diperhatikan sejauh mana kesesuaian perencanaan

tentang kegiatan, SDM, sumber informasi, sistem, anggaran, dan sarana

prasarana perpustakaan dengan realisasi pada waktu tertentu.

Apabila dalam pengawasan itu perlu dilakukan tindakan korektif,

maka tindakan ini harus segera diambil. Tindakan korektif ini bisa berupa

mengubah standar yang telah direncanakan, memperbaiki pelaksanaan,

mengubah cara pengukuran pelaksanaan, atau mengubah cara interpretasi


(44)

31

Kegiatan pengawasan juga memerlukan tindak lanjut, untuk

melakukan usaha perbaikan terhadap kekurangan, kelemahan atau

kesalahan suatu sistem. Misalnya jangka waktu peminjaman yang kurang

cukup fleksibel. Tahapan-tahapan tersebut diatas hendaknya dapat

dilakukan dengan cermat, agar dapat melaksanakan proses controlling

dengan baik.

B. Budaya Literasi

1. Definisi Budaya Literasi

Kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari budha yang berarti “budi” atau “akal”. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari

generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,

termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,

pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan demikian budaya dapat

diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal dan cara hidup yang

selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu.22

22 Afif Jatijajar, “Pengertian Budaya dan Kebudayaan”, 2 Februari 2015, diakses 9 November


(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan

sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Menurut Teale & Sulzby dalam buku Muhana Gipayana yang

berjudul Pengajaran Literasi, literasi diartikan melek huruf, kemampuan

baca tulis, kemelekwancanaan atau kecakapan dalam membaca dan

menulis.23 Pengertian literasi berdasarkan konteks penggunaannya

dinyatakan Baynham bahwa literasi merupakan integrasi keterampilan

menyimak, berbicara, menulis, membaca, dan berpikir kritis.24

Stripling menyatakan bahwa “literacy means being able to understand new ideas well enaugh to use them when needed. Literacy

means knowing how to learn”. Pengertian ini didasarkan pada konsep dasar literasi sebagai kemelekwacanaan sehingga ruang lingkup literasi itu

berkisar pada segala upaya yang dilakukan dalam memahami dan

menguasai informasi. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa literasi merupakan

kemampuan membaca dan menulis yang berhubungan dengan

keberhasilan seseorang dalam lingkungan masyarakat akademis, sehingga

23Mary, “Pengajaran Literasi”, 15 Desember 2012, diakses 18 November 2016,

http://maryothogothog.blogspot.co.id/2012/12/pengajaran-literasi.html.

24 Kitty Andriany, “Literasi dan Kehidupan”, 5 Maret 2016, diakses 18 November 2016,


(46)

33

literasi merupakan piranti yang dimiliki untuk dapat meraup kesuksesan

dalam lingkungan sosial.

Sedangkan literasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan tulis-menulis. Dalam

konteks kekinian, literasi atau literer memiliki definisi dan makna yang

sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis

dan peka terhadap lingkungan sekitar. Maka secara sederhana, budaya

literasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan menulis dan membaca

masyarakat dalam suatu negara.25

Menurut Besnier dalam Key Concepts in Language and Culture

sebagai “communication though visuallydecoded inscriptions, rather than though auditory and gestured channels”, literasi adalah komunikasi melalui inskripsi yang terbaca secara visual, bukan melalui saluran

pendengaran dan isyarat. Inskripsi visual di sini termasuk di dalamnya

adalah bahasa tulisan yang dimediasi dengan alfabet, aksara. Salah satu

tantangan terbesar dalam pemberdayaan bangsa ini adalah meninggalkan

tradisi lisan (orality) untukmemasuki tradisi baca tulis (literacy).26

25 http://opini.fajarnews.com/read/2016/05/23/11254/budaya.literasi.kita.masih.lemah.


(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id adalah (1) kemampuan baca-tulis atau kemelekwacanaan; (2) kemampuan

mengintegrasikan antara menyimak, berbicara, membaca, menulis dan

berpikir; (3) kemampuan siap untuk digunakan dalam menguasai gagasan

baru atau cara mempelajarinya; (4) piranti kemampuan sebagai penunjang

keberhasilannya dalam lingkungan akademik atau sosial; (5) kemampuan

performansi membaca dan menulis yang selalu diperlukan; (6) kompetensi

seorang akademisi dalam memahami wacana secara profesional.27

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya

literasi adalah membudayakan atau membiasakan seseorang untuk berfikir

yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis, berbicara, menyimak

dan juga berpikir kritis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam

sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan suatu karya.28

Proses mengembangkan budaya literasi di sekolah, artinya

pengembangan kesadaran, motivasi, keterampilan, kegemaran berliterasi

27 Suherli Kusmana, “Membangun Budaya Literasi”, November 2009, diakses 9 November 2016,

http://suherlicentre.blogspot.co.id/2009/11/membangun-budaya-literasi.html.

28 Trini Haryanti, “Membangun Budaya Literasi Dengan Pendekatan Kultural Di Komunitas Adat”

, 17 Februari 2014, diakses 15 Desember 2016, http://www.triniharyanti.id/2014/02/membangun-budaya-literasi-dengan.html.


(48)

35

yang tinggi dari siswa di sekolah untuk keperluan akademik maupun

non-akademik. 29

2. Komponen Kegiatan Literasi Dasar

Menurut Baynham terdapat empat kegiatan dalam literasi, yaitu

membaca, menulis, berbicara, menyimak dan berpikir kritis. Berikut

uraian dari kegiatan literasi menurut Baynham:

a. Membaca

1) Pengertian Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang

berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam

tulisan. Hal ini membaca merupakan proses berpikir untuk memahami

isi teks yang dibaca. Farr mengemukakan, “reading is the heart of education” yang artinya membaca adalah jantung pendidikan. Dalam hal ini, orang yang sering membaca, pendidikannya akan maju dan ia

akan memiliki wawasan yang luas. Tentu saja hasil membacanya itu

akan menjadi skemata baginya. Skemata ini adalah pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki seseorang. Jadi, semakin sering membaca,

29 Ganang Probo kusumo, “Pengembangan Literasi Akademik Siswa di Sekolah” , (Bahasa dan


(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id semakin maju pulalah pendidikannya.30

Menurut Harjasujana dan Mulyati, membaca merupakan

perkembangan keterampilan yang bermula dari kata dan berlanjut

kepada membaca kritis. Damaianti mengemukakan bahwa membaca

merupakan hasil interaksi antara persepsi terhadap lambang-lambang

yang mewujudkan bahasa melalui keterampilan berbahasa yang

dimiliki pembaca dan pengetahuannya tentang alam sekitar. Rusyana

mengertikan membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-pola

bahasa dalam penampilan secara tertulis untuk memperoleh informasi

darinya.31

Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca yang telah

disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah

proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi

bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sangat ditentukan

oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk

menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis

sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat

30 Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2013), hal 5. 31 Dalman, Keterampilan Membaca, hal 6.


(50)

37

menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi yang

dibutuhkan.32

2) Tujuan Membaca

Pada dasarnya kegiatan memaca bertujuan untuk mencari dan

memperoleh pesan atau memahami makna melakui bacaan. Tujuan

membaca tersebut akan berpegnaruh kepada jenis bacaan yang dipilih,

misalnya, fiksi dan nonfiksi.

Tujuan membaca secara umum yaitu mampu membaca dan

memahami teks pendek dengan cara lancar.33

Menurut kurikulum 1994 tujuan membaca yaitu :

a) Mampu memahami gagasan yang didengar secara langsung atau

tidak langsung.

b) Mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan

kata-kata sendiri.

c) Mampu membaca teks bacaan secara cepat dan mampu mencatat

gagasan-gagasan utama.34

32 Dalman, Keterampilan Membaca, hal 7.

33 Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia , (Jakarta:

2004), hal 15.


(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kemampuan menangkap makna dalam bacaan secara utuh, baik dalam

bentuk teks bebas, narasi, prosa ataupun puisi yang disimpulkan

dalam suatu karya tulis ataupun tidak tertulis. Secara umum, tujuan

membaca adalah:

a) Mendapatkan informasi.

b) Memperoleh pemahaman.

c) Memperoleh kesenangan.

Sedangkan secara khusus, tujuan membaca adalah:

a) Memperoleh informasi faktual.

b) Memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan

problematis.

c) Memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang.

d) Memperoleh kenikmatan emosi.

e) Mengisi waktu luang.

Menururt Nurhadi dalam bukunya Membaca Cepat dan Efektif

yang mengutip pendapat Waples (1967) menuliskan bahwa tujuan

membaca adalah :


(52)

39

b) Mendapat hasil yang berupa prestise yaitu agar mendapat rasa

lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan

pergaulannya.

c) Memperkuat nilai pribadi atau keyakinan.

d) Mengganti pengalaman estetika yang sudah usang.

e) Menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit

tertentu.

Hal menarik diungkapkan oleh Nurhadi bahwa tujuan membaca

akan mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan. Artinya,

semakin kuat tujuan seorang dalam membaca maka semakin tinggi

pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaannya.35

3) Jenis Membaca

Menurut Tarigan dalam bukunya yang berjudul Membaca

Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, membaca mempunyai dua

jenis, yaitu:

a) Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan

yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca

35 Dwi Cahyadi Wibowo, “Tujuan dan Fungsi Membaca”, April 2012, diakses 19 November 2016,


(53)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mennagkap atau memahami informasi, pikiran dan perasaan

seorang pengarang. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut

Dalman, membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan

mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang

bunyi bahasa suara yang cukup keras.36

b) Membaca Senyap (Dalam Hati)

Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak

bersuara, tanpa gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa

berbisik, memahami bahan bacaan yang dibaca diam atau dalam

hati. Dalam membaca senyap pembaca hanya mempergunakan

ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan,

maka membaca senyap adalah kegiatan membaca yang

dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang

dibacanya.37

36 Dalman, Keterampila3n Membaca, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2013), hal 63. 37 Dalman, Keterampila3n Membaca , hal 67.


(54)

41

b. Menulis

1) Pengertian Menulis

Menurut KBBI, pengertian menulis adalah melahirkan pikiran

atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.

Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk

tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang

melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam

menuangkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda,

dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau

kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun,

satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang

penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan

pembacanya.38

Menurut Tabroni menulis pada dasarnya adalah

mengomunikasikan gagasan, ide, pikiran, pendapat opini, dan

sebagainya melakui media tulis. Media tulis banyak bentuknya seperti

surat kabar, majalah, selebaran, jurnal, buku dan sejenisnya.

38Google, “Pengertian Menulis dan Tujuan Menulis”, diakses 9 November 2016,


(55)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id terlibat dalam proses penyampaian pesan lewat media tulis.39

Menurut Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa menulis

dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.40

Menulis adalah menguasai beragam jenis wacana. Wacana

adalah teks (bacaan) yang berupa rangkaian paragraph yang disusun

dalam satu kesatuan maksud. Hubungan antar paragraf dalam wacana

selalu berkaitan. Wacana terbagi atas lima, yaitu:

a) Deskripsi

Adalah rangkaian paragraph yang berupa gambaran

(lukisan). Yang digambarkan adalah suatu objrk atau tempat.

b) Narasi / Cerita

Narasi / cerita adalah rangkaian paragraph yang berupa

kisah tentang seseorang atau kisah tentang sesuatu.

c) Argumentasi

39 Idris Apandi, Saya Guru Saya Bisa Menulis, (Bandung: CV SMILE’S Indonesia Institute.

2015), hal 21.

40Google, “Pengertian Menulis Menurut Para Ahli”, diakses 18 November 2016,


(56)

43

Hakikatnya adalah pendapat. Apa yang dipendapatkan

adalah masalah. Argumentasi adalah jenis tulisan yang bertolak

dari hal yang mempertanyakan.

d) Eksposisi

Adalah informasi. Setiap tulisan yang menyampaikan atau

memberitakan, tentu dikategorikan dengan eksposisi.

e) Persuasi

Adalah tulisan yang bersifat mempengaruhi. Tulisan

dalam wacana berisi sesuatu yang mengunggugah dan

mengubah pemikiran seseorang.41

Dalam dunia pendidikan, peserta didik membaca beberapa

referensi yang sesuai dengan materi pelajaran, kemudian dari

referensi-referensi yang telah dibaca ia menuliskan ringkasan materi

yang ia dapat. Hal ini sangat bermanfaat bagi peserta didik, karena

peserta didik tidak hanya mendapat informasi dari satu buku panduan

saja, tetapi peserta didik bisa mendapat berbagai macam informasi

dari buku/referensi lain, dengan begitu peserta didik akan mendapat

pengetahuan yang lebih luas, karena apabila hanya berpegang pada

satu buku saja, maka pengetahuan yang ia miliki hanya sebatas buku

tersebut. Buku yang satu dengan buku yang lain tidak selalu sama

41 Dadan Suwarna, Trik Menulis Puisi, Cerpen, Resensi Buku, Opini/Esai, (Tangerang: Jelajah


(57)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id peserta didik mendapat banyak referensi, maka tulisan yang ia tulis

akan lebih lengkap pembahasannya.

2) Manfaat Menulis

Menulis mempunyai manfaat sebagai berikut:

a) Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan

potensi diri kita. Kita mengetahui sampai di mana pengetahuan

kita tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu kita

terpaksa berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang

kadang tersimpan di alam bawah sadar.

b) Melalui kegiatan menulis kita dapat mengembangkan berbagai

gagasan. Kita terpaksa bernalar: menghubung-hubungkan serta

membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita

lakukan jika kita tidak menulis.

c) Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap,

mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik

yang kita tulis. Dengan demikian kegiatan menulis memperluas

wawasan baik secara teoretis maupun mengenai fakta-fakta yang


(58)

45

d) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik

serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, kita

dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar bagi

diri kita sendiri.

e) Melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan

kita sendiri secara lebih objektif.

f) Dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah

memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya

secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret.

g) Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar

secara aktif. Kita harus menjadi penemu sekaligus pemecah

masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang

lain.

h) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita

berpikir serta berbahasa secara tertib.42

3) Tujuan Menulis

Sebagaimana yang mungkin diharapkan akan mengembangkan

situasi menulis. Ada tiga tujuan menulis di kemukakan oleh O’Malley dan Pieres, yaitu:

42 Akhadiah, Sabarti dkk, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga,


(59)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id petunjuk atau mengungkapkan gagasan.

b) Ekspresif digunakan seseorang jika ingin menulis sebuah cerita

atau esai.

c) Persuasif ketika seseorang berusaha untuk mempengaruhi orang

lain atau memprakarsai suatu aksi atau perubahan.

Hal yang terpenting dan perlu diingat dari tujuan itu adalah

bahwa kemampuan manulis seseorang sangatlah bervariasi. Artinya

seseorang yang unggul dalam karya tulisannya yang bersifat informasi

mungkin saja kurang unggul dalam karya tulis persuasinya. Semua itu

sangat bergantung juga pada kesesuaian antara pengetahuan awal yang

dimiliki penulis dengan topik yang akan ditulisnya.43

c. Menyampaikan Informasi / Presentasi

Setelah menulis peserta didik juga di biasakan untuk berbicara

di depan umum yang diawali berbicara di depan guru dan teman kelasnya. Menurut Kriswanto Widiawan “Kemampuan berbicara di depan umum tidaklah dimiliki setiap orang, karena kemampuan ini

berkaitan erat dengan citra pribadi. Biasanya, orang yang memiliki kemampuan ini sering disebut dengan “pemimpin”. Kemampuan


(60)

47

berbicara di depan umum dapat dimiliki karena adanya bakat alam (sering disebut “dilahirkan”), dengan menjalani pelatihan, atau secara spontan muncul dalam situasi darurat (bersifat sementara).”. Dalam dunia pendidikan berbicara didepan umum biasanya disebut

presentasi.

1) Pengertian Presentasi

Presentasi merupakan salah satu berbicara di depan umum

paling banyak dilakukan. Dikatakan demikian, karena presentasi

sejatinya dapat dilakukan dalam berbagai tujuan pembicaraan publik.

Seorang peserta didik yang sedang mendemonstrasikan karyanya di

kelas adalah presentasi. Seorang konsumen dalam sebuah launching

adalah presentasi.

Ditinjau dari unsur kata, presentasi bermakna membicarakan,

menghadirkan, mengusulkan, membahas, menerangkan atau

mempraktikkan. Orang yang melakukan presentasi disebut dengan

istilah presentator. Sesumgguhnya, semua pembicara adalah

presentator. Semua ahli pidato adalah presentator.44

44 Balqis Khayyirah, Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik, (Jogjakarta: DIVA Pers.


(61)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id hadapan orang banyak atau salah satu bentuk komunikasi. Presentasi

merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat, atau informasi

kepada orang lain. Berbeda dengan pidato yang lebih sering

dibawakan dalam acara resmi dan politik, presentasi lebih sering

dibawakan dalam acara bisnis dan pendidikan.45

2) Tujuan Presentasi

Presentasi merupakan salah satu macam publik speaking, maka

menurut Rizal Surplus dalam www.surplusindonesia.com tujuan

publik speaking adalah:

a) Mempengaruhi

b) Menginformasikan

c) Menghibur

d) Memotivasi

e) Mengubah keadaan atau suasana

3) Manfaat Presentasi

Manfaat presentasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Sebagai bahan paparan suatu pokok bahasan inti.


(62)

49

b) Media pembantu untuk penjabaran dari materi pelajaran sekolah

atau suatu projek kerja.

c) Kesan lebih ekslusif karena melibatkan alat presentasi

(Professional).

d) Audience biasanya akan lebih jelas jika disertai dengan media

gambar dari presentasi itu sendiri.

e) Memupuk mental yang ada dalam diri si pembawa materi

presentasi.46

d. Menyimak

1) Pengertian Menyimak

Menurut Heryadi, kegiatan menyimak merupakan tindakan atau

aktivitas mental dalam menangkap, memahami, menimbang, dan

merespon pesan yang terkandung dalam simbol-simbol bahasa lisan.

Menurut Henry Guntur Tarigan dalam bukunya yang berjudul

Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, menyimak adalah

suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan

penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk

memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami

46 Dudung, “Pengertian, 6 Tujuan dan Manfaat Presentasi”, 30 September 2015, diakses 19

November 2016, http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-6-tujuan-dan-manfaat-presentasi-lengkap/.


(63)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ujaran atau bahasa lisan.47

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S.

Poerwadarminta), Menyimak adalah mendengarkan (mempertahankan

apa yang diucapkan orang), menyimak adalah latihan mendengarkan

baik-baik.48

2) Ragam Menyimak

Menurut Tarigan dalam bukunya yang berjudul Menyimak

Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa , terdapat dua ragam

menyimak yaitu:

a) Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis

kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan

lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah

bimbingan langsung dari seorang guru.

b) Menyimak intensif

47Google, “Pengertian Menyimak, Jenis-jenis Menyimak”, diakses 19 November 2016,

http://www.planetxperia.tk/2014/04/pengertian-menyimak-jenis-jenis-meyimak.html.

48 Arief Ulmunir, “Menyimak”, 11 Desember 2012, diakses 19 November 2016,


(64)

51

Menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan

menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta perlu di

bawah bimbingan langsung para guru, menyimak intensif

diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol

terhadap suatu hal tertentu.49

3) Tujuan Menyimak

Menurut Bunga Ayesha dalam Modul Hakikat Menyimak,

terdapat enam tujuan dari kegiatan menyimak yaitu:

a) Mendapatkan fakta

b) Mengevaluasi fakta

c) Menganalisis fakta

d) Mendapatkan inspirasi

e) Menghibur diri

f) Meningkatkan kemampuan berbicara.50

49Google, “Pengertian Menyimak, Jenis-jenis Menyimak”, diakses 19 November 2016,

http://www.planetxperia.tk/2014/04/pengertian-menyimak-jenis-jenis-meyimak.html.

50

Arief Ulmunir, “Menyimak”, 11 Desember 2012, diakses 19 November 2016,


(65)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1) Pengertian Berpikir Kritis

Elaine Johnson berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan

sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan

mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,

membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

Dede Rosyada menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis

tiada lain adalah kemampuan siswa dalam menghimpun berbagai

informasi lalu membuat sebuah kesimpulan evaluatif dari berbagai

informasi tersebut. Selanjutnya Alec Fisher mendefinisikan berpikir

kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap

observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.51

2) Manfaat Berpikir Kritis

Arief Achmad menyatakan kemampuan berpikir kritis

merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,

pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan

lainnya.

51 Hetty Rusyanti, “Pengertian kemampuan berpikir kritis”, 10 Februari 2014, diakses 20


(66)

53

Keuntungan yang didapatkan dalam berpikir kritis dalah bisa

menilai bobot kemampuan seseorang dari perkataan yang ia

keluarkan, juga dengan tidak mudah menyerap setiap informasi tanpa

memikirkan terlebih dahulu hal yang sedang disampaikan orang lain.

Jika terbentuk dengan kebiasaan ini, bisa dipastikan akan muncul

kreatifitas yang baru dan bisa terus menerus mengalami pertumbuhan

yang lebih baik di setiap aspek dari bidang yang sedang ditekuni.52

3) Ciri-Ciri berpikir kritis

Ciri-ciri berpikir kritis meliputi :

a) Kemampuan mengidentifikasi. Pada tahapan ini terdiri atas

mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan,

mampu menentukan pikiran utama dari suatu teks atau script,

dan dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu

pernyataan.

b) Kemampuan mengevaluasi. Hal ini terdiri atas dapat

membedakan informasi relevan dan tidak relevan, mendeteksi

penyimpangan, dan mampu mengevaluasi

pernyataan-pernyataan.

52 Teuku Habibi Munasti , “ Makalah Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif” 1 Desember 2013,

diakses 20 Desember 2016, http://seulanga23.blogspot.co.id/2013/12/makalah-berpikir-kritis-dan-berpikir.html.


(67)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menunjukkan pernyataan yang benar dan salah, mampu

membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat atau

pernyataan, dan mampu merancang solusi sederhana

berdasarkan naskah.

d) Kemampuan mengemukakan pendapat. Hal ini terdiri atas dapat

memberikan alasan yang logis, mampu menunjukkan fakta – fakta yang mendukung pendapatnya, dan mampu memberikan

ide-ide atau gagasan yang baik.53

3. Menumbuhkan Budaya Literasi Melalui Gerakan Literasi Sekolah Untuk membudayakan atau membiasakan literasi khususnya di

tingkat satuan pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya

menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik,

orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem

pendidikan.

GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana

dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

53

Hetty Rusyanti, “Ciri-ciri kemampuan berpikir kritis”, 10 Februari 2014, diakses 20 Desember 2016, http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-kemampuan-berpikir-kritis.html.


(68)

55

23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan

dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti,

berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap

perkembangan peserta didik.

Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku

kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi,

kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta

didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam GLS.

Terdapat tiga tahap pelaksanaan GLS yaitu (1) Tahap Pembiasaan,

(2) Tahap Pengembangan, (3) Tahap Pembelajaran. Dalam konteks SMA,

contoh kegiatan literasi dipaparkan sebagai berikut.54

54

Sutrianto dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: Dikjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, 2016) hal. 7


(69)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Komponen Kegiatan Literasi

No Komponen

Contoh Kegiatan Tahap Pembiasaan Tahap Pengembangan Tahap Pembelajaran

1 Literasi Dasar Membaca 15 menit sebelum kegiatan belajar dimulai setiap hari Mendiskusikan bacaan Menuliskan analisis terhadap bacaan

2 Literasi Perpustakaan Mencari bahan pustaka yang diminati untuk kegiatan membaca 15 menit Menggunakan perpustakaan sebagai sumber informasi dalam diskusi tentang bacaan Mencantumkan daftar pustaka dalam laporan tugas/praktik setiap mata pelajaran

3 Literasi Media Membaca berita dari media cetak/ daring dalam kegiatan membaca 15 menit Mendiskusikan berita dari media cetak/ daring

Membuat komunitas pembelajaran untuk diskusi dan berbagi informasi terkait

pemahaman mata pelajaran antar teman, guru dan antar sekolah

4 Literasi Teknologi Membaca buku elektronik Memberikan komentar terhadap buku elektronik Setiap mata pelajaran memanfaatkan teknologi (komputasi, searching, dan share) dalam mengolah, menyaji,


(70)

57

melaporkan hasil kegiatan/laporan

5 Literasi Visual

Membaca film atau iklan pendek

Mendiskusikan film atau iklan pendek Menggunakan aplikasi video/film dalam menyaji dan melaporkan kegiatan hasil praktik/diskusi/ob servasi melalui website sekolah, youtube, dll

Pada prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap pengembangan sama

dengan kegiatan pada tahap pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa

kegiatan 15 menit membaca diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap

pengembangan. Dalam tahap pengembangan, peserta didik didorong untuk

menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca

melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami

bahwa kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik.

Mengingat kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu tambahan di

luar 15 menit membaca, sekolah didorong untuk memasukkan waktu


(71)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pelaksanaan kegiatan tindak lanjut disesuaikan dengan kondisi

masing-masing sekolah.

Ada berbagai kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan guru

setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam tahap pengembangan ini,

kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan secara berkala (misalnya 1-2

minggu sekali). Berikut adalah beberapa contoh kegiatan tindak lanjut

disertai dengan penjelasan singkat dan pedoman atau rubrik untuk

masing-masing kegiatan.

a. Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca

harian

Jurnal membaca harian membantu peserta didik dan guru untuk

memantau jenis dan jumlah buku yang dibaca untuk kegiatan membaca 15

menit, terutama membaca dalam hati. Jurnal ini juga dapat digunakan

untuk semua jenjang pendidikan.

Jurnal membaca harian dapat dibuat secara sederhana atau rinci.

Peserta didik mengisi sendiri jurnal hariannya, dengan menyebutkan judul

buku, pengarang, genre, dan jumlah halaman yang dibaca, serta informasi


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

125

Huda Sedati tetap berjalan dengan baik akan tetapi masih memiliki kekurangan yaitu belum adanya kegiatan menulis dalam kegiatan literasi yang dilakukan. Alangkah lebih baiknya jika budaya literasi di MA Nurul Huda Sedati di mulai dengan kegiatan membaca, merangkum lalu mempresentasikan dan yang lainnya menyimak. Demikian sumbangan saran atau masukan yang dapat penulis berikan, dengan harapan semoga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam melaksanakan tugas atau program yang telah di rencanakan sehingga dapat mewujudkan ketercapaian tujuan bersama secara maksimal. Dan semoga Allah SWT selalu memberikan jalan kemudahan dan kelancaran bagi hamba-Nya dalam menempuh jalan kebenaran dan sekaligus memberikan ilmu yang bermanfaat dan barokah di dunia maupun di akhirat. Amiiin…


(2)

(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

126

DAFTAR PUSTAKA

Adel. “7 Unsur Kebudayaan”. diakses 18 November 2016. https://adelkudel30.wordpress.com/education/ilmu-pengetahuan-sosial/7-unsur-kebudayaan/.

Akhadiah, Sabarti dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesi. Jakarta: Erlangga, 1988.

Andriany, Kitty. “Literasi dan Kehidupan”. 5 Maret 2016. diakses 18

November 2016.

http://www.dakwatuna.com/2016/03/05/79435/literasi-dan-kehidupan/#axzz4QRWIQL5B.

Apandi, Idris. Saya Guru Saya Bisa Menulis. Bandung: CV SMILE’S Indonesia Institute. 2015.

Ardianto, Andi. “Membumikan Budaya Literasi di Sekolah”. 2 Agustus 2015. diakses 11 Oktober 2016. http://guraru.org/guru-berbagi/membumikan-budaya-literasi-di-sekolah-2/.

Arwendria “Manajemen Perpustakaan Sekolah” . 16 Desember 2010,

diakses 11 Oktober 2016.

https://arwendria.wordpress.com/2010/12/16/manajemen-perpustakaan-sekolah/.

Bafadal, Ibrahim. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Dalman. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2013.

Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : Pustaka Setia, 2000.

Darmono. Manajemen dan Tata Kerja Perputakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo, 2001.

Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia , Jakarta: Depdiknas, 2004.


(4)

Dudung. “Pengertian, 6 Tujuan dan Manfaat Presentasi”. 30 September

2015. diakses 19 November 2016.

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-6-tujuan-dan-manfaat-presentasi-lengkap/.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo,2010.

Google. “Pengertian Menulis dan Tujuan Menulis”. diakses 9 November 2016. http://www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-menulis-dan-tujuan-menulis.html.

Google. “Sekolah Inspirasi”. diakses 11 November 2016. http://sekolah-inspirasi.net/?page_id=22.

Google. “Pengertian Menulis Menurut Para Ahli”. diakses 18 November 2016. http://duniabaca.com/pengertian-menulis-menurut-para-ahli.html.

Google. “Pengertian Menyimak, Jenis-jenis Menyimak”. diakses 19 November 2016. http://www.planetxperia.tk/2014/04/pengertian-menyimak-jenis-jenis-meyimak.html.

Imran, Yusida. “Kriteria dan Teknik Keabsahan Data”. 15 Desember 2010.

diakses 10 November 2016.

https://yusidaimran.wordpress.com/2010/12/15/kriteria-dan-teknik-keabsahan-data/.

Jatijajar, Afif . “Pengertian Budaya dan Kebudayaan”. 2 Februari 2015

diakses 9 November 2016.

http://historikultur.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.html.

Khayyirah, Balqis. Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik.. Jogjakarta: DIVA Pers. 2014.

Kristina, Hana. “Manajemen Perpustakaan Sekolah”. 27 April 2013.

diakses 11 Oktober 2016.

https://hanakristina.wordpress.com/2013/04/27/manajemen-perpustakaan-sekolah/.

Kristiantari, Rini. Menulis Deskripsi dan Narasi. Yogyakarta: Media Ilmu. 1959.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

128

Kusmana, Suherli. “Membangun Budaya Literasi”. November 2009.

diakses 9 November 2016.

http://suherlicentre.blogspot.co.id/2009/11/membangun-budaya-literasi.html.

Lasa H S. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media, 2005. Mary. “Pengajaran Literasi”. 15 Desember 2012. diakses 18 November

2016. http://maryothogothog.blogspot.co.id/2012/12/pengajaran-literasi.html.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Muhammad, Ali. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa, 1987.

Nawawi, Hadari. H. Murni Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1996.

Sanjaya, Andika. “ Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif”. April

2016. diakses 10 November 2016.

http://musicalandpsychologist.blogspot.co.id/2015/04/uji-keabsahan-data-dalam-penelitian.html.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.

Surakhmat, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiyah. Bandung: Tarsito, 1994.

Sutarno N S. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Samitra Media Utama, 2004.

Suwarna, Dadan. Trik Menulis Puisi, Cerpen, Resensi Buku, Opini/Esai. Tangerang: Jelajah Nusa. 2012.

Ulmunir, Arief. “Menyimak”. 11 Desember 2012. diakses 19 November 2016. https://ariefulmunir.wordpress.com/2012/12/11/pengertian-menyimak-dari-beberapa-ahli-bahasa/.

Wibowo, Dwi Cahyadi. “Tujuan dan Fungsi Membaca”. April 2012. diakses 19 November 2016.


(6)