STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI - Ubaya Repository

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam

STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM
NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI
Puguh Setyopratomo, Wahyudi Siswanto dan Heru Sugiyanto Ilham

Jurusan Teknik Kimia, Universitas Surabaya
Abstrak
Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses
pemisahan yang efisien. Secara umum, tujuan dari proses kristalisasi
adalah menghasilkan produk kristal dengan kualitas seperti yang
diharapkan. Kualitas kristal yang dihasilkan dapat ditentukan dari
parameter-parameter produk yaitu distribusi ukuran kristal),
kemurnian kristal dan bentuk kristal. Salah satu syarat terjadinya
kiristalisasi adalah terjadinya kondisi supersaturasi. Kondisi
supersaturasi adalah kondisi dimana konsentrasi larutan berada di
atas harga kelarutannya. Kondisi supersaturasi ini dapat dicapai
dengan cara penguapan, pendingin atau gabungan keduanya. Terdapat
dua phenomena penting pada proses kristalisasi yaitu pembentukan
inti kristal (nukleasi) dan pertumbuhan kristal (crystal growth ). Dari
penelitian didapatkan bahwa garam yang berasal dari tambak

mempunyai kandungan NaCl sebesar 88,38 %. Melalui proses
pencucian dan rekristalisasi maka kualitas garam tersebut dapat
ditingkatkan dengan meningkatnya kandungan NaCl hingga
99,01 %.
Kata kunci : crystallization, purification, sodiun chloride

PENDAHULUAN
Kristalisasi memegang peranan yang sangat penting dalam
industri kimia. Hal ini mengingat kurang lebih 70 % dari produk-produk
kimia dihasilkan dalam bentuk padatan/kristal. euntungan dari
menghasilkan produk dalam bentuk padatan antara lain adalah biaya

17

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2

transportasi lebih murah, padatan lebih tahan terhadap kerusakan akibat
terjadinya dekomposisi dan bentuk padatan lebih memudahkan dalam
pengepakkan dan penyimpanannya.
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan

yang efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk
pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah
menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang
diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga
parameter berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size
Distribution, CSD), kemurnia kristal (crystal purity) dan bentuk kristal
(crystal habit/shape).
Pada proses kristalisasi kristal dapat diperoleh dari lelehan (melt
crystallization) atau larutan (crystallization from solution). Dari kedua
proses ini yang paling banyak dijumpai di industri adalah kristalisasi
dari larutan.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektifitas pemurnian
garam NaCl dengan cara rekristalisasi.

TEORI
Mekanisme kristalisasi
Kristalisasi dari larutan terdiri dari dua phenomena yang berbeda
: pembentukan inti kristal/nukleasi (nucleation) dan pertumbuhan kristal
(crystal growth). Baik nukleasi maupun pertumbuhan kristal memerlukan
kondisi supersaturasi dari larutannya. Supersaturasi didefinisikan sebagai

perbedaan antara konsentrasi aktual dalam larutan dan konsentrasi dimana
fasa cair secara termodinamik berkesetimbangan dengan fasa padat
(kelarutan).
18

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam

Keadaan supersaturasi dapat diperoleh dengan beberapa cara
yaitu : dengan perubahan suhu (pendinginan untuk sistem yang gradien
kurva kelarutannya positif atau pemanasan untuk sistem yang gradien
kurva kelarutannya negatif), dengan pemisahan pelarut (biasanya dengan
penguapan) atau dengan penambahan bahan tertentu (drowning-out
agent).
Pada diagram konsentrasi terhadap suhu , kelarutan suatu bahan
digambarkan sebagai kurva kelarutan (solubility). Kelarutan suatu bahan
ada yang naik terhadap kenaikan suhu (gradien positif), tetapi ada juga
yang turun terhadap kenaikan suhu (gradien negatif). Ada bahan yang
gradien kurva kelarutannya sangan besar, tetapi juga ada yang gradien
kurva kelarutannya kecil. Semua sifat-sifat tadi ikut menentukan
pemilihan metode kristalisasi yang akan digunakan.

Daerah di bawah kurva solubility adalah daerah undersaturated,
sehingga daerah ini dikatagorikan daerah stabil karena pada daerah ini
tidak akan terjadi peristiwa pembentukan inti kristal (nukleasi). Kurva
supersolubility adalah batas dimana nukleasi spontan mulai terjadi.
Daerah antara kurva solubility dan supersolubility disebut metastable
zone. Kedudukan kurva supersolubility dapat bergeser tergantung
beberapa variabel proses, sehingga lebar daerah metastabil (metastable
zone width) juga bisa berubah-ubah. Pada daerah metastabil ini bisa
terjadi nukleasi sekunder. Daerah diatas kurva supersolubility disebut
daerah labil karena pada daerah ini nukleasi spontan pasti terjadi yang
mengakibatkan konsentrasi turun dan membawa kondisi keluar dari
daerah ini.

19

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2

Nukleasi (nucleation)
Nukleasi adalah terbentuknya inti kristal yang muncul dari
larutan. Teori nukleasi menyatakan bahwa ketika kelarutan dari larutan

telah dilewati (supersaturated), molekul-molekul mulai mengumpul dan
membentuk cluster. Cluster tersebut akhirnya akan mencapai ukuran
tertentu yang disebut critical cluster. Penambahan molekul lebih lanjut
ke critical cluster akan melahirkan inti kristal (nucleus). Untuk menjadi
inti kristal yang stabil maka cluster harus mempunyai ketahanan terhadap
kecenderungan unutk melarut kembali dan terorientasi pada lattice
tertentu. Klasifikasi nukleasi digambarkan dengan skema sebagai
berikut :
Nukleasi

Primer

Homogen
(spontan)

Sekunder
(dipengaruhi oleh kristal)

Heterogen
(dipengaruhi partikel asing)


Gambar 1 : Skema Klasifikasi Nukleasi
Nukleasi primer adalah nukleasi pada sistem yang tidak
mengandung kristal. Nukleasi spontan adalah nukleasi dalam larutan
lewat jenuh yang terbebas dari padatan kristal adatu padatan lainnya.
Sedangkan nukleasi heterogen adalah nukleasi dalam larutan lewat jenuh
di mana terdapat substansi padatan asing dalam larutan.
Kinetika nukleasi secara umum dapat digambarkan oleh
persamaan empirik berikut :
B = K N (∆C )b ………………………………(1)
20

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam

dimana :
B : laju nukleasi
KN : konstanta laju nukleasi
∆C : supersaturasi (∆C = C – C* ; C* : kelarutan)
b


: konstanta empiris (umumnya : 2 – 5)

Pertumbuhan Kristal (crystal growth)
Tahap berikutnya dalam proses kristalisasi adalah inti bertumbuh
menjadi lebih besar dengan penambahan molekul solut dari larutan lewat
jenuh. Phenomena ini disebut pertumbuhan kristal (crystal growth).
Berthoud (1912) dan Valeton (1924) menggambarkan model
pertumbuhan kristal dengan model pertumbuhan dua tahap, yaitu proses
difusi, di mana molekul solut berpindah dari bulk fase liquid ke permukaan
solid, diikuti tahap reaksi orde satu, di mana molekul solut menyusun
dirinya dalam geometri kristal (crystal lattice). Daya dorong terjadinya
kedua tahap ini adalah perbedaan konsentrasi, yang dapat ditunjukkan
oleh persamaan sebagai berikut :
dm

dan

dt

dm

dt
di mana :

= kd ⋅ A ⋅ (C − Ci )

…………………….(2)

= kr ⋅ A ⋅ (Ci − C *) …………………….(3)

m : masa padatan yang terdeposit selama waktu t
C : konsentrasi solut dalam larutan
Ci

:konsentrasi solut pada bidang antarfasa kristal-larutan

C* : konsentrasi jenuh kesetimbangan
kd : koefisien perpindahan massa difusi
kr : konstanta laju reaksi permukaan

21


Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2

Secara skematik model pertumbuhan dua tahap ini digambarkan pada
Gambar 3

C R Y S T A L

Cb
Cb - Ci = driving
force untuk difusi

Konsentrasi
Ci

Ci - C* =driving force
untuk integrasi

C*


Stagnant Film

Badan larutan

Gambar 2 : Driving Force Konsentrasi dalam Teori Difusi-reaksi
Persamaan (2) dan (3) sulit untuk diterapkan dalam prakteknya
karena mengandung konsentrasi antarfasa (interfacial) yang sulit diukur.
Biasanya lebih disukai bentuk yang mengeliminasi mengeliminasi Ci
dengan menetapkan driving force overall, C - C*, yang lebih mudah
diukur. Persamaan umum untuk laju pertumbuhan kristal berdasarkan
driving force overall tersebut adalah :
dm
dt

= KG ⋅ A ⋅ (Cb − C *)

..…………………(4)

di mana KG adalah koefisien laju pertumbuhan kristal overall, yang juga
dapat dituliskan dalam bentuk :

KG

22

=

kd ⋅ kr
kd + kr

…………………………...(5)

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam

Nukleasi dan pertumbuhan kristal berlangsung secara simultan,
dan keduanya seolah berkompetisi dalam mengontrol distribusi ukuran
kristal yang dideroleh. Karena pada nukleasi supersaturasi berorde lebih
tinggi dari laju pertumbuhan kristal, maka kristalisasi pada tingkat
supersaturasi yang tinggi akan cenderung menghasilkan kristal dengan
distribusi ukuran yang akan didominasi oleh ukuran yang kecil.
Pengotor (Impurities)
Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua katagori, yaitu
pengotor yang ada pada permukaan kristal dan pengotor yang ada di
dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaan kristal berasal dari
larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses
pemisahan padatan dari larutan induknya (retention liquid). Pengotor
pada permukaan kristal ini dapat dipisahkan hanya dengan pencucian
.Cairan yang digunakan untuk mencuci harus mempunyai sifat dapat
melarutkan pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal. Salah satu
cairan yang memenuhi sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal
yang akan dicuci,namun dapat juga dipakai pelarut pada umumnya yang
memenuhi kriteria tersebut. Adapun pengotor yang berada di dalam kristal
tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian. Salah satu cara untuk
menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah dengan jalan
rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut kemudian
mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi
dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain adalah bahwa pengotor
hanya bisa terbawa dalam kristal jika terorientasi secara bagus dalam
kisi kristal.

23

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2

METODOLOGI
Pada penelitian ini garam yang akan dimurnikan didapat dari
tambak. Garam tambak tersebut mula-mula dicuci terlebih dahulu dengan
larutan jenuh garam NaCl. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk
memisahkan pengotor-pengotor yang ada pada permukaan kristal.
Selanjutnya dibuat larutan jenuh dari garam yang telah dicuci tersebut.
Larutan jenuh garam NaCl ini selanjutnya dipanaskan dari suhu kamar
sampai titik didihnya di dalam kristaliser batch dengan volume 1,5 liter.
Setelah mencapai titik didihnya pemanasan dilakukan terus sehingga
terjadi penguapan air dan kristalisasi garam dari larutan. Pemanasan
dilakukan dengan menggunakan oli pemanas yang berada di dalam jacket
kristaliser. Selama proses kristalisasi dilakukan pengadukan pada
kecepatan 300 – 500 rpm dan pencatana suhu larutan dari waktu ke
waktu. Pada akhir percobaan kristal yang terbentuk dipisahkan dari
larutan induknya dengan cara penyaringan. Kristal yang telah terpisahkan
selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan udara sekitar. Selanjutnya
dilakukan analisa kandungan pengotor (impurities) dari kristal yang sudah

kering tersebut dengan metode spektrofotometri dan titrasi
kompleksometri. Dari hasil analisa kandungan impurities ini selanjutnya
ditentukan kadar NaCl dalam garam. Pada tahap akhir dilakukan
pengayakan terhadap kristal yang sudah kering untuk mengetahui
distribusi ukuran kristal dan rata-rata ukuran kristal. Dari harga ratarata ukuran kristal ini dapat diketahui laju pertumbuhan kristalnya (crystal
growth rate).

HASIL DAN DISKUSI
Kemurnian garam
Kadar NaCl dan pengotor dari umpan (garam tambak), garam
24

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam

tambak tercuci dan garam hasil rekristalisasi dapat dilihat pada Tabel-1
berikut :
JENIS GARAM

%

%

%

%

%

NaCl

MgCl2

MgSO4

CaSO4

Insoluble

Garam tambak

88,38

1,47

1,65

0,29

8,20

Garam tercucian

94,71

0,65

0,47

0,25

3,92

Garam kristalisasi

99,01

0,10

0,03

0,05

0,82

Dari Tabel-1 di atas terlihat bahwa pencucian berperanan cukup besar
dalam meningkatkan kandungan NaCl karena pencucian dapat
menurunkan kadar pengotor. Hal ini menunjukkan bahwa cukup besar
pengotor yang berada pada permukaan garam yang diperleh langsung
dari tambak. Pada tahap berikutnya dengan rekristalisasi kandungan
pengotor dapat diturunkan lagi sampai harga yang cukup kecil sehingga
didapatkan garam dengan kandungan NaCl mencapai 99,01 %. Pada
tahap rekristalisasi ini pengotor-pengotor yang berada /terperangkap di
dalam kristal akan terlepaskan dari kristal karena pelarutan kristal.
Selanjutnya proses kristalisasi mempunyai selektifitas yang cukup tinggi
sehingga kadar pengotor yang masih berada dalam kristal yang dihasilkan
cukup kecil.
Laju Pertumbuhan Kristal (crystal growth rate)
Salah satu phenomena yang penting dari kristalisasi adalah
pertumbuhan kristal. Tahap ini sangat berperanan dalam menghasilkan
distribusi ukuran kristal. Menurut teori difusi-reaksi pertumbuhan kristal
dapat dikontrol oleh tahap difusi atau reaksi. Jika tahap yang mengontrol
adalah tahap difusi maka laju pertumbuhan kristal dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan laju pengadukan. Meningkatnya laju pengadukan
25

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2

akan meningkatkan harga bilangan Reynold dari sistem dan akan
mengurangi tebal lapisan film. Dengan menurunnya tebal lapisan film
ini akan meningkatkan koefisien difusi zat terlarut (kd) maupun koefisien
overall (KG) yang berarti akan meningkatkan laju pertumbuhan kristal.
Tabel-2 berikut menyajikan data yang diperoleh dari percobaan
dengan kecepatan pengadukan yang berbeda. T nukleasi adalah menit
(dihitung mulai awal percobaan) saat nukleasi pertama terjadi. Sedangkan
T akhir adalah menit pada saat percobaan dihentikan. Jadi selisih antara
T akhir dan T nukleasi adalah merupakan rentang waktu yang digunakan
untuk pertumbuhan kristal.
Tabel-2 : Laju Pertumbuhan Kristal

26

Kecepatan
pengadukan

Diameter
rata-rata
kristal
(µm)

300 rpm

301,2

400 rpm

296,2

500 rpm

294,0

T nukleasi
T akhir
laju
pertumbuhan
kristal
T nukleasi
T akhir
laju
pertumbuhan
kristal
T nukleasi
T akhir
laju
pertumbuhan
kristal

134
230
3,2

menit
menit
(µm/menit)

125
230
2,8

menit
menit
(µm/menit)

113
230
2,5

menit
menit
(µm/menit)

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam

Dari data percobaan yang disajikan dalam Tabel-2 di atas terlihat
bahwa meningkatnya laju pengadukan tidak mengakibatkan meningkatnya
laju pertumbuhan kristal. Dengan demikian hasil ini menunjukkan bahwa
laju pertumbuhan pada kristalisasi garam NaCl tidak dikontrol oleh tahap
difusi.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Pencucian berperanan cukup besar dalam meningkatkan kandungan
NaCl karena pencucian dapat menurunnkan kadar pengotor. Hal
ini menunjukkan bahwa cukup besar pengotor yang berada pada
permukaan garam yang diperleh langsung dari tambak
2. Dengan rekristalisasi kandungan pengotor dapat diturunkan lagi
sampai harga yang cukup kecil sehingga didapatkan garam dengan
kandungan NaCl mencapai 99,01 %.
3. Laju pertumbuhan pada kristalisasi garam NaCl tidak dikontrol oleh
tahap difusi.

DAFTAR PUSTAKA
De Haas, M.P., 1999. Eutectic Freeze Crystallization. experimental
research on the separation of acid KNO3-HNO3-H2O-solution
in a 15 liter Cooled Disc Column Crystallizer. Laboratory For
Process Equipment. TU Delft.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Processes and Unit Operations, edisi
3, halaman 737-747. Prentice-Hall, Inc.
Industrial Crystallization and Precipitation Workshop.1998. The AJ
Parker Cooperative Research Centre for Hydrometallurgy and The
Technical University of Delft.
27

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2

Kirt-othmer. 1991. Encyclopedia of Chemical Technology, Volume XXI,
halaman 865-903. U.S.A. : John Willey and Sons.
Mc Cabe, W.L., Smith, J.C., Harriott, Peter. 1976. Unit Operations of
Chemical Engineering, edisi 5, halaman 894-899. New York :
Mc Graw-Hill Book Company.
Mullin, J.W. 1993. Crystallization, 3rd edition. Butterworth-Heinemann
Ltd.
Sedivy, V.M.1993. Purification of Salt for Chemical and Human
Consumption. Krebs Swiss. Zurich. Swittzerland.

28