KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANGGOTA KOMUNITAS FOTOGRAFI SOS (SIDOARJO ON THE STREET) DI KABUPATEN SIDOARJO.

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANGGOTA KOMUNITAS FOTOGRAFI
SOS (SIDOARJO ON THE STREET) DI KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh:
Achmad Fadhil Ilmi
NIM. B06212041

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016

ABSTRAK
Achmad Fadhil Ilmi, B06212041, 2016. Komunikasi Interpersonal Anggota
Komunitas Fotografi SOS (Sidoarjo On The Street) di Kabupaten

Sidoarjo. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.
Kata Kunci: Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Verbal, Non verbal
Terdapat dua persoalan yang dikaji dalam penelitian ini. Yakni (1)
Bagaimana komunikasi interpersonal anggota komunitas fotografi Sidoarjo On the
Street (2) Bagaimana simbol komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan di
dalam komunikasi interpersonal anggota komunitas fotografi Sidoarjo On the
Street. Untuk dapat menyelesaikan persoalan yang terdapat pada konteks ini
peneliti menggunakan penelitian dengan metode deskriptif kualitatif. Dalam
pendekatan secara fenomenologi ini peneliti memaparkan bagaimana proses
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dalam komunikasi interpersonal
anggota Sidoarjo On the Street. Kemudian peneliti menggunakan teori
interaksionisme simbolik untuk menganalisa persoalan yang diteliti. Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa (1) Komunikasi interpersonal dengan memahami
simbol yang signifikan dilakukan sesama anggota agar mereka dapat kompak dan
solid sekaligus memudahkan mereka untuk saling memahami dalam konteks
fotografi. (2) bentuk pesan verbal yang dilakukan adalah istilah-istilah fotografi
yang dapat dipahami oleh para anggota adapun pesan nonverbal berupa gerak
tubuh dan mimik wajah anggota dan juga kaos dan stiker. Bertitik tolak dari

penelitian ini, beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi komunitas
fotografi Sidoarjo On The Street adalah (1) Tetap efektif dalam berkomunikasi.
Selalu menggunakan interpretasi yang baik melalui simbol verbal dan non verbal
ketika berinteraksi agar tidak terjadi miss communication (2) Tetap melakukan
kegiatan pameran foto, kegiatan amal maupun sosial agar mempererat keakraban
sesama anggota dan agar lebih dikenal oleh masyarakat umum.

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN SAMPUL DALAM ....................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ...................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN. .................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian .......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu .................................................... 5
F. Definisi Konsep ............................................................................... 6
G. Kerangka Pikir Penelitian .............................................................. 10
H. Metode Penelitian
1.Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 12
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ........................................ 13
3. Jenis dan Sumber Data............................................................... 13
4. Tahapan Penelitian ..................................................................... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 14
6. Teknik Analisis Data .................................................................. 16
I. Sistematika Pembahasan ................................................................. 17
BAB II : KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal .............................. 18
b. Asas-Asas Komunikasi Interpersonal .............................. 19

c. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal ................................. 22
d. Model Komunikasi Interpersonal .................................... 24
e. Efektifitas Komunikasi Interpersonal .............................. 28
2. Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal
a. Pengertian Komunikasi Verbal ........................................ 30
b. Fungsi Bahasa ................................................................. 31
3. Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal
a. Pengertian Komunikasi Non Verbal ................................ 32

b. Fungsi Komunikasi Non Verbal ...................................... 33
B. Kajian Teori
Teori Interaksi Simbolis .............................................................. 35
BAB III : PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Subyek Penelitian ................................................. 40
2. Deskripsi Lokasi Peneitian .................................................... 44
3. Deskripsi Data Penelitian
1. Proses Komunikasi Interpersonal Anggota Komunitas Fotografi
Sidoarjo On The Street ......................................................... 51
2. Bentuk Pesan yang Digunakan Anggota Komunitas Fotografi

Sidoarjo On The Street ......................................................... 61
BAB IV : ANALISA DATA
A. Temuan Hasil Penelitian
1. Proses Komunikasi Interpersonal ......................................... 67
2. Simbol Verbal ...................................................................... 68
3. Simbol Non Verbal .............................................................. 70
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori .............................................. 72
C. Fotografi dalam Perspektif Keislaman ........................................ 78
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 81
B. Rekomendasi .............................................................................. 82

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Komponen-KomponenKomunikasi Interpersonal ............................. 8
Bagan 1.2 KerangkaPikir ................................................................................ 10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Sidoarjo On The Street ...................................................... 54

Gambar 3.2 Grup Facebook ........................................................................... 55
Gambar 3.3 Akun Instagram .......................................................................... 56
Gambar 3.4 Hasil Foto Abdul Chalim ............................................................. 58
Gambar 3.5 Hasil Foto Win Hidayat ............................................................... 59
Gambar 3.6 Hasil Foto Yusuf ......................................................................... 59
Gambar 3.7 Stiker Sidoarjo On The Street ..................................................... 72
Gambar 3.8 Desain Kaos Sidoarjo On The Street

BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap hari dan setiap saat
manusia melakukan aktifitas komunikasi antarpribadi, berbicara dengan
anggota keluarga, tetangga, dan rekan sejawat. Pada saat berbicara dengan
diri sendiri, meyakinkan diri dalam memutuskan sesuatu, manusia
melakukan komunikasi intra pribadi. Pada sebuah organisasi, manusia
memecahkan masalah atau mengembangkan ide-ide atau inovasi, saling
berinteraksi dalam komunikasi kelompok atau organisasi. Jika berinteraksi
dengan pihak lain yang mempunyai latar belakang budaya berbeda, maka
manusia sudah melakukan komunikasi antarbudaya.

Isi dari interaksi antarmanusia adalah komunikasi. Dua orang
dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan
reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia baik perseorangan,
kelompok, atau pun organisasi dalam ilmu komunikasi disebut tindakan
komunikasi.
Adapun komunikasi yang mengandung interaksi tatap muka antar
dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan secara
langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara
langsung pula adalah termasuk komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal pada hakikatnya adalah suatu proses. Kata lain dari proses,
ada yang menyebut sebagai sebuah transaksi dan interaksi. Sedangkan
istilah interaksi mengesankan adanya suatu tindakan yang berbalasan.
1

2

Dengan kata lain suatu proses hubungan yang saling pengaruh
mempengaruhi.1
Disini komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu.
Oleh karena itu, komunitas atau kelompok organisasi dalam proses

komunikasinya juga berbagi bentuk – bentuk komunikasi yang berkaitan
dengan seni, budaya, agama dan bahasa. Seperti halnya anggota-anggota
yang ada dalam komunitas Sidoarjo On The Street. Sidoarjo On The Street
adalah kelompok kecil komunitas fotografi yang beralamatkan di
Kabupaten Sidoarjo. Komunitas tersebut melihat Sidoarjo dengan
pendekatan fotografi. Seperti yang terlihat dalam nama komunitasnya
Sidoarjo On the Street mengambil fokus pada Street Photography. Street
Photography adalah foto unik dan tak biasa yang diambil di ruang publik
secara alamiah / natural / tanpa diatur subyeknya (settingan).
Adapun anggota-anggota yang tergabung dalam komunitas tersebut
mempunyai latar belakang dan usia yang berbeda-beda. Mulai dari
pemuda yang masih bersekolah tingkat atas, perguruan tinggi bahkan
sampai yang sudah bekerja dan mempunyai anak dan istri.
Seperti halnya komunitas-komunitas fotografi yang lain, komunitas
ini juga mempunyai jadwal untuk berkumpul baik itu hanya sekedar
kopdar (kopi darat) sesama anggota, hunting bersama-sama bahkan sampai
membuka pergelaran pameran foto. Komunitas fotografi ini sudah tentu
juga menggunakan media kamera DSLR untuk mengambil foto-foto yang
akan dimasukkan dalam koleksi komunitas mereka. Adapun merk dan tipe
1


Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 5.

3

kamera DSLR sendiri juga berbeda-beda seperti halnya yang dimiliki oleh
anggota-anggota Sidoarjo On the Street. Perihal merk dan tipe kamera
yang berbeda maka berbedalah pula letak pengaturannya.
Selain itu wawasan tentang teknik cara mengambil gambar sesama
anggota juga berbeda. Baik dari itu dari fotografer pemula sampai
fotografer profesional. Karena itulah peneliti mengambil subyek anggotaanggota komunitas Sidoarjo On the Street tentang bagaimana komunikasi
interpersonal yang terjalin di antara berbeda-bedanya media dan wawasan
mereka.
B. Fokus Penelitian
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan sistematis,
maka fokus penelitian dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komunikasi interpersonal anggota komunitas Sidoarjo On
the Street ?
2. Bagaimana simbol komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan
di dalam komunikasi interpersonal anggota komunitas Sidoarjo On the

Street?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas maka tujuan penelitian
dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami komunikasi interpersonal anggota
Komunitas Sidoarjo On the Street.

4

2. Untuk mengetahui dan memahami symbol komunikasi verbal dan
komunikasi non verbal dalam komunikasi interpersonal anggota
Komunitas Sidoarjo On the Street.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan dan
manfaat dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
terhadap penelitian dalam perkembangan komunikasi interpersonal
dan ilmu komunikasi pada umumnya.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang positif
di bidang komunikasi, khususnya dalam bidang kajian tentang
komunikasi interpersonal .
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapakan mampu memberikan pengalaman,
pengetahuan

dan

pemahaman

lebih

mendalam

mengenai

komunikasi interpersonal anggota Komunitas Sidoarjo On the
Street.
b) Bagi Universitas
Bagi universitas khususnya program studi ilmu komunikasi,
penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam kontribusi disiplin
ilmu yang bersangkutan.

5

c) Bagi Komunitas
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan solidaritas dalam
komunikasi interpersonal sesama anggota Komunitas Sidoarjo On
the Street.
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian ini,
peneliti mencari referensi hasil penelitian terdahulu yang memiliki
kesamaan dari bidang ilmunya. Peneliti mengambil kajian dari skripsi
Habib Ahmad Sidiq di UINSA Surabaya dengan judul Komunikasi
Interpersonal Anggota SFCK (Slank Fans Club Krian) di Kecamatan
Krian Kabupaten Surabaya pada tahun 2014. Adapaun tujuan peneliti
tersebut

untuk

mengetahui

dan

memahami

secara

mendalam

proseskomunikasi interpersonal dalam anggota Anggota SFCK (Slank
Fans Club Krian) di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo..
Begitu pula kajian dari skripsi Arton Bimantara di UIN Sunan
Ampel Surabaya dengan judul Komunikasi Interpersonal Kekompakan
TimBasket Sunan Ampel Surabaya

pada tahun 2014. Tujuan dalam

penelitian iniadalah untuk mengetahui dan memahami proses komunikasi
interpersonal dalam anggota tim basket SABS dan memahami symbol
komunikasi verbal dan non verbal dalam komunikasi interpersonal
anggota tim basket SABS. Dari dua skripsi terdahulu tersebut yang
menyamakan pada penelitian yang diteliti saat ini adalah obyeknya yakni
mengenai Komunikasi Interpersonal, adapun yang membedakan adalah
mengenai subyek, fokus dan lokasi penelitian.

6

F. Definisi Konsep
Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak
yang dibentuk dengan menggeneralisasikan obyek atau hubungan faktafakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin (2001:73) mengartikan
konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat
dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Sedangkan
Kerlinger (1986:28) menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk
dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi, konsep merupakan
sejumlah ciri atau standar umum suatu obyek. 2
Berbagai pengertian konsep dikemukakan oleh beberapa pakar.
Konsep didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah obyek
yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu
abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar
manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep
yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang
abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau
gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata
adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka
menghilangkan

perbedaan

dari

segala

sesuatu

dalam

ekstensi,

memperlakukan seolah-olah mereka adalah identik. Konsep adalah
universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap
ekstensinya.
1. Komunikasi

2

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana , 2009), hlm. 17.

7

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication
berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama
makna. 3 Adapun dalam definisi lain menyebutkan bahwa arti
komunikasi adalah: seni penyampaian informasi (pesan, message, ide,
sikap atau gagasan) dari komunikator untuk merubah serta membentuk
perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke
pola dan pemahaman yang dikehendaki komunikator. Jadi proses
penyampaian

informasi

itu

berdaya

guna

(berefek)

terhadap

komunikan maupun komunikator.4
2. Komunikasi Interpersonal
Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan komunikasi
interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung
secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah :
(a) spontan dan informal; (b) saling menerima feedback secara
maksimal; (c) partisipan berperan fleksibel. Adapun Agus M. Hardjana
(2003:85) mengatakan, komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap
muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat
menyampaikan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima
dan menanggapi secara langsung pula.5
Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan
hubungan interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana
3

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 9.
4
Siahaan, Komunikasi Pemahaman dan Penerapannya, (Jakarta: Gunung Mulia, 1991), hlm. 4-5.
5
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm 3

8

lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambanglambang bahasa. Penggunaan lambang-lambang bahasa verbal,
terutama yang bersifat lisan, di dalam kenyataan kerapkali disertai
dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (body
language), seperti senyuman, tertawa, dan menggeleng-geleng atau
menganggukkan kepala. 6
3. Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal
Dalam proses komunikasi interpersonal terdapat komponenkomponen komunikasi yang secara integratif saling berperan sesuai
dengan karakteristik komponen itu sendiri. 7
Saluran

Sumber
R
e
s
p
o
n

K
o
n
t
e
k
s

Encoding

Pesan

Decoding

Penerima

Noise

Penerima

Decoding

Pesan

Encoding

Sumber

K
o
n
t
e
k
s

Saluran

Bagan 1.1
Komponen-komponen komunikasi interpersonal dalam sebuah model

6
7

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm. 2.
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 7.

R
e
s
p
o
n

9

Bagan 1.1 melukiskan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang
saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut
adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk
menciptakan dan memformulasikan pesan, yang disampaikan kepada
penerima baik secara langsung maupun menggunakan saluran.
Penerima

melakukan decoding untuk

memahami pesan,

dan

selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik.8
4. Komunitas
Komunitas adalah sebuah kelompok social dari beberapa
organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan
dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu
di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,
preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain
yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang
berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang
berarti “sama, public, dibagi oleh semua atau banyak.
5. Fotografi
Kata “Photography” (fotografi) berasal dari bahasa Yunani
yang terdiri dari 2 kata: “Photo” yang berarti sinar dan “Graphos”
yang

berarti menggambar.

Jadi Photography

dapat

diartikan

“menggambar dengan cahaya”. Jika kita ibaratkan fotografi dengan
melukis, dalam fotografi kita menggunakan kamera dan lensa sebagai
8

Ibid, hlm. 10.

10

alat

lukisnya

(brush/kuas),

film

dan

sensor

digital

sebagai

kanvas/kertas dan sebagai catnya. 9
G. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir dalam penelitian ini untuk memudahkan dalam meneliti
adalah sebagai berikut:
Proses komunikasi
interpersonal

Komunikasi Non Verbal

Komunikasi Verbal

Teori Komunikasi
Interaksi Simbolik

Anggota Sidoarjo
On the Street

Bagan 1.2
Kerangka Pikir
Apabila komunikasi berlangsung dalam tatanan interpersonal tatap
muka dialogis

timbal

balik (face-to-face-dialogical-reciprocal)

ini

dinamakan interaksi simbolik (symbolic interaction). Teori interaksi
simbolik adalah hubungan antara simbol dan interaksi. Menurut Mead,
orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah
situasi tertentu.

9

Burhanuddin, Fotografi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 1.

11

Sedangkan simbol adalah representasi dari sebuah fenomena,
dimana simbol sebelumnya sudah disepakati bersama dalam sebuah
kelompok dan digunakan untuk mencapai sebuah kesamaan makna
bersama.
Bahasa atau komunikasi melalui simbol-simbol adalah merupakan
isyarat yang mempunyai arti khusus yang muncul terhadap individu lain
yang memiliki ide yang sama dengan isyarat-isyarat dan simbol-simbol
akan terjadi pemikiran (mind). Manusia mampu membayangkan dirinya
secara sadar tindakannya dari kacamata orang lain; hal ini menyebabkan
manusia dapat membentuk perilakunya secara sengaja dengan maksud
menghadirkan respon tertentu dari pihak lain.
Tertib masyarakat didasarkan pada komunikasi dan ini terjadi
dengan menggunakan simbol-simbol. Proses komunikasi itu mempunyai
implikasi pada suatu proses pengambilan peran (role taking). Komunikasi
dengan dirinya sendiri merupakan suatu bentuk pemikiran (mind), yang
pada hakikatnya merupakan kemampuan khas manusia.
Konsep diri menurut George Herbert Mead, pada dasarnya terdiri
dari jawaban individu atas pertanyaan "Siapa Aku". Konsep diri terdiri
dari kesadaran individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam
seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung. Kesadaran diri
merupakan hasil dari suatu proses reflektif yang tidak kelihatan, dan
individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang bersifat potensial
dari titik pandang orang lain dengan siapa individu ini berhubungan.
Pendapat Goerge Herbert Mead tentang pikiran, menyatakan bahwa

12

pikiran mempunyai corak sosial, percakapan dalam batin adalah
percakapan antara "aku" dengan "yang lain" di dalam aku.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan kualitatif. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi
atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika
data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena
yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang
lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan
banyaknya (kuantitas) data.10 Dalam pendekatan secara fenomenologi
ini peneliti memaparkan secara jelas bagaimana proses komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal dalam komunikasi interpersonal
anggota Sidoarjo On the Street.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah dengan jenis
deskriptif. Jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi atau obyek tertentu.11 Jenis penelitian ini mendeskripsikan
atau mewawancara yang mendalam terhadap subyek penelitian serta
memberi makna secara kritis.

10
11

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana , 2009), hlm. 56-57.
Ibid, hlm. 67.

13

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anggota Komunitas Sidoarjo On
the Street. Namun dalam penelitian ini tidak melibatkan keseluruhan
anggota Komunitas Sidoarjo

On the Street

sebagai subyek

penelitiannya. Sedangkan obyek yang diteliti adalah mengenai
komunikasi interpersonal. Adapun lokasi penelitian ini adalah di
Kabupaten Sidoarjo.
3. Jenis dan Sumber Data
Untuk keakuratan data, penelitian ini digali dari beberapa jenis
dan sumber data, antara lain:
a. Data Primer
Data primer yang merupakan data pokok dari penelitian ini
adalah data interview yang diperoleh secara langsung dari beberapa
orang. Adapun pada penelitian ini adalah data dari beberapa
anggota Komunitas Sidoarjo On the Street tentang komunikasi
interpersonal mereka.
b. Data Sekunder
Berupa data tambahan yang dapat berfungsi mengumpulkan
sebanyak-banyaknya

data

dan

informasi

yang

menunjang

kevalidan data. Data tersebut bisa didapatkan dari buku, internet
maupun lainnya.
4. Tahapan Penelitian

14

Tahap-tahap

penelitian

yang

digunakan peneliti dalam

melakukan penelitian ini ada dua, yaitu tahap pra lapangan dan
pekerjaan lapangan, antara lain sebagai berikut :
a. Tahap Pra lapangan
Pada tahap ini disusun rancangan penelitian sebelum
memulai dalam mengerjakan saat di lapangan. Dengan tahap ini
pula disusunlah matrik yang telah disetorkan untuk mendapat
pengesahan dari Dosen pembimbing yang kemudian disusunlah
proposal ini untuk mempermudah dalam penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti menggunakan cara observasi dan
wawancara serta dokumentasi sebagai alat pengumpulan data
begitu pula peneliti berperan serta dalam membaur dengan para
anggota Komunitas Sidoarjo On the Street untuk kemudian
dilakukan pengamatan melalui wawancara kepada beberapa
informan dan dikumpulkan dalam sebuah data.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam

meneliti

suatu

data

dibutuhkan

teknik

untuk

mengumpulkan data agar diperoleh data yang valid dan akurat agar
dapat

dipertanggung

jawabkan

keasliannya.

Yakni

dengan

menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Berikut
penjelasannya :
a. Wawancara

15

Interview (wawancara) merupakan alat pengumpulan data
yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang
melibatkan manusia sebagai subyek (pelaku,aktor) sehubungan
dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti. Dalam
penelitian komunikasi kualitatif dikenal setidaknya ada tiga jenis
wawancara yakni wawancara percakapan informal, wawancara
dengan menggunakan pedoman wawancara dan wawancara dengan
menggunakan open-ended standard.12 Dalam subyek penelitian ini
yakni yang perlu diwawancarai adalah anggota Komunitas Sidoarjo On
the Street.

b. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang
digunakan pada riset kualitatif. Yang observasi adalah interaksi
(perilaku) dan percakapan yang terjadi di antara subyek yang
diriset. Sehingga keunggulan metode ini adalah data yang
dikumpulkan dalam dua bentuk: interaksi dan percakapan. 13
Adapun observasi dalam penelitian ini adalah interaksi antara
peneliti dengan subyek ataupun informan untuk dapat memperoleh
hasil yang akurat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang
sering digunakan dalam metode pengumpulan data. Metode
observasi, kuesioner atau wawancara sering dilengkapi dengan

12
13

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm. 132.
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana , 2009), hlm. 108-109.

16

kegiatan

penelusuran

dokumentasi. 14

Dokumentasi

dalam

penelitian ini adalah catatan-catatan mengenai observasi dan
wawancara yang telah dilakukan di awal.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian merupakan bagian integral dari proses
pengujian data setelah data tersebut berhasil dipilih dan dikumpulkan.
Analisis data dalam penelitian juga merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting dan memerlukan

ketelitian serta kekritisan dari

peneliti.
Prosedur analisis data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Penyusunan Data
Peneliti memasukkan data yang penting dan benar-benar
dibutuhkan serta obyektif dan autentik mengenai persepsi baik itu
secara

catatan

maupun

amatan.

Seperti

menyajikan

dan

menguraikan hasil pedoman wawancara secara runtut dan jelas.
b. Pengolahan Data
Peneliti menggolongkan aneka jawaban ke dalam kategorikategori yang jumlahnya lebih terbatas. Yakni data dalam
penelitian ini diklasifikasikan menurut data-data yang telah akurat
dan valid. Peneliti juga mengklasifikasikan jawaban-jawaban
responden dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu.
Yakni tahap menandai agar lebih mudah dalam menganalisisnya.

14

Ibid, hlm. 118.

17

I. Sistematika Pembahasan
Untuk

mempermudah

dalam

pembahasan

adalah

dengan

sistematika seperti berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah dan
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penelitian
terdahulu, definisi konsep penelitian, kerangka pikir penelitian, metode
penelitian, sistematika pembahasan dan jadwal penelitian.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini menguraikan tentang kajian pustaka dan kajian teori yang
berkaitan dengan penelitian.
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang profil data dan deskripsi hasil yang
berkaitan dengan penelitian.
BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang analisis data dan konfirmasi dengan
teori yang berkaitan dengan peneliti
BAB V PENUTUP
Pada bab ini menguraikan tentang simpulan dan rekomendasi dengan teori
yang berkaitan dengan penelitian.

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut Suranto Aw1 (2011) komunikasi interpersonal atau
komunikasi

antarpribadi

adalah

proses

penyampaian

dan

penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima
(receiver)

baik

secara

langsung

maupun

tidak

langsung.

Komunikasi dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila
pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi
informasi tanpa melalui media.Sedangkan komunikasi tidak
langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media
tertentu.
R. Wayne Pace (1979) sebagaimana dikutip Hafied
Cangara2

(1998)

bahwa

“interpersonal

communication

is

communication involving two or more people in a face to face
setting” yang bermakna komunikasi interpersonal adalah proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara
tatap muka.

1
2

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 5.
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 32.

18

19

Adapun menurut

Alo

Liliweri3 (1994)

Komunikasi

antarpribadi sebenarnya merupakan satu prosesional di mana
orang-orang yang terlibat di dalamya saling mempengaruhi.
Sebagaimana diungkapkan oleh Devito (1976) bahwa, komunikasi
antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan
diterima oleh orang yang lain, atau kelompok orang dengan efek
dan umpan balik yang langsung.
Pendapat lain dari Schramm (1974) di antara manusia yang
saling bergaul, ada yang saling berbagi informasi, namun ada pula
yang membagi gagasan dan sikap. Demikian pula menurut Merrill
dan Lownstein (1971) bahwa dalam pergaulan antar manusia selalu
terjadi proses penyesuain pikiran, penciptaan simbol yang
mengandung pengertian bersama.4
b. Asas-Asas Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal melibatkan sekurang-kurangnya
dua orang.Satu orang berperan sebagai pengirim informasi, dan
seorang lainnya sebagai penerima.Secara teoritis, kelancaran
komunikasi ditentukan oleh peran kedua orang tersebut dalam
memformulasikan dan memahami pesan. Berikut ini dikemukakan
lima asas komunikasi interpersonal. Kiranya asas-asas komunikasi

3

Alo Liliweri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi (Bandung : PT. Aditya Bakti, 1994), hal.
12
4
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi (Bandung :PT. Citra Aditya Bakti, 1997), hal. 11

20

tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan ketika seseorang akan
merancang suatu proses komunikasi interpersonal.
1) Komunikasi berlangsung antara pikiran seseorang dengan
pikiran orang lain. Komunikasi interpersonal melibatkan
sekurangnya dua orang, dan masing-masing memiliki keunikan
jalan pikiran. Dalam hal memformulasikan maupun menerima
pesan, sangat dipengaruhi oleh jalan pikiran orang yang
bersangkutan. Agar komunikasi dapat berjalan efektif, maka
dipersyaratkan di antara orang-orang yang terlibat komunikasi
tersebut memiliki pengalaman bersama dalam memahami
pesan. Tatkala pesan itu dimaknai berbeda, maka akan terjadi
miss communication. Perbedaan pemaknaan dapat disebabkan
oleh banyak faktor, antara lain latar belakang pengetahuan
bahasa.
2) Orang

hanya

bisa

mengerti

sesuatu

hal

dengan

menghubungkannya pada suatu hal lain yang telah dimengerti.
Artinya ketika memahami suatu informasi, seseorang akan
menghubungkannya dengan pengalaman pengetahuan yang
sudah

dimengerti.

Misalnya

ketika

mendengar

bunyi

kentongan, asosiasi dapat berbeda-beda.
3) Setiap

orang

berkomunikasi

tentu

mempunyai

tujuan.

Komunikasi interpersonal bukanlah keadaan yang pasif,
melainkan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang
berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi itu mulai

21

dari sekedar ingin menyapa atau sekedar basa-basi untuk
menunjukkan

adanya

perhatian

kepada

orang

lain,

menyampaikan informasi, sekedar untuk menjaga hubungan,
sampai kepada keinginan mengubah sikap dan perilaku orang
lain. Tentu saja unuk komunikasi yang bertujuan mengubah
sikap dan perilaku memerlukan perencanaan yang lebih matang
ketimbang komunikasi yang sekedar ingin menyampaikan
informasi.
4) Orang yang telah melakukan komunikasi mempunyai suatu
kewajiban untuk meyakinkan dirinya bahwa ia memahami
makna pesan yang akan disampaikan itu. Dalam hal ini proses
encoding memiliki arti sangat penting. Hal ini disebabkan isi
pikiran atau ide dari seorang komunikator perlu diformulasikan
secara secara tepat menjadi pesan yang benar-benar bermakna
sesuai dengan isi pikiran tersebut. Dengan demikian sebelum
pesan tersebut diinformasikan kepada orang lain, seorang
komunikator harus terlebih dulu meyakini bahwa makna pesan
yang akan disampaikan sudah sesuai dengan yang diinginkan.
Kewajiban untuk meyakini pemahaman makna pesan, terkait
dengan upaya agar komunikasi berjalan efektif. Agar tidak
terjadi kekeliruan pemaknaan pesan diri sumber dan penerima
pesan.
5) Orang yang tidak memahami makna informasi yang diterima,
memiliki kewajiban untuk meminta penjelasan agar tidak terjadi

22

bias komunikasi. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya
mis-komunikasi, diperlukan kesediaan masing-masing pihak
yang berkomunikasi untuk meminta klarifikasi sekiranya tidak
memahami arti pesan yang diterimanya. Dalam hal ini, decoding
memiliki peran strategis. Sekiranya penerima pesan tidak
memahami substansi pesan yang diterimanya, maka merupakan
suatu tindakan yang terpuji, apabila sebelum memberikan
respon, terlebih dahulu berusaha mencari penjelasan atas pesan
tersebut.5
c. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal, merupakan jenis komunikasi
yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan seharihari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan komunikasi jenis
lainnya,

maka

dapat

dikemukakan

ciri-ciri

komunikasi

interpersonal, antara lain: arus pesan dua arah, suasana informal,
umpan balik segera, peserta komunikasi berada dalam jarak dekat,
dan peserta komunikan mengirim dan menerima pesan secara
simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal.
1) Arus pesan dua arah. Komunikasi interpersonal menempatkan
sumber pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga
memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua
arah. Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran
secara cepat. Seorang sumber pesan dapat berubah peran

5

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 13-14.

23

sebagai penerima pesan, begitu pula sebaliknya. Arus pesan
secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan.
2) Suasana

nonformal.

Komunikasi

interpersonal

biasanya

berlangsung dalam suasana nonformal. Dengan demikian,
apabila komunikasi itu berlangsung antara pejabat di sebuah
instansi, maka para pelaku komunikasi itu tidak secara kaku
berpegang pada herarki jabatan dan prosedur birokrasi, namun
lebih memilih pendekatan secara individu yang bersifat
pertemanan. Relevan dengan suasana nonformal tersebut, pesan
yang dikomunikasikan biasanya bersifat lisan, bukan tertulis.
Di samping itu, forum komunikasi yang dipilih biasanya juga
cenderung bersifat nonformal, seperti percakapan intim dan
lobi, bukan forum formal seperti rapat.
3) Umpan balik segera. Oleh karena komunikasi interpersonal
biasanya mempertemukan para pelaku komunikasi secara
bertatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan
segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan
atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara
verbal maupun nonverbal.
4) Peserta

komunikasi

berada

dalam

jarak

yang

dekat.

Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi
antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi berada
dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik mapun psikologis.
Jarak yang dekat dalam arti fisik, artinya para pelaku saling

24

bertatap muka, berada pada pada satu lokasi tempat tertentu.
Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis menunjukkan
keintiman hubungna antarindividu.
5) Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara
simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.
Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal,
peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatkan
kekuatan pesan verbal maupun nonverbal secara simultan.
Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan
mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal
secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai
tujuan komunikasi. 6
d. Model Komunikasi Interpersonal
Model adalah representasi dari sesuatu dan bagaimana ia dapat
bekerja. Model awal dari komunikasi interpersonal cukup sederhana.
Model terbaru yang menawarkan wawasan baru dalam memahami
proses komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut :
1) Model Linear
Model

pertama

dalam

komunikasi

interpersonal

digambarkan sebagai bentuk yang linear atau searah, proses di
mana seseorang bertindak terhadap orang lain. Ini adalah model
lisan yang terdiri atas lima pertanyaan.

6

Ibid, hlm. 14-15.

25

Kelima pertanyaan tersebut berguna untuk mendeskripsikan
urutan tindakan yang menyusun aktifitas berkomunikasi, yaitu:
a) Siapa ?
b) Apa yang dikatakan ?
c) Sedang berbicara di mana ?
d) Berbicara pada siapa ?
e) Apa dampak dari berbicara tersebut ?
Beberapa dekade yang lalu, Claude Shannon dan Warren
Weaver (1949) menawarkan model revisi yang menambahkan cirri
mengenai noise (gangguan).Gangguan adalah segala sesuatu yang
mengakibatkan informasi hilang ketika mengalir dari komunikator
(sumber informasi) kepada komunikan (penerima informasi).
Model linear awal ini memiliki kekurangan yang nyata.Hal
tersebut digambarkan sebagai komunikasi satu arah-dari pengirim
ke penerima pasif. Implikasinya adalah pendengar tidak pernah
mengirim pesan dan hanya menyerap secara pasif apa yang
dikatakan oleh pembicara. Sebagai respons dari komunikator,
pendengar biasanya akan mengangguk,

mengerutkan dahi,

tersenyum, terlihat bosan atau tertarik, dan sebagainya. Terdapat
kekeliruan dalam Model Linear, yaitu menampilkan proses proses
mendengar

sebagai

tahap

setelah

proses

berbicara.

Pada

kenyataannya, berbicara dan mendengar adalah dua proses yang
terjadi secara bersamaan dan tumpang tindih.
2) Model Interaktif

26

Model interaktif menggambarkan komunikasi sebagai
proses di mana pendengar memberikan umpan balik sebagai
respons terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan. Model
interaktif menyadari bahwa komunikator menciptakan dan
menerjemahkan pesan dalam konteks pengalaman pribadinya.
Semakin banyak pengalaman seorang komunikator dalam berbagai
kebudayaan, akan semakin baik pemahamannya terhadap orang
lain.

Ketika

pengalaman

berkomunikasi

masih

minim,

kesalahpahaman sangat mungkin terjadi. Komentar dari Lori Ann
berikut ini bisa memberi contoh tentang kesalahpahaman yang
terjadi dalam komunikasi:
Meski model interaktif adalah pengembangan dari metode
linear. Sistemnya masih memamndang komunikasi sebagai urutan
di mana ada orang yang berperan sebagai pengirim pesan dan ada
pihak lain sebagai penerima pesan. Pada kenyataannya, orang yang
terlibat dalam proses komunikasi bisa bertindak sebagai pengirim
sekaligus penerima pesan. Model interaktif tidak mampu
menangkap

cara dan peregerakan alami dari komunikasi

interpersonal yang berubah dari waktu ke waktu. Contohnya, dua
orang dapat berkomunikasi secara terbuka setelah sebelumnya
saling bertukar e-mail lewat internet. Atau dua orang rekan kerja
yang mampu berkomunikasi efektif setelah sama-sama tergabung
dalam tim kerja di perusahaan.
3) Model Transaksional

27

Model transaksional menekankan pada pola komunikasi
yang dinamis dan berbagai peran yang dijalankan seseorang selama
proses interaksi. Salah satu ciri dari model ini adalah penjelasan
mengenai waktu yang menunjukkan fakta bahwa pesan, ganguan,
dan pengalaman senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Model transaksional menganggap bahwa gangguan muncul
di seluruh proses komunikasi interpersonal. Pengalaman dari setiap
komunikator dan pengalaman yang dibagikan dalam proses
komunikasi berubah setiap waktu. Ketika bertemu dengan orang
baru dan menemukan pengalaman yang memperkaya pespektif,
kita mengubah cara berinteraksi dengan orang lain. Interaksi yang
dilakukan intens dalam waktu cukup lama akan membuat
hubungan personal menjadi semakin santai dan akrab. Misalnya,
orang-orang yang berteman di dunia maya terkadang memutuskan
untuk melakukan kopi darat (bertemu) dengan berinteraksi
langsung di dunia nyata.Pertemuan tersebut dapat berkembang
menjadi persahabatan atau bahkan hubungan percintaan.
Dalam model transaksional juga terdapat penjelasan bahwa
komunikasi terjadi di dalam sistem yang memengaruhi apa dan
bagaimana seseorang dapat berkomunikasi serta apa makna yang
tercipta dari proses tersebut. Sistem ini termasuk dalam lingkungan
bersama (shared system) antara komunikator (keluarga, kota,
tempat kerja, agama, komunitas sosial, atau kebudayaan) dan

28

lingkungan personal (keluarga, komunitas agama, dan sahabat
karib). 7
e. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi (interpersonal)
adalah

komunikasi

antara

komunikator

dengan

komunikan.Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi antarpribadi
bersifat dialogis.Artinya, arus balik terjadi langsung.Komunikator
dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga.Komunikator
mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif,I negatif,
berhasil atau tidak.Jika tidak berhasil maka komunikator dapat
memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluasluasnya.
Menurut Kumar (2000) dalam Wiryanto8 efektivitas
komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri, sebagai berikut:
1) Keterbukaan (openness). Kemauan menanggapi dengan senang
hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan
antarpribadi;
2) Empati (emphaty). Merasakan apa yang dirasakan orang lain;
3) Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk
mendukung komunikasi berlangsung efektif;

7

Julia T, Komunikasi Interpersonal Interaksi Keseharian, (Jakarta: Salemba Humanika, 2013), hlm.
19-21.
8
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi, 2ebaga004), hlm.
36-37.

29

4) Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan
positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif
berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif
untuk interaksi yang efektif;
5) Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa
kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Sumber-sumber informasi di pedesaan dari negara-negara
berkembang,
komunikasi

seperti

Indonesia,

antarpribadi.

Caranya

cenderung

melalui

menggunakan

jasa

jalur
juru

penerangan, penyuluh, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Peranan keempat sumber informasi tersebut cukup penting sebagai
agen perubahan dalam menyebarkan ide-ide baru. Kredibilitas
keempat sumber sangat terpercaya untuk mengajak orang lain
dalam menerima ide-ide baru.
Ketika seseorang tidak mempunyai banyak informasi
mengenai isu tertentu, maka pesan dari sumber yang mempunyai
kredibilitas tinggi dapat mudah diterima tanpa banyak berpikir.
Umpan balik yang diperoleh dalam komunikasi antarpribadi adalah
berupa umpan balik positif, negatif dan netral.
Komunikasi antarpribadi mempunyai peranan cukup besar
untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan
proses penggunaan informasi secara bersama (sharing process).
Peserta komunikasi memperoleh kerangka pengalaman (frame of

30

experience) yang sama menuju saling pengertian yang lebih besar
mengenai makna informasi tersebut. Kerangka pengalaman yang
sama diartikan sebagai akumulasi dari pengetahuan, nilai-nilai,
kepercayaan, dan sifat-sifat lain yang terdapat dalam diri
seseorang. Komunikasi berlangsung efektif apabila kerangka
pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih (overlapping),
yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi, dan
mengingat

sejumlah

besar

informasi

yang

diterima

dan

lingkungannya.Derajat hubungan antarpribadi turut mempengaruhi
keluasan (breadth) dari informasi yang dikomunikasikan dan
kedalaman (depth) hubungan psikologis seseorang.
2. Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal
a. Pengertian Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan
wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal
disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan. Suatu sistem kode
verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai
seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas. 9

9

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 260.

31

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan
pikiran, perasaan dan maksud kita.Bahasa verbal menggunakan
kata-kata

yang

mempresentasikan

berbagai

aspek

realitas

individual kita. Konsekuensinya.Kata-kata adalah abstraksi realitas
kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan
totalitas obyek atau konsep yang diwakili kata-kata itu.10
b. Fungsi Bahasa
Menurut Larry L. Barker dalam Deddy Mulyana

11

bahasa

memiliki tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi,
dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada
usaha mengidentifikasi obyek, tindakan, atau orang dengan
menyebut

namanya

sehingga

dapat

dirujuk

dalam

komunikasi.Fungsi interaksi, menurut Barker, menekankan berbagi
gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan
pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa,
informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Fungsi bahasa
inilah yang disebut fungsi transmisi. Barker berpandangan,
keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang
lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan
masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi
kita.

10
11

Ibid, hlm. 261.
Ibid, hlm. 266-277.

32

3. Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal
a. Pengertian Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi
dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau nonlinguistic.
Komunikasi nonverbal adalah penting, sebab apa yang sering ita
lakukan mempunyai makna jauh lebih penting daripada apa yang
kita katakan. Ucapan atau ungkapan klise seperti “sebuah gambar
sama nilainya dengan seribu kata” menunjukkan bahwa alat-alat
indra yang kita gunakan untuk menangkap isyarat-isyarat
nonverbal sebetulnya berbeda dari hanya kata-kata yang kita
gunakan.
Salah satu dari beberapa alasan yang dikemukakan oleh
Richard L. Weaver II (1993) bahwa kata-kata pada umunya
memicu salah satu sekumpulan alat indra seperti pendengaran,
sedangkan komunikasi nonverbal dapat memicu sejumlah alat
indera

seperti

penglihatan,

penciuman,

perasaan

untuk

menyebutkan beberapa. Dengan sejumlah alat indra yang
terangsang tampaknya orang akan merespons isyarat-isyarat
nonverbal secara emosional, sedangkan reaksi mereka kepada
hanya kata-kata lebih bersifat rasional. Hal yang sama dapat dibuat
orientasi bagi otak kanan dan otak kiri. Nonverbal cenderung lebih
kepada otak kanan yang bersifat afektif dan emosional.Kata-kata

33

cenderung lebih kepada otak kiri yang bersifat kognitif dan
rasional. 12
b. Fungsi Komunikasi Nonverbal
Menurut Verderber et al. (2007) komunikasi nonverbal
memiliki lima fungsi sebagai berikut:
1. Melengkapi informasi. Kebanyakan informasi atau isi sebuah
pesan disampaikan secara nonverbal. Isyarat-isyarat nonverbal
kita dapat

mengulang,

mensubstitusi,

menguatkan atau

mempertentangkan pesan verbal kita. Kita dapat menggunakan
isyarat-isyarat non verbal untuk mengulangi apa yang telah kita
katakan secara verbal. Apabila anda mengatakan “tidak” dan
menggelengkan kepala Anda pada saat yang sama, Anda telah
menggunakan isyarat nonverbal untuk mengulang apa yang
telah Anda katakan secara verbal.
2. Mengatur interaksi. Kita mengelola sebuah interaksi melalui
cara-cara yang tidak kentara dan kadang-kadang melalui isyarat
nonverbal yang jelas. Kita gunakan perubahan atau pergeseran
dalam kontak mata, gerakan kepala yang perlahan, bergeser
dalam sikap badan, mengangkat alis, menganggukkan kepala
memberitahukan

pihak

lain

kapan

boleh

melanjutkan,

mengulang, menguraikan, bergegas, atau berhenti.
3. Mengekspresikan atau menyembunyikan emosi dan perasaan.
Secara alternative kita dapat gunakan perilaku nonverbal untuk
12

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antar Pribadi, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2012), hlm. 110.

34

menutupi