KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN : STUDI DI PERUMAHAN MUTIARA CITRA APSARI, PRAMBON, SIDOARJO.

KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN
(Studi di perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh:
FEBRIAN NUR RAMADHANI
NIM. B76212111

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2017

ABSTRAK
Febrian Nur Ramadhani, B76212111, 2017. Komunikasi Sosial Anggota Arisan
(Studi di Perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo). Skripsi Program

Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Kata Kunci: Komunikasi Sosial, Anggota, danArisan.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari kesibukan
sebagai makhluk sosial. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri, melainkan perlu
adanya bantuan orang lain. Berbagai macam kegiatan dan interaksi yang
dilakukan memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Interaksi ini menunjukkan
bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri sebagai makhluk sosial dalam memenuhi
kebutuhannya, tidak terkecuali pada kegiatan arisan khususnya di lingkungan
perumahan. Anggota Arisan di PerumahanMutiara Citra Apsari, Prambon,
Sidoarjo juga melakukan proses komunikasi dalam rangka memenuhi kebutuhan
interaksi sosialnya tersebut. Penelitian ini dilakukan karena ingin mengetahui
lebih jelas bagaimana proses komunikasi sosial yang terjadi di kalangan anggota
arisan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian
tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan
gambar, kata-kata disusun dalam kalimat. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial yang akan diteliti dengan data-data dari
informan. Subyek penelitian ini adalah anggota arisan.Teori yang digunakan
adalah teori penetrasi sosial yang membahas tentang proses kedekata nhubungan

seseorang dengan individu yang lainnya. Teori penetrasi sosial menyatakan ada
empat tahap yakni, tahap orientasi, tahap pertukaran efek eksploratif, tahap
pertukaran efek, dan tahap pertukaran stabil dalam suatu hubungan.
Hasil penelitian menunjukkan kegiatan komunikasi sosial pada anggota arisan di
kegiatan arisan memiliki beberapa unsur di dalamnya. Seperti penggunaan media
dalam berkomunikasi, pesan yang disampaikan dan feedback yang diperoleh.
Komunikasi sosial pada anggota arisan di kegiatan arisan berhasil melewati
tahapan-tahapan yang ada di dalam teori penetrasi sosial.

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM
PERNYATAAN KEASLIAN

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING


iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

v

KATA PENGANTAR

vi

ABSTRAK

viii

DAFTAR ISI


ix

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

E.
F.

G.
H.

I.

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Penelitian Terdahulu
Definisi Konsep Penelitian
1. Komunikasi Sosial
2. Anggota Arisan
Kerangka Pikir Penelitan
Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian
3. Jenis dan Sumber Data
4. Tahap-tahap Penelitian
5. Teknik Analisis Data
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Sistematika Penelitian

1
2
2

2
3
3
3
4
4
6
7
9
9
10
11
14
18
20
21

BAB II KOMUNIKASI SOSIAL DAN INTERAKSI MASYARAKAT
A. Komunikasi Sosial
B. Interaksi Anggota Arisan Sebagai Eksistensi Anggota

C. Peran Komunikasi Non Verbal dalam Proses Komunikasi
Sosial di Arisan
D. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
E. Kajian Teori

23
27
28
31
36

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN
A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
1. Profil Informan
2. Obyek Penelitian
3. Profil Lokasi Penelitian

B. Deskripsi Data Penelitian
1. Proses Komunikasi Anggota Arisan
2. Penggunaan Media, Pesan Verbal dan Pesan Non Verbal
Dalam Proses Komunikasi Sosial Anggota Arisan
3. Status Sosial Anggota Menentukan Interaksi
4. Interaksi Anggota Di Luar Kegiatan Arisan
5. Cara Berpakaian dan Penggunaan Kosmetik
Sebagai Identitas Status Sosial Anggota Arisan
6. Pemilihan Anggota Arisan yang Status Sosialnya
Sama Sebagai Teman Akrab

40
40
42
42
46
47
49
53
55

57
61

BAB IV ANALISIS DATA
A. Temuan Penelitian
1. Bentuk Proses Asosiatif Anggota Arisan
2. Proses Disosiatif Dalam Kegiatan Arisan
3. Komunikasi Verbal dan Non Verbal
yang Dilakukan Anggota Arisan
4. Hambatan Dalam Proses Komunikasi Sosial
yang Dilakukan Anggota Arisan
B. Kajian Teori dengan Temuan Penelitian

63
63
66
68
70
71


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi

83
85

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
LAMPIRAN

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya, manusia merupakan mahluk sosial disamping
sifat-sifat lainnya yang secara pribadi dimiliki.1 Dalam kehidupan seharihari manusia tidak bisa lepas dari kesibukan sebagai mahluk sosial.

Berbagai macam kegiatan dan interaksi ini menunjukkan bahwa manusia
tidak bisa hidup sendiri sebagai mahluk sosial dalam memenuhi
kebutuhannya. Interaksi yang baik dalam kehidupan akan sangat
membantu manusia dalam menjalankan hidupnya. Antara manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya.
Di dalam lingkungan masyarakat, yang sering dijumpai melakukan
interaksi sosial di lingkungan masyarakat setempat adalah ibu- ibu. Dalam
waktu tertentu para ibu sering melakukan interaksi sosial di depan rumah
setiap sore hari. Bahkan di beberapa acara atau kegiatan setempat, sering
dijumpai beberapa ibu-ibu melakukan interaksi sosial. Salah satu kegiatan
yang sering dilakukan ibu-ibu untuk melakukan interaksi sosial adalah
arisan.
Di beberapa tempat, arisan merupakan acara yang banyak diminati
oleh kaum ibu-ibu, Baik yang berusia muda samapai yang sudah berumur.
Mereka seringkali mengikuti kegiatan ini di berbagai tempat. Tidak hanya
di lingkungan rumah, arisan terkadang dilakukan di cafe atau restoran.
Selain menjadi tempat bersilaturahmi, arisan seringkali menjadi ajang
1

Sujarwa, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 288

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

unjuk diri bagi beberapa ibu-ibu. Terlebih lagi bagi ibu-ibu yang
mendapatkan suami mapan atau terbilang kaya. Mereka akan terlihat
sedikit mencolok daripada ibu ibu yang identitas sosialnya tidak sama. Hal
ini nampak dari cara bicara, berpakaian hingga tingkah lakunya.
Dalam kegiatan arisan, penggunaan bahasa gaul oleh anggota
arisan dalam kegiatan arisan menjadikan kegiatan arisan ini menarik
sekaligus menjadi pembeda dengan kegiatan arisan lainnya walaupun yang
mengikuti kegiatan arisan adalah para ibu.
Pokok dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti proses
komunikasi sosial antar anggota arisan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses komunikasi sosial yang dilakukan para ibu anggota
arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari Prambon Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui proses komunikasi sosial para ibu anggota arisan di
Perumahan Mutiara Citra Apsari Prambon Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan, memiliki manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
atau sumbangan dalam kajian ilmu komunikasi, khususnya yang
berkaitan dengan komunikasi sosial ibu-ibu arisan. Semoga penelitian
ini berguna pada penelitian selanjutnya.
2. Manfaaat Secara Praktis
a. Bagi pembaca, hasil penlitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu bahan bacaan dalam memperdalam wawasan tentang proses
komunikasi sosial.
b. Bagi Peneliti, selain bermanfaat untuk memperdalam wawasan
proses komunikasi sosial, penelitian ini juga bermanfaat untuk
menyelesaikan tugas akhir pendidikan jenjang strata satu di
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu acuan perbandingan untuk penelitian komunikasi sosial
lainnya.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk melengkapi referensi dan pengembangan penelitian ini,
peneliti mempelajari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain
yang terkait dengan fokus penelitian ini. Terdapat 2 (dua) penelitian yang
dijadikan rujukan, yaitu:
Pertama, Skripsi dari Rosa Puguh Febriawan dengan judul
“Komunikasi Sosial Pelajar Berprestasi”. Berbeda dalam segi subyeknya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

jika saudara Rosa Puguh fokus pada pelajar berprestasi sedangkan peneliti
fokus pada ibu-ibu arisan. Persamaan peneliti yakni sama-sama ingin
mengetahui dan meneliti proses komunikasi sosial.
Kedua, Jurnal ilmiah komunikasi yang terbit pada tahun 2012 dan
ditulis oleh Nawiroh Vera dan Doddy Wihardy dengan judul “”Jagongan”
Sebagai Bentuk Komunikasi Sosial Pada Masyarakat Solo Dan
Manfaatnya Bagi Pembangunan Daerah.”Dalam penelitiannya, bahwa
media tradisional terdapat dalam bentuk kesenian rakyat maupun dalam
bentuk komunikasi lisan yang biasa dilakukan pada kelompok-kelompok
masyarakat di daerah tertentu. Dalam penelitian yang diangkat oleh Vera
dan Doddy, berbeda dalam segi subyeknya, dalam penelitian Vera dan
Doddy menggunakan masyarakat kota Solo sebagai subyeknya sedangkan
pada penelitian kalini peneliti menggunakan ibu-ibu arisan sebagai
subyeknya.
Untuk metode penelitiannya peneliti dan saudara Rosa Puguh sama-sama
menggunakan Deskriptif Kualitatif.

F. Definisi Konsep
Untuk memberikan penjelasan dalam penelitian ini, perlu adanya
suatu konsep agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mengartikannya.
a. Komunikasi Sosial
Kata komunikasi adalah salah satu kata yang paling sering
digunakan dalam percakapan baik dalam bahasa inggris maupun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

bahasa Indonesia.2 Walaupun demikian sebenarnya masyarakat masih
belum bisa mendefinisikan secara singkat apa itu komunikasi.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris
berasal dari kata Latin communicare yang berarti “sama”, communico,
communicato, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to
make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut
sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata
Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu
pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.3
Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama
lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.4
Komunikasi sosial dapat diartikan secara umum sebagai suatu
bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang dilakukan dengan
cara verbal maupun non verbal, dengan maksud untuk menyampaikan
suatu pesan, dengan cara yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak,
dan mampu menghasilkan tanggapan yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak.5
Di dalam bukunya “Komunikasi Serba Ada Serba Makna”, Alo
Liliweri menyebutkan ada beberapa fungsi sosial yang terjadi di dalam
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2013) hlm. 8
3
Deddy mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012) hlm. 46
4
Wiriyanto, Pengantar Ilmu komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2004) hlm. 6
5
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Managemen Komunikasi (Yogyakarta:
Medpress, 2009) hlm. 6
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

komunikasi.Fungsi ini meliputi pengawasan, menjembatani, sosialisasi
nilai, dan menghibur.6
Dapat disimpilkan bahwa komunikasi sosial merupakan bentuk
komunikasi verbal maupun non verbal yang dilakukan oleh antar
individu maupun kelompok yang bertujuan untuk memberikan
pengawasan, menjembatani, sosilisasi nilai, serta memberikan hiburan
kepada setiap pelakunya. Komunikasi sosial yang dimaksud dalam
penelitian kali ini adalah proses komunikasi sosial yang dilakukan oleh
anggota arisan didalam kegiatan arisan. Komunikasi ini bertujuan
menyampaikan pesan agar dapat dimengerti dan dipahami oleh kedua
belah pihak.
b. Anggota Arisan
Anggota adalah 1 bagian tubuh (terutama tangan dan kaki): -badannya lemah;2 bagian dari sesuatu yang berangkai: kata majemuk
“bumi putra” dua -- nya; 3 orang (badan) yang menjadi bagian atau
masuk dalam suatu golongan (perserikatan, dewan, panitia, dan
sebagainya): dia adalah seorang -- partai terlarang.7
Arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang
bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka
untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan di
sebuah pertemuan secara berkala sampai
semua anggota memperolehnya.8
6
Prof. Dr. Alo Liliweri, M.s., Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana,
2011) hlm. 140-141
7
http://kbbi.web.id/anggota
8
http://kamusbahasaindonesia.org/arisan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Anggota arisan adalah orang-orang yang termasuk dalam
kegiatan arisan. Yang termasuk anggota arisan dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu.
Ibu adalah 1 wanita yang telah melahirkan seseorang; maka:
anak harus menyayangi --;2 sebutan untuk wanita yang sudah
bersuami; 3 panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah
bersuami maupun yang belum;9
Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui
hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, ibu memiliki peranan
yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu
dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung
(biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah
pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis
anak).10
Dari

definisi

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa

proses

komunikasi sosial anggota arisan adalah komunikasi verbal maupun
non verbal yang dilakukan oleh antar ibu-ibu maupun kelompok ibuibu yang menjadi anggota dalam kegiatan arisan.

G. Kerangka Pikir Penelitian
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode kualitatif
untuk mengetahui proses komunikasi sosial yang dilakukan ibu-ibu di
dalam Arisan. Metode ini mengutamakan pada pemahaman secara

9

http://kamusbahasaindonesia.org/ibu
http://humairahdwilestari.blogspot.co.id/2012/11/arti-dari-seorang-ibu.html

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

mendalam terhadap sebuah masalah yang diteliti. Sehingga di dalam
penelitian kali ini peneliti akan melakukan analisis dan mengkonstruksi
proses komunikasi sosial yang terjadi di kalangan ibu-ibu di dalam
kegiatan Arisan.
Teori penetrasi sosial merupakan teori yang dipilih dalam
penelitian ini. Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya
mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang
dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Teori yang disusun oleh
Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini, merupakan salah satu karya penting
dalam perjalanan panjang penelitian di bidang perkembangan hubungan
(relationship development).11
Teori ini memandang dalam setiap hubungan sosial yang terjadi
maka akan ada tahapan-tahapan yang dilalui. Hal ini sesuai dengan obyek
penelitian yaitu proses komunikasi sosial yang dilakukan anggota arisan.
Karena dalam interaksi sosial yang terjadi di kalangan anggota arisan,
akan mengalami tahapan-tahapan seperti tahapan orientasi, tahap
pertukaran efek eksploratif, tahap pertukaran efek, hingga tahap
pertukaran stabil.

11

296

Morissan. Teori Komunikasi Individu hingga Massa. (Jakarta: Kencana, 2013) hlm.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Komunikasi Sosial

Teori Penetrasi Sosial

Tahap
Orientasi

Tahap Pertukaran
Efek Eksploratif

Tahap
Pertukaran Efek

Tahap
Pertukaran
Stabil

Anggota Arisan
Bagan 1.1
Kerangka Pikir Penelitian

H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Kualitatif memiliki tujuan
untuk memahami apa yang di pelajari dari perspektif kejadian itu
sendiri, dari sudut pandang itu sendiri,”kata Gorman dan Clayton”.12
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dalam
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses komunikasi
sosial yang dilakukan oleh ibu-ibu di dalam kegiatan arisan.
Sedangkan

pendekatannya,

peneliti

menggunakan

pendekatan

deskriptif. Pendekatan ini dipilih untuk mendapatkan data kualitatif
yang obyektif dan mendalam yang nantinya data hasil penelitian

Santana K., M. Si. Menulis Ilmiah: Metode penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2007) hlm. 29
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

tersebut dapat disajikan secara deskriptif sehingga temuan hasil
peneliti tersaji secara urut, detail dan mendalam. Penelitian deskriptif
bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang
ada pada saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan
hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya
sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.13
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor
seperti yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.14 Dalam penelitian ini
peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam hasil data yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara.
2. Subyek,Obyek, dan Lokasi Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam
sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap
memiliki kualitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan
data kepada peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini. Adapun subyek penelitian ini adalah
para ibu anggota arisan baik identitas sosialnya tinggi dan yang
sering mengikuti kegiatan arisan di Perumahan Mutiara Citra
Apsari Prambon Sidoarjo.
13

hlm. 26

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke. X. (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2007) hlm. 3
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

b. Obyek Penelitian
Sesuai dengan judul peneliti, maka obyek penelitian adalah
proses komunikasi sosial yang dilakukan para ibu anggota arisan
dalam kegiatan arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari Prambon
Sidoarjo.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini diambil di Perumahan Mutiara Citra
Apsari, dusun Klotok, Desa Simogirang, Kecamatan Prambon,
Kabupaten Sidoarjo. Kelebihan dari Lokasi penelitian yakni tempat
yang cukup strategis serta keunikannya adalah letak desa yang
dikelilingi oleh perkebunan tebu dimana lokasi penelitian berada
ditengahnya.
3. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data
Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) (dalam Lexy J.
Moleong) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.15
Dengan demikian data yang dimaksud adalah tentang
proses komunikasi sosial anggota arisan. Didalam bukunya, Lexy
J. Moleong menguraikan tentang berbagai jenis data sebagai
berikut16:

Lexy J. Moleong.Metode Penelitian Kualitatif (bandung: Roesda Karya,2012) hlm. 112
Lexy J. Moleong.Metode Penelitian Kualitatif (bandung: Roesda Karya) hlm. 112-116

15
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

1. Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui alat perekam.
2. Sumber tertulis
Walaupun posisi sumber ini ada dibagian kedua tentu
hal ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Dilihat dari segi data,
bahan tambahan yang berasal dari sumber-sumber tertulis
seperti arsip, dokumen, surat-surat pribadi, dan lain-lain.
3. Foto
Dalam hal ini foto yang dimaksud adalah foto-foto yang
berhasil peneliti kumpulkan. Foto-foto ini berkaitan dengan
judul penelitian yaitu komunikasi sosial anggota arisan.
b. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dimana
data dapat diperoleh. Adapun sumber data utama dari penelitian ini
adalah, informan. Selain dari informan peneliti juga menggunakan
internet sebagai sumber data jika memang diperlukan.
Adapun sumber data pada penelitian ini adalah informan
atau orang dalam pada latar penelitian, yaitu orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian.
Dalam hal ini informan yang dimaksud adalah para ibu
anggota arisan. Mereka memiliki kewajiban membantu peneliti

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

untuk mengumpulkan data baik wawancara yang terjadi ataupun
dari jenis data yang lain seperti foto, dokumen lain-lain.
c. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian yang dilakukan, teknik yang dilakukan
dalam pengumpulan data yakni sebagai berikut :
1) Wawancara mendalam (in-dept interview)
Wawancara mendalam secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan. Metode wawancara mendalam sama seperti metode
wawancara lainnya, hanya peran pewawancara dan tujuan
wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara
yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Sesuatu yang
amat berbeda dengan metode wawancara lainnya adalah
wawancara secara mendalam dilakukan berkali-kali dan
membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi
penelitian, dimana kondisi ini tidak pernah terjadi pada
wawancara pada umumnya.17
2) Observasi (pengamatan)
Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah
teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke
lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan
ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda, waktu, peristiwa, tujuan

17

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 108

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat
baik untuk mengawasi perilaku subyek penelitian seperti
perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan
tertentu. 18
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat
dibedakan menjadi dua, dokumen primer yang merupakan
tulisan
yang

langsung oleh seseorang yang mengalami peristiwa
bersangkutan.

Kedua,

dokumen

sekunder

yang

kualitatif,

perlu

merupakan tulisan dari cerita orang lain. 19
4. Tahap-tahap Penelitian
Untuk

melakukan

sebuah

penelitian

mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian.
Tahap ini terdiri atas tahap pra lapangan dan tahap pekerjaan lapangan.
a. Tahap Pra-lapangan
Pada tahap pra lapangan ini ada tujuh tahap kegiatan yang
harus dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini ditambah dengan satu
pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan.
Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini:

18
M. Djunaidi G & Fauzan A, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media 2012), h. 165
19
Irwan Soehatono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
hlm. 70

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

1) Menyusun Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini akan dijabarkan tersendiri
secara detail, agar mudah dimengerti dan selanjutnya dapat
dijadikan patokan oleh peneliti kualitatif.
2) Memilih lapangan penelitian
Setiap situasi merupakan laboratorium di dalam
lapangan penelitian kualitatif. Beberapa aspek kehidupan sosial
dapat diteliti karena hal itu menjadi lebih jelas. Dengan
demikian, pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori
subtantif yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja
walaupun masih tentatif sifatnya. Cara terbaik yang perlu di
tempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan
jalan

mempertimbangkan

mempelajari

serta

teori

mendalami

substantif
fokus

dan

rumusan

dengan
masalah

penelitian, untuk itu pergilah dan jajakilah lapangan untuk
melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada
di lapangan.
3) Mengurus perizinan
Dalam hal ini peneliti mengurus perizinan penelitian
dibagian Program studi Ilmu Komunikasi dari Kepala Program
Studi dan diajukan kepada Pimpinan Perusahaan yang akan
diteliti. Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah
siapa saja yang berwewenang memberikan izin pelaksanaan
penelitian tersebut. Tentu saja peneliti jangan mengabaikan izin

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

meninggalkan tugas yang pertama-tama perlu dimintakan dari
atasan peneliti sendiri, dan seterusnya yang terkatit dengan
penelitian.
4) Menjajaki dan menilai lapangan
Tahap ini baru pada tahap orientasi lapangan, belum
sampai pada titik pengumpulan data yang sebenarnya.
Penjajakan dan penilaian lokasi penelitian ini akan baik
sempurna, bila peneliti banyak mengenal dan mengetahui dari
konsultan penelitian, terkait dengan situasi, kondisi tempat
lokasi penelitian.
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Dalam hal ini tentu informan perlu direkrut seperlunya
dan diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian jika hal
itu mungkin dilakukan. Agar peneliti memperoleh informan
yang benar-benar memenuhi persyaratan.
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian
peneliti

hendaknya

menyiapkan

perlengkapan fisik tetapi segala
penelitian yang diperlukan, terutama

tidak

hanya

macam perlengkapan
pada saat interview

dengan informan mulai dari tape recorder, peralatan tulis,
camera foto dan lainnya yang dibutuhkan oleh peneliti.
7) Persoalan etika penelitian
Etika penelitian sangat dibutuhkan saat pra-lapangan
berlangsung, seperti halnya bersifat hormat kepada informan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

mampu menahan diri, menahan emosi dan perasaan terhadap
hal-hal yang pertama kali dilihatnya aneh. Peneliti tidak
seharusnya memberikan reaksi yang sangat mencolok dan yang
tidak mengenakkan bagi orang-orang yang diperhatikan.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan ini, fokus peneliti berada
pada bagaimana mengumpulkan data sebanyak dan seakurat
mungkin, karena hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari
penelitian. Disini dibagi atas 3 bagian, yaitu memahami latar
penelitian, dan persiapan diri, memasuki lapangan dan terakhir
berperan serta sambil mengumpulkan data. Ketiganya diuraikan
berurutan.
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Untuk memasuki bagian ini kita sebagai peneliti
perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di
samping itu, peneliti juga perlu mempersiapkan dirinya,
baik secara fisik maupun secara mental di samping
mengingat persoalan etika sebagai yang telah teruraikan.
Selain itu, mempersiapkan pedoman wawancara kepada
beberapa informan agar peneliti mempunyai gambaran
tentang pertanyaan apa saja yang ingin diajukan kepada
informan yang ada di lapangan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

2) Memasuki lapangan
Pada tahap ini keakraban pergaulan dengan subyek
perlu dipelihara selama bahkan sampai sesudah tahap
pengumpulan data. Jangan sampai terjadi seorang subyek
merasa dirugikan. Begitu juga halnya dengan peranan
peneliti, sewaktu berada pada lapangan penelitian, mau
tidak mau peneliti terjun ke dalamnya dan akan ikut
berperan-serta di dalamnya.
3) Berperan-serta sambil mengumpulkan data
Pada waktu menyusun usulan penelitian, batas studi
telah ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian.
Peneliti hendaknya juga memperhitungkan keterbatasan
waktu, tenaga dan mungkin biaya sehingga peneliti tidak
sampai

terpancing

untuk

mengikuti

arus

kegiatan

masyarakat.
Alat penelitian penting yang biasanya digunakan
peneliti ialah catatan lapangan. Catatan lapangan yakni
catatan yang dibuat oleh peneliti waktu mengadakan
pengamatan, wawancara atau dalam menyaksikan suatu
kejadian tertentu.20
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: Remaja
Rosdakarya 2008), h. 144
20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori,

menjabarkan

kedalam

unit-unit,

melakukan

sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga
komponen

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan serta

pengujian kesimpulan. Reduksi data melibatkan langkah editing,
pengelompokan, dan meringkas data. Kemudian, peneliti menyusun
kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal termasuk yang
berkaitan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat
menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan pola-pola data.
Catatan yang dimaksud disini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau
ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang
ditemui. 21
Penyajian data melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan
data, yakni menjalin data yang satu dengan data yang lain sehingga
seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu
kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka
ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data pada
umumnya diyakini membantu proses analisis. Penarikan dan pengujian
kesimpulan, peneliti mengimplementasikan prinsip induktif dengan

21

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 89

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan
dari display data yang telah dibuat.
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data sangat penting dilakukan
agar data yang diperoleh memiliki nilai kevalidan dan keshohihan data.
Adapun teknik yang digunakan antara lain:22
a. Perpanjangan keikutsertaan
Keikutsertaan

peneliti

sangat

menentukan

dalam

pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan
dalam

waktu

singkat,

tetapi

memerlukan

perpanjangan

keikutsertaan pada latar penelitian.
b. Ketekunan/Keajegan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal secara rinci.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah salah satu teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

22

M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Peneltian,.... ,h. 320-322

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

d. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Teknik pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang
dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya,
yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang
sedang di teliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review
persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. 23

I. Sistematika Pembahasan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan yang dipakai dalam skripsi
ini.
BAB II : Kajian Teoritis
Bab ini berisikan Tentang Kajian Pustaka yang akan membahas
tentang beberapa konsep atau teori yang terkait dengan penelitian yang
dianalisis dari referensi atau bahan pustaka. Adapun ulasannya tersebut
adalah, Bahasa, Media Sosial.
BAB III
Pada bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang
berisikan pendekatan dan jenis penelitian yang dipakai, obyek penelitian,
populasi dan sampel, indikator penelitian, pengumpulan data dan teknik
analisis data.

23

Lexy J Moleong, Metodologi,...., h. 334

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

BAB IV
Pada bab ini berisikan penyajian data dan analisis data yang
membahas dan menjelaskan tentang setting penelitian yaitu gambaran
umum obyek penelitian, penyajian data, analisis data, klarifikasi data,
pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Pada bab IV inilah
yang nantinya akan menjawab rumusan masalah yang terkait dengan judul
dalam penelitian ini.
BAB V : Penutup
Dalam bab ini berisikan penutup yang merupakan bab terakhir
dalam penulisan skripsi yang nantinya akan memuat kesimpulan dan
rekomendasi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KOMUNIKASI SOSIAL DAN INTERAKSI ANGGOTA
ARISAN
A. Komunikasi Sosial
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini dimaksudkan untuk
memahami proses komunikasi sosial anggota arisan yang terjadi di
kegiatan arisan. Penelitian ini difokuskan pada anggota arisan.
Definisi komunikasi sosial dari Antonius Atosokhi mengatakan
bahwa komunikasi sosial dapat diartikan secara umum sebagai suatu
bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang dilakukan dengan cara
verbal maupun non verbal, dengan maksud untuk menyampaikan suatu
pesan, dengan cara yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak.24
Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang proses komunikasi
sosial anggota arisan, maka disajikan kajian tentang bahasan yang
bersangkutan proses komunikasi sosial anggota arisan.
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting namun juga
kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa
melakukan komunikasi baik dengan orang yang sudah dikenal maupun
belum dikenal sama sekali. Akan tetapi komunikasi sudah sangat akrab di
telinga tetapi membuat satu definisi tunggal mengenai komunikasi tidaklah
semudah yang difikirkan.
Salah satunya adalah definisi yang menempatkan komunikasi
sebagai kontrol sosial. Tokoh yang memulainya adalah Carl I.
Antonius Atosokhi Gea, dkk, Relasi Dengan Sesama: Character Building II (Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, 2005) hlm. 113-115
24

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Hoveland (1948) yang kemudian dikemukakan juga antara lain oleh
Shannon dan Weaver (1949) dan oleh Shachter (1961). Hoveland
merumuskan:
(komunikator)

“Komunikasi
menyampaikan

adalah

proses

dimana

seseorang

perangsang-perangsang

(biasanya

lambing-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah
laku seseorang”.25
Sedangkan Everett M. Rogers mengatakan: “komunikasi adalah
proses hal mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih dimaksud dengan mengubah perilaku”.26 Dari
definisi ini dapat dilihat penekanan bahwa dalam komunikasi terjadi
proses penyampaian gagasan, ide, lambang, dan di dalam penyampaian
itu ada orang lain yang terlibat.
Dari dua definisi diatas ada kesamaan pendapat yang
dikemukakan oleh Hoveland dan Everett. Definisi mereka mengarah
pada penyampaian pesan (lambang, gagasan, ide) kepada orang lain
yang terlibat dalam komunikasi. Hal ini menggambarkan terjadinya
interaksi antara individu dengan individu lainnya ataupun individu
dengan kelompoknya.
Dari beberapa penjelasan diatas, terlihat bagaimana komunikasi
berperan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi akan terus terjadi
baik antara individu dengan individu maupun dengan kelompoknya.
Selain sebagai kebutuhan, komunikasi juga memiliki berbagai fungsi

25
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 25-26
26
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
hlm. 26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

yang menjadikan hubungan antara komunikasi dan kehidupan sosial
manusia semakin erat. Salah satunya adalah fungsi sosial, menurut Alo
Liliweri fungsi sosial ini meliputi pengawasan, menjembatani,
sosialisasi nilai, dan menghibur.
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Fungsi ini
lebih banyak diperankan oleh media massa. Media massa akan secara
rutin menyebarluaskan peristiwa yang terjadi disekitarnya. Walaupun
terkadang peristiwa itu terjadi dengan konteks dan budaya yang
berbeda, media massa akan tetap memberikan informasi tersebut
kepada masyarakat. Hal ini berakibat pada masyarakat yang turut
mengawasi peristiwa yang terjadi dan lebih berhati-hati seandainya hal
tersebut terjadi di sekitar mereka.
Fungsi sosial yang kedua yaitu menjembatani. Dalam proses
komunikasi, termasuk komunikasi antar pribadi, maka fungsi
komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu
merupakan jembatan antara perbedaan diantara mereka.27 Dengan kata
lain, mereka akan saling bertukar fikiran mengenai pesan yang
disampaikan untuk mendapatkan nilai yang sama pada pesan tersebut.
Hal ini tidak hanya terjadi pada konteks komunikasi antar pribadi,
tetapi juga terjadi dalam komunikasi massa.
Fungsi sosial yang ketiga adalah fungsi sosialisasi nilai. Fungsi
ini sangat terlihat dalam komunikasi antar budaya. Karena fungsi ini
mengajarkan bagaimana seseorang mampu menerima nilai kebudayaan
Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011) hlm. 141
27

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

yang berbeda dengan kebudayaan dirinya sebagai proses komunikasi.
Sebaliknya

dia

juga

diperbolehkan

membawa

ataupun

memperkenalkan nilai kebudayaan yang melekat pada dirinya kepada
masyarakat luas. Hal yang paling

utama dari proses ini adalah

bagaimana masyarakat bisa melihat dan menangkap nilai yang
terkandung dalam berbagai model kebudayaan tersebut baik dari sisi
verbal maupun non verbal.
Fungsi sosial yang terakhir adalah penghibur. Hal ini banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya penampilan dari
sebuah grup lawak, tarian, atau grup musik akan dapat menghibur.
Dalam fungsi yang terakhir ini segmentasi akan sangat diperhatikan.
Sebab bila seseorang dipaksa untuk melihat ataupun mendengar
sesuatu yang tidak disukainya maka pesan yang disampaikan oleh
komunikator tidak akan diterima dengan baik.
Dari keempat fungsi sosial yang dijabarkan diatas, manusia
diharapkan bisa memahami seseorang dengan berbagai karakter dan
budaya. Semakin individu dapat mengurangi tingkat ketidakpastian
seseorang, maka peluang individu untuk memahami orang tersebut
semakin besar. Dari peluang tersebut maka akan diperoleh peluang
kesamaan pesan yang lebih besar juga.
Selain tingkat ketidakpastian, saat manusia berkomunikasi
dengan orang lain maka manusia akan menghadapi tingkat kecemasan.
Yang dimaksudkan kecemasan adalah suatu perasaan yang kurang
menyenangkan, tekanan batin, perasaan bersalah atau ragu-ragu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

tentang orang yang sedang dihadapi, kecemasan mengandung suasana
emosional yang tidak bersifat kognitif atau perilaku.28 Kecemasan
inilah yang perlu diantisipasi agar komunikasi yang dilakukan bisa
berjalan lancar.
B. Interaksi Anggota Arisan Sebagai Eksistensi Anggota
Arisan erat kaitannya dengan anggota ibu-ibu baik yana rumah
tangga atau karier. Dimana para ibu-ibu rumah tangga banyak yang
mengikuti kegiatan tersebut. Baik arisan dalam bentuk uang, barang
elektronik, alat rumah tangga, atau kue lebaran. Kegiatan arisan yang
dilakukan para anggota di perumahan Mutiara Citra Apsari adalah
kegiatan arisan dalam bentuk uang. Dalam melakukan kegiatan ini,
para anggota akan saling berkomunikasi antara anggota satu dengan
anggota yang lainnya. Baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.
Tetapi, banyak kode nonverbal yang ditampilkan oleh para anggota
dalam melakukan proses komunikasi sosial di dalam kegiaan arisan.
Kode non verbal adalah sejumlah perilaku yang digunakan
untuk menyampaikan makna.29 Makna yang ingin disampaikan oleh
anggota merupakan status sosial dari anggota tersebut. Dimana status
sosial yang dimaksudkan oleh anggota adalah orang yang kaya dengan
identitas yang ditunjukkan oleh anggota yaitu berupa perhiasan atau
barang berharga mahal lainnya. Mereka ingin diakui lebih tinggi status
sosialnya dibandingkan status sosial anggota yang lain. Dengan status

28
Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011) hlm. 142
29
Morissan, Teori Komunikasi: Individu HIngga Massa (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013) hlm. 141

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

soial yang lebih tinggi, mereka berusaha menyampaikan makna
tentang keberadaan mereka. Hal ini mereka anggap sebagai jalan yang
tepat untuk dapat dihormati dan diakui keberadaannya.
Bila mengacu pada teori motivasi hirarki kebutuhan yang
dikembangkan oleh Abraham Maslow, apa yang dilakukan para
anggota arisan ini merupakan tingkat motivasi yang paling tinggi.
Menurut teori ini, motivasi diri dari apa yang dilakukan memiliki lima
fase yang memiliki puncak yaitu sebagai bentuk eksistensi diri.
Abraham menyebutkan bahwa teori ini juga mengandaikan manusia
sebagai makhluk yang berkeinginan tanpa hati, alat motivasinya adalah
kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhannya yang berjenjang.30
Anggota yang status sosialnya lebih tinggi akan memiliki
pandangan yang berbeda dengan anggota yang lain. Anggota yang
status sosialnya lebih tinggi akan merasa puas jika dirinya diakui dan
dihormati oleh anggota yang lain. Sehingga dapat digambarkan bahwa
eksistensi dari para anggota memiliki ruang tersendiri bagi para
pelakunya.
C. Peran Komunikasi Non Verbal dalam Proses Komunikasi Sosial di
Arisan
Berbicara tentang arisan di dalam kehidupan masyarakat, arisan
masih menjadi pilihan utama bagi sebagian besar kaum ibu-ibu.
Khususnya ibu-ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu luang.
Arisan juga sebagai ajang silaturahmi antar ibu-ibu rumah tangga.
30

hlm. 86

Husein Umar, Business An Introduction (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Pelaksanaan arisan dalam kegiatannya yang dipengaruhi oleh ikatanikatan obyektif diantaranya, berupa perhatian, dana, fasilitas dan
obyektif lainnya.
Belum ada kesepakatan diantara para ahli komunikasi non
verbal tentang pesan non verbal. Ducan menyebutkan enam jenis pesan
non verbal: (1) kinesik atau gerak tubuh, (2) paralinguistic atau suara,
(3) proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial, (4)
olfaksi atau penciuman, (5) sensitivitas kulit, dan (6) faktor artifaktual
seperti pakaian dan kosmetik.31 Dari beberapa jenis pesan non verbal
yang telah dijabarkan, pesan faktor artifaktual pada anggota arisan
akan menjadi pembahasan selanjutnya.
Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan – tubuh
pakaian, dan kosmetik. Umumnya pakaian dipergunakan untuk
menyampaikan identitas si pemakai. Menyampaikan identitas brarti
menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku seseorang dan
bagaiamana orang lain sepatutnya memperlakukan seseorang tersebut.
Selain itu, pakaian dipakai untuk menyampaikan perasaan (seperti blus
hitam ketika wanita berduka cita, atau pakaian semarak ketika
seseorang ceria), status dan peranan (seperti seragam pegawai kantor),
dan formalitas (seperti memakai sandal untuk menunjukkan situasi
informal dan memakai batik untuk situasi formal).32
Pada penerapannya, anggota arisan memiliki beberapa poin
yang ada dalam pesan nonverbal artifaktual ini yaitu :
hlm. 289

31

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

32

Ibid, hlm. 292

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

1. Pakaian Sebagai Nilai Sosial atau status
Pakaian dan fashion sering digunakan untuk menunjukkan
nilai sosial atau status, dan orang kerap membuat penilaian
terhadap nilai sosial atau status orang lain berdasarkan apa yang
dipakai orang tersebut. 33
Pakaian dan fashion pun digunakan untuk menunjukkan
atau mendefinisikan peran sosial yang dimiliki seseorang. Pakaian
dan fashion itu diambil sebagai tanda bagi orang tertentu yang
menjalankan peran tertentu pula sehingga diharapkan berperilaku
dalam cara tertentu. Bahwa pakaian yang berbeda, dan jenis
pakaian yang berbeda, yang dikenakan oleh orang yang berbeda
memungkinkan adanya interaksi sosial yang berlangsung mulus
dibandingkan kebalikannya.
Pakaian yang dikenakan anggota arisan bukanlah pakaian
seragam melainkan pakaian milik setiap anggota sendiri. Karena
dalam kegiatan arisan, anggota diberi kebebasan untuk memakai
pakaian apa saja yang mereka inginkan. Karena tidak ada aturan
memakai pakaian dalam melakukan kegiatan arisan. Dengan model
pakaian yang dikenakan anggota dapat mempengaruhi proses
komunikasi dengan anggota yang lainnya.
2. Kosmetik

33

Malcolm Barnard, Fashion Sebagai Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2011) hlm. 86

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

Seperti dinyatakan oleh M.S. Wetmore Cosmetic Studio di
Encino, California, dapat mengungkapkan kesehatan (dengan
menggunakan base make up untuk meratakan noda kulit), sikap
yang ekspresif dan komunikatif (dengan “memoles” mata), dan
kehangatan (dengan mengatur warna bibir).34
Kosmetik yang dipakai anggota arisan dapat menentukan
seberapa tinggi atau rendahnya identitas sosial mereka. Dengan
melihat semakin banyak model kosmetik yang dimiliki setiap
anggota semakin menunjukkan bahwa identitas sosial mereka ada
di atas atau di bawah. Dengan pemakaian kosmetik oleh anggota
dapat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan antar
anggota.
D. Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hasil dari proses komunikasi dan
kontak sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok.35 Pengertian ini menandakan ada hubungan yang
penting antara komunikasi, kontak, dan interaksi sosial. Secara garis
besar interaksi sosial memiliki dua bentuk yaitu:
a. Proses Asosiatif
Proses ini mengandung makna bersatu, menyatu atau
persatuan, atau integrasi. Karena ada suatu hal yang diakui bersama

34

hlm. 292

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

Sri Saptina H, dkk, Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional 2008 Sosiologi SMA/MA,
(Jakarta: Grasindo, 2008) hlm. 3
35

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

oleh

sekumpulan

orang,

kemudian

lahirnya

asosiatif

di

masyarakat.36 Dalam prakteknya, proses asosiatif memiliki
beberapa bentuk antara lain:
1. Proses Kooperasi
Kerjasama merupakan hal yang akan terlihat dalam
setiap proses sosial manusia. Kerjasama terkadang dapat
membentuk kelompok-kelompok kecil maupun besar. Hal ini
dipengaruhi tingkat kepentingan manusia dalam kelo