Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggapan Warga Jemaat Kalimbu Kuni terhadap Gerakan Hidup Hemat T1 712004031 BAB II

BAB II
GERAKAN HIDUP HEMAT
(SUATU TINJAUAN TEORITIS DAN TEOLOGIS)

2.1 Tinjauan Teoritis
Sebagai makhluk individu maupun sosial, kehidupan manusia tidak pernah terlepas
dari kebudayaan dan nilai adat-istiadat dalam masyarakat. Tylor antara lain mengatakan
bahwa “kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuankemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat”.1
Tylor menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial berkewajiban untuk tetap
menjaga serta melestarikan budaya dan hasilnya, baik itu lewat tulisan maupun adat
kebiasaan agar kelak dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. Demikian pentingnya
kebudayaan dalam kehidupan manusia, sehingga ketakterpisahan itu pun terus mengikat
manusia hingga kini dan mengharuskannya untuk terus mempertimbangkan nilai-nilai baru
yang sesuai dan cocok dengan nilai-nilai budaya setempat.

Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Oleh karena itu kebudayaan menjadi
sangat penting baginya. Hal ini penting, karena di dalamnya terdapat seperangkat gagasangagasan yang mempengaruhi tingkah laku individu atau kelompok dalam suatu ekosistem.
Manusia hidup, berkembang dan akan terus mewariskan kebudayaan itu, sebab di dalamnya
terdapat struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan yang
berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupannya. Ki Sarino Mangun Pranoto yang dikutip

oleh Budiono

mengatakan bahwa,

“…budaya

manusia

terwujud

karena

adanya

perkembangan norma hidupnya atau lingkungannya. Norma hidup itu terwujud dalam bentuk
1

I Gede Wiranata, Antropologi Agama, (Bandung: Cita Aditya Bakti, 2002) hal. 95

13


1) alam pikir, 2) alam budi, 3) alam karya, 4) alam tata susila, 5) alam seni yang meliputi:
seni suara, sastra, tari, musik. Keseluruhan sifat-sifat hidup di atas itulah yang melahirkan
adanya rasa budaya manusia. Kalau rasa budaya ini dilaksanakan maka terjadilah kebudayaan
atau budaya manusia. Begitu erat hubungan manusia dengan kebudayaannya, disebabkan
oleh karena kebudayaan merupakan lingkup di mana manusia harus hidup.”2

Ditinjau dari sudut etimologis kata kebudayaan (budaya) sendiri berasal dari kata
Sansekerta “buddhayah” bentuk jamaknya, ”buddhi,” artinya budi atau akal, dengan
demikian kebuyaan dpat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.3 Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin
(akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat.4 Karena itulah maka Ki
Hajar Dewantara menyatakan bahwa kebudayaan adalah budi daya manusia dalam hidup
bermasyarakat yang diperoleh melalui belajar.5

Memperhatikan bahwa betapa luasnya definisi tentang kebudayaan maka Samuel
Patty dalam analisanya tentang kebudayaan mengatakan bahwa dari setiap bangsa ada
sejumlah unsur kebudayaan antara lain:6
a. Peralatan bagi kehidupan manusia meliputi pakaian perumahan, alat rumah
tangga, senjata, alat-alat untuk mata pencaharian, peralatan transportasi.

b. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem
reproduksi, sistem distribusi, dan sebagainya)
c. Sistem kemasyarakatan meliputi: sistem perkawinan, sistem kekerabatan,
organisasi sosial politik, sistem hukum.
d. Bahasa baik lisan maupun tulisan.

2

Budiono Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa (Yogyakarta: PT. Hanindita, 1984), 7.
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: PT Gramedia, 1982), 9.
4
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: PT Gramedia, 1982), 9.
5
Machmoed Effendhie, Sejarah Budaya (Jakarta: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), 3.
6
Semuel Patty, Bahan Mata Kuliah Agama dan Budaya

3

14


e. Kesenian meliputi seni rupa, seni ukir, seni tari, musik dan sebagainya.
f. Sistem ilmu pengetahuan dan teknologi.
g. Religi dan sistem kepercayaan.
Berangkat dari pandangan di atas, maka sebagai pelaku dan pewaris budaya, manusia
merupakan tonggak utama yang menentukan apa dan bagaimana budaya yang semestinya
akan diwariskan kelak. Karena adat istiadat senantiasa tumbuh dan berkembang berdasarkan
kebutuhan masyarakat yang nyata, cara berpikir dan pandangan hidup yang secara
keseluruhan merupakan kebudayaan dari masyarakat pendukungnya, di mana adat istiadat itu
hidup dan berkembang. Perlu juga diperhatikan bahwa adat istiadat dapat saja berubah
sewaktu-waktu dengan timbulnya peristiwa-peristiwa ataupun kebutuhan-kebutuhan baru
yang memerlukan penyelesaian dan penyesuaian secara baru pula. Karena kita ketahui bahwa
adat istiadat pada suatu tempat merupakan norma-norma yang telah berlaku sepanjang masa
dan telah diwariskan secara turun temurun sehingga merupakan sesuatu yang harus dipatuhi,
ketika menyelenggarakan kepentingan bersama.

Pandangan agama Marapu dalam hal kemiskinan yang disebabkan oleh upacaraupacara adat bukanlah hal yang penting karena kehidupan setelah kematian merupakan hal
yang sangat penting. Pemikiran religius seperti pada dasarnya berpandangan bahwa
kehidupan manusia di dalam dunia ini adalah sementara, sedangkan kehidupan yang kekal
dan bahagia adalah di surga nanti setelah manusia mati.7 Upacara-upacara adat merupakan

alat bagi manusia untuk sampai ke surga (atau sejenisnya) tersebut.8 Hal ini semakin
diperparah dengan karakteristik masyarakat di pulau Sumba yang mempunyai orientasi ke
masa lampau yang berlebihan, ketergantungan pada orang lain yang cukup besar, puas
dengan apa yang dimiliki, pemanfaatan waktu yang tidak efektif, kehidupan ekonomi yang
boros.
7
8

Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 79.
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologis Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1774), 103.

15

Pola hidup masyarakat Sumba Barat adalah orientasi ke masa lampau yang
berlebihan, ketergantungan pada orang lain yang cukup besar, puas dengan apa yang dimiliki,
pemanfaatan waktu yang tidak efektif, hidup boros. Kenyataan ini dapat dilihat dari kegiatan
upacara atau pesta adat yang mengakibatkan pengeluaran dana yang begitu besar tanpa
mempertimbangkan kemampuan ekonominya, hanya demi mempertahankan harga diri atau
gengsi semata yang mana hanya bersifat sesaat. Sifat konsumtif masyarakat Sumba Barat
yang cenderung boros dengan cara membantai ternak, menghabiskan dana secara tidak

bijaksana ditambah lagi apabila dana yang digunakan itu bukan milik sendiri tetapi
merupakan “pinjaman“ Hal ini pada gilirannya dapat menjadi beban keluarga yang akhirnya
dapat mengakibatkan terjadinya kemiskinan dan konflik sosial.

Sesuatu menjadi tujuan bersama dalam kehidupan berkelompok, individu setiap
manusia dalam suatu negara adalah tercapainya kesejahteraan. Kesejahteraan bersama yang
cara penanganannya pun secara bersama antara semua pihak. Pihak yang bertanggung jawab
dalam mensejahterakan rakyat adalah pemerintah dikarenakan pemerintah yang memiliki
kebijakan dalam mengelola jalannya negara. Masyarakat dalam membantu pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya sangat diperlukan dikarenakan merupakan suatu kerja
yang dilakukan secara bersama agar kesejahteraan dapat tercapai. Pembangunan ekonomi
adalah pertumbuhan ekonomi yang ditambah dengan perubahan. Hal ini berarti bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak hanya berorientasi pada kenaikan produksi barang dan jasa,
tetapi juga dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi, seperti perkembangan pendidikan,
teknologi, peningkatan kesehatan, peningkatan infrastruktur, peningkatan pendapatan dan
kemakmuran masyarakat.9

9

Sadono, Sukirno,Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, (Jakarta: Kencana, 2006), 10-11.


16

Dalam konteks ini, pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil, apabila terjadi
perubahan langsung pada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat yang mengarah
pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam pembangunan masyarakat, prioritas utama
diberikan pada upaya untuk menbangun aspek masyarakat yang juga berarti aspek
manusianya. Salah satu indikasi bahwa sudah ada pembangunan pada aspek masyarakat dan
aspek manusia tersebut adalah adanya peningkatan kapasitas, termasuk kapasitas untuk
membangun dirinya sendiri. Pada kenyataannya, proses perubahan dalam pembangunan
negara-negara berkembang seringkali disebabkan oleh dominasi factor eksternal.10

Menurut Rostow dalam kutipan Arif Budiman, pembangunan merupakan proses yang
bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat
maju. Rostow membagi proses pembangunan ini menjadi lima tahap, yaitu:11
1. Masyarakat tradisional, ditandai dengan gerak kemajuan yang sangat lambat.
Produksi dipakai untuk konsumsi, tidak ada investasi. Pada tahap ini,
masyarakat hanya memikirkan cara untuk bertahan hidup pada hari ini, tanpa
berpikir untuk kelanjutan kehidupan mereka;
2. Prakondisi untuk lepas landas, ditandai dengan usaha untuk meningkatkan

tabungan;
3. Lepas landas. Proses ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan
yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
4. Bergerak kedewasaan ditandai dengan proses kemajuan yang terus bergerak
ke depan.
5. Jaman konsumsi massal yang tinggi. Pada periode ini, investasi untuk
meningkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang paling utama. Pada titik

10
11

Soetomo, Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, (Yogjakarka: Pustaka Pelajar, 2006), 24.
Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1996), 26-28.

17

ini, pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan
yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus.

Gerakan pembangunan dalam teori Rostow lebih bersifat evolusioner, karena harus

mengikuti lima tahapan pembangunan yang telah ditetapkan. Pembangunan yang ideal dalam
kacamata Rostow adalah apabila kelima tahapan tersebut telah dilewati dalam proses jangka
tertentu. Suatu negara dikatakan maju dalam teori Rostow adalah apabila masyarakatnya
telah mencapai tahapan akhir dalam lima tahapan yang diajukannya. Jika kita cermati lebih
lanjut, teori Rostow dalam lima tahapan pembangunan hanya dapat diterapkan dalam konteks
negara-negara yang sudah maju dan belum dapat diterapkan oleh negara-negara berkembang.
Teori ini merupakan teori besar bagi keberhasilan pembangunan di negara-negara yang sudah
maju dan berkembang pesat.

Gerakan Hidup Hemat adalah salah satu bentuk kebijakan pemerintah Sumba Barat
yang prihatin akan bentuk pola hidup masyarakat Sumba Barat yang ”boros”. Masyarakat
Sumba Barat seperti yang dipaparkan di atas, adalah masyarakat yang sangat konsumtif.
Dalam upacara kematian biasanya akan menghabiskan hewan dalam jumlah yang cukup
banyak. Hal ini merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian pemerintah. Karena untuk
mengorbankan sejumlah hewan, terkadang mereka berhutang, ini merupakan tindakan yang
kurang bijaksana dan juga ini merupakan salah satu faktor pemicu kemiskinan. Terutama
bagi mereka yang berada pada tataran tingkat sosial yang rendah. Berangkat dari hal inilah
pemerintah mengusulkan suatu bentuk Gerakan yang dinamakan Gerakan Hidup Hemat yaitu
salah satu aturan yang di dalamnya terdapat pembatasan jumlah hewan dalam upacara
kematian. Kebijakan ini diambil untuk menekan jumlah persembahan hewan dalam jumlah

yang tinggi. Kebijakan ini diharapkan mampu untuk menolong pemerintah dalam
menghadapi masalah kemiskinan di Sumba Barat.

18

Pembangunan masyarakat bukan merupakan tindakan yang dilakukan hari ini dan
berakhir keesokan harinya. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan tidak boleh
menyebabkan ketergantunggan. Hal ini berarti bahwa masyarakat bergerak melakukan
berbagai aktivitas membangun pada saat ada intervensi dan kembali statis setelah intervensi
berakhir. Apabila intervensi

berhasil mengembangkan kapasitas masyarakat, maka

keberlanjutan akan tetap terjaga walaupun intervensi dihentikan. Hal ini disebabkan karena
prakarsa dan aktivitas yang mandiri telah terlembagakan. Dalam pengertian pembangunan
yang berkelanjutan, terkandung paling tidak tiga dimensi yang saling mendukung:
keberlanjutan sumber daya alam, keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan sosial.
Keberlanjutan sosial merupakan suatu kondisi dimana masyarakat dapat mengelola berbagai
aktivitas membangun secara mandiri, sehingga dengan dan tanpa unsur eksternal proses
pembangunan tetap berjalan.12 Proses pemberdayaan masyarakat diharapkan menjadi proses

yang memberi kebebasan bagi masyarakat untuk mengekspresikan diri dan potensi mereka
dalam memberdayakan diri sendiri. Melalui gerakan Hidup Hemat ini diharapkan masyarakat
dapat mensejahterakan dirinya sendiri, sehingga pada batas tertentu akan mampu pula
mensejahterakan orang lain. Apabila proses pensejahteraan masyarakat ini dapat berjalan
dengan baik, maka pembangunan di segala bidang tentunya akan semakin mudah terjangkau.

1.1.1 Hemat
Kata hemat adalah kata yang kurang bisa diterima dalam lingkungan hidup
kita dari pada kerendahan hati.13 Kadang-kadang kita bisa menghargai orang yang
rendah hati, sedangkan sukar rasanya bagi kita untuk menghargai orang yang hemat.
Bahkan kita sering mengejek orang yang hemat dengan sebutan orang yang kikir. Kita
menjulukinya sebagi orang yang hemat itu sebagi orang yang pelit.

12
13

Ibid, 25.
Mesach Krisetya, Diktat Spiritualitas Kristen Fakultas Teologi, Salatiga. 2005

19

Ada peribahasa yang menyatakan “ Hemat Pangkal Kaya “ artinya bahwa
mengimplementasikan pola hidup hemat atau tidak boros yaitu dengan membatasi
pengeluaran agar tidak melebihi atau sama dengan pendapatan maka ini merupakan
langkah awal menuju kehidupan yang kaya atau keadaan tidak kekurangan ( miskin ).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Hemat diartikan tidak boros.14 (Program
pemerintah untuk mensejahterakan masyarakatnya dengan mengadakan program
gerakan hidup hemat). Sejarah telah membuktikan bahwa masyarakat yang mampu
mempertahankan generasinya karena memiliki sifat hidup hemat. Semua ajaran-ajaran
di dunia mengajarkan hidup hemat. Dalam budaya Jepang, ada anggapan bahwa kalau
ekonominya merosot maka moralnya merosot pula. Hemat berarti mengelola secara
baik pengeluaran agar tidak melebihi pendapatan. Pengeluaran pendapatan yang
berlebihan maka akan menyebabkan hutang yang berakhir kepada penderitaan15.

Program Gerakan Hidup Hemat ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat yang akan datang. Dampak positif yang ingin dicapai dengan adanya
program ini adalah16 :
a. Pemanfaatan lahan dari lahan tidur menjadi lahan produktif menunjukkan
persentase yang cukup meningkat sehingga produksi pertanian meningkat;
b. Penyimpanan jenasah ditetapkan dan bahkan sudah diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat paling lama tiga hari. Kebijakan ini didukung pula dengan adanya
Hasil Sidang Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS);
c. Pemotongan dan pembantaian hewan pada upacara-upacara adat berkurang dengan
adanya kesepakatan maksimal lima ekor untuk tiap upacara adat;
d. Berkurangnya tingkat pencurian di kalangan masyarakat miskin;
14

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Jakarta : Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan 1991, hal 350
www.management.com. Diunduh Tgl 23 mei 2011 pukul 21:27
16
PEMDA Sumba Barat, 2006. Panduan Umum Gerakan Membangun Sumba Barat Sejahtera (GERBANG SUTERA), Sumba Barat.
15

20

e. Tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat, karena berkurangnya kewajibankewajiban upacara adat yang harus dilaksanakan;
f. Melalui gerakan hidup hemat akan memperkecil tingkat pengeluaran, sehingga
masyarakat bisa memanfaatkan sisa penghasilan untuk membiayai pendidikan,
kesehatan dan lain sebagainya.
Banyak manfaat apabila kita hidup hemat yang bisa kita dapat yaitu:
a. Bagi diri sendiri: berarti kita telah mampu menyesuaikan pendapatan dengan
kemampuan kita terhindar hidup boros dan bergaya hidup mewah;
b. Bagi masyarakat: dapat menghilangkan kesenjangan sosial yaitu adanya perbedaan
yang mencolok atau adanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, sehingga
tidak menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat meresahkan semangat
kegotong-royongan dan kebersamaan;

2.1.2 Kemiskinan
Pembangunan adalah proses mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan
merata. Masyarakat sejahtera ditandai adanya dengan kemakmuran berupa
meningkatnya konsumsi masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Pembangunan
merupakan proses perubahan sosial budaya yang dapat bergerak maju atas kekuatan
sendiri dan berorientasi pada manusia dan struktur budaya. Pembangunan sebagai
proses dinamis menuju keadaan sosial yang lebih baik, jelas merupakan gejala yang
berdimensi sosial tinggi dan dapat didekati dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.17

17
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial: Kajian ringkasan tentang Pembangunan Manusia Indonesia (Kompas, Jakarta) 2007,
hal 18

21

Sementara kehidupan sosial masyarakat Sumba saat ini, lebih menitikberatkan
pada orientasi sosial budaya yang terkadang membutuhkan biaya tinggi. Hal ini
menjadi beban bagi masyarakat yang memiliki status sosial dan berpenghasilan
rendah, sehingga menciptakan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Kemiskinan adalah ketiadaan aset-aset dan kesempatan esensial yang menjadi
hak setiap manusia. Setiap orang harus mempunyai akses pada pendidikan dasar dan
rawatan kesehatan primer. Rumah tangga miskin mempunyai hak untuk menunjang
hidupnya dengan jeripayahnya sendiri, serta juga mempunyai perlindungan terhadap
ganggung mendadak dari luar. Selain pendapatan dan layanan dasar, individuindividu dan masyarakat juga menjadi miskin jika mereka tidak diberdayakan untuk
ikut serta dalam pengambilan keputusan dalam hal-hal yang menentukan kehidupan
mereka.18
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa
untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal
ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan merupakan masalah global.19
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan seharihari, sandang, perumahan dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini
dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

18

Makalah : Memerangi Kemiskinan di Asia dan Pasifik : Strategi Bank Pembangunan Asia Dalam Pengurangan Kemiskinan. (Asian
Development Bank,1999). 1.
19
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan. diunduh tgl. 1 Maret 2011 jam 09.00 Wib.

22

b. Gambaran tentang kebutuhan social, termasuk keterkucilan social, ketergantungan,
dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk
pendidikan dan informasi. Keterkucilan social biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak
dibatasi pada bidang ekonomi.
c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
memadai di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi
di seluruh dunia.20

Intinya kemiskinan adalah masalah multi dimensi yang kompleks menyangkut
segi ekonomi, sosial budaya dan politik, dimana akar persoalan kemiskinan
disebabkan oleh memudar serta lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsipprinsip kemasyarakatan.

Kaum

miskin bukanlah merupakan suatu kelompok yang homogen.

Sebagaimana halnya kemiskinan itu sangat beragam, demikian pula sebab dan
korbannya. Kaum miskin itu mungkin tidak punya aset-aset esensial karena mereka
hidup di tempat terpencil atau di daerah yang langka sumber daya; atau karena
mereka renta akibat usia, kesehatan, lingkungan kehidupan, atau jenis pekerjaan.
Mereka mungkin tidak mempunyai akses kepada aset-aset esensial karena mereka
termasuk etnik minoritas atau komunitas yang dianggap berkedudukan sosial rendah.
Tanggung jawab utama untuk menemukan pemecahan terhadap masalah kemiskinan
terletak pada pemerintah dan kebijakan-kebikjakan yang diambil oleh pemerintah
yang bersangkutan. Akan tetapi keberhasilannya tergantung pada upaya terpadu dari
pemerintah dan masyrakat sipil.
20

http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan. diunduh tgl. 1 Maret 2011 jam 09.00 Wib.

23

1.2 Landasan Teologis ( Penatalayanan )
Penatalayanan menurut PL artinya “kepala rumah tangga” (Kej 44: 19), atau “kepala
rumah” (Kej 44: 4), artinya orang yang kepadanya dipercayakan tanggung jawab dan
tugas untuk mengepalai serta mengurus harta serta kegiatan di dalam rumah tangga.
Istilah lain dipakai juga kata “hamba” yang lahir dalam rumah tangga, yang diterima dan
memperoleh hak sebagai pewaris (Kej 15: 3 – 4).21 Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa penatalayanan adalah orang yang dipercayai dan diberi hak serta tangung jawab
untuk mengepalai, mengatur dan mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan
kepadanya.
Penatalayanan dalam PB dijelaskan bahwa seseorang yang mendapat kehormatan
dan kepercayaan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Jadi “ penatalayanan Kristen”
ialah semua orang Kristen yang dipercayakan atau mendapat kehormatan untuk
mengepalai dan mengatur serta mengerjakan pelayanan Kristus yang dimandatkan secara
penuh (Bd. 1 Kor 4: 1 – 2, Tit 1: 7, 1 Pet 4: 10, Mat 28: 19 – 20).22
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Penatalayanan adalah orang yang mendapat kepercayaan untuk melakukan tugas
tertentu.
2. Penatalayanan memperoleh hak dan tanggung jawab penuh untuk menjalankan
tugas yang telah dilimpahkan kepadanya.
3. Penatalayanan bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan kepadanya dan ia
bertanggungjawab kepada pemimpinnya atas pelaksanaan tugas tersebut.
4. Penatalayanan bekerja atas nama dan untuk kepentingan tuannya.

21
22

http://sabda.org/c3i/penatalayanan_persembahan_dan_persepuluhan
ibid

24

5. Setiap orang Kristen adalah penatalayan Kristus yaitu orang yang dipercaya dan
ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan Allah dengan hak yang penuh yang
telah diserahkan kepadanya dan ia sepenuhnya melayani atas nama Allah serta
bertangguingjawab

kepada Allah atas pelaksanaan semua pekerjaan yang

diserahkan kepadanya.
Allah sebagai pencipta alam semesta adalah pemberi mandat, kuasa penuh kepada
umatNya. Sebagai pemberi mandat, kuasa penuh, pemilikan penuh ada pada Allah (Mzm
24: 1, Yes 66: 2) dan di pihak lain sebagai penerima mandat, umat Allah memiliki
kepercayaan dan wewenang penuh untuk menatalayani segala milik Allah yang
dipercayakan Allah kepadanya (Kej 1: 28, Mat 28: 19 – 20). Umat Allah atau kita
semuanya sebagai penerima mandat penatalayanan harus mengabdi dan penuh
tanggungjawab dan wajib melaksanakannya. Mandat penatalayanan Allah didasarkan dan
didukung oleh perjanjian berkat Allah sehingga dimana umat Alah menatalayani milik
Allah dengan penuh tanggungjawab, di sana aka nada berkat Allah (Mat 28: 20 b).
Lingkup penatalayanan umat Allah meliputi semua ciptaan Allah termasuk alam dan
isinya, waktu, harta, diri, rumah tangga, gereja dan masyarakat (Kej 1: 28,2: 25, Yes 45:
12, Yoh 13: 15 – 17, Kol 1: 17). Kapasitas kemampuan umat Allah untuk mengerjakan
penatalayanan milik Allah telah diberikan oleh Allah sehingga tidak ada umatNya yang
dapat berdalih untuk tidak melaksanakan tugas penatalayanan Allah ( 1 Pet 4: 10, 1 Kor
4: 1, 1 Rj 19: 9, Kel 19: 4 – 6).23
Tugas penatalayanan dapat dipahami sebagai tugas pengantara berkat Allah, maka
umat Allah dituntut untuk membuktikan ketaatan kepada Allah sebagai syarat mutlak

23

http://sabda.org/c3i/penatalayanan_persembahan_dan_persepuluhan

25

untuk membuktikan bahwa umat Allah sedang terlibat dalam misi penatalayanan Allah
yang dipercayakan kepadanya.
Kuasa untuk melaksanakan penatalayanan Allah ada pada Allah dan ketaatan kita
untuk melaksanakan tugas penatalayanan akan membuktikan bahwa tugas penatalayanan
berjalan dengan baik dan berhasil. Ketaatan merupakan faktor terutama dan terpenting,
karena penatalayanan Allah adalah kewajiban umat Allah yang tidak dapat ditunda atau
ditawar-tawar. Tuhan Yesus secara tegas menggambarkan penatalayanan sebagai bagian
utuh dari kedatanganNya ke dunia ini dengan mengatakan “ datang bukan untuk dilayani
melainkan melayani” (Mrk 10 : 45).24 Tugas yang dilaksanakanNya adalah tugas dari
Bapa yang mengutusNya. Tugas itu merupakan suatu tanggungjawab dan kepercayaan
Bapa kepadaNya yang harus dilaksanakan secara menyeluruh dan penuh tanggungjawab.
Setiap orang Kristen yang terlibat dalam penatalayanan merupakan alat Allah untuk
melebarkan kerajaanNya dengan tanggungjawab untuk membawa berita pembebasan
kepada dunia. Dengan melaksanakan tugas ini maka orang Kristen adalah teman
sepelayanan (partner) dengan Kristus dalam kerajaan Allah. Tujuan operasional
penatalayanan Yesus adalah melayani dan bekerja. Motif pelayananNya adalah kasih.
Yesus melayani dengan kasih dan rela mempersembahkan diri dan nyawa sebagai korban
karena dosa dan pelanggaran manusia. Paulus juga meneladani pelayanan Yesus (2 Kor
5: 14 – 15). Bila kasih Kristus telah menjadi motif penatalayanan orang Kristen, maka ia
pasti melaksanakan penatalayanan Allah secara objektif dengan tidak egois. Dasar dan
pola penatalayanan Yesus dilukiskan dengan kata “berkorban” dan inilah juga yang
diteladani penatalayan Kristen termasuk di dalamnya Pengurus Seksi di setiap
tingkatannya. Pengorbanan yang membawa dampak positif bagi seksi atau jemaatNya.

24

http://sabda.org/c3i/penatalayanan_persembahan_dan_persepuluhan

26

Penatalayanan gereja yang patut dan membawa kemajuan bagi perkembangan gereja
haruslah seperti yang dilakukan Yesus sebagai “Penatalayan Agung”. Yesus telah
melengkapi gereja dengan karunia rohani bagi umatNya dalam rangka pelaksanaan
penatalayanan Allah di dalam dan melalui gereja. Rasul Paulus dengan tegas
menyinggung peranan karunia rohani dalam rangka penatalayanan gereja ( 1 Kor 12 –
14). Jadi penatalayan gereja berarti:
1. Penatalayanan gereja adalah penatalayanan Allah yang bertujuan membangun
tubuh Kristus demi kepentingan bersama.
2. Setiap orang Kristen adalah penatalayanan Allah yang terlibat dalam
penatalayanan gereja.
3. Kepada setiap orang Kristen Allah menganugerahkan karunia rohani untuk
melaksanakan tugas dalam penatalayanan gereja, jadi karunia dan potensi itu
harus dipertanggungjawabkan dalam kesatuan membagun tubuh kristus.25
Dalam Mzm 24: 1 disebutkan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan
dunia serta yang ada di dalamnya”. Jadi segala sesuatu yang ada, yang nampak dan tidak
nampak adalah milik Alah yang harus ditatalayani dengan penuh tanggungjawab. Karena
itu semua penatalayanan Kristen perlu menyadari bahwa apapun yang dimilikinya
diterima dari Tuhan dan harus didaya-gunakan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Perjanjian Baru mengajar bahwa tiap orang Kristen harus memberi persembahannya
secara teratur, metodik dan memadai, untuk mendukung kehidupan gereja, orang miskin,
penginjilan dan missi (1Kor 16:2).
Harta benda memiliki sifat yang fana: Amsal 27: 24 dan 1 Tim 6 :7. Penerapan praktis
untuk hal ini adalah:
25

http://sabda.org/c3i/penatalayanan_persembahan_dan_persepuluhan

27

a. Kelolah harta benda dengan baik.
b. Anggarkanlah keuangan. Belilah yang perlu. Pengeluaran harus lebih kecil
dari penghasilan, hal ini merupakan pencegahan terhadap jerat hutang.
Oswald Sanders, mengutip A.W. Tozer mengatakan: cirri kedewasaan Rohani adalah
lebih banyak member daripada diberi, Maleakhi 3: 10, standar minimum pemberian
kepada Allah sebab kita dibawah anugerah26.
Hemat pada suatu saat disajikan kepada orang-orang yang terkenal yang rindu untuk
berdisiplin kepada hidup yang lebih berarti. Mereka dengan mudah menerima disiplin
kepatuhan, kerendahan hati, kasih, dan kemurnian. Tetapi ketika hemat disebutkan
mereka menentang keras. Mereka berpendapat bahwa praktek hemat demikian itu akan
mengacaukan ekonomi dan merusak semangat kerja dari banyak orang. Mereka percaya
bahwa kita harus menikmati sebanyak-banyaknya kelimpahan dunia kita.

Hemat dimengerti dan dilakukan, dengan maksud untuk menggoncangkan kesadaran
kita supaya bebas dari penguasaan benda-benda. Jika kita mempraktekkan hemat, yang
berarti mengatakan tidak kepada benda untuk kepentingan benda itu sendiri, dan
mengatakan ya kepada benda hanya pada waktu ada nilai yang lebih tinggi yang akan
dicapai yang meminta benda itu, maka ia akan membentuk suatu kesadaran yang
merupakan kebiasaan terhadap benda.

26

http://www.sahabatsurgawi.net/pa/pa_new_feb0207.html

28

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Hidup Hemat : Studi Kasus di Desa Kalimbukuni Kecamatan Kota Waikabubak Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur T1 352009005 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Warta Jemaat GKAI Betlehem menggunakan SMS Gateway T1 622006001 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Slametan dan Kekristenan (Alasan warga jemaat pepanthan Pelem GKJW Magetan melakukan Slametan ) T1 712008046 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Majelis Jemaat GKI Palsigunung Depok Terhadap Pemberdayaan Kelompok Bakal Jemaat T1 712005042 BAB II

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggapan Warga Jemaat Kalimbu Kuni terhadap Gerakan Hidup Hemat

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggapan Warga Jemaat Kalimbu Kuni terhadap Gerakan Hidup Hemat T1 712004031 BAB I

0 2 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggapan Warga Jemaat Kalimbu Kuni terhadap Gerakan Hidup Hemat T1 712004031 BAB IV

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggapan Warga Jemaat Kalimbu Kuni terhadap Gerakan Hidup Hemat T1 712004031 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggapan Warga Jemaat Kalimbu Kuni terhadap Gerakan Hidup Hemat

0 0 2

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Perlawanan terhadap Indomart: Studi Gerakan Sosial Pedagang Pasar Tradisional Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga T1 BAB II

0 1 15