Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggapan Warga Jemaat Kalimbu Kuni terhadap Gerakan Hidup Hemat T1 712004031 BAB V
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab
V ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran bagi Gerakan Hidup Hemat di Kecamatan
Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat di masa yang akan datang.
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola hidup masyarakat Sumba Barat adalah orientasi ke masa lampau yang
berlebihan, ketergantungan pada orang lain yang cukup besar, puas dengan apa
yang dimiliki, pemanfaatan waktu yang tidak efektif, hidup boros. Kenyataan ini
dapat dilihat dari kegiatan upacara atau pesta adat yang mengakibatkan
pengeluaran dana yang begitu besar tanpa mempertimbangkan kemampuan
ekonominya, hanya demi mempertahankan harga diri atau gengsi semata yang
mana hanya bersifat sesaat. Sifat konsumtif masyarakat Sumba Barat yang
cenderung boros dengan cara membantai ternak, menghabiskan dana secara tidak
bijaksana ditambah lagi apabila dana yang digunakan itu bukan milik sendiri
tetapi merupakan “pinjaman“ Hal ini pada gilirannya dapat menjadi beban
keluarga yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kemiskinan dan konflik
sosial. Gerakan Hidup Hemat yang dibuat oleh pemerintah Sumba Barat sangat
baik karena dapat menggurangi jumlah kemiskinan yang ada di Sumba Barat
dengan cara menbatasi jumlah pemotongan hewan dan menggurangi jumlah hari
penyimpanan jenasah.
2. Program Gerakan Hidup Hemat yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sumba
Barat untuk membina rakyat Sumba Barat demi mensejahterakan masyarakat,
49
mempunyai nilai interpretasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya
tanggapan/respon yang baik dari masyarakat setempat khususnya masyarakat
Kecamatan
Kota
Waikabubak,
dimana
masyarakat
sudah
dapat
mengimplementasikan salah satu kesepakatan dalam Program Gerakan Hidup
Hemat yaitu misalnya dalam hal penyimpanan jenasah yang biasanya dilakukan
selama satu sampai dua minggu, namun sekarang penyimpanan jenasah sudah
dapat dilakukan tidak lebih dari tiga hari sesuai dengan komitmen dalam Gerakan
Hidup Hemat.
3. Masyarakat cukup antusias menerima program Gerakan Hidup Hemat. Hal ini
dapat dilihat dari pelaksanaan Program Kerja yang sudah berjalan dengan baik,
sehingga dalam melaksanakan program yang telah direncanakan tepat sasaran atau
tujuan yang akan dicapai.
4. Masih terdapat sebagian masyarakat yang tetap berpendirian teguh melaksanakan
ritual-ritual adat yang mengeluarkan biaya tinggi tanpa memperhitungkan
kemampuan diri. Hal ini menjadi kendala di dalam pelaksanaan Program Gerakan
Hidup Hemat yang dicanangkan oleh pemerintah.
5. Program Gerakan Hidup Hemat belum bisa berjalan dengan baik karena kurang
tegasnya pemerintah dalam memberikan sanksi kepada masyarakat yang tidak
atau melanggar aturan tersebut.
6. Jemaat GKS Kalimbu Kuni menyadari akan pentingnya penerapan gerakan hidup
hemat, ini nyata terlihat melalui penerapan dalam kehidupan mereka dan juga
komunikasi di antara gereja dan pemerintah cukup baik sehingga pemerintah
tertolong melalui bantuan sosialisasi dari gereja kepada jemaatnya.
50
5.2
Saran-saran
1. Pemerintah harus mampu memberikan contoh kepada masyarakat, ini dikarenakan
ada beberapa tokoh masyarakat yang tidak mengikuti aturan yang telah dibuat
oleh pemerintah.
2. Koordinasi dan komunikasi di antara pemerintah dengan masyarakat harus lebih
baik lagi sehingga program yang di buat dapat berjalan dengan baik.
3. Pelayanan Gereja yang efektif ialah pelayanan yang dilaksanakan dengan
memperhatikan konteks atau sosio-budayanya. Artinya Gereja Kristen Sumba
Kalimbu Kuni harus melihat konteks budaya atau adat-istiadat dan sistem nilai
yang berlaku di tempat tersebut sebagai wahana dalam memberitakan Injil. Selain
itu, Gereja perlu terbuka, peka terhadap tradisi masyarakat di sekelilingnya dan
mau terlibat aktif besama-sama, karena dihadapan masyarakat ketika proses adat
berlangsung, Gereja selalu mendapat ‘tempat.’ Dalam situasi seperti ini dapat
digunakan oleh Gereja untuk bersama-sama dengan tua-tua adat/masyarakat
merumuskan kembali dan menjelaskan makna sebenarnya yang terkandung dalam
tradisi, yang merupakan wujud dari ungkapan kasih tersebut dan menemukan
nilai-nilai yang baik dan sekaligus bersikap kritis untuk menolak nilai-nilai yang
bertentangan dengan iman Kristen. Inilah pelayanan yang kontekstual yang
dibangun dari situasi masyarakat setempat.
4. Diharapkan dengan pemahaman yang lebih baik tentang adat-istiadat, Gereja
makin terbuka kepada budaya yang ada di dalamnya.
5. Karena masih lemahnya aturan program gerakan hidup hemat, maka masyarakat
pun kurang patuh tehadap aturan tersebut, maka dari itu, perlu dikenakan sanksi
bagi masyarakat yang melanggar aturan tersebut.
51
Kerja sama antara pemerintah dan berbagai lembaga yang ada di dalam masyarakat harus
lebih ditingkatkan lagi, ini memudahkan dan menolong pemerintah dalam mensosialisasikan
program ini kepada seluruh lapisan masyarakat
52
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab
V ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran bagi Gerakan Hidup Hemat di Kecamatan
Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat di masa yang akan datang.
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola hidup masyarakat Sumba Barat adalah orientasi ke masa lampau yang
berlebihan, ketergantungan pada orang lain yang cukup besar, puas dengan apa
yang dimiliki, pemanfaatan waktu yang tidak efektif, hidup boros. Kenyataan ini
dapat dilihat dari kegiatan upacara atau pesta adat yang mengakibatkan
pengeluaran dana yang begitu besar tanpa mempertimbangkan kemampuan
ekonominya, hanya demi mempertahankan harga diri atau gengsi semata yang
mana hanya bersifat sesaat. Sifat konsumtif masyarakat Sumba Barat yang
cenderung boros dengan cara membantai ternak, menghabiskan dana secara tidak
bijaksana ditambah lagi apabila dana yang digunakan itu bukan milik sendiri
tetapi merupakan “pinjaman“ Hal ini pada gilirannya dapat menjadi beban
keluarga yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kemiskinan dan konflik
sosial. Gerakan Hidup Hemat yang dibuat oleh pemerintah Sumba Barat sangat
baik karena dapat menggurangi jumlah kemiskinan yang ada di Sumba Barat
dengan cara menbatasi jumlah pemotongan hewan dan menggurangi jumlah hari
penyimpanan jenasah.
2. Program Gerakan Hidup Hemat yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sumba
Barat untuk membina rakyat Sumba Barat demi mensejahterakan masyarakat,
49
mempunyai nilai interpretasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya
tanggapan/respon yang baik dari masyarakat setempat khususnya masyarakat
Kecamatan
Kota
Waikabubak,
dimana
masyarakat
sudah
dapat
mengimplementasikan salah satu kesepakatan dalam Program Gerakan Hidup
Hemat yaitu misalnya dalam hal penyimpanan jenasah yang biasanya dilakukan
selama satu sampai dua minggu, namun sekarang penyimpanan jenasah sudah
dapat dilakukan tidak lebih dari tiga hari sesuai dengan komitmen dalam Gerakan
Hidup Hemat.
3. Masyarakat cukup antusias menerima program Gerakan Hidup Hemat. Hal ini
dapat dilihat dari pelaksanaan Program Kerja yang sudah berjalan dengan baik,
sehingga dalam melaksanakan program yang telah direncanakan tepat sasaran atau
tujuan yang akan dicapai.
4. Masih terdapat sebagian masyarakat yang tetap berpendirian teguh melaksanakan
ritual-ritual adat yang mengeluarkan biaya tinggi tanpa memperhitungkan
kemampuan diri. Hal ini menjadi kendala di dalam pelaksanaan Program Gerakan
Hidup Hemat yang dicanangkan oleh pemerintah.
5. Program Gerakan Hidup Hemat belum bisa berjalan dengan baik karena kurang
tegasnya pemerintah dalam memberikan sanksi kepada masyarakat yang tidak
atau melanggar aturan tersebut.
6. Jemaat GKS Kalimbu Kuni menyadari akan pentingnya penerapan gerakan hidup
hemat, ini nyata terlihat melalui penerapan dalam kehidupan mereka dan juga
komunikasi di antara gereja dan pemerintah cukup baik sehingga pemerintah
tertolong melalui bantuan sosialisasi dari gereja kepada jemaatnya.
50
5.2
Saran-saran
1. Pemerintah harus mampu memberikan contoh kepada masyarakat, ini dikarenakan
ada beberapa tokoh masyarakat yang tidak mengikuti aturan yang telah dibuat
oleh pemerintah.
2. Koordinasi dan komunikasi di antara pemerintah dengan masyarakat harus lebih
baik lagi sehingga program yang di buat dapat berjalan dengan baik.
3. Pelayanan Gereja yang efektif ialah pelayanan yang dilaksanakan dengan
memperhatikan konteks atau sosio-budayanya. Artinya Gereja Kristen Sumba
Kalimbu Kuni harus melihat konteks budaya atau adat-istiadat dan sistem nilai
yang berlaku di tempat tersebut sebagai wahana dalam memberitakan Injil. Selain
itu, Gereja perlu terbuka, peka terhadap tradisi masyarakat di sekelilingnya dan
mau terlibat aktif besama-sama, karena dihadapan masyarakat ketika proses adat
berlangsung, Gereja selalu mendapat ‘tempat.’ Dalam situasi seperti ini dapat
digunakan oleh Gereja untuk bersama-sama dengan tua-tua adat/masyarakat
merumuskan kembali dan menjelaskan makna sebenarnya yang terkandung dalam
tradisi, yang merupakan wujud dari ungkapan kasih tersebut dan menemukan
nilai-nilai yang baik dan sekaligus bersikap kritis untuk menolak nilai-nilai yang
bertentangan dengan iman Kristen. Inilah pelayanan yang kontekstual yang
dibangun dari situasi masyarakat setempat.
4. Diharapkan dengan pemahaman yang lebih baik tentang adat-istiadat, Gereja
makin terbuka kepada budaya yang ada di dalamnya.
5. Karena masih lemahnya aturan program gerakan hidup hemat, maka masyarakat
pun kurang patuh tehadap aturan tersebut, maka dari itu, perlu dikenakan sanksi
bagi masyarakat yang melanggar aturan tersebut.
51
Kerja sama antara pemerintah dan berbagai lembaga yang ada di dalam masyarakat harus
lebih ditingkatkan lagi, ini memudahkan dan menolong pemerintah dalam mensosialisasikan
program ini kepada seluruh lapisan masyarakat
52