Retribusi Pelayanan Pasar
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 10 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG,
Menimbang :
Mengingat :
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan di bidang perekonomian, maka perlu di tetapkan dasardasar retribusi pasar ;
b. bahwa salah satu kewenangan Pemerintah adalah melakukan pengelolaan pasar yang dilaksanakan secara sederhana, efektif berdasarkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Pasar.
1. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
2. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685). Sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 34
(2)
tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
3. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong Di Propinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 23 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4185);
4. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 53, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 125 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem Dan Prosedur Adminitrasi Pajak Daerah , Retribusi Daerah Dan Penerimaan Pendapatan Lain – lain;
9. Peraturan Dearah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 1 Tahun 2004 tentang Kewenangan Kabupaten Parigi Moutong Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah tahun 2004 Nomor 4 seri E Nomor 3 ); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 4 tahun 2004
tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja DinasDinas Daerah Kabupaten Parigi Moutong (Lembaran Daerah tahun 2004 Nomor 7 seri D Nomor 2 );
(3)
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG dan
BUPATI PARIGI MOUTONG MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelengara Pemerintahan daerah.
2. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong.
3. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retrebusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang –undangan yang berlaku.
4. Pasar adalah tempat yang diberi batas tertentu dan terdiri atas halaman/pelataran, bangunan berbentuk Los atau Kios dan bentuk lainnya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang.
5. Los adalah bangunan tetap dalam dilingkungan Pasar berbentuk bangunan memanjang tanpa dilengkapi dinding.
6. Kios adalah bangunan di Pasar yang beratap dan dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan dinding pemisah mulai dari lantai sampai dengan langitlangit yang digunakan untuk usaha berjualan.
7. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
8. Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
9. Retribusi Pasar yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana yang berupa halaman/pelataran, Los atau Kios yang dikelola Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD).
(4)
10 Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang undangan Retribusi Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi Daerah. 11 Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
12 Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan fasilitas pasar.
12. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek Retribusi dan wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terutang menurut peraturan perundangundangan Retribusi Daerah.
13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.
14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDKB adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang, jumlah Kredit Retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok Retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan.
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat Ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
17. Surat Tagihan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
18. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT atau SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang undangan Rertibusi Daerah.
20. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
(5)
BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2
(1) Nama : Retribusi Pelayanan Pasar adalah pungutan retribusi atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana yang berupa halaman/pelataran, los dan/atau kios yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang.
(2) Retribusi Pasar sebagaimana disebutkan pada ayat (1) meliputi : a. Retribusi tempat berusaha;
b. Retribusi harian;
c. Retribusi keamanan, ketertiban, pemeliharaan kebersihan halaman.
Pasal 3
(1) Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa halaman/pelataran, los dan atau kios yang khusus disediakan untuk pedagang; (2) Tidak termasuk obyek retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas pasar yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh pihak swasta maupun Perusahaan Daerah.
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan penyediaan fasilitas pasar.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5
Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKATAN PENGGUNAAN JASA Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan luas, jenis tempat dan kelas pasar yang digunakan
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN
DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7
(6)
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan penyediaan pelayanan fasilitas pasar dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya belanja operasi, biaya
pemeliharaan dan belanja modal yang berkaitan dengan penyediaan pelayanan pasar.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri atas halaman/pelataran, los dan/ atau kios, luas lokasi dan jangka waktu pemakaian.
(2) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menentukan kelas pasar. (3) Kelas Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. (4) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :
a. Sewa Tempat Usaha :
Lokasi Jenis Bangunan Luas Tarif Pasar Kelas I a. Pemakaian Los
Semi
Permanen
Perm
anen
b. Pemakaian Kios
Semi
Permanen
Perm
anen
2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m
3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m
Rp. 2.000, tiap bulan / m2
Rp. 2.500, tiap bulan / m2
Rp. 3.000, tiap bulan / m2
Rp. 4.000, tiap bulan / m2
Rp. 1.000, tiap bulan / m2
(7)
c. Pelataran Pasar Kelas II a. Pemakaian Los
Semi Permanen Perm anen b. Pemakaian Kios Semi Permanen Perm anen c. Pelataran 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m Rp. 1.500, tiap bulan / m2 Rp. 2.000, tiap bulan / m2 Rp. 2.500, tiap bulan / m2 Rp. 3.000, tiap bulan / m2 Rp. 700, tiap bulan / m2
Pasar Kelas III a. Pemakaian Los
Semi Permanen Perm anen 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m Rp. 1.000, tiap bulan / m2 Rp. 1.400, tiap bulan / m2
(8)
b. Pemakaian Kios Semi Permanen Perm anen c. Pelataran 3 m x 4 m 4 m x 6 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m Rp. 1.250, tiap bulan / m2 Rp. 1.750, tiap bulan / m2 Rp. 600, tiap bulan / m2
Pasar Kelas IV a. Pemakaian Los
Semi Permanen Perm anen b. Pemakaian Kios Semi Permanen Perm anen 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 2 m x 2 m 2 m x 3 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 3 m x 3 m 3 m x 4 m 4 m x 6 m 2 m x 2 m 2 m x 3 m Rp. 500, tiap bulan / m2 Rp. 700, tiap bulan / m2 Rp. 700, tiap bulan / m2 Rp. 1.100, tiap bulan / m2 Rp. 500, tiap bulan / m2
(9)
c. Pelataran
3 m x 3 m
b. Untuk Pemeliharaan Keamanan, Ketertiban dan Kebersihan Pasar, kepada pemakai kios dan los dipungut dana dengan tarif sebagai berikut :
1. Pasar Kelas I Rp. 6.000/tiap bulan 2. Pasar Kelas II Rp. 5.000/tiap bulan 3. Pasar Kelas III Rp. 4.000/tiap bulan 4. Pasar Kelas IV Rp. 3.000/tiap bulan c. Besarnya Bea Pasar ditetapkan sebagai berikut :
1. Pasar Kelas I
a. Penjual/pedagang pada Kios Rp. 1.000/tiap hari b. Penjual/pedagang pada Los Rp. 700/tiap hari c. Penjual/pedagang pelataran Rp. 500/tiap hari 2. Pasar Kelas II
a. Penjual/pedagang pada Kios Rp. 800/tiap hari b. Penjual/pedagang pada Los Rp. 700/tiap hari c. Penjual/pedagang pelataran Rp. 300/tiap hari 3. Pasar Kelas III
a. Penjual/pedagang pada Kios Rp. 600/tiap hari b. Penjual/pedagang pada Los Rp. 400/tiap hari c. Penjual/pedagang pelataran Rp. 200/tiap hari 4. Pasar Kelas IV
a. Penjual/pedagang pada Kios Rp. 500/tiap hari b. Penjual/pedagang pada Los Rp. 300/tiap hari c. Penjual/pedagang pelataran Rp. 200/tiap hari
(5) Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain diluar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Kabupaten Parigi Moutong.
BAB VII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 10
(10)
Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan atau ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 11
Saat Retribusi terutang adalah pada saat ditertibkanya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB VIII
SURAT PENDAFTARAN Pasal 12
(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.
(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.
(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 13
(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Bentuk, isi serta tatacara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 14
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan atau SKRDKBT.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 15
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi Administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XII
(11)
Pasal 16
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD.
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIII
TATA CARA PENAGIHAN Pasal 17
(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal surat teguran/peringatan/surat yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusi yang terutang.
(3) Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
BAB XIX KEBERATAN
Pasal 18
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasanalasan yang jelas.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan Retribusi tersebut.
(4) Keberatan harus diajukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 19
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Bupati Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.
(12)
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XX
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 20
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat jangka
waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.
Pasal 21
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurangkurangnya menyebutkan :
a. Nama dan alamat Wajib Retribusi; b. Masa Retribusi;
c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas.
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 22
(1) Pengembalian kelebihan Retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah membayar kelebihan Retribusi.
(13)
(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan juga dan berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XXI
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 23
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan keringanan dan pembebasan retribusi. Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.
(2) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XXII
KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 24
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi kadaluarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kadaluarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. diterbitkan Surat Teguran atau;
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XXIII PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.
b. Meneliti , mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
(14)
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, mencatat dokumendokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
f. Menyuruh berhenti / melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat peneriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawah sebagaimana yang dimaksud dalam huruf c;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;
h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
i. Memangil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi menghentikan penyidikan;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi menurut hukum yang bertanggungjawab.
(3) Penyidik sebagaimana di maksud pada ayat (1) membertahukan di mulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Repbulik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diataur dalam Undang Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB XXIV KETENTUAN PIDANA
Pasal 26
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi terutang.
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XXV
KETENTUAN PENUTUP Pasal 27
Halhal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 28
(15)
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Diundangkan di Parigi pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG,
H. RUSTAM DG. RAHMATU, BE, SE, Msi
Pembina Utama Muda NIP. 010 078 615
Ditetapkan di Parigi Pada Tanggal
BUPATI PARIGI MOUTONG,
LONGKI DJANGGOLA
(16)
ATAS
KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 10 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
I. UMUM
Bahwa Retribusi Pasar merupakan sumber Pendapatan yang sangat penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah untuk memantafkan Otonomi Daerah yang nyata , dinamis , serasi dan bertanggung jawab dengan titik berat pada Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Dalam rangka pembaruan sistem Retribusi Daerah yang mengarah pada sistim yang sederhanan, adil , efektif dan efisien yang dapat mengarahkan peran serta masyarakat dalam membiayai Pembangunan Daerah, maka telah ditetapkan Undang – undang Nomor 18 tahun 1997, tentang Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang nomor 34 tahun 2000.
Dalam melaksanakan UndangUndang Nomor 18 tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 34 Tahun 2000 Dimaksud maka perlu menetapkan peraturan Daerah tentang retribusi pelayanan pasar yang disesuaikan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Dengan berlakunya peraturan Daerah ini diharapkan penerimaan Pendapatan Daerah disektor Retribusi Daerah akan dapat ditingkatkan sehingga akan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam menunjang pembiayaan pembangunan Daerah di Kabupaten Parigi Moutong.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas Pasal 2
Cukup Jelas Pasal 3
Cukup Jelas Pasal 4
Cukup Jelas Pasal 5
Cukup Jelas Pasal 6
(17)
Pasal 7
Cukup Jelas Pasal 8
Cukup Jelas Pasal 9
Cukup Jelas Pasal 10
Cukup Jelas Pasal 11
Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan.
Pasal 12
Cukup Jelas Pasal 13
Cukup Jelas Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badanbadan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.
Ayat (2)
Cukup Jelas Pasal 15
Cukup Jelas Pasal 16
Cukup Jelas Pasal 17
Cukup Jelas Pasal 18
Cukup Jelas Pasal 19
Cukup Jelas Pasal 20
(18)
Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22
Cukup Jelas Pasal 23
Cukup Jelas Pasal 24
Cukup Jelas Pasal 25
Cukup Jelas Pasal 26
Cukup Jelas Pasal 27
Cukup Jelas Pasal 28
(1)
(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan juga dan berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XXI
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 23
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan keringanan dan pembebasan retribusi. Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.
(2) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XXII
KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 24
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi kadaluarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kadaluarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. diterbitkan Surat Teguran atau;
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XXIII PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.
b. Meneliti , mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
(2)
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, mencatat dokumendokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
f. Menyuruh berhenti / melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat peneriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawah sebagaimana yang dimaksud dalam huruf c;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;
h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
i. Memangil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi menghentikan penyidikan;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi menurut hukum yang bertanggungjawab.
(3) Penyidik sebagaimana di maksud pada ayat (1) membertahukan di mulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Repbulik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diataur dalam Undang Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB XXIV KETENTUAN PIDANA
Pasal 26
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi terutang.
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XXV
KETENTUAN PENUTUP Pasal 27
Halhal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 28
(3)
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Diundangkan di Parigi pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG,
H. RUSTAM DG. RAHMATU, BE, SE, Msi Pembina Utama Muda
NIP. 010 078 615
Ditetapkan di Parigi Pada Tanggal
BUPATI PARIGI MOUTONG,
LONGKI DJANGGOLA
(4)
ATAS
KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 10 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
I. UMUM
Bahwa Retribusi Pasar merupakan sumber Pendapatan yang sangat penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah untuk memantafkan Otonomi Daerah yang nyata , dinamis , serasi dan bertanggung jawab dengan titik berat pada Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Dalam rangka pembaruan sistem Retribusi Daerah yang mengarah pada sistim yang sederhanan, adil , efektif dan efisien yang dapat mengarahkan peran serta masyarakat dalam membiayai Pembangunan Daerah, maka telah ditetapkan Undang – undang Nomor 18 tahun 1997, tentang Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang nomor 34 tahun 2000.
Dalam melaksanakan UndangUndang Nomor 18 tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 34 Tahun 2000 Dimaksud maka perlu menetapkan peraturan Daerah tentang retribusi pelayanan pasar yang disesuaikan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Dengan berlakunya peraturan Daerah ini diharapkan penerimaan Pendapatan Daerah disektor Retribusi Daerah akan dapat ditingkatkan sehingga akan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam menunjang pembiayaan pembangunan Daerah di Kabupaten Parigi Moutong.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Cukup Jelas Pasal 2
Cukup Jelas Pasal 3
Cukup Jelas Pasal 4
Cukup Jelas Pasal 5
Cukup Jelas Pasal 6
(5)
Pasal 7
Cukup Jelas Pasal 8
Cukup Jelas Pasal 9
Cukup Jelas Pasal 10
Cukup Jelas Pasal 11
Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan.
Pasal 12
Cukup Jelas Pasal 13
Cukup Jelas Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badanbadan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.
Ayat (2)
Cukup Jelas Pasal 15
Cukup Jelas Pasal 16
Cukup Jelas Pasal 17
Cukup Jelas Pasal 18
Cukup Jelas Pasal 19
Cukup Jelas Pasal 20
(6)
Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22
Cukup Jelas Pasal 23
Cukup Jelas Pasal 24
Cukup Jelas Pasal 25
Cukup Jelas Pasal 26
Cukup Jelas Pasal 27
Cukup Jelas Pasal 28