Keberadaan Bakteri Coliform dan Staphylococcus aureus Dalam Sosis Sapi Siap Makan "X".

(1)

ABSTRAK

KEBERADAAN BAKTERI Coliform DAN Staphylococcus aureus DALAM SOSIS SAPI SIAP MAKAN “X”

Penyusun: David Susilo (00 10092); Pembimbing: Philips Onggowidjaja, S. Si., M.Si. dan Widura, dr., M.S.

Makanan dapat menjadi sumber penyakit infeksi dan keracunan makanan. Sampai saat ini belum ada data mengenai kualitas bakteriologik sosis sapi siap makan “ X yang dijual di masyarakat. Karena itu perlu dilakukan survei untuk

mengetahui keberadaan bakteri coliform dan Staphylococcus aureus dalam sosis

tersebut. Penelitian dilakukan secara survei deskriptif. Sampel yang digunakan adalah limabelas sosis sapi siap makan “X’ yang diperoleh dari lima cabang

toserba “Y” yang ada di Bandung. Dari sampel-sampel ini ditentukan jumlah

bakteri colrform dan jumlah Staphylococcus aureus per gram sosis sapi siap

makan “X’ dengan menggunakan metode plate count. Penelitian menunjukkan: (1)

Jumlah bakteri colrform pada satu dari limabelas sampel adalah 5/gram.

Sedangkan, empatbelas sampel lainnya adalah 0/gram. (2) Jumlah Staphylococcus

aureus pada semua sampel adalah 0/gram. Jumlah bakteri colform yang masih

diperbolehkan adalah tidak boleh lebih dari 100/gram. Sedangkan, jwnlah

Staphylococcus aureus yang dibutuhkan untuk menimbulkan gejala keracunan makanan adalah 100.000/gram makanan. Dengan demikian, jumlah bakteri

colrform maupun Staphylococcus aureus pada sampel masih di bawah batas maksimal yang diperbolehkan. Kesimpulan penelitian ini adalah keberadaan

bakteri colrform dalam sosis sapi siap makan “X” masih di bawah batas maksimal

yang diperbolehkan dan sosis sapi siap makan “X” tidak berpotensi menyebabkan

keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus.

Kata kunci: colrform, Staphylococcus, sosis


(2)

ABSTRACT

THE EXISTENCE OF Coliform BACTERIA AND Staphylococcus aureus

IN READY TO EATBEEFSAUSAGE “X”

Student: David Susilo (0010092); Tutors: Philips Onggowidjaja, SSi., MSi. and Widura, dr., M.S.

Food can act as a source of infectious diseases and food poisoning. Until now there is no data about bacteriological quality of ready-to-eat beef sausage

“X”

in

the market. Therefore a survey was needed to investigate the existence of coliform bacteria and Staphylococcus aureus in the sausage. This research was a descriptive survey. Fifteen samples of ready-to-eat beef sausage

“X”

were taken

from five supermarkets “Y” in Bandung. From these samples the numbers of

coliform bacteria and the numbers of Staphylococcus aureus per gram were determined by plate count method This research showed: (1) The number of coliform bacteria in one of fifteen samples was 5/gram. The other samples were 0/gram. (2) The numbers of Staphylococcus aureus in all samples were 0/gram. The number of colform bacteria allowed was not more than 100/gram. The number of Staphylococcus aureus needed to cause poisoning was 100.000/gram.

The number of coliform bacteria and Staphylococcus aureus were still below the maximal limit allowed The conclusion of this research is that the existence of coliform bacteria in ready-to-eat beef sausage

“X”

was still below the maximal

limit allowed, and ready-to-eat beef sausage

“X”

did not have the potential to cause Staphylococcus aureus food poisoning.

Keywords: col form, Staphylococcus, sausage


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL BAGIAN DALAM. ... .. ... .

.

... ... . ... ....,... ... .... .. .. . . .. .

...

.... .... .. ... . .. .. ... . i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. .. .. .. ... .. ..

.

... .... .... .. .. ... . . . II LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA ... ... .. .. ..

...

.. ... ... .... .... .. .. .... . III ABSTRAK ... .... ... .. .. .. .. .. ... ... ... . ... .. .. ... .... ... .. ... ..

.

. iv

ABSTRACT.. . .

. .

. . .

.

. . .

.

. .

.

. . .

.

. . .

.

. , . . .

.

.

.

. . .

.

. . .

.

. . . v

PRAKATA ...

....

... .. .. .. ... ... .. ... ... ... .. ... .. .... ... .. .. .. ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL.. . ... . .

.

. ..

.

. . . .

.

. . . .

.

. . . .. . . .. . .

.

.. . .

.

. . .

.

.

.

. . . .. . . ... xi

DAFTAR GAMBAR ... .. ... ... ... ... ... .. .... ... XII DAFTAR BAGAN ... ... ... ... . .... ... ... .... ... .. ...,. . . .... .. .. ... ... .. ...

...

XIII BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah. .... . . .

. .

. . .

.

. . .

._. .

. . .

.

.

.

.

.

.

. . .

. . .

. .

. . .

.

. ..

.

. . . . ..

.

. . . . .. . .

.

. 2

1.3 Maksud dan Tujuan.. . .

.

. . .

. .

. . . .

.

. . .

.

. . . .

.

.

.

. . .

.

. . . .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

.

.2

1.4 Kegunaan Penelitian . . .

.

. . .

.

. . .

.

. . . .. . . , . . .

. .

. . .

.

. . . . 2

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Metode Penelitian

.

. . . .. .

.

. . .

.

. . .

. .

. . .

.

. . . .

. .

. . . .. .. . . .

.

. . .

.

.

..

. . . .3

1.7 Lokasi dan Waktu ... .. ... ... ... .... ... .... ....

.

. . ... ... .. ... .

..

.

.

... .. .. . . .. .. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Makanan Sebagai Sumber Penyakit ... 5

2.2 Coliform ... 6

.. ... ... .. ...

. .

2.2.1 Sejarah Penggunaan Coliform Sebagai Indikator Kontaminasi Feses ... 6

2.2.2 Strain ... ... 7

2.2.3 Pertumbuhan ... 8

2.2.4 Distribusi.. . .

. .

. . .

.

. . .

.

.

.

. . .

. .

. . .

.

. . .

.

. . .

.

. . . .9

2.2.5 Standard dan Kriteria Coliform ... .... ...

...

.. .... ... ... .. .. . 10

...


(4)

ix

2.3 Keracunan Makanan oleh Staphylococcus ... 10

2.3.1 Staphylococcus aureus ... 10

2.3.1.1 Morfologi ... 10

2.3.1.2 Karakteristik Pertumbuhan ... II 2.3.1.3 Kultur ... 12

2.3.1.4 Katalase ... 13

2.3.1.5 Koagulase ... 14

2.3.2 Makanan yang Sering Terlibat ... 15

2.3.3 Sumber Kontaminasi ke Makanan ... 15

2.3.4 Enterotoksin ... 16

2.3.5 Dosis Infektif ... 18

2.3.6 Gejala ... 18

2.3.7 Komplikasi ... 18

2.3.8 Terapi ... 19

2.3.9 Pencegahan ... 19

BAB III ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA ... 20

3.1 Alat-alat ... 20

3.2 Bahan ... 21

3.3 Cara Kerja ... 23

3.3.1 Cara Kerja Secara Garis Besar ... 23

3.3.2 Cara Kerja Secara Rinci ... 24

3.3.2.1 Persiapan ... 24

3.3.2.2 Pemblenderan Sampel ... 24

3.3.2.3 Pengenceran Secara Berseri ... 25

3.3.2.4 Penanaman Biakan ... 25

3.3.2.5 Inkubasi Biakan ... 26

3.3.2.6 Penghitungan Koloni ... 26

3.3.2.7 Pewarnaan Gram untuk Bakteri Coliform ... 27

3.3.2.8 Pewarnaan Gram dan Tes Katalase

untuk

Staphylococcus ... 27


(5)

X

BAB

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN S A R A N ... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2

Saran

... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Bakteri Coliform pada Berbagai Pengenceran ... 29 Tabel 4.2 Jumlah Staphylococcus aureus pada Berbagai Pengenceran ... 30


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hasil pewarnaan Gram dari Escherichia coli ... 7

Gambar 2.2 Escherichia coli pada agar MacConkey ... 9

Gambar 2.3 Hasil pewarnaan Gram Staphylococcus aureus ... 11

Gambar 2.4 Staphylococcus pada Manitol Salt Agar ... 13

Gambar 2.5 Tes Katalase ... 14

Garnbar 2.6 Slide coagulase test ... 15


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Cara kerja secara garis besar ... 23

...

xlll


(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Makanan dapat menjadi sumber penyakit infeksi. Selain itu makanan juga dapat menjadi sumber keracunan makanan. Mikroorganisme dalam makanan dapat berasal dari udara, debu, air, peralatan, pekerja yang mengolah makanan (food handlers), dan dari saluran cerna manusia dan hewan (Wistreich & Leehtman, 1980).

Sosis siap makan adalah sosis yang dapat langsung dimakan tanpa perlu

dimasak terlebih dahulu. Di pabrik tempat sosis siap makan “X’ diproduksi telah

ada quality control, namun sampai saat ini belum ada data mengenai kualitas bakteriologik sosis siap makan “X’ yang dijual di masyarakat.

Sanitasi yang buruk pada proses pengolahan makanan mempertinggi kemungkinan makanan untuk menyebabkan penyakit. Untuk mengetahui kualitas

sanitasi pada pengolahan makanan dapat digunakan coliform sebagai organisme

indikator (Jay, 1992).

Berdasarkan laporan yang terekam unit surveilan dan penyuluhan keamanan pangan tahun 2002 di Indonesia tercatat korban keracunan makanan pada bulan

Januari 444 korban, Februari 604 korban, Maret 1.108 korban, dan April 1.516

korban (anonymus, 2002a).

Di Amerika Serikat penyebab keracunan makanan yang tersering adalah

Staphylococcus aureus (Stehulak, 1998). Di Jepang tanggal 10 Juli 2000 dilaporkan terjadi 13.809 kasus keracunan makanan. Setelah dilakukan penelitian

ternyata penyebabnya adalah Staphylococcus aureus (WHO, 2000).

Angka pasti kejadian keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus di

Indonesia masih belum jelas, namun karena sanitasi di Indonesia masih buruk

maka dapat diperkirakan peluang kontaminasi makanan oleh Staphylococcus

aureus adalah besar. Dua sumber paling penting kontaminasi ini adalah carrier


(10)

2

Staphylococcus aureus pada rongga hidung dan individu yang pada tangannya terdapat furunkel dan karbunkel (Jay, 1992).

Berdasarkan fakta-fakta di atas diperlukan survei untuk mengetahui keberadaan balcteri coliform dan Staphylococcus aureus dalam sosis siap makan “X’.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana keberadaan bakteri coliform dalam sosis sapi siap makan

“X” ?

Apakah sosis sapi siap makan “X” berpotensi menyebabkan keracunan

makanan oleh Staphylococcus aureus ?

1.3 Maksud dan Tujuan Maksud :

Untuk mengetahui keberadaan bakteri coliform dalam sosis sapi siap

makan “X” .

Untuk mengetahui potensi sosis sapi siap makan “X” untuk menyebabkan

keracunan makanan oleh Sraphylococcus aureus.

Tujuan :

Untuk mengetahui jumlah bakteri coliform per gram sosis sapi siap

makan “X”.

Untuk mengetahui jumlah Staphylococcus aureus per gram sosis sapi siap

makan “ X .

1.4 Kegunaan Penelitian

Bagi konsumen: Memudahkan konsumen untuk memilih sosis yang aman untuk dikonsumsi.


(11)

3

1.5 Kerangka Pemikiran

Kontaminasi makanan oleh berbagai mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber umumnya terjadi. Kadar protein yang tinggi dalam sosis sapi

siap makan “X” baik untuk pertumbuhan bakteri. Menurut produsennya, sosis

sapi siap makan “X” tidak menggunakan pengawet makanan dan juga tidak perlu

menggunakan lemari pendingin untuk penyimpanannya.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas dapat disusun hipotesis, yaitu:

Dalam sosis sapi siap makan “ X terdapat bakteri coliform dan Staphylococcus aureus tetapi dalam batas yang aman untuk dikonsumsi dilihat dari segi bakteriologik.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian bersifat survei deskriptif. Sampel yang digunakan adalah limabelas sosis sapi siap makan “X”. Sampel sosis sapi siap makan diperoleh dari lima

cabang toserba

“Y”

yang ada di Bandung. Dari tiap toserba diambil satu bungkus

sosis sapi siap makan yang berisi sepuluh sosis sapi siap makan dan dari masing- masing bungkus ini diambil tiga sampel.

Dari sampel-sampel ini ditentukan jumlah bakteri coliform dan jumlah

Staphylococcus aureus per gram sosis sapi siap makan “X” dengan menggunakan

metode plate count. Untuk mengetahui jumlah bakteri coliform, sampel

diencerkan secara berseri (Johnson & Case, 2001) dan ditanam pada medium agar

MacConkey dilanjutkan dengan pemeriksaan langsung di bawah mikroskop

dengan pewarnaan Gram (Cappuccino

&

Sherman, 1999). Sedangkan untuk

mengetahui jumlah Staphylococcus aureus, hasil pengenceran berseri ditanam

pada medium Manitol Salt Agar (MSA) (Cappuccino & Sherman, 1999) kemudian

dilakukan pewarnaan Gram dan tes Katalase (Johnson & Case, 2001). Bila pada

pewarnaan Gram didapatkan kokus gram positif dan tes Katalase positif,


(12)

4

1.7 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran


(13)

BAB V

KESIMPULAN

DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:

1. Keberadaan bakteri coliform dalam sosis sapi siap makan “X” masih di

bawah batas maksimal yang diperbolehkan.

2. Sosis sapi siap makan “X” tidak berpotensi menyebabkan keracunan

makanan oleh Staphylococcus aureus.

5.2 Saran

Berikut ini adalah saran-saran untuk meningkatkan sanitasi dan usaha untuk

mencegah keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus pada sosis siap makan

“x“:

1. Produsen sosis sapi siap makan “X” harus tetap menjaga dan meningkatkan kebersihan.

2. Konsumen harus memperhatikan kondisi kemasan dan tanggal kadaluarsa

sosis sapi siap makan “X” yang akan dimakan. Sosis sapi siap makan “X”

yang kemasannya rusak atau yang sudah kadaluarsa tidak boleh dimakan.

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisis terhadap

keberadaaan toksin.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Badan POM Harus Perketat Pengawasan Produk (Artikel di

surat kabar Kompas tanggal 27 Mei 2002). 2002a. Available from: URL: http://www. kompas.com/kompas~cetak/0205/27/iptek/bada10.htm

Anonymus. EC broth. 2002b. Available from:

URL: http://www.merck.de/enplish/services/chemdat/cataloPs/mibio/

tedisdata/prods/4970- 1 10765 0500.html

Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2001. Jawetz, Melnick, & Adelberg's

Medical Microbiology. ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Cappuccino J.G., Sherman N. 1999. Microbiology A Laboratory Manual. ed.

California: Benjamin/Cummings Science Publishing.

Forbes B.A., Sahm D.F., Weissfeld A.S. 2002. Bailey & Scott

‘s

Diagnostic Microbiology. 1 ed. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc.

Jay J.M. 1992. Modern Food Microbiology. ed. London: Chapman & Hall.

Johnson T.R., Case C.L. 2001. Laboratory Experiments

in

Microbiology. ed.

Madigan M.T., Martinko J.M., Parker J. 2000. Brock Biology of Microorganisms

Russo T.A. 200 1. Diseases Caused by Gram-negative Enteric Bacilli. Dalam: San Francisco: Benjamin/Cummings Science Publishing.

ed. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Fauci & Longo, eds: Harrison ‘s Principles of Iinternal Medicine Edition

on CD-ROM. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Salyers A.A., Whitt D.D. 2002. Bacterial Pathogenesis A Molecular Approach.

ed. Washington, D.C.: ASM Press.

Stehulak N. Staphylococcus aureus A Most Common Cause. 1998. Available

from: URL: http://ohioline.osu.edu/hyg-fact/5000/5564.html

Tortora G.J., Funke B.R., Case C.L. 1997. Microbiology An Introduction. ed.. California: Addison Wesley Longman, Inc.

U. S. Food & Drug Administration. Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria. 2002. Available from:

URL: http://www,cfsan. fda.gov/~ebam/bam-toc. html

from: URL: http://vm.cfsan.fda.gov/~mow/chap3. html

Inc.

from: URL: http://www. who.int/wer/pdf/2000/wer7528.pdf

U. S. Food & Drug Administration. Staphylococcus aureus, 2003. Available

Wistreich, Leehtman. 1980. Microbiology. New York: Macmillan Publis Co.

World Health Organization. Weekly Epidemiological Record. 2000. Available


(1)

1.1 Latar Belakang

Makanan dapat menjadi sumber penyakit infeksi. Selain itu makanan juga dapat menjadi sumber keracunan makanan. Mikroorganisme dalam makanan dapat berasal dari udara, debu, air, peralatan, pekerja yang mengolah makanan (food handlers), dan dari saluran cerna manusia dan hewan (Wistreich & Leehtman, 1980).

Sosis siap makan adalah sosis yang dapat langsung dimakan tanpa perlu dimasak terlebih dahulu. Di pabrik tempat sosis siap makan “X’ diproduksi telah ada quality control, namun sampai saat ini belum ada data mengenai kualitas bakteriologik sosis siap makan “X’ yang dijual di masyarakat.

Sanitasi yang buruk pada proses pengolahan makanan mempertinggi kemungkinan makanan untuk menyebabkan penyakit. Untuk mengetahui kualitas sanitasi pada pengolahan makanan dapat digunakan coliform sebagai organisme indikator (Jay, 1992).

Berdasarkan laporan yang terekam unit surveilan dan penyuluhan keamanan pangan tahun 2002 di Indonesia tercatat korban keracunan makanan pada bulan Januari 444 korban, Februari 604 korban, Maret 1.108 korban, dan April 1.516 korban (anonymus, 2002a).

Di Amerika Serikat penyebab keracunan makanan yang tersering adalah

Staphylococcus aureus (Stehulak, 1998). Di Jepang tanggal 10 Juli 2000 dilaporkan terjadi 13.809 kasus keracunan makanan. Setelah dilakukan penelitian ternyata penyebabnya adalah Staphylococcus aureus (WHO, 2000).

Angka pasti kejadian keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus di Indonesia masih belum jelas, namun karena sanitasi di Indonesia masih buruk maka dapat diperkirakan peluang kontaminasi makanan oleh Staphylococcus aureus adalah besar. Dua sumber paling penting kontaminasi ini adalah carrier


(2)

2

Staphylococcus aureus pada rongga hidung dan individu yang pada tangannya terdapat furunkel dan karbunkel (Jay, 1992).

Berdasarkan fakta-fakta di atas diperlukan survei untuk mengetahui keberadaan balcteri coliform dan Staphylococcus aureus dalam sosis siap makan “X’.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana keberadaan bakteri coliform dalam sosis sapi siap makan “X” ?

Apakah sosis sapi siap makan “X” berpotensi menyebabkan keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud :

Untuk mengetahui keberadaan bakteri coliform dalam sosis sapi siap makan “X” .

Untuk mengetahui potensi sosis sapi siap makan “X” untuk menyebabkan keracunan makanan oleh Sraphylococcus aureus.

Tujuan :

Untuk mengetahui jumlah bakteri coliform per gram sosis sapi siap makan “X”.

Untuk mengetahui jumlah Staphylococcus aureus per gram sosis sapi siap makan “ X .

1.4 Kegunaan Penelitian

Bagi konsumen: Memudahkan konsumen untuk memilih sosis yang aman untuk dikonsumsi.


(3)

1.5 Kerangka Pemikiran

Kontaminasi makanan oleh berbagai mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber umumnya terjadi. Kadar protein yang tinggi dalam sosis sapi siap makan “X” baik untuk pertumbuhan bakteri. Menurut produsennya, sosis sapi siap makan “X” tidak menggunakan pengawet makanan dan juga tidak perlu menggunakan lemari pendingin untuk penyimpanannya.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas dapat disusun hipotesis, yaitu:

Dalam sosis sapi siap makan “ X terdapat bakteri coliform dan Staphylococcus aureus tetapi dalam batas yang aman untuk dikonsumsi dilihat dari segi bakteriologik.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian bersifat survei deskriptif. Sampel yang digunakan adalah limabelas sosis sapi siap makan “X”. Sampel sosis sapi siap makan diperoleh dari lima cabang toserba

“Y”

yang ada di Bandung. Dari tiap toserba diambil satu bungkus sosis sapi siap makan yang berisi sepuluh sosis sapi siap makan dan dari masing- masing bungkus ini diambil tiga sampel.

Dari sampel-sampel ini ditentukan jumlah bakteri coliform dan jumlah

Staphylococcus aureus per gram sosis sapi siap makan “X” dengan menggunakan metode plate count. Untuk mengetahui jumlah bakteri coliform, sampel diencerkan secara berseri (Johnson & Case, 2001) dan ditanam pada medium agar

MacConkey dilanjutkan dengan pemeriksaan langsung di bawah mikroskop

dengan pewarnaan Gram (Cappuccino

&

Sherman, 1999). Sedangkan untuk mengetahui jumlah Staphylococcus aureus, hasil pengenceran berseri ditanam pada medium Manitol Salt Agar (MSA) (Cappuccino & Sherman, 1999) kemudian dilakukan pewarnaan Gram dan tes Katalase (Johnson & Case, 2001). Bila pada pewarnaan Gram didapatkan kokus gram positif dan tes Katalase positif, pemeriksaan dilanjutkan dengan tes Koagulase (Johnson & Case, 200 1).


(4)

4

1.7 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dari bulan April 2003 sampai dengan Juni 2003.


(5)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut: 1. Keberadaan bakteri coliform dalam sosis sapi siap makan “X” masih di

bawah batas maksimal yang diperbolehkan.

2. Sosis sapi siap makan “X” tidak berpotensi menyebabkan keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus.

5.2 Saran

Berikut ini adalah saran-saran untuk meningkatkan sanitasi dan usaha untuk mencegah keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus pada sosis siap makan

“x“:

1. Produsen sosis sapi siap makan “X” harus tetap menjaga dan meningkatkan kebersihan.

2. Konsumen harus memperhatikan kondisi kemasan dan tanggal kadaluarsa sosis sapi siap makan “X” yang akan dimakan. Sosis sapi siap makan “X” yang kemasannya rusak atau yang sudah kadaluarsa tidak boleh dimakan. 3. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisis terhadap

keberadaaan toksin.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Badan POM Harus Perketat Pengawasan Produk (Artikel di surat kabar Kompas tanggal 27 Mei 2002). 2002a. Available from: URL: http://www. kompas.com/kompas~cetak/0205/27/iptek/bada10.htm Anonymus. EC broth. 2002b. Available from:

URL: http://www.merck.de/enplish/services/chemdat/cataloPs/mibio/ tedisdata/prods/4970- 1 10765 0500.html

Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2001. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology. ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Cappuccino J.G., Sherman N. 1999. Microbiology A Laboratory Manual. ed.

California: Benjamin/Cummings Science Publishing.

Forbes B.A., Sahm D.F., Weissfeld A.S. 2002. Bailey & Scott

‘s

Diagnostic Microbiology. 1 ed. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc.

Jay J.M. 1992. Modern Food Microbiology. ed. London: Chapman & Hall. Johnson T.R., Case C.L. 2001. Laboratory Experiments

in

Microbiology. ed. Madigan M.T., Martinko J.M., Parker J. 2000. Brock Biology of Microorganisms

Russo T.A. 200 1. Diseases Caused by Gram-negative Enteric Bacilli. Dalam: San Francisco: Benjamin/Cummings Science Publishing.

ed. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Fauci & Longo, eds: Harrison ‘s Principles of Iinternal Medicine Edition

on CD-ROM. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Salyers A.A., Whitt D.D. 2002. Bacterial Pathogenesis A Molecular Approach.

ed. Washington, D.C.: ASM Press.

Stehulak N. Staphylococcus aureus A Most Common Cause. 1998. Available from: URL: http://ohioline.osu.edu/hyg-fact/5000/5564.html

Tortora G.J., Funke B.R., Case C.L. 1997. Microbiology An Introduction. ed.. California: Addison Wesley Longman, Inc.

U. S. Food & Drug Administration. Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria. 2002. Available from:

URL: http://www,cfsan. fda.gov/~ebam/bam-toc. html from: URL: http://vm.cfsan.fda.gov/~mow/chap3. html Inc.

from: URL: http://www. who.int/wer/pdf/2000/wer7528.pdf

U. S. Food & Drug Administration. Staphylococcus aureus, 2003. Available

Wistreich, Leehtman. 1980. Microbiology. New York: Macmillan Publis Co. World Health Organization. Weekly Epidemiological Record. 2000. Available