PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL Pengaruh Penambahan Electrical Myostimulation (Ems) Dan Latihan Hurdle Hops Terhadap Tinggi Lompatan Pada Pemain Bola Voli.

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL

MYOSTIMULATION (EMS) DAN LATIHAN HURDLE HOPS

TERHADAP TINGGI LOMPATAN PADA PEMAIN BOLA VOLI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Program Pendidikan Strata 1 Fisioterapi

Oleh

Kejora Puteri Pamungkas

J120151104

PROGRAM STUDI STRATA 1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL

MYOSTIMUALTION (EMS) DAN LATIHAN HURDLE HOPS

TERHADAP TINGGI LOMPATAN PADA PEMAIN BOLA VOLI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :

Nama

: Kejora Puteri Pamungkas

NIM

: J120151104

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL MYOSTIMUALTION (EMS)

DAN LATIHAN HURDLE HOPS TERHADAP TINGGI LOMPATAN PADA

PEMAIN BOLA VOLI

Diajukan Oleh:

Kejora Puteri P

J120151104

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 25 juni 2016 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat

Hari

:

Tanggal

:

Tim Penguji Skripsi

Nama Penguji Tanda Tangan

1. Totok Budi Santoso, S.Fis, MPH ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Arif Pristianto, SST.FT, M.Fis ( )

(Anggota 1 Dewan Penguji)

3. Dwi Rosella Komalasari, S.Fis, M.Fis

(

)

(Anggota 2 Dewan Penguji)

Disahkan oleh

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiah Surakarta


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka

akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 25 juli 2016

Penulis


(5)

PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL MYOSTIMULATION DAN

LATIHAN HURDLE HOPS TERHADAP TINGGI LOMPATAN PADA

PEMAIN BOLA VOLI

ABSTRAK

Latar Belakang: Salah satu faktor yang mendukung tingkat suatu prestasi atlet bola voli

adalah

power

otot tungkai, yang dapat dilatih melalui program suatu latihan. EMS

merupakan modalitas fisioterapi yang menggunakan arus listrik yang dapat menyebabkan

satu atau kelompok otot tertentu yang terstimulasi berkontraksi. Kontraksi otot dengan

penambahan menggunakan

Electrical Myostimulation

ini dapat meningkatkan kekuatan

otot. Latihan

hurdle hops

adalah suatu bentuk latihan yang hakekatnya juga melatih otot

tungkai. Program fisioterapis yang diberika pada atlet bola voli dalam meningkatkan

tinggi lompatan antara lain adalah

electrical myostimulation

dan latihan

hurdle hops.

Kata Kunci :

power, electrical myostimulation

(EMS),

hurdle hops

THE EFFECT OF ADDITION OF ELECTRICAL MYOSTIMULATION

AND HURDLE HOPS TRAINING ON THE HIGH JUMP IN VOLLEYBALL

PLAYERS

ABSTRACT

Background: One of the factors that support an athlete's performance level of

volleyball is a leg muscle power, which can be trained through an exercise program. EMS

is a physiotherapy modalities that uses electrical currents that can cause one or certain

muscle groups are stimulated to contract. Muscle contractions with the addition of

Electrical Myostimulation

use can increase muscle strength.

Hurdle hops

exercise are

essentially a form of exercise that also train the muscles of the leg. Physiotherapist

program are given in volleyball athletes in increasing the height of the jump include

electrical myostimulation

and hurdle hops exercise.

Keywords:

power, electrical myostimulation (EMS), hurdle hops

1. PENDAHULUAN

Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Banyak


(6)

Salah satu faktor yang mendukung tingkat suatu prestasi olahraga adalah power otot tungkai, yang dapat dilatih melalui program suatu latihan. Pada permainan bola voli, daya ledak (power) otot tungkai berperan penting pada kemampuan melompat untuk melakukan pukulan smash, drop, dan block lebih cepat dan akurat. (Rahmani, 2014).

Untuk memperoleh power tungkai yang kuat perlu adanya latihan fisik yang terprogram dengan baik.Latihan fisik yang diberikan untuk memperoleh power otot tungkai yang kuat yaitu latihan pliometrik. Bentuk latihan pliometrikyang sesuai untuk meningkatkan power otot tungkai yaitu: hurdle hops. Latihan yang diberikan ini berfungsi untuk membina dan meningkatkan kekuatan otot tungkai.

Selain latihan fisik untuk peningkatan power otot tungkai, dapat juga menggunakan modalitas fisioterapi. Modalitas fisioterapi yang dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai salah satunya adalahNeuromuscular Electrical Stimulation (NMES) dapat digunakan untuk memperkuat otot-otot yang sehat atau dapat digunakan juga untuk mempertahankan massa otot. NMES merupakan modalitas fisioterapi yang menggunakan arus listrik yang dapat menyebabkan satu atau kelompok otot tertentu yang terstimulasi berkontraksi.Kontraksi otot dengan menggunakan elektrik stimulasi seperti NMES ini dapat meningkatkan kekuatan otot (Laura, 2008).

2. METODE

Penelitian ini menggunakan metode quasiexperiment dengan rancangan pre dan post test two group design. Dengan membandingkan dua hasil evaluasi yaitu pre test dan post test, dalam penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 sebagai kelompok eksperimen, diberikan perlakuan secara kelompok dengan penambahan Electrical Myostimulation secara rutin 3 kali seminggu selama 4 minggu dan kelompok 2 sebagai kelompok kontrol secara individu dengan diberikan latihan plyometric.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil

Pemberian latihan pliometrik dan NMES menghasilkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil nilai vertical jump. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji pre dan post menggunakan wilcoxon pada tabel berikut :

a. Uji pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan dengan vertical jump test pada kelompok I.

Tabel 4.6 hasil uji pada kelompok I

Uji Wilcoxon Z p-value Kesimpulan

Sebelum & sesudah Test Kelompok I -2,859 0,004 Ha diterima

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara sebelum

vertical jump dan sesudah vertical jump pada pemberian tambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle hops dengan p-value yaitu 0,004<0,05 nilai z negatif (-2,859) menunjukkan bahwa nilai vertical jump sebelum test lebih kecil dari sesudah test.


(7)

b. Uji pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan dengan vertical jump test pada kelompok II. Tabel 4.7 Hasil uji pada kelompok II

Uji Wilcoxon Z p-value Kesimpulan

Sebelum & Sesudah Test Kelompok II -2,714 0,007 Ha diterima

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara sebelum vertical jump dan sesudah vertical jump pada latihan hurdle hops dengan p-value yaitu 0,007<0,05 nilai z negatif (-2,714) menunjukkan bahwa nilai vertical jump sebelum test lebih kecil dari sesudah test.

c. Uji beda pengaruh pada kelompok I dan kelompok II

Tabel 4.8 uji antar kelompok I dan kelompok II

Uji Mann Whitney Z p-value Kesimpulan

Kelompok I – Kelompok II -2,482 0,023 Ha diterima Sumber : Data Primer, 2016

Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai z yaitu -2,482 dengan nilai p-value

0,023<0,05, sehingga Ha diterima hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penambahan electrical myostimulation dan lahtihan hurdle hops dengan latihan hurdle hops

terhadap tinggi lompatan menggunakan vertival jump test.

3.2 PEMBAHASAN 3.2.1 Hasil Uji Analisis

a. Pengaruh penambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle hops Terhadap Tinggi Loncatan pada atlet Bola Voli

Pada tabel 4.4 menunjukkan p 0,004 < 0,05 yang artinya bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara sebelum dan sesudah test pada kelompok eksperimen. Setelah diberikan perlakuan Neuromuscular Electrical Stimualtion dan latihan plyometric dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu selama empat minggu terdapat pengaruh pada peningkatan tinggi lompatan pemain bola voli.

Menurut Holcomb (2006) induksi dari kontraksi hasil EMS pada saraf motorik dapat meningkatkan jumlah rekruitmen motor unit. Dengan begitu jika semua motor unit direkrut, maka otot dapat melakukan kontraksi maksimal, dengan sesi pelatihan dari EMS otot akan meningkatkan ketegangan dan mengembangkan kapasitas kekuatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Laura (2008) yang menyatakan bahwa kontraksi otot yang dihasilkan stimulasi elektris dapat meningkatkan kekuatan otot.

Electrical myostimulation dapat meningkatkan kekuatan otot dan vertical jump pada kelompok pemain bola basket setelah diberikan selama 4 minggu dengan mengkombinasikan


(8)

electromyostimulation dan latihan plyometric terhadap kekuatan otot dan kemampuan vertical jump

pada pemain basket. Sama seperti penelitian sebelumnya, penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada kombinasi antara EMS dan latihan plyometric

terhadap peningkatan tinggi lompatan pada pemain bola voli.

Pada penelitian ini, EMS diberikan tiga kali seminggu selama empat minggu, waktu terapinya selama 15 menit per sesi dengan frekuensi 100 Hz, fase durasi yang digunakan 200µs-300µs dengan program terapinya 2/4 (2 detik kontraksi, 4 detik rileksasi), dan intensitas maksimal toleransi bervariasi antara 0-100 mA tergantung pada ambang batas toleransi subyek dengan metode grup otot.

Setelah dilihat dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan stimulasi listrik seperti EMS pada otot quadriceps femoris dapat meningkatkan kekuatan otot tersebut dan dengan mengkombinasikan EMS dan latihan plyometric dapat mempengaruhi peningkatan tinggi lompatan pada atlet.

b. Pengaruh Latihan hurdle hops Terhadap Tinggi Loncatan pada atlet Bola Voli

Pada tabel 4.5 menunjukkan p= 0,007 < 0,05 yang artinya bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara sebelum dan sesudah test pada kelompok kontrol. Setelah diberikan perlakuan latihan plyometric dengan program latihan tiga kali seminggu selama empat minggu terdapat pengaruh pada tinggi lompatan pada pemain bola voli. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukadarwanto & Utomo (2014) bahwa latihan plyometric dapat meningkatkan power otot tungkai.

Latihan hurdle hops dapat mempengaruhi dua faktor utama, yaitu kekuatan dan kecepatan. Latihan plyometric ini akan membentuk kemampuan unsur kecepatan dan kekuatan otot yang menjadi dasar terbentuknya daya ledak otot. Dengan menggunakan kekuatan dan kecepatan otot akan mempengaruhi kemampuan explosive otot, otot yang mempunyai explosive

yang besar hampir dipastikan mempunyai kekuatan dan kecepatan yang besar pula.

Power tungkai yang meningkat akan menghasilkan kekuatan, kecepatan kontraksi (explosive power) pada otot-otot tungkai tersebut, sehingga tingkat vertical jump akan meningkat. Pada penelitian yang telah dilakukan Sitevan (2012), terdapat pengaruh latihan plyometric

terhadap peningkatan power power otot tungkai dan kemampuan smash dalam permainan bola voli pada atlet putri usia 14-16 tahun.

Setelah dilihat dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan latihan plyometric dapat mempengaruhi peningkatan tinggi lompatan pada atlet.

c. Perbedaan Pengaruh penambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle hops dengan latihan hurdle hops Terhadap Tinggi Loncatan atlet Bola Voli

Berdasarkan hasil uji beda pengaruh pada tabel 4.6 menunjukkan p 0,023 <0,05 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara penambahan EMS dan latihan

plyometric dengan latihan plyometric saja. Pengaruh penambahan EMS dan latihan plyometric

mampu meningkatkan kemampuan melompat atlet bola voli dengan cepat dibandingkan dengan latihan plyometric saja. Hal ini dapat dilihat dari selisih rata-rata nilai vertical jump test

antar kedua kelompok. Selisih rata-rata nilai vertical jump test pada kelompok eksperimen adalah 1,7 cm, sedangkan pada kelompok kontrol selisihnya adalah 1,1 cm.

Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fatkhurrohman (2010) yang menyatakan bahwa pemberian stimulasi elektrik bersamaan dengan latihan volunter mampu meningkatkan daya tahan dan kekuatan kontraksi yang lebih besar dibandingkan dengan pemberian latihan volunter saja. Pernyataan di depan sama halnya yang dikemukakan oleh Maffiuletti et al., (2004) bahwa dengan memberikan electromyostimulation dan latihan plyometric


(9)

dalam jangka pendek mampu memberikan efek yang menguntungkan pada kemampuan

vertical jump.

Menambahkan EMS dan latihan pliomterik pada program pelatihan atlet dapat menjadi cara untuk mengembangkan dan meningkatkan kekuatan otot para atlet. EMS dapat digunakan untuk memperkuat otot yang sehat atau normal untuk mempertahankan massa otot (Batey, 2006). Peningkatan otot dengan menggunakan EMS cenderung lebih optimal pada kondisi non patologis dibandingkan dengan kondisi patologis. Dengan kata lain, pemberian EMS pada atlet mampu meningkatkan kekuatan otot yang signifikan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari analisis hasil statistik, dapat diambil kesimpulanbahwa:

1. Ada pengaruh penambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle hops terhadap tinggi loncatan pada atlet bola voli.

2. Ada pengaruh latihan hurdle hops saja terhadap tinggi loncatan pada atlet bola voli.

3. Penambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle hops menghasilkan peningkatan nilai tinggi loncatan yang lebih dibandingkan dengan latihan hurdle hops saja terhadap tinggi loncatan pada atlet bola voli.

4.2 Saran

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan. Peneliti menyarankan untuk menambah ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama dan dengan penambahan jumlah responden. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian harus lebih diperhatikan lagi.

Bagi responden pemberian EMS dan latihan hurdle hops dapat menjadi salah satu cara yang dapat dipilih dalam program latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dan kemampuan melompat. Bagi fisioterapis khususnya fisioterapis olahraga diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya dalam merancang variasi metode latihan untuk para atlet yang ditangani dalam meningkatkan kekuatan otot.


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Nuril.2007. PanduanOlahraga Bola Voli. Solo: Era PustakaUtama Batey, Dennis A. 2006. Neuromuscular Electrical Stimulation.

Fatkhurrohman, M. 2010. Teknologi Stimulasi Elektrik (Elektrical Stimulation) Bagi Pasien Yang Mengalami Kelemahan Otot Dan Nyeri. Keperawatan Medikal Bedah FIK-UI.

Holcomb, W. 2006. Effect old training with Neuromuscular Electrical Stimulation on Elbow Flexion Strength. Journal of sports science and medicine 5: 276-281.

Laoli, Sitevan. 2012. Perbedaan Pengaruh Latihan Knee Tuck Jump dan Latihan Double Leg Bound Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai dan Kemampuan Smash Dalam Permainan Bola Voli Pada Atlet Putri Usia 15-19 Tahun Club Embrio Mabar Tahun 2012. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Laura. 2008. The effects of Neuromuscular electrical Stimulation for dysphagia in Opercular Syndrome: A Case Study. Departemen of Neurology, University Hospital Maastricht, Maastricht, The Netherlands. Diakses darihttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2440926/

Maffiuletti N.A., Cometti G., Amiridis I.G., Martin A., Pousson M., & Chatard J.C. 2000. The Effect of Electromyostimulation Training and Basketball Practice on Muscle Strength and Jumping Ability. Int J Sport Med 21:437-443.

Rahmani, Mikanda. 2014. Buku Super Lengkap Olahraga. Jakarta Timur: Dunia Cerdas.

Sukadarwanto & Utomo B. 2014. Perbedaan Half Squat Jump dan Knee Tuck Jump Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot dan Kelincahan. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi.


(1)

PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL MYOSTIMULATION DAN

LATIHAN HURDLE HOPS TERHADAP TINGGI LOMPATAN PADA

PEMAIN BOLA VOLI

ABSTRAK

Latar Belakang:

Salah satu faktor yang mendukung tingkat suatu prestasi atlet bola voli

adalah

power

otot tungkai, yang dapat dilatih melalui program suatu latihan. EMS

merupakan modalitas fisioterapi yang menggunakan arus listrik yang dapat menyebabkan

satu atau kelompok otot tertentu yang terstimulasi berkontraksi. Kontraksi otot dengan

penambahan menggunakan

Electrical Myostimulation

ini dapat meningkatkan kekuatan

otot. Latihan

hurdle hops

adalah suatu bentuk latihan yang hakekatnya juga melatih otot

tungkai. Program fisioterapis yang diberika pada atlet bola voli dalam meningkatkan

tinggi lompatan antara lain adalah

electrical myostimulation

dan latihan

hurdle hops.

Kata Kunci : power, electrical myostimulation

(EMS),

hurdle hops

THE EFFECT OF ADDITION OF ELECTRICAL MYOSTIMULATION

AND HURDLE HOPS TRAINING ON THE HIGH JUMP IN VOLLEYBALL

PLAYERS

ABSTRACT

Background:

One of the factors that support an athlete's performance level of

volleyball is a leg muscle power, which can be trained through an exercise program. EMS

is a physiotherapy modalities that uses electrical currents that can cause one or certain

muscle groups are stimulated to contract. Muscle contractions with the addition of

Electrical Myostimulation

use can increase muscle strength.

Hurdle hops

exercise are

essentially a form of exercise that also train the muscles of the leg. Physiotherapist

program are given in volleyball athletes in increasing the height of the jump include

electrical myostimulation

and hurdle hops exercise.

Keywords:

power, electrical myostimulation (EMS), hurdle hops

1. PENDAHULUAN

Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Banyak prestasi bola voli yang sudah diraih, akan tetapi Pengurus Pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PP PBVSI) mengakui jika prestasi cabang olahraga bola voli tetap belum maksimal. Prestasi bola voli

Indonesia memang kalah bersaing dengan negara lain dan saatnya bangkit untuk mengejar ketertinggalan prestasi bola voli. Evaluasi yang harus dilakukan tidak hanya dilakukan dari sisi kepengurusan namun juga dari sisi pembinaan atlet. (Ahmadi, 2007).


(2)

Salah satu faktor yang mendukung tingkat suatu prestasi olahraga adalah power otot tungkai, yang dapat dilatih melalui program suatu latihan. Pada permainan bola voli, daya ledak (power) otot tungkai berperan penting pada kemampuan melompat untuk melakukan pukulan smash, drop, dan block lebih cepat dan akurat. (Rahmani, 2014).

Untuk memperoleh power tungkai yang kuat perlu adanya latihan fisik yang terprogram dengan baik.Latihan fisik yang diberikan untuk memperoleh power otot tungkai yang kuat yaitu latihan pliometrik. Bentuk latihan pliometrikyang sesuai untuk meningkatkan power otot tungkai yaitu: hurdle hops. Latihan yang diberikan ini berfungsi untuk membina dan meningkatkan kekuatan otot tungkai.

Selain latihan fisik untuk peningkatan power otot tungkai, dapat juga menggunakan modalitas fisioterapi. Modalitas fisioterapi yang dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai salah satunya adalahNeuromuscular Electrical Stimulation (NMES) dapat digunakan untuk memperkuat otot-otot yang sehat atau dapat digunakan juga untuk mempertahankan massa otot. NMES merupakan modalitas fisioterapi yang menggunakan arus listrik yang dapat menyebabkan satu atau kelompok otot tertentu yang terstimulasi berkontraksi.Kontraksi otot dengan menggunakan elektrik stimulasi seperti NMES ini dapat meningkatkan kekuatan otot (Laura, 2008).

2. METODE

Penelitian ini menggunakan metode quasiexperiment dengan rancangan pre dan post test two group design. Dengan membandingkan dua hasil evaluasi yaitu pre test dan post test, dalam penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 sebagai kelompok eksperimen, diberikan perlakuan secara kelompok dengan penambahan Electrical Myostimulation secara rutin 3 kali seminggu selama 4 minggu dan kelompok 2 sebagai kelompok kontrol secara individu dengan diberikan latihan plyometric.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil

Pemberian latihan pliometrik dan NMES menghasilkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil nilai vertical jump. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji pre dan post menggunakan wilcoxon pada tabel berikut :

a. Uji pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan dengan vertical jump test pada kelompok I. Tabel 4.6 hasil uji pada kelompok I

Uji Wilcoxon Z p-value Kesimpulan

Sebelum & sesudah Test Kelompok I -2,859 0,004 Ha diterima Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara sebelum vertical jump dan sesudah vertical jump pada pemberian tambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle hops dengan p-value yaitu 0,004<0,05 nilai z negatif (-2,859) menunjukkan bahwa nilai vertical jump sebelum test lebih kecil dari sesudah test.


(3)

b. Uji pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan dengan vertical jump test pada kelompok II. Tabel 4.7 Hasil uji pada kelompok II

Uji Wilcoxon Z p-value Kesimpulan

Sebelum & Sesudah Test Kelompok II -2,714 0,007 Ha diterima Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara sebelum vertical jump dan sesudah vertical jump pada latihan hurdle hops dengan p-value yaitu 0,007<0,05 nilai z negatif (-2,714) menunjukkan bahwa nilai vertical jump sebelum test lebih kecil dari sesudah test.

c. Uji beda pengaruh pada kelompok I dan kelompok II

Tabel 4.8 uji antar kelompok I dan kelompok II Uji Mann Whitney Z p-value Kesimpulan Kelompok I – Kelompok II -2,482 0,023 Ha diterima

Sumber : Data Primer, 2016

Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai z yaitu -2,482 dengan nilai p-value 0,023<0,05, sehingga Ha diterima hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penambahan electrical myostimulation dan lahtihan hurdle hops dengan latihan hurdle hops terhadap tinggi lompatan menggunakan vertival jump test.

3.2 PEMBAHASAN 3.2.1 Hasil Uji Analisis

a. Pengaruh penambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle hops Terhadap Tinggi Loncatan pada atlet Bola Voli

Pada tabel 4.4 menunjukkan p 0,004 < 0,05 yang artinya bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara sebelum dan sesudah test pada kelompok eksperimen. Setelah diberikan perlakuan Neuromuscular Electrical Stimualtion dan latihan plyometric dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu selama empat minggu terdapat pengaruh pada peningkatan tinggi lompatan pemain bola voli.

Menurut Holcomb (2006) induksi dari kontraksi hasil EMS pada saraf motorik dapat meningkatkan jumlah rekruitmen motor unit. Dengan begitu jika semua motor unit direkrut, maka otot dapat melakukan kontraksi maksimal, dengan sesi pelatihan dari EMS otot akan meningkatkan ketegangan dan mengembangkan kapasitas kekuatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Laura (2008) yang menyatakan bahwa kontraksi otot yang dihasilkan stimulasi elektris dapat meningkatkan kekuatan otot.

Electrical myostimulation dapat meningkatkan kekuatan otot dan vertical jump pada kelompok pemain bola basket setelah diberikan selama 4 minggu dengan mengkombinasikan EMS pada latihan pliometik (Maffiuletti et al., 2000). Pada penelitian tersebut didapatkan hasil peningkatan yang signifikan dari kemampuan vertical jump.

Pemberian EMS melalui elektroda yang menempel langsung pada kulit terutama pada motor point dari otot-otot yang dirangsang bekerja meniru impuls potensial aksi yang berasal dari sistem saraf pusat. Sebelumnya Maffiuletti et al., (2005) telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif pada kombinasi antara


(4)

electromyostimulation dan latihan plyometric terhadap kekuatan otot dan kemampuan vertical jump pada pemain basket. Sama seperti penelitian sebelumnya, penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada kombinasi antara EMS dan latihan plyometric terhadap peningkatan tinggi lompatan pada pemain bola voli.

Pada penelitian ini, EMS diberikan tiga kali seminggu selama empat minggu, waktu terapinya selama 15 menit per sesi dengan frekuensi 100 Hz, fase durasi yang digunakan 200µs-300µs dengan program terapinya 2/4 (2 detik kontraksi, 4 detik rileksasi), dan intensitas maksimal toleransi bervariasi antara 0-100 mA tergantung pada ambang batas toleransi subyek dengan metode grup otot.

Setelah dilihat dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan stimulasi listrik seperti EMS pada otot quadriceps femoris dapat meningkatkan kekuatan otot tersebut dan dengan mengkombinasikan EMS dan latihan plyometric dapat mempengaruhi peningkatan tinggi lompatan pada atlet.

b. Pengaruh Latihan hurdle hops Terhadap Tinggi Loncatan pada atlet Bola Voli

Pada tabel 4.5 menunjukkan p= 0,007 < 0,05 yang artinya bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara sebelum dan sesudah test pada kelompok kontrol. Setelah diberikan perlakuan latihan plyometric dengan program latihan tiga kali seminggu selama empat minggu terdapat pengaruh pada tinggi lompatan pada pemain bola voli. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukadarwanto & Utomo (2014) bahwa latihan plyometric dapat meningkatkan power otot tungkai.

Latihan hurdle hops dapat mempengaruhi dua faktor utama, yaitu kekuatan dan kecepatan. Latihan plyometric ini akan membentuk kemampuan unsur kecepatan dan kekuatan otot yang menjadi dasar terbentuknya daya ledak otot. Dengan menggunakan kekuatan dan kecepatan otot akan mempengaruhi kemampuan explosive otot, otot yang mempunyai explosive yang besar hampir dipastikan mempunyai kekuatan dan kecepatan yang besar pula.

Power tungkai yang meningkat akan menghasilkan kekuatan, kecepatan kontraksi (explosive power) pada otot-otot tungkai tersebut, sehingga tingkat vertical jump akan meningkat. Pada penelitian yang telah dilakukan Sitevan (2012), terdapat pengaruh latihan plyometric terhadap peningkatan power power otot tungkai dan kemampuan smash dalam permainan bola voli pada atlet putri usia 14-16 tahun.

Setelah dilihat dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan latihan plyometric dapat mempengaruhi peningkatan tinggi lompatan pada atlet.

c. Perbedaan Pengaruh penambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle

hops dengan latihan hurdle hops Terhadap Tinggi Loncatan atlet Bola Voli

Berdasarkan hasil uji beda pengaruh pada tabel 4.6 menunjukkan p 0,023 <0,05 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara penambahan EMS dan latihan plyometric dengan latihan plyometric saja. Pengaruh penambahan EMS dan latihan plyometric mampu meningkatkan kemampuan melompat atlet bola voli dengan cepat dibandingkan dengan latihan plyometric saja. Hal ini dapat dilihat dari selisih rata-rata nilai vertical jump test antar kedua kelompok. Selisih rata-rata nilai vertical jump test pada kelompok eksperimen adalah 1,7 cm, sedangkan pada kelompok kontrol selisihnya adalah 1,1 cm.

Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fatkhurrohman (2010) yang menyatakan bahwa pemberian stimulasi elektrik bersamaan dengan latihan volunter mampu meningkatkan daya tahan dan kekuatan kontraksi yang lebih besar dibandingkan dengan pemberian latihan volunter saja. Pernyataan di depan sama halnya yang dikemukakan oleh Maffiuletti et al., (2004) bahwa dengan memberikan electromyostimulation dan latihan plyometric


(5)

dalam jangka pendek mampu memberikan efek yang menguntungkan pada kemampuan vertical jump.

Menambahkan EMS dan latihan pliomterik pada program pelatihan atlet dapat menjadi cara untuk mengembangkan dan meningkatkan kekuatan otot para atlet. EMS dapat digunakan untuk memperkuat otot yang sehat atau normal untuk mempertahankan massa otot (Batey, 2006). Peningkatan otot dengan menggunakan EMS cenderung lebih optimal pada kondisi non patologis dibandingkan dengan kondisi patologis. Dengan kata lain, pemberian EMS pada atlet mampu meningkatkan kekuatan otot yang signifikan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari analisis hasil statistik, dapat diambil kesimpulanbahwa:

1. Ada pengaruh penambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle hops terhadap tinggi loncatan pada atlet bola voli.

2. Ada pengaruh latihan hurdle hops saja terhadap tinggi loncatan pada atlet bola voli.

3. Penambahan electrical myostimulation dan latihan hurdle hops menghasilkan peningkatan nilai tinggi loncatan yang lebih dibandingkan dengan latihan hurdle hops saja terhadap tinggi loncatan pada atlet bola voli.

4.2 Saran

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan. Peneliti menyarankan untuk menambah ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama dan dengan penambahan jumlah responden. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian harus lebih diperhatikan lagi.

Bagi responden pemberian EMS dan latihan hurdle hops dapat menjadi salah satu cara yang dapat dipilih dalam program latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dan kemampuan melompat. Bagi fisioterapis khususnya fisioterapis olahraga diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya dalam merancang variasi metode latihan untuk para atlet yang ditangani dalam meningkatkan kekuatan otot.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Nuril.2007. PanduanOlahraga Bola Voli. Solo: Era PustakaUtama Batey, Dennis A. 2006. Neuromuscular Electrical Stimulation.

Fatkhurrohman, M. 2010. Teknologi Stimulasi Elektrik (Elektrical Stimulation) Bagi Pasien Yang Mengalami Kelemahan Otot Dan Nyeri. Keperawatan Medikal Bedah FIK-UI.

Holcomb, W. 2006. Effect old training with Neuromuscular Electrical Stimulation on Elbow Flexion Strength. Journal of sports science and medicine 5: 276-281.

Laoli, Sitevan. 2012. Perbedaan Pengaruh Latihan Knee Tuck Jump dan Latihan Double Leg Bound Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai dan Kemampuan Smash Dalam Permainan Bola Voli Pada Atlet Putri Usia 15-19 Tahun Club Embrio Mabar Tahun 2012. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Laura. 2008. The effects of Neuromuscular electrical Stimulation for dysphagia in Opercular Syndrome: A Case Study. Departemen of Neurology, University Hospital Maastricht, Maastricht, The Netherlands. Diakses darihttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2440926/

Maffiuletti N.A., Cometti G., Amiridis I.G., Martin A., Pousson M., & Chatard J.C. 2000. The Effect of Electromyostimulation Training and Basketball Practice on Muscle Strength and Jumping Ability. Int J Sport Med 21:437-443.

Rahmani, Mikanda. 2014. Buku Super Lengkap Olahraga. Jakarta Timur: Dunia Cerdas.

Sukadarwanto & Utomo B. 2014. Perbedaan Half Squat Jump dan Knee Tuck Jump Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot dan Kelincahan. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL MYOSTIMULATION (EMS) DAN LATIHAN HURDLE HOPS TERHADAP TINGGI Pengaruh Penambahan Electrical Myostimulation (Ems) Dan Latihan Hurdle Hops Terhadap Tinggi Lompatan Pada Pemain Bola Voli.

0 3 16

PENDAHULUAN Pengaruh Penambahan Electrical Myostimulation (Ems) Dan Latihan Hurdle Hops Terhadap Tinggi Lompatan Pada Pemain Bola Voli.

0 2 6

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Penambahan Electrical Myostimulation (Ems) Dan Latihan Hurdle Hops Terhadap Tinggi Lompatan Pada Pemain Bola Voli.

0 5 4

PENGARUH NEUROMUSCULAR ELECTRICAL Pengaruh Neuromuscular Electrical Stimulation Dan Latihan Pliometrik Terhadap Peningkatan Tinggi Lompatan Pada Pemain Bulutangkis.

0 3 17

PENGARUH NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION Pengaruh Neuromuscular Electrical Stimulation Dan Latihan Pliometrik Terhadap Peningkatan Tinggi Lompatan Pada Pemain Bulutangkis.

0 3 16

PENDAHULUAN Pengaruh Neuromuscular Electrical Stimulation Dan Latihan Pliometrik Terhadap Peningkatan Tinggi Lompatan Pada Pemain Bulutangkis.

0 2 6

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN SKIPPING PADA Pengaruh Pengaruh Penambahan Latihan Skipping Pada Plyometrics Depth Jump Terhadap Peningkatan Vertical Jump Pada Pemain Bola Voli.

0 3 17

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN SKIPPING PADA Pengaruh Pengaruh Penambahan Latihan Skipping Pada Plyometrics Depth Jump Terhadap Peningkatan Vertical Jump Pada Pemain Bola Voli.

0 2 15

PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL MUSCLE Pengaruh Penambahan Electrical Muscle Stimulation (EMS) Terhadap Peningkatan Tonus Otot Pada Penderita Delayed Development.

0 0 19

PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL MUSCLE STIMULATION(EMS) TERHADAP PENINGKATAN TONUS OTOT PADA PENDERITA Pengaruh Penambahan Electrical Muscle Stimulation (EMS) Terhadap Peningkatan Tonus Otot Pada Penderita Delayed Development.

0 1 13