PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA PENSIUNAN PNS YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA The difference level of depression between retired civil servant that works with its not working.

(1)

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA PENSIUNAN PNS YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran

Oleh :

Mahendra Budi Arma Sani J 500 12 0078

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

1

Perbedaan Tingkat Depresi Antara Pensiunan PNS Yang Bekerja Dengan Yang Tidak Bekerja

Abstrak

Setiap orang yang bekerja akan mengalami pensiun, seseorang baru memasuki masa pensiun jika berusia 60 tahun bagi guru, 65 tahun bagi hakim di mahkamah pelayanan atau bagi peneliti madya. Ketakutan menghadapi masa pensiun, membuat banyak orang mengalami problem yang serius baik dari sisi kejiwaan maupun fisik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa adakah perbedaan tingkat depresi antara pensiunan PNS yang bekerja dengan yang tidak bekerja. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Diambil dengan teknik total sampling terdapat 67 Pensiunan PNS.menggunakan kuissioner BDI dan Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Dari hasil analisis data menunjukan nilai p (sig) sebesar 0,000 (p < 0,05). Terdapat perbedaan tingkat depresi antara Pensiunan PNS yang tidak bekerja dengan Pensiunan PNS yang bekerja.

Kata Kunci: Depresi, Pensiunan, Bekerja Abstract

Retirement is often considered an unpleasant realities so ahead of its time comes, most people are worried because they do not know what kind of life will be encountered later. Fears for retirement, making a lot of people experiencing serious problems both in terms of mental and physical. To know and analyze the difference level of depression of retired civil servant who worked with that did not work.. This study is an observational analytic with cross sectional design. taken with total sampling method and using BDI questionaire. The statistical test used was Chi-Square test.. From the analysis of the data showed p-value= 0.000 (p <0.05), so that statiscally, it means theres is a significan difference depression level of retired civil servant that works and not working. There are differences in the level of depression among retired civil servant who does not work with Retired civil servants working.


(6)

2 1. PENDAHULUAN

Prevalensi kejadian depresi cukup tinggi hampir lebih dari 350 juta penduduk dunia mengalami depresi dan merupakan penyakit dengan peringkat ke-4 di dunia menurut WHO. Prevalensi gangguan mental emosional penduduk di atas 15 tahun di Indonesia berdasarkan data Riskesda tahun 2007 mencapai 11,6% atau diderita sekitar 19 juta orang. Kejadian depresi lebih sering terjadi pada wanita (10-25%) dibanding pada pria (5-12%). Kejadian depresi juga lebih tinggi pada usia produktif dibanding pada usia anak remaja maupun lanjut usia. Gangguan depresi mayor usia 30-44 tahun memiliki prevalensi 19,8%, usia 18 – 29 tahun 15,4% sedangkan pada usia ≥ 60 tahun 10,6%. (Riskesdas,2007)

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan suasana perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan,2010). Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National Institute of Mental Health,2010).

Pola kehidupan modern kemungkinan menjadi penyabab meningkatnya terjadinya depresi. Begitu banyak hal yang bisa menjadi pemicu terjadinya depresi. Beban hidup yang semakin berat, kesenjangan sosial, rutinitas sehari-hari, penambahan usia, hilangnya pekerjaan bahkan mungkin kemacetan dan polemik-polemik sosial politik pun mengambil andil yang besar untuk peningkatan prevalensi depresi jika dibandingkan dengan tahun-tahun terdahulu. Depresi tidak hanya menyerang umur tertentu, tetapi bisa menyerang semua umur dari anak-anak sampai lansia (lanjut usia). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui prevalensi terjadinya depresi di semua usia dan terbukti usia rerata awitan depresi adalah sekitar 40 tahun dengan 50 % pasien memiliki awitan antara usia 20-50 tahun. Penyebab depresi pada masing-masing rentang usia sangat bervariasi (Sadock, 2010).

Setiap orang yang bekerja akan mengalami pensiun, seseorang baru memasuki masa pensiun jika berusia 60 tahun bagi guru, 65 tahun berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat atas peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Peraturan Pemerintah, 2013). Ketika seseorang memasuki masa pensiun secara psikologis sudah masuk pada kategori dewasa akhir atau yang lebih dikenal dengan istilah manula. Dari segi produktivitas kerja sudah menurun, dan dari


(7)

3

tugas perkembangan pun mereka telah dipersiapkan untuk menikmati kehidupan mereka. Memasuki masa pensiun memang tidak mudah. Terlebih lagi jika sebelumnya seorang pegawai negeri memiliki kedudukan atau jabatan, maka saat pensiun tiba, jabatan itu akan lenyap, oleh karena individu akan kehilangan identitas dan label (Dinsi, 2006). Menurut penelitian Dinsi (2006) pihak yang paling takut menghadapi masa pensiun adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Para Pegawai Negeri Sipil yang telah habis masa purna tugasnya atau pensiun, akan mengalami mental shock (faktor kejiwaan). Menjelang akhir masa kerjanya, mereka tampak kurang beraktivitas dan sering sakit-sakitan. Mental shock ini terjadi, karena adanya ketakutan tentang apa yang harus dihadapi nanti, ketika masa pensiun tiba. Terasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya, karena pekerjaan dan jabatan yang selama ini dipegang, harus ditinggalkan. Kehilangan pekerjaan dan jabatan inilah yang membuat mereka stres, cemas dan depresi.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional), yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang diobservasi pada saat yang sama. Penelitian ini dilaksanakan di PT Taspen kabupaten Klaten, pada waktu bulan Januari 2016. Subjek dalam penelitian ini dan akan dijadikan dalam penelitian ini adalah pensiunan pegawai negri sipil di Klaten. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Dimana pengambilan jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja sedangkan variable terikat dalam penelitian ini adalah tingkat depresi.

3. HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

No Status Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Tidak Bekerja 40 60 %

2. Bekerja 27 40 %


(8)

4

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Perbedaan Depresi dan Non Depresi antara Pensiunan PNS yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan nilai expected count Pensiunan PNS

Total Tidak

Bekerja Bekerja Tingkat

Depresi

Depresi Count 36 4 40

Expected Count 23.9 16.1 40.0

Tidak Depresi

Count 4 23 27

Expected Count 16.1 10.9 27.0

Total Count 40 27 67

67.0

Expected Count 40.0 27.0

% of Total 59.7% 40.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai X2 Chi-Square adalah 37.874. Sementara itu, nilai p adalah 0,00 atau p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan depresi yang bermakna antara pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja dimana pensiunan PNS yang tidak bekerja lebih depresi dibandingkan pensiunan PNS yang bekerja.

4. PEMBAHASAN

Status Depresi

Total

Depresi Non Depresi Persentase depresi

Status Pekerjaan Tidak Bekerja 36 4 40 53,7 %

Bekerja 4 23 27 6,0 %

Total 40 27 67 59,7%

Tabel 4.4 . Hasil Uji Perbedaan Tingkat Depresi Pensiunan PNS Yang Bekerja Dengan Yang Tidak Bekerja Dengan SPSS

Value df p value

Pearson Chi-Square 37.874 1 .00

Continuity Correctionb 34.813 1 .00


(9)

5

Responden dalam penelitian ini adalah pensiunan PNS yang sedang berada di PT Taspen. Pada penelitian ini, diambil 67 sampel secara total sampling yang terdiri dari pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja. Dari jumlah tersebut, semua orang memenuhi kriteria yang telah ditentukan, di mana jumlah sampel pensiunan PNS yang bekerja 27 orang dan yang tidak bekerja 40 orang.

Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah pensiunan PNS yang minimal sudah mengalami masa pensiun selama satu tahun dengan rentang usia 59 - 72 tahun atau dengan kata lain tidak menunjukkan rentang usia yang jauh. enam puluh persen sampel memiliki jenis kelamin laki-laki.Hasil analisis data menunjukkan ada perbedaan bermakna kejadian depresi antara pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja.

Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji hipotesis Chi-Square di mana X2 = 37.874 dan p <

0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa pensiunan PNS yang tidak bekerja mempunyai tingkat depresi lebih tinggi dibanding pensiunan PNS yang bekerja. Kejadian depresi pada pensiunan PNS ini dipengaruhi oleh banyak hal, yakni kehilangan sumber keuangan yang menetap, pekerjaan, status (kedudukan dan jabatan), serta rutinitas sehari-hari. Kehilangan-kehilangan ini akan membuat para pensiunan lebih fokus pada pikiran mengenai objek atau tujuan penting yang hilang dan tetap tidak bisa merelakan harapan akan entah bagaimana mendapatkannya kembali. Hal ini sering membuat para pensiunan ini merasa dirinya tidak berguna atau menjadi beban keluarga sehingga lebih cenderung mengalami depresi. (Dinsi, 2006).

Memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah tugas-tugas mulia yang diemban para pensiunan ini ketika masih menjadi anggota PNS. Hal tersebut menyebabkan ketika masa tugasnya berakhir, rutinitas sehari-hari yang dihabiskan di kantor, sekolah dan lain lain hilang dan meninggalkan waktu-waktu kosong. Tugas besar yang membuat mereka memiliki prestise tinggi dimata masyarakat sehingga merasa dibutuhkan dan dihargai pun sudah tidak ada. Hal-hal tersebut menjadi beban pikiran bagi para pensiunan PNS ini dan terlihat nyata pada mereka yang tidak bekerja. Hal ini bertambah berat sejalan usia yang semakin menua dan kondisi fisik yang semakin menurun. Pengucilan diri dari keluarga dan lingkungan pun sering dilakukan. Akibatnya, mereka menanggung sendiri tanggung jawab dan beban hidup dari berbagai peristiwa yang tidak diinginkan sehingga kejadian depresi sulit terelakkan. Hal-hal tersebut nyata terlihat pada pensiunan PNS yang tidak bekerja. (Nefid et al. 2002).


(10)

6

Pensiunan PNS yang bekerja memiliki rutinitas baru dalam menjalani hidup. Kehilangan pekerjaan sebagai PNS pun tidak membuat penekanan pikiran yang berlebihan karena telah memiliki pekerjaan pengganti. Hal ini membuat mereka merasa masih berharga karena masih bisa menghasilkan uang dengan bekerja dan tak sepenuhnya menjadi beban keluarga sehingga kejadian depresi dapat diminimalisir. Masih banyak faktor lain yang bisa menyebabkan terjadinya depresi pada pensiunan PNS. Namun karena keterbatasan penelitian ini, faktor-faktor tersebut belum bisa dianalisis lebih lanjut serta adanya pensiunan PNS yang tidak bekerja tetapi juga tidak depresi serta yang bekerja tetapi tetap mengalami depresi di mungkinkan terjadi kesalahan dalam menjawab kuisioner BDI. Selain itu, penelitian ini belum mampu mengendalikan faktor perancu depresi yang lain seperti tingkat sosio ekonomi dan status perkawinan dari responden yang kemungkinan akan berpengaruh terhadap kejadian depresi. Hal lain yang menjadi kelemahan penelitian adalah tidak diklasifikasikannya status depresi menjadi tidak depresi, depresi ringan, sedang, dan berat. Walaupun memiliki beberapa keterbatasan, penelitian ini mampu membuktikan adanya perbedaan depresi yang bermakna antara pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja.

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan terdapat perbedaan tingkat depresi antara pensiunan PNS yang bekerja dengan yang tidak bekerja.

5.2 Saran

5.2.1 Diharapkan Badan Kepegawaian Negara memberikan latihan persiapan mental untuk menghadapi masa pensiun bagi anggotanya untuk menghindari terjadinya depresi pada masa pensiun

5.2.2 Diharapkan para pensiunan PNS lebih mempersiapkan mental untuk menghadapi masa pensiun

5.2.3 Diharapkan para pensiunan PNS yang mengalami Depresi sedang dan berat untuk mengunjungi Psikiater.

5.2.4 Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan depresi antara pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja dengan klasifikasi depresi yang


(11)

7

lebih rinci dan penggolongan subjek penelitian yang lebih jelas, serta pembatasan atau pengendalian terhadap faktor perancu.


(12)

8

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Diakses pada tanggal 19 oktober 2015 dari http://www. ppid. depkes. go. id/index. php

Dinsi, V, . Setiati, E. , & Yuliasari, E. (2006). Ketika pensiun tiba. Jakarta : Wijayata Media Utama. Durand, V Mark dan Barlow, David H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal edisi 4. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Eliana, R.konsep diri pensiunan.2003. (diunduh 18 oktober 2015).tersedia dari: URL: HYPERLINK http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-rika%20eliana.pdf

Handi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publiser

Hurlock, EB. 2009. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hutapea, R. 2005. Sehat dan ceria di usia senja, melangkah dengan anggun. Jakarta : Rieneka Cipta.

Ide P. 2010. Strategic thinking to fight frustation. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Kaplan HI, Sadock BJ, grebb JA. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pegetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Tanggerang (Indonesia) : BINARUPA AKSARA.

Maramis, WF dan Maramis, Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press

Maslim, R. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya.

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : UGM Press

Nefid. 2002. Psikologi Abnormal Edisi 5 Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Poerwadarminta, W. J. S. 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 478 Polgar, Michael. 2011. Beck Depression Inventory. http://www. minddisorders.

com/A-Br/Beck-Depression-Inventory. html (21 september 2015)

Rini, J. F. (2001). Pensiun dan pengaruhnya. http//www. e-psikologi. com/lansia.


(13)

9

Santrock, JW. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, jilid II. Jakarta: Erlangga

Sastra Djatmika dan Marsono, 1995, Hukum Kepegawaian Indonesia, Djambatan, Jakarta, hlm. 95 Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental edisi 5 jilid 2. Yogyakarta: Percetakan Kanisius. Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental edisi 5 jilid 3. Yogyakarta: Percetakan Kanisius. Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta

Taufiqurohman, M.A. 2009. Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan. Surakarta: UNS Press.


(1)

4

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Perbedaan Depresi dan Non Depresi antara Pensiunan PNS yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan nilai expected count Pensiunan PNS

Total Tidak

Bekerja Bekerja Tingkat

Depresi

Depresi Count 36 4 40

Expected Count 23.9 16.1 40.0

Tidak Depresi

Count 4 23 27

Expected Count 16.1 10.9 27.0

Total Count 40 27 67

67.0

Expected Count 40.0 27.0

% of Total 59.7% 40.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai X2 Chi-Square adalah 37.874. Sementara itu, nilai p adalah 0,00 atau p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan depresi yang bermakna antara pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja dimana pensiunan PNS yang tidak bekerja lebih depresi dibandingkan pensiunan PNS yang bekerja.

4. PEMBAHASAN

Status Depresi

Total

Depresi Non Depresi Persentase depresi

Status Pekerjaan Tidak Bekerja 36 4 40 53,7 %

Bekerja 4 23 27 6,0 %

Total 40 27 67 59,7%

Tabel 4.4 . Hasil Uji Perbedaan Tingkat Depresi Pensiunan PNS Yang Bekerja Dengan Yang Tidak Bekerja Dengan SPSS

Value df p value

Pearson Chi-Square 37.874 1 .00

Continuity Correctionb 34.813 1 .00


(2)

5

Responden dalam penelitian ini adalah pensiunan PNS yang sedang berada di PT Taspen. Pada penelitian ini, diambil 67 sampel secara total sampling yang terdiri dari pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja. Dari jumlah tersebut, semua orang memenuhi kriteria yang telah ditentukan, di mana jumlah sampel pensiunan PNS yang bekerja 27 orang dan yang tidak bekerja 40 orang.

Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah pensiunan PNS yang minimal sudah mengalami masa pensiun selama satu tahun dengan rentang usia 59 - 72 tahun atau dengan kata lain tidak menunjukkan rentang usia yang jauh. enam puluh persen sampel memiliki jenis kelamin laki-laki.Hasil analisis data menunjukkan ada perbedaan bermakna kejadian depresi antara pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja.

Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji hipotesis Chi-Square di mana X2 = 37.874 dan p < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa pensiunan PNS yang tidak bekerja mempunyai tingkat depresi lebih tinggi dibanding pensiunan PNS yang bekerja. Kejadian depresi pada pensiunan PNS ini dipengaruhi oleh banyak hal, yakni kehilangan sumber keuangan yang menetap, pekerjaan, status (kedudukan dan jabatan), serta rutinitas sehari-hari. Kehilangan-kehilangan ini akan membuat para pensiunan lebih fokus pada pikiran mengenai objek atau tujuan penting yang hilang dan tetap tidak bisa merelakan harapan akan entah bagaimana mendapatkannya kembali. Hal ini sering membuat para pensiunan ini merasa dirinya tidak berguna atau menjadi beban keluarga sehingga lebih cenderung mengalami depresi. (Dinsi, 2006).

Memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah tugas-tugas mulia yang diemban para pensiunan ini ketika masih menjadi anggota PNS. Hal tersebut menyebabkan ketika masa tugasnya berakhir, rutinitas sehari-hari yang dihabiskan di kantor, sekolah dan lain lain hilang dan meninggalkan waktu-waktu kosong. Tugas besar yang membuat mereka memiliki prestise tinggi dimata masyarakat sehingga merasa dibutuhkan dan dihargai pun sudah tidak ada. Hal-hal tersebut menjadi beban pikiran bagi para pensiunan PNS ini dan terlihat nyata pada mereka yang tidak bekerja. Hal ini bertambah berat sejalan usia yang semakin menua dan kondisi fisik yang semakin menurun. Pengucilan diri dari keluarga dan lingkungan pun sering dilakukan. Akibatnya, mereka menanggung sendiri tanggung jawab dan beban hidup dari berbagai peristiwa yang tidak diinginkan sehingga kejadian depresi sulit terelakkan. Hal-hal tersebut nyata terlihat pada pensiunan PNS yang tidak bekerja. (Nefid et al. 2002).


(3)

6

Pensiunan PNS yang bekerja memiliki rutinitas baru dalam menjalani hidup. Kehilangan pekerjaan sebagai PNS pun tidak membuat penekanan pikiran yang berlebihan karena telah memiliki pekerjaan pengganti. Hal ini membuat mereka merasa masih berharga karena masih bisa menghasilkan uang dengan bekerja dan tak sepenuhnya menjadi beban keluarga sehingga kejadian depresi dapat diminimalisir. Masih banyak faktor lain yang bisa menyebabkan terjadinya depresi pada pensiunan PNS. Namun karena keterbatasan penelitian ini, faktor-faktor tersebut belum bisa dianalisis lebih lanjut serta adanya pensiunan PNS yang tidak bekerja tetapi juga tidak depresi serta yang bekerja tetapi tetap mengalami depresi di mungkinkan terjadi kesalahan dalam menjawab kuisioner BDI. Selain itu, penelitian ini belum mampu mengendalikan faktor perancu depresi yang lain seperti tingkat sosio ekonomi dan status perkawinan dari responden yang kemungkinan akan berpengaruh terhadap kejadian depresi. Hal lain yang menjadi kelemahan penelitian adalah tidak diklasifikasikannya status depresi menjadi tidak depresi, depresi ringan, sedang, dan berat. Walaupun memiliki beberapa keterbatasan, penelitian ini mampu membuktikan adanya perbedaan depresi yang bermakna antara pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja.

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan terdapat perbedaan tingkat depresi antara pensiunan PNS yang bekerja dengan yang tidak bekerja.

5.2 Saran

5.2.1 Diharapkan Badan Kepegawaian Negara memberikan latihan persiapan mental untuk menghadapi masa pensiun bagi anggotanya untuk menghindari terjadinya depresi pada masa pensiun

5.2.2 Diharapkan para pensiunan PNS lebih mempersiapkan mental untuk menghadapi masa pensiun

5.2.3 Diharapkan para pensiunan PNS yang mengalami Depresi sedang dan berat untuk mengunjungi Psikiater.

5.2.4 Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan depresi antara pensiunan PNS yang bekerja dan tidak bekerja dengan klasifikasi depresi yang


(4)

7

lebih rinci dan penggolongan subjek penelitian yang lebih jelas, serta pembatasan atau pengendalian terhadap faktor perancu.


(5)

8

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Diakses pada tanggal 19 oktober 2015 dari http://www. ppid. depkes. go. id/index. php

Dinsi, V, . Setiati, E. , & Yuliasari, E. (2006). Ketika pensiun tiba. Jakarta : Wijayata Media Utama. Durand, V Mark dan Barlow, David H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal edisi 4. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Eliana, R.konsep diri pensiunan.2003. (diunduh 18 oktober 2015).tersedia dari: URL: HYPERLINK http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-rika%20eliana.pdf

Handi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publiser

Hurlock, EB. 2009. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hutapea, R. 2005. Sehat dan ceria di usia senja, melangkah dengan anggun. Jakarta : Rieneka Cipta.

Ide P. 2010. Strategic thinking to fight frustation. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Kaplan HI, Sadock BJ, grebb JA. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pegetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Tanggerang (Indonesia) : BINARUPA AKSARA.

Maramis, WF dan Maramis, Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press

Maslim, R. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya.

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : UGM Press

Nefid. 2002. Psikologi Abnormal Edisi 5 Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Poerwadarminta, W. J. S. 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 478 Polgar, Michael. 2011. Beck Depression Inventory. http://www. minddisorders.

com/A-Br/Beck-Depression-Inventory. html (21 september 2015)

Rini, J. F. (2001). Pensiun dan pengaruhnya. http//www. e-psikologi. com/lansia.


(6)

9

Santrock, JW. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, jilid II. Jakarta: Erlangga

Sastra Djatmika dan Marsono, 1995, Hukum Kepegawaian Indonesia, Djambatan, Jakarta, hlm. 95 Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental edisi 5 jilid 2. Yogyakarta: Percetakan Kanisius. Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental edisi 5 jilid 3. Yogyakarta: Percetakan Kanisius.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta

Taufiqurohman, M.A. 2009. Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan. Surakarta: UNS Press.


Dokumen yang terkait

Perbedaan Psychological Well-Being Antara Wanita Menopause Yang Bekerja Dan Yang Tidak Bekerja

4 138 154

Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja.

8 55 146

PERBEDAAN SELF ESTEEM ANTARA IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA

2 10 21

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA PENSIUNAN PNS YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA The difference level of depression between retired civil servant that works with its not working.

0 1 13

Lampiran Lampiran 1 The difference level of depression between retired civil servant that works with its not working.

0 1 10

PERBEDAAN TINGKAT STRES PRIMIGRAVIDA YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA DI KECAMATAN JAKENAN Perbedaan tingkat stres primigravida yang bekerja dengan yang tidak bekerja di kecamatan jakenan kabupaten pati.

0 1 15

PERBEDAAN TINGKAT STRES PRIMIGRAVIDA YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA DI KECAMATAN JAKENAN Perbedaan tingkat stres primigravida yang bekerja dengan yang tidak bekerja di kecamatan jakenan kabupaten pati.

0 2 12

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA ISTRI YANG BEKERJA DENGAN ISTRI YANG TIDAK BEKERJA DI RW. I DESA KERTONATAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO.

0 1 4

PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA PENSIUNAN PEGAWAI PERHUTANI SURAKARTA YANG BEKERJA Perbedaan Tingkat Stres pada Pensiunan Pegawai Perhutani Surakarta yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja.

0 0 11

PERBEDAAN DEPRESI ANTARA PENSIUNAN POLRI YANG BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA

0 0 46