KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT UNTUK MENYEDIAKAN KELAIKLAUTAN KAPAL YANG MENINGKAT STANDARNYA SESUAI DAERAH PELAYARAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN.
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM
PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT UNTUK MENYEDIAKAN
KELAIKLAUTAN KAPAL YANG MENINGKAT STANDARNYA SESUAI
DAERAH PELAYARAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN
2008 TENTANG PELAYARAN DAN THE HAGUE-VISBY RULES
Annisa Damayanti
110110100055
ABSTRAK
Seorang pengangkut dalam pengangkutan barang melalui laut
memiliki kewajiban untuk menyediakan kelaiklautan kapal sebab
kelaiklautan kapal dapat memastikan bahwa kapal dan barang tersebut
dilengkapi dengan peralatan, awak, sistem navigasi yang layak untuk
mengantarkan barang dengan selamat. Pengidentifikasi kelaiklautan laut
dipersulit karena standar kelaiklautan kapal berbeda-beda tergantung
daerah pelayarannya. Tujuan pembahasan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pengangkut dalam
menyediakan kapal yang laik laut yang meningkat standarnya sesuai
daerah pelayarannya.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang menggunakan
pendekatan yuridis normatif dan tahap pengolahan dan analisis data
dilakukan secara yuridis kualitatif yang menelaah bahan pustaka primer,
sekunder dan tersier, antara lain The Hague-Visby Rules dan UndangUndang Pelayaran, konsep–konsep pengangkutan laut, dan teori–teori
tentang kelaiklautan kapal.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dalam The Hague-Visby Rules
maupun Undang-Undang Pelayaran belum terdapat penjelasan yang
memadai mengenai standar kelaiklautan kapal. Dapat disimpulkan
berdasarkan putusan-putusan hakim bahwa suatu daerah pelayaran
tertentu dapat meningkatkan standar kelaiklautan kapal sehingga
kewajiban pengangkut bertambah untuk menyiapkan kapal sesuai dengan
hambatan-hambatan yang dapat diduga yang akan ditemui pada daerah
pelayaran tersebut. Selanjutnya, dalam hal tanggung jawab pengangkut
atas kerusakan barang akibat meningkatkan standar kelaiklautan kapal
sesuai daerah pelayaran, The Hague-Visby Rules dan Undang-Undang
Pelayaran pada dasarnya adalah sama, yakni pihak yang dirugikan akan
kecelakaan kapal dan menimbulkan rusak, hilang, atau cacatnya barang
yang diangkut dapat mengklaim ganti kerugian berdasarkan wanprestasi
dan perbuatan melawan hukum. Akan tetapi pengangkut juga diberikan
kesempatan untuk membuktikan bahwa kerusakan tersebut bukan
merupakan kesalahan pengangkut dan pengangkut telah melakukan
pencegahan-pencegahan yang pantas untuk menghindari kerugian
sehingga tanggung jawabnya dapat dibatasi oleh peraturan yang terdapat
di dalam The Hague-Visby Rules dan Undang-Undang Pelayaran.
iv
PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT UNTUK MENYEDIAKAN
KELAIKLAUTAN KAPAL YANG MENINGKAT STANDARNYA SESUAI
DAERAH PELAYARAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN
2008 TENTANG PELAYARAN DAN THE HAGUE-VISBY RULES
Annisa Damayanti
110110100055
ABSTRAK
Seorang pengangkut dalam pengangkutan barang melalui laut
memiliki kewajiban untuk menyediakan kelaiklautan kapal sebab
kelaiklautan kapal dapat memastikan bahwa kapal dan barang tersebut
dilengkapi dengan peralatan, awak, sistem navigasi yang layak untuk
mengantarkan barang dengan selamat. Pengidentifikasi kelaiklautan laut
dipersulit karena standar kelaiklautan kapal berbeda-beda tergantung
daerah pelayarannya. Tujuan pembahasan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pengangkut dalam
menyediakan kapal yang laik laut yang meningkat standarnya sesuai
daerah pelayarannya.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang menggunakan
pendekatan yuridis normatif dan tahap pengolahan dan analisis data
dilakukan secara yuridis kualitatif yang menelaah bahan pustaka primer,
sekunder dan tersier, antara lain The Hague-Visby Rules dan UndangUndang Pelayaran, konsep–konsep pengangkutan laut, dan teori–teori
tentang kelaiklautan kapal.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dalam The Hague-Visby Rules
maupun Undang-Undang Pelayaran belum terdapat penjelasan yang
memadai mengenai standar kelaiklautan kapal. Dapat disimpulkan
berdasarkan putusan-putusan hakim bahwa suatu daerah pelayaran
tertentu dapat meningkatkan standar kelaiklautan kapal sehingga
kewajiban pengangkut bertambah untuk menyiapkan kapal sesuai dengan
hambatan-hambatan yang dapat diduga yang akan ditemui pada daerah
pelayaran tersebut. Selanjutnya, dalam hal tanggung jawab pengangkut
atas kerusakan barang akibat meningkatkan standar kelaiklautan kapal
sesuai daerah pelayaran, The Hague-Visby Rules dan Undang-Undang
Pelayaran pada dasarnya adalah sama, yakni pihak yang dirugikan akan
kecelakaan kapal dan menimbulkan rusak, hilang, atau cacatnya barang
yang diangkut dapat mengklaim ganti kerugian berdasarkan wanprestasi
dan perbuatan melawan hukum. Akan tetapi pengangkut juga diberikan
kesempatan untuk membuktikan bahwa kerusakan tersebut bukan
merupakan kesalahan pengangkut dan pengangkut telah melakukan
pencegahan-pencegahan yang pantas untuk menghindari kerugian
sehingga tanggung jawabnya dapat dibatasi oleh peraturan yang terdapat
di dalam The Hague-Visby Rules dan Undang-Undang Pelayaran.
iv