Analisis Kedudukan Dzawil Arham Dalam Menerima Warisan Menurut Hukum Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dikaitkan Dengan Kompilasi Hukum Islam.

ANALISIS YURIDIS KEDUDUKAN DZAWIL ARHAM DALAM
MENERIMA WARISAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DIKAITKAN DENGAN
KOMPILASI HUKUM ISLAM
ABSTRAK
Gelar Mufti Noor Muhammad
110111090035
Masalah waris bagi umat Islam tidak saja merupakan proses
penerusan atau pengoperan hak dari seseorang terhadap keturunannya,
melainkan merupakan suatu ibadah yang pihak-pihak penerima warisnya
telah ditentukan, salah satu ketentuan yang masih menjadi perdebatan adalah
mengenai kewarisan dzawil arham, terdapat perbedaan pendapat dalam
masalah hak waris dzawil arham. Almarhum Maisara meninggalkan dua
orang anak angkat dan sembilan orang sepupu, kemudian Hakim Pengadilan
Agama Bangkalan pada putusannya menetapkan harta warisan Alm. Maisara
diberikan kepada dua orang anak angkat dan sisanya menjadi hak Baitul Mal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan mengenai kedudukan dan
upaya hukum dzawil arham apabila tidak mendapatkan warisan menurut
Hukum Islam dan KUHPerdata dikaitkan dengan KHI.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dengan
menggunakan pendekatan yuridis normatif. Penelitian ini digolongkan juga

sebagai penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan
terhadap bahan kepustakaan atau data-data sekunder yang tujuannya adalah
untuk mengkaji dan meneliti mengenai hak waris dari ahli waris dzawil
arham. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu untuk menentukan
mengenai kedudukan dan upaya hukum dzawil arham apabila tidak
mendapatkan warisan menurut Hukum Islam dan KUHPerdata dikaitkan
dengan KHI.
Kesimpulan dari hasil pembahasan mengenai kedudukan dan
pembagian waris bagi ahli waris dzawil arham, dalam hukum waris Islam
dzawil arham adalah kerabat pewaris dan berhak mendapatkan warisan
apabila pewaris tidak meninggalkan ahli waris dzawil furudh maupun
ashabah dan dalam penyelesaian pembagian waris, sebaiknya diselesaikan
secara kekeluargaan terlebih dahulu, yaitu melalui jalur musyawarah dan
Basyarnas, apabila masih belum terselesaikan, upaya terakhir dapat dilakukan
melalui jalur pengadilan.

iv