UU BHP Dinilai Memarginalkan PTS.
Pikiran Rakyat
o
17
OJan
o Se/asa0 Rabu. Kamis0 Jumato
Senin
123
4
18
19
OPeb
o
5
6
20
21
Mar OApr
7
8
9
10
11
.~
22
23
24
25
OMei OJun
OJul
0 Ags'
Sabtu 0 Mlnggu
12
13
27
14
28
I yang menyebutkan pemerintah
akan membantu pembiayaan di
PTS," katanya di sela-sela Acara
Puncak Dies Natalis Universitas
Pasundan ke-49 di Kampus Unpas Setiabudi Kota Bandung,
Rabu (2,5/11).
Kondisi ini, kata Didi, akan semakin menekan eksistensi keberadaan PTS-PTS,terlebih bagi
PTS dengan pendanaan yang
tidak terlalu besar. "Apalagi
dalarn kdndisi ekonomi seperti
sekarang, PTS sedang berada
dalarn masa-masa sulit. Kemooculan 00
BHP kemudian
menarnbah rangkaian masa
suram bagi PTS,"katanya.
Didi yang juga Rektor Unpas
menarnbahkan,' sffiarna pe~
jalanannya sejak 49 taboo silam,
Unpas sendiri terns dihadapkan
dengan tantangan yang tiada
henti. "Dengan kondisi sekarang,
kita terus evaluasi kineIja guna
meningkatkan pelayanan sesuai
dengan tuntutan stakeholder.
Mulai 15J1ruh
ini ke depan, Unpas
.ffiakukanevaluasi kineIja
sen dan karyawan setiap semester. Dengan demikian, kualitas pelayanan tetap teIjaga di
ketat," ucapnya.
Hal ini, kata Didi, dilakukan
dalarn rangka pembenahan diri
menghadapi tantangan di 2010
mendatang. 'Tahoo depan, semua PTS, termasuk Unpas, dihadapkan dengan tantangan dan
ancaman barn dengan terbentuknya beberapa PTN barn dan
perubahan status beberapa PTS
menjadi PTN," ujarnya.
Tantangan itu dinilai Didi sebagai ancaman karena sarnpai
saat ini masyarakat masih
"negeri minded". "Sebagian
'm~t
masih beranggapan
bahwa lembaga pendidikan
negeri Selalulebih baik. Padahal
banyak juga lembaga pendidikan
sWastatermasuk PTS, yang kua-
litasnya sarna dan bahkan
melebihi lembaga pendidikan
negeri," tuturnya.
Dengan kemunculan PTN
barn dan perubahan status PTS
jadi PTN, tentunya akan semakin memberatkan langkah
~-
tengah persaingan yang semakin
Kliping
Humas
PTS-PTSyang ada saat ini. 'Tanpa kehadiran PTN barn saja kondisi PTS di negara kita tengah
goncang. Sekitar 40-50 persen
PTS saat ini terancap kolaps,"
kata Didi. Didi menilaikebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintab terkait dengan
perguruan tinggi saat ini bagaikan dua sisi mata uang. "Di satu
sisi, sepertinya pemerintab ingin
mengurangi jumlah PTS yang
ada, sehingga eksistensi mereka
tak henti diberi batu sandungan," ujarnya.
Hal ini, tambah Didi, bisa dilihat dari aturan perizinan dan
akreditasi yang semakin ketat.
Begitu pula dengan syarat yang
mengharuskan sebuah program
studi (prodi) memiliki setidaknya satu guru besar dan tujuh staf pengajar dengan gelar
doktor. "Untuk PTN itu tidak
sulit, tapi ootuk PTS sahgat sulit
Sekarang saja masih banyak PTS
yang staf pengajarnya belum 8-2 ....
semua," katanya. (A-l'78)-*
Unpad
2009
16
30
31
OSepOOkt. Nav0 Des
UUBHPOinilai
Memarginalkan
PTS
BANDUNG, (PR).Undang-Undang NO.9 Tahoo
2009 tentang Badan Hukum
Pendidikan (00 BHP) sedianya
bertujuan untuk menghapus
dikotomi antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan
tinggi swasta (PTS). Narnoo pada kenyataannya, justru menimbuIkan diskriminasi terhadap
PTS.
Ketua Asosiasi Perguruan
Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi)
Wilayan IV Jabar dan Banten
Didi Turmudzi mengatakan, 00
BHP menootut standar kompetensi yang sarna antara PTN dan
PTS, tetapi hanya PTN yang didanai pemerintah. "PTS harus
bisa kompetitif dan menyejajarkan kualitas dengan PTN. Namun, tidak ada satu pun pasal
15
29
o
17
OJan
o Se/asa0 Rabu. Kamis0 Jumato
Senin
123
4
18
19
OPeb
o
5
6
20
21
Mar OApr
7
8
9
10
11
.~
22
23
24
25
OMei OJun
OJul
0 Ags'
Sabtu 0 Mlnggu
12
13
27
14
28
I yang menyebutkan pemerintah
akan membantu pembiayaan di
PTS," katanya di sela-sela Acara
Puncak Dies Natalis Universitas
Pasundan ke-49 di Kampus Unpas Setiabudi Kota Bandung,
Rabu (2,5/11).
Kondisi ini, kata Didi, akan semakin menekan eksistensi keberadaan PTS-PTS,terlebih bagi
PTS dengan pendanaan yang
tidak terlalu besar. "Apalagi
dalarn kdndisi ekonomi seperti
sekarang, PTS sedang berada
dalarn masa-masa sulit. Kemooculan 00
BHP kemudian
menarnbah rangkaian masa
suram bagi PTS,"katanya.
Didi yang juga Rektor Unpas
menarnbahkan,' sffiarna pe~
jalanannya sejak 49 taboo silam,
Unpas sendiri terns dihadapkan
dengan tantangan yang tiada
henti. "Dengan kondisi sekarang,
kita terus evaluasi kineIja guna
meningkatkan pelayanan sesuai
dengan tuntutan stakeholder.
Mulai 15J1ruh
ini ke depan, Unpas
.ffiakukanevaluasi kineIja
sen dan karyawan setiap semester. Dengan demikian, kualitas pelayanan tetap teIjaga di
ketat," ucapnya.
Hal ini, kata Didi, dilakukan
dalarn rangka pembenahan diri
menghadapi tantangan di 2010
mendatang. 'Tahoo depan, semua PTS, termasuk Unpas, dihadapkan dengan tantangan dan
ancaman barn dengan terbentuknya beberapa PTN barn dan
perubahan status beberapa PTS
menjadi PTN," ujarnya.
Tantangan itu dinilai Didi sebagai ancaman karena sarnpai
saat ini masyarakat masih
"negeri minded". "Sebagian
'm~t
masih beranggapan
bahwa lembaga pendidikan
negeri Selalulebih baik. Padahal
banyak juga lembaga pendidikan
sWastatermasuk PTS, yang kua-
litasnya sarna dan bahkan
melebihi lembaga pendidikan
negeri," tuturnya.
Dengan kemunculan PTN
barn dan perubahan status PTS
jadi PTN, tentunya akan semakin memberatkan langkah
~-
tengah persaingan yang semakin
Kliping
Humas
PTS-PTSyang ada saat ini. 'Tanpa kehadiran PTN barn saja kondisi PTS di negara kita tengah
goncang. Sekitar 40-50 persen
PTS saat ini terancap kolaps,"
kata Didi. Didi menilaikebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintab terkait dengan
perguruan tinggi saat ini bagaikan dua sisi mata uang. "Di satu
sisi, sepertinya pemerintab ingin
mengurangi jumlah PTS yang
ada, sehingga eksistensi mereka
tak henti diberi batu sandungan," ujarnya.
Hal ini, tambah Didi, bisa dilihat dari aturan perizinan dan
akreditasi yang semakin ketat.
Begitu pula dengan syarat yang
mengharuskan sebuah program
studi (prodi) memiliki setidaknya satu guru besar dan tujuh staf pengajar dengan gelar
doktor. "Untuk PTN itu tidak
sulit, tapi ootuk PTS sahgat sulit
Sekarang saja masih banyak PTS
yang staf pengajarnya belum 8-2 ....
semua," katanya. (A-l'78)-*
Unpad
2009
16
30
31
OSepOOkt. Nav0 Des
UUBHPOinilai
Memarginalkan
PTS
BANDUNG, (PR).Undang-Undang NO.9 Tahoo
2009 tentang Badan Hukum
Pendidikan (00 BHP) sedianya
bertujuan untuk menghapus
dikotomi antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan
tinggi swasta (PTS). Narnoo pada kenyataannya, justru menimbuIkan diskriminasi terhadap
PTS.
Ketua Asosiasi Perguruan
Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi)
Wilayan IV Jabar dan Banten
Didi Turmudzi mengatakan, 00
BHP menootut standar kompetensi yang sarna antara PTN dan
PTS, tetapi hanya PTN yang didanai pemerintah. "PTS harus
bisa kompetitif dan menyejajarkan kualitas dengan PTN. Namun, tidak ada satu pun pasal
15
29