PENDAHULUAN Hubungan Antara Lama Kontak Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor Di Kecamatan Kartasura Kota Sukoharjo.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan perkembangan industri dan perubahan secara global
dibidang pembangunan secara umum di dunia, menyebabkan Indonesia
juga melakukan banyak perubahan dalam pembangunan baik dalam
bidang teknologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut,
maka konsekuensinya adalah terjadinya perubahan pola penyakit/kasus
penyakit karena hubungan dengan pekerjaan (Nuraga W et al, 2008).
Di Uni Eropa, penyakit kulit menduduki peringkat kedua penyakit
akibat kerja (PAK) setelah gangguan muskuloskeletal. Dermatitis kontak
mencapai 70 - 90% dari semua penyakit kulit akibat kerja, sedangkan
urtikaria hanya sekitar 10%. Gangguan kulit lainnya termasuk folikulitis,
akne, neoplasia, hiperpigmentasi dan vitiligo (Adisesh A et al, 2013).
Dermatitis kontak disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel
pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak
iritan (DKI) yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis kontak
alergik (DKA) yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik.
Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2010).
Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
dermatitis kontak yang dapat terbagi dalam faktor eksogen dan faktor
endogen.
Faktor
eksogen
meliputi
tipe
dan
karakteristik
agen,
karakteristik paparan, serta faktor lingkungan. Sedangkan faktor endogen
meliputi faktor genetik, jenis kelamin, usia, ras, lokasi kulit, dan riwayat
atopi (Taylor et al, 2008).
Sebuah penelitian survailance di Amerika menyebutkan bahwa
80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. DKI menduduki
peringkat pertama sebesar 80% dan DKA menduduki urutan kedua sebesar
14%-20% (Taylor et al, 2008). Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak
sangat bervariasi. Menurut Trihapsoro (2002) sekitar 90% dermatosis
1
2
akibat kerja (DAK) merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun
alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak
adalah sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit
kulit
karena
sebab
lain.
Pada
studi
epidemiologi,
Indonesia
memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak,
dimana 66,3% diantaranya adalah DKI dan 33,7% adalah DKA (Hudyono,
2002).
Kontak kulit dengan bahan kimia yang bersifat iritan atau alergen
secara terus menerus dengan durasi yang lama, akan menyebabkan
kerentanan pada pekerja mulai dari tahap ringan sampai tahap berat. Lama
kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan terjadinya DKAK.
Semakin lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi
kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit (Hudyono, 2002).
Nuraga (2008) melakukan penelitian di Industri otomotif yang
semuanya kontak dengan bahan kimia termasuk logam, terdapat 3 faktor
yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini, yaitu lama
kontak (p=0,029), frekuensi kontak, dan yang paling dominan adalah
penggunaan alat pelindung diri (p=0,063). Penelitian oleh Lingga (2010)
di Perusahaan Invar Sin Kawasan Industri Medan yang terpajan bahan
kimia menunjukkan bahwa terdapat 12 orang dari 55 orang (21,82%)
responden menderita dermatitis kontak.
Penelitian yang dilakukan oleh Mariz (2011) pada karyawan
pecucian mobil di kelurahan Sukarame Bandar Lampung didapatkan
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara lama kontak dengan
kejadian DKAK, dengan p-value 0,017. Penelitian serupa juga dilakukan
oleh Suryani (2011) pada pekerja bagian processing dan filling PT.Cosmar
Indonesia berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar
0,020, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara lama kontak
dengan kejadian dermatitis kontak. Hasil ini berbeda dengan penelitian
oleh Suwondo (2001) yang dilakukan pada pekerja industri textil di
3
Jepara, dimana didapatkan nilai P-value 0,476 yang berarti tidak adanya
hubungan yang bermakna antara lama kontak dengan kejadian DKAK.
Pekerja bengkel atau montir atau ahli mesin atau mekanik
merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai faktor resiko terjadinya
penyakit kulit pada tangan, terutama kelainan dermatitis kontak. Tangan
pekerja bengkel merupakan bagian dari tubuh yang sangat sering terpapar
oleh bahan-bahan alergen (Donovan et al, 2007). Hasil penelitian yang
masih simpang siur diatas yang mendasari peneliti untuk mengkhususkan
penelitian ini tentang hubungan lama kontak dengan dermatitis kontak
akibat kerja pada pekerja bengkel. Penelitian ini akan dilakukan di
kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo dikarenakan banyaknya usaha
perbengkalan di kecamatan Kartasura sehingga dapat memudahkan
peneliti dalam pengambilan sampel.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, rumusan masalah
penelitian “Apakah terdapat hubungan antara lama kontak dengan kejadian
DKAK pada pekerja bengkel kendaraan bermotor di Kecamatan
Kartasura?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama
kontak dengan kejadian DKAK pada pekerja bengkel kendaraan bermotor
di Kecamatan Kartasura.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan antara lama kontak dengan DKAK pada pekerja bengkel
kendaraan bermotor.
4
2. Manfaat aplikatif
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data yang bersifat
informatif tentang lama kontak dengan kejadian DKAK bagi
tenaga kesehatan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan perkembangan industri dan perubahan secara global
dibidang pembangunan secara umum di dunia, menyebabkan Indonesia
juga melakukan banyak perubahan dalam pembangunan baik dalam
bidang teknologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut,
maka konsekuensinya adalah terjadinya perubahan pola penyakit/kasus
penyakit karena hubungan dengan pekerjaan (Nuraga W et al, 2008).
Di Uni Eropa, penyakit kulit menduduki peringkat kedua penyakit
akibat kerja (PAK) setelah gangguan muskuloskeletal. Dermatitis kontak
mencapai 70 - 90% dari semua penyakit kulit akibat kerja, sedangkan
urtikaria hanya sekitar 10%. Gangguan kulit lainnya termasuk folikulitis,
akne, neoplasia, hiperpigmentasi dan vitiligo (Adisesh A et al, 2013).
Dermatitis kontak disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel
pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak
iritan (DKI) yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis kontak
alergik (DKA) yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik.
Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2010).
Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
dermatitis kontak yang dapat terbagi dalam faktor eksogen dan faktor
endogen.
Faktor
eksogen
meliputi
tipe
dan
karakteristik
agen,
karakteristik paparan, serta faktor lingkungan. Sedangkan faktor endogen
meliputi faktor genetik, jenis kelamin, usia, ras, lokasi kulit, dan riwayat
atopi (Taylor et al, 2008).
Sebuah penelitian survailance di Amerika menyebutkan bahwa
80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. DKI menduduki
peringkat pertama sebesar 80% dan DKA menduduki urutan kedua sebesar
14%-20% (Taylor et al, 2008). Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak
sangat bervariasi. Menurut Trihapsoro (2002) sekitar 90% dermatosis
1
2
akibat kerja (DAK) merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun
alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak
adalah sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit
kulit
karena
sebab
lain.
Pada
studi
epidemiologi,
Indonesia
memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak,
dimana 66,3% diantaranya adalah DKI dan 33,7% adalah DKA (Hudyono,
2002).
Kontak kulit dengan bahan kimia yang bersifat iritan atau alergen
secara terus menerus dengan durasi yang lama, akan menyebabkan
kerentanan pada pekerja mulai dari tahap ringan sampai tahap berat. Lama
kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan terjadinya DKAK.
Semakin lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi
kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit (Hudyono, 2002).
Nuraga (2008) melakukan penelitian di Industri otomotif yang
semuanya kontak dengan bahan kimia termasuk logam, terdapat 3 faktor
yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini, yaitu lama
kontak (p=0,029), frekuensi kontak, dan yang paling dominan adalah
penggunaan alat pelindung diri (p=0,063). Penelitian oleh Lingga (2010)
di Perusahaan Invar Sin Kawasan Industri Medan yang terpajan bahan
kimia menunjukkan bahwa terdapat 12 orang dari 55 orang (21,82%)
responden menderita dermatitis kontak.
Penelitian yang dilakukan oleh Mariz (2011) pada karyawan
pecucian mobil di kelurahan Sukarame Bandar Lampung didapatkan
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara lama kontak dengan
kejadian DKAK, dengan p-value 0,017. Penelitian serupa juga dilakukan
oleh Suryani (2011) pada pekerja bagian processing dan filling PT.Cosmar
Indonesia berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar
0,020, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara lama kontak
dengan kejadian dermatitis kontak. Hasil ini berbeda dengan penelitian
oleh Suwondo (2001) yang dilakukan pada pekerja industri textil di
3
Jepara, dimana didapatkan nilai P-value 0,476 yang berarti tidak adanya
hubungan yang bermakna antara lama kontak dengan kejadian DKAK.
Pekerja bengkel atau montir atau ahli mesin atau mekanik
merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai faktor resiko terjadinya
penyakit kulit pada tangan, terutama kelainan dermatitis kontak. Tangan
pekerja bengkel merupakan bagian dari tubuh yang sangat sering terpapar
oleh bahan-bahan alergen (Donovan et al, 2007). Hasil penelitian yang
masih simpang siur diatas yang mendasari peneliti untuk mengkhususkan
penelitian ini tentang hubungan lama kontak dengan dermatitis kontak
akibat kerja pada pekerja bengkel. Penelitian ini akan dilakukan di
kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo dikarenakan banyaknya usaha
perbengkalan di kecamatan Kartasura sehingga dapat memudahkan
peneliti dalam pengambilan sampel.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, rumusan masalah
penelitian “Apakah terdapat hubungan antara lama kontak dengan kejadian
DKAK pada pekerja bengkel kendaraan bermotor di Kecamatan
Kartasura?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama
kontak dengan kejadian DKAK pada pekerja bengkel kendaraan bermotor
di Kecamatan Kartasura.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan antara lama kontak dengan DKAK pada pekerja bengkel
kendaraan bermotor.
4
2. Manfaat aplikatif
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data yang bersifat
informatif tentang lama kontak dengan kejadian DKAK bagi
tenaga kesehatan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya.