UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI MEDIA CELEMEK CERITA PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Media Celemek Cerita Pada Anak Kelompok B Taman Kanak - Kanak ABA Tawangmangu Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI
MEDIA CELEMEK CERITA PADA ANAK KELOMPOK B
TAMAN KANAK - KANAK ABA TAWANGMANGU
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Disusun sebagai persyaratan
Guna mencapai Sarjana S-1
Pendidikan Guru PAUD

Disusun Oleh
SUDARMI
NIM. A. 520091040

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI
MEDIA CELEMEK CERITA PADA SISWA KELOMPOK B

TAMAN KANAK -KANAK ABA TAWANGMANGU
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013
Sudarmi, A.520091040, Program Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013, 112 halaman.

Tujuan penelitian ini adalah apakah
melalui media celemek cerita dapat
meningkatkan kemandirian anak pada Taman Kanak-Kanak ABA Tawangmangu
Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013, dan Untuk mengetahui peningkatkan
kemandirian anak melalui media celemek cerita pada anak TK ABA Tawangmangu
Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan (action research) dengan bentuk penelitian PTK. Subjek
penelitian adalah anak Kelompok B yang berada di Taman Kanak-Kanak ABA
Tawangmangu Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 22 siswa.
Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah wawancara mendalam
observasi partisipan, dokumentasi dan test. Sedangkan teknik analisis data
menggunakan model induktif interaktif, komponen pokok analisis induksi interaktif
yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan aktivitasnya dilakukan
dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa Kemandirian

anak pada Taman Kanak-Kanak ABA Tawangmangu Karanganyar tahun pelajaran
2012/2013 pada siklus I siswa yang tuntas ada 6 anak dari 22 anak (27,27 %),
sedangkan yang belum tuntas ada 6 anak dari 22 anak (72,73 %). 2 Pada siklus II
Siswa yang tuntas ada 17 anak dari 22 anak (77,3 %), sedangkan yang belum
tuntas ada 5 anak dari 22 anak (22,7%). 3 Kemandirian anak pada siklus III siswa
yang telah tuntas ada 22 anak dari 22 anak (100 %), sedangkan yang belum tuntas
ada 0 anak dari 22 anak (0 %), Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat
suatu kesimpulan sebagai berikut: Melalui media celemek cerita sehingga dapat
meningkatkan kemandirian anak pada Taman Kanak-Kanak ABA Tawangmangu
Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
Kata Kunci : Kemandirian Anak, Media Celemek Cerita

1

2

PENDAHULUAN

Kemandirian anak merupakan tujuan yang ingin dicapai orang tua dalam
mendidik anak-anaknya. Sikap mandiri sudah dapat dibiasakan sejak anak masih

kecil, seperti memakai pakaian sendiri, menalikan sepatu dan berbagai macam
pekerjaan kecil sehari-harinya. Kedengarannya sangat mudah, namun dalam
prakteknya pembiasaan ini banyak hambatannya. Tidak jarang orang tua merasa
tidak tega atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan sepatunya
selama beberapa menit, namun belum juga memperlihatkan keberhasilan. Orang tua
langsung memberikan segudang nasehat lengkap dengan cara pemecahan yang harus
dilakukan, ketika anak selesai menceritakan pertengkarannya dengan teman
sebangkunya. Memang masalah yang dihadapi anak sehari-hari dapat dengan mudah
diatasi dengan adanya campur tangan orang tua. Namun cara ini tentunya tidak akan
membantu anak untuk menjadi mandiri. Ia akan terbiasa “lari” kepada orang tua
apabila menghadapi persoalan, dengan perkataan lain ia terbiasa tergantung pada
orang lain, untuk hal-hal yang kecil sekalipun.
Melalui hubungan kasih sayang dan kedekatan dengan kedua orang tua,
anak akan dapat berkembang sebagaimana mestinya. Anak yang tidak mendapatkan
kasih sayang akan mengakibatkan berbagai macam gangguan dalam penyesuaian
sosial pada saat ia bertambah besar. Gangguan-gangguan perilaku anak ini antara
lain: cuek dengan lingkungan, melompat-lompat dan ketawa tanpa sebab, timbul
gerakan-gerakan yang melebihi anak-anak yang normal dan wajar. Dan kebiasaankebiasaan tersebut akan terbawa saat memasuki dunia sekolahnya, baik di masa pra
sekolah atau pada masa sekolah Taman Kanak-kanak. Agar anak tidak berkelanjutan
dalam tingkah laku yang hiperaktif itu maka perlu sekali agar anak tersebut

dimasukkan pada pendidikan pra sekolah ( sekolah Kelompok bermain )
Pada lembaga pra sekolah (PAUD) anak-anak dikenalkan proses
kemandirian dan interaksi dengan model permainan. Karena dunia anak adalah dunia
bermain, maka melalui bermain anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek
perkembangan kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui kegiatan

3

bermain dengan berbagai permainan anak dirangsang untuk berkembang secara
umum baik perkembangan berpikir, emosi maupun sosial. Hal ini terjadi karena
bermain

merupakan

suatu

kegiatan

yang


dilakukan

dengan

atau

tanpa

mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,
memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.
Pada perkembangan anak yang normal, usia pra sekolah merupakan usia
yang mudah menyerap segala informasi yang ada di sekitarnya. Belajar pada masa
awal dalam pendidikan formal bisa didapatkan dari pendidikan Taman Kanak–kanak.
Kelompok bermain adalah tempat anak belajar, anak berkembang lewat bermainan.
Sekolah Kelompok Bermain merupakan suatu usaha pendidikan pra sekolah yang
mempunyai tujuan untuk meletakkan dasar perkembangan sikap, pengetahuan,
ketrampilan dan daya cipta anak didik di dalam menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan. Di samping itu pendidikan pra sekolah juga membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum
memasuki jalur pendidikan sekolah. Dengan mengikuti pendidikan pra sekolah

diharapkan anak memiliki kemampuan untuk mengenal huruf dan angka yang sangat
diperlukan dalam tingkatan pendidikan dasar selanjutnya.
Kegiatan bermain biasa terlihat pada anak usia pra sekolah. Melalui
bermain, anak akan dapat menyusun kemampuan bahasanya. Banyak kosa kata
muncul dari interaksinya dengan teman sebayanya. Salah satu kegiatan bermain
yang dapat digunakan untuk membiasakan kemandirian anak adalah melalui
bercerita dengan alat peraga” dalam pelaksanaannya kegiatan ini dipergunakan alat
peraga dengan maksud untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat
mengenai hal-hal yang didengar dalam cerita. Guntingan gambar yang menyusun
suatu cerita diletakkan dalam celemek yang sering disebut dengan nama celemek
cerita.

Pengajaran dengan celemek

cerita adalah bentuk-bentuk bercerita yang

merupakan dari metode pengajaran dengan alat peraga tak langsung, yakni seorang
guru memekai celemek yang terbuat dari kain planel dengan ditempeli gambargambar sesuai dengan cerita yang bisa dipasang dan dilepas sesuai dengan
kebutuhan. Agar perkembangan kemandirian pada masa anak-anak tercapai secara
optimal, sarana dalam media celemek


cerita mempunyai peranan yang sangat

penting dalam perkembangan kemandirian anak-anak.

4

Taman Kanak-kanak ABA Tawangmangu merupakan salah satu TK yang
berada pada pinggiran Kota Kecamatan sebelah barat memiliki kemampuan hampir
seragam karena saat masuk memiliki umur yang hampir seragam yakni antara 4
tahun dan 5 tahun. Namun demikian bila ditinjau dari kemandirian anak didik,
mereka belum sesuai dengan harapan guru maupun orang tua sebagai user
pendidikan berdasarkan hasil observasi dan refleksi diri ada beberapa masalah yang
terjadi di TK ABA Tawangmangu, yang belum bisa melakukan interaksi dengan
teman sebaya dan lingkungan anak yang baru. Bila masalah ini tidak segera
mandapat solusi maka sangatlah sulit bagi anak untuk mencapai hasil belajar yang
memuaskan. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan bentuk pendidikan yang
fundamental dalam kehidupan seorang anak. Pendidikan di masa

ini sangat


menentukan keberlangsungan anak itu sendiri dan juga bagi suatu bangsa.
Atas dasar uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui peranan metode
belajar kelompok terhadap kemampuan kemandirian

bagi anak dengan

memanfaatkan lingkungan di sekitar anak. Oleh karena itu tulisan ini diberi judul :
Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Celemek

Cerita pada

kelompok B Taman Kanak-kanak ABA Tawangmangu Karanganyar tahun
pelajaran 2012/2013.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak ABA Tawangmangu
Karanganyar. Taman Kanak-kanak ini terletak di dukuh Ledoksari kelurahan
Ledoksari Kecamatan Tawangmanggu Kabupaten Karanganyar, berada di tengahtengah dukuh Ledoksari kelurahan Ledoksari. Penelitian dilaksanakan selama 3
bulan mulai bulan Nopember 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Subyek
penelitian adalah Guru kelas serta siswa di Taman Kanak-Kanak ABA

Tawangmangu Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Obyek penelitian adalah
kemandirian siswa serta pembelajaran dengan menggunakan media celemek cerita .
Jenis penelitian adalah PTK dengan langkah-langkah
1. Persiapan

5

Persiapan yang dilakukan untuk proses penelitian tindakan kelas ini adalah
mendata seberapa banyak anak yang mempunyai kemandirian

lemah, serta

menyiapkan perangkat pengajaran dengan media celemek cerita .
2. Pelaksanaan
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Anak – anak yang akan ditingkatkan kemandirian adalah anak – anak
yang kemandirian belum baik saat di sekolah maupun di rumah.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahapan ini antara lain :
1) Pengumpulan data diri anak yang kemampuan kemandirian yang rendah.
2) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi anak dan memecahkannya.

3) Menentukan program pengajaran yang tepat yakni metode Pembelajaran
dengan Media celemek cerita
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menerapkan pembelajaran dengan media celemek cerita
2) Anak belajar dalam situasi media celemek cerita
3) Memantau perkembangan kemandirian yang terjadi pada anak.
3. Tahapan Observasi
Tindakan guru memonitor dan membantu anak jika menemui kesulitan
selama pengajaran dengan media celemek cerita
4. Tahapan Refleksi
Mengadakan refleksi dan eveluasi dari kegiatan a, b, c
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi siklus I dibuat siklus II yang
meliputi :
a. Tahap Perencanaan Tindakan
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
c. Tahap Observasi
d. Tahap Refleksi.
Demikkian juga untuk siklus dan evaluasi siklus III, selanjutnya anak
mampu terlatih kemandiriannya.
Sumber data dapat ditemukan melalui pengamatan keseharian yang dilakukan

anak, dimana anak sebelumnya masih belum mandiri dalam melakukan kegiatan dan
penakut,

setelah

berlatih

dengan

media

celemek

cerita

mampu

tumbuh

6

keberaniannya, hilang rasa takutnya dan anak menjadi lebih aktif dan mampu
mandiri dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Dalam pengumpulan data yang dipergunakan peneliti ada 3 teknik. Teknik
tersebut adalah Teknik Wawancara; Teknik Observasi; Metode Dokumentasi.
Keberhasilan kegiatan penelitian ini akan tercermin dengan adanya penigkatan yang
signifikan terhadap kemampuan kognitif anak meliputi aspek kemandirian. Adapun
prosentase keberhasilan penelitian tiap siklus dapat dilihat pada sebuh tabel.
Tabel 1
Rata – rata Prosentase Keberhasilan Tiap Siklus

Keberhasilan
penelitian
Rata – rata
prosentase
kemandirian
anak dalam 1
kelas

Prasiklus

Siklus I

Siklus II

Siklus III

40 %

60%

70%

80%

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang melalui media celemek cerita dilakukan dalam 3 siklus mulai
dari siklus I, siklus II dan siklus III. Pada siklus III hasil penelitian menunjukkan
bahwa penelitian yang dilakukan berhsil mneingkatkan kemandirian siswa Taman
Kanak-Kanak ABA Tawangmangu Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Secara
keseluruhan dapat dilihat pada table berikut:
Perbandingan Hasil Post Test kemandirian anak anak Taman Kanak-kanak ABA
Tawangmanggu Karanganyar
Perkembangan Kemandirian anak
Nilai
No
1
2
3
4
5
6

Kemandirian
anak

Sebelum
Siklus

Siklus I

Siklus II

Siklus III

22
23
24
25
26
27

1 siswa
2 siswa
3 siswa
2 siswa
4 siswa
4 siswa

0 siswa
0siswa
1 siswa
1 siswa
3 siswa
4 siswa

0 Siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
0 Siswa
1 siswa

0 Siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
0Siswa
0 siswa

7

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Siswa yang
tuntas
Prsn Siswa
Tuntas
Siswa Tak Tuntas
Prsn Siswa Tak
Tuntas

2 siswa
3 siswa
1 siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
4 siswa

7 siswa
2 siswa
3 siswa
1 siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
0 siswa
6 siswa

4 siswa
5 siswa
5 Siswa
3 siswa
3 siswa
1 siswa
0 siswa
0 Siswa
0 siswa
0 siswa
17 siswa

0 siswa
0 siswa
2 Siswa
2 siswa
2 siswa
5 siswa
5 siswa
3 Siswa
2 siswa
1 siswa
22 siswa

18,18 %

27,27 %

72,73%

100 %

18 siswa
81,82 %

16 siswa
72,73 %

5 siswa
22,7 %

0 siswa
0%

Dari tabel di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut :

Histogram Perbandingan Hasil Post Test Kemandirian Anak TK pada Sebelum Siklus, Siklus I;
Siklus II,dan Siklus III

1.

Kemandirian anak

anak Taman Kanak-kanak ABA Tawangmanggu

Karanganyar pada siklus I menunjukkan bahwa Jumlah Siswa yang
mendapatkan jumlah nilai 24 ada 1 anak, nilai 25 ada 1 anak, nilai 26 ada 3

8

anak, nilai 27 ada 4 anak, nilai 28 ada 7 anak, nilai 29 ada 2 anak, nilai 30 ada
3 anak, nilai 31 ada 1 anak. Siswa yang telah dinyatakan tuntas (memiliki
aktifitas menunjukkan kemandirian memadai atau memiliki nilai > 70 dalam
skala 100) ada 6 anak dari 22 anak (27,27 %), sedangkan yang belum tuntas ada
6 anak dari 22 anak (72,73 %)
2.

Kemandirian anak

anak Taman Kanak-kanak ABA Tawangmanggu

Karanganyar pada siklus II menunjukkan bahwa Jumlah Siswa yang
mendapatkan jumlah nilai 27 ada 1 anak, nilai 28 ada 4 anak, nilai 29 ada 5
anak, nilai 30 ada 5 anak, nilai 31 ada 3 anak, nilai 32 ada 3 anak, nilai 33 ada
1 anak. Siswa yang telah dinyatakan tuntas (memiliki aktifitas menunjukkan
kemandirian memadai atau memiliki nilai > 70 dalam skala 100) ada 17 anak
dari 22 anak (77,3 %), sedangkan yang belum tuntas ada 5 anak dari 22 anak
(22,7 %)
3.

Kemandirian anak

anak Taman Kanak-kanak ABA Tawangmanggu

Karanganyar pada siklus III menunjukkan bahwa jumlah Siswa yang
mendapatkan jumlah nilai 30 ada 2 anak, nilai 31 ada 2 anak, nilai 32 ada 2
anak, nilai 33 ada 5 anak, nilai 34 ada 5 anak, nilai 35 ada 3 anak, nilai 36 ada
2 anak, nilai 37 ada 1 anak. Siswa yang telah dinyatakan tuntas (memiliki
aktifitas menunjukkan kemandirian memadai atau memiliki nilai > 70 dalam
skala 100) ada 22 anak dari 22 anak (100 %), sedangkan yang belum tuntas ada
0 anak dari 22 anak (0 %)
Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai
berikut: Melalui pembelajaran dengan media celemek cerita dapat melatih serta
meningkatkan

kemandirian anak sejak dini di Taman Kanak-kanak ABA

Tawangmanggu Karanganyar tahun pelajaran 2012/ 2013.

9

KESIMPULAN
Kemandirian anak merupakan tujuan yang ingin dicapai orang tua dalam
mendidik anak-anaknya. Sikap mandiri sudah dapat dibiasakan sejak anak masih
kecil, melalui hubungan kasih sayang dan kedekatan dengan kedua orang tua.
Dengan demikian anak akan dapat berkembang sebagaimana mestinya. Anak yang
tidak mendapatkan kasih sayang akan terlibat mendapatkan berbagai macam
gangguan dalam penyesuaian sosial pada saat ia bertambah besar.
Salah satu kegiatan bermain yang dapat digunakan untuk membiasakan
kemandirian anak adalah melalui media celemek cerita . Melalui media celemek
cerita, anak TK akan memperoleh hasil belajar dengan mengerjakan tindakan–
tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang
bagaimana melakukan sesuatu pekerjaan. Dalam penelitian ini peneliti melaksanakan
penelitian tindakan kelas dengan mengambil tema tanaman. Penelitian ini
menggunakan tiga siklus, yang masing-masing siklus anak dikenalkan mengenai
bagian tanaman, macam-macam tanaman dan manfaat tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa
Kemandirian anak pada Taman Kanak-Kanak ABA Tawangmangu Karanganyar
tahun pelajaran 2012/2013pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang telah
dinyatakan tuntas (memiliki aktifitas menunjukkan kemandirian memadai atau
memiliki nilai > 70 dalam skala 100) ada 6 anak dari 22 anak (27,27 %), sedangkan
yang belum tuntas ada 6 anak dari 22 anak (72,73 %). 2 Pada siklus II Siswa yang
telah dinyatakan tuntas (memiliki aktifitas menunjukkan kemandirian memadai atau
memiliki nilai > 70 dalam skala 100) ada 17 anak dari 22 anak (77,3 %), sedangkan
yang belum tuntas ada 5 anak dari 22 anak (22,7 %). 3 Kemandirian anak pada
siklus III menunjukkan bahwa jumlah siswa yang telah dinyatakan tuntas (memiliki
aktifitas menunjukkan kemandirian memadai atau memiliki nilai > 70 dalam skala
100) ada 22 anak dari 22 anak (100 %), sedangkan yang belum tuntas ada 0 anak
dari 22 anak (0 %), Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu
kesimpulan sebagai berikut: Melalui media celemek cerita

sehingga dapat

10

meningkatkan kemandirian anak pada Taman Kanak-Kanak ABA Tawangmangu
Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013

11

DAFTAR PUSTAKA

Anggani Sudono, 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo
Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini. 2002. Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas. Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
____________, 2008. PTK. Jakarta: Bumi Aksara.
Corsini, 2006. Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak, Bagian 2. Jakarta : Rineka
Cipta.
Djamarah. S.B. & Zain A. 2008. Strategi Pembelajaran . Jakarta : Rineka Cipta.
HB Sutopo, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press.
Kunto Puboyo. 2004. Bermain & Kreativitas Upaya Mengembangkan Kreativitas
Anak Melalui Kegiatan Bermain. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Hujair AH. Sanaky, 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
H.B. Sutopo, 2002. Konsep-Konsep Dasar Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS.
http://tambahbagi.blogspot.com/2012/05/ptk-paud-penggunaan-celemek-cerita.html
Lexy J. Moloeng, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Karya.
Marmunah Hasan, 2010. PAUD. Jogyakarta: Diva Press.
Moeslichatoen, R. 2007. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kank. Jakarta: Rineka
Cipta.
Muhammad Ali, 2004. Pentingnya Pengembangan Sosial Emosional Pada Anak
Taman Kanak-Kanak.
Reni Akbar Hawdi, 2002. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta. Grasindo
Roestiyah NK. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sadiman Arif dkk, 2009. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

12

Scolastika Mariani, 2011. Belajar Matematika itu Mudah dan Menyenangkan.
http://scmariani-unnes.blogspot.com/2008/11/belajar-matematika-itu-mudahdan.html
Slameto, 2005. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Singgih D. Gunarso,2001. Beberapa Pendekatan dalam Penyuluhan. Bandung :
Diponegoro.
_______________, 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Soemiarti Patmonodewo, 2005. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfa Beta.
Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoharjo: Masmedia Buana
Pustaka
Sumadi Suryabrata, 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Syaiful Sagala, 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Utomo. Jacob, 2002. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).
Bandung : Pustaka Setia
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan & Konseling di Skolah. Yogyakarta : Andi
Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Theo Riyanto, 2011. Pendidikan dan Pembelajaran Abstraktif.
http://bruderfic.or.id/h-57/pendidikan-dan-pembelajaran-atraktif.html
Tim Kamus, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.