PENGELOLAAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA BANDUNG.

PENGELOLAAN FASILITAS BELAJAR

Dl SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA
BANDUNG

TESIS
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI

SARAT MEMPEROLEH GELAR MAGISTER PENDIDIKAN
BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

OLEH:

CORNELIA JANE BENNY S.
NIM:9332067

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999


Telah disetujui dan disahkan oleh

Tim Pembimbing

Prof. Dr. H. Achmad Sanus;

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Enqkoswara MEd.

Pembimbing II

Disetujui Dan Disahkan Oleh Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. Dr. H. E. Kusmana

DAFTAR ISI
Hal.


PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR

i
iii

TABEL

v

DAFTAR LAMPIRAN

BAB

I

BAB II

vi


PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Masalah Penelitian

6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
D. Penjelasan Konsep

9
12

E. Premis Penelitian


13

TINJAUAN PUSTAKA

15

A. Administrasi Pendidikan dan Administrasi Fasilitas Pendi -

B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB III

BAB IV

dikan


15

Ruang Lingkup Administrasi Fasilitas Pendidikan
Pengelolaan Fasilitas Belajar
Pemanfaatan Fasilitas Belajar
Penyimpanan Fasilitas Belajar
Pemeliharaan Fasilitas Belajar
Kesimpulan Hasil Studi Kepustakaan

20
22
25
29
33
46.

METODOLOGI PENELITIAN

48


A. Metode Penelitian

48

B. Subjek Penelitian
C. Data Yang Diperlukan
D. Tahap-Tahap Penelitian

50
51
52

E. Analisis Data Penelitian

60

LAPORAN PENELITIAN
A. Pemanfaatan Fasilitas Belajar


63
°3

B. Penyimpanan Fasilitas Belajar



C. Pemeliharaan Fasilitas Belajar
D. Pembahasan

91
1^3

E. Hasil Analisis Seluruh Komponen Yang Diteliti

155

in

BAB V


KESIMPULAN DAN SARAN

164

A. Kesimpulan

164

B. Saran

I70

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
SURAT IZIN PENELITIAN

I71
175
211


CURRICULUM VITAE

212

IV

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Hambatan di Bidang Perencanaan

109

2. Pengelolaan Fasilitas Belajar oleh Petugas

Ill

3. Hambatan dalam Pemanfaatan Fasilitas Belajar


116

4. Ruang Praktek Seni di STSI Bandung

120

5. Penggunaan Seluruh Ruangan dalam Hari Pemakaian

120

6. Pemanfaatan Gedung Pertunjukan

124

7. Pemanfaatan Fasilitas Belajar

126

8. Produktifitas Penggunaan Fasilitas Jurusan Karawitan untuk


Proses Belajar

127

9. Pemanfaatan Busana untuk Proses Belajar di STSI Bandung ....

129

10. Produktifitas Penggunaan Busana

130

11. Pemanfaatan Fasilitas Belajar

132

12. Penyimpanan Fasilitas Belajar

138

13. Pertimbangan Penyimpanan

148

14. Hambatan dalam Penyimpanan Fasilitas

149

15. Pemeliharaan Fasilitas Belajar

156

16. Hambatan dalam Pemeliharaan Fasilitas Belajar

158

v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-Kisi Penelitian

175

2. Pertanyaan Penelitian

179

3. Penggunaan Gedung Pendidikan STSI Bandung Semester Ganjil

185

Tahun Akademik 1997/1998

4. Penggunaan Gedung Pendidikan STSI Bandung Semester Genap

186

Tahun Akademik 1997/1998

5. Penggunaan Gedung Pendidikan STSI Bandung Semester Ganjil

187

Tahun Akademik 1996/1997

6. Penggunaan Gedung Pendidikan STSI Bandung Semester Genap

\gg

Tahun Akademik 1996/1997

7. Rangking Pemakaian Gedung Pendidikan STSI Bandung Semester

igo,

Ganjil Tahun Akademik 1997/1998

8 Rangking Pemakaian Gedung Pendidikan STSI Bandung Semester

xgg

Genap Tahun Akademik 1997/1998

9. Rangking Pemakaian Gedung Pendidikan STSI Bandung Semester

^\

Ganjil Tahun Akademik 1996/1997

10. Rangking Pemakaian Gedung Pendidikan STSI Bandung Semester

-^2

Genap Tahun Akademik 1996/1997

11. Daftar Ruang Kuliah Teori dan Praktek STSI Bandung Keadaan

^93

Tahun 1998

12. Denah Lokasi Ruang Kuliah STSI Bandung

-^94

13. Peralatan Seni di STSI Bandung

-^95

14. Pedoman Peminjaman Busana Seni Pertunjukan

200

15. Surat Izin Penggunaan/Peminjaman Barang-Barang Inventaris STSI

203

Bandung

VI

16. Surat Izin Keluar Barang

204

17. Struktur Organisasi Sekolah Tinggi Seni Indonesia

205

18. Denah Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung

206

19. Potret

207

20. Surat Izin Penelian

211

21. Curriculum Vitae

212

VI1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah Tinggi Seni Indonesia ( STSI ) merupakan Sekolah Tinggi Seni

yang memiliki tiga jurusan , yakni Jurusan Tari , Jurusan Karawitan ,
Jurusan Teater . Perguruan Tinggi ini didirikan pada tahun 1%8 dengan
nama Konsetvatori Tari yang bertempat di kota Bandung dengan ruang

perkuliahan di Gedung Merdeka . Sebanyak empat ruangan digunakan oleh
Konservatori Tari sebagai ruang kuliahnya pada saat itu .

Semula STSI Bandung berstatus swasta dengan 98 orang mahasiswa .

Atas kerjasama dengan ASTI Yogyakarta , pada tahun 1970 ASTI Bandung
dinegerikan . Tempat perkuliahan dipindahkan ke Konservatori Karawitan

dengan menempati satu ruang kuliah . Pada tahun 1973 ASTI Bandung
mulai menghasilkan lulusan sebanyak 4 orang .

Kini ASTI Bandung telah memiliki kampus dengan luasnya 1,3 ha yang
berasal dari Konservatori Karawitan . Sedangkan Konservatori Karawitan

sendiri pindah ke Ciwastra menempati tanah seluas 5 ha . ASTI telah
berubah menjadi STSI pada tahun 1996 .

Program pendidikan yang diselenggarakan oleh STSI Bandung adalah
Diploma III,danS-l dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan dengan

kualifikasi : (1) memiliki kepribadian yang bersumber pada nilai-nilai budaya

Indonesia , tanggap terhadap perubahan

dan

peka terhadap

gejala

kebudayaannya , (2) mampu mengikuti perkembangan pengetahuan dan
keterampilan teknis yang dimiliki serta yang di masyarakat untuk menunjang

keterampilan dalam bidangnya , (3) mampu menerapkan pengetahuan dan
keterampilanteknis dalam bidang kesenian secara profesional.

Tidak hanya itu . Sebagai Perguruan Tinggi , STSI juga dituntut harus
mampu menghasilkan lulusan yang memiliki karakteristik sebagaimana
dikatakan oleh Fakry Gaffar (1994:12) sebagai berikut:

1. Iman dan Taqwa , dalam PJPT II ini merupakan nilai universal yang

diperlukan sebagai kendali sehingga tetap menjadi makhluk yang paling
sempuma dan paling baik.

2. Jati diri Indonesia , wawasan kebangsaan amat diperlukan untuk memelihara
dan menumbuh kembangkan persatuan dan kesatuan bangsa . Wawasan

kebangsaan haruslah menjadi nilai yang dapat mengendalikan nilai-nilai
tradisional primordial yang tidak selalu sejalan dengan wawasan kebangsaan.
3. Tanggung jawab sosial , merupakan perilaku dan sikap peduli terhadap
orang lain dan terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat bangsa
dan negara.

4. Percaya diri , sebagai warga negara dari satu negara merdeka, yang harus

memiliki keyakinan dan percaya diri atas harga dirinya dan kemampuannya

untuk berjuang , bersaing , dan bekerja sama dalam pergaulan masyarakat
dunia.

5. Kreatif dan kritis , percaya diri tidak cukup untuk menghasilkan karya yang
berharga , karena itu kreatif dan daya berifikir kritis merupakan unsur penting
yang harus tertanam dan menyatu dalam perilaku setiap warga negara .

6. Disiplin , kepatuhan , dan ketaatan terhadap peraturan , norma-norma untuk
mengendalikan diri sehingga segala sesuatu dapat dilakukan dengan tertib
sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku .

Dilihat dari ilmu yang dibina , di STSI sekarang ini diselenggarakan tiga jurusan ,

yakni Program Studi Diploma III Jurusan Tari , Jurusan Karawitan , dan Jurusan
Teater . Dalam ketiga jurusan tersebut terdapat 11 (sebelas) bidang studi ,

dengan kualifikasi profesi sebagai berikut : Pertama , Jurusan Tari dengan tiga
bidang studi , dengan kualifikasi profesi ; (1) Penyaji Tari Tradisi , (2) Penyaji
Kreasi Tari , dan (3) Penyaji Rias Tradisi dan Kreasi Busana . Kedua , Jurusan

Karawitan menyediakan empat bidang studi dengan kulaifikasi ; (1) Penyaji
Karawitan Tradisi , (2) Penyaji Kreasi Karawitan , (3) Penyaji Karawitan Tradisi
Tari/Pedalangan/Teater, dan (4) Penyaji Kreasi Karawitan Tari/Teater . Ketiga ,

Jurusan Teater menyediakan empat bidang studi dengan kualifikasi profesi;
(1) Penulis Lakon Teater (berbahasa daerah / Indonesia), (2) Pemeran ,

(3) Penyaji Teater Tradisi, dan (4) Penyaji Kreasi Artistik (rias busana teater/set
dan properti teater cahaya dan suara teater).

Seiring dengan perjalanan waktu maka dari tahun ke tahun jumlah mahasis -

wa yang mendaftarkan diri ke STSI Bandung semakin bertambah. Sejalan de

ngan itu tantangan yang dihadapipun semakin meningkat. Sebagaimana per guruan tinggi lain pada umumnya, tantangan yang dihadapi oleh STSI Bandung
tidak jauh berbeda, yakni tantangan untuk meningkatkan mutu secara terus me-

nerus. STSI dituntut pula agar mampu menjabarkan dengan sebaik-baiknya ke -

bijakan Depdikbud berupa link and match - keterkaitan dan kesepadanan- yang
mengharuskan diperkuat relevansi produk perguruan tinggi dengan kebutuhan
masyarakatatau pemakai lulusan. Dalam konteks iniSTSIdiharapkan tidak akan
lagi menghasilkan out put (lulusan) dengan predikat menambah penganggguran,
melainkan lulusan sesuai dengan taraf kebutuhan masyarakat pengguna (Buku
Pedoman Kerja STSI Bandung, 1996:1).

Misi STSI seperti itutentu tidak mudah untuk direalisasikan, banyak kendala
dan hambatan siap menghadang. Apalagi sumber-surnber yang tersediasangat
terbatas. Untuk itu salah satu hal yang paling penting agar mendapatkan perha tian adalah masalah administrasi atau manajemen, dalam hal ini administrasi
pendidikan.

Menurut Engkoswara (1987:6) administrasi pendidikan bukanlah hal baru.

Telah dipergunakan dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sekalipun masih langka diteliti secara seksama di Indonesia. Administrasi pendidikan yang di maksud adalah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya yaitu, manusia,

kurikulum, atau sumber belajar dan dana fasilitas untuk mencapai tujuan pendi dikan yang disepakari.
Kriteria keberhasilan itu memerlukan suaru proses administrasi pendidikan ,

minimal meliputi perilaku manusia berorganisasi dalam kebudayaan yang berla -

ku sebagai alat komunikasi. Perilaku manusia berorganisasi dapat dinyatakan
dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau pembinaan

sumber daya yaitu meliputi manusia, program pendidikan atau sumber belajar
atau fasilitas. Secara skematis wilayah kerja administrasi pendidikan dapat di -

gambarkan dalam matrik di bawah ini.

Fasilitas

Perencanaan'

Tujuan

IPelaksanaan | Pendidikan /

Personil

Kurikulum

Masukan

Pengawasan ;

Proses

Keluaran

(Engkoswara 1987 : 89)

Salah satu aspek atau bidang garapan dari administrasi pendidikan yang
parut mendapatkan perhatian sesuai dengan apa yang ditunjukkan dalam
gambar di atas adalah pengelolaan fasilitas belajar.

B. Masalah Penelitian .

Fasilitas belajar terasa amat diperlukan di sekolah seni karena sangat me
nunjang kelancaran proses belajar mengajar, pelatihan dan pagelaran yang

amat berkaitan dengan proses belajar seni, kreativitas dan hubungan dengan
masyarakat.

Pengelolaan perlengkapan berrujuan untuk mencapai penggunaan yang

optimal dengan tingkat pengamanan semaksimal mungkin dalam mengamankan kekayaan negara. Pengelolaan perlengkapan senantiasa perlu dilakukan

dengan cara pendaya gunaan, penyimpanan dan pemeliharaan sesuai dengan
karakterisitik barang dengan memperhitungkan kemudahan fisik dan memper

hitungkan kemungkinan kemudahan penanganan fisik (Departemen Pendidik
an dan Kebudayaan 1983:48).

Fasilitas dapat dibagi menjadi 3 golongan, yakni:

- Golongan A ; yaitu Barang Penting : barang yang nilai penggunaannya men
capai 60%.

- Golongan B ; yaitu Barang Agak Penting : barang yang nilai penggunaannya

mencapai 30%.

- Golongan C ; yaitu Barang Kurang Penting : barang yang nilai penggunaan
nya mencapai 10%.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994:21).

Pengelolaan perlengkapan berarti juga pengamanan fisik yang diartikan
sebagai upaya untuk membuat secara tekhnis barang itu tetap dalam pendaya

gunaan , penyimpanan dan pemeliharaan ( Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan 1983:10).

Dari sudut pengelolaan fasilitas belajar, unsur pemanfaatan, penyimpan

an dan pemeliharaan merupakan kesatuan mata rantai yang tidak terpisahkan satu sama lain dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pertumbuhan jumlah perlengkapan mempunyai korelasi posistif terhadap
peningkatan permasalahan yang dihadapi. Sampai saat ini mata rantai yang

paling lemah adalah rantai pemeliharaan perlengkapan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan 1983:23).

Di dalam pengelolaan perlengkapan dalam skala kecil, sekolah misalnya
dan semua orang yang ada di situ baik kepala sekolah, guru, pegawai ter-

masuk pesuruh dapat atau memiliki pengalaman mengacau perlengkapan.
Karena lalai atau sengaja , pesuruh dapat menimbulkan kebakaran, murid bi
sa merusakalat sekolah, bangku, buku dan sebagainya, atau kepala sekolah,

guru dapat membuat milik negara sebagai milik pribadi.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1983:20).

Dari masalah yang dihadapi dalam pengelolaan fasilitas belajar dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan khusus sebagai berikut:
1. Pemanfaatan fasilitas belajar.

Hingga manakah kegiatan pemanfaatan fasilitas belajar dilakukan di Se
kolah Tinggi Seni Indonesia ?
Pertanyaan ini diperinci lagi menjadi:

a. Apakah STSI memiliki perencanaan pemanfaatan fasilitas belajar ?
b. Bagaimana pendaya gunaan dalam pemanfaatan fasilitas belajar di
STSI Bandung ?

c. Hambatan apa yang dirasakan dalam pemanfaatan fasilitas belajar di
STSI Bandung ?

2. Penyimpanan fasilitas belajar.

Hingga manakah kegiatan penyimpanan fasilitas belajar dilakukan di Se
kolah Tinggi Seni Indonesia Bandung ?
Pertanyaan ini diperinci lagi menjadi:

a. Apakah STSI memiliki perencanaan dalam penyimpanan fasilitas
belajar ?

b. Bagaimana cara-cara penyimpanan dilakukan ?

c. Hambatan apa yang dirasakan dalam penyimpanan fasilitas belajar ?
3. Pemeliharaan fasilitas belajar.

Hingga manakah kegiatan pemeliharaan fasilitas belajar dilakukan di
STSI?

Pertanyaan ini diperinci lagi menjadi:

a. Apakah STSI memiliki perencanaan pemeliharaan fasilitas belajar ?
b. Bagaimana cara-cara pemeliharaan yang dilakukan di STSI ?
c. Hambatan apa yang dirasakan dalam pemeliharaan fasilitas belajar ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian .

Sejalan dengan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,
maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis

pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan fasilitas belajar di STSI
Bandung . Secara khusus tujuan penellitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Pemanfaatan Fasilitas Belajar .

-

Perencanaan pemanfaatan fasilitas belajar.

-

Pendaya gunaan dalam pemanfaatan fasilitas belajar.

-

Hambatan yang dirasakan dalam pemanfaatan fasilitas belajar.

b. Penyimpanan Fasilitas Belajar.

10

-

Perencanaan penyimpanan fasilitas belajar.

Cara-cara penyimpanan fasilitas belajar.

-

Hambatan yang dirasakan dalam penyimpanan fasilitas belajar.

c. Pemeliharaan Fasilitas Belajar .

-

Perencanaan pemeliharaan fasilitas belajar.

-

Cara-cara pemeliharaan fasilitas belajar.

-

Hambatan yang dirasakan dalam pemeliharaan fasilitas belajar di
STSI Bandung.

2. Manfaat Penelitian .
Penelitian ini diadakan karena hasilnya memberikan manfaat yang

sangat banyak kepada banyak pihak.
a. Bagi STSI Bandung.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ke
pada pimpinan STSI Bandung tentang banyak hal sehubungan de
ngan kondisi pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan fasilitas

belajar yang tersedia. Karena sebagaimana diketahui sampai sekarang
ini pimpinan STSI, guru, mahasiswa, dan pengelola masih merasa

kurang puas terhadap pengelolaan fasilitas belajar di STSI Bandung.

Dari kekurang lengkapan fasilitas pada saat diperlukan hingga sukarnya menggunakan ruangan dan gedung pertunjukan karena diguna-

11

kan secara bersamaan. Penelitian ini diharapkan juga dapat mengung-

kapkan produktivitas pemakaian fasilitas belajar serta dapat mengung-

kap secara empiris bagaimana sesungguhnya kondisi objektif dari
pengelolaan fasilitas belajar di STSI Bandung.

Hasilnya diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pimpin
an STSI tentang bagaimana seyogyanya sarana tersebut dimanfaatkan, disimpan dan dipelihara.

b. Bagi tenaga Edukatif, Mahasiswa , dan Staf STSI.
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sehingga diharap
kan akan lebih meningkatkan partisipasi mereka dalam pemanfaatan
dan pemeliharaan fasilitas belajar yang tersedia. Hasil penelitian ini

juga diharapkan dapat meningkatkan kelancaran tugas-tugas mereka
baik ketika memanfaatkan maupun pemeliharaan fasilitas belajar.

c. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan .
Secara keilmuan hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi pe

ngembangan ilmu pengetahuan, dalam bidang administrasi pendidik
an. Sebagai suatu ilmu, konsep, dan teori administrasi pendidikan ha

rus terus diperbaharui agar sepadan dengan jamannya. Hasil peneliti

an ini diharapkan bermanfaat dalam kaitan dengan usaha - usaha
untuk mengembangkan disiplin ilmu administrasi pendidikan.

12

D. Penjelasan Konsep .

Agar terdapat kesamaan persepsi dalam memahami penelitian ini , maka
dipandang perlu untuk memberikan pengertian operasional tentang konsep-

konsep yang digunakan. Konsep dimaksud adalah (1) fasilitas belajar, (2) pe
manfaatan fasilitas dan penyimpanan, serta (3) pemeliharaan fasilitas belajar.

Yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah segenap sarana dan
prasarana , termasuk alat-alat pelajaran yang baik secara langsung maupun
tidak langsung sangat diperlukan dalam proses belajar dan mengajar.

Fasilitas belajar antara lain dapat berupa:

gedung,

ruang belajar,

perpustakaan, ruang komputer, alat-alat pelajaran, media pengajaran,

laboratorium, ruang teater, gedung kesenian, pakaian tari, alat-alat musik,
dan lain sebagainya .

Dalam penelitian ini karena berbagai keterbatasan-antara lain faktor

kemampuan untuk meneliti, waktu, dan dana yang tersedia-maka tidak
semua jenis fasilitas belajar dimaksud dijadikan sasaran penelitian.
Berdasarkan pertimbangan yang rasional dan objektifyang dijadikan sasaran

penelitian ini hanya pemanfaatan , penyimpanan dan pemeliharaan fasilitas

yang sangat erat kaitannya dengan "seni". Dengan demikian secara
mendetail fasilitas belajar yang diteliti lewat penelitian ini hanyalah :
1. Pemanfaatan dan pemeliharaan ruang belajar yang berhubungan

13

dengan fasilitas belajar seni.

2. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan pakaian tari, karawitan,
dan teater.

3. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan alat-alat musik/karawitan.

4. Pemanfaatan dan pemeliharaan gedung kesenian.

5. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan alat audio visual.
6. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan alat-alat rias.
7. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan alat-alat teater.

E.

Premis Penelitian .

Setidak-tidaknya ada 3 (tiga) premis yang mendasari penelitian ini:

1. Upaya pencapaian tujuan institusi pendidikan tinggi dipengaruhi oleh

banyak faktor, salah satu diantaranya adalah tersedianya fasilitas belajar
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan selalu ada dalam keadaan
siap pakai .

2. Karena fungsinya yang demikian strategis dalam upaya pencapaian tu

juan yang telah ditetapkan, maka fasilitas belajar itu harus dikelola
dengan sebaik-baiknya dalam pemanfaatan, penyimpanan maupun
pemeliharaan.

14

3. Manajemen fasilitas belajar yang baik itu di samping harus mengikuti kaidah-kaidah manajemen modem, juga dicirikan antara lain oleh terako-

modasinya partisipasi maksimal dari segenap civitas akademika baik da
lam pemanfaatan, penyimpanan lebih-lebih dalam pemeliharaan fasilitas
belajar.

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk menganalisi dan mendeskripsikan data se cara mendalam tentang pengelolaan fasilitas belajar di STSI Bandung . Hasil

penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat dalam rangka
peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan fasilitas di STSI Bandung.

Sebagai kegiatan ilmiah, penelitian ini teriebih dahulu harus ditentukan
metodenya. Dengan metode penelitian akan memandu peneliti mengenai
urutan-urutan bagaimana penelitian dilaksanakan . Bertalian dengan hal ini
Winamo Surackhmad (1982 : 131) menyatakan : " Metode merupakan cara

utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan ".

Sehubungan dengan metodenya, penelitian ini menggunakan metode

deskriptif analitik kualitatif. Sehubungan

dengan

penelitian deskriptif

Winamo Surackhmad (1982:139 ) menyatakan sebagai berikut:
Pada umumnya persamaan sifat dari segala bentuk penyelidikan deskriptif ini
ialah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang

dialami, satu hubungan kegiatan, pandangan sikap yang nampak atau tentang

suatu proses yang sedang beriangsung, pengaruh kecenderungan yang nampak,
pertentangan yang meruncing, dan sebagainya .

48

49

Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif ialah (1) Memusatkan diri padapemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah masalah aktual, dan (2) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelas kan, dan kemudian dianalisis.

Kemudian penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, tetapi
mendeskripsikan secara mendalam fenomena tentang pemanfaatan, pe -

nyimpanan, dan pemeliharaan fasilitas belajar di STSI Bandung. Secara de mikian penelitian ini termasuk penelitian kualitatif (Bogdan,1990 ; Nasution,
1992:18,19).

Lebih lanjut penelitian ini tidak hanya berusaha untuk mendeskripsikan
secara mendalam tentang pemanfaatan, penyimpanan, dan pemeliharaan

fasilitas belajar di STSI sebagaimana tampak ketika penelitian dilangsungkan.

Kemudian juga akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
dan efisiensi pemanfaatan, penyimpanan, dan pemeliharaan dari fasilitas
belajar dimaksud. Dengan cara demikian, maka hasil penelitian ini akan

menjadi kaya dan komprehensif. Karena itulah, maka penelitian ini tergolong
pula sebagai penelitian analitik.

Penelitian ini bukan hanya mempelajari orang lain, tetapi juga belajar

dari orang lain untuk memahami makna suatu peristiwa, yaitu unjuk kerja

tenaga pengelola. Hal ini didasari pada suatu asumsi bahwa para pengelola

50

fasilitas, pimpinan, dosen, dan mahasiswa yang dijadikan sasaran penelitian
ini mengetahui dan cepat menangkap makna tentang suatu fenomena kehi dupan mereka.

B. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (1993:102) mengatakan bahwa, populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah

semua pihak baik manusia maupun non manusia (dokumentasi, simbulsimbul, peralatan kerja, dan lingkungan hidup lainnya) yang dipandang
dapat memberikan data yang berhubungan dengan kinerja akademik.

Yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam hal ini merujuk
kepada populasi, sampel, dan sumber data dalam penelitian ini.

Populasi dan sampelpada dasarnya mengacu pada totalitas semua nilai
yang mungkin, hasil perhitungan atau pengukuran, kuantitatif maupun
kualitatif daripada karakterisitik tertentu mengenai sekumpulan objek

yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan
populasi.

Adapun sebagian dari populasi yang diambil, dinamakan sampel atau

contoh (Sudjana,1981:10). Sampel adalah sebagian dari populasi yang be nar-benar diamati. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nasution (1991:118),

51

sampel adalah sebagian individu yang diamati. Sedangkan menurut Moleong
(1997:165) sampel yang dimaksudkan dalam penelitian bersifat informan,
yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian.

Sampel manusia dalam penelitian ini lebih cenderung bersifat sebagai

informan. Informan digunakan untuk membantu peneliti agar secepatnya
dan tepat seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setem -

pat. Adapun informan yang dipandang sangat penting dalam penelitian ini
adalah:

1. Pembantu Ketua II STSI yang bertanggung jawab di bidang administrasi
umum dan perlengkapan.

2. Ketua Jurusan dan Program Studi di lingkungan STSI.
3. Kasubag Umum, Perlengkapan, Hukum dan Tata Laksana.
4. Dosen STSI.

5. Para pengelola perlengkapan.
6. Mahasiswa.

C. Data Yang Diperlukan

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain meliputi:

1. Data awal tentang jumlah inventaris/fasilitas belajar yang dimiliki STSI

52

Bandung hingga penelitian ini dilaksanakan .

2. Data tentang aturan-aturan normatif yang digunakan oleh STSI Bandung
sehubungan dengan pemanfaatan, penyimpanan, dan perawatan fasili tas belajar yang dimiliki.
3. Data kuantitatif dan kualitatif tentang pemanfaatan, penyimpanan, dan
perawatan fasilitas belajar.

4. Data tentang hambatan-hambatan baik yang dihadapi oleh pimpinan,
dosen, dan mahasiswa dalam pemanfaatan, penyimpanan, dan pera watan fasilitas belajar.

D. Tahap-tahap Penelitian
Secara umum menurut Bogdan (1990) dan Moleong (1997) ada tiga

tahap yang dilalui oleh seorang peneliti kualitatif, yakni (1) Pra-lapangan, (2)

Kegiatan lapangan, dan (3) Analisis intensif. Nasution (1992) mengemuka -

kan ada tiga tahapan penelitian kualitatif, yakni (1) Orientasi, (2) Eksplorasi,
dan (3) Member-check. Sejalan dengan pendapat ahli tersebut, penelitian ini
melewati tahapan-tahapan sebagai berikut.

53

1. Tahap Persiapan

Penulisan tesis ini merupakan pekeijaan yang kompleks dan rumit,
karena itu diperlukan persiapan yang baik dan matang. Persiapan peneli
tian dimaksud sudah dilakukan sejak lama. Adapun kegiatan-kegiatan

yang dilakukan pada tahap persiapan adalah:
a. Mengadakan studi literatur secara mendalam untuk menambah wa wasan peneliti baik tentang metodologi penelitian maupun terhadap

bidang yang menjadi kajian peneliti selama studi di S-2 PPSIKIP
Bandung. Studi literatur ini pun diharapkan dapat menemukan per masalahan yang kiranya layak dijadikan fokus penelitian.

b. Untuk mempertajam permasalahan dan fokus penelitian, peneliti

mengadakan studi penjajakan dan pendekatan terhadap instansi dan
sasaran penelitian ini.

c. Untuk mendapatkan masukan yang kristis peneliti juga mengadakan
diskusi infomnal tentang permasalahan dan fokus penelitian ini de
ngan teman sejawat di STSI Bandung.
d. Menyusun pra-rancangan penelitian.

e. Pra-rancangan penelitian yang telah disusun tersebut kemudian di -

ajukan sebagai bahan "Seminar Pradesain'' di Program Pasca Sarja na, guna mendapatkan masukan dari para dosen pembina.

54

f. Berdasarkan masukan lewat forum seminar dimaksud, maka kembali
peneliti mengadakan penyempurnaan terhadap pra-desain penelitian.

g. Kemudian setelah mendapatkan surat keterangan tentang pembim
bing tesis, maka rancangan penelitian ini dikonsultasikan secara in -

tensif dengan dua orang dosen pembimbing.
h. Setelah beberapa kali konsultasi baik dengan pembimbing satu mau pun dengan pembimbing dua dan mengalami aneka penyempurna
an, maka barulah desain penelitian ini disahkan dan sekaligus diijin -

kan untuk mengadakan penelitian lapangan untuk mengumpulkan
data.

i. Sebelum pengumpulan data di lapangan teriebih dahulu ijin peneli
tian diurus secara hirarkhis. Dimulai dengan mengajukan permohon -

an kepada Direktur PPS agar berkenan meminta kepada Rektor IKIP
Bandung untuk mengeluarkan surat permintaan ijin penelitian dari
Ketua STSI Bandung. Setelah peneliti bertemu dengan Ketua STSI

Bandung beliau sangat setuju terhadap penelitian ini, sehingga du kungan beliau sangat membantu atas terlaksananya penelitian ini.
2. Tahap Orientasi

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap orientasi meliputi:

a. Mengadakan hubungan informal dengan para lulusan untuk berbin -

55

cang-bincang dengan mereka perihal pengelolaan fasilitas belajar di
STSI Bandung. Pada saat ini peneliti belum membicarakan dengan
mereka bahwa peneliti akan mengadakan penelitian tentang penge -

lolaan fasilitas belajar di STSI Bandung. Hal ini juga peneliti lakukan
dengan para Ketua Jurusan/Program Studi. Pada saat yang bersama -

an, peneliti juga melakukan kegiatan studi dokumentasi awal guna
mengumpulkan data tentang pemanfaatan fasilitas belajar.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan pimpinan Sekolah Tinggi

dan jurusan menyangkut pengembangan dan pemanfaatan fasilitas.
Usaha-usaha tersebut peneliti lakukan untuk mempertajam fokus pe -

nelitian ini sehingga pengumpulan data selanjutnya lebih terinci dan
terarah pada sasaran penelitian.

b. Berdasarkan hasil kerja pada butir a di atas, kemudian peneliti

menetapkan para informan yang akan dijadikan "subjek penelitian
yang utama" dalam penelitian ini.

3. Tahap Pelaksanaan/Pengumpulan Data

Data penelitian ini dihimpun melalui hubungan langsung dengan

manusia yang dijadikan sasaran penelitian di dalam lingkungan yang

wajar. Untuk menjaga kewajaran itu pertanyaan penelitian dirumuskan
berdasarkan informasi yang diperoleh sebelumnya, sehingga arah

56

pengumpulan data walaupun sudah dikendalikan oleh suatu pedoman
masih perlu penyesuaian dengan kondisi sesaat dan setempat.
Instrumen pengumpulan data yang paling tepat digunakan dalam

penelitian ini adalah manusia, karena perilaku manusia paling tepat di rekam dengan alat manusia juga (Koentjaraningrat,1989:116). Dalam
hal ini peneliti sebagai instrumen dalam penelitian. Untuk memperlancar
proses pengumpulan data baik melalui (a) Wawancara, (b) Studi doku mentasi, dan (c) Observasi, peneliti menggunakan field notes, pedoman
umum wawancara, tape recorder, dan gambar.

Adapun proses pengumpulan data adalah dengan jalan mengguna kan teknik pengumpulan data (wawancara, observasi, dan dokumentasi)
secara simultan.

Dalam penelitian ini data yang telah terhimpun, kemudian dipertajam, diperdaiam atau bahkan diubah bertolak dari data yang diperoleh
kemudian. Penelitian tidak hanya menggali data dari satu sumber saja.

Data yang diperoleh dari satu sumber, kemudian diperiksa bertolak dari
data yang diperoleh dari sumber lain. Untuk itu diperiukan instrumen

yang peka, dapat menyesuaikan diri dan bereaksi terhadap lingkungan,

dapat mengumpulkan aneka ragam data dalam seluruh situasi yang di -

hadapi, menafsirkan data, melahirkan hipotesis yang timbul seketikadi

57

lapangan dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memper oleh penegasan, perubahan, perbaikan, dan penolakan; dapat memper hatikan respon yang aneh untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan
tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti. Dapat memahami
makna interaksi antar manusia, membaca mimik dan gerak wajah, me nyelami perasaan dan nilai yang terkandung di dalam ucapan atau
perbuatan informan (responden).
Agar memenuhi persyaratan tersebut maka penelitian ini menggu -

nakan manusia sebagai instrumen dengan ditopang beberapa jenis
perangkat mekanik dan alat pencatat yang mudah dipakai di lapangan.
Alat tersebut cukup peka dan tidak berwarna mencolok serta pengguna-

annya diusahakan tidak mengganggu responden. Jika terganggu dikha watirkan data yang diperoleh tidak objektif lagi.
Karena peneliti bertindak pula sebagai instrumen, maka dikatakan

penelitian ini tidak bersifat ekstemal atau objektif, akan tetapi internal,
subjektif yaitu peneliti sendiri. Yang dilakukan adalah menseleksi aspek aspek yang khas, yang berulang kali terjadi yang berupa pola atau tema,

dengan tema ini senantiasa diselidiki lebih lanjut dengan cara yang lebih
halus dan mendalam.

Alasan menggunakan peneliti sendiri sebagai instrumen utama karena

58

segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah fokus
penelitian, masalah penelitian, prosedur, data yang ingin dikumpulkan,
serta desain penelitian semuanya belum dapat ditentukan secara pasti
sebelum penelitian dilaksanakan. Segala sesuatu masih harus dikem bangkan ketika penelitian beriangsung.
Keuntungan manusia sebagai instrumen adalah (1) Peka dan dapat
bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang diperkirakan ber makna untuk penelitian, (2) Dapat menyesuaikan diri terhadap semua

aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,

(3) Tiap situasi merupakan suatu peristiwa yang harus dipandang dalam
konteks sistem yang saling berkaitan dengan peristiwa lainnya, tidak ada
satu instrumen pun yang dapat menangkap makna dalam suatu peristiwa

dalam konteks sistem yang demikian kompleksnya itu, kecuali manusia,
(4) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh

sehingga

bisa

dan

saat

itu

pula

dapat

segera

menggunakan hasil analisis tersebut untuk mengumpulkan data lebih
lanjut (Nasution, 1992,55).

Adapun teknik pengumpulan data yang paling utama yang digunakan
adalah teknik observasi. Baik observasi biasa (observasi tanpa berpartisi -

pasi), maupun observasi berpartisipasi secara terbatas. Dalam hal ini pe -

59

neliti ikut terjun mengobservasi langsung keadaan pengelolaan fasilitas
belajar di STSI Bandung.
Di samping itu digunakan pula teknik dokumentasi. Teknik ini baik

untuk menjaring data yang tidak dapat diperoleh dengan teknik obser
vasi, juga untuk menjaring data untuk melengkapi data yang dikumpul
kan lewat teknik observasi. Adapun dokumen penting yang perlu dikum -

pulkan dalam penelitian ini antara lain : (1) Penunjukan personil penge lola fasilitas belajar, (2) Aturan atau buku pedoman yang digunakan
dalam mengelola fasilitas belajar, (3) Jadwal dan sistem kerja petugas

pengelola fasilitas belajar, dan (4) Absensi tugas-tugas yang dilakukan se hubungan dengan pengelolaan fasilitas belajar.
Dalam penelitian ini juga akan menggunakan teknik pengumpulan
data berupa wawancara. Yakni peneliti berusaha mendapatkan data de ngan cara bertatap muka secara fisik dalam suasana tanya jawab dengan
informan. Dengan cara ini peneliti dapat melihat responden atau infor man dan mendengarkan suara mereka secara langsung sehingga mem -

peroleh data secara langsung, jelas, dan mantap. Dengan wawancara ini

juga dapat dilihat secara langsung mimik, gerak tubuh, sikap, serta peri laku mereka ketika wawancara beriangsung.

Untuk menghindari kekakuan dalam suasana wawancara, maka tidak
digunakan teknikwawancara terstrukturtetapi wawancara secara bebas.

60

E. Analisis Data Penelitian

Strategi analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif. Analisisdata kualitatif adalah proses menyusun data (menggolong kannya dalam tema atau kategori) agar dapat ditafsirkan atau diinterprestasi kan (Moleong,1997;198). Agar dapat menafsirkan dan menginterprestasi
data secara baik dibutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran, dan kreativitas

yang tinggi peneliti sehingga mampu memberikan makna pada setiap feno mena atau data yang ada.
Sehubungan dengan analisis data dalam penelitian kualitatif, Bogdan dan
Biklen (1990:145) menyatakan:
Data analysis is the process of systematically searching and aranging the inter view transcripts, fildnotes, and other materials mat you accumulate to increase

your own understanding of them and to enable you to present what you have
discovered to others. Analysis involve woiking with data , organizing important

and what is to be learned, and deciding what you will tell others. For most, the

need products of research are books, papers, presentations, or plans for
action.

Bertalian dengan analisis data ketika peneliti masih di lapangan (saat data dikumpulkan), peneliti menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh
Bogdan dan Biklen (1990:145-149) sebagai berikut:

1. Force yourself to make decisions that narrow the study, (Membuat kepu tusan untuk mempersempit lingkup studi).

61

2. Force yourself to make decisions concerning the type of study you want
to accomplish, (Membuat keputusan tentang jenis studi apa yang hendak
diselesaikan).

3. Develop analytic questions, (Membuat pertanyaan yang analitik).
4. Plan data collection sessions in light of what you find in previous observa tion, (Merencanakan sesi pengumpulan data berdasarkan temuan pada
pengamatan sebelumnya).

5. Write many "observer's comments" about ideas you generate, (Menulis

banyak "komenter pengamat" mengenai gagasan yang muncul dalam pi kiran peneliti).

6. Write memos to yourself about what you are learning, (Menulis memo

untuk peneliti sendiri mengenai apa yang telah berhasil dipelajari).

7. Try out ideas and themes on subjects, (Menguji cobakan ide-ide dan te ma-tema kepada subjek penelitian).

8. Begin exploring literature while you are in the field, (Memulai menjelajahi
literatur ketika anda masih di lapangan).

9. Play with metaphors, analogies, and concepts, (Bermain dengan mete phora, analogi, dan konsep).

Sesuai dengan pendapat-pendapat tersebut, maka analisis data dalam pene litian ini mengikuti langkah-langkah berikut:

62

1. Melakukan seleksi terhadap data yang dikumpulkan yang relevan dengan
aspek-aspek pengelolaan fasilitas belajar. Seleksi tersebut bermaksud me -

nemukan date yang penting, date yang tidak penting, dan date yang tumpang tindih.
2. Date yang banyak itu disajikan dalam bahasa yang baik dan benar agar
mudah dipahami oleh siapa saja. Oleh karena itu date tersebut dipilah -

pilah supaya membentuk suatu kebutuhan yang mudah untuk dikaji.
Data yang terkumpul tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengumpul -

kan date yang lebih banyak pada fase berikutnya.
3. Analisis data sejak awal selalu memperhatikan keabsahan date.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Di dalam pengelolaan Perguruan Tinggi, administrasi mempakan bagian
yang penting untuk diperhatikan. Administrasi mempelajari ilmu tentang
penataan sumber daya manusia, kurikulum, maupun fasilitas (Engkoswara).
Salah satu aspek yang mendapat perhatian dalam ilmu administrasi adalah

pengelolaan fasilitas belajar. Fasilitas belajar di sekolah seni mempakan
pendukung utama dalam proses belajar karena sebagian besar fasilitas

mempakan alat yang menyatu dalam proses belajar, latihan dan juga dalam
rangka pertunjukan seni. Sehingga pengelolaan fasilitas belajar senantiasa

perlu mendapat perhatian yang seksama baik di dalam pendayagunaan,
penyimpanan, maupun pemeliharaan. Ketiga faktor tersebut termasuk ke

dalam pelaksanaan pengelolaan fasilitas belajar dengan tetep hams
memperhatikan

pendayagunaan

secara

optimal

dengan

tetap

memperhitungkan karakteristik fasilitas, kemudahan penanganan fisik,
keamanan dan pemeliharaan agar dapat mempertahankan usia fasilitas
selama mungkin.

Selanjutnya apabila dilihat dari pemanfaatan, penyimpanan dan pemeli-

164

165

haraan fasilitas belajar maka ditemukan hal-hal sebagai berikut:

1. Pemanfaatan fasilitas belajar di STSI Bandung.
a. Perencanaan

pemanfaatan

fasilitas

belajar

di

STSI

belum

dilaksanakan.

b. Secara umum petugas mengetahui jumlah dan memiliki daftar fasilitas
serta fasilitas belajar digunakan secara optimal. Ruang penyimpanan
ada untuk tiap fasilitas.
Kelemahan: Buku petunjuk khusus fasilitas seni tidak ada.
Pengelolaan belum sesuai karakter fasilitas. Kehilangan masih terjadi

tapi tindak lanjut tidak ada. Perkeliman masih terjadi.
Pemeliharaan: keakhlian petugas kurang, dana dan alat kebersihan
kurang dan tanggung jawab petugas amat minim.
c. Penggunaan mang kuliah praktek seni.

Ruang kuliah dibagi menjadi ruang-ruang khusus untuk praktek tari,
praktek karawitan, dan praktek teater, serta mang bersama. Yang ter

banyak mang praktek adalah jumsan karawitan yakni 11 mangan ka
rena jumsan ini memiliki ragam fasilitas yang terbanyak. Kemudian

mang bersama 5 buah yang dipusatkan pada gedung pagelaran dan
mang olah seni. Ruang praktek tari 4 buah, untuk praktek tari dan tata
rias busana serta jumsan teater sebanyak 3 mang praktek.

166

d. Penggunaan gedung pertunjukan:

Sunan Ambu produktif, sedangkan Dewi Asri kurang produktif. Hal

ini disebabkan karena gedung Sunan Ambu lebih representatif

dari

Dewi Asri.

e. Produktifitas penggunaan fasilitas praktek seni tari amat dominan

namun amat produktif yakni gamelan pelog salendro. Apabila tidak
ada nayaga digunakan tape recorder.

f. Produktifitas penggunaan fasilitas praktek jumsan teater lebih
dominan tape recorder.

g. Produktifitas penggunaan fasilitas praktek karawitan amat beragam,
yakni:

Pelog salendro: sangat produktif.

Gambang dan gamelan Minang, kecapi serta degung: produktif.
Gamelan Bali, Akustika Nada, Audio visual dan organologi hanya di
gunakan 11 % baik hari maupun jam: Kurang produktif.

h. Produktifitas penggunaan busana.
Jumsan tari amat produktif menggunakan busana, jumsan karawitan
produktif dan teater tidak produktif.
i. - Pemanfaatan fasilitas belajar.

Sebagian besar digunakan untuk proses belajar temtama karawitan,

167

busana, dan tape recorder. Baik untuk proses belajar sehari-hari,
latihan maupun pagelaran.

- Lighting, sound system dan sebagian media rekam untukpagelaran
dan sebagian kecil untuk proses belajar.
- Alat elektronik, audio visual dan sebagian besar alat rekam serta

organologi digunakan sebagian kecil untuk proses belajar.
Hambatan dalam pemanfaatan fasilitas belajar:

-Tidak adanya perencanaan pemanfaatan fasilitas

belajar

secara

seksama.

- Masih terdapat persamaan waktu penggunaan.

- Kemudahan dalam waktu belajar cukup, tetapi masih kurang.
- Kemudahan penggunaan di luar jam pelajaran masih belum tertata
dengan baik.
- Tanggung jawab dosen dan mahasiswa tidak ada.

- Tanggung jawab petugas ada, tapi masih kurang.
2. Penyimpanan fasilitas di STSI Bandung.
a. Perencanaan penyimpanan belum dilakukan di STSI Bandung.

b. Penyimpanan dilakukan untuk mudah dijangkau dan dicari. Fasilitas
disimpan sebagian besar di kelas. Sebagian kecil di kantor dan

sebagian besar di mang khusus. Sebagian besar fasilitas disimpan

168

secara tetap dan disimpan sementara. Sedangkan sebagian kecil di
simpan secara permanen. Sebagian besar karawitan disimpan di lan
tai. Sebagian besar alat elektronik dan media rekam di rak. Busana

dan lighting digantung dan asesoris busana di lemari serta sebagian
karawitan dan alat musik juga di lemari. Penyimpanan belum berda
sarkan karakteristik barang. Sebagian besar sudah disimpan secara
tertib. Sedangkan sebagian kecil kurang tertib dan sebagian kecil tidak
tertib, yakni karawitan, lighting dan sound system.
Kelemahan: STSI tidak memiliki gudang permanen, semi permanen,
maupun gudang damrat.
c. Dasar pertimbangan penyimpanan fasilitas.
Penyimpanan fasilitas didasari oleh jumlah fasilitas, besar kecilnya
fasilitas dan berat ringannnya fasilitas, jarak antara dan mahalnya

fasilitas. Sedangkan pembahan tata letak, pembahan di masa datang,
dan umur fasilitas

belum menjadi faktor pertimbangan dalam

penyimpanan fasilitas.

Hambatan dalam penyimpanan fasilitas:

- Tidak memiliki perencanaan secara menyeluruh.
- Tidak ada buku petunjuk khusus tentang penyimpanan fasilitas seni

yang sesuai kebutuhan Sekolah Tinggi Seni.

169

- Tempat penyimpanan dan jumlah tempat penyimpanan baik sesuai

karakteristik barang maupun untuk fasilitas rusak sangat kurang.
- Keterampilan dan pengetahuan petugas tentang penyimpanan amat
kurang.

3. Pemeliharaan fasilitas belajar seni di STSI Bandung.
a. Perencanaan pemeliharaan fasilitas belum dilakukan di STSI
Bandung.

b. Cara-cara pemeliharaan di STSI Bandung, dilaksanakan sebagian
besar dengan pemeliharaan sewaktu-waktu. Pemeliharaan terencana,
rutin dan terjadwal belum ada. Pemeliharaan khusus kebersihan

fasilitas, dan berdasarkan karakteristik fasilitas

juga tidak ada.

Pemeliharaan keamanan ada, tetapi terasa kurang karena masih saja
ada barang hilang termasuk barang yang mahal. Perkeliman masih
terjadi dan alat kebakaran amat tidak mencukupi.
c. Hambatan dalam pemeliharaan fasilitas.

-

Tidak ada perencanaan pemeliharaan.

-

Tidak ada buku petunjuk pemeliharaan khusus fasilitas seni.

- Petugas pemeliharaan, temtama kebersihan, amat kurang.
-

Penanganan barang hilang tidak ada.

- Jumlah dan jenis alat-alat pemeliharaan nyaris tidak ada.

170

- Dana untuk pemeliharaan sebagian kecil ada atas usaha sendiri
dari hasil peminjaman fasilitas.

- Kemampuan dan keterampilan petugas dalam pemeliharaan
kurang memadai.
4. Hipotesis.

Berdasarkan temuan-temuan di atas dapat ditarik beberapa hipotesis
sebagai berikut:

- Kesulitan pengelolaan akan semakin besar apabila sistem dan prosedur
pengelolaannya tidak jelas.

- Pengelolaan fasilitas belajar akan terasa lebih sulit tanpa melibatkan
integritas pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kemauan, dan
bobot moral manusia.

B. Saran.

- Hendaknya para pemimpin di STSI Bandungdapat meningkatkan perhatiannya pada pengelolaan fasilitas belajar.

- Pengelolaan fasilitas belajar seni di STSI baikpemanfaatan, penyimpanan,
maupun pemeliharaan hendaknya senantiasa dititikberatkan pada:

memenuhi kebutuhan proses belajar, berfihak pada keunrungan negara,
dan senantiasa memperpanjang umur fasilitas baik dalam pendayagunaannya, penyimpanan, maupun pemeliharaan fasilitas.

^
UJ

%S

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amirin Tatang (1982), Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan FIP, IKIP
Yogyakarta.

Apple MJames (1977), Tate Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Bandung
ITB.

Ary Gunawan (1982), Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Yogyakarta, Al
Hikmah.

Bogdan dan Biklen (1990), Qualitative Research for Education. An Intro duction to Theory and Methods, Allyn and Bacon.
i

Bowersox, Donald (1987), Managemen Logistik I, Jakarta, Bumi Aksara.
(1987), Managemen Logistik II, Jakarta, Bumi Aksara.

Carolyn L Rose and Rznhaber Natalie (1996), Collection Care Workshop,
National Museum of Natural History, USA.

Corder, Anthony (1992), Teknik Managemen Pemeliharaan, Jakarta,
Eriangga.

Dann Suganda (1991), Administrasi, Jakarta, Inter media.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979), Pedoman Pengelolaan
Periengkapan, Jakarta.

(1983), Mengembangkan Pe ngelolaan Perlengkapan dalam Pembangunan Pendidikan dan Kebuda yaan, Jakarta.

(1986), Buku Petunjuk Pelak
sanaan Pengelolaan Periengkapan, Jakarta.

(1986), Petunjuk Pelaksanaan Pe
meliharaan Barang Perlengkapan, Jakarta.

171

172

(1986), Petunjuk Penyimpanan,
Pemeliharaan, dan Bantuan Perlengkapan, Jakarta.
(1986),

Pedoman

Pengelolaan

Perlengkapan, Jakarte.

(1996), Organisasi dan Tate Kerja
dan Statute Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Bandung
(1996), Pengarahan Sekertaris Jen deral pada Rapat Perencanaan Depdikbud.
(1986), Kumpulan Mengenai Inven tarisasi dan Penghapusan, Jakarta.

Eli Sumarli (1997), Konservasi dan Manajemen Koleksi, Museum Negeri
Jawa Barat, Sri Baduga, Bandung.
Engkoswara (1987), Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Fakry Gaffar (1994), Visi: Suatu Inovasi dalam Proses Managemen Strategik
Perguruan Tinggi, Pidato Pengukuhan Sebagai Gum besar di IKIP
Bandung, 17 Oktober 1994.
Hadari Nawawi (1980), Administrasi Sekolah, Jakarte, Ghalia Indonesia.

Haryawan (1988), Dramaturgi, Rosda, Bandung.
Herman VJ. (1986), Petunjuk Pelaksanaan Konservasi Koleksi Museum
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Permuseuman, Jakarta.

r (1987), Penyelamaten dan Pelestarian Koleksi Museum, Jakarta.
Inwood David & Hammond Jean (1995), Pengembangan Produk, Jakarta,
Binaman Presindo.

Kelly, Thomas (1994), Stage Management, Broadway, New York.

173

Koentjaraningrat (1989), Metoda-metoda Penelitian Masyarakat, Jakarta,
Gramedia.

Komarudin (1993), Menejemen Kantor, Bandung, Trigenda Karya.

Moekijat (1989), Tata Laksana Kantor, Bandung, Mandar Maju.

Moleong Lexy (1997), Metodologi Penelitian Kwalitetif, Bandung, Remaja
Rosdakarya.

Mulyani A Nurhadi (1983), Administrasi Pendidikan di Sekolah, Yogyakarta,
Andi Offset.

Nasution (1991), Metode Research, Bandung, Yemmars.
(1992), Metoda Penelitian Naturalistik Kwalitetif, Bandung, Taristo.

Oteng Sutisna (1986), Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional, Bandung, Aksara.

, Gum dan Administrasi Sekolah, Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Bandung.

Pedoman Kerja STSI (1996), Bandung, STSI Press.

Siagian (1983), Filsafat Administrasi, Jakarta, Gunung Agung.
STSI (19%), Panduan Studi Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, STSI
Press.

Sudjanadan Ibrahim (1981), Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung,
SinarBaru.

Suharsimi Arikunto (1987), Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta, Rajawali.
(1993), Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Crpta.

Sutaryadi (1993), Administrasi Pendidikan, Surabaya, UsahaNasional.

174

Sutrisno Hadi (1981), Metodologi Research, Yogyakarta, Gajah Mada.
The Liang Gie (1972), Ensiklopedi Administrasi, Jakarta, Gunung Agung.
(1992), Administrasi Perkantoran, Yogyakarte, Modem.
Widjaya A.W. (1993), Administrasi Kearsipan, Jakarta, Grafindo Persada.

Winardi (1990), Manajemen Perkantoran dan Pengawasan, Bandung,
Mandar Maju.
Winamo Surachmad (1982), Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode
Teknik, Bandung, Tarsito.