KESINAMBUNGAN PENGASUHAN ANAK USIA DINI ANTARA PENDIDIK DAN ORANG TUA MELALUI BUKU PENGHUBUNG : Studi Deskriptif di Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD UPI.

(1)

KESINAMBUNGAN PENGASUHAN ANAK USIA DINI

ANTARA PENDIDIK DAN ORANG TUA

MELALUI BUKU PENGHUBUNG

(Studi Deskriptif di Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD

Universitas Pendidikan Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh : Aditya Ali Candra

0901372

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Kesinambungan Pengasuhan Anak Usia

Dini Antara Pendidik Dan Orang Tua

Melalui Buku Penghubung

Oleh Aditya Ali Candra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Aditya Ali Candra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ADITYA ALI CANDRA 0901372

KESINAMBUNGAN PENGASUHAN ANAK USIA DINI

ANTARA PENDIDIK DAN ORANG TUA MELALUI BUKU PENGHUBUNG (Studi Deskriptif di Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD

Universitas Pendidikan Indonesia)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Ihat Hatimah, M.Pd NIP. 19540402 198011 2 001

PEMBIMBING II

Dr. Sardin, M.Si NIP. 19710817 199802 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003


(4)

KESINAMBUNGAN PENGASUHAN ANAK USIA DINI

ANTARA PENDIDIK DAN ORANG TUA MELALUI BUKU PENGHUBUNG (Studi Deskriptif di Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD UPI)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai kesinambungan pengasuhan anak usia dini antara pendidik dan orang tua melalui buku penghubung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi tentang: 1) proses perekaman dan penyampaian informasi kegiatan peserta didik yang dilakukan oleh pendidik Kober, 2) respon orang tua peserta didik terhadap informasi dari pendidik Kober yang disampaikan ke dalam buku penghubung, 3) perilaku orang tua peserta didik dalam menindaklanjuti informasi yang terdapat dalam buku penghubung.

Teori serta konsep yang digunakan untuk mendukung dalam penelitian ini diantaranya ialah teori komunikasi, konsep pendidikan anak usia dini, dan konsep pengasuhan dalam keluarga.

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD Universitas Pendidikan Indonesia Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian yang dijadikan sumber data terdiri dari kepala sekolah Kober, dua orang pendidik Kober dan empat orang tua peserta didik Kober baik ayah maupun ibu dari peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang ditempuh adalah reduksi data, penyajian data atau display data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi data.

Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) proses perekaman informasi dan penuangan informasi kegiatan peserta didik yang dilakukan oleh pendidik Kober sudah cukup menyeluruh dan sesuai dengan aspek-aspek perkembangan anak yang dibakukan pemerintah melalui Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 mengenai Standar Pendidikan Anak Usia Dini dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain Tahun 2011 walau prosesnya kurang didukung alat bantu proses perekaman kegiatan yang memadai. (2) respon yang ada pada orang tua dalam menyikapi buku penghubung sebagian besar dapat dikatakan kurang optimal. Adapun yang menjadi faktor penghambat kurang optimalnya orang tua dalam merespon buku penghubung yaitu keterbatasan waktu orang tua di rumah dan terlebih lagi didukung oleh budaya membaca yang masih rendah pada masyarakat secara umumnya dan para orang tua peserta didik secara khususnya. (3) Perilaku orang tua dalam menindaklanjuti pengasuhan yang didasari dari informasi di dalam buku penghubung menghasilkan suatu pengasuhan yang nyaman dan sangat dihayati oleh anak khususnya ketika melakukan suatu kegiatan yang sejenis dengan apa yang baru saja dilakukan di Kelompok Bermain terlebih lagi dengan menggunakan alat permainan edukatif yang sesuai.


(5)

SUSTAINABILITY PARENTING EARLY AGE

BETWEEN EDUCATORS AND PARENTS THROUGH BOOK LINKS (Descriptive Study at Play Group Laboratorium PG-PAUD UPI)

ABSTRACT

This study discusses the continuity of care between early childhood educators and parents through the book link. The purpose of this study is to collect data and information on: 1) the process of recording and delivering information activities undertaken by learners educators Play Group, 2) the response of students to the parents of educators Play Group information submitted to the book link, 3) behavior parents of students in following the information contained in the book link.

Theories and concepts used in this study include: communication theory, the concept of early childhood education and care in the family concept.

The research was conducted in the Play Group Laboratory of PG-PAUD Indonesia Education University Bandung West Java province, through three stages: planning, execution, and reporting of research results. This study uses descriptive qualitative approach. Research subjects were used as a source of data consists of seven person, one of the principal Kober,two educators Play Group and four parents of Play Group students both father and mother. Data collection techniques used were observation and interview. Data analysis technique implemented is data reduction, data presentation / display of data, and drawing conclusions and data verification.

The findings of the research show that: (1) the process of recording information and casting information activities undertaken by learners educators Play Group thorough enough and in accordance with aspects of early childhood development are standardized by the government in Permendiknas Number 58 periode 2009 at Standar Pendidikan Anak Usia Dini and Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain periode 2011, although the process is not supported by adequate tools. (2) the response to a parent book link in addressing most of the book can be said to be less than optimal. As for which is a barrier to less optimal parenting book link in response to the limited time parent at home. (3) parental behavior in the follow-up care that is based on the information in the link results in a parenting book link that is very comfortable and internalized by the child especially when doing an activity similar to what you have just done in Play Group.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A. Buku Penghubung Sebagai Media Komunikasi Dalam PAUD ... 17

1. Berkomunikasi Melalui Buku Penghubung ... 17

2. Hakikat, Definisi, dan Konteks Komunikasi ... 19

3. Fungsi Komunikasi ... 21

4. Model-model Komunikasi ... 22

5. Prinsip Komunikasi Efektif ... 24

6. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ... 26

B. Pengasuhan Dalam Keluarga ... 32

1. Pola Asuh Anak ... 33

2. Tipe Pola Asuh ... 35

3. Pengasuhan dan Tahapan Perkembangan ... 38

4. Memahami Kebutuhan Anak Dalam Pengasuhan ... 40


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 44

B. Desain Penelitian ... 45

C. Metode Penelitian ... 46

D. Definisi Operasional ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 51

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 52

G. Teknik Pengumpulan Data ... 52

1. Wawancara ... 52

2. Observasi ... 53

3. Studi Dokumentasi ... 54

4. Studi Kepustakaan ... 54

H. Triangulasi Data ... 54

I. Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

B. Profil Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD UPI ... 57

1. Visi dan Misi ... 57

2. Standar Kompetensi Lulusan ... 57

3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 58

4. Sarana dan Prasarana ... 58

5. Aktivitas Pembelajaran ... 58

6. Pembiayaan ... 60

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

1. Identitas Informan ... 60

2. Pendapat Informan ... 63

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

1. Proses perekaman dan penuangan informasi kegiatan peserta didik oleh pendidik Kober dalam buku penghubung ... 85


(8)

2. Respon orang tua terhadap informasi dari pendidik Kober

yang disampaikan dalam buku penghubung ……… 93

3. Perilaku orang tua peserta didik dalam menindaklanjuti informasi yang terdapat dalam buku penghubung ……….. 98

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Pencapaian Perkembangan Permendiknas Nomor 58

Tahun 2009 ... 38 Tabel 4.1 Identitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Kober Lab. PG-PAUD UPI ... 58 Tabel 4.2 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan ... 60


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Amanat dalam Undang-undang dasar tahun 1945 mengenai hak seluruh warga Indonesia untuk memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadi dasar bahwa pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat diyakini sebagai hal yang sangat penting, oleh karena itu seringkali pendidikan dalam keluarga disebut juga sebagai pendidikan yang pertama dan utama dalam rangka menyongsong kehidupan masyarakat yang cerdas.

Sejak timbulnya peradaban manusia diseluruh permukaan bumi ini sampai sekarang, keluarga selalu berpengaruh besar terhadap perkembangan seluruh manusia. Pendidikan merupakan suatu tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pemerintah menciptakan sistem pengelolaan pendidikan melalui berbagai lembaga pendidikan yang disebut juga sekolah, namun sekolah hanyalah sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga.

Pewarisan nilai-nilai dan sosial-kultural, berlangsung dengan sangat efektif melalui lembaga keluarga, sehingga pendidikan dalam keluarga sangat strategis dalam menanamkan dasar-dasar nilai kehidupan. Pentingnya pendidikan dalam keluarga ini telah memperoleh legitimasi melalui Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau disingkat Sisdiknas, yang menyatakan bahwa pendidikan itu dilakukan melalui tiga jalur pendidikan, yakni jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, secara tegas memberikan pernyataan bahwa dalam unsur tersebut ada sesuatu pendidikan yang khusus mengarah kepada anak usia dini, melalui berbagai cara pembinaan yang dituju kepada anak yang baru saja lahir hingga anak berusia enam tahun, melalui pemberian rangsangan secara edukatif untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dari segi jasmani serta rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.


(11)

Kesiapan anak dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut berjalan seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat yang semakin kompleks, maka pendidikan informal menjadi muara terbesar dalam memberikan kendali atas implementasi dari bangsa yang memiliki kehidupan yang cerdas, karena pendidikan informal dilakukan dalam keluarga dan lingkungan dengan pendidikan anak usia dini menjadi sorotan utama, mengingat pendidikan merupakan pondasi kehidupan manusia, maka sangat jelas sekali bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan vital untuk investasi masa depan bangsa yang lebih baik.

Pada dekade-dekade yang lalu, memang tak bisa dipungkiri lagi bahwa paradigma masyarakat masih menganggap pendidikan anak usia dini belum begitu diperlukan atau belum terlalu muncul ke permukaan, namun dengan adanya transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara maju ke negara berkembang, masyarakat pun mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan anak usia dini sebagai landasan kehidupan seseorang dalam mengarungi perkembangan zaman yang terus menerus berkembang dengan sangat pesat.

Meningkatnya kesadaran akan pendidikan anak usia dini, pemerintah pun berupaya mengkolaborasikan hal tersebut dengan Undang-undang Perlindungan Anak. Dalam hal ini Undang-undang tersebut secara garis besarnya menyatakan bahwa setiap anak sesungguhnya mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara alami dimulai sejak dalam kandungan, bermain secara aktif, beristirahat dengan cukup, berkreasi dan belajar dalam suatu pendidikan. Jelas sekali bahwa belajar merupakan hak bagi anak, dan bukanlah kewajiban bagi anak. Pemerintah dan orang tua yang wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak dalam rangka program belajar yang sesuai dengan porsinya.

Orang tua termasuk sebagai agen pendidik dalam pendidikan keluarga, namun perlu diingat pula bahwa pendidikan informal tidaklah selalu menjadi unit dalam mendidik setiap orang, dikarenakan hal yang bersifat situasional seperti kepadatan waktu para agen pendidik di keluarga sehingga tidak dapat memberikan sentuhan pendidikan kepada anak, ataupun kurangnya pemahaman tentang pendidikan anak usia dini secara professional oleh anggota keluarga, oleh karena itu pendidikan nonformal juga seringkali dikaitkan dalam proses pembentukan pendidikan keluarga yang ideal untuk menghasilkan individu yang berkualitas bagi masa depan bangsa.


(12)

Untuk menghasilkan individu yang berkualitas, pemerintah memformulasikan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan kepada seluruh masyarakat, peningkatan mutu pendidikan serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan baik di tingkat lokal, nasional, dan internasional, serta mengupayakan pembangunan pendidikan yang terencana, terarah, dan berkesinambungan oleh seluruh jalur pendidikan, baik itu pendidikan formal, nonformal maupun informal.

Sejalan dengan nilai strategis dari pendidikan nasional khususnya dalam keluarga, program pendidikan yang diarahkan untuk memberdayakan keluarga dengan berbagai variasi penyelenggaraannya perlu dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dalam berbagai aspek kehidupan dapat menjadi tempat sosialisasi dan pendidikan seluruh anggota keluarga, serta menjadi agen pembaharuan menuju tercapainya kesejahteraan dan sebagai wadah untuk mewariskan nilai-nilai, regenerasi pemikiran, dan kebudayaan dan tanpa menepis kehadiran dari globalisasi dan modernisasi yang selalu mengiringi perubahan waktu, terlebih terhadap pembangunan pendidikan.

Pembangunan pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan keluarga yang terencana, sangat membutuhkan sekali peran tenaga ahli yang dapat mendampingi dengan seksama proses pembentukan pendidikan keluarga yang ideal, agar dapat terarah sesuai dengan harapan semua pihak. Pendidikan yang mengacu pada anak usia dini sebagai peserta didik bukanlah pendidikan yang berlangsung seperti orang dewasa secara umumnya. Belajar bagi anak merupakan hak, maka pembelajaran pada anak haruslah menyenangkan, kondusif, dan memungkinkan anak menjadi termotivasi dan antusias.

Dalam memotivasi anak usia dini dengan memunculkan antusiasme untuk menaruh perhatian dalam suatu proses pembelajaran, harus diimbangi dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan fisiknya yang ditinjau melalui koordinasi motorik halus dan kasar, kecerdasan anak yang ditinjau melalui daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, keceradasan emosional dan sosioemosional anak yang ditinjau melalui sikap dan perilaku serta agama, bahasa, dan komunikasi yang keseluruhannya itu disesuaikan dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.


(13)

Anak usia dini pada usia 0-6 tahun merupakan usia emas (golden age) yang harus mendapatkan perhatian secara maksimal atau dapat pula disebut sebagai masa kritis. Anak-anak pada masa tersebut dapat dikatakan sebagai masa penentuan, karena pada saat itulah kemampuan otak anak sangat tinggi dalam menerima segala bentuk masukan. Pada masa keemasan itu pula anak akan mengalami fase dimana anak akan memberikan berbagai macam reaksi dari setiap aksi atau informasi yang tertuju kepadanya, reaksi tersebut seperti mencerna, memperhatikan dan meniru apa yang dilihat dan dirasakannya.

Usia keemasan seorang anak sudah sepantasnya selelu dikelilingi oleh lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga, masyarakat, dan lembaga penyedia layanan pendidikan anak usia dini. Unit sosial tersebut memiliki peranan penting dalam memberikan masukan yang baik kepada anak, karena hal tersebut merupakan langkah yang strategis sehingga anak tersebut menjadi terbiasa dengan hal-hal baik. Masukan yang bersifat mendidik secara tepat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pengembangan diri anak. Setiap anak dapat mengembangkan dirinya secara alami melalui proses interaksi dengan orang lain. Anak dapat menerima masukan yang baik ataupun buruk itu juga diperoleh melalui proses interaksi dengan orang lain.

Permasalahan yang berkembang saat ini adalah tidak sedikit orang tua yang beranggapan bahwa mereka telah mampu memberikan masukan yang baik kepada anaknya. Hal ini berbanding terbalik dengna kenyataan yang menyebutkan bahwa masih ditemukannya beberapa perilaku menyimpang bahkan sampai tindakan kriminal yang dilakukan oleh anak. Menyikapi permasalahan anak yang berperilaku menyimpang atau keluar dari nilai-nilai sosial, maka harus dilakukan berbagai macam pengendalian dan pengawasan dalam pembinaan anak melalui proses sosialisasi utama yang berlangsung di dalam setiap keluarga.

Keluarga merupakan basis pendidikan agama dan moral serta nilai-nilai kehidupan dalam pelestarian nilai-nilai luhur. Seorang anak dapat dikatakan baik tidaklah luput dari peran keluarga. Cara mendidik dan membina anak adalah hal yang sangat berpengaruh bagi kepribadian anak. Wahana pembelajaran bagi kepribadian seorang anak terdapat dalam keluarga yang mampu menggiring anak untuk mengembangkan dirinya, pada tahap implementasi, dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan kepribadian dalam diri anak sesuai dengan masukan yang diberikan keluarga secara professional dan matang.


(14)

Pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan nilai-nilai sosial serta kesiapan anak dalam memasuki jenjang pendidikan yang lebih lanjut secara professional dan matang merupakan beban yang cukup berat apabila hanya bersandar kepada unit keluarga saja, maka kehadiran pendidikan nonformal dinyatakan sangat membantu untuk mewujudkan hal tersebut. Peralihan bentuk pendidikan informal menuju pendidikan nonformal memerlukan kerja sama penuh antara orang tua peserta didik dan lembaga pendidikan nonformal yang menyediakan layanan pendidikan anak usia dini.

Tidak sedikit lembaga-lembaga nonformal saat ini berupaya membantu dalam memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengkokohkan pendidikan informal dalam mewujudkan pendidikan anak usia dini secara professional dan matang, mulai dari program pendidikan anak usia dini, berwawasan gender, dan lain-lainnya. Lembaga nonformal merupakan salah satu lembaga yang dibina oleh pemerintah untuk ikut serta mengemban tanggung jawab dalam menjalankan program pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan anak usia dini.

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, pada bagian ketujuh mengenai pendidikan anak usia dini, pasal 28 butir empat, memberikan gambaran secara garis besar bahwa Kelompok Bermain merupakan satuan dari pendidikan anak usia dini yang membantu keluarga dalam upaya pembinaan anak secara edukatif dengan kelompok umur yang bervariasi, baik dari umur dua tahun bahkan empat tahun, bahkan hingga umur enam tahun pun dapat memperoleh layanan pendidikan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.

Kehadiran salah satu lembaga penyedia layanan pendidikan anak usia dini seperti Kelompok Bermain dapat dikatakn sebagai salah satu langkah untuk mengurangi angka buta huruf muda, walaupun implementasi proses pembelajaran baca, tulis dan hitung harus sedemikian rupa dikemas melalui metode yang menarik melalui pola bermain tanpa harus adanya penekanan mental anak. Proses pembelajaran di Kelompok Bermain hanya sebagai proses pengenalan sistem pembelajaran kepada anak dengan porsi seimbang sesuai dengan aspek perkembangan yang didukung stimulasi edukatif melalui beragam metode yang memudahkan untuk tertarik berpartisipasi dengan model bermain sambil belajar sebagai sandaran utama dalam menstimulus.


(15)

Tugas menstimulasi anak yang dilakukan oleh pendidik di Kelompok Bermain akan menimbulkan pemikiran adanya suatu perbedaan antara cara pembiasaan di rumah dengan di sekolah bagi anak. Sikap anak terhadap sekolah akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka, oleh karena itu, diperlukan sekali kepercayaan serta kerja sama antara orang tua dengan pendidik yang menggantikan tugasnya selama di sekolah. Keluarga harus memlperhatikan dengan seksama perihal kegiatan sekolah anaknya dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya, tumbuh kembangnya, dan menghargai usaha serta menunjukkan kerja samanya dalam cara anak belajar di rumah atau membuat pekerjaan rumahnya.

Keluarga tetaplah unit yang lebih intetnsif dibandingkan lembaga pendidikan anak usia dini dalam menstimulus perkembangan anak, mengingat secara kuantitas jumlah jam belajar anak di sekolah lebih sedikit daripada anak berada di rumah, sehingga diperlukan keselaran antara aktivitas pembelajaran anak di rumah dengan kegiatan anak di seolah. Untuk mewujudkan hal tersebut, orang tua perlu mengetahui bagaimana aktifitas anak mereka di Kober dan aspek-aspek perkembangan apa sajakah yang telah dicapai dan belum dicapai oleh anak mereka secara berkesinambungan melalui pola pengasuhan yang sesuai untuk anak.

Peranan keluarga bagi pengasuhan anak mencakup pemberian dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang bernilai luhur. Pola pengasuhan yang diberikan oleh orang tua adalah langkah terpenting dalam menciptakan pembiasaan kepada anak, karena dengan hal itu anak mulai menemukan peran dirinya dalam lingkungannya, baik lingkungan di rumah, lingkungan di masyarakat dan lingkungan di sekolahnya.

Pola pengasuhan yang tepat bagi anak akan mempengaruhi kehidupannya kelak. Pemberian asah, asih, dan asuh yang tepat dapat mempengaruhi karakter anak. Asah adalah stimulasi yang diberikan oleh keluarga. Asih adalah kasih sayang yang diberikan kepada anak oleh keluarga. Asuh adalah kecukupan sandang, pangan, papan, dan kesehatan, termasuk pendidikan yang diperoleh anak. Pada pola kehidupan yang menampakan profesionalitas pengasuhan, orang tua sangat berperan dalam pendidikan, setiap anak akan dengan sendirinya menunjukan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosioemosional, kedisiplinan, serta aspirasi anak untuk belajar sampai perguruan tinggi, bahkan setelah bekerja dan berumah tangga.


(16)

Ketua Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Dr. Seto Mulyadi, atau yang sering disebut „Kak Seto‟ menegaskan pentingnya pengasuhan dalam suatu keluarga tidak hanya dilakukan oleh seorang ibu saja, melainkan peran ayah pun dalam berkontribusi mengasuh anak tidak dapat dikesampingkan. Dalam warta digital Kompas.com (2011), Kak Seto menyebutkan “Penelitian di luar negeri menunjukkan para pelaku kriminal presentasi terbesarnya adalah orang yang tidak mendapatkan perhatian dari ayahnya. Ayah harus menjadi pelaku utama bersama ibu, bukan figuran, dalam keluarga”.

Salah satu indikator kesinambungan dalam pengasuhan kepada anak dapat terlihat dari perhatian yang diberikan oleh anggota keluarga kepada anak yang bersangkutan. Dengan menaruh perhatian kepada anak, maka secara otomatis proses pengasuhan pun berlangsung karena dalam menaruh perhatian akan terjadinya proses mengamati akan aktivitas anak, permasalahan yang sedang dialami anak, dan kebutuhan anak serta lainnya. Pengasuhan yang diharapkan oleh Kak Seto idealnya tidaklah dilepas begitu saja kepada peran ibu sebagai sosok yang paling sering menindaklanjuti pengasuhan pada anak, namun peran ayah harus dibuat seimbang dalam memberikan pengasuhan kepada anak karena pernikahan merupakan komitmen bersama antara ayah dan ibunya dalam mengasuh anak.

Pentingnya pengasuhan senada dengan pemaparan Brooks (2001) yang mendefinisikan bahwa “pengasuhan sebagai suatu proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak”. Pengasuhan merupakan proses yang sangat panjang namun sangat kritis, sehingga dalam setiap perkembangan anak para anggota keluarga harus dapat sesegera mungkin menciptakan atmosfer pengasuhan yang mendukung optimalisasi perkembangan pada anak.

Pengasuhan sepatutnya tidak dibatasi hanya sebagai aktivitas yang cukup dilakukan oleh ayah dan ibu sang anak. Pengasuhan dalam lembaga layanan pendidikan anak usia dini saat ini memberikan andil yang cukup besar dalam mengoptimalisasikan perkembangan anak. Bersamaan dengan keadaan di lapangan, maka pengasuhan menjadi suatu proses yang lebih meluas cakupannya karena anggota lain selain ayah dan ibu sang anak menjadi salah satu pemegang kunci dalam melakukan pengasuhan kepada anak. Hal tersebut yang mengangkat pentingnya suatu kesinambungan pengasuhan pada anak.


(17)

Peranan pendidikan orang tua pada anak terdapat dalam keselarasan antara pengajaran, pembiasaan dan penerapan nilai-nilai antara di rumah dengan di sekolah. Koordinasi antara orang tua dengan pendidik sebagai pihak pendidik kedua harus terjalin dengan baik, agar orang tua tetap dapat memonitor dan mengetahui aspek-aspek perkembangan apa saja yang telah dicapai anak setelah mengikuti proses pembelajaran di Kober atau lembaga PAUD lainnya serta dapat menyelaraskan pengasuhan guna menghindari dari kesalahan dalam pengasuhan. Sekeras apapun usaha yang dilakukan oleh lembaga PAUD tidak akan efektif tanpa dukungan orang tua dalam menyelaraskan pengasuhan.

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, pada bagian kedua mengenai Hak dan Kewajiban Orang Tua, pasal tujuh butir satu, menjelaskan bahwa “Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan anaknya”. Jelas sekali dengan pernyataan tersebut mengemukakan bahwa orang tua mempunyai hak untuk mengetahui perkembangan pendidikan anaknya terlebih lagi apabila anaknya masih dalam masa kritis, maka komunikasi antara pendidik dengan orang tua peserta didik harus berjalan secara seksama.

Komunikasi yang terjadi antara pendidik dengan orang tua dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan bertemu tatap muka, atau dapat juga berlangsung secara tidak langsung. Komunikasi tidak langsung biasanya dilakukan ketika orang tua tidak dapat menghadiri konsultasi atau kegiatan parenting lainnya, karena bermacam aktivitas orang tua yang tidak dapat ditinggalkan. Oleh karena itu, meskipun orang tua dan pendidik tidak dapat bertemu secara langsung, komunikasi harus tetap terjalin melalui komunikasi secara tidak langsung.

Komunikasi secara tidak langsung atau komunikasi jarak jauh dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah melalui buku penghubung. Buku penghubung merupakan media komunikasi jarak jauh yang dibuat oleh lembaga Kober dengan di dalamnya menerangkan perihal pertumbuhan dan perkembangan anak selama berada di dalam proses pembelajaran di Kober, untuk dilaporkan kepada orang tua peserta didiknya. Ironinya, pemahaman mengenai komunikasi jarak jauh melalui buku penghubung ini seringkali dianggap sebagai sesuatu hal yang kurang penting oleh orang tua, sehingga menghambat koordinasi antara tutor dengan orang tua peserta didik mengenai pengasuhan anak dalam kesehariannya.


(18)

Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Chiya Marditasari (2008) dengan judul penelitian “Penggunaan Buku Penghubung Sebagai Media Komunikasi Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini” yang dilakukan di Taman Bermain Firdaus Percikan Iman, menghasilkan suatu kesimpulan secara garis besar terkait pemahaman orang tua peserta didik di Taman Bermain Firdaus Percikan Iman yang secara umum kurang memahami dalam penggunaan buku penghubung, karena orang tua hanya sebatas mengetahui pengertian dari buku penghubung tersebut, fungsi, manfaat, dan teknik buku penghubung, sedangkan menggunakan buku penghubungnya sebagai media berkomunikasi dengan pendidik jarang sekali dilakukan.

Pola komunikasi yang terjadi setelah membaca buku penghubung antara orang tua peserta didik dengan pihak pendidik Taman Bermain Firdaus Percikan Iman hanyalah sebatas komunikasi satu arah, yang dimana pendidik hanya menuangkan informasi kegiatan keseharian pada orang tua peserta didik tanpa ada tanggapan sedikitpun dari beberapa pihak orang tua peserta didik dan tanpa adanya kesempatan dari orang tua untuk membaca buku penghubung.

Dalam penelitian tersebut, memaparkan beberapa faktor terbesar yang menghambat orang tua peserta didik dalam menggunakan buku penghubung yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor internal ditemukan bahwa kurangnya kesadaran diri dari pihak orang tua tersebut, minat dan motivasi orang tua dalam menggunakan buku penghubung yang rendah, dan keterbatasan waktu dari pihak orang tua peserta didik untuk memberikan perhatiannya pada buku penghubung itu sendiri. Faktor selanjutnya adalah faktor eksternal, yang condong tampak dari ketiadaan dukungan dari lingkungan keluarga dan komunitas orang tua peserta didik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kepedulian terhadap buku penghubung.

Setelah memahami hasil penelitian di atas, ada suatu kesamaan yang tampak dari hasil identifikasi masalah dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu, adanya pembiasan persepsi orang tua terhadap penggunaan buku penghubung sebagai sarana komunikasi antara pendidik dengan orang tua peserta didik untuk menghantarkan pengasuhan yang berkesinambungan ketika di sekolah dan ketika di rumah, dengan ini maka penulis sangat tertarik untuk menindaklanjuti penelitian yang berkaitan tentang kesinambungan pengasuhan anak usia dini antara pendidik suatu lembaga penyedia layanan pendidikan anak usia dini dengan orang tua peserta didik melalui media komunikasi berupa buku penghubung.


(19)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD Universitas Pendidikan Indonesia yang berada dibawah naungan Laboratorium PG-PAUD Universitas Pendidikan Indonesia telah berhasil mengimplementasikan pola komunikasi antara pendidik Kober dengan orang tua peserta didik melalui buku penghubung, atau istilah yang digunakan secara khusus oleh Kober Laboratorium PG-PAUD UPI adalah buku komunikasi.

Kober yang telah berjalan semenjak tahun 2006 itu cukup memperhatikan terhadap kesinambungan pengasuhan anak di sekolah dengan di rumah, karena para pengelola serta tenaga pengajarnya sangatlah memahami bahwasannya pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan yang memberikan dampak yang lebih luas dibandingkan dengan pendidikan melalui Kober, maka dengan adanya penggunaan sistem komunikasi tidak langsung melalui buku penghubung tersebut menjadi bukti bahwa kesinambungan pengasuhan sangatlah diperhatikan oleh mereka.

Implementasi dari proses pengasuhan yang dilakukan oleh pendidik Kober dapat ditinjau dari kesehariannya ketika memulai kegiatan pembelajaran melalui pijakan lingkungan dengan metode free play, disaat seperti ini pendidik mengamati sejauh manakah kesiapan anak untuk memulai pembelajaran, lalu berangkat kepada proses transisi yang diawali dengan membariskan peserta didik dan memasukan mereka ke dalam kelas dengan teratur. Pijakan selanjutnya adalah pijakan sebelum bermain, metode yang digunakan adalah Circle Time yaitu kegiatan yang menghantarkan anak sebelum memasuki kegiatan inti, dalam Circle Time ini anak bernyanyi dan bergerak sesuai irama. Kemudian berlanjut pada kegiatan berdo‟a (praying), salam dan sapa

(greeting), dan bercerita (sharing) berkaitan dengan pengalaman masing-masing anak dimulai dari bangun tidur hingga sampai di sekolah.

Selanjutnya pijakan saat bermain atau kegiatan inti, mulai dari sini pendidik memberikan pengawasan terhadap aktivitas anak secara seksama melalui berbagai macam sub tema seperti art and craft, sains, gymnastic, cooking, living value, shiny

day serta iqra time. Tema tersebut disesuaikan dengan rencana kegiatan harian yang

berdasarkan pada silabus. Pada waktu pijakan saat bermain ini, pendidik memperhatikan beragam macam perkembangan anak yang pada akhirnya akan dituangkan dalam buku penghubung untuk memberikan kejelasan pada orang tua, bahwa untuk kegiatan pembelajaran hari ini peserta didik mempelajari tema tertentu dengan beragam pengasuhan yang variatif antara anak yang satu dengan yang lainnya.


(20)

Pijakan selanjutnya adalan pijakan setelah bermain, pada pijakan ini pendidik mengarahkan peserta didik untuk beristirahat dengan ketentuan bahwa setiap anak diharuskan menyelesaikan tugasnya dahulu selama kegiatan inti sebelum memulai sesi makan bersama. Pada kegiatan makan bersama, setiap anak diwajibkan mencuci tangan dengan bersih lalu menyiapkan makanan yang dibawa dan berdoa bersama sebelum dan sesudah makan secara bersama-sama, setelah itu anak membersihkan lagi peralatan bekal makanannya dan diarahkan untuk mencuci tangan serta menyikat gigi sebagai bentuk pembiasaan pada anak, yang dimana, hal ini diharapkan dapat membiasakan anak untuk hidup bersih dan sehat.

Kegiatan terakhir adalah kegiatan penutuo menggunakan metode Closing Circle

Time. Aktivitas yang dilakukan dalam Closing Circle Time antara lain evaluating yaitu

merefleksikan kegiatan sebelumnya, singing together yaitu bernyanyi bersama sesuai dengan tema yang diangkat, praying yaitu berdoa bersama sebelum pulang, greeting memberikan salam kepada para pendidik, dan borrowing books. Pembiasaan meminjam buku diharapkan oleh pendidik Kober dapat meningkatkan minat anak dalam membaca buku sejak dini.

Dari berbagai macam aktivitas pembelajaran tersebut, pendidik Kober Laboratorium PG-PAUD UPI lalu menuangkan berbagai macam informasi yang dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ke dalam buku penghubung, terlebih lagi apabila ada beberapa macam kasus yang sangat penting untuk segera disampaikan kepada orang tua perihal apa saja yang harus dilakukan lagi untuk menindaklanjuti pembiasaan di sekolah, dengan harapan kontinuitas pengasuhan berjalan dengan baik ketika anak sudah berada di rumahnya.

Berbagai macam respon dari orang tua terlihat dengan jelas sekali pada buku penghubung tersebut, orang tua yang memang pada dasarnya memiliki komitmen tinggi dalam bekerja sama untuk berupaya memunculkan kesinambungan pengasuhan anak, akan memberikan tanggapan yaitu melalui tanggapan pada kolom yang disediakan buku penghubung, bahkan bisa secara langsung yaitu ketika orang tua menjemput pulang anaknya lalu menyempatkan diri mendiskusikan apa yang harus dilakukannya setiba di rumah guna menyelaraskan pengasuhan. Orang tua yang seperti inilah yang diharapkan oleh setiap lembaga penyedia layanan pendidikan anak usia dini, namun tak dapat dipungkiri, tetap saja ada sebagian orang tua pada Kober tersebut yang kurang memperhatikan hal tersebut baik merespon secara langsung maupun tidak langsung.


(21)

Tanggapan pada buku penghubung yang ditulis oleh orang tua peserta didik tidak selalu menjadi patokan bahwa orang tua tersebut telah mengimplementasikan suatu kesinambungan pengasuhan kepada anak. Faktanya, ada beberapa orang tua peserta didik pada Kober Laboratorium PG-PAUD UPI yang memberikan tanggapan pada buku penghubungnya, namun pada kenyataannya itu hanya sekedar tulisan belaka, karena ada berbagai macam faktor penghambat bagi orang tua tersebut seperti kesibukan pekerjaan dan lainnya, sehingga seringkali kesinmabungan pengasuhan pada anak pun tidak dapat terlaksanakan. Imbasnya kembali pada anak itu sendiri, alhasil anak tidak dapat memperoleh intisari dari pengasuhan yang berkesinambungan.

Ada pula orang tua yang tidak aktif dalam memberikan tanggapan melalui buku penghubung, namun ternyata orang tua tersebut dapat berhasil mengimplementasikan suatu kesinambungan pengasuhan pada anaknya. Setelah diselidiki, ternyata faktor yang menyebabkan orang tua tersebut dapat memberikan kesinambungan pengasuhan pada anak walaupun tidak memberikan tanggapan pada buku penghubung adalah ketersediannya informasi pada buku penghunbung yang dituangkan oleh pendidik mengenai pengasuhan pada anak sehingga orang tua yang dapat menyediakan waktunya untuk menyerap informasi yang dituangkan dalam buku penghubung menjadi tahu pengasuhan seperti apa yang harus dilakukannya kepada anak setiba di rumah. Namun terbatasnya pemahaman dan kesadaran orang tua terhadap buku penghubung tersebut menjadi salah satu alasan bagi mereka atas tidak aktifnya dalam memberikan tanggapan pada buku penghubung.

Orang tua peserta didik yang cukup aktif dalam memberikan tanggapan pada buku penghubung, serta dapat mengimplementasikan kesinambungan pengasuhan pada anak pun tetap ada pada Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD UPI, namun bila dibandingkan junlahnya dengan yang tidak dapat memberikan kesinambungan pengasuhan pada anak baik itu yang memberikan tanggapan pada buku penghubung maupun tidak sangatlah sedikit jumlahnya.

Berangkat dari latar belakang sebagaimana diatas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah kesinambungan pengasuhan anak usia dini yang dilakukan antara orang tua dan pendidik melalui buku penghubung dalam menghantarkan keselarasan pengasuhan yang dilakukan oleh pendidik lembaga Kober Laboratorium PG-PAUD Universitas Pendidikan Indonesia dan orang tua peserta didik.


(22)

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah

Masalah penelitian yang penulis angkat dalam proposal penelitian ini berawal dari hasil identifikasi masalah yang didapatkan penulis ketika melakukan studi pendahuluan melalui observasi dan wawancara di Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD UPI, yaitu sebagai berikut:

1. Buku penghubung tidak dapat didistribusikan dengan efektif karena beberapa orang tua peserta didik tidak dapat menghantar dan menjemput anaknya secara langsung.

2. Beberapa buku penghubung memiliki jumlah yang sangat sedikit pada bagian tanggapan dari orang tua peserta didik.

3. Adanya perubahan pada kebiasaan anak yang timbul dalam aktivitas sehari-harinya ketika berada di Kober, sebagai contoh, adanya peserta didik yang tidak ingin melepaskan tali sepatunya sendiri karena tidak merasa dibiasakan ketika di rumahnya.

Dilihat dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan. Adapun rumusan masalah yang diambil penulis adalah sebagai berikut, “Bagaimanakah kesinambungan pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua setelah mendapatkan informasi melalui buku penghubung dari pendidik?”.

Berdasarkan pada hasil identifikasi masalah dan perumusan masalah di atas, maka penulis menyusun pertanyaan penelitian agar permasalahan penelitian yang diangkat penulis dapat terjawab. Adapun pertanyaan penelitian yang disusun penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses perekaman dan penyampaian informasi kegiatan peserta didik yang dilakukan oleh pendidik Kober?

2. Bagaimanakah respon orang tua peserta didik terhadap informasi dari pendidik Kober yang disampaikan dalam buku penghubung?

3. Bagaimanakah perilaku orang tua peserta didik dalam menindaklanjuti informasi yang terdapat dalam buku penghubung?


(23)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis proses perekaman informasi kegiatan peserta didik hingga penulisan data yang akan diinformasikan oleh pendidik Kober untuk dilaporkan kepada orang tua peserta didik melalui buku penghubung.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis respon orang tua peserta didik terhadap informasi dari pendidik Kober yang disampaikan dalam buku penghubung. 3. Mendeskripsikan dan menganalisis perilaku orang tua peserta didik dalam

menindaklanjuti informasi yang terdapat dalam buku penghubung.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Dari tujuan diadakannya penelitian ini, maka adapun manfaat penelitian diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis:

a. Memperoleh suatu rangkaian proses yang tepat dan sesuai dalam mengkomunikasikan kegiatan melalui komunikasi tidak langsung melalui berbagai aspek.

b. Menemukan faktor penghambat yang variatif dalam terjadinya proses komunikasi secara tidak langsung sehingga dapat menemukan langkah yang tepat untuk meminimalisir penghambatan komunikasi melalui buku penghubung.

c. Memberikan pengetahuan secara komprehensif tentang bagaimana mengelola data sampai disajikannya pada buku penghubung dengan langkah yang tepat sehingga dapat menjadi terobosan yang tepat guna.

2. Secara praktis:

a. Menemukan strategi yang tepat dalam merekam informasi pada buku penghubung.

b. Menemukan bentuk komunikasi yang efektif yang terjadi antara pendidik Kober dengan orang tua peserta didik.

c. Menemukan sistem kesinambungan pengasuhan anak usia dini antara pendidik dan orang tua peserta didik secara optimal.


(24)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi skripsi pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut,

Bab I. Pendahuluan, berisikan uraian tentang bagian awal dari skripsi yang mencakup latar belakang penelitian dengan penjelasan alasan rasional dan esensial mengapa masalah ini diteliti berdasarkan fakta-fakta dan data-data, referensi dan temuan penelitian sebelumnya yang senada dengan penelitian ini, serta penjelasan mengenai kompleksitas masalah apabila masalah ini dibiarkan. Setelah latar belakang penelitian lalu identifikasi dan perumusan masalah yang menjelaskan identifikasi variabel penelitian, rumusan masalah yang dikaitkan antara variabel satu dengan lainnya. Poin selanjutnya dari identifikasi dan perumusan masalah adalah tujuan penelitian yang menjelaskan tentang keinginan yang ingin dicapai dalam penelitian ini setelah dilakukan secara operasional. Selanjutnya adalah manfaat penelitian yang memaparkan terkait efek positif yang diharapkan muncul setelah penelitian dilaksanakan baik secara teoritis maupun secara praktis. Terakhir adalah struktur organisasi skripsi yang di dalamnya menjelaskan mengenai rincian urutan penulisan dari setiap bab mulai dari Bab I sebagai pendahuluan hingga Bab V sebagai bab terakhir yang berupa kesimpulan dan saran.

Bab II. Kajian Pustaka, berisi mengenai uraian landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian dengan di dalamnya berisikan konsep-konsep dan teori-teori yang relevan dalam penelitian ini yaitu yang pertama, konsep mengenai buku penghubunung sebagai media komunikasi dalam PAUD. Konsep ini mencakup berkomunikasi melalui buku penghubung, hakikat, definisi dan konteks komunikasi, fungsi komunikasi, model-model komunikasi, prinsip komunikasi efektif, dan konsep dasar pendidikan anak usia dini.

Teori pendukung yang kedua adalah konsep pengasuhan dalam keluarga, yang berisikan landasan teori mengenai pentingnya pengasuhan dalam keluarga guna mengharmoniskan optimalisasi pendidikan anak usia dini dari segi pola asuh yang beragam jenisnya dan pengidentifikasian kebutuhan anak dalam pengasuhan dengan komponen pola asuh anak, tipe pola asuh, pengasuhan dan tahapan perkembangan, serta memahami kebutuhan anak dalam pengasuhan.


(25)

Bab III. Metode Penelitian, merupakan rincian pedoman dalam melakukan penelitian yang digunakan dengan bermacam-macam komponen dimulai dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian (yang didalamnya terbagi oleh tahapan pra lapangan, tahapan pekerjaan lapangan, tahapan analisis data, dan tahapan penelitian laporan), metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, triangulasi data, dan analisis data. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan di dalamnya inti dari penelitian yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang melatarbelakangi penelitian beserta analisis data yang sesuai dengan metode penelitian dengan dua komponen utama yaitu analisis data dan pembahasan.

Bab V. Kesimpulan dan Saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil temuan penelitian serta rekomendasi pada pihak-pihak yang bersangkutan, dengan dua komponen utama yaitu kesimpulan dan saran.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan area dimana penulis menemukan masalah terkait kesinambungan pengasuhan anak usia dini antara orang tua dan pendidik melalui buku penghubung yang didasari dari hasil pengamatan sebelum penulis mengangkat penelitian. Sebagaimana yang dipaparkan dalam latar belakang penelitian, maka penelitian ini dilakukan di Kelompok Bermain yang dibina oleh Laboratorium PG-PAUD Universitas Pendidikan Indonesia yang beralamat di Jalan Senjaya Guru Nomor 3, Kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian setelah Kober adalah rumah dari beberapa peserta didik Kober yang dimana pada prinsipnya rumah merupakan tempat terjadinya proses pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua peserta didik kepada anaknya dengan intensitas yang cukup tinggi. Lokasi penelitian tersebut merupakan tempat penelitian yang diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kesinambungan pengasuhan anak usia dini antara pendidik dan orang tua peserta didik Kober.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan suatu komponen utama dan memiliki kedudukan penting dalam suatu penelitian ilmiah karena didalam subjek penelitian ini terdapat beberapa variabel-variabel yang dapat diteliti. Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian pada dasarnya tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Subjek penelitian biasanya sedikit dipilih secara purposif, yang penting subjek tersebut dapat memberikan informasi secara tuntas sehingga mampu mengungkap permasalahan penelitian.

Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif biasa disebut informan. Informan merupakan komponen utama yang memiliki kedudukan penting dalam penelitian, karena dari para informan inilah terdapat aspek-aspek yang menjadi kajian untuk diteliti. Dalam penelitian ini, informan utama yang diteliti adalah kepala sekolah Kober dan pendidik Kober sedangkan informan triangulan adalah orang tua peserta didik Kober,.


(27)

Adapun karakteristik dari para pendidik Kober adalah seseorang yang menjadi tenaga pengajar atau guru sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi seorang guru, atau yang menjadi guru pendamping sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi seorang guru pendamping, atau menjadi pengasuh sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi seorang pengasuh yang telah diatur dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini pada bagian Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Sumber data adalah untuk kepentingan triangulasi dan sebagai pelengkap informasi, maka peulis memanfaatkan sumber informasi lain yang dapat memberikan informasi pelengkap tentang hal-hal yang tidak terungkap yakni orang tua peserta didik Kober dengan karakteristik dari para orang tua peserta didik Kober yaitu ayah dan ibu dari peserta didik Kober yang memiliki buku penghubung. Jumlah subjek penelitian terdiri dari tujuh orang informan yaitu satu oramg kepala sekolah, dua orang pendidik Kober dan empat orang tua peserta didik Kober yang terdiri dari ayah dan ibu masing-masing berjumlah dua orang dengan satu ayah dan satu ibu sebagai satu kesatuan dari satu orang tua peserta didik Kober. Jumlah sumber data penelitian yang sedikit didasarkan kepada pertimbangan bahwa penelitian kualitatif lebih mementingkan informasi yang banyak daripada banyaknya jumlah informan. Oleh karena itu, maka penetapan sumber penelitian ini dilakukan secara purposif atau sesuai dengan tujuan. B. Desain Penelitian

Desain penelitian pada umumnya merupakan aktivitas yang dilakukan secara berurut dari awal sampai akhir penelitian, lalu pada akhirnya akan memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, dan penafsiran data, sampai pada penelitian laporan. Secara umum tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ada empat tahap yaitu:

1. Tahap Pra Lapangan

Pra lapangan adalah kegiatan awal yang dilakukan pada penelitian, meliputi tujuh kegiatan yakni; menyusun rancangan penelitian atau usulan penelitian, memilih lapangan penelitian untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, mengurus perizinan untuk pelaksanaan penelitian, menjelajahi dan menilai keadaan lapangan atau orientasi lapangan, memilih dan memanfaatkan informan berkenaan dengan kepentingan informasi yang dibutuhkan pada penelitian, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan terakhir persoalan etika penelitian.


(28)

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahapan pekerjaan lapangan atau pelaksanaan studi adalah kegiatan yang dilakukan oleh penulis di lokasi penelitian, yakni mengumpulkan data melalui teknik-teknik yang telah ditetapkan sesuai dengan prosedur penelitian dan kondisi lapangan, meliputi pemahaman latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Tahap Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber , yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen-dokumen pendukung. Data yang telah terkumpul tersebut diolah sesuai dengan kaidah pengolahan data yang relevan dengan pendekatan penelitian kualitatif.

4. Tahap Penelitian Laporan

Penelitian laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan data, analisa data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian sampai data yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal setelah membandingkan data empiric dengan kajian teoritik, dan pengolahan data sebagai laporan akhir yang dilakukan setelah data yang diperlukan lengkap terkumpul.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif tentang Kesinambungan Pengasuhan Anak Usia Dini Antara Pendidik dan Orang Tua Melalui Buku Penghubung (studi deskriptif di Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung. Dalam penelitian ini yang akan menjadi partisipan adalah pendidik Kober dan orang tua peserta didik Kober.

Alasan penggunaan kualitatif didasari oleh pemikiran bahwa pendekatan tersebut memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian yang pada hakikatnya ingin melakukan eksplorasi pada objek penelitian atau memperoleh gambaran secara mendalam. Salah satu karakteristik utama dari penelitian kualitatif adalah memfokuskan pada kejadian tertentu, yaitu kasus atau fenomena.

Metode secara bahasa artinya adalah cara, alat yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yaitu diartikan sebagai pemeriksaan yang teliti atau penyelidikan, sedangkan kata


(29)

penyelidikan diartikan sebagai pemeriksaan, dan kata lain menyelidiki berarti memeriksa dengan teliti, mengusut dengan cermat atau menelaah dengan sungguh-sungguh. Suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.

Untuk menggunakan pendekatan kualitatif secara tepat, diperlukan sebuah metode. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. metode penelitian deskriptif tertuju kepada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi arti data. Metode penelitian deskriptif ini mengarahkan penelitian yang bermaksud untuk membuat pecandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Tujuannya untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”.

Adapun mengenai tujuan penelitian ini yang bersifatkan deskriptif untuk mencari informasi faktual yang mendetail yang pada ujung dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gejala yang ada, setelah itu untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung, lalu untuk membuat komparasi dan evaluasi terhadap perkembangan keilmuan dan untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan

Alasan penulis menggunakan metode penelitian berupa metode deskriptif sebagai proses penelitian karena penulis melihat adanya suatu kesesuaian antara sifat penelitian dengan masalah yang diungkap. Surakhmad (1998: 193) mengemukakan tentang sifat penelitian deskriptif yaitu “pada umumnya sifat dari segala bentuk penyelidikan ialah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang nampak atau tentang proses yang berlangsung”.

Sudjana (2001: 65) menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif sesuai sifat dan karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya”. Langkah -langkah yang dimaksud secara umumnya adalah sebagai berikut:


(30)

Metode penelitian mana pun harus diawali dengan adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari penulis di lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif, penulis dalam menentukan status variabel atau mempelajari hubungan-hubungan antara variabel.

2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan.

Dalam hal ini penulis perlu menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan di atas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah aktual yang terjadi pada saat berlangsungnya penelitian. Oleh karena itu yang harus digali adalah bermacam-macam informasi yang berkenaan dengan kondisi, peristiwa, gejala yang ada pada saat penelitian dilaksanaakan.

3. Menentukan prosedur pengumpulan data

Setelah informasi yang sangat diperlukan sebagai data mentah pada penelitian ini ditetapkan dengan seksama dan purposif. Langkah berikutnya yaitu menentukan cara-cara pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yakni instrument atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel, yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ini alat pengumpul data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

4. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data

Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrument yang dipilih dari sumber data atau subjek penelitian tertentu masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Mengingat sifat dan tujuan penelitian deskriptif, maka jenis pengolahan data yang digunakan adalah statistika deskriptif seperti teknik persen, kuartil, modus, median, mean, simpangan baku, korelasi, dan lain-lain. Prosedur yang dilakukan antara lain dimulai dari pemeriksaan data, lalu klasifikasi data, selanjutnya tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, setelah itu menghitung frekuensi jawaban atau data, lalu perhitungan lebih lanjut sesuai dengan teknik statistika yang dipilih, kemudian


(31)

memvisualisasikan data, dan terakhir menafsirkan data sesuai dengan pertanyaan penelitian.

5. Menarik kesimpulan penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data, penulis menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan-permasalahan secara keseluruhan.

Berdasarkan pada ciri-ciri di atas, penulis berupaya untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai Kesinambungan Pengasuhan Anak Usia Dini antara Pendidik dan Orang Tua Melalui Buku Penghubung (studi deskriptif di Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung.

D. Definisi Operasional

Dalam suatu penelitian perlunya penjelasan dari variabel-variabel yang saling berkaitan. Dalam penelitian ini penulis bermaksud memberikan definisi dari variabel kesinambungan pengasuhan anak usia dini, variabel pendidik, variabel orang tua, dan variabel buku penghubung.

1. Kesinambungan Pengasuhan Anak Usia Dini

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, kesinambungan adalah perihal yang bersifat terus-menerus, berkelanjutan, atau kontinuitas. disini penulis mengambil arti kata kesinambungan sebagai suatu proses yang berkelanjutan oleh subjek kepada objek, sehingga apabila dianalogikan terhadap penelitian ini, maka subjek disini adalah pengasuhan pada anak usia dini dengan objek tutor dan orang tua. Pengasuhan erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga atau rumah tangga dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan serta bagi anggota keluarga lainnya (ICN 1992 dalam Engel et al. 1997). Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan menurut Hoghughi tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karenanya pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan sosial.


(32)

Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di Taman Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik itu swasta ataupun negeri, TK, dan SD.

Bila kita sesuaikan pengertian di atas dengan kesinambungan pengasuhan anak usia dini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kesinambungan pengasuhan anak usia dini merupakan suatu mekanisme pada tiap-tiap unit sosial dalam memberikan perhatian dan dukungan dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial yang sesuai dengan perkembangan anak yang berusia nol hingga delapan tahun secara terus-menerus dan berkelanjutan.

2. Pendidik

Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 6 menjelaskan bahwa, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpasrtisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Istilah pendidik juga mencakup individu-individu yang melakukan tugas bimbingan dan konseling, supervisi pembelajaran di institusi pendidikan atau sekolah-sekolah negeri dan swasta, teknisi sekolah, administrator sekolah, dan tenaga layanan bantu sekolah (supporting staf) untuk urusan-urusan administratif. pendidik juga bermakna lulusan pendidikan yang telah lulus ujian Negara (government examination) untuk menjadi pendidik, meskipun belum secara aktual bekerja sebagai pendidik.

3. Orang Tua

Menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.“ (Kartono, 1982 : 27). Maksud dari pendapat tersebut, yaitu apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali pernikahan yang sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah tangga salah satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir seta begerak untuk jauh kedepan, karena orang yang berumah tangga akan diberikan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar, amanah tersebut adalah mengurus serta membina anak-anak mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.


(33)

Seorang ahli psikologi Ny. Singgih D Gunarsa dalam bukunya psikologi untuk keluarga mengatakan, “Orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan- kebiasaan sehari-hari.“ (Gunarsa, 1976 : 27). Dalam hidup berumah tanggga tentunya ada perbedaan antara suami dan istri, perbedaan dari pola pikir, perbedaan dari gaya dan kebiasaan, perbedaan dari sifat dan tabiat, perbedaan dari tingkatan ekonomi dan pendidikan, serta banyak lagi perbedaan-perbedaan lainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi gaya hidup anak-anaknya, sehingga akan memberikan warna tersendiri dalam keluarga. Perpaduan dari kedua perbedaan yang terdapat pada kedua orang tua ini akan mempengaruhi kepada anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga tersebut.

4. Buku Penghubung

Dalam pedoman teknis penyelenggaraan kelompok bermain tahun 2010 dijelaskan bahwa, buku penghubung merupakan salah satu bagian administrasi kegiatan yang dibentuk oleh lembaga pendidikan anak usia dini sebagai media komunikasi secara tertulis dengan orang tua anak perihal perkembangan anak dan aktifitas kesehariannya di sekolah. Dalam operasionalnya, komunikasi berlangsung secara timbal balik dan menghasilkan feed back secara langsung dalam menanggapi suatu pesan. Komunikasi yang dilakukan dengan dua arah dan feed back secara langsung akan sangat memungkinkan untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Proses komunikasi yang berlangsung menggunakan media buku penghubung dilakukan oleh pendidik Kober dengan orang tua anak usia dini.

E. Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data, penulis menjadi instrumen utama penelitian atau merupakan alat pengumpul data utama, karena penulis yang melakukan segala sesuatu hal dari seluruh proses penelitian baik dalam perencanaan, melaksanakan pengumpulan data, menganalisis, menafsirkan data dan melaporkan hasil penelitiannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Moleong (2004: 121) bahwa, “dalam penelitian kualitatif penulis bertindak sebagai instrument utama”. Penulis sebagai instrument penelitian dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, memahami perasaan dan nilai yang terkandung dibalik ucapan atau perbuatan subjek penelitian, sehingga meskipun digunakan alat perekam, penulis tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis


(34)

bertindak sebagai instrument utama dan terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dalam kondisi yang sesungguhnya.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen yaitu pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan praktik pengembangan instrument dan tahapan pengambilan data di lapangan, yang terdiri dari pemyusunan kisi-kisi dan penyusunan pedoman wawancara. Keseluruhan proses ini melalui beragam tahapan yang dimulai dari studi pendahuluan untuk memperkuat referensi dalam memperoleh justifikasi masalah dengan mengupayakan pelebaran konsep variabel yang diangkat, setelah itu melakukan konsultasi dengan para pembimbing berulang-ulang untuk memperjelas arah penelitian yang seharusnya, kemudian melakukan kajian lapangan kembali untuk penyesuaian instrument dan terakhir adalah pemantapan instrument berdasarkan kajian analisis instrument sedari awal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif maka asumsi yang digunakan adalah dengan memandang bahwa realitas itu bersifat holistik atau menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel seperti halnya dalam kuantitatif. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi yang akurat dan lengkap, maka dilakukan penggalian data ke unit kasus yaitu para pendidik Kober Laboratorium PG-PAUD UPI, dan orang tua peserta didiknya dengan teknik wawancara mendalam, studi dokumentasi, observasi dan studi kepustakaan. Dalam hal ini juga dilakukan triangulasi data dengan cara mengkonfirmasi kebenaran informasi yang diperoleh tersebut ke pihak-pihak yang terkait sehingga informasi yang diperoleh menjadi utuh.

1. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif, bahkan bisa dikatakan wawancara merupakan teknik pengumpulan data utama. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual ataupun kelompok. Menurut Sukmadinata (2005: 112-113) mengatakan bahwa, “wawancara dapat dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu wawancara informal, wawancara dengan


(35)

menggunakan pedoman wawancara dan wawancara terbuka berstandar”. Wawancara informal dilakukan dari pembicaraan yang tidak formal, berlangsung secara alamiah, tidak difokuskan kepada hal-hal tertentu. Wawancara dengan menggunakan pedoman dilaksanakan dengan berpegang pada pedoman yang telah disiapkan sebelumnya, dimana dalam pedoman twersebut telah disusun secara sistematis hal-hal yang akan ditanyakan. Wawancara terbuka berstandar juga telah mempunyai pedoman, pertanyaan-pertanyaan bersifat terbuka, tetapi telah tersusun dan terumuskan secara standar. Oleh karena itu, sebelum akan dilakukannya proses wawancara, penulis menyiapkan instrument wawancara yang merupakan pedoman wawancara kepada informan.

Hal penting yang perlu diperhatikan oleh penulis dalam melakukan wawancara adalah dengan memanfaatkan informan kunci atau primer maupun informan sekunder. Informan kunci atau primer yaitu orang yang mempunyai pengetahuan lebih baik dalam bidang yang dikaji, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, atau memiliki perspektif yang berbeda dan dapat menjadi pembeda dalam hal kematangan dari yang lainnya dalam menjelaskan bidang yang dikaji. Informan kunci atau primer dalam penelitian ini adalah para orang tua peserta didik. Sedangkan informan sekunder adalah orang yang sangat menguasai bidang yang akan diteliti baik dari sisi organisasi, kegiatan, ataupun program-programnya yakni pihak pendidik Kober Laboratorium PG-PAUD UPI.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkaitan dengan proses perekaman informasi pengasuhan anak usia dini yang dilakukan oleh pendidik Kober, kegiatan pengasuhan kepada peserta didik. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif maupun non partisipatif. Dalam observasi partisipatif atau participatory observation penulis ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung sebagai peserta program kegiatan. Dalam observasi non partisipatif penulis tidak ikut dalam kegiatan, karena posisi penulis hanya cukup mengamati kegiatan dengan lebih seksama. Pada penelitian ini yang menjadi objek observasi adalah kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh pendidik, kegiatan penuangan informasi pengasuhan anak usia dini pada buku penghubung oleh pendidik, dan kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua peserta didik di rumah.


(36)

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi menurut Sukmadinata (2005: 221) adalah “suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiram, kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis, dibandingkan yang satu dengan yang lain, dan dipadukan sehingga membentuk satu hasil kajian yang sistematis, terpadu dan utuh.

Dalam penelitian ini, dihimpun berbagai dokumen yang terkait dengan kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh pendidik, kegiatan penuangan informasi pengasuhan anak usia dini pada buku penghubung oleh pendidik, dan kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua peserta didik di rumah.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini digunakan terutama dalam menemukan konsep, landasan teoritis, maupun landasan operasional penelitian. Selain itu studi kepustakaan ini juga dilakukan untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan kebijakan dan pedoman pengasuhan pada anak usia dini dan buku penghubung.

H. Triangulasi Data

Menurut Sugiyono (2010: 83) dalam teknik triangulasi data dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, maka sebenarnya penulis mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Ada dua macam triangulasi data yang digunakan penulis yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber atau triangulasi subjek.

Triangulasi teknik berarti penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. penulis menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumnetasi untuk suber data yang sama secara serempak. Sedangkan triangulasi sumber atau triangulasi subjek berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Dalam penelitian ini sumber data yang menjadi informan kunci atau informan utama penelitian adalah pendidik di Kober Laboratorium PG-PAUD UPI sedangkan informan triangulan ialah orang tua peserta didik Kober Laboratorium PG-PAUD UPI.


(37)

I. Analisis Data

Berkenaan dengan pengolahan dan analisis data, Moleong (2004: 248), menjelaskan bahwa, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pendapat lain mengenai analisis data penelitian kualitatif dikemukakan oleh Trisnamansyah (2009: 48), yang menyatakan bahwa analisis dalam penelitian kualitatif tidak dinantikan samapi semua data terkumpul, tetapi dilakukan secara berangsur setelah selesai mendapatkan sekumpulan data dari wawancara, observasi, dan dokumen.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi yang dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri atas catatan deskriptif yang merupakan catatan tentang apa yang dilihat, diamati, disaksikan, didengar, dan dialami sendiri oleh penulis. Pengumpulan data ini menyangkut semua hal yang berkaitan dengan proses pengasuhan anak usia dini oleh pendidik Kober secara berkesinambungan dan orang tua peserta didik yang proses penyampaian informasinya menggunakan buku penghubung. Catatan deskriptif ini merupakan data alami dari lapangan, tanpa adanya komentar dan tafsiran dari penulis tentang fenomena yang dijumpai. Sedangkan catatan reflektif merupakan catatan yang berisi kesan, komentar, pendapat, gagasan atau ide, dan tafsiran penulis tentang fenomena yang dijumpai.

2. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan atau menyingkat data dalam bentuk uraian laporan terperinci dan sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan, lebih mudah digolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan memberikan gambaran menjadi lebih terarah tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Proses perekaman dan penuangan informasi kegiatan peserta didik berdasarkan kebijakan para pendiri Kober untuk melaporkan perkembangan anak secara umum kepada orang tua. Pembentukan buku penghubung di Kober sudah diterapkan semenjak Tahun 2006 dan sudah mengalami tiga kali perubahan model buku penghubung guna meningkatkan kemudahan dalam berinteraksi dengan orang tua. Lokasi utama kegiatan perekaman informasi kegiatan peserta didik adalah seluruh area jangkauan pendidik.

Tidak ada pembagian tugas antar pendidik Kober dalam proses perekaman informasi maupun penuangannya ke dalam buku penghubung secara khusus, semuanya berdasarkan pendidik yang hadir dan didasari kesepakatan bersama antar pendidik. Alat bantu para pendidik Kober adalah kamera digital dan telepon genggam para pendidik. Bahasa yang digunakan dalam buku penghubung yaitu bahasa Indonesia yang informal.

Aspek yang diamati sesuai dengan Peraturan Menteri No.58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia. Kegiatan utama yang menjadi patokan dalam proses perekaman berada pada saat group activity berlangsung, dan secara globalnya ada lima laporan yaitu buku penghubung, jurnal harian, laporan perkembangan anak, laporan kesehatan anak dan catatan konsultasi psikologi.

Hambatan yang sering terjadi ketika proses perekaman adalah keterbatasan jumlah pendidik yang hadir, hambatan yang sering terjadi ketika proses penuangan informasi adalah minimnya alat bantu yangmendukung. Hambatan yang terlihat pada penggunaan buku penghubung terlihat dari buku penghubung yang sedikit sekali tanggapan pada kolom orang tua dan cara penanggulangannya dengan memberikan pemahaman lebih lanjut kepada orang tua peserta didik ketika bertatap muka.

Respon orang tua peserta didik erat kaitannya dengan budaya membaca masyarakat yang masih rendah, maka respon orang tua terhadap buku penghubung bermacam-macam, ada yang terbiasa membaca buku penghubung yaitu orang tua yang memiliki waktu senggang sedangkan yang tidak terlalu terbiasa membaca buku penghubung adalah orang tua yang disibukan oleh pekerjaannya. orang tua lebih sering


(2)

belum sempat membaca buku penghubung sampai mereka datang ke rumah, dan tempat menyimpan buku penghubung ketika di rumah adalah di dalam tas sekolah anaknya namun terkadang orang tua ada yang menyimpannya di meja belajar anaknya dengan alasan agar mudah menjangkaunya untuk dibaca ulang sewaktu-waktu dan orang tua inilah yang memiliki nilai lebih karena tampaknya suatu keunggulan dari segi perhatian ke dalam buku penghubung.

Orang tua sering membaca buku penghubung ketika malam hari atau sepulang dari kantor dan seorang ibu rumah tangga lebih sering menuliskan tanggapan di buku penghubung dibandingkan orang tua lainnya. Orang tua dapat menerima informasi dari buku penghubung dengan satu kali membaca, ada orang tua yang pernah mengkonsultasikan buku penghubung kepada pendidik terkait anaknya di Kober dan semua orang tua merasa senang dan terbantu dengan buku penghubung. Kebiasaan orang tua menuliskan tanggapan dalam buku penghubung dipengaruhi oleh waktu membaca. Semakin sering mereka membaca dan menanggapi informasi yang ada, maka semakin sering pula mereka menuliskan tanggapan di buku penghubung.

Semua orang tua lebih mudah memahami informasi yang ada di dalam buku penghubung melalui bahasa Indonesia yang informal. Orang tua yang bekerja memiliki hambatan untuk menyempatkan waktu membaca buku penghubung dan melakukan pengasuhan yang sesuai dengan informasi dari buku penghubung sedangkan ibu rumah tangga yang tidak disibukan oleh pekerjaan lain lebih sering membaca dan menindaklanjuti informasi dari buku penghubung. Perilaku orang tua peserta didik dalam menindaklanjuti informasi yang terdapat dalam buku penghubung terlihat dari perhatian pada informasi buku sehingga dapat membantu mereka menganalisis kebutuhan pengasuhan pada anak serta memecahkan masalah.

Orang tua yang menyerap informasi dari buku penghubung menjadi lebih peka dalam mengasuh dan meningkatkan kemampuan dalam mengontrol emosi mereka ketika mengasuh anaknya yang diiringi dengan meningkatnya juga keaktifan anak dan keterdekatan anak dengan orang tua. Orang tua yang membaca buku penghubung terbantu dalam meningkatkan keterampilannya mengasuh anak. Orang tua semuanya memiliki APE indoor namun tidak memiliki APE outdoor. Dengan menggunakan APE anak menjadi lebih tertarik untuk diasuh. Orang tua selalu merasakan adanya hambatan baik ketika proses pengasuhan ataupun hambatan yang datang dari rutinitas sehari-hari


(3)

terlebih lagi orang tua yang jarang sekali menaruh perhatian ke dalam buku penghubung sehingga kesulitan menyesuaikan kebutuhan pengasuhan anaknya.

Seluruh orang tua selama ini belum memperoleh dukungan dari pihak keluarga lainnya yang berdasarkan persepsi penulis disebabkan para anggota keluarga lainnya tidak terlalu memahami seperti apa mekanisme pembelajaran di Kober kecuali bagi orang tua yang memiliki pengasuh anak, karena pengasuh anaknya merupakan orang yang selalu bertemu dengan pendidik Kober sehingga dengan sendirinya mengetahui seperti apakah mekanisme yang ada di Kober dan bentuk dukungan dari pengasuh anak itu adalah dengan menerapkan pengasuhan yang berdasarkan kepada tindak lanjut dari informasi yang ada di dalam buku penghubung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, dapat dikemukakan beberapa hal yang dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi beberapa pohak terkait yang berhubungan dengan Kesinambungan Pengasuhan Anak Usia Dini Antara Pendidik Dan Orang Tua Melalui Buku Penghubung antara lain.

1. Saran bagi Lembaga Kelompok Bermain

Penyelenggaraan pembelajaran di Kober sudah cukup baik dan bentuk pertanggungjawaban para pendidik kepada orang tua peserta didik melalui buku penghubung dalam melakukan pengasuhan sudah cukup baik juga namun perlu adanya alat bantu yang mumpuni untuk meningkatkan keakuratan informasi seperti adanya cctv di setiap pojok ruangan dan penyediaan kamera digital yang lebih banyak serta handycam karena item tersebut sangatlah bermanfaat khususnya ketika proses pengasuhan berlangsung di luar Kober. Pendidik Kober juga haruslah memiliki keterampilan yang mapan dalam menguasai penggunaan alat bantu tersebut sehingga tidak mengurangi nilai manfaat dari proses perekaman informasi kegiatan peserta didik. Pendidik Kober harus selalu memberikan stimulus kepada orang tua peserta didik untuk siap menciptakan suatu kesinambungan pengasuhan kepada anaknya agar terlaksana suatu proses pengasuhan yang optimal antara pendidik Kober dengan para orang tua peserta didik ketika peserta didik berada di rumah baik melalui kegiatan parenting, homevisit, konsultasi dan lain sebagainya. Pendidik juga haruslah memiliki kemampuan kerja sama yang lebih baik lagi dalam proses perekaman dan penuangan informasi ke dalam buku penghubung.


(4)

Setiap keluarga yang memasukan anaknya untuk bersekolah di Kober haruslah disertai dengan rasa tanggung jawab akan kebersamaan mengasuh anaknya dengan dasar yang sesuai dari apa yang dijadikan patokan oleh para pendidik Kober walaupun tidak selalu dijadikan alat ukur yang pasti, karena bagaimanapun juga para pendidik Kober merupakan seseorang yang memiliki kompetensi terhadap salah satu lembaga yang melayani pendidikan anak usia dini secara professional, sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh para pendidik Kober sudah berdasarkan perencanaan yang matang dan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan pendidikan anak usia dini.

Rancangan pembelajaran yang dibuat oleh Kober lebih tertata dan tersusun rapi serta sesuai dengan standar yang dibakukan oleh pemerintah, maka dari itu para anggota keluarga khususnya ayah dan ibu peserta didik Kober harus bersedia menaruh perhatian lebih terhadap segala informasi yang disediakan oleh pendidik Kober baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui buku penghubung. Semua itu agar terciptanya suatu kesepahaman antara pendidik dan orang tua peserta didik dalam mengasuh anaknya sehingga kesinambungan pengasuhan anak tercipta guna meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

Konsistensi pengasuhan bersama pendidik Kober harus lebih dikedepankan oleh para orang tua serta melibatkan pihak keluarga lainnya agar bersama-sama mewujudkan pengasuhan yang ideal untuk anak walaupun sedikitnya harus memakan waktu dan tenaga lebih untuk menyempatkan membaca buku penghubung hingga menindaklanjuti pengasuhan kepada anak namun itu semua tidaklah sebanding dengan keberhasilan dalam mewujudkan pengasuhan kepada anak yang sejati dan demi masa depan anak yang lebih gemilang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Azwar, S. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hasan, M. (2012). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press.

Moleong, L. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mufid, M. (2007). Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Mulyana, D. (2003). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rosmawati, W. (2013). Pembentukan Karakter Dimulai Sejak Anak Usia Dini. Bandung: Cv Omahima.

Syaodih, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudjana, D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah, Perkembangan,

Falsafah dan Teori Pendukung Asas. Bandung: Falah Production.

Sudjana, S. (2001). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Suryabrata, S. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Trisnamansyah, S. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Pasca Sarjana UPI.

Sumber Selain dari Jurnal dan Buku:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Pedoman Komunikasi Dalam Pengasuhan Anak Usia Dini Tahun 2012. Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain Tahun 2011. Jakarta: Kemendikbud.

Marditasari, C. (2008). Penggunaan Buku Penghubung Sebagai Media Komunikasi Dalam Pembelajaran AUD Pada Taman Bermain Firdaus Percikan Iman. Skripsi Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Safitri, E. (2011). Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua Pada Intensitas Penggunaan Buku Penghubung Terhadap Perkembangan Anak Di PAUD Persada Batujajar Kabupaten Bandung Barat. Skripsi Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.


(6)

Sumber dari Internet:

. (2007). Pengertian Kesinambungan. [Online]. Tersedia: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php. [30 November 2012]

Bagus, Sihnu. (2010). Pengertian Komunikasi Tulisan. [Online]. Tersedia: http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-komunikasi-tulisan.html. [30 November 2012]

Ebekunt. (2010). Konsep-konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia: http://ebekunt.wordpress.com/2010/06/30/konsep-konsep-dasar-pendidikan-anak-usia-dini-3/. [30 November 2012]

Munir, zaldy. (2010). Peran dan Fungsi Orang Tua Dalam Mengembangkan

Kecerdasan Emosional Anak. [Online]. Tersedia:

http://zaldym.wordpress.com/2010/07/17/peran-dan-fungsi-orang-tua-dalam-mengembangkan-kecerdasan-emosional-anak/ [30 November 2012]