Skripsi Sarjana Pendidikan S-1 PG PAUD : Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain Playdough Pada Anak Usia Dini SKRIPSI

(1)

SKRIPSI

PENGENALAN BENTUK, UKURAN DAN WARNA

MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH PADA ANAK USIA DINI

(STUDI KASUS DI TK. KRISTEN DORKAS NUNHILA KUPANG)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Pemenuhan Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh

EMERENSIANA B.S.H. MAU 1001181039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Depan Dewan Penguji pada Tanggal 27 Juni 2014

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Taty Rosiana Koroh,S.Pd, M.Pd Drs.Angelikus N.Koten, M.Pd NIP. 19621004 198811 2 001 NIP. 19610916 198702 1 001

MENGETAHUI

KETUA PROGRAM STUDI PG-PAUD

Drs. Angelikus N. Koten, M.Pd NIP : 19610916 198702 1 001


(3)

Skripsi ini telah diterima oleh panitia ujian sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang Dalam Ujian Skripsi Yang Telah Diselenggarakan Pada :

Hari/Tanggal : Jumat, 27 Juni 2014

Tempat : Ruangan Kuliah PG-PAUD FKIP Undana Dinyatakan : LULUS

Dewan Penguji:

1. M. K. P. Abdi Keraf, S.Psi, M.Si, M.Psi. Psi NIP. 19610916 198702 1 001

Ketua

2. Dra. Taty Rosiana Koroh, S.Pd, M.Pd NIP. 19621004 198811 2 001

Anggota

3. Drs. Angelikus N. Koten, M.Pd NIP. 19560815 198711 1 001

Anggota

MENGETAHUI

Ketua Program Studi PG-PAUD

Drs. Angelikus N. Koten, M.Pd NIP : 19610916 198702 1 001

MOTTO

Cita-cita, impian, dan

tantangan adalah untaian

perjalanan meraih

kesuksesan


(4)

PERSEMBAHAN

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah menganugerahkan berkat dan rahmat serta kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Matheus Karfalo dan Mama Dominika Sose yang telah melahirkan saya ke dunia beserta Bapak Petrus Hale dan Mama Helena Soi Tercinta yang penuh kasih sayang merawat, membesarkan, mendidik, menyekolahkan, mendoakan dan menanti keberhasilanku.

3. Almamater tercinta Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusa Cendana Kupang.

KATA PENGANTAR

Para pembaca sekalian, di tahun 2014 ini pemikiran dan perhatian kita terfokuskan pada dua peristiwa besar yakni peristiwa kampanye pilpres periode 2014-2019 dan laga piala


(5)

dunia yang menguras tenaga, pikiran serta emosi. Para cendekiawan lebih tepatnya aktifis pendidikan harus lebih mengarahkan pikiran dan perhatian mereka kepada visi/misi capres dan cawapres yang berkaitan dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini.

Salah seorang bakal capres menegaskan visi/misinya tentang “revolusi mental”. “Revolusi mental” berarti proses perubahan daya pikir, interaksi sosial, emosional intelegensi serta penanaman karakter nilai budaya bangsa secara cepat bahkan mendadak. Perubahan mental tidak mampu terjadi secara mendadak jika tanpa “evolusi mental” dari dunia pendidikan. Proses perubahan daya pikir, sosial emosional dan karakter tidak akan pernah mampu diubah oleh seorang presiden maupun wakil presiden dalam waktu lima tahun atau lebih kecuali seorang guru pendidikan anak usia dini. Sesungguhnya hal urgen yang terlupakan oleh para politikus ini adalah “revolusi mental hanya akan dan pasti akan terjadi apabila dibentuk sejak usia dini” tetapi sayangnya belum pernah terpikirkan untuk menyediakan infrastruktur dengan menyiapkan atau memperhatikan tenaga pendidik anak usia dini yang menunjang tercapainya revolusi mental itu sendiri. Pendidikan anak sejak dini tentang karakter, nilai-nilai luhur, interaksi sosial, kreatifitas, daya juang, melakukan percobaan, dan melakukan penemuan (inovasi) merupakan dasar revolusi mental sebuah generasi baru.

Berkaitan dengan “revolusi mental” lebih tepatnya “evolusi” mental, penelitian ini ditujukan untuk mengarahkan perhatian anak dalam “menciptakan (inovasi)” sesuatu yang dibutuhkan untuk mencapai perkembangan kognitif mereka. Menciptakan berarti anak melakukan percobaan dan menemukan hal baru meskipun sangat sederhana. Daya inovasi akan meminimalisir kecenderungan sikap konsumerisme dalam diri anak.

Hal sekecil apapun yang dilakukan pada usia dini akan melahirkan pemikiran kreatif untuk melakukan inovasi terhadap sesuatu yang telah ada pada saat mereka memasuki usia produktif, yang pada akhirnya “mental konsumerisme” berubah menjadi “mental inovasi dan kreasi”.

Skripsi ini akan mengulas bagaimana anak melakukan inovasi terhadap sesuatu yang telah dikenalnya dan tentunya dapat memberikan pengalaman berharga bagi perkembangan kognitif anak yang terfokus pada kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan warna. Senada dengan pandangan Vigotsky (dalam Montolalu, 2008) bahwa bermain merupakan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian, dan percobaan untuk memperoleh pengetahuan, maka pengalaman pembuatan PlayDough dan bermain

PlayDough, dapat membantu anak mengenal berbagai macam konsep bentuk, ukuran dan warna secara mendalam lewat percobaan sederhana.


(6)

Semoga skripsi ini dapat memberikan gambaran informasi yang mendalam bagi para pembaca bahwa PlayDough merupakan media pembelajaran yang melahirkan kreatifitas dan motivasi belajar dalam diri anak khususnya dalam pengembangan aspek kognitif.

Kupang, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ………...

Lembaran Persetujuan ... i

Lembaran Pengesahan ... ii

Motto dan Persembahan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar isi ... .. vi

Abstrak ... ix

Abstract ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...………... 1


(7)

1.3 Tujuan Penelitian …………... 5

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis... 5

1.4.2 Praktis………... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Bentuk 2.1.1. Konsep Pengenalan Bentuk ... 6

2.1.2. Jenis-jenis Bentuk Geometri ... 7

2.2. Pengenalan Ukuran 2.2.1. Definisi Ukuran... 10

2.2.2. Manfaat Mengenal Ukuran... ... 11

2.3. Pengenalan Warna 2.3.1. Definisi Warna... 11

2.3.2. Manfaat Mengenal Warna... 12

2.4. Karakteristik Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Bagi Anak Usia 4-5 tahun... 13

2.5. Bermain PlayDough 2.5.1. Definisi PlayDough... 15

2.5.2. Manfaat Bermain PlayDough... 16

2.5.3. Langkah-langkah Bermain PlayDough... 19

2.5.4. Proses Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain PlayDough... 20

2.6. Kerangka Berpikir... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Informan Penelitian ... 27

3.3. Latar,Waktu dan Kehadiran Peneliti Sebagai Instrumen 3.3.1. Latar Penelitian ... 27

3.3.2. Kehadiran Peneliti ... 27

3.3.3. Peneliti Sebagai Instrumen ... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 28

3.5. Teknik Analisis Data ... 30


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 32

4.1.1 Tahap Reduksi Data... 33

4.1.2 Tahap Display data... 50

4.1.3 Tahap Verifikasi Data... 61

4.1.4 Keabsahan Data ... 67

4.2 Pembahasan... 77

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 84

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 89 1. Lembaran Obesrvasi

2. Panduan Wawancara

a. Tabel Pengenalan Bentuk b. Tabel Pengenalan Ukuan c. Tabel Pengenalan Warna 3. Hasil Wawancara Guru 4. Hasil Wawancara Orang Tua 5. Data Dokumen


(9)

ABSTRAK

Skripsi Emerensiana B. S. H Mau Tahun 2014 dengan judul “Pengenalan Bentuk, Ukuran Dan Warna Melalui Bermain PlayDough Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di Tk Kristen Dorkas Nunhila Kupang” menitik beratkan pada masalah “bagaimana proses Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain PlayDough Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Kristen Dorkas Nunhila Kupang?” dengan tujuan penelitian yakni untuk menggambarkan secara jelas dan mendalam tentang proses pengenalan bentuk, ukuran dan warna melalui bermain playdough pada anak usia 4-5 tahun di TK kristen dorkas nunhila kupang.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Untuk mendapatkan data dan informasi akurat yang dibutuhkan, peneliti menentukan seorang anak sebagai informan utama. Dalam proses pengabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi teknik dengan menggunakan data dokumen sebagai data pembanding, triangulasi sumber menggunakan data hasil wawancara orangtua dan guru dengan data observasi dan wawancara pada anak serta menggunakan triangulasi teori.

Penelitian berlangsung di TK Kristen Dorkas Nunhila Kupang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengenalan bentuk, ukuran dan warna melalui bermain

PlayDough dapat memberikan kontribusi penting bagi perkembangan kognitif anak yakni kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan warna. Selain itu, melalui bermain

PlayDough daya konsentrasi, minat, ketekunan dan rasa ingin tahu anak terus berkembang melalui pengalaman langsung yang dialami oleh anak, juga kemampuan motorik halus dan bahasa anak turut berkembang selama proses bermain PlayDough.


(10)

ABSTRACT

Emerensiana B. S. H Mau Thesis 2014 with the title “The Introduction Of The Shapes, Sizes And Colors Through Play Pladough On Early Childhood (Case Studies In Christian Kindergarten Dorcas Nunhila Kupang) with emphasis on the problem of “how the process of introduction of the shapes, sizes and colors through play playdough on early childhood in christian kindergarten dorcas nunhila kupang?” with a research purpose, namely to describe clearly and deeply about the process of introduction of shapes, sizes and colors through paly playdough on on early childhood in christian kindergarten dorcas nunhila kupang.

The method used the qualitative approach using observation, and interviews as a data collector field. In the process pengabsahan data, researchers using triangulation techniques using data document as data comparison, using data sources triangulation interviews parents ad teachers by the results of observation and interviews as well as using triangulation theory.

The study took place in a christian kidergarten dorcas nunhila kupang. The result showed that the indtroduction of shapes, sizes and colors through play pladough can make an important contribution of the development of the child’s cognitive ability to recognize shapes, sizes and colors. In addition, through play pladough concentration, interest, perseverance an curiosity of children continue to grow through direct experience suffered by children, also fine motor skill and co-developing chlidren’s language during play playdough.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan seluruh ranah perkembangan anak, baik aspek nilai moral agama, fisik motorik, bahasa, kognitif maupun sosial emosional. Kelima aspek perkembangan ini harus dikembangkan dan ditingkatkan secara seimbang dan berkesinambungan karena pada dasarnya kelima aspek ini saling berhubungan satu sama lain.

Anak usia 4-5 tahun merupakan rentang masa peka (golden age). Anak-anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi mereka. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan yakni lingkungan pendidikan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.

Karena anak usia 4-5 tahun berada dalam rentang usia peka, maka seluruh aspek pengetahuan anak perlu dikembangkan. Piaget (dalam Khasanah.2013) mengatakan bahwa pengetahuan terdiri dari tiga jenis, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika matematika dan pengetahuan sosial. Pengetahuan fisik merupakan jenis pengetahuan yang meliputi objek-objek di alam dan karakteristiknya, seperti warna, berat, ukuran, tekstur dan segala sesuatu yang dapat diamati dan berkaitan dengan benda. Pengetahuan fisik disebut juga pengetahuan nyata. Hal ini berkaitan dengan benda-benda yang dapat dilihat, diraba, disentuh, didengar, dan dirasa. Pengetahuan fisik adalah pengetahuan yang berkembang pada anak. Pengetahuan ini adalah pengetahuan dasar karena merupakan pembentuk utama dari struktur mental yang mendasari bentuk-bentuk pengetahuan lain. Pengetahuan fisik berkembang melalui pengamatan anak dan interaksi anak dengan objek dan lingkungan.


(12)

Sujiono (2005) menyatakan bahwa pengembangan pengetahuan fisik dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna memiliki beberapa indikator yang hendaknya dicapai anak yaitu:1) Memilih benda menurut warna, bentuk dan ukuran, 2) Mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukuran, 3) Membandingkan benda menurut ukurannya (besar-kecil, panjang-lebar, tinggi-rendah), 4) Mengukur benda secara sederhana, 5) Mengerti dan mengunakan bahasa ukuran seperti besar- kecil, tinggi-rendah, panjang-pendek dan sebagainya, 6) Menciptakan bentuk dari kepingan geometri, 7) Mencontoh bentuk-bentuk geometri, 8) Menyebut, menunjukan dan mengelompokkan segi empat, 9) Menyusun menara dari delapan kubus, 10) Mengenal ukuran panjang berat dan isi serta meniru pola dengan empat kubus. National Council of Teacher of Mathematics (NCTM,2000, dalam Carol & Barbara. 2008) mengemukakan bahwa pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna merupakan standar anak memahami pengetahuan dasar matematika. Kegiatan penggolongan (klasifikasi), mengelompokan, dan membandingkan benda-benda yang serupa atau memiliki kesamaan merupakan salah satu proses penting untuk mengembangkan konsep bilangan

Berdasarkan pandangan tersebut, dapat dipahami bahwa selain pengetahuan yang mendasar dalam pembentukan mental bagi pengetahuan lainnya, Kemampuan anak mengenal dan membedakan sesuatu objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna pun dapat memberikan potensi berkembangnya kecerdasan logika matematika anak.

Fakta yang ditemukan di lapangan pada waktu kegiatan PPL selama kurang lebih 6 bulan, peneliti menemukan anak-anak yang berusia 4-5 tahun memiliki kemampuan mengenal dan membedakan berbagai objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna masih berada pada taraf yang sangat minim jika bertolak dari karakteristik perkembangan kognitif anak seusia mereka. Mereka mampu mengidentifikasi benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warna apabila mereka menjawab bersama teman lain (hanya mengikuti teman lain) tetapi ketika diberi kesempatan untuk menjawab sendiri anak-anak tertentu belum mampu menjawabnya dengan benar.

Dari anak berjumlah 13 orang, hanya sekitar 3 orang (23,07%) yang mampu menjawab dengan benar dan sekitar 10 orang anak (76,92%) belum mampu mengenal dan membedakan bentuk, ukuran dan warna. Keadaan tersebut disebabkan oleh kurangnya kreatifitas guru untuk menciptakan media pembelajaran yang menarik bagi anak. Guru hanya mengarahkan anak untuk bermain bebas di setiap sentra, dan bermain tanpa adanya suatu pengawasan dalam bentuk keikutsertaan pada saat anak bermain agar guru dapat mengeksplor pemahaman anak tentang hal yang akan dikembangkan melalui pertanyaan-pertanyaan eksplorasi. Selain itu, guru belum mampu memodifikasi media khususnya


(13)

media PlayDough untuk mengembangkan kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna yang ternyata media PlayDough sangat dapat dikreasikan untuk memberikan suatu pemahaman kepada anak.

Pengenalan bentuk, ukuran dan warna dapat dilakukan melalui kegiatan bermain. Dunia anak merupakan dunia bermain dan anak belajar melalui bermain, maka guru dapat memperkenalkan bentuk, ukuran dan warna kepada anak tanpa harus mencari-cari metode pembelajaran yang menyusahkan bagi anak. Bermain merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berpikir karena menunjang perkembangan intelektual melalui pengalaman yang memperkaya cara berpikir anak-anak. Penyelidikan Vigotsky (dalam Montolalu, 2008), membenarkan adanya hubungan erat antara bermain dengan perkembangan kognitif. Bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian, mengadakan percobaan untuk memperoleh pengetahuan. Bermain juga membawa kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian-penelitian, mengadakan percobaan dan menumbuhkan daya imajinasi melalui kegiatan membentuk benda-benda seperti binatang sesuai imajinasi anak menggunakan tanah liat, PlayDough ( plastisin) dan balok (Montolalu, 2008).

Salah satu kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain yakni kemampuan mengenal benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warna menggunakan

PlayDough.

PlayDough merupakan salah satu media yang tepat untuk membantu anak mengenal dan membedakan objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna. Melalui bermain playDough, anak membentuk berbagai objek dengan ukuran yang berbeda, anak dapat memanipulasi berbagai bentuk geometris menggunakan adonan PlayDough, serta anak dapat mengenal jenis warna yang terdapat dalam adonan PlayDough tersebut. Dengan membentuk berbagai objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna, anak dapat mengembangkan daya pikir yakni daya imajinasi yang melahirkan kreatifitas dari dalam diri anak. US Departemen of Health and Human Services,2001 (dalam Swartz,2005), mengemukakan bahwa melalui bermain PlayDough, anak dapat mengembangkan kemampuannya di berbagai aspek seperti sosial emosional, bahasa, seni kreatifitas, dan kognitif (matematika yang berkaitan dengan pengenalan benda berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna).

Pengalaman dengan bermain PlayDough (Plastisin) memungkinkan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi dengan cara yang bervariasi. Melalui bermain

PlayDough, anak dapat menunjukan dan meningkatkan minat serta kesadaran angka dan menghitung sebagai sarana untuk memecahkan masalah dan menentukan kuantitas. Anak juga mulai menggunakan bahasa untuk membandingkan jumlah benda dengan istilah


(14)

seperti lebih, kurang, lebih besar, kurang dari dan sama dengan. Selain itu anak juga dapat mengembangkan kemampuan menggabungkan, memisahkan benda sesuai jumlah, dapat membedakan benda yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda serta anak dapat membangun pemahaman tentang letak suatu benda seperti di atas, di bawah, di depan, di belakang, di luar dan di dalam (Swartz,2005). Dari ulasan di atas dapat menjembatani pikiran kita bahwa bermain PlayDough cukup urgen dalam mengembangkan kemampuan anak mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna.

Dengan adanya fenomena yang terungkap serta memahami begitu bermanfaatnya kegiatan bermain PlayDough bagi kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna, maka peneliti terinspirasi untuk melakukan suatu

penelitian dengan judul “Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain

PlayDough Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Kristen Dorkas Nunhila Kupang”.

1.2. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pengenalan bentuk, ukuran dan warna melalui bermain playdough pada anak usia 4-5 tahun di tk kristen dorkas nunhila kupang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara jelas dan mendalam tentang Proses Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna melalui Bermain

PlayDough pada Anak Usia 4-5 tahun di TK Kristen Dorkas Nunhila Kupang.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat seperti berikut: a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai sumber informasi bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini.

2. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan kepustakaan bagi peneliti lanjutan yang sedianya akan melakukan penelitian terkait masalah yang sama.


(15)

Memberikan informasi yang mendalam kepada orang tua, guru dan peneliti lanjutan tentang bagaimana mengembangkan kemampuan kognitif anak dengan cara yang mudah dan disenangi oleh anak yakni melalui bermain

PlayDough.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Bentuk

2.1.1. Konsep Pengenalan Bentuk Geometri

Pengenalan merupakan aspek penting yang menjadi tujuan suatu kegiatan pembelajaran di mana anak dapat mengenal apa yang telah dipelajari, didengar dan dialaminya. Menurut Rusefendi (dalam Benu 2013); menjelaskan bahwa “apabila anak mengenali sesuatu, ini berarti bahwa anak mengerti tentang sesuatu tetapi masih dalam tahap pengertian yang rendah, dan sebelum anak mengenal sebuah konsep maka anak harus terlebih dahulu melewati tahapan-tahapan pengetahuan”.

Geometri merupakan cabang ilmu matematika yang membahas tentang benda-benda, luas permukaan, titik-titik, garis-garis, sudut-sudut beserta hubungan yang tercipta dan geometri merupakan suatu ilmu matematika yang terkait dengan bentuk, ukuran dan pemposisian (Budiyono,2011). Dari pandangan di atas dapat dipahami bahwa bentuk geometri merupakan dasar awal anak belajar ilmu matematika dan geometri merupakan bagian dari suatu bentuk benda yang konkret.

The National Council of Teacher of Mathematics (dalam Carol & Barbara,2008) mengemukakan bahwa standar geometri yang menjadi acuan untuk mengukur kemampuan mengenal bentuk geometri anak usia 4-12 tahun yaitu:

1. Anak dapat mengenal bentuk geometri 2. Anak dapat menyebut bentuk geometri

3. Anak dapat menggambarkan suatu bentuk geometri 4. Anak dapat membentuk geometri

5. Anak dapat menyebutkan persamaan dan perbedaan dari 2 bentuk geometri atau lebih


(16)

2.1.2. Jenis-jenis Bentuk Geometri

Anak usia 4-5 tahun berada pada masa peka dan dengan karakternya yang unik. Rasa ingin tahu anak yang tinggi memberikan peluang yang cukup baik dalam upaya menstimulasi agar anak mengalami perkembangan kognisi khususnya kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan warna secara optimal.

DEPDIKNAS (2002); menjelaskan bahwa indikator perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun hendaknya menguasai 7 jenis bentuk geometri yaitu lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segi tiga, segi enam, belah ketupat dan trapesium. Dapat dijelaskan beberapa bentuk geometri sebagai berikut:

1. Lingkaran

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008); lingkaran adalah garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat. Anak dapat mengenal bentuk lingkaran dengan cara bermain berpegangan tangan membentuk lingkaran. Berikut disajikan gambar lingkaran.

Gambar 2.1 Lingkaran

2. Bujur Sangkar

Suatu polygon yang memiliki 4 sisi, 4 sudut tegak lurus dan 2 buah sisi yang sejajar atau paralel ( Wikipedia. Com; 2008).

Gambar 2.2

Bujur Sangkar/ Persegi Empat

3. Segi Tiga

Segitiga yaitu bidang yang bersisi tiga yang dibentuk dengan cara menghubungkan ketiga buah titik dengan jarak yang sama.

Gambar 2.3 Segitiga


(17)

4. Persegi Panjang

Menurut Poerwadarminta, persegi panjang yaitu persegi yang dua sisinya tidak sama panjang. Persegi panjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya dan memiliki empat buah titik. (http://idwikipedia.org/wiki/persegipanjang ).

Gambar 2.4 Persegi Panjang

5. Jajaran Genjang

Jajaran Genjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya dan masing-masing memiliki dua pasang sudut bukan siku-siku yang masing-masing sama besar dengan sudut yang dihadapnya. (wapedia.mobi/id/jajar.genjang;2008).

Gambar 2.5 Jajaran Genjang

6. Belah Ketupat

Belah ketupat memiliki sisi yang berurutan sama panjang dan sudut yang berhadapan sama besar (dalam KBBI, 2008).

Gambar 2.6 Belah Ketupat


(18)

7. Trapesium

Trapesium adalah bangunan segi empat yang dua buah sisinya sejajar tetapi tidak sama panjang (dalam KBBI, 2008).

Gambar 2.7 Trapesium

2.2. Pengenalan Ukuran

2.2.1. Definisi Ukuran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; “Ukuran” berasal dari kata ukur yang berarti “ sukat, pengukur, ukuran, selayaknya atau sudah tentu”. Mengukur berarti “menghitung ukurannya (panjang, besar, luas, tinggi dan sebagainya) dengan alat tertentu, menilai mutu dengan cara membandingkan, menguji, mencoba, mengira dan sebagainya. Ukuran berarti “hasil mengukur, panjang, lebar, luas, besar sesuatu atau format, bilangan yang menunjukkan besar suatu ukuran suatu benda, alat untuk mengukur misalnya penggaris, meteran dan jengkal”.

Dari sumber di atas dapat diketahui bahwa ukuran (panjang-pendek, lebar-sempit, besar-kecil, jauh-dekat, tebal-tipis) merupakan suatu hasil definisi yang diperoleh dari kegiatan mengukur dengan alat tertentu terhadap suatu benda. Berkaitan dengan kemampuan anak mengenal ukuran suatu benda, anak dapat melakukan suatu proses pengukuran untuk dapat mendefinisikan ukuran suatu benda. Dengan memahami konsep ukuran ( panjang-pendek, lebar-sempit, besar-kecil, jauh-dekat, tebal-tipis) maka anak dapat mengartikan dan membandingkan ukuran benda yang satu dengan yang lainnya.

Minat dan kemampuan anak usia 4-5 tahun untuk menggunakan pengukuran berkembang dari pengalaman-pengalaman dengan penggolongan, pembandingan, dan penyusunan. Biasanya anak usia 3-5 tahun tidak menggunakan satuan-satuan standar untuk mengukur seperti meteran pita atau mistar. Untuk itu, mereka menggunakan satuan-satuan sesukanya untuk mengukur seperti menggunakan jumlah langkah, panjangnya lengan, balok-balok atau paper clips.


(19)

Dalam mendiskusikan ukuran, anak-anak menggunakan suatu analog untuk menyatakan ukuran suatu benda seperti “kami membuat benteng yang sama besarnya seperti anjing saya”. Anak-anak memerlukan pengalaman dalam mengukur benda-benda agar mendapat konsep tentang ukuran benda yang akrab di sekitar mereka (Carol & Barbara,2008).

2.2.2. Manfaat Mengenal Ukuran

Ketika anak-anak memiliki kesempatan untuk melakukan pengukuran dengan membandingkan ukuran benda-benda dalam pengalaman-pengalaman langsungnya, dengan sendirinya anak mempelajari konsep pengukuran. Lewat pengalaman-pengalaman ini, anak-anak mengembangkan sebuah dasar kuat dalam konsep-konsep pengukuran yang akan membantu mereka menggunakan lebih banyak satuan-satuan standar untuk mengukur seperti mistar dan timbangan saat mereka berada di jenjang sekolah dasar (Carol & Barbara,2008).

2.3. Pengenalan Warna

2.3.1. Definisi Warna

Sanyoto (dalam Mayang,2004) mendefenisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Ali Nugraha (dalam Benu,2013) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenai cahaya tersebut. Terdapat tiga unsur yang penting dari pengertian warna, yaitu benda, mata dan unsur cahaya. Secara umum, warna didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda dan selanjutnya diinterpretasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa warna merupakan cahaya yang dipancarkan atau dipantulkan oleh benda-benda yang kemudian diterima oleh mata sebagai panca indera untuk mengartikannya.

Teori Brewster (dalam Benu,2013) mengemukakan bahwa Warna-warna yang ada di alam terdiri dari 4 kelompok warna yaitu warna primer, sekunder, tersier dan netral.


(20)

1. Warna Primer

Warna primer adalah warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Jenis warna-warna primer yaitu merah, kuning dan biru.

2. Warna Sekunder

Warna sekunder merupakan warna hasil pencampuran antara warna-warna primer dengan takaran yang sama dan merupakan hasil campuran dua warna primer.

3. Warna Tersier

Warna tersier merupakan warna yang dihasilkan dari pencampuran antara salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder, misalnya warna merah dicampur dengan warna kuning menghasilkan warna jingga tua (warna sekunder) setelah itu warna kuning (warna primer) dicampur dengan warna jingga tua (warna sekunder) menghasilkan warna jingga kekuningan (warna tersier).

4. Warna Netral

Warna netral merupakan hasil pencampuran antara ketiga jenis warna dengan porsi yang sama.

2.3.2. Manfaat Mengenal Warna

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran anak usia dini disesuaikan dengan kurikulum PAUD/TK. Di dalam kurikulum yang menjadi standar perkembangan anak mengenai 5 aspek perkembangan terdapat indikator-indikator perkembangan yang harus dicapai anak dalam rentang usia tertentu. Kemampuan anak mengenal Warna merupakan salah satu indikator aspek pengembangan kognitif yang harus dicapai anak.

Menurut ahli pendidikan, mengenalkan warna kepada anak dapat membantu anak mengkonstruksikan pengetahuan anak berdasarkan objek (dalam Mayang,2004). Usaha anak mengenal warna dapat dikembangkan dan ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran melalui bermain PlayDough di mana anak dapat mengenal jenis warna (primer, sekunder, tersier dan netral) yang terdapat dalam


(21)

permainan adonan tersebut (PlayDough). Kemampuan anak mengenal warna merupakan salah satu indikator perkembangan dalam bidang pengembangan kognitif yang harus dicapai anak usia 4-5 tahun. Anak belajar dan menanamkan pengetahuan yang diperoleh dalam benaknya bila ia menemukan sendiri kebenaran tentang sesuatu (pengalaman belajar). Melalui kegiatan bermain PlayDough yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, anak dapat menemukan sendiri pengetahuan mereka untuk mengenal jenis warna dengan kegiatan membuat adonan tepung yang berwarna-warni dari pencampuran warna primer dan dengan kegiatan itulah anak dapat menanamkan konsep warna dalam benaknya.

2.4. Karakteristik Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Bagi Anak Usia

4-5 Tahun

Anak usia 4-5 tahun berada pada masa peka dan dengan karakternya yang unik. Rasa ingin tahu anak yang tinggi memberikan peluang yang cukup baik dalam upaya menstimulasi agar anak mengalami perkembangan kognisi khususnya mengenal bentuk, ukuran dan warna dengan optimal.

DEPDIKNAS (2002); menjelaskan Karakteristik pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna bagi anak usia 4-5 tahun yakni:

1. Anak usia 4-5 tahun mampu mengenal 7 bentuk geometri seperti lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segitiga, segi enam, belah ketupat dan trapesium

2. Pengenalan berbagai bentuk dari kurva, seperti garis lurus, garis lengkung, garis miring kanan dan kiri, garis datar dan tanda silang.

3. pengenalan warna bergradasi mulai dari warna primer yaitu merah, kuning dan biru, lalu pada warna sekunder yaitu hijau, ungu dan jingga, dan pada warna tersier ( cokelat) hingga pada warna hitam dan putih.

4. Pengenalan ukuran seperti berat, ringan, besar dan kecil, tinggi dan rendah serta panjang dan pendek.

Berdasarkan ulasan di atas maka dapat dipahami bahwa pengenalan bentuk, ukuran dan warna kepada anak hendaknya berawal dari hal yang mendasar menuju hal yang kompleks. Seperti pengenalan bentuk, berawal dari bentuk yang sederhana seperti garis lurus, garis lengkung, garis miring kanan dan kiri, garis datar dan tanda silang hingga ke bentuk berikutnya seperti segitiga, lingkaran, persegi yang kemudian


(22)

berkembang menjadi bentuk tiga dimensi seperti bola, kubus dan kerucut. Pengenalan warna pun demikian, yakni warna yang dikenalkan harus berawal dari warna dasar (primer) seperti merah, kuning dan biru kemudian warna sekunder yaitu hijau, ungu dan jingga, dan berkembang ke warna tersier (cokelat) hingga pada warna hitam dan putih. Sama halnya dengan ukuran yang diperkenalkan yakni ukuran yang sederhana seperti berat, ringan, besar dan kecil, tinggi dan rendah serta panjang dan pendek.

Hal ini diperkuat oleh pandangan Montolalu (2008) bahwa, anak usia 4-5 tahun perlu dikembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah serta menemukan hubungan sebab akibat yang meliputi aspek sebagai berikut:

1. Mengelompokkan, memasangkan benda yang sama dan sejenis atau sesuai pasangannya

2. Menyebutkan 7 bentuk seperti (lingkaran, bujur sangkar, segi tiga, segi panjang, segi enam, belah ketupat, trapesium)

3. Membedakan beragam ukuran 4. Menyebutkan bilangan 1-10

5. Mengelompokkan lebih dari 5 warna dan membedakannya 6. Menyusun kepingan hingga menjadi bentuk utuh

7. Mencoba menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur, biji ditanam, balon ditiup, besi berani didekatkan dengan macam-macam benda, melihat dengan kaca pembesar dan sebagainya

8. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran dengan 2 variasi

9. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna

Dari beberapa indikator perkembangan kognitif di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia 4-5 tahun mampu mengenal benda dengan konsep bentuk, ukuran dan warna yakni; (1) Mampu membedakan jenis-jenis bentuk geometri, ukuran dan warna pada saat membentuk adonan PlayDough, (2) Menyebutkan bentuk-bentuk geometri, ukuran dan


(23)

warna sesuai hasil membentuk dari PlayDough, (3) Mengelompokan benda hasil bentukan sesuai bentuk, ukuran dan warna, (4) Memasangkan bentuk, ukuran dan warna benda dari PlayDough dan (5) Mengurutkan benda menurut bentuk, ukuran dan warna tertentu.

2.5. Bermain PlayDough

2.5.1. Definisi PlayDough

Secara Etimologi, PlayDough berasal dari bahasa Inggris dari dua suku kata yaitu “Play” yang berarti permainan atau bermain-main dan “Dough” yang berarti adonan (KBBI,2008), jadi secara harafiah PlayDough merupakan suatu jenis permainan yang menggunakan adonan tepung yang berwarna-warni yang dapat dibentuk dengan tangan menyerupai bentuk yang diinginkan.

2.5.2. Manfaat Bermain PlayDough

Swartz dalam sebuah artikel dengan judul “Playdough: What’s Standard,2005” menjelaskan bahwa, bermain PlayDough memberikan pengalaman yang memuaskan bagi anak dan bukan hanya merupakan sebuah aktifitas yang menyenangkan tetapi juga merupakan suatu pengalaman pembelajaran aktif yang dapat mengembangkan kemampuan anak di berbagai domain.

Anak-anak belajar secara baik melalui aktifitas manipulasi di mana mereka dapat melihat efek yang mereka miliki di dunia dan di sekitar mereka. Banyak pengalaman ini datang melalui bermain. Pengalaman kreatif dengan bahan-bahan seperti PlayDough menawarkan kepada anak-anak banyak kesempatan belajar yang berharga. Sebagai contoh dalam sketsa artikel tersebut, anak-anak bekerja bersama rekan-rekan mereka, berkomunikasi tentang ide mereka melalui bahasa lisan, mengekspresikan sendiri dengan pengalaman bermain PlayDough yang memungkinkan anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan cara yang berbeda.


(24)

Swartz (dalam jurnal Young Children), menjelaskan beberapa manfaat

PlayDough bagi pencapaian perkembangan anak yakni 1) Mengembangkan kemampuan sosial emosional

Interaksi dengan PlayDough memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan sendiri dengan cara yang unik dan kreatif. Bermain membantu anak untuk memperoleh rasa kompetisi yang mendukung pengembangan konsep diri yang sehat. Anak-anak sering mengekspresikan kebanggaan atas keberhasilan ketika mereka menggunakan adonan

PlayDough dengan cara yang terarah.

Beberapa kemampuan sosial yang dikembangkan melalui kegiatan bermain

PlayDough yakni; a) menunjukkan kepercayaan diri dalam berbagai kemampuan dan mengekspresikan kebanggaan dalam prestasi, b) meningkatkan kemampuan untuk beriteraksi dengan teman sebaya, saling membantu, berbagi dan mendiskusikan pendapat, c) menunjukkan kemampuan untuk menggunakan kompromi dan diskusi pada saat bermain dan menyelesaikan konflik dengan teman sebaya, serta d) mengembangkan kemampuan untuk memberi dan menerima interaksi, dan menunggu giliran. 2) Mengembangkan kemampuan bahasa

Bermain drama simbolis dan konstruktif dalam bermain PlayDough

memungkinkan anak-anak untuk meningkatkan kemampuan bahasa mereka. Mereka berlatih mendengarkan, memahami, berbicara, dan berkomunikasi karena satu sama lain terlibat untuk menegosiasikan peran dan terlibat dalam percakapan dengan teman sebaya dan guru. Bermain PlayDough mendorong anak-anak untuk menggambarkan dan merefleksikan apa yang mereka lakukan serta anak-anak sering menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka dengan menciptakan cerita atau deskripsi dari apa yang telah mereka ciptakan.

3) Mengembangkan kemampuan matematika (kognitif)

Melalui bermain PlayDough anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui aktifitas eksplorasi aktif (trial and error), interaksi dan diskusi dengan teman sebaya, anak juga dapat meningkatkan kemampuan untuk mengklasifikasikan, membandingkan, dan kontras benda, peristiwa, dan pengalaman. Melalui pemberian tugas yang diberikan oleh guru dalam bermain PlayDough, anak dapat meningkatkan fleksibilitas, imajinasi dan


(25)

daya cipta, menumbuhkan ide, menumbuhkan minat dan kesadaran angka dan menghitung sebagai sarana untuk memecahkan masalah dan menentukan kuantitas. Anak mulai menggunakan bahasa untuk membandingkan jumlah benda dengan menggunakan istilah seperti lebih, kurang, lebih besar, kurang dari dan sama dengan, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan menggabungkan atau memisahkan benda menurut jumlah, bentuk, warna dan ukuran benda konkret serta membangun pemahaman tentang pemposisisan benda seperti di atas, di bawah, di dalam, di luar, di depan dan di belakang. 4) Mengembangkan kemampuan seni dan kreativitas

Bermain PlayDough memberikan peluang bagi anak untuk mengekspresikan diri melalui seni dan terlibat dalam bermain dramatis di mana anak berinteraksi dengan bahan mainan dan teman sebaya. Sebagai contoh; Jeane seorang anak berusia 3 tahun menciptakan berbagai obyek dan berpikir simbolis dan memberikan nama pada hasil kreasinya itu. Ia menggulung adonan antara tangan dan membuat ular panjang, kemudian mengambil sepotong adonan dan meremas lalu memutar kembali dan membalik antara kedua tangannya kemudian dia berkata “saya membuat cacing!” lalu mengulangi perbuatan tersebut.

5) Mengembangkan kemampuan fisik motorik halus anak

Anak belajar melalui pengalaman taktil, mengamati dan merenungkan bagaimana bahan mainan, merasakan dan melakukan perubahan. Adonan (PlayDough) adalah media yang sempurna untuk menciptakan, mengamati dan berpikir tentang perubahan. Anak-anak belajar tentang sifat-sifat adonan (PlayDough) melalui fingering awal mereka yakni dengan meremas dan menusuk. Mereka belajar bahwa itu ditempa, halus untuk sentuhan, dan mereka tahu bahwa mereka dapat mengubahnya dan memulai untuk mengubahnya. Sebagai anak-anak yang mendiskusikan apa yang mereka buat dengan PlayDough, mereka sering terlibat dalam pemikiran ilmiah.

Dari penjelasan ini, dapat memberikan suatu pemahaman bahwa dengan bermain PlayDough memberikan berbagai manfaat positif bagi anak di mana anak dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya seperti kemampuan sosial emosional, bahasa, kognitif yakni kemampuan mengenal konsep Bentuk, Ukuran dan Warna, seni dan kreatifitas serta kemampuan fisik motorik halus anak.


(26)

2.5.3. Langkah-langkah Bermain PlayDough

1. Alat dan Bahan

Guru menyediakan bahan yang dibutuhkan untuk membuat PlayDough yaitu; tepung terigu (1 kg), minyak sayur (250 gr), serbuk pewarna makanan (warna-warni), garam dan air secukupnya.

Anak diperkenankan untuk mengambil alat yang diinginkan seperti pisau mainan, benda halus untuk menggilas dan alat mencetak yang dibutuhkan pada saat membentuk PlayDough.

2. Kegiatan

Pertama-tama, anak dibagi kedalam kelompok yang terdiri dari 4 orang anak. Kemudian guru membagikan bahan-bahan secara proporsional untuk setiap kelompok. Untuk menghasilkan PlayDough yang menarik, anak-anak dapat memberikan pewarna sehingga PlayDough menjadi berwarna. Cara memberi pewarna yakni, mula-mula anak memisahkan wadah yang berisi air untuk mencampur warna yang diinginkan (merah, biru, kuning). Kegiatan berikutnya, anak-anak dapat mencampur semua bahan (terigu, minyak, garam,) menjadi satu ke dalam pewarna yang sudah dipisahkan dengan ukuran yang sama dan seimbang, lalu diaduk agar tidak lengket dan menjadi adonan yang dapat dibentuk. Setelah itu,

setiap anak diberi kesempatan untuk membentuk benda-benda yang diinginkannya dengan menggunakan PlayDough tadi misalnya membuat binatang, membuat bunga, membuat rumah, orang dan benda kesukaan lainnya seperti bola. Setelah mereka selesai membuat benda tersebut, mereka diminta untuk menceritakan hasil karyanya kepada teman-temannya dan teman lainnya dapat menyimak dan memberikan pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan benda yang dibentuk. Setelah itu guru dan anak lainnya memberikan penghargaan atas hasil karya yang telah dibuat anak dengan memberikan pujian atau tepukan tangan.

2.5.4. Proses Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain


(27)

1. Proses Pengenalan Bentuk

Tidak hanya mengembangkan daya kreatifitas anak di bidang seni, bermain

PlayDough juga berfungsi untuk mengembangkan potensi kognitif anak yang berkaitan dengan kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri yang ada di lingkungan sekitar. Melalui bermain PlayDough, anak dapat melakukan eksperimen dengan adonan untuk membentuk benda-benda dengan bentuk-bentuk geometris yang berbeda. Anak tidak hanya mengenal bentuk-bentuk geometri dari balok atau gambar yang sudah tersedia, tetapi anak lebih aktif untuk menemukan sendiri bagaimana bentuk-bentuk geometri tersebut dapat menjadi suatu bentuk yang ideal melalui kegiatan membentuk menggunakan adonan PlayDough.

Misalnya anak mampu membuat bola (lingkaran), membuat meja (persegi panjang), membuat kursi (persegi empat), membentuk atap rumah (segi tiga) dan bentuk-bentuk lain yang diketahui anak. Guru dapat memperkenalkan bahwa bola yang dibentuk disebut lingkaran, meja itu disebut persegi panjang, kursi itu disebut persegi empat, atap rumah itu berbentuk segi tiga dan guru dapat mengarahkan anak untuk membuat bentuk lainnya seperti

bujur sangkar, trapesium dan belah ketupat mengikuti contoh yang dibuat oleh guru menggunakan PlayDough.

2. Proses Pengenalan Ukuran

Proses awal anak mengenal ukuran melalui bermain PlayDough dapat dilihat kegiatan anak mencampur PlayDough dengan takaran bahan-bahan yang sama atau seimbang. Dalam kegiatan itu, anak menggunakan sendok untuk mengukur tepung pewarna, mengukur air yang dimasukan kedalam wadah menggunakan gelas, mengukur tepung terigu yang akan dimasukan kedalam wadah yang sudah berisi air berwarna dengan sendok, mengukur banyaknya garam dengan sendok, dan mengukur minyak dengan takaran yang sama dengan menggunakan sendok pula (anak mengenal istilah ukuran seperti; lebih banyak-lebih sedikit, sama-tidak sama). Selain itu, proses anak mengenal ukuran terlihat dari kegiatan pengukuran terhadap suatu benda yang dibentuk sendiri menggunakan PlayDough.

Misalnya Anak dapat membentuk binatang tertentu dengan ukuran yang berbeda, setelah itu guru mengarahkan anak untuk mengukur atau membandingkan bentuk binatang yang sudah dibentuk dengan hasil bentukan teman lain. menggunakan untuk mengukur panjang-pendek dan tinggi-rendahnya bentuk binatang tersebut. Anak juga dapat membandingkan bentuk orang dari PlayDough,


(28)

di mana anak dapat mengukur tinggi orang, membandingkan besar kepala, perut, panjang kaki dan tangan serta menyusun bulatan (bola) dari ukuran yang paling besar hingga yang terkecil. Sangat terlihat bahwa melalui kegiatan ini anak dapat menemukan sendiri konsep berbagai ukuran yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan anak mengenal ukuran.

3. Proses Pengenalan Warna

Proses anak mengenal warna, dapat diperkenalkan pada saat anak mencampur adonan PlayDough. Pada saat itu, selain anak mengukur anak juga dapat mengenal jenis warna seperti warna merah, kuning dan biru (warna primer), jingga tua, ungu, hijau (warna sekunder) serta warna lainnya melalui kegiatan mencampur warna dalam wadah berisi air dengan tujuan agar memberi warna-warni pada adonan

PlayDough sehingga lebih menarik pada saat anak membentuk benda yang diinginkan. Guru dapat terlibat dalam kegiatan ini untuk memperkenalkan kepada anak bahwa hasil pencampuran warna yang dilakukan sendiri tersebut merupakan hasil campuran dari warna dasar, atau dari warna sekunder, dari warna tersier ataukah menghasilkan warna netral. Maka, dari pengalaman anak dengan warna yang ditemukan sendiri, anak akan lebih mengerti dan mengenal dengan jelas dan pasti jenis warna yang dihasilkannya juga didukung oleh bimbingan guru.

2.6. Kerangka Berpikir

Kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna merupakan kemampuan fisik yang urgen untuk dikembangkan. Anak dikatakan telah mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna apabila anak mampu menyebutkan, mengelompokkan, membedakan, memasangkan dan mengurutkan benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warna.

Untuk mengembangkan kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna, dibutuhkan media pembelajaran yang tepat. Bermain PlayDough merupakan media yang tepat untuk memperkenalkan konsep bentuk, ukuran dan warna kepada anak, di mana melalui bermain PlayDough anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui aktifitas eksplorasi aktif (trial and error), interaksi dan diskusi dengan teman sebaya, anak juga dapat meningkatkan kemampuan untuk mengklasifikasikan, membandingkan, dan kontras benda, peristiwa, dan pengalaman. Hal ini terlihat pada langkah awal anak mencampur adonan PlayDough sendiri sampai dengan proses anak mengenal bentuk, ukuran dan warna selama bermain PlayDough.


(29)

Proses anak mengenal bentuk terlihat pada saat anak melakukan eksperimen dengan adonan untuk membentuk benda-benda dengan bentuk-bentuk geometris yang berbeda.

Anak lebih aktif untuk menemukan sendiri bagaimana bentuk-bentuk geometri tersebut dapat menjadi suatu bentuk yang ideal melalui kegiatan membentuk menggunakan adonan PlayDough. Misalnya anak mampu membuat bola (lingkaran), membuat meja (persegi panjang), membuat kursi (persegi empat), membentuk atap rumah (segi tiga) dan bentuk-bentuk lain yang diketahui anak. Guru dapat memperkenalkan bahwa bola yang dibentuk disebut lingkaran, meja itu disebut persegi panjang, kursi itu disebut persegi empat, atap rumah itu berbentuk segi tiga dan guru dapat mengarahkan anak untuk membuat bentuk lainnya seperti bujur sangkar, trapesium dan belah ketupat mengikuti contoh yang dibuat oleh guru menggunakan PlayDough.

Selain itu, proses anak mengenal ukuran terlihat pada saat kegiatan anak mencampur PlayDough dengan takaran bahan-bahan yang sama atau seimbang. Dalam kegiatan itu, anak menggunakan sendok untuk mengukur tepung pewarna, mengukur air yang dimasukkan kedalam wadah menggunakan gelas, mengukur tepung terigu yang akan dimasukkan kedalam wadah yang sudah berisi air berwarna dengan sendok, mengukur banyaknya garam dengan sendok, dan mengukur minyak dengan takaran yang sama dengan menggunakan sendok pula (anak mengenal istilah ukuran seperti; lebih banyak-lebih sedikit, sama-tidak sama). Selain itu, proses anak mengenal ukuran terlihat dari kegiatan pengukuran terhadap suatu benda yang dibentuk sendiri menggunakan

PlayDough. Misalnya anak dapat membentuk binatang tertentu dengan ukuran yang berbeda, setelah itu guru mengarahkan anak untuk mengukur atau membandingkan bentuk binatang yang sudah dibentuk dengan hasil bentukkan teman lain untuk mengukur panjang-pendek dan tinggi-rendahnya bentuk binatang tersebut. Anak juga dapat membandingkan bentuk orang dari PlayDough, di mana anak dapat mengukur tinggi orang, membandingkan besar kepala, perut, panjang kaki dan tangan serta menyusun bulatan (bola) dari ukuran yang paling besar hingga yang terkecil. Sangat terlihat bahwa melalui kegiatan ini anak dapat menemukan sendiri konsep berbagai ukuran yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan anak mengenal ukuran. Proses anak mengenal warna juga diperlihatkan pada saat mencampur adonan

PlayDough. Pada saat itu, selain anak mengukur anak juga dapat mengenal jenis warna seperti warna merah, kuning dan biru (warna primer), jingga tua, ungu, hijau (warna sekunder) serta warna lainnya melalui kegiatan mencampur warna dalam wadah berisi


(30)

air dengan tujuan agar memberi warna-warni pada adonan PlayDough sehingga lebih menarik pada saat anak membentuk benda yang diinginkan.

Setelah anak melewati tahapan dan proses mengenal bentuk, ukuran dan warna melalui bermain PlayDough, maka anak diberi kesempatan untuk melakukan dan mencapai tugas perkembangannya yakni mampu menyebutkan, mengelompokkan, membedakan, memasangkan dan mengurutkan benda atau obyek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka paradigma penelitian yang di-desain oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Bagan 1 Kerangka Berpikir

Anak usia 4-5 tahun BELUM mampu mengenal

(menyebutkan, mengelompokan,

membedakan, memasangkan dan mengurutkan) benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warna

STANDAR PENCAPAIAN KOGNITIF

Anak usia 4-5 tahun mampu mengenal (menyebutkan, mengelompokan, membedakan, memasangkan dan

mengurutkan) benda

berdasarkan bentuk, ukuran dan warna

BERMAIN


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Kerlinger (dalam Sugiyono,2012), mengemukakan bahwa penelitian ilmiah merupakan langkah-langkah penyelidikan yang dikerjakan secara sistematis, empiris, kritis, dan terkontrol mengenai satu atau lebih fenomena alami yang didasari oleh berbagai konsep dasar atau teori-teori yang diprediksi dapat mewakili atau menjelaskan fenomena-fenomena atau permasalahan yang hendak diungkap dalam sebuah penelitian.

Senada dengan pandangan tersebut apabila dikaitkan dengan judul penelitian “Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain PlayDough Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK.Kristen Dorkas Nunhila Kupang”, maka metode penelitian yang dipilih adalah menggunakan jenis metode penelitian kualitatif yang diharapkan mampu menggambarkan secara mendetail kegiatan PlayDough dalam mengembangkan kemampuan anak mengenal konsep Bentuk, Ukuran dan Warna di TK Kristen Dorkas Nunhila Kupang.

Langkah-langkah Bermain PlayDough

Proses anak mengenal Bentuk, Ukuran dan

Warna saat bermain

PlayDough

Anak usia 4-5 tahun MAMPU mengenal (menyebutkan, mengelompokan, membedakan, memasangkan dan mengurutkan) benda berdasarkan bentuk, ukuran dan


(32)

Dengan demikian dapat dipahami bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau ulasan secara menyeluruh tentang proses pengembangan kemampuan mengenal konsep Bentuk, Ukuran dan Warna pada saat bermain PlayDough

dengan cara mengembangkan konsep, menghimpun berbagai fakta atau kejadian dari lapangan dan data yang diperoleh tidak melalui suatu pengujian atau pembuktian hipotesis melainkan data disajikan dengan mekanisme penyajian data secara deskriptif kualitatif yang sistematis, empiris, kritis dan terkontrol berdasarkan tingkah laku informan penelitian maupun keadaan lingkungan sekitar dan kondisi sosial yang ada.

3.2. Informan Penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (Emergent Sampling Design)

dengan cara memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data yang lebih lengkap (Lincoln & Guba dalam Sugiyono, 2012).

3.3. Latar dan Kehadiran Peneliti Sebagai Instrumen 3.3.1. Latar Penelitian

Lincoln dan Guba (Moleong,1994) menegaskan bahwa dalam penelitian kualitatif penting untuk menentukan suatu latar ilmiah atau konteks dari suatu keutuhan. Artinya bahwa pentingnya suatu penelitian untuk menentukan suatu latar sebagai satu kesatuan yang utuh dalam mengungkapkan aspek yang diteliti.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka latar penelitian yang ditentukan dalam penelitian ini adalah lingkungan sekolah TK Kristen Dorkas khususnya ruangan kelas B1 yang menjadi ruang belajar informan penelitian (anak usia 4-5 tahun).

3.3.2. Kehadiran Peneliti

Peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian atau partisipatif (dalam Sugiyono: 2012). Bogdan (dalam Moleong,1994), menjelaskan bahwa, hal ini sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial antara peneliti dengan informan penelitian dalam


(33)

lingkungan yang sama. Artinya bahwa cara untuk mengatasi persoalan yang ada yakni dengan jalan peneliti melibatkan diri atau turut berinteraksi dengan informan dalam lingkungan tempat penelitian berlangsung dengan maksud agar dapat tercipta suatu kualitas hubungan yang dinamis. Dengan demikian, terciptalah hubungan kedekatan yang harmonis antara peneliti dengan informan penelitian sehingga informan tidak merasa dalam keadaan sedang diteliti karena peneliti menciptakan suasana yang natural.

3.3.3. Peneliti Sebagai Instrumen ( Alat Penelitian )

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen yang efektif untuk mengumpulkan data. Hal ini karena dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya secara partisipatif (pengamat berperan serta). Manusia sebagai instrumen penelitian harus memenuhi ciri sebagai berikut, 1) responsif, 2) dapat menyesuaikan diri, 3) menekankan keutuhan, 4) mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, 5) memproses data secepatnya, 6) memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan, dan 7) memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim (Tohirin,2012 ).

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri. Selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkannya dengan data yang telah ditemukan melalui observasi, wawancara dan dokumen. Dengan demikian, penelitilah yang berfungsi secara langsung sebagai pengumpul data, pengelola data, dan selanjutnya sebagai pelapor hasil penelitian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Ridwan (dalam Yanuar.2012), mengemukakan bahwa data adalah “bahan mentah” yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Data kualitatif ialah data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pernyataan atau kata-kata. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi metode pengumpulan data utama adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofland dalam Moleong,1994).


(34)

Berpijak dari pendapat tersebut, maka peneliti menggunakan dua jenis teknik untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian ini yakni menggunakan teknik; 1) Pengamatan (observasi), dan 2) wawancara.

Dari kedua teknik pengumpulan data ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Teknik Pengamatan Partisipatif ( Participant Observation )

Teknik pengamatan atau observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengumpulkan berbagai kemungkinan dan fenomena-fenomena empirik yang terjadi di lapangan berkenaan dengan penelitian tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengamatan jenis partisipatif, yang merupakan suatu teknik pengumpulan data di mana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan data partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak (Sugiyono,2012).

2. Teknik Wawancara ( Interview )

Esterberg (dalam Sugiyono,2012) mendefinisikan bahwa wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Jadi dengan wawancara, maka peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur dengan maksud agar peneliti dapat membangun suatu pemahaman yang mendalam dalam kaitan dengan pengembangan kemampuan kognitif (mengenal bentuk, ukuran dan warna) anak melalui kegiatan bermain PlayDough. Berhubung peneliti menerapkan teknik observasi partisipatif, maka peneliti akan lebih mudah mewawancarai anak selama kegiatan pembelajaran khususnya pada saat anak bermain PlayDough, yang berkaitan dengan pemahaman anak mengenal bentuk, ukuran dan warna.


(35)

3.5. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,2012) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data tersebut yakni ; 1) Reduksi Data, 2) Penyajian Data, dan 3) Verifikasi. Ketiga langkah analisis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang hal yang tidak diperlukan. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu sehingga mudah mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, data disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif, dapat juga disajikan dalam bentuk grafik, matrik, jejaring kerja atau chart.

3. Verifikasi (Conclusion Drawing)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi lebih jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

3.6. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Triangulasi untuk memeriksa keabsahan data. Lexy (dalam Tohirin.2012), Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan kebenaran data sebagai pembanding terhadap data yang telah diperolah. Triangulasi berarti membandingkan dan meninjau kembali derajat kepercayaan suatu


(36)

informasi yang telah diperoleh melalui alat yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga jenis triagulasi yaitu Triangulasi Teknik dimana peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif dan wawancara dengan teknik dokumen sebagi data pembanding yang berkaitan dengan kemampuan mengenal konsep Bentuk, Ukuran dan Warna, dan triagulasi sumber dimana megambil informasi dari guru dan orang tua sebagai sumber data pembanding terhadap hasil observasi dan wawancara serta menggunakan triangulasi teori dengan menyenadakan hasil penelitian dengan teori tersebut.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul “Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain PlayDough Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Kristen Dorkas Nunhila Kupang” dilakukan selama rentang waktu 1 (satu) bulan terhitung mulai dari tanggal 13 Maret 2014 sampai dengan tanggal 13 April 2014.

Dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif, maka penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau ulasan secara menyeluruh tentang proses pengembangan kemampuan mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna pada saat bermain PlayDough dengan cara mengembangkan konsep, menghimpun berbagai fakta atau kejadian dari lapangan dan data yang diperoleh tidak melalui suatu pengujian atau pembuktian hipotesis melainkan data disajikan dengan mekanisme penyajian data secara deskriptif kualitatif yang sistematis, empiris, kritis dan terkontrol berdasarkan


(37)

tingkah laku informan penelitian maupun keadaan lingkungan sekitar dan kondisi sosial yang ada.

Peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumen untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna melalui kegiatan bermain PlayDough. Proses observasi dilakukan dalam dua tahap yakni 1) observasi umum dan 2) observasi yang terfokus pada pengenalan bentuk, ukuran dan warna melalui bermain PlayDough. Data yang terkumpul dari kedua metode ini selanjutnya dikomparasikan kemudian peneliti mengumpulkan data pembanding dari data dokumen serta mengambil informasi dari sumber data kedua dan ketiga yakni guru dan orang tua untuk mendapatkan informasi yang masih kurang.

4.1.1. Tahap Reduksi Data

a. Hasil Observasi Umum

1) Gambaran Umum Latar Penelitian

TK Kristen Dorkas Nunhila Kupang terletak di jalan Pahlawan nomor 44, Kelurahan Nunhila Kecamatan Alak Kota Kupang. Dari segi geografis, TK Kristen Dorkas terletak di jalur arus lalulintas yang cukup ramai dan berada di sepanjang garis pantai.

Visi TK Kristen Dorkas Nunhila yakni “menghasilkan anak didik yang berperilaku baik, cerdas dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa” yang kemudian dijabarkan dalam misi yakni “melaksanakan pembiasaan-pembiasaan yang baik untuk pembentukan perilaku yang baik dan menanamkan nilai-nilai agama Kristen dalam kehidupan sehari-hari di TK, dan melaksanakan proses belajar mengajar secara teratur dan terprogram sehingga dapat mengembangkan potensi anak secara optimal.

Anak didik berasal dari latar belakang sosial dan pendidikan orang tua yang berbeda mulai dari buruh, nelayan sampai dosen, polisi dan TNI. Tidak hanya latar belakang sosial dan pendidikan yang berbeda, para anak didik juga memiliki potensi kemampuan yang berbeda-beda, di satu sisi terdapat anak yang mampu merespon berbagai hal dengan baik dan ada juga anak yang membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memahami kegiatan pembelajaran.


(38)

Anak didik yang terdapat dalam kelompok B1 berjumlah 13 orang dengan rincian 6 (enam) orang laki-laki dan 7 (tujuh) orang perempuan. Usia mereka berkisar antara 4-6 tahun. Terdapat 2 (dua) orang anak yang sudah 2 tahun lamanya masih mengikuti kegiatan pembelajaran dengan alasan belum cukup umur untuk masuk ke sekolah dasar. Kemampuan anak-anak ini sangat berbeda yakni kedua orang anak yang ulang sekolah memiliki kemampuan di atas beberapa teman yang lain tetapi juga terdapat 3 orang anak yang kemampuannya sama dengan 2 teman yang ulang sekolah karena daya tangkap mereka yang sangat baik dan sisa dari kelima anak ini adalah mereka yang masih sangat membutuhkan perhatian khusus untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan mereka.

Penentuan informan penelitian dilatarbelakangi oleh kemampuan anak dalam mengenal bentuk, ukuran dan warna di mana anak yang dijadikan informan penelitian dinilai masih kurang tetapi memiliki potensi berkembang atau daya tangkap yang cukup baik. Pemikiran ini dimaksudkan agar dapat memberikan bukti sekaligus gambaran bahwa bermain PlayDough pada dasarnya mampu memberikan kontribusi urgen dalam mengenalkan bentuk, ukuran dan warna kepada anak.

3) Gambaran Umum Kegiatan Bermain PlayDough

Media PlayDough/ plastisin merupakan media yang sering digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. PlayDough sangat memungkinkan bagi anak untuk mengenal berbagai macam warna yang terdapat dalam adonan tersebut. Guru sering mencantumkan kegiatan bermain PlayDough dalam rencana kegiatan harian yang kegiatannya disesuaikan dengan tema tertentu. Tema binatang misalnya, kegiatan dalam RKH demikian “membentuk binatang kesukaan dari

PlayDough”, tema tanaman dengan kegiatannya “membentuk buah tomat, apel, anggur dan lainnya dari PlayDough” begitu juga dengan tema lainnya, guru sering memasukkan kegiatan bermain PlayDough dalam jenis bermain pembangunan. Bermain PlayDough sangat disukai dan menyenangkan bagi anak, bahwa meskipun kegiatan bermain PlayDough pada hari tertentu atau tidak setiap hari dicantumkan dalam RKH, tetapi anak tetap memiliki keinginan untuk bermain PlayDough setelah kegiatan pembelajaran (bermain bebas/istirahat).


(39)

Hal yang menjadi salah satu kekurangan bahwa, guru kurang memaksimalkan kegiatan bermain PlayDough dalam mengembangkan indikator perkembangan anak pada aspek kognitif khususnya pada indikator mengenal bentuk, ukuran dan warna.

Kegiatan pengembangan kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk, ukuran dan warna kurang dimaksimalkan melalui media PlayDough. Ditemukan beberapa orang anak usia 4-5 tahun yang sampai saat ini belum mengenal beberapa jenis warna dengan pasti, hanya mengenal empat macam bentuk (lingkaran, segi empat, segi tiga, dan persegi panjang) dan masih memiliki kesulitan untuk mengidentifikasi ukuran benda (tinggi-rendah, tebal-tipis, panjang-pendek, lebar-sempit). Masih ditemukan bahwa, guru hanya memfokuskan kegiatan pada satu indikator yang akan dicapai dalam RKH, padahal dengan kegiatan membentuk benda sesuai dengan tema apa pun, guru dapat memperkenalkan berbagai bentuk geometri kepada anak dari sisi atau bagian tertentu, dapat mengenalkan ukuran dengan melakukan pembandingan/pengukuran sederhana dengan cara mengurutkan, mengelompokkan dan memasangkan. Tentunya selain dapat memperkenalkan bentuk dan ukuran, dapat juga memperkenalkan beragam warna dalam

PlayDough. Kemampuan ini dapat dicapai anak apabila guru mendampingi anak pada saat anak bermain agar mengarahkan daya pikir anak terhadap beragam bentuk, ukuran dan warna tidak sekedar membiarkan anak bermain sendirian tanpa keikutsertaan guru.

b. Hasil Observasi Khusus

Peneliti partisipatif turut memberikan intervensi pada saat anak bermain

PlayDough. Artinya bahwa peneliti menyiapkan bahan dan alat pembuatan media

PlayDough sampai dengan kegiatan anak bermain atau membentuk dengan media

PlayDough.

Berikut dipaparkan proses anak membuat sampai dengan membentuk benda berbagai bentuk, ukuran dan warna dari media PlayDough.

1) Alat dan Bahan

Peneliti menyediakan bahan yang dibutuhkan untuk membuat PlayDough

yaitu; tepung terigu (1 kg), minyak sayur (250 gr), serbuk pewarna makanan (warna-warni), garam dan air secukupnya. Anak diperkenankan untuk mengambil alat yang diinginkan seperti pisau mainan, sendok makan, gayung


(40)

mainan dan benda halus untuk menggilas dan alat mencetak yang dibutuhkan pada saat membentuk PlayDough.

2) Kegiatan

Pertama-tama, anak dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang anak. Kemudian guru membagikan bahan-bahan secara proporsional untuk setiap kelompok. Untuk menghasilkan PlayDough yang menarik, anak-anak dapat memberikan pewarna sehingga PlayDough menjadi berwarna. Cara memberi pewarna yakni, mula-mula anak memisahkan wadah yang berisi air untuk mencampur warna yang diinginkan (merah, biru, kuning). Anak mengukur pewarna menggunakan sendok makan dengan takaran satu sendok makan. Kegiatan berikutnya, anak-anak dapat mencampur semua bahan (terigu, minyak, garam,) menjadi satu ke dalam pewarna yang sudah dipisahkan dengan ukuran yang sama dan seimbang, lalu diaduk agar tidak lengket dan menjadi adonan yang dapat dibentuk. Setelah itu, setiap anak diberi kesempatan untuk membuat bentuk-bentuk geometri dengan warna dan ukuran yang bervariasi. Tidak menutup kemungkinan bagi anak membentuk benda-benda yang diinginkannya dengan menggunakan PlayDough tadi misalnya membuat binatang, membuat bunga, membuat rumah, orang dan benda kesukaan lainnya seperti bola. Setelah mereka selesai membuat benda tersebut, guru dapat mengajukan pertanyaan untuk mengeskplor pemahaman anak dalam mengenal bentuk, ukuran dan warna.

Berikut disajikan hasil potret proses anak belajar mengenal bentuk, ukuran dan warna dalam kegiatan bermain PlayDough;

Anak mengukur air ke dalam wadah menggunakan gayung mainan dengan ukuran 1 gayung.


(41)

Setelah mengukur air, ibe mengukur pewarna menggunakan sendok sebanyak 1 sendok makan lalu mengaduk pewarna hingga merata dengan air.

Kemudian, ibe mengukur tepung menggunakan sendok makan ke dalam wadah berisi pewarna. Mula-mula ibe memasukkan empat sendok makan terigu ke dalam wadah lalu diaduk hingga rata. Setelah diaduk, ternyata adonan masih sangat encer dan lengket sehingga ia menambahkan semua tepung yang tersisa.


(42)

Setelah adonan dirasakan cukup padat untuk dibentuk, ibe memasukkan satu tutup botol minyak bimoli ke dalam adonan sahingga PlayDough tidak lengket dan kenyal pada saat dibentuk.

Dari potret ini secara kasat mata dilihat bahwa anak-anak begitu antusias dan tertantang untuk membuat suatu media PlayDough yang sangat disukainya. Hal menarik yang anak temukan dalam kegiatan ini yakni menimbulkan suatu informasi dan pemahaman baru bahwa PlayDough yang selama ini mereka mainkan yang disediakan guru dengan dibeli dari toko, ternyata mereka dapat membuatnya sendiri dengan bahan-bahan sederhana yang mereka kenal. Apabila dikaji lebih jauh, dapat dipahami bahwa tidak hanya memberikan pengalaman baru, bermain PlayDough memberikan pemahaman dalam mengenal bentuk, ukuran dan warna. Sejak proses awal anak membuat PlayDough, anak mengenal sifat benda seperti padat (tepung dan garam), cair (air dan pewarna), encer, kental, lembut, dan kenyal pada adonan PlayDough yang telah jadi. Setelah proses membuat, anak mengenal bentuk yang lebih kompleks setelah ia membentuk benda tertentu dari PlayDough yang telah diciptakannya. Sejak proses membuat PlayDough, anak juga mengenal konsep ukuran secara kualitatif dengan menggunakan jenis kata-kata ukuran seperti banyak-sedikit, besar-kecil, sama-tidak sama pada saat anak mengukur takaran bahan-bahan untuk membuat PlayDough

seperti mengukur air, mengukur pewarna, mengukur tepung, mengukur garam dan mengukur minyak, serta mengukur tingkat kekentalan adonan dengan cara diremas dan ditempa. Selain dapat mengenal bentuk dan ukuran, anak mengenal warna yang terdapat dalam adonan

PlayDough dari kegiatan mencampur warna-warna primer (merah, biru dan kuning) untuk menghasilkan warna PlayDough yang diinginkan.


(43)

(44)

Dari proses kegiatan bermain PlayDough, ditemukan beberapa hasil pengamatan sebagai berikut:

Tanggal Observasi : 19 dan 21 Maret 2014 Nama informan : Ibe

Umur : 4 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tabel 1 Lembaran Observasi

INDIKATOR ASPEK YANG DINILAI

Bentuk Ukuran Warna

Menyebutkan bentuk-bentuk geometri,

Sebelum anak membuat bentuk geometri, guru memperkenalkan jenis bentuk

Hasil kegiatan membentuk dari PlayDough digunakan guru untuk meminta anak

Guru mengarahkan anak untuk mencampur jenis warna yang disukai


(45)

ukuran dan warna sesuai hasil membentuk dari Playdough (Obs.1)

geometri yang akan dibuat (gambar bentuk). Setelah itu, anak membentuknya sendiri sesuai kreativitasnya. Anak membentuk beberapa jenis bentuk geometri seperti segi tiga, bola/lingkaran dan segi empat. Dengan arahan guru, anak dapat menyebutkan jenis bentuk yang dibuat dari Playdough.(Obs 1B)

untuk menyebutkan jenis ukuran tertentu (besar, sedang, kecil, dan sangat kecil). (Obs 1U)

(merah, kuning dan biru). Dari warna yang dihasilkan dari pencampuran warna primer, guru meminta anak untuk menyebutkan jenis warna yang diketahuinya dan anak cukup antusias berpikir untuk mengidentifikasi warna yang

dihasilkannya. (Obs 1W) Mampu membedakan

jenis-jenis bentuk geometri, ukuran dan warna pada saat membentuk adonan Playdough (Obs.2)

Secara spontan anak membedakan bentuk wadah yang digunakan untuk mencampur PlayDough dengan mengatakan “ kita campur terigu di mangkuk saja, kalau di piring nanti tumpah karena bentuknya ceper”. (Obs 2B)

Anak mengukur air, tepung terigu, pewarna dan garam ke dalam wadah yang disiapkan menggunakan sendok makan, sendok teh dan gayung mainan kecil. Air sebanyak 2 gayung, pewarna sebanyak 1 sendok teh, garam sebanyak 1 sendok teh dan tepung terigu sebanyak 20 sendok makan. (Obs 2U)

Anak mencampur pewarna yang disukai ke dalam wadah berisi air. Setelah melihat hasil perwarna yang dicampur dengan air, anak langsung menidentifikasi jenis warna dalam wadahnya dan membedakannya dengan warna teman lainnya dengan

mengungkapkan kalimat “ b punya warna ungu, juda punya warna hijau”. (Obs 2W)

Mengelompokan benda hasil bentukan sesuai bentuk, ukuran dan warna (Obs.3)

Setelah anak membuat bentuk geometri, guru mengarahkan anak untuk mengelompokkan benda sesuai dengan bentuknya. Anak aktif bermain dan berusaha mengelompokkan benda yang sesuai dengan bentuknya. Terlihat anak menyimpan benda yang bentuknya sama pada sebuah posisi yang sama secara terpisah dengan bentuk yang lainnya. (Obs 3B)

Tidak hanya

mengelompkkan benda kedalam bentuk yang sama, anak juga diarahkan untuk mengelompkkan bentuk sesuai dengan ukurannya. Anak sedikit mengalami kesulitan karena bentuk yang dibuat terkadang memiliki ukuran yang hampir sama karena kurang ataupun terlalu banyak adonan yang digunakan. Tetapi guru berusaha mengarahkan anak untuk memperbaiki hasil bentukanya agar menghasilkan bentuk proporsional yang berbeda ukuran (besar, sedang, kecil, sangat kecil). (Obs 3U)

Guru mengarahkan anak untuk mengelompokkan bentuk sesuai warna. Anak berusaha membuat bentuk dengan warna yang beragam. Anak berusaha meminta adonan tepung dari teman lain untuk memperbanyak warna pada jenis bentuk yang akan dibuat. Anak mengelompokan bentuk yang berwarna kuning, merah, hijau, ungu pada suatu posisi lurus dengan urutan ukuran sangat kecil-besar dan besar-sangat kecil. (Obs 3W)

- Memasangka n bentuk, ukuran dan warna benda dari Playdough (Obs.4)

Guru mengarahkan anak untuk memasangkan bentuk lingkaran pada gambar lingkaran, segi tiga pada gambar segitiga dan seterusnya. Tidak hanya pada gambar, guru menantang anak untuk mencari bentuk benda apa dalam ruangan yang sama dengan bentuk lingkaran, segiti tiga, segi empat, belah ketupat, trapesium dan jajar genjang. Untuk bentuk lingkaran anak

memasangkannya dengan bola, segi empat anak memasangkannya dengan balok angka, segi tiga dengan

Anak memasangkan bentuk ukuran yang paling kecil hingga ukuran yang besar. Saat memasang, anak menemukan adanya bentuk yang ukurannya tidak sesuai dengan gambar baik itu lebih besar maupun lebih sedikit, sehingga anak berusaha untuk menyamakan ukuran dengan cara menambah atau mengurangi adonan PlayDough pada bentuk sampai didapatkan ukuran yang proporsional. (Obs 4U)

Setelah melihat beberapa jenis warna yang dihasilkan dari pencampuran warna primer pada PlayDough, anak diminta untuk mencari benda mana yang warnanya sama dengan warna yang dihasilkan seperti benda berwarna ungu, merah, hijau, kuning, biru, coklat, orange dan seterusnya. (Obs 4W)


(46)

balok segi tiga, segi empat dengan meja, dan belah ketupat dengan lipatan kertas belah ketupat yang ditempel di tembok. (Obs 4B)

- Mengurutkan benda menurut bentuk, ukuran dan warna tertentu (Obs.5) Setelah mengelompokkan, anak diarahkan untuk mengurutkan benda dengan berbagai variasi bentuk seperti lingkaran-trapesium-belah ketupat-segi empat-segi tiga-jajar genjang-persegi panjang. Anak mengurutkan benda sesuai anjuran guru, namun ditemukan masalah di mana anak belum terlalu jelas membedakan bentuk trapesium dan jajar genjang karena bentuknya yang hampir mirip dan guru menjelaskan bahwa bentuk trapesium memiliki sisi kiri yang miring ke kiri- dan sisi kanan yang miring ke kanan, sedangkan jajar genjang memiliki sisi kiri-kanan yang sama miring ke kiri. (Obs 5B)

Anak mengurutkan bentuk menurut ukuran besar-sedang-kecil-sangat kecil menggunakan berbagai bentuk dari PlayDough. (Obs 5U)

Anak diarahkan untuk mengurutkan benda menurut seriasi urutan warna yang berbeda seperti merah-hijau-ungu-biru-jingga tua-coklat-kuning. Anak terlihat lebih kreatif dengan mengurutkan benda dengan seriasi warna yang lebih menarik yakni 2 bentuk warna merah- 1 bentuk warna hijau-2 bentuk warna ungu dan seterusnya sampai semua warna diurutkan. (Obs 5W)

c. Deskripsi Hasil Wawancara

Pertanyaan wawancara ini, muncul pada saat anak dalam proses membuat dan bermain adonan PlayDough, dan juga ditanyakan di lain waktu tetapi semua pertanyaan wawancara ditanyakan dengan menggunakan media PlayDough dan sesekali menyuruh anak mengulangi kegiatan bermain PlayDough untuk kembali mengasah kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna.

Tabel 2

Wawancara Pengenalan Bentuk (Tanggal 24 Maret 2014)

Indikator Kode (I.1-I.3)

Penilaian Keterangan

mampu Belum mampu


(1)

HASIL WAWANCARA GURU KELAS B1 Tanggal: Senin,7 April 2014

1. Anak mampu mengenal bentuk Geometri melalui bermain PlayDough. Bagaimanakah pendapat ibu tentang hal ini?

“ya, itu memang benar bahwa anak dapat mengenal beragam bentuk dengan cara bermain PlayDough/ plastisin. Pada saat bermain PlayDough, anak dapat membuat berbagai bentuk dengan cara mereka sendiri dengan berusaha mempergunakan alat dalam ruang kelas untuk memecahkan masalah pada saat membentuk suatu benda seperti menggunakan balok silinder sebagai alat penggilas, menggunakan pisau mainan untuk memotong dan sebagainya. Biasanya kami guru tidak langsung meminta anak untuk membentuk geometri, tetapi kami mengarahkan mereka untuk membuat sesuatu objek yang menarik dan di dalamnya kami bisa kenalkan bentuk gemetri yang terdapat pada bentuk tersebut seperti bentuk rumah, lemari, orang, meja, kursi dan sebagainya. Dengan begitu, kami bisa kenalkan bentuk geometri kepada anak”.

Bagaimanakah langkah ibu memperkenalkan bentuk geometri kepada anak, apakah diperkenalkan sejak dalam kegiatan pembelajaran ataukah baru diperkenalkan pada saat bermain PlayDough?

“ibu perkenalkan lebih dahulu waktu dalam proses belajar, bahwa hari ini kita akan belajar tentang bentuk apa saja. Di sini saya jelaskan nama bentuk ini apa, perbedaannya apa dan seterusnya, sehingga saat anak bermain, anak berusaha sendiri dengan bekal sedikit gambaran waktu pembelajaran. Kami kurang memperkenalkan bentuk, ukuran dan warna kepada anak menggunakan media PlayDough, kami lebih sering menggunakan gambar-gambar bentuk dengan beragam ukuran dan warna.

Dari hal ini, saya bisa melihat bahwa anak tertentu sudah mampu meningat dan mengenal ataukah belum”.

Apakah sudah pernah ibu mengajak anak-anak untuk membuat sendiri adonan PlayDough dari bahan-bahannhay sampai jadi baru anak membentuk?

“Belum pernah nona, plastisin ini di beli dari toko, jadi anak langsung membentuknya. Belum terlintas di pikiran ibu untuk mengajak anak untu membentuk adonan tepung seperti yang nona teliti saat ini. Menurut ibu,


(2)

kegiatan ini sangat efektif karena anak mendapat pengetahuan dan pengalaman yang menarik. Tadi saja ada anak yang bilang ingin mencoba di rumah, berarti kegiatan ini cukup menyenangkan dan memacu kreatifitas anak untuk membentuk berbagai jenis bentuk/benda”.

2. Tidak hanya mengenal bentuk, anak juga dapat mengenal warna. Bagaimana menurut ibu?

“benar sekali. Apabila guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mengkreasikan pencampuran aneka warna, pasti saja pengetahuan anak akan bertambah, tidak saja mengenal warna primer tetapi anak juga dapat mengenal berbagai macam warna yang dihasilkan dari pencampuran dua atau tiga jenis warna”.

Lebih efektif mana, mengenalkan warna kepada anak menggunakan media gambar ataukah dengan bermain PlayDough?

“menurut ibu, kegiatan bermain PlayDough lebih memungkinkan anak untuk mengenal dan mengingat jenis warna tertentu karena anak yang menemukan sendiri melalui proses mencampur warna kalau dengan gambar, anak akan mengenal tetapi masih dalam tingkatan yang sementara di mana anak mudah melupakan karena anak hanya menghafal tanpa mengalami sendiri bagaimana warna itu terjadi. Jadi menurut ibu, bermain PlayDough lebih efektif”

3. Tidak hanya dapat mengenal bentuk dan warna, anak juga bisa mengenal konsep ukuran melalui bermain PlayDough, bagaimana pendapat ibu tentang hal ini?

“menurut saya, kemungkinan anak mengenal ragam bahasa ukuran itu sangat besar sekali. Misalnya anak membentuk binatang tertentu seperti ular; anak akan tahu bahwa oohh ternyata ukurannya panjang, bentuk badannya silinder, warnanya hitam dan seterusnya. Tentunya hal ini tidak diketahui sendiri tetapi di fasilitasi oleh guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang memicu daya pikir anak yang berkaitan dengan ukuran, bentuk dan warna”.

Jenis ukuran apa sajakah yang bisa dikenalkan kepada anak pada saat bermain PlayDough?

“menurut saya anak bisa mengenal ukuran tinggi-rendah, berat-ringan, besar-kecil, panjang-pendek, tebal-tipis, lebar-sempit. Pada saat membuat bentuk-bentuk yang berbeda dengan beragam ukuran dan warna, saya yakin dengan pertanyaan yang eksploratif, anak mampu mengenal ukuran yang dulunya belum dikenalnya”.


(3)

HASIL WAWANCARA ORANG TUA Tanggal: Selasa, 8 April 2014

1. Apakah mama sering melihat anak bermain PlayDough (plastisin)? “ya, saya sering melihat mereka bermain. Anak saya (IBE) sangat senang bermain plastisin. Ia membentuk apa yang ia sukai.

2. Dengan Bermain PlayDough, anak mampu mengenal bentuk, ukuran dan warna. Bagaimanakah pendapat mama tentang hal ini? “saya belikan ibe mainan plastisin di rumah. Jadi dia tidak hanya bermain di sekolah tetapi juga di rumah. Saya sering lihat ibe membentuk rumah. Dia gunakan berbagai alat untuk membuat bentuk rumah yang sesuai, ia membuat bentuk orang, binatang, bola, bunga kadang dia mengajak teman-temannya untuk membuat bentuk yang sulit kita mengerti. Kalau untuk mengenal warna, menurut saya sangat bisa karena mainan ini warnanya sangat beragam, tinggal kita kenalkan saja terus-menerus kepada anak jenis-jenis warna itu. Kalau mengenai ukuran, mungkin bisa kalau ibu guru mereka yang ajar, karena ibu dong tau cara supaya mereka kenal ukuran.


(4)

DATA DOKUMEN Nama anak: IBE

Catatan Hasil Perkembangan Anak ( Bulan Desember 2013) No Aspek Perkembangan dan Pencapaiannya 1. Moral dan nilai-nilai agama

 Sudah bisa mengikuti bacaan doa sebelum belajar walaupun belum lengkap.

 Sudah bisa mengikuti gerakan dan sikap beribadah.  Mampu menyebut beberapa contoh ciptaan Tuhan.

 Mau Mengucapkan terima kasih setelah menerima sesuatu, tetapi terkadang masih perlu diingatkan.

 Mau Mengucapkan salam saat datang ke Pos PAUD. 2. Fisik/Motorik

 Sudah bisa berjalan dan berlari dengan stabil.

 Dapat naik-turun tangga tanpa berpegangan, tetapi belum menggunakan dua kaki secara bergantian.

 Dapat melompat dengan dua kaki sekaligus, tetapi masih kesulitan untuk melompat dengan satu kaki bergantian.

 Dapat menendang bola tetapi masih kesulitan untuk menangkap bola dengan jarak 1 m.

 Mampu bertepuk tangan mengikuti irama.

 Dapat melukis membentuk lengkung-lengkung dengan jari, kuas, atau krayon.

3. Bahasa

 Dapat menirukan suara benda jatuh dan suara beberapa jenis binatang.

 Dapat berbicara runtut dengan 4-5 suku kata.

 Dapat memahami dan melaksanakan 2 perintah sekaligus.  Dapat menyanyikan beberapa lagu pendek dengan lengkap. 4 Kognitif

 Mampu mengelompokkan benda yang sejenis.

 Mampu menyebutkan 4 bentuk geometri (lingkaran, segi tiga, segi empat, persegi panjang).

 Mampu membedakan ukuran besar-kecil dan panjang-pendek.  Mampu menyebutkan beberapa jenis warna khususnya warna


(5)

primer (merah, kuning dan biru). 5 Sosial-emosi

 Dapat menunjukkan ekspresi wajah sedih, senang, dan takut.  Dapat berkonsentrasi mendengarkan cerita 3-4 menit.

 Sudah bisa antri minum dan ke toilet dengan tertib.

JADWAL PENELITIAN Jadwal observasi


(6)

II. Hari/Tanggal: Selasa 18 Maret: Observasi secara umum lokasi sekolah dan suasana kelas dalam proses pembelajaran

III. Hari/Tanggal: Rabu 19 Maret: Peneliti memfokuskan observasi pada indikator 1 dan 2 dalam lembar observasi yang telah disiapkan

IV. Hari/Tanggal: Jumat 21 Maret: Peneliti melakukan observasi yang kedua dalam kegiatan bermain yang sama pada indikator 3, 4 dan 5

Jadwal wawancara: dilakukan dalam 3 tahap yakni

I. Wawancara tentang kemampuan mengenal bentuk tanggal 24 Maret 2014 II. Wawancara tentang kemampuan mengenal ukuran tanggal 27 Maret 2014 III. Wawancara tentang kemampuan mengenal warna tanggal 28 Maret 2014 Tanggal 1-2 April 2014: Mengumpulkan data dokumen

Untuk memeriksa keabsahan data, peneliti menggali informasi dari pihak kedua Hari/Tanggal: Senin 7 April 2014 : Wawancara guru kelas B1


Dokumen yang terkait

BERMAIN DAN KREATIVITAS PADA ANAK USIA DINI.

0 1 8

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL DI TK PERTIWI 02 NGARGOYOSO KARANGANYAR Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

0 2 9

UPAYA PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENGGUNTING DAN UPAYA PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENGGUNTING DAN MENEMPEL BENTUK-BENTUK GEOMETRI di TK ‘Aisyiyah II Makamhaji.

1 3 15

PENDAHULUAN UPAYA PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENGGUNTING DAN MENEMPEL BENTUK-BENTUK GEOMETRI di TK ‘Aisyiyah II Makamhaji.

0 1 7

MENANAMKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri, Ukuran dan Warna Melalui Metode Bermain Playdough pada Anak Usia Dini Kelompok A di TK Bangun Putra Tlogo,Tuntang

0 0 20

3.2. Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri, Ukuran dan Warna Melalui Metode Bermain Playdough pada Anak Usia Dini Kelompok A di TK Bangun Putra Tlogo,Tuntang

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri, Ukuran dan Warna Melalui Metode Bermain Playdough pada Anak Usia Dini Kelompok A di TK Bangun Putra Tlogo,Tuntang

0 0 19

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI, UKURAN DAN WARNA MELALUI METODE BERMAIN PLAYDOUGH PADA ANAK USIA DINI KELOMPOK A DI TK BANGUN PUTRA TLOGO,TUNTANG SKRIPSI

0 4 15

DESKRIPSI MATA KULIAH PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

0 0 26