PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFDAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLA VOLI DAN SIKAP SOSIAL.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN BOLA VOLI DAN SIKAP SOSIAL

(Studi Eksperimen Pada Siswa MAN Palabuhanratu)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Olahraga

LISYA ANGGRAENI 1007341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial Siswa” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya tulis saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, 12 Agustus 2013 Yang membuat pernyataan


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd. NIP : 19530111 198003 1 002

Pembimbing II

Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd. NIP : 19650909 199102 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana UPI

Prof. Dr. H. Adang Suherman , M.A NIP : 19630618 198803 1 002


(4)

ABSTRAK

Lisya Anggraeni (2013): “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial Siswa”. Tesis,

Bandung. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Pembimbing: (1) Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd., (2) Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd.

Penelitian ini terinspirasi oleh rendahnya hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa. Hal ini diduga disebabkan oleh pola pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya dan terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal itu, penulis meneliti mengenai perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap hasil belajar keetrampilan bola voli dan sikap sosial siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain

nonequivalent pretest posttest group desain. Penelitian dilaksanakan di MAN

Palabuhanratu, subjek penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling terdiri atas 2 kelas yaitu kelas XI IPS 1 (20 siswa) sebagai kelas yang menggunakan model pembealajaran kooperatif dan kelas XI IPS 2 (20 siswa) sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes keterampilan bola voli dan sikap sosial. Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa dari 40 butir soal terdapat 30 soal valid dengan reliabilitas 0,85. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product and

Service Solition versi 17.0 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan uji paired sample t-test.

Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil post-test keterampilan bola voli dan sikap sosial kelompok kooperatif dan kelompok ekspositori, terdapat perbedaan pengaruh yang positif. Kemudian didapatkan hasil, bahwa untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif lebih baik dari pada hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

Penelitian ini merekomendasikan: (1) untuk mengembangkan sikap sosial siswa, guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan pada kelas heterogen, dan (2) untuk mencapai hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli yang maksimal, guru penjas dapat memilih model pembelajaran yang efektif, mampu menggunakan fasilitas, dan waktu yang sangat terbatas serta mampu memotivasi siswa yang kurang berbakat.


(5)

Lisya Anggraeni,2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….

KATA PENGANTAR ………

UCAPA TERIMAKASIH ………..

DAFTAR ISI ………..

DAFTAR TABEL ………..

DAFTAR GAMBAR ……….

DAFTAR LAMPIRAN ………..

I ii iii v vii viii ix

BAB I PENDAHULUAN………..

A. Latar Belakang Masalah ……….

1 1 B. Identifikasi Variabel dan Perumusan Masalah ………...

1. Identifikasi Variabel ………...………

2. Perumusan Masalah ………..……….

11 11 12

C. Tujuan Penelitian ……….…...

D. Manfaat Penelitian ……….….

1. Manfaat Secara Teoritis ………...……...

2. Manfaat Secara Praktis ………...………

12 13 13 13

E. Definisi Istilah ………... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……….... 15

A. Hakikat Pendidikan Jasmani ………...……… 15

B. Model Pembelajaran Kooperatif ………... 20

C. Model Pembelajaran Ekspositori ……….... 31

D. Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli ……… 1. Belajar dan Mengajar ………. 2. Keterampilan Hasil Belajar Bola Voli ……….……….. 3. Permainan Bola Voli ……….. 33 33 35 38 E. Pembentukan Sikap Sosial ………...…. 41

1. Sikap Sosial ……….………...… 47

2. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial ………... 49

3. Teori Disonansi Kognitif Festinger ……… 64

F. Hasil Penelitian Yang Relevan ……….... G. Asumsi ………. 54 56 H. Hipotesis Penelitian ………. 58

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ………..………. A. Metode Penelitian ………... 60 60 B. Desain Penelitian ……… 61


(6)

Lisya Anggraeni,2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola

C. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 62

1. Populasi Penelitian ………... 62

2. Sampel Penelitian ………...… 62

D. Instrumen dan Variabel Penelitian ……….…. 63

1. Intrumen Penelitian ………...…….…...………….… 63

2. Variabel Penelitian ………...……….. 71

E. Teknik Pengumpulan Data………...……….. F. Analisis dan Pengolahan Data ……… 74 76 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………..……… A. Hasil Penelitian ……….. 78 78 1.Gambaran Umum Hasil Penelitian ………...………. 78

2.Analisis Data Hasil Penelitian ………..………. 80

B. Pembahasan………...………..………... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...………..

A. Kesimpulan ……….

B. Saran ………...

Daftar Pustaka ………

102 102 102 105


(7)

Lisya Anggraeni,2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif ……… 21

3.1. Tugas Pembantu Pengumpulan Data Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli ……….…… 64

3.2. Formulir Tes Keterampilan Bola Voli ……….….. 65

3.3. Kisi-kisi Instrumen Sikap Sosial Siswa ……….…… 67

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ……….…… 69

3.5. Hasil Uji Reliabilitas ………….………...…… 70

3.6. Rancangan Program Penelitian ……….….… 74

4.1. Deskripsi Data Pretest dan Posttest Tes Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial ……….………... 79

4.2. Hasil Uji Normalitas Pretest Tes Keterampilan Bola Voli ……….…... 81

4.3. Hasil Uji Normalitas Pretest Sikap Sosial ……….……. 81

4.4. Hasil Uji Normalitas Posttest Tes Keterampilan Bola Voli …….…….. 82

4.5. Hasil Uji Normalitas Posttest Sikap Sosial ……….……... 83

4.6. Hasil Uji Homogenitas Pretest Keterampilan Bola Voli Antara Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ………… 84

4.7. Hasil Uji Homogenitas Pretest Sikap Sosial Antara Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ………. 84

4.8. Hasil Uji Homogenitas Posttest Keterampilan Bola Voli Antara Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ………… 85

4.9. Hasil Uji Homogenitas Posttet Sikap Sosial Antara Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ………. 86

4.10. Data uji-t Pretest dan Posttest Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial Siswa ……… 87

4.11. 4.12. Data uji-t Pretest dan Posttest Pengaruh Model Pembelajaran Ekspositori terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial Siswa ……… Data uji-t Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial Siswa ……….……. 88 90 4.13 Sikap sosial yang terukur dan sukar terukur ……….. 92


(8)

Lisya Anggraeni,2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 3.1. Desain Penelitian Pretest Posttest Nonequivalent Group Desain ….… 61 3.2. Pelaksanaan Tes Keterampilan Bola Voli ………. 65


(9)

Lisya Anggraeni,2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli (pretest koopeatif)... 109

2. Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli (posttest koopeatif)... 110

3. Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli (pretestekspositori)... 111

4. Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli (posttestekspositori)... 112

5. Skor Sikap Sosial (Pretest Kooperatif) ... 113

6. Skor Sikap Sosial (Posttest Kooperatif) ... 114

7. Skor Sikap Sosial (Pretest Ekspositori) ... 115

8. Skor Sikap Sosial (Posttest Ekspositori) ... 116

9. Deskripsi Skor Pretest dan Posttest Hasil Penelitian ... 117

10. Hasil Uji Normalitas Belajar Keterampilan Bola Voli (pretest) ... 118

11. Hasil Uji Normalitas Belajar Keterampilan Bola Voli (posttest) ... 119

12. Hasil Uji Normalitas Sikap Sosial (Pretest) ... 120

13. Hasil Uji Normalitas Sikap Sosial (Posttest) ... 121

14. Uji Homogenitas ... 122

15. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dengan Model Pembelajaran Kooperatif ... 123

16. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 124

17. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Sikap Sosial dengan Model Pembelajaran Kooperatif ... 125

18. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Sikap Sosial dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 126

19. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ... 127

20. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Sikap Sosial Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ... 128

21. Tes Keterampilan Bermain Bola Voli ... 129

22. Tabel Norma Penggolongan Keterampilan Bermain Bola Voli Atas Dasar Keterampilannya ... 130

23. Formulir Tes Keterampilan Teknik Dasar Bola Voli ... 131

24. Panduan Pembelajaran Sikap Sosial Melalui Permainan Menyerupai Bola Voli ... 132

25. Desain Program Penelitian ... 136


(10)

Lisya Anggraeni,2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola

27. Angket Sampel Sikap Sosial ... 160 28. Surat Keterangan Penelitian ... 164 29. Surat Keputusan Penulisan Tesis ... 165 30.

31.

Dokumentasi Penelitian ...

Riwayat Hidup ………

167 170


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga di sekolah dipandang sebagai alat pendidikan yang mempunyai peran penting terhadap pencapaian tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Olahraga sebagai alat pendidikan, bersamaan dengan makna pendidikan jasmani dan merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan baik di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Husdarta (2009: 3) menyatakan:

“Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan

yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional.” Sedangkan Adang Suherman, (2000: 23) menyatakan: “Tujuan umum dari pendidikan jasmani diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4)

perkembangan sosial.” Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang

perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa, merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang serta keterampilan gerak siswa. Pentingnya peranan pendidikan jasmani di sekolah maka harus diajarkan secara baik dan benar. Pendidikan jasmani seperti arti kata dasarnya adalah pendidikan yang memanfaatkan jasmani. Wujud aktivitas jasmani dimanfaatkan untuk memerankan tujuan pendidikan aktivitas jasmani, yang kemudian tercermin menjadi gerak berkembang menjadi pendidikan gerak.

Berbagai bentuk dan corak gerakan yang diperoleh anak merupakan dasar dalam memasuki tahap-tahap perkembangannya, baik perkembangan yang berhubungan dengan pengetahuan, nilai dan sikap maupun keterampilan gerak itu sendiri (kognitif, afektif dan psikomotor). Pedoman dasar dalam praktik pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah adalah kurikulum yang memiliki ruang lingkup untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas, disiplin, kerjasama dan hidup sehat. Dalam hal ini sebagaimana yang dikemukakan Gafur yang dikutip oleh Lutan dan Cholik (1997: 14) yaitu:


(12)

Pembelajaran olahraga adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan, dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Sehubungan dengan hal itu, agar pengelolaan proses pembelajaran menyenangkan, menyeluruh dan persuasif serta dapat meningkatkan kreativitas dan prakarsa yang baik dari anak didik, maka menurut Taruh (2001: 16-17) guru dapat menerapkan sistem pembelajaran yang berpijak pada empat pilar, yaitu:

(1) learning to know (belajar mengetahui): rasa ingin tahu, memahami, memikirkan dan menalarkan, (2) learning to do (belajar berbuat): berlatih, praktek, mencari pengalaman dan bekerja sambil belajar, (3) learning to be (belajar menjadi seseorang): berbuat sendiri, berinisiatif sendiri, merencanakan sendiri, bertanggung jawab sendiri, berpikir dan bernalar sendiri, dan memecahkan masalah sendiri, dan (4) learning to live together (belajar hidup bersama): belajar dalam kelompok, menyatukan pendapat yang berbeda-beda, toleransi, dan berorganisasi

Proses pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani secara eksplisit ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan model pembelajaran untuk mencapai hasil yang diinginkan. Guru pendidikan jasmani sebagai sentral dalam proses pembelajaran tentunya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya mengefektifkan pembelajaran pendidikan jasmani. Mengingat betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses pembelajaran, maka sewajarnya setiap guru pendidikan jasmani harus mengetahui, memahami dan menghayati seluk beluk pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif dan mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan tujuan pendidikan jasmani bersifat menyeluruh, dan untuk mencapai tujuan tersebut guru harus memberikan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa.


(13)

Model mengajar itu sendiri merupakan suatu pola atau langkah-langkah yang akan ditempuh dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru untuk siswa, yang dipilih sesuai dengan tujuan belajar yang akan dilakukan. Menurut Gunter et. al., (1990: 40) bahwa : “An instructional model is a step by a step procedure that leads to specific learning outcomes. The best models have been used extensively and have been found to be effective in achieving objectives of instruction.” Lebih lanjut menurut Gunter et. al., (1990: 40) bahwa ciri-ciri suatu model pembelajaran yang efektif adalah :

1. They allow students to become active participants in learning process. 2. They take students through specific steps.

3. They reflect research about thinking, learning, and behavior.

Ciri-ciri model pembelajaran yang baik adalah siswa aktif belajar dalam proses belajar mengajar, siswa mengikuti setiap langkah dalam proses belajar dengan baik, dan melibatkan pikiran, belajar dan perilaku geraknya.

Hasil penelitian yang dilakukan Gunter et. al., (1990: 12) paling sedikit ada 8 model pembelajaran, di antaranya adalah: model pembelajaran langsung /ekspositori, model pembelajaran konsep, model pengembangan konsep, model pembelajaran inkuiri, model diskusi kelas, model kerja kelompok/kooperatif, model mengembangkan memori siswa, model resolusi konflik, dan model lainnya. Namun dalam pendidikan jasmani dan olahraga model belajar langsung dan praktik yang sering digunakan oleh guru atau pelatih.

Berdasarkan kutipan Gunter tersebut, penulis mencoba mengangkat dua model pembelajaran yang sedang berkembang pelaksanaannya di dunia pendidikan meskipun belum sepenuhnya mendapat perhatian guru, khususnya guru pendidikan jasmani dan olahraga di Madrasah Aliyah yakni: “model pembelajaran kooperatif dan ekspositori: Kedua model ini kurang tersentuh dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di MAN Palabuhanratu.

Mengenai model pembelajaran kooperatif, Metzler (2000: 221) mengartikan sebagai berikut:


(14)

It is a set of teaching strategies that key attributes, the most important being the grouping of students into learning teams for set amounts of time or assigments, with the expectation that all students will contribute to the learning process and autcomes. The word team takes on the same meaning as it does in sport-all members work to achieve a common goal.

Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan seperangkat strategi mengajar yang ditandai dengan pengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok belajar dalam waktu atau tugas-tugas tertentu, dengan harapan semua siswa berperan baik dalam proses maupun hasil belajarnya. Semua anggota bekerja untuk mencapai tujuan yang sama. Pembelajaran kooperatif bukan hanya belajar secara kelompok, melainkan belajar untuk memupuk pembentukan kelompok kerja dengan lingkungan positif yang dapat memacu semangat siswa untuk saling membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi (Nur dan Wikandari, 1999: 6).

Salah satu penelitian dari Polvi dan Telama (Jurnal, 2000) mengenai pengaruh dari model pembelajaran kooperatif pada perkembangan perilaku sosial. Menyimpulkan bahwa kelompok yang diberikan perlakuan melalui model pembelajaran kooperatif kurang termotivasi untuk membantu dan memberikan dukungan fisik dan psikologis, khususnya terhadap perkembangan perilaku sosial siswa. Karena bekerja dengan orang yang sama sepanjang waktu tidak mengembangkan sikap sosial siswa. Studi ini menunjukkan bahwa, model pembelajaran kooperatif baik digunakan untuk membantu mengembangkan perilaku khususnya di sekolah, jika anak diberi kesempatan untuk mempraktikkannya dengan beberapa anak yang lain.

Sedangkan model pembelajaran ekspositori adalah salah satu model pembelajaran yang paling banyak pemakaiannya. Hampir seluruh guru menggunakan model ini untuk mengajarkan semua topik, karena dalam model ini guru sebagai pembimbing program pembelajaran yang telah dipilih. Penyajian pengajaran dalam model ini dilakukan guru dengan cara penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa, dimulai dengan memberikan informasi atau ceramah dalam menerangkan suatu konsep atau topik, mendemonstrasikan pola aturan tentang konsep atau topik tersebut. Selanjutnya


(15)

guru menjelaskan kembali apabila ada siswa yang belum mengerti serta memberikan contoh penggunaan konsep tersebut sekaligus memberikan soal-soal atau tugas-tugas yang serupa kepada siswa untuk dikerjakan atau dilakukan di tempat masing-masing. Kegiatan terakhir siswa menyusun kembali materi yang telah diterangkan dan biasanya disertai dengan soal-soal pekerjaan rumah (Djamawah dan Zin, 1996:110; Amrina, 1996: 26).

Selain itu menurut Sunaryo (1989: 91) pembelajaran ekspositori salah satu pembelajaran yang sangat efektif.

Model pembelajaran ekspositori yang pelaksanaannya didominasi oleh guru, tekanan utama terletak pada guru menjelaskan atau memberikan informasi melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab, dengan maksud agar penyajian informasi kepada siswa berlangsung secepatnya dan seefektif mungkin.

Model pembelajaran ekspositori ini dapat terlaksana dengan baik dan efektif apabila pesan yang akan disampaikan itu bersifat pemberian informasi. Dengan demikian model pembelajaran ekspositori dalam pendidikan jasmani secara menyeluruh dengan bentuk-bentuk kegiatan yang diberikan oleh guru akan secepatnya dimengerti dan dikuasai oleh siswa, akibatnya siswa dapat berpartisipasi secara aktif, senang dan bergairah mengikuti proses pembelajaran.

Berkaitan dengan kedua model pembelajaran tersebut, lalu dengan adanya pembelajaran cabang olahraga bola voli di sekolah yang pada dasarnya adalah bentuk tim/kelompok, maka akan lebih menuntut siswa untuk bekerja sama dalam mempersiapkan timnya sebaik mungkin, mengingat keberhasilan dalam belajarnya tidak hanya diukur dan ditentukan dengan kemampuan individu saja, tetapi kemampuan kelompok juga turut diperhitungkan.

Dalam permainan bola voli, siswa di sekolah diajarkan keterampilan bermain bola voli, yang terdiri dari servis, pasing, spike dan block. Hal tersebut memerlukan model pembelajaran yang tepat dan konsentrasi yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif lama. Oleh karena itu peranan guru dituntut untuk menerapkan model pembelajaran yang efektif sehingga tujuan dari pembelajaran secara keseluruhan dapat tercapai.


(16)

Berdasarkan pengamatan penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa pembelajaran permainan bolavoli di sekolah, guru pendidikan jasmani dan olahraga cenderung masih menggunakan model pembelajaran yang sifatnya tradisional yaitu dengan kebiasaan mengajar yang lama sudah turun temurun digunakan dan tidak mengutamakan pada prinsip karakteristik siswa, sehingga kurang efektif terhadap pengembangan dan peningkatan keterampilan gerak serta sikap sosial siswa, baik dari segi tanggung jawabnya sebagai siswa maupun kerjasama diantara siswa dan unsur-unsur sekolah lainnya. Dalam proses pembelajaran ini guru biasanya lebih menekankan kepada teknik keterampilan siswa dalam permainan bola voli daripada nilai-nilai yang terkandung dalam permainan bola voli tersebut. Sehingga hasil belajar lebih tekankan pada aspek psikomotornya saja daripada aspek kognitif, khususnya aspek afektif.

Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan konteks pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, ada kecenderungan yang lebih diarahkan pada pencapaian tujuan yang bersifat perkembangan fisik dan penguasaan keterampilan cabang olahraga ketimbang pencapaian tujuan yang diarahkan pada dimensi afektif, termasuk pembentukan sosial anak. Sementara ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada permasalahan multidimensional yang menyentuh berbagai tatanan kehidupan manusia. Permasalahan muncul bukan hanya berdampak pada aspek sosial dan moral, bahkan akan berdampak pada akhlak siswa. Permasalahan sosial khususnya, sudah menunjukkan gejala yang memprihatinkan. Berita-berita tentang penyimpangan sosial dalam bentuk perilaku kekerasan pemaksaaan kehendak, pengrusakan, konflik antar kelompok sering muncul baik dimedia masa maupun media elektronik. Selain itu, berbagai bentuk kemiskinan sosial juga banyak diperlihatkan, seperti miskin pengabdian, kurang disiplin dan kurang bertanggungjawab terhadap masalah sosial. Hal ini sebagai pertanda bahwa rasa Ke-bhineka Tunggal Ika-an Bangsa Indonesia yang penuh dengan persaudaraan, kepedulian, kerjasama dan tolong menolong dalam kehidupan masyarakat sudah mulai luntur.

Yang lebih memprihatinkan lagi, gejala ini sering terjadi pada dunia pendidikan yang justru diharapkan menjadi pelopor dalam menumbuhkan


(17)

kesadaran akan perbedaan untuk tetap hidup saling menghormati, saling berinteraksi dalam kehidupan sosial dengan penuh kesadaran untuk bekerja sama, saling peduli dan penuh kedamaian. Seperti terlihat pada proses pembelajaran di sekolah yang teramati penulis, banyak sikap sosial siswa yang menyimpang, seperti tidak bertanggungjawab, misalnya setelah siswa memakai bola pada saat pembelajaran penjas maupun di luar pembelajaran penjas, kebiasaan mereka adalah membiarkan bola tersebut berserakan di lapangan dan tidak mengembalikannya lagi ke tempat semula. Selain itu, pada pelaksanaan pertandingan antar kelas sering terjadi rasisme sehingga yang terjadi antar siswa adalah saling mengejek yang mengakibatkan lunturnya saling mneghargai antar teman.

Hal tersebut bisa saja akibat dari implementasi dari penggunaan model pembelajaran yang tidak dapat mengoptimalkan peranan fungsi pengajaran, bahkan dari ketiga domain kognitif, afektif dan psikomotor, perkembangan sikap sosial siswa relatif kurang mendapat perhatian. Apabila hal ini kurang diperhatikan oleh guru, maka proses perkembangan kedewasaan siswa tidak akan mencerminkan atau kurang memperhatikan perilaku yang bercirikan kerjasama dan hasrat untuk bersahabat (Abdoellah dan Manadji, 1994: 182).

Berdasarkan permasalahan tersebut, kiranya perlu merenungkan kembali mengenai fungsi pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemajuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta beratanggungjawab.

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa, hasil dari proses pendidikan yang diharapkan adalah terbentuknya sumber daya manusia yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektualnya saja, tetapi juga memliki kemampuan sosial dan moral yang tinggi. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya


(18)

memegang peranan yang sangat penting dalam upaya mempersiapkan sumber daya manusia.

Rijsdorp (Rusli Lutan, 1997: 8) dalam Gymnologi menguraikan pengalaman belajar yang bersifat mendidik antara lainnya adalah pembentukkan sosial, dengan rincian sebagai berikut: (a) mengakui dan menerima peraturan dan norma bersama; (b) belajar bekerjasama, menerima pimpinan dan sikap untuk memimpin; (c) mengembangkan pengakuan terhadap orang lain sebagai diri pribadi dan hidup bermasyarakat.

Selanjutnya dikemukakan oleh Abdoellah dan Manadji (1994: 182) tentang perkembangan sosial manusia yakni: semenjak lahir seseorang berkembang sebagai makhluk sosial dan juga sebagai satu individu yang mempunyai keinginan dan perhatian pribadi. Sementara proses menjadi dewasa berlanjut, anak memperlihatkan perilaku yang bercirikan kerjasama, hasrat untuk bersahabat atau kekeluargaan, bertanggung jawab, disiplin dan kasih sayang atau tolong menolong. Berdasarkan hal ini, maka pengalaman untuk hidup bersama tersedia banyak dalam aktivitas olahraga dan pendidikan jasmani dan melalui pengalaman nyata itu pula nilai-nilai inti untuk mewujudkan perdamaian, demokrasi, penghargaan terhadap hak azasi manusia dan wawasan berorientasi lingkungan dapat dipupuk. Adegan pergaulan yang memupuk toleransi, saling mendukung, solidaritas, tanggung jawab, berpikir kritis dan orientasi ke depan mudah dijumpai dalam olahraga dan pendidikan jasmani bila dikelola dengan baik (Rusli Lutan, 1998: 14).

Sehubungan dengan hal itu, implementasi nilai-nilai pendidikan jasmani pembinaan watak dan pembinaan moral dalam menumbuhkan suasana kerjasama, disiplin, tanggungjawab, bersahabat atau kekeluargaan, dan saling tolong menolong akan mengurangi potensi munculnya perselisihan. Oleh karena itu pendidikan sebagai wahana pembinaan kepribadian dan perkembangan sosial anak akan memberikan kontribusi yang lebih besar dan berpengaruh terhadap perubahan sikap dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian program pendidikan jasmani dapat bermanfaat sebagai alternatif untuk


(19)

menumbuhkan perkembangan sikap sosial, sebagai upaya pendidikan menyeluruh yang mencangkup perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional.

Berkaitan dengan permasalahan di atas, pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran yang terdapat di sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis dalam upaya mengembangkan kemampuan sosial dan moral siswa. Pendidikan jasmani dengan kelengkapan yang dimilikinya diharapkan mampu memberikan sumbangan yang positif terhadap pengembangan kemampuan sosial dan moral. Sebagaima dikemukakan Siedentop (1990: 253) bahwa ”The generally accepted goals of physical education are to promote physical fitness, selft esteem and cognitive and social development.” Begitu juga Rusli Lutan (1998: 1) mengemukakan bahwa ”Tujuan yang ingin dicapai bukan saja perkembangan aspek fisik tetapi juga aspek mental, sosial dan moral.” Dari kedua kutipan tersebut dengan jelas dikatakan bahwa sasaran pendidikan jasmani tidak hanya pada pengembangan aspek psikomotor saja, tetapi aspek kognitif, rasa harga diri, kepribadian, sosial dan moral siswa turut dikembangkan.

Kemampuan sikap sosial tidak akan muncul dengan sendirinya, tetapi harus diajarkan secara sengaja agar menjadi suatu kebiasaan. Seperti dikemukakan Anshel (1997; dalam Hoedaya, 2009: 30) sebagai berikut:

Kebiasaan untuk berbagi dan memikirkan orang lain dimulai sejak masa kanak-kanak; akan tetapi tidak serta merta muncul begitu saja pada seorang anak melainkan perlu diajarkan oleh orang tuanya, karena anak biasanya akan menirukan sikap gembira dan sifat menyayangi orang lain dari orang tuanya sendiri.

Berkaitan dengan pernyataan yang dikemukakan Ansel (1997; dalam Hoedaya, 2009: 30) mengemukakan juga pendapatnya bahwa:

... bukan saja orang tua, akan tetapi guru pun harus mengajarkan dan meyakinkan siswanya agar memiliki rasa kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain serta berperilaku dan bertindak yang mencerminkan perilaku kesosialan atau pro-social conduct.


(20)

Dari kedua kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa agar sikap sosial muncul dan berkembang di kalangan siswa, maka diperlukan upaya yang dilakukan secara sengaja yang diorganisir dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan diantaranya melalui proses pembelajaran.

Maka dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat menentukan mengenai bagaimana suatu pembelajaran dapat dilaksanakan. Guru harus memiliki kemampuan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat agar dapat menyatukan perbedaan dan memungkinkan berkembangnya kemampuan sikap sosial diantara para siswa sehingga tujuan pembelajaran baik yang berkenaan dengan aspek keterampilan maupun aspek moral dapat dicapai secara bersamaan.

Berdasarkan permasalahan di atas, berkaitan dengan pengembangan kemampuan sikap sosial siswa melalui model pembelajaran kooperatif dan ekspositori yang diintegrasikan ke dalam permainan bola voli, maka diperlukan pengkajian yang lebih lanjut sehingga diperoleh suatu bukti empirik di lapangan. Untuk itu, penulis merasa tergugah dan tertarik untuk meneliti seberapa besar Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial.

Dalam kaitannya dengan keterampilan dasar bola voli, model pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk mendorong siswa untuk kerjasama saling membantu satu sama lain, berdiskusi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide mereka sendiri dan strategi mereka dalam belajar, yakni mereka secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dan menentukan apa yang akan dipelajari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000: 7) yang mengemukakan bahwa “Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yakni: prestasi akademik, penerimaan terhadap keragaman atau perbedaan yang ada, dan pengembangan ketrampilan sosial.”

Sedangkan malalui pembelajaran ekspositori dimaksudkan agar siswa dapat menyusun atau merangkaikan urutan gerakan dan menghubungkannya dengan topik-topik gerakan yang telah dipelajari sebelumya. Sehingga dari kedua model


(21)

pembelajaran tersebut akan diketahui tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bola voli dan perkembangan sikap sosial siswa.

B. Identifikasi Variabel dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Variabel

Karena luasnya permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bola voli dan agar penelitian ini mempunyai arah dan tujuan yang jelas maka perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada variabel tertentu yang dapat diamati serta dapat diukur dan juga diasumsikan dapat mempengaruhi metode pengajaran dalam permainan bola voli. Karena itu penelitian yang dilakukan dapat difokuskan pada:

Model pembelajaran kooperatif berarti bersifat kerjasama. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengacu kepada metode pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil yang bervariasi kemampuannya, yakni siswa belajar bersama saling membantu dan berdiskusi bersama-sama dalam menyelesaikan suatu kegiatan belajar (Ibrahim, dkk, 2000: 17-20 ; Nur dan Mikandari, 1999: 6).

Model pembelajaran ekspositori, dalam proses belajar mengajar ekspositori berarti guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang fakta, data, atau informasi penting lainnya (Sunaryo, 1989:92; Hudojo, 1990: 123).

Sikap sosial adalah kesadaran individu dalam menentukan perbuatan yang nyata, dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi secara berulang-ulang terhadap objek sosial dalam suatu masyarakat. Sikap sosial yang dimaksud terdiri dari: (1) Disiplin; (2) Tanggung jawab; (3) Kerja sama; (4) Memberikan pertolongan; dan (5) Saling menghargai. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan sikap sosial siswa adalah sosiometri yang dibuat secara sederhana dengan skala kategorisasi.

Hasil belajar keterampilan dasar permainan bola voli dalam penelitian ini adalah terbentuknya perubahan keterampilan motorik yang baru atau terjadinya perubahan motorik yang lebih sempurna dari hal yang sebelumnya tidak menguasai keterampilan dasar servis, passing dan spike tetapi menjadi dapat


(22)

menguasai keterampilan dasar tersebut pada permainan bola voli setelah diberikan perlakuan melalui proses belajar yang sistematis dan berulang-ulang. Sedangkan tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar permainan bola voli penulis menentukan tiga jenis tes yang dibuat oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Kesehatan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang terdiri dari pasing atas/bawah, servis dan smes yang digolongkan dalam teknik-teknik keterampilan dasar permainan bola voli.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, penulis uraikan sebagai berikut.

a. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial siswa MAN?

b. Apakah terdapat pengaruh yang signifkan dari model pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial siswa MAN?

c. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial siswa MAN?

C. Tujuan Penelitian

Suatu bentuk kegiatan yang sifatnya ilmiah harus mempunyai tujuan yang jelas, apalagi dalam kegiatan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial siswa dan siswi MAN.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial siswa dan siswi MAN.


(23)

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial siswa dan siswi MAN.

D. Manfaat Penelitian

Setelah selesai penelitian ini, hasil yang diperoleh nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, sehingga:

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu pendidikan khususnya pendidikan jasmani dalam program pengajaran sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian pendidikan yang akan datang.

b. Memberikan informasi dan khasnah ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah terutama dalam bidang pedagogi olahraga.

c. Untuk mengembangkan keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa melalui model pembelajaran kooperatif dan ekspositori dalam pendidikan jasmani di sekolah tingkat SMA/MA.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Pendidikan Jasmani

Dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan diri dan profesinya sehingga kepercayaan kepada guru pendidikan jasmani menjadi lebih baik.

b. Bagi Lembaga Pendidikan (Departemen Agama Kabupaten Sukabumi)

Dapat dijadikan pedoman untuk merencanakan dan mengembangkan sumberdaya guru pendidikan jasmani. Pengembangan guru pendidikan jasmani diarahkan pada pengembangan kecerdasan emosional yang menuju pada perubahan kepribadian yang positif.

c. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman sebagai peneliti, serta menambah pengalaman dalam mengenali dan berinteraksi dengan orang lain.


(24)

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan cakupan yang lebih luas dan lebih mendalam.

E. Definisi Istilah

1. Kooperatif berarti bersifat kerjasama. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengacu kepada metode pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil yang bervariasi kemampuannya, yakni siswa belajar bersama saling membantu dan berdiskusi bersama-sama dalam menyelesaikan suatu kegiatan belajar (Ibrahim, dkk, 2000: 17-20 ; Nur dan Mikandari, 1999: 6).

2. Kata ekspositori berasal dari kata “eksposisi” yang berarti mempertotonkan,

memberikan penjelasan. Dalam proses belajar mengajar, ekspositori berarti guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang fakta, data, atau informasi penting lainnya (Sunaryo, 1989: 92; Hudojo, 1990: 123).

3. Permainan bola voli harus dilakukan dengan dipantulkan. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Dari masing-masing tim dapat memantulkan bola sebanyak-banyaknya tiga kali dan setelah itu bola harus diseberangkan melewati net ke daerah permainan lawan (A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, dan Imam Sadikun, 1992: 86).

4. Sikap sosial adalah kesadaran individu dalam menentukan perbuatan yang nyata, dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi secara berulang-ulang terhadap objek sosial dalam suatu masyarakat. Sikap tersebut adalah sikap terhadap suatu objek tertentu yang juga merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut (Ahmadi, 1999: 163; Gerungan, 1996: 64).


(25)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN A.Metode Penelitian

Metode dalam sebuah penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan sebuah penelitian atau riset. Metode atau cara dalam sebuah penelitian sangat penting, agar penelitian yang dilakukan dapat memperoleh hasil berupa jawaban penelitian. Penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan.

Mengenai penelitian eksperimen ini Sugiyono (2009: 108) membaginya ke dalam empat jenis yaitu “Pre-experimental Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.” Adapun penelitian

eksperimen yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Quasi

Experiment. Mengenai Quasi Experiment selanjutnya Sugiyono (2009: 114)

menjelaskan bahwa, “Quasi experimental design, digunakan karena pada

kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.” Demikian halnya dengan penelitian yang akan penulis lakukan.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa MAN Palabuhanratu. Untuk itu diperlukan data berupa skor yang menunjukkan taraf hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap perubahan hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa maka dilakukan tes keterampilan bola voli dan tes angket sikap sosial. Adapun tes tersebut, adalah tes awal untuk mengetahui hasil permulaan tes dua kelompok dan tes akhir untuk mengetahui hasilnya setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dan ekspositori pada kelas yang berbeda. Apabila pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dan ekspositori berpengaruh


(26)

terhadap hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa, maka jelas dapat dikatakan bahwa skor perolehan itu diakibatkan oleh perlakuan kedua model pembelajaran tersebut. Prosedur ini digunakan dengan alasan bahwa hasil belajar kedua model pembelajaran dapat diobservasi dan dianalisis berdasarkan kemampuan yang dianggap melekat sesudah memperoleh perlakuan.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksankan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sudjana (1992: 7) menjelaskan sebagai berikut: Desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul teridentifikasikan) sedemikian rupa sehingga informasi yang berhubungan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan.

Desain penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah satu faktor dalam penelitian. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Quasi

Experiment. Bentuk desain Quasi experiment yang digunakan adalah Pretest Posttest Nonequivalent Control Group Design. Adapun rancangan desainnya

dapat dilihat di Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Desain Penelitian Pretest Posttest Nonequivalent Group Design (Darmadi, 2013: 223)

Keterangan:

X1 = treatment yang diberikan kepada sampel dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif

X2 = treatment yang diberikan kepada sampel dengan menggunakan model

pembelajaran ekspositori

Intact Classes Pretest Treatment Posttest

(Experiment Variable) (Dependent Variable) G1 Classes 1 O1 Approach1 (X1) O2


(27)

O1 = pre-test keterampilan bola voli dan pengisian angket sikap sosial yang

diberikan pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif.

O2 = post-test keterampilan bola voli dan pengisian angket sikap sosial yang

diberikan pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif.

O3 = pre-test keterampilan bola voli dan pengisian angket sikap sosial yang

diberikan pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

O4 = post-test keterampilan bola voli dan pengisian angket sikap sosial yang

diberikan pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

C.Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas atau karaktristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009: 117). Ditegaskan oleh Sugiyono (2012: 119): “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karekateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dak kemudian ditarik kesimpulannya.” Jadi populasi yang dimaksud bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa dan siswi kelas XI MAN Palabuhanratu yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI Agama yang keseluruhannya berjumlah 133 orang.

Subjek yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPS 1 dan siswa/i kelas XI IPS 2. Kelas XI IPS 1 untuk kelompok model pembelajaran kooperatif dan kelas XI IPS 2 untuk kelompok model pembelajaran ekspositori, dengan memiliki kriteria:

1. Berdasarkan pengamatan, keterampilan bola voli dan sikap sosial yang dimiliki oleh siswa/i MAN Palabuhanratu kelas XI kurang sesuai dengan kriteria penilaian guru khususnya mengenai penilaian afektif.


(28)

2. Peralatan olahraga yang tersedia sangat terbatas, sehingga untuk mencapai keterampilan maksimal siswa guru harus menetukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah MAN Palabuhanratu.

D.Instrumen dan Variabel Penelitian 1. Instrumen Penelitian

a. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bentuk, yakni: instrumen bentuk tes untuk hasil belajar keterampilan bola voli yang terdiri dari teknik passing bawah/atas, smes dan servis bawah serta instrumen berbentuk skala untuk sikap sosial siswa yang terdiri dari disiplin, tanggung jawab, kerja sama, memberikan pertolongan dan saling menghargai.

Penilaian berskala untuk penguasaan keterampilan teknik dasar bola voli dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1)Proses keterampilan teknik dasar bola voli

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa untuk memperoleh data hasil belajar keterampilan bola voli digunakan tes keterampilan bola voli yang dibuat oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tes ini terdiri dari tigas jenis, yaitu: (1) Passing atas dan passing bawah; (2) servis bawah; dan (3) smes yang digolongkan dalam teknik-teknik keterampilan dasar permainan bola voli. Diperuntukkan bagi mereka yang berumur 13 tahun ke atas, putra dan putri. Tujuan tes ini adalah untuk: (1) mengukur kecakapan dan keterampilan seseorang dalam bermain bola voli; (2) memberikan dasar penilaian; (3) menetapkan urutan (ranking) dan pengelompokkan dalam seleksi; dan (4) mencari bakat (talent scouting) (Depdikbud, 1977: 1). Tes ini telah diuji reliabiitas dan validitasnya. Perhitungan statistik dari pengujian menunjukkan nilai reliabilitas 0.94 dan validitas 0,84.

Sebelum tes dilakukan maka peneliti terlebih dahulu mempersiapkan alat-alat pengumpul data, lapangan tempat tes dan tenaga pembantu pelaksana tes.


(29)

Alat-alat pengumpul data yang dipersiapkan seperti: (1) format atau blanko tes yang dapat menampung data pribadi siswa; (2) lapangan yang digunakan untuk melakukan tes; (3) stopwatch dan meteran; (4) bola voli yang biasa digunakan oleh Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) sebanyak 12 buah; (5) alat tulis; dan (6) tali rafiah secukupnya.

b) Penyiapan tenaga Pembantu

Setelah mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, maka langkah-langkah selanjutnya tenaga pembantu. Sebelum tenaga pembantu ditetapkan tugasnya, terlebih dahulu diberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk sesuai dengan ketentuan pelaksanaan tes. Untuk lebih jelasnya pembagian tugas tenaga pembantu dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Tugas Pembantu Pengumpulan Data Penguasaan Keterampilan Dasar Bola Voli

Pembantu (P) Jenis Tes Tugas

P1 P2 P3 P4 P5 P6

Passing atas/bawah Servis

Smes

Pengawas Timer Penghitung Pencatat Pengumpan Pengumpul bola

Untuk kelancaran dan tertibnya jalan pelaksanaan tes, maka perlu diadakan suatu langkah kerja yang diperhitungkan dengan waktu pelaksanaan tes. Langkah kerja yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2

Pelaksanaan Tes Keterampilan Dasar Bola Voli Keterangan:

1. Tempat membagi dan mengumpulkan kembali formulir 2. Tempat menunggu giliran

3. Lapangan tes passing, servis, dan smes.


(30)

Angka dalam Gambar 3.2 menunjukkan pos yang harus dilalui oleh setiap subjek yang akan melakukan tes sesuai dengan petunjuk arah anak panah pada gambar. Setelah subjek menerima formulis tes, lalu menuju ke pos dua untuk menunggu giliran tes pada pos tiga. Setelah melakukan tes kemudian menyerahkan formulir yang sudah berisi hasil tes ke pos satu. Data hasil tes keterampilan bola voli diperoleh subjek setelah melakukan tes umpan, servis, dan smes. Sebelum pelaksanaan tes penelitian terlebih dahulu diadakan tes awal keterampilan dasar bola voli untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam permainan bola voli. Setelah 12 kali perlakuan, kemudian diadakan tes akhir keterampilan dasar bola voli untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa dalam hasil belajar keterampilan dasar bola voli.

Data yang terkumpul merupakan data dalam bentuk angka-angka melalui ketiga item tes di atas, kemudian dimasukkan dalam norma dan selanjutnya dimasukkan ke dalam T skor. Setelah dicari T skornya, maka nilai-nilai inilah yang dijadikan sebagai nilai atau penguasaan siswa tentang keterampilan dasar permainan bola voli.

2)Penyusunan Format Pengamatan

Pengisian format pengamatan komponen hasil belajar keterampilan bola voli dilakukan dengan cara mengisi tabel berupa nilai yang diperoleh siswa. Komponen yang di observasi terdiri dari: (1) Passing atas dan passing bawah; (2) servis bawah; dan (3) smes yang digolongkan dalam teknik-teknik keterampilan dasar permainan bola voli.

Tabel 3.2

Formulir Tes Keterampilan Dasar Bola Voli

(Sumber: Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Depdikbud)

TES Servis Umpan Smes

Sasaran Perkalian Nilai Sasaran Nilai Sasaran Detik Nilai

I II III IV V VI

Jumlah nilai 4 kali yang terbaik Jumlah nilai 4 kali


(31)

3)Instrumen sikap sosial

Alat ukur atau instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Bentuk alat ukur yang digunakan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. Mengenai instrumen ini, Sugiyono (2012: 147) menerangkan sebagai berikut:

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (1997: 138) menggolongkannya atas dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.

Komponen sikap sosial diadaptasi dari Abdoellah dan Manadji (1994: 17), maka di dalam rincian pengembangan instrumen dimasukkan 5 (lima) komponen objek sikap sosial, yaitu: (1) disiplin, (2) tanggung jawab, (3) kerjasama, (4) memberikan pertolongan, dan (5) saling menghargai. Komponen-komponen ini dikembangkan lebih lanjut berdasarkan pengembangan pembentukan sikap sosial dalam pengalaman belajar yang dipaparkan oleh Rusli Lutan (1997: 3). Dalam hal ini sampel diberikan serangkaian pernyataan tentang sikap sosial yang disajikan dalam bentuk angket.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, penulis merumuskan sebagai berikut:

a) Membuat dan menyusun kisi-kisi angket sikap sosial.

b) Membuat dan menyusun skala penilaian dari angket sikap sosial. Penulis menyusun angket sebanyak 40 butir pernyataan. Setiap nomor soal pada setiap


(32)

komponen di random atau diacak untuk mencegah terjadinya bias dalam pengumpulan data.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis jabarkan mengenai kisi-kisi angket sikap sosial pada Tabel 3.3

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Sikap Sosial Siswa

Variabel Komponen Sub Komponen No. Soal

Sikap Sosial A. Disiplin 1. Tunduk pada keputusan 2. Teratur

3. Tertib 4. Taat

1 (+) & 7 (-) 3 (-) & 8 (+) 5 (+) & 5 (-) 2 (+) & 9(-) B. Kerjasama 1. Partisipasi

2. Kolaborasi 3. Gotong royong 4. Loyalitas

4 (-) & 10 (+) 6 (+) & 14 (-) 12 (+) & 16 (-) 15 (+) & 20 (-) C. Tanggung jawab 1. Menaggung resiko

2. Sadar kewajiban 3. Berani berkorban 4. Konsekuensi dijalankan

13 (+) & 24 (-) 21 (-) & 27 (+) 17 (+) & 22 (-) 26 (+) & 31 (-) D. Memberikan

pertolongan

1. Solidaritas

2. Membantu orang lain 3. Peduli orang lain 4. Berjasa/memberi jasa

18 (-) & 32 (+) 28 (+) & 33 (-) 19 (+) & 36 (-) 23 (-) & 37 (+) E. Saling

menghargai

1. Toleransi 2. Menghormati 3. Sopan santun 4. Simpati

25 (-) & 35 (+) 29 (+) & 38 (-) 34 (-) & 40 (+) 30 (+) & 39 (-)

b.Uji Coba Instrumen

Sebuah instrumen dapat digunakan dalam sebuah penelitian apabila instrumen tersebut sudah valid dan dapat mengukur apa yang akan diukur dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang dibuat dengan cara diuji coba. Uji coba dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013 kepada siswa/i SMA N Cikakak, sekolah tersebut diambil karena memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan sampel penelitian. Uji coba diberikan pada 30 orang responden.

Setelah pelaksanaan uji coba angket, selanjutnya penulis menentukan tingkat validitas dan reliabilitas terhadap setiap butir soal pernyataan dari responden.


(33)

Mengenai validitas ini Sugiyono (2012: 168), menjelaskan “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.”

American Psychological Association, 1985 (Baumgartner dan Jackson. 1975:

140) menunjukkan bahwa: validitas merupakan hal yang penting dalam pengukuran. Tes atau alat ukur dikatakan valid jika dilakukan dengan langkah-langkah yang seharusnya dalam pengukuran.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menentukan validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis dan memilih angket dari kemungkinan adanya butir soal yang tidak dijawab oleh responden.

2) Memberikan skor pada masing-masing pernyataan setiap responden.

3) Memasukkan data yang diperoleh pada program komputer Microsoft Excel. 4) Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan Statistical Product and

Service Solution (SPSS) seri 17.

Pengujian validitas setiap butir soal digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment, yaitu mengkorelasikan antara skor tiap butir dengan skor total.

Berdasarkan analisis validitas instrumen dari setiap butir penelitian yang berjumlah 40 pernyataan, diperoleh 30 butir soal yang valid yang dapat mewakili. Setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan dosen ahli maka angket tersebut dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

Berikut ini penulis uraikan mengenai hasil uji validitas instrumen sikap sosial yang dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product and Service

Solution (SPSS) seri 17. Sedangkan untuk hasil uji coba angket secara rinci,


(34)

Tabel 3.4

Hasil Uji validitas Instrumen No.

Item r hitung

Valid/Tidak Valid

No.

Item r hitung Valid/Tidak Valid

1 0,391 Valid 21 0,509 Valid

2 0,317 Valid 22 0,595 Valid

3 0,464 Valid 23 0,578 Valid

4 0,446 Valid 24 0,518 Valid

5 0,141 Tidak Valid 25 0,423 Valid

6 0,276 Tidak Valid 26 0,553 Valid

7 0,325 Valid 27 0,153 Tidak Valid

8 0,142 Tidak Valid 28 0,224 Tidak Valid

9 0,385 Valid 29 0,340 Valid

10 0,432 Valid 30 0,228 Tidak Valid

11 0,479 Valid 31 0,341 Valid

12 0,309 Valid 32 0,611 Valid

13 0,428 Valid 33 0,414 Valid

14 0,568 Valid 34 0,560 Valid

15 0,531 Valid 35 0,226 Tidak Valid

16 0,360 Valid 36 0,311 Valid

17 0,337 Valid 37 0,331 Valid

18 0,124 Tidak Valid 38 0,545 Valid

19 -0,333 Tidak Valid 39 0,380 Valid

20 0,131 Tidak Valid 40 0,311 Valid

Hasil analisis uji validitas instrumen angket sacara lengkap penulis sajikan pada bagian lampiran.

Selanjutnya item tes yang valid tersebut diuji tingkat reliabilitasnya. Uji reliabailitas dilakukan dengan teknik belah dua (Split half), yaitu membagi item soal yang valid dalam dua kelompok ganjil dan genap. Selanjutnya skor total kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya.

Adapun hasil uji reliabilitas pada uji coba instrumen yang ke-1 diperoleh

reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha 0,85 yang terdiri atas 30 item soal.

Berdasarkan kriteria keputusan bahwa Cronbach Alpha > 0,6 maka instrumen dinyatakan reliabel. Berikut adalah hasil uji coba reliabilitas ke-1 dengan analisis data SPSS Serie-17.


(35)

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas ke 1

Croanbach’s Alpha n of Item

0,85 28

Jika reliabilitas nilai Cronbach’s Alpha semakin mendekati angka 1, maka instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka instrumen yang diujicobakan layak untuk digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian layak digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur. Selanjutnya butir valid tersebut akan digunakan sebagai tes yang akan penulis teliti kepada sampel yang sebenarnya yaitu sebanyak 30 butir soal.

2. Variabel Penelitian

Penelitian ini secara operasional menggunakan dua variabel bebas (model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran ekspositori) serta dua varaibel terikat (hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial). Agar lebih jelas, hubungan variabel yang terlibat dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.3

Hubungan Variabel dalam Penelitian

Hubungan variabel tersebut merupakan hubungan sebab akibat dari variabel bebas dan variabel terikat yang menjadi fokus pengamatan selama penelitian berlangsung. Di samping itu terdapat faktor-faktor lain yang terlibat dan diduga mempengaruhi hasil penelitian, yakni validitas internal dan validitas eksternal. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal dan validitas eksternal. Hal tersebut dipaparkan oleh Hyllegard dkk (1996: 135) bahwa:

Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran ekspositori

Hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli


(36)

Careful selection and measurement of the independent and dependent variables does not guarantee a good experiment. Issues related to the validity of the overall experiment are important. Experimental validity issues are broadly classified into internal and external validity concerns. Artinya

pemilihan dan pengukuran yang cermat dari variabel-variabel independen dan dependen tidak menjamin eksperimen yang baik. Isu yang berhubungan dengan validitas eksperimen secara keseluruhan adalah sangat penting.Isu tentang validitas eksperimen tersebut dapat digolongkan ke dalam validitas internal dan eksternal.

Validitas yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini adalah validitas internal dan eksternal. Validitas internal bertujuan untuk menentukan apakah perlakuan (treatment) benar-benar memberikan pengaruh terhadap hasil eksperimen. Dengan kata lain, eksperimen ini memiliki validitas internal apabila hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa benar-benar dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Sedangkan validitas eksternal bertujaun agar temuan hasil eksperimen dapat digeneralisasikan kepada kelompok lain yang lebih luas.

a. Validitas Internal

Validitas dari rancangan penelitian perlu dikontrol supaya hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian benar-benar sebagai akibat dari perlakuan yang diberikan kepada kelompok-kelompok eksperimen.

Validitas internal diperoleh dengan melakukan pengontrolan terhadap variabel ekstra yang mungkin dapat mempengaruhi validitas internal sebagai berikut: 1) Pengaruh historis, dikontrol dengan mencegah timbulnya kejadian-kejadian

khusus yang dapat mempengaruhi subyek serta pelaksanaan perlakuan. Untuk mengatasi hal ini, para siswa dianjurkan untuk tidak terlibat dalam kegiatan khusus dalam pembelajaran penjas diluar eksperimen.

2) Pengaruh kematangan, dikontrol dengan cara perlakuan dalam jangka waktu tidak terlalu lama, agar proses yang terjadi dalam diri siswa sebagai akibat dari perlakuan yang diberikan seperti kelelahan dan rasa lapar tidak akan timbul. Karena kematangan merupakan perubahan seseorang dari waktu ke waktu dan semakin terampil yang diakibatkan oleh kematangan dalam melakukan aktivitas (Hyllegard, 1996; dalam Sartono, 2000: 11). Berdasarkan hal tersebut,


(37)

maka eksperimen dalam penelitian ini dijadwalkan selama 12 kali pertemuan dapat memberikan hasil yang cukup signifikan.

3) Pengaruh instrumen penelitian, dikontrol dengan tidak mengubah alat ukur yang dipakai. Maksudnya, yang digunakan adalah tes keterampilan teknik dasar bola voli dan angket yang telah dibakukan untuk sikap sosial siswa. 4) Pengaruh perbedaan subjek penelitian, dikontrol dengan cara mengambil

subjek secara purposive yang memiliki kemampuan awal kurang lebih sama.

b. Validitas Eksternal

Maksud pengontrolan validitas eksternal desain penelitian adalah agar hasil yang diperoleh benar-benar refresentatif serta dapat digeneralisasikan. Ada dua kategori validitas eksternal menurut Donald ( 1982; dalam La Kamadi, 1999: 56) yaitu validitas populasi dan validitas ekologi yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1) Validitas populasi, bertujuan agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan kapada populasi yang jauh lebih besar, walaupun populasi tersebut belum diteliti. Validitas populasi ini dikontrol dengan jalan : (a) mengambil sampel sesuai karakteristik populasi penelitian yakni mengambil siswa dengan tingkat belajarnya yang berada pada tingkat kelas yang sama, (b) memberikan hak yang sama kepada setiap sampel dalam penerimaan perlakuan penelitian. 2) Validitas ekologi, bertujuan agar hasil penelitian ini digeneralisasikan kepada

kondisi lingkungan yang lain. Dalam pengontrolannya digunakan teknik: (a) tidak memberitahhukan kepada siswa bahwa mereka sedang dijadikan subyek penelitian dengan teknik perlakuan yang sengaja memakai kelas, guru, dan jadwal belajar yang biasa untuk menghindari pengaruh reaktif akibat proses penelitian, (b) mempergunakan guru mereka sendiri yang telah diberikan pengarahan pelaksanaan perlakuan tersebut, (c) tidak mengubah jadwal yang telah ditetapkan, dan (d) tidak menyatakan harapan khusus kepada guru pelaksana perlakuan tentang hasil penelitian dengan maksud untuk menghindari kecenderungan pembenaran hipotesis penelitian.


(38)

Pengontrolan validitas internal dan eksternal diharapkan, agar hasil penelitian ini benar-benar merupakan akibat pengaruh dari perlakuan penelitian, sehingga dapat berlaku umum terhadap populasi penelitian.

E.Teknik Pengumpulan Data 1. Pretest

Sebelum siswa mengikuti program pembelajaran, maka seluruh siswa kelas XI MAN Palabuhanratu terlebih dahulu diadakan pretest, yaitu pengisian angket untuk sikap sosial yang terdiri dari: (1) Disiplin; (2) Tanggung jawab; (3) Kerja sama; (4) Memberikan pertolongan; dan (5) Saling menghargai. Serta tes keterampilan teknik dasar bola voli digunakan tes keterampilan teknik dasar bola voli yang dibuat oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tes ini terdiri dari tigas jenis, yaitu: (1) Passing atas dan passing bawah; (2) servis bawah; dan (3) smes yang digolongkan dalam teknik-teknik keterampilan dasar permainan bola voli.

Pelaksanaan tes ini bertujuan untuk mengukur rata-rata skor awal hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa. Hal ini akan menjadi pembanding antara hasil pretest dan posttest sebagai dampak dari perlakuan model pembelajaran kooperatif dan ekspositori yang telah dilaksanakan.

a. Mendesain Program Pembelajaran

Sebelum memberikan perlakuan teknik dasar dalam permainan bola voli pada siswa atau subjek penelitian, peneliti terlebih dahulu membuat desain program pembelajaran. Desain tersebut adalah untuk model pembelajaran kooperatif dan ekspositori. Selanjutnya berdasarkan keterampilan teknik dasar bola voli dan instrumen sikap sosial yang telah dirangkum dalam program pembelajaran yang akan diberikan pada subjek penelitian, peneliti memberikan perlakuan terhadap siswa atau subjek dengan mengajar sebanyak 12 kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dan ekspositori. Berikut adalah desain program pembelajaran yang akan diberikan kepada sampel kelas eksperimen untuk model pembelajaran kooperatif serta kelas eksperimen untuk model pembelajaran ekspositori :


(39)

Tabel 3.6

Rancangan Program Penelitian

PER TEMUAN

WAKTU MATERI TEMPAT

I Rabu, 8 Mei 2013

07.00 s/d 10.00 WIB

Pretest keterampilan bola voli (passing bawah/atas, servis bawah dan smes)  Pretest angket sikap social

Lapangan bola voli & ruangan kelas MAN

Palabuhanratu II Sabtu, 10 Mei 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar passing bawah dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu III Rabu, 15 Mei 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar passing bawah dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu IV Sabtu, 18 Mei 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar passing atas dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu

V Rabu, 22 Mei 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar passing atas dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu VI Sabtu, 24 Mei 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar passing atas dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu VII Rabu, 29 Mei 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar memukul/smesh dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu VIII Sabtu, 01 Juni 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar memukul/smesh dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu IX Rabu, 05 Juni 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar memukul/smesh dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu X Sabtu, 08 Juni 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar servis dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu XI Rabu, 12 Juni 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar servis dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu XII Sabtu, 15 Juni 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Keterampilan teknik dasar servis dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu XIII Rabu, 19 Juni 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

Kombinasi keterampilan teknik dasar passing bawah/atas, smes dan servis dalam permainan bola voli

Lapangan bola voli MAN

Palabuhanratu XIV Sabtu, 15 Juni 2013

07.15 s/d 10.00 WIB

 Posttest keterampilan bola voli (passing bawah/atas, servis bawah dan smes)  Posttest angket sikap social

Lapangan bola voli & ruangan kelas MAN


(40)

2. Posttest

Setelah seluruh sampel dari kedua megikuti program pembelajaran atau latihan sebanyak 12 kali pertemuan maka untuk selanjutnya siswa tersebut diberikan posttest kepada masing-masing subjek penelitian yakni pengisian angket untuk data sikap sosial siswa serta tes keterampilan teknik dasar bola voli.

Posttest diadakan dengan tujuan untuk mengukur rata-rata skor hasil belajar

keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa, karena rata-rata skor tersebut dibandingkan dengan rata-rata skor pretest sebagai pengaruh dari pembelajaran yang diberikan (perlakuan) sebanyak 12 kali.

3. Kehadiran subjek penelitian

Kehadiran subjek penelitian menjadi faktor yang cukup berpengaruh terhadap hasil penelitian ini. Oleh karena itu, keadaan tersebut mendapat perhatian yang serius dari guru dan peneliti sendiri. Untuk mempertahankan kehadiran selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti memberi rangsangan berupa penghargaan kepada mereka. Pada setiap akhir kegiatan guru dan peneliti selalu mengingatkan untuk kehadiran pada pertemuan berikutnya.

F. Analisis dan Pengolahan Data

Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Menyeleksi data setelah angket terkumpul dari para subjek penelitian sebagai sumber data, maka harus diseleksi untuk diperiksa keabsahan pengisian angket. Karena mungkin saja pada sebagian butir pernyataan dalam angket, terdapat jawaban yang tidak diisi oleh responden.

2. Memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan dalam angket. 3. Mengumpulkan data dari hasil tes keterampilan bola voli.

4. Memasukkan atau input data skor dari angket sikap sosial dan keterampilan bola voli pada program komputer Microsoft Excel 2007.


(41)

5. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis, dengan tujuan dapat memperoleh kesimpulan penelitian. Kesimpulan data tersebut diharapkan dapat menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian.

Analisis data dilaksanakan dengan menggunakan program Statistical Product

and Service Solution (SPSS) Serie 17. Adapun langkah-langkah yang ditempuh

adalah sebagai berikut: 1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi mengenai kenormalan data yang diperoleh. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau nonparametrik. Langkah yang dilakukan adalah dengan menginput dan menganalisa menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS Seri 17.

Uji normalitas dari output yang dihasilkan program SPSS 17 terdapat lima uji analisis normalitas data, yaitu Kolmogorov Smirnov, Shapiro-Wilk, QQ Plots,

Detrended Normal QQ Plots, dan Spread V.S Level Plot. Untuk uji normalitas,

penulis mengacu pada analisis Klomogorov Smirnov. Penulis beranggapan bahwa untuk jumlah sampel lebih atau di atas 30 orang atau termasuk pada kategori kelompok sampel besar, maka pengujian dengan Kolmogorov Smirnov sangat relevan. Dengan pengujian Kolmogorov Smirnov, untuk jumlah sampel di atas 30 orang atau sampel besar memiliki derajat yang tinggi.

2. Uji homogenitas data

Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji homogenitas data adalah untuk mengetahui bahwa data tersebut berasal dari sampel yang homogen. Selain itu juga untuk menentukan jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data. Langkah yang dilakukan untuk uji homogenitas data menggunakan program software SPSS Seri 17 adalah sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dari descriptive explore data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan homogenitas data.


(1)

Lisya Anggraeni,2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli Dan Sikap Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif. Saran ini ditujukan kepada pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, yaitu: Pemerintah Daerah, Departemen Agama Kabupaten/Kota, para guru dan para peneliti selanjutnya. Beberapa rekomendasi tersebut sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasikan dananya untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang dapat menunjang terhadap peningkatan kemampuan guru, khususnya dalam menguasai model-model pembelajaran.

2. Departemen Agama Kabupaten/Kota.

Kepada Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk bekerjasama dengan lembaga terkait untuk memanfaatkan temuan dalam penelitian ini dengan cara mensosialisasikannya kepada para guru melalui penataran atau pelatihan, agar mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan tentang bagaimana model pembelajaran kooperatif digunakan dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Olahraga Pascasarjana UPI

Kepada Program Studi Pendidikan Olahraga SPs UPI untuk bekerjasama dengan memanfaatkan temuan dalam penelitain ini dengan cara membuat buku pedoman model pembelajaran kooperatif. Sehingga dapat diaplikasikan langsung oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Olahraga.

4. Bagi Para Guru

a. Pada dasarnya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat diterapkan berbagai metode yang ada dengan mengacu pada materi pengajaran yang akan disampikan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif karena terbukti mampu meningkatkan sikap sosial siswa, guru dapat menggunakan . b. Bagi para guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif sebaiknya dilakukan pada kelas heterogen dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang seimbang.

c. Dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif, guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dan matang, terutama dalam menyusun


(2)

materi yang jelas dan terstruktur, sehingga dapat mudah dipahami oleh siswa.

d. Guna mencapai hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli yang baik, khususnya pencapaian teknik dasar passing bawah/atas, servis dan smesh, disarankan bagi guru penjas dapat memilih model pembelajaran yang efektif, mampu menggunakan fasilitas, dan waktu yang sangat terbatas serta mampu memotivasi siswa yang kurang berbakat. Dengan cara demikian, maka siswa akan mencapai hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli yang maksimal.

5. Bagi Para Peneliti Selanjutnya

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan dalam mengembangkan hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa, masih diperlukan penelitian-penelitian lanjutan baik bersifat pengembangan maupun kedalamannya. Oleh karena itu, rekomendasi yang disampaikan bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan ini, ruang lingkupnya masih terbatas pada siswa dari lingkungan pesisir pantai. Oleh karena itu masih terbuka untuk dilakukan penelitian dengan mengambil sampel dari siswa yang berada di daerah perkotaan atau di daerah lainnya.

2. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada tingkat SMA/MA, sehingga masih terbuka untuk diadakan penelitian lanjutan yang dihubungkan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau lebih rendah.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai model pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh dalam perkembangan olahraga, dengan lebih memperluas ruang lingkup penelitian seperti pada aspek fisik, psikologis, iptek, sosial dan budaya agar hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan tepat.


(3)

Lisya Anggraeni,2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli Dan Sikap Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar. Bambang. (2009). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Ahmadi. (1996). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Allen, N. J and Meyer J. P. (1980). Commitment in the Workplace Theory Research and Application. California: Sage Publications.

Amrina. (1996). Studi Tentang Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan LKS dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan Intelegensi Siswa. Surabaya: PPS IKIP Surabaya.

Angga A. (1989). Peraturan Permainan Bola Voli Internasional, Hasil Kongres di Seoul. Bandung: FPOK IKIP.

Arends. (1997). Classroom Instruction And Management. London: McGraw-Hill. Ateng. (1992). Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud Ditjen

Dikti P2TK.

Azwar. (1995). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bertucci. (1979). Championship Volleyball, 2nd Edition. USA: Leisure Press

Campbell NA, Reece JB, Mitcell LG, and Taylor MR. (2008). Biology, 4th Ed. San Fransisco: Addison Wesley World Student Series.

Cholik, Lutan, Harsono, dkk. (1998). Hasil Rumusan Deklarasi Surabaya Tentang Keolahragaan. Surabaya: Semiloka Nasional Ilmu Keolahragaan.


(4)

Depdikbud. (2000). Tes Keterampilan Bermain Bola Voli. Jakarta: Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Depdikbud.

Dzamarah dan Zain. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gagne. (1977). The Conditioning of Learning. New York: Holt Rinehart and Wiston. Gerungan. (1996). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Erliany Syaodih. (2012). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial. Dalam Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya, 7 halaman. Dalam: http//educare.e-fkipunla.net.

Hamidi. (1999). Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Hyllegard, Mood dan Morrow. (1996). Interpreting Research In Sport and Exercise Science. St Louis, Missouri: Mosby-Year Book, Inc.

Ibrahim, Rachmadiarti, Nur, dan Ismono. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press.

Johana dan Supandi. (1994). Pengantar Sosiologi Olahraga. Bandung: FPOK IKIP. Lutan, Rusli, dkk. (1991). Manusia dan Olahraga. Seri Bahan Kuliah Olahraga di

ITB. Penerbit: kerjasama ITB dan FPOK/IKIP Bandung.

Ma’mun dan Subroto. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Permainan Bola Voli. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.

Mar’at. (1982). Sikap Manusia Perubahan serta Pengkurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mario Goudas dan Etmorvia Magotsiou. (2009). The Effects of a Cooperative Physical Education Program on Students Social Skill. Dalam Journal of


(5)

Lisya Anggraeni,2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli Dan Sikap Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Applied Sport Psychology, Vol 2 (21), 9 halaman. Tersedia:

http//www.tandf.co.uk/journals/titles/10413200.asp

Marjani. (2000). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Tesis. Bandung: PPS UPI Bandung.

Marsudi. (2001). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Langsung Pada Mata Pelajaran IPA. Surabaya: PPS Unesa Surabaya.

Nur dan Wikandari. (1999). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Surabaya.

Nasution, (1992). Materi Pokok Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud P2TK Dikti.

Ong Eng Tek. (1991). The Effect of Cooperative Learning on The Mathematics Achievement of Form 4 Students in Malaysian Secondary Schools. Journal, Malaysian: National Council of Teachers.

Pangrazi dan Dauer. (1995). Dynamic Physical Education For Elementary School Children. Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Sarwono. (2000). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Secord, P and Beckman. (1969). Social Psychology. New York: McGraw Hill.

Shcmidt, R. A. (1991). Motor Learning and Performance. USA: Human Kinetics Books.

Siedentop. (1991). Developing Teaching Skills in Physical Education. California: Field.

Singa Polvi dan Risto Telama. (2000). The Use of Cooperative Learning as a Social Enhancer in Physical Education. Dalam Scandinavian Journal of Educational


(6)

Research, vol 44 (1), 11 halaman. Tersedia: http//www.tandf.co.uk/journals/titles/10413200.asp

Singer, Robert, N. (1980). Motor Learning and Human Performance and Application to Motor Skill and Movement Behaviors. New York: Macmillan Publishing Co.

Subagyo. (1981). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suherman. (1997). Kajian Masalah Kurikulum Pendidikan Jasmani, Makalah. Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Syaripudin dan Rahman. (1983). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti.

Sunaryo. (1989). Strategi Belajar Mengajar Dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Ditjen Dikti.

Theng K.H. (1973). Permainan Volley Modern. Bandung: Yayasan Kanisius.

Uhamisastra. (2010). Pengaruh Pendekatan Belajar Kooperatif Dan Belajar Kompetitif Serta Kemampuan Motorik Terhadap Pengembangan Self Esteem Melalui Kegiatan Olahraga Permainan Pada Siswa Sekolah Dasar, Disertasi. Bandung: PPS UPI Bandung.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan pendekatan ekspositori melalui metode demonstrasi : quasi eksperimen pada kelas x SMA Negeri 2 Ciputat Tangerang

0 3 163

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN EKSPOSITORI TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING BAWAH BOLA VOLI PADA MAHASISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI PROGRAM SARJANA PGSD FKIP UNILA-UPP METRO TAHUN AJARAN 2010

5 25 67

PENGARUH PENERAPAN GAYA MENGAJAR DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLA VOLI.

0 3 69

PERBANDINGAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LOB BERTAHAN DAN KETERAMPILAN SOSIAL.

0 1 36

Pengaruh metode pembelajaran dan kemampuan gerak dasar terhadap keterampilan servis bola voli NURDIN

0 0 74

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN BOLA VOLI KARET DAN BOLA VOLI PLASTIK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI DITINJAU DARI TINGGI BADAN (STUDI DI SMA NEGERI 1 KARANGRAYUNG).

0 1 23

Model Pembelajaran Ekspositori

0 0 2

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA VOLI DAN KETERAMPILAN SOSIAL - repository UPI S JKR 1000485 Title

0 0 3

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLA VOLI DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA - repository UPI T POR 1200921 Title

1 1 3

Pengaruh Random Practice Method terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Berpikir Kritis

0 0 9