BIMBINGAN DENGAN PENDEKATAN EKOLOGISUNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER ISLAMI ANAK USIA DINI: Studi Kasus Pada Kegiatan Pembelajaran di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung.

(1)

viii FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Asumsi Penelitian dan Kerangka Berpikir Penelitian ... 8

BAB II KONSEP BIMBINGAN EKOLOGIS DAN PENGEMBANGAN KARAKTER ISLAMI ANAK USIA DINI ... 11

A. Konsep Dasar Perkembangan dan Bimbingan Anak ... 11

B. Konsep Dasar Bimbingan Ekologis ... 20

C. Konsep Dasar Pendidikan Karakter ... 26

D. Penelitian Terdahulu ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 49


(2)

ix FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Pengembangan Instumen Penelitian ... 51

D. Keabsahan Penelitian ... 54

E. Prosedur Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 130

A. Simpulan ... 131

B. Rekomendasi ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135


(3)

x FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(4)

xi FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1.1. Kerangka Pikir Penelitian ... 10

2.1. Pertumbuhan Jaringan Otak ... 14

2.2. Pendekatan Ekologis dalam Komponen BK ... 26

2.3. Component of Good Character ... 29


(5)

xii FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Slogan-Slogan Motivasi di Daarut Tauhid ... 72

4.2 Suasana Sholat Jum’at Siswa TK Khas Daarut Tauhid ... 81

4.3 Aktivitas Siswa Bermain di Halaman TK Khas Daarut Tauhid ... 84

4.4 Kegiaan Manasik Haji di TK Khas Daarut Tauhid ... 101

4.5 Pentas Tari Siswa TK Khas Daarut Tauhid ... 118

4.6 Silaturrahmi ke Rumah Aa’ Gym dan Teh Ninih ... 120

4.7 Aktivitas Berkebun Siswa TK Khas Daarut Tauhid ... 126

4.8 Aktivitas Panen Sayur di Eco Pesantren ... 127


(6)

xiii FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Program Hipotetik ... 140

2. Data Siswa dan Guru TK Khas Daarut Tauhiid ... 153

3. Transkip Wawancara ... 156

4. Hasil Observasi ... 169

5. Kegiaan Mingguan Siswa ... 175


(7)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persoalan karakter bangsa sudah menjadi keprihatinan banyak pihak di negeri ini. Hal ini tak lepas adanya benturan budaya dan sistem nilai yang sudah

tidak bisa dibendung lagi, karena “dunia seakan dilipat” sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sebuah zaman yang mengalami perubahan serba supercepat ini, juga bisa dirasakan adanya proses pengglobalan keadaan yang menyangkut hampir seluruh bidang kehidupan (Piliang, 1998). Beberapa masalah moral, seperti kekerasan dalam pendidikan yang selalu saja terjadi, misalnya ketidakjujuran dalam UN, perjokian, plagiarisme, hingga perilaku elite politik yang terlihat dalam berbagai kasus korupsi (Assegaf, 2002; Kartadinata, 2009; Rakhmat, 2010; Buchori, 2010).

Fenomena yang tergambarkan di atas menunjukkan landasan akhlak anak-anak bangsa begitu rapuh sehingga begitu mudah melakukan perilaku asusila meskipun hal itu bertentangan dengan norma sosial dan norma agama. Pada saat yang sama dunia pendidikan cenderung menfokuskan pada upaya pengejaran standar nilai minimal Ujian Nasional (UN) sehingga dalam proses pembelajaran anak semakin tertekan.

Lebih jauh menurut Kartadinata (2009b: 2-3) keterpurukan moral anak-anak bangsa tersebut juga tak lepas dari terjadinya simplifikasi arah dan tujuan pendidikan yang menimbulkan ketimpangan pencapaian tujuan individual dengan tujuan kolektif dan tujuan eksistensial. UU No.20/2003 tentang Sistem


(8)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) mengisyaratkan bahwa terdapat tiga ranah tujuan sebagai tujuan utuh yang harus dicapai dalam pendidikan. Ketiga tujuan tersebut adalah pengembangan watak dan peradaban bangsa sebagai tujuan eksistensial, percerdasan kehidupan bangsa sebagai tujuan kolektif dan pengembangan potensi peserta didik sebagai tujuan individual.

Terjadinya simplifikasi pada pemusatan tujuan individual yang hanya bersifat intelektual ketika hanya diukur melalui UN, maka hal tersebut bisa berakibat pada proses pendidikan yang kering dari proses memanusiakan manusia. Jangka panjangnya bisa memiliki dampak yang berbahaya karena bisa menghasilkan manusia pintar, tapi egoistik, tidak peduli pada nilai-nilai kehidupan bangsa, untuk menghindari kekhawatiran tersebut, dibutuhkan pembelajaran yang mendidik yaitu proses mentransformasikan pengetahuan dan ketrampilan yang sekaligus diiringi dengan pengembangan karakter, peduli mutu disertai dengan sistem evaluasi yang membangun obyektifitas dan kejujuran (Kartadinata, 2009b: 3).

Pendidikan karakter adalah sebuah proses yang berkesinambungan dan tak pernah berakhir (never ending process) selama sebuah bangsa ingin tetap eksis, karena itu harus menjadi bagian terpadu dari pendidikan alih generasi seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri (Kartadinata, 2010), mulai dari anak ketika masih dalam kandungan, taraf usia dini hingga akhir hayatnya.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang posisi yang paling

fundamental karena dapat memberikan pengaruh yang “membekas” untuk dapat

dijadikan sebagai landasan dasar pada usia selanjutnya. Dilihat dari sisi perkembangan otak manusia, anak usia dini merupakan usia sensitif karena itu


(9)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menempati posisi vital dalam perkembangan jaringan otak manusia. Sally Gantham-McGregor sebagaimana dikutip oleh Sudjarwo (2008) menyebutkan pada rentang usia 0-6 tahun perkembangan otak manusia mengalami perkembangan yang paling tinggi terutama pada pendengaran dan pengliatan, bahasa dan juga fungsi kognitifnya.

Menurut Rahman (2002: 5) perkembangan otak anak usia 0-8 tahun sudah meliputi 80 % dari perkembangan otak manusia secara keseluruhan. Hal ini dapat diperinci bahwa ketika bayi lahir perkembangan otak sudah mencapai 25 % orang dewasa. Pencapaian perkembangan otak hingga 50% dilalui hingga berumur 4 tahun, untuk sampai 80% dilalui hingga berusia 8 tahun dan selebihnya berproses hingga usia 18 tahun.

Usia 0-6 tahun sebagai rentang waktu pendidikan usia dini sering disebut

sebagai “usia emas” (golden age) karena pada usia tersebut perkembangan otak

mereka mengalami perkembangan yang luar biasa. PAUD merupakan investasi besar bagi keluarga dan juga bangsa terutama dalam perannya turut memberikan landasan bagi penguatan karakter sejak dini (Suyanto, 2005: 1; Kurnanto, 2006: 1-2).

Mencermati perkembangan anak dan perlunya pembelajaran pada anak usia dini, Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan pada pendidikan anak usia dini, yakni: 1) materi pendidikan, dan 2) metode pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka,


(10)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu (Harizal, 2008).

Perlu diperhatikan pula bahwa perkembangan manusia sebagai suatu proses yang berkelanjutan selalu melibatkan interaksi antara struktur biologis seorang individu dan lingkungannya, artinya isi, arah, kecepatan, dan hasil perkembangan individu merupakan produk interaksi yang kompleks antara "nature" dan "nurture" (Smith et al, 1975; Tarsidi, 2008; Ateel, tt). Dengan demikian perkembangan intelektual, emosional, sosial, sensoris, dan fisik bukan semata-mata akibat struktur biologis yang defektif, melainkan merupakan produk interaksi antara karakteristik struktur biologis dengan variabel lingkungan. Intervensi untuk membantu perkembangan karakter anak seyogyanya tidak diarahkan hanya kepada anak itu saja melainkan juga kepada lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya sehingga iklim pembelajaran menekankan pada kebermaknaan dan mampu membangkitkan daya kritis dan kreatif anak (Kauchak & Eggen, 2007: 348-348).

Lickona (1991, 51) menegaskan bahwa pengembangan karakter membutuhkan saling hubungan antara dimensi memahami (knowing), merasakan (feeling) dan sekaligus mempraktikkan (action) dalam suatu lingkungan yang mendukung pembiasaan secara berkesinambungan sejalan dengan nilai-nilai utama yang dikedepankan.

Penekanan pendidikan Islam sebagai upaya pengembangan akhlak (karaker Islami) telah menjadikan istilah tarbiyah dan ta’dib lebih dipilih oleh para pakar pendidikan Islam dari pada istilah ta’lim. Baik tarbiyah maupun


(11)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kepribadian, atau lebih mengarah pada aspek afektif, sementara pengajaran atau

ta’lim lebih diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau lebih

menonjolkan dimensi kognitif dan psikomotor (Mustofa, 2010: Tafsir, 2008; Muhaimin, 2008, 36-37). Pendidikan Islam membutuhkan tiga penguatan sekaligus yakni pada aspek knowing, doing dan being. Dengan kata lain nilai-nilai Islam yang diajarkan pada peserta didik harus mampu tertransformsikan menjadi karakter bagi setiap individu

Muhaimin (2009: 305-314) menegaskan dalam upaya penguatan karakter Islami, maka proses pendidikan yang di dalamnya menyangkut bimbingan menuntut adanya budaya agama (religiusitas) di sekolah. Dalam kontek adanya intervensi bimbingan karakter anak dengan pendekatan ekologis menjadi sebuah keniscayaan karena sebuah budaya sekolah yang religius hanya bisa dibangun dari sebuah lingkungan yang religius yang berproses secara kontinyu.

Pendekatan ekologis dibangun dari asumsi dasar ekologi perkembangan manusia, yakni menciptakan lingkungan yang memberi kesempatan dan kemudahan bagi individu untuk belajar dan berkembang sebagai manusia. Ekologi perkembangan adalah lingkungan belajar, yakni suatu wahana untuk mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan interaksi dan transaksi dinamis antara individu (anak didik) dengan lingkungan dan segala perlengkapan yang harus dipelihara (Kartadinata, 2009a: 8).

Berangkat dari kesadaran akan pentingnya pengembangan karakter dalam pendidikan Islam serta relavansinya dengan pendekatan ekologis sebagai alternatif dalam membangun budaya sekolah yang Islami, maka diyakini bahwa


(12)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perpaduan kedua variabel tersebut diasumsikan akan mampu mengembangkan karakter Islami peserta didik terutama untuk anak usia dini.

B. Fokus Penelitian

Perkembangan individu merupakan produk interaksi yang kompleks antara potensi diri yang dimiliki sejak lahir (nature) juga variabel lingkungan yang begitu kompleks (nurture). Pengembangan karakter Islami (akhlak) anak dibutuhkan bimbingan yang tidak hanya diarahkan kepada anak itu saja melainkan juga kepada lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Karena itu yang menjadi fokus masalah pada penelitian ini adalah

Bagaimana program bimbingan untuk pengembangan karakter islami melalui pendekatan ekologis di TK Khas Daarut Tauhiid?”

Fokus masalah di atas di jabarkan kedalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana kondisi lingkungan dalam mendukung pengembangan karakter islami anak usia dini di TK Khas Daarut Tauhiid

2. Bagaimana upaya guru dalam membantu pengembangan karakter Islami anak usia dini di TK Khas Daarut Tauhiid

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah di atas, penelitian ini secara khusus bertujuan sebagai berikut.


(13)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Untuk mendeskripsikan kondisi lingkungan dalam mendukung pengembangan karakter islami anak usia dini di TK Khas Daarut Tauhiid yang didasarkan dari hasil temuan kondisi obyektif di lapangan

2. Untuk memperoleh informasi empirik tentang upaya guru dalam mengkondisikan lingkungan belajar sehingga mampu mengembangkan kebiasaan bagi anak-anak untuk berperilaku yang baik dalam bingkai pengembangan karakter Islami yang kuat di TK Khas Daarut Tauhiid.

Tujuan akhir penelitian ini adalah merumuskan program bimbingan dengan pendekatan ekologis yang bertujuan untuk mengembangkan karakter islami pada anak usia dini.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis

a. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan alternatif pendekatan terhadap bimbingan pengembangan karakter Islami, sehingga masyarakat terutama yang terlibat dalam dunia pendidikan menyadari pentingnya ruang budaya (lingkungan) dalam upaya membangun karakter (feeling and acting the good) bagi anak menuju pembelajaran yang mendidik. b. Berupaya mengembangkan konsep-konsep dan pendekatan dalam

bimbingan dan konseling khususnya untuk pengembangan karakter bagi anak usia dini.

c. Memberikan alternatif pemikiran dan pengalaman terbaik dalam bimbingan pengembangan karakter Islami bagi anak usia dini.


(14)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Secara Praktis

a. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi Program Studi Bimbingan Konseling dalam rangka membuka peluang bimbingan dan konseling yang lebih luas jangkauan garapannya tidak hanya pada lingkungan sekolah tetapi juga lingkungan keluarga dan kelompok sosial lainnya sebagai sebuah jejaring yang saling menguatkan satu sama lain. b. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi para pengelola TK kususnya

yang sejak awal ingin mengembangkan karakter Islami dengan pendekatan ekologis sehingga terbangun kesadaran baru bagi para pengelola TK untuk memperhatikan pentingnya kesadaran budaya dalam membangun karakter Islami anak.

c. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi para guru TK dalam memposisikan dirinya sebagai pembimbing guna mengembangkan karakter Islami anak sehingga memaksimalkan proses pembelajaran dalam lingkungannya sebagai proses mendidik karakter Islami.

E. Asumsi Penelitian dan Kerangka Berpikir Penelitian

Penelitian didasari oleh berbagai asumsi dasar sebagai berikut.

1. Anak dilahirkan memiliki potensi fitrah untuk berkecenderungan pada karakter/ akhlak yang mulia (akhlaqul karimah) dengan berbasis pada agama yang lurus (addin al qayyim), namun dalam perkembangannya tergantung pada lingkungan yang membawanya.


(15)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Pengembangan karakter harus dilakukan sejak anak masih dalam usia dini, karena mendidikan di pada usia dini bagai mengukir di batu, sementara mendidik di usia senja bagai mengukir di atas air.

3. Dalam mengembangkan karakter anak perlu memperhatikan potensi yang dimiliki oleh mereka, baik berupa potensi kecerdasan maupun gaya belajar mereka.

4. Pengembangan karakter membutuhkan intervensi bimbingan secara intensif dan pengkondisian lingkungan yang mendukung selaras dengan kesadaran budaya yang mereka miliki.

5. Pemberian bimbingan untuk pengembangan karakter perlu dilakukan secara sistemik dengan dukungan pengkondisian lingkungan yang mendukung mulai di kelas, sekolah dan komunitas sosial lainnya serta perlunya memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia bimbingan konseling untuk anak usia dini.

Dengan mengacu pada asumsi-asumsi penelitian di atas, maka kerangka pikir penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut.


(16)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bagan 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

BIMBINGAN PADA ANAK USIA DINI DENGAN PENDEKATAN EKOLOGIS

Self-Position Analysis Anak:

a. Potensi, problem, kebutuhan dan ekpektasi anak

b. Persepsi dan interaksi lingkungan anak (teman sebaya, guru pembimbing, staf administrasi, orang-tua)

c. Aksesibilitas layanan bimbingan bagi anak

Penguatan Kerangka Pikir dan Konseptual Desain Layanan bimbingan bagi anak: a. Studi literatur tentang bimbingan dengan

pendekatan ekologis

b. Studi literatur tentang bimbingan bagi anak usia dini.

c. Analisis dan pemanfaatan hasil-hasil riset tentang bimbingan pada anak usia dini

KERANGKA KONSEPTUAL DESAIN BIMBINGAN EKOLOGIS UNTUK ANAK DASAR EMPIRIK KONTEKSTUAL BIMBINGAN EKOLOGIS UNTUK ANAK

RAMBU-RAMBU BIMBINGAN EKOLOGIS BAGI ANAK

1. Pentingnya memperhatikan beberapa struktur terkait pendukung struktur lingkungan antara lain: a. Struktur peluang, yaitu diwujudkan dalam bentuk perangkat tugas, masalah atau

situasi, yang memungkinka anak mempelajari berbagai kecakapan hidup.

b. Struktur dukungan, yaitu perangkat sumber (resources) yang dapat diperoleh anak dalam mengembangkan perilaku baru untuk merespon ragam stimulus;

c. Struktur penghargaan, yaitu perangkat sumber dalam pengalaman yang bisa memberikan pemuasan kebutuhan bagi anak.

2. Memberikan perhatian khusus pada permasalahan individu. 3. Berbasis pada pola kerja kolaborasi dan interdisipliner 4. Menyentuh semua aspek perkembangan

4 Pilar Karakter Islami 1. (Karakter Islami) Akhlak Kepada Allah 2. (Karakter Islami)Akhlak Kepada Rasulllah 3. (Karakter Islami)Akhlak Kepada Sesama Manusia 4. (Karakter Islami)Akhlak Kepada Lingkungan (Sauri, 2011:11-12)


(17)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunanaan pendekatan kualitatif ini dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: (1) data yang dikumpulkan merupakan data diskriptif yaitu berupa kata-kata dan tindakan-tindakan subyek yang diwawancarai atau diamati; (2) penelitian ini memberikan gambaran apa adanya mengenai bimbingan untuk mengembangkan karakter Islami melalui pendekatan ekologis di TK Khas Daaarut Tauhid yang menjadi subyek penelitian; (3) penelitian ini bermaksud mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang alami tanpa ada rekayasa atau manipulasi; (4) aspek-aspek yang dikaji dapat dipelajari secara mendalam, menyeluruh, terinci dan bersifat pribadi.

Berdasarkan pada situasi permasalahan yang dikaji maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. (case study) dengan pertimbangan penelitian ini ingin memahami secara lebih mendalam suatu fenomena khusus atas suatu hal atau peristiwa yang unik dalam hal ini terkait pelaksanaan program bimbingan konseling dengan pendekatan ekologis untuk pengembangan karakter Islami bagi anak usia dini di TK Khas Daarut Tauhiid. Dalam studi kasus penelitian akan menfokuskan penemuan (discovery), wawasan (insight) dan pemahaman (understanding) dalam suatu peristiwa/ kasus secara intensif, rinci dan mendalam. Dengan studi kasus inilah peneliti juga bisa memungkinkan melakukan penyelidikan suatu fenomena


(18)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kontemporer termasuk dalam merespon isu bimbingan pengembangan karakter Islami dalam realitas konteksnya.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di TK Khas Daarut Tauhiid, yang beralamat di jl Gegerkalong girang no.55j Komplek MIDC Bandung, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan TK Khas Daarut Tauhiidtersebut tak lepas dari keunikan sekolah tersebut dalam konteks kontribusinya mengembangkan karakter Islami anak didik dengan dukungan lingkungan yang mencerminkan budaya Islam yang begitu kuat. Di samping itu pemilihan TK Khas Daarut Tauhiidsebagai sasaran penelitian juga sejalan dengan alasan riset kualitatif yang menekankan pentingnya sampel purposif (teoretis) yang meliputi pertimbangan: (1) Sebagai kasus yang luar biasa, aneh, atau unik; (2) merupakan kasus yang spesifik; (3) memungkinkan adanya aplikasi secara maksimal dari temuan terhadap kasus kritis; (4) menarik perhatian terhadap studi yang sedang dilakukan; (5) alasan kemudahan (Alwasilah, 2002). Dengan beberapa pertimbangan tersebutlah yang meyakinkan peneliti bahwa sasaran penelitian berikut masalah yang diangkat sesuai dengan metodologi yang dikedepankan dan memiliki relevansi kontekstual dalam merespon gerakan nasional pengembangan karakter dan budaya bangsa.

2. Subyek Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian, subyek atau sumber data dalam penelitian ini adalah Anak-anak yang secara resmi tercatat sebagai siswa TK


(19)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Khas Daarut TauhiidBandung, lebih difokus pada kelas B (0 Besar), yang berjumlah 21 siswa. secara rinci Pemilihan ini dilakukan dengan pertimbangan siswa kelas B kebanyakan berasal dari kelas A TK Daarut Tauhid juga, sehingga secara otomatis siswa ini telah lebih lama berada dalam lingkungan ekologis Daarut Tauhid. Data 21 siswa kelas B yang menjadi subyek penelitian tercantum di lampiran 1.

Selain siswa kelas B dalam penelitian ini guru pembimbing kelas B yang berjumlah 3 orang juga turut menjadi subyek penelitian. Pertimbangan memasukkan guru pembimbing dalam subyek penelitian ini adalah karena guru yang setiap hari mendidik dan menjadi pembimbing anak-anak di sekolahan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pembimbing dalam membantu pengembangan karakter anak usia dini, mengkondisikan lingkungan (ekologi) dengan berbagai kegiatan yang dilakukan di TK Khas Daarut Tauhiid. Kegiatan belajar mengajar diteliti dengan menggunakan teknik observasi, dan dokumentasi.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

Sebuah penelitian memerlukan data yang valid untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Untuk mendapatkan data yang valid tersebut dibutuhkan alat dan teknik pengumpul data yang valid pula. Sehubungan dengan hal tersebut, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka peneliti bertindak sebagai alat pengumpul data, artinya bahwa peneliti sendiri yang terjun langsung dalam lokasi penelitian untuk merekam data selama penelitian. Proses


(20)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengumpulan data peneliti menggunakan tiga teknik yaitu; observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Teknik observasi dilakukan untuk melihat secara langsung berbagai kegiatan anak-anak termasuk perilaku dan kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan dalam lingkungan sekolah TK Khas Daarut TauhiidBandung, dalam rangka pembentukan karakter anak usia dini. Teknik observasi ini juga dilakukan untuk melihat proses kegiatan belajar mengajar dan kurikulum yang diterapkan dalam TK Khas Daarut Tauhiidtersebut. Berikut adalah kisi-kisi dalam pengembangan karakter anak usia dini

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Pengembangan Karakter Anak Usia Dini

Aspek Indikator

Pengembangan Karakter Islami dalam Hubungan Cinta Kepada Allah.

1. Mengucapkan dua kalimah Syahadat 2. Mendirikan shalat

3. Puasa (latihan puasa)

4. Ibadah haji (latihan manasik haji) 5. Berdo’a

6. Membaca Al-Qur’an Pengembangan Karakter

Islami dalam Hubungan Cinta Kepada Rasullullah

1.Bersholawat

2.Cerita tentang sejarah nabi 3.Peringatan Maulud Nabi Pengembangan Karakter

Islami Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

1. Mengembangkan kejujuran 2. Mengembangkan kemandirian

3. Mengembangkan empati dan kasih sayang 4. Mengembangkan sikap toleransi

5. Mengembangkan sifat dermawan 6. Menjaga kesehatan dirii

Pengembangan Karakter Islami Hubungan Manusia dengan Lingkungan

1.Cinta Alam 2.Melestarikan flora 3.Menyayangi fauna


(21)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Kegiatan wawancara memungkinkan responden untuk mengungkapkan data sebanyak-banyaknya sesuai dengan apa yang diketahui, dirasakan, dialami atau dipikirkan. Dari kegiatan wawancara ini diharapkan akan terkumpul data antara lain tentang; 1) Gambaran/ kondisi lingkungan dalam mendukung pengembangan karakter islami peserta didik di TK Khas Daarut Tauhiid. 2) Untuk memperoleh informasi empirik tentang upaya guru dalam mengkondisikan lingkungan belajar sehingga mampu mengembangkan kebiasaan bagi anak-anak untuk berperilaku yang baik dalam bingkai pembangunan karakter Islami yang kuat di TK Khas Daarut Tauhiid. 3) Untuk memperoleh informasi mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru dalam membantu pengembangan karakter Islami peserta didik di TK Khas Daarut Tauhiid.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk menggali data informasi mengenai keberadaan TK Khas Daarut TauhiidBandung yang terkait dengan sejarah, data guru dan staf tata usaha, data keadaan siswa setiap tahun ajarannya, keadaan fisik sekolah dan kurikukum yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.


(22)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu D. Keabsahan Penelitian

Tingkat keabsahan data dalam penelitian kualitatif terletak pada teknik pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan. Untuk meningkatkan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan beberapa teknik dan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Pengumpulan data yang relatif lama

Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan akan sangat bergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian data. Perpanjangan pengamatan ini peneliti lakukan karena meskipun sebelumnya peneliti telah melakukan observasi awal di TK Khas Daarut Tauhiid ini selama kurang lebih dua tahun, perpanjangan ini dilakukan mengingat pada penelitian awal, data yang terkumpul masih berupa data dan pengamatan secara umum, untuk itu peneliti merasa perlu untuk menggali lebih jauh data-data terutama yang berkaitan dengan bimbingan ekologis untuk membantu meningkatkan pengembangan karakter pada anak-anak TK Khas Daarut Tauhiidini, untuk itu peneliti merasa perlu untuk lebih fokus lagi dan meningkatkan perpanjangan waktu lima bulan lagi.

2. Strategi multi metode

Dalam penelitian ini digunakan paduan beberapa teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan studi dokumentasi dan penggunaan sumber (guru pembimbing dan siswa kelas B TK Khas Daarut Tauhiid) dalam pengumpulan data dan analisis data.


(23)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3. Bahasa subyek penelitian kata demi kata

Untuk mendapatkan rumusan dan kutipan yang rinci peneliti merekam bahasa subyek penelitian (khususnya guru pembimbing) kata demi kata, kemudian mentranskip dalam bentuk tulisan. Peneliti juga mengamati kejadian-kejadian, kondisi lingkungan kemudian mencatat apa yang dilihat, didengar, dirasakan sesuai keadaan yang terjadi tanpa ada unsur rekayasa. 4. Pencatatan data mekanik

Untuk menjaga keaslian sebuah data yang didapatkan dari lapangan, maka peneliti menggunakan sebuah alat perekam foto, video dan audio, yang digunakan untuk mengabadikan kegiatan-kegiatan yang terjadi di TK Khas Daarut Tauhiid

5. Pengecekan anggota (member check)

Pengecekan data oleh sesama anggota selama pengumpulan dan analisis data. Dalam hal ini yang dimaksud anggota adalah rekan-rekan sejawat peneliti khususnya para pakar pengembangan pendidikan karakter untuk anak usia dini, juga para dosen pembimbing penelitian.

6. Reviu subyek penelitian

Peneliti melakukan pengecekan kembali dengan cara bertanya kepada subyek penelitian untuk mengoreksi data, melakukan sintesis semua hasil wawancara dan observasi


(24)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dan kegiatan penelitian secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan melalui tahapan riset studi kasus sebagai berikut.

1. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus ini didasari pada suatu fokus

tertentu dan bukan secara asal. Fokus yang dimaksud dalam hal ini adalah menemukan informasi empirik baik berupa strategi, prinsip-prinsip, struktur lingkungan atau sistem manajemen dalam pelaksanaan intervensi bimbingan untuk mengembangkan karakter Islami bagi anak-anak TK melalui pendekatan ekologis di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung.

Penelitian Awal (Preliminary Reseach) Penguatan Kerangka Teoritis Memperta-jam fokus dan

rumusan masalah Penelitian TAHAP PELAKSANAAN: (Observasi, Wawancara, Dokumentasi). Sumber Data:

 Peserta didik  Kepala Sekolah  Guru-guru  Orang-tua  Proses PBM  Tata ruang kelas  Laboratorium  Dokumen-dokumen pendukung Analisis TEMUAN Cross-check Data Pola Bimbingan Ekologis dalam Mengambangk an Karakter Islami Anak Usia Dini KESIMPULAN HASIL PENELITIAN DAN REKOMENDASI


(25)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Pengumpulan data: dalam pengumpulan data digunakan metode observasi,

wawancara, dan analisis dokumentasi. Melalui observasi secara cermat diamati berbagai fenomena budaya, lingkungan sosial, fisik maupun spiritual dalam proses bimbingan di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung. Sehingga dalam observasi ini lebih menyangkut pada penggalian data-data yang bersifat kongrit dan empirik. Sedangkan data-data-data-data yang bersifat abstrak menyangkut makna, pandangan hidup atau nilai peneliti memperdalamnya dengan metode wawancara kepada informan kunci dan sejarah karir. Yang dimaksud informan kunci dalam hal ini adalah kepala sekolah, para guru dan anak-anak kelas B. Sedangkan informan pendukung didapatkan dari sebagian orang tua dan pihak-pihak terkait. Sedangkan metode observasi dan wawancara yang didapatkan akan diperkaya dengan berbagai data dokumentasi.

3. Analisis data: setelah data terkumpul dapat dimulai dengan mengagregasi,

mengorganisasi, dan mengklasifikasi data. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dari lapangan;

4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam

pendekatan studi kasus tetap dilakukan upaya penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah


(26)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ditemukan. Pengumpulan data baru tidak menutup kemungkinan untuk kembali ke lapangan, membuat kategori baru untuk menyempurnakannya.

5. Penulisan laporan: dalam penulisan laporan ini dideskripsikan suatu gejala

atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnemudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting dalam suatu uraian yang logis dan bisa dipertanggungjawabkan.


(27)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan fokus masalah terkait kondisi lingkungan dalam mendukung pengembangan karakter islami anak, upaya guru dalam membantu pengembangan karakter Islami anak usia dini di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung, dapat disimpulkan beberapa temuan sebagai berikut:

1. Kondisi lingkungan TK Khas Daarut Tauhiid sudah cukup mengakomodasi dalam mengembangkan empat pilar karakter Islami (akhlak), yaitu terkait dengan akhlak kepada Allah Swt, akhlak kepada Rasulullah Saw, akhlak kepada sesama manusia dan akhlak kepada lingkungan. Struktur kondisi lingkungan yang mendukung tersebut meliputi: (a) Segi pembagian struktur ruang di TK Khas Daarut Tauhiid; (b) Kondisi lingkungan di sekitar TK Khas Daarut Tauhid memiliki posisi strategis sebagai struktur pendukung dalam memperkuat pengembangan nilai-nilai karakter Islami; (c) Struktur ruang sosial yang terbentuk dalam proses panjang di Pesantren Daarut Tauhiid yang menampakkan implementasi moral (moral acting) atas sistem pengetahuan etis dan estetis dalam memperkuat budaya religius di TK Khas Daarut Tauhiid.


(28)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Upaya bimbingan yang dilakukan guru dalam pengembangan karakter Islami di TK Khas Daarut Tauhiid menampakkan struktur ekologis yang kuat. Hal ini dapat dicermati melalui tiga struktur yang saling terkait:

a. Struktur peluang, yaitu diwujudkan dalam bentuk perangkat tugas, jenis dan berbagai bentuk kegiatan yang sesuai kebutuhan anak sehingga memungkinkan anak-anak mempelajari, menghayati dan menumbuhkan rasa senang terhadap nilai-nilai Islam.

b. Struktur pendukung, yaitu perangkat sumber (resources) dan pemanfaatan dukungan konteks yang sejalan dengan nilai-nilai karakter Islami.

c. Struktur penghargaan, yaitu pemberian balikan yang memperkuat struktur kognitif, sikap atau perilaku baru (moral knowing, moral feeling dan moral acting) yang selaras dengan sistem nilai karakter Islami.


(29)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian ini, beberapa rekomendasi yang dapat diuraikan berdasarkan pengalaman dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru Pembimbing perlu kiranya memperhatikan beberapa rekomendasi antara lain:

a. Hendaknya para guru menyeimbangkan antara upaya penguatan peluang (berupa jenis dan bentuk kegiatan), struktur dukungan (berupa keteladanan, penyesuaian konteks dan pelibatan orang tua), hingga struktur penghargaan (pemberian balikan) sebagai suatu komponen yang saling terkait dalam bingkai bimbingan untuk mengembangkan karakter Islami.

b. Hendaknya para guru lebih memperbanyak pola-pola pemberian penghargaan yang menarik dan mengesankan bagi anak dengan tetap berpinsip bahwa pada setiap anak dalam fitrahnya adalah hebat (juara), sehingga jangan sampai ada anak yang tidak mendapatkan penghargaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Penting kiranya untuk melakukan penelitian experimen terkait dengan bimbingan ekologis dalam mengembangkan karakter Islami untuk memnyempurnakan penelitian studi kasus pada topik yang sama


(30)

FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Perlu kiranya untuk melakukan penelitian perbandingan pada dua sekolah atau lebih terkait bimbingan ekologis untuk mengembangkan karakter anak sehingga dapat menemukan keragaman struktur peluang, struktur dukungan dan struktur penghargaan yang saling memperkaya.


(31)

135 FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (2010). “Pendidikan Karakter: Mengasah Kepekaan Hati Nurani” Makalah disampaikan pada acara sarasehan Nasional Pendidikan Karakter, Direktorat Pendidikan Nasional, di Hotel Santika Yogyakarta, 15 April 2010. Agustin, M. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Kecerdasan Jamak

Anak Usia Taman Kana. UPI Bandung. Tesis Tidak diterbitkan.

Alwasilah, A.C. (2002). Pokoknya Kualitatif; Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Assegaf, A.R. et. all. (2002). Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://www.ditpertais.net/istiqro/ist02-03.asp (19 Mei 2010).

Ateel, S.A. (tt). Nature VS Nurture - Theories of Personality in 21st Century. [Online] Tersedia: http://ezinearticles.com/?Nature-VS-Nurture---Theories-of-Personality-in-21st-Century&id=64862 (10 Juli 2010).

Brewer, J.A. (2007). Introduction to Early Childhood Education; Preschool Through Primary Grade. Boston: Pearson.

Carkhuff, R. (1985). The Art Of Helping (Fifth ed). Human Resource Development Press.

Depdiknas (2007). Grand Design, Program Pendidikan Anak Usia Dini Non-Formal Tahun 2007-2015. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini . Depdiknas. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri

Pelatihan Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Desmita (2008). Psikologi Perkembangan (Edisi keempat). Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Dewantara, K.H. (1962), Karja Ki Hadjar Dewantara. Jogjakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Foucault, M. (2007). Disiplin Tubuh, Bengkel Individu Modern. Yogyakarta: LkiS. Hackney, H.L. & Cormier, S. (2009), The Professional Counselor A Process Guide

to Helping (Sixth Ed). Ohio : Pearson.

Hanstoct, E.G. (1999). Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Pra Sekolah. (Edisi yang diperbarui). Jakarta: Pustaka Delapratasa.


(32)

136 FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Harizal. (2008). Implementasi Konsep Montessori Pada Pendidikan Anak Usia Dini [Online] Tersedia http://www.jugaguru.com/column/21/tahun/2008/bulan/12/ tanggal/19/id/849/ (9 Juli 2010).

Ilyas, Yunahar. (200). Kuliah Akhlaq (Cet. Ke VI). Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI).

Kartadinata, S. (2009a). Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan, Pendekatan Ekologis Sebagai Suatu Alternatif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kartadinata, S. (2009b). Terapi dan Pemulihan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kauchak, D. & Eggen, P. (2007). Educational Psycology; Windows to Classroom. Seventh Edition. US & Canada: Pearson Merill Prentice Hall.

Koesoema, Doni. A. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kurnanto, M. E. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Kecerdasan Jaman Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Kegiatan Bermain (Dikembangkan berdasarkan Studi Kasus Pembelajaran di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung. UPI Bandung. Tesis. BK.Tidak diterbitkan.

Lickona, T. (1991) Educating For Character, New York: Bantam Books.

Lickona, T. (1992). “Educating For Character, How Our School Can Teach Respect and Responsibilit, New York: Bantam Books.

Lickona, T. (1993). “The Return of Character Education” dalam JOURNAL CITATION: Educational Leadership, v51 n3 p6-11 Nov 1993. [Online] Tersedia: http://www.hi-ho.ne.jp/taku77/refer/lickona.htm (10 Juli 2010).

Lickona, T. (1994). “Raising Good Children: From Birth Though the Teenage Years, New York: Bantam Books.

Gregor, Mc & Gantham, S. (et al). (2007) Child Development in Developing Countries 1, The Lancet, Reprint, p 61, Vol 369, UK: Williams Press.

Megawangi, R. (2001) Mengapa Pendidikan Karakter. Mimeograp, Indonesia Heritage Foundation. Tidak diterbitkan.

Megawangi, R. (2007) Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa (Cet. Kedua). Bogor: Indonesia Heritage Foundation

Muhaimin (2008). Paradigma pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda karya


(33)

137 FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Muhaimin (2009). Rekonstruksi Pendidikan Islam, Dari Paradigma Pengembangan, manajemen kelembagaan, kurikulum hingga strategi pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mujib, A. & Mudzakkir, J. (2003). Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Rajawali Press - PT RajaGrafindo Persada.

Mustofa, S. (2010). Pendidikan Islam: Menjawab Tantangan Manusia Di Abad 21. [Online] Tersedia: http://saifulmustofauin.blogspot.com/2010/05/pendidikan-islam-menjawab-tantangan.html (10 Juli 2010).

Nurihsan, A. Juntika. (2007). Strategi Layanan bimbingan & Konseling. Bandung : Refika Aditama.

Piliang, Yasraf Amir . (1998). Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Postmodernisme. Bandung: Mizan. Rachman, B. M. (2001). Suara Hati dan Fitrah Manusia. Tersedia:

http://islamlib.com/id/artikel/suara-hati-dan-fitrah-manusia (23 Juni 2011). Rahman, H. S. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

PGTKI Press.

Rahmat, J. (2010). Membangun Karakter: Mengembalikan Jiwa Pedidikan. Makalah Pembekalan Guru SMU Plus Muthohhari Bandung.

Rakhmat, J. (2007). Dahulukan Akhlak daripada Fiqh. Bandung: Mizan Saebani, B. A. & Hamid, A. (2010), Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia

Sauri, S. (2001). Filsafat dan Teosofat Akhlak, Kajian Filosofis dan Teosofis tentang Akhlak, Karakter, Nilai, Moral, Etika, Budi Pekerti, Tata Krama dan Sopan Santun. Bandung: Rizqi Press

Sensus, A.I. (2010). Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Inklusi. Tersedia: http://balerancage.wordpress.com/2010/12/13/ pentingnya-layanan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-inklusi/ (30 Maret 2010)

Setyoadi Purwanto. (2010). Tepuk Tangan Bikin Anak Pintar. Tersedia: http://kakadi.wordpress.com/2011/03/10/tepuk-tangan-bikin-anak-pintar/ (20 Juni 2011)

Smith, R. M. & Neisworth, J. T. & Berlin, C. M. Jr. (1975). The Exceptional Child. New York: McGraw-Hill Book Company.


(34)

138 FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Solahudin, D. (1996). Workshop For Morality; The Islamic Creativity of Pesantren Daarut Tauhid Bandung, Java. Fakultas of Arkeologi dan Antropologi, The Australian National University.

Solahudin, D. (1996). Workshop For Morality; The Islamic Creativity of Pesantren Daarut Tauhid Bandung, Java. Fakultas of Arkeologi dan Antropologi, The Australian National University.

Sudjarwo. (2008). Kebijakan Pemerintah tentang PAUD (Nonformal dan Informal). Makalah dipresentasikan pada Seminar Internasional Pendidikan Anak Usia Dini. UPI Bandung.

Sugianto, I.R. (2011), Mengembangkan Kecerdasan lewat bentuk dan warna Surya, M. (2003), Psikologi Konseling, Bandung, Maestro

Surya, M. (2003), Teori-Teori Konseling, Bandung Pustaka Bani Quraisy

Suyanto, S. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Syaodih, E & Agustin, M (2008), Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka.

Syaodih, E. (2005), Bimbingan di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dorektorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Syaodih, N. S (Eds.) (2003), Materi Bimbingan dan Konseling (untuk Pengembangan Diri, Sosial dan Karir), Bandung: Mutiara

Tarsidi, D. (2008). Intervensi bimbingan dan konseling untuk Membantu Perkembangan Kompetensi Sosial Anak Tunanetra. [Online] Tersedia: http://groups.yahoo.com/group/ditplb/message/704 (10 Juli 2010)

Tilaar, H.A.R. (2000), Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta. Tim TK Daarut Tauhiid. (2010). Buku Panduan TK Khas Daarut Tauhiid.

Ulyani, F. (2010). Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan (Kajian Budaya Dakwah dalam Komunitas Perempuan di Muslimah Center Pesantren Daarut Tauhiid Bandung.Bandung. Laporan Penelitian Ditpertais.

UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Yusuf, S. (1998), Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Ekologis, UPI Bandung: Disertasi Tidak diterbitkan


(35)

139 FARIDA ULYANI, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Yusuf, S & Nurihsan, J. (2009), Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya

Yusuf, S. (2009), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya

Zuriah, Nurul. (2008), Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

b. Perlu kiranya untuk melakukan penelitian perbandingan pada dua sekolah atau lebih terkait bimbingan ekologis untuk mengembangkan karakter anak sehingga dapat menemukan keragaman struktur peluang, struktur dukungan dan struktur penghargaan yang saling memperkaya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (2010). “Pendidikan Karakter: Mengasah Kepekaan Hati Nurani” Makalah disampaikan pada acara sarasehan Nasional Pendidikan Karakter, Direktorat Pendidikan Nasional, di Hotel Santika Yogyakarta, 15 April 2010. Agustin, M. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Kecerdasan Jamak

Anak Usia Taman Kana. UPI Bandung. Tesis Tidak diterbitkan.

Alwasilah, A.C. (2002). Pokoknya Kualitatif; Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Assegaf, A.R. et. all. (2002). Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://www.ditpertais.net/istiqro/ist02-03.asp (19 Mei 2010).

Ateel, S.A. (tt). Nature VS Nurture - Theories of Personality in 21st Century. [Online] Tersedia: http://ezinearticles.com/?Nature-VS-Nurture---Theories-of-Personality-in-21st-Century&id=64862 (10 Juli 2010).

Brewer, J.A. (2007). Introduction to Early Childhood Education; Preschool Through Primary Grade. Boston: Pearson.

Carkhuff, R. (1985). The Art Of Helping (Fifth ed). Human Resource Development Press.

Depdiknas (2007). Grand Design, Program Pendidikan Anak Usia Dini Non-Formal Tahun 2007-2015. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini . Depdiknas. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri

Pelatihan Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Desmita (2008). Psikologi Perkembangan (Edisi keempat). Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Dewantara, K.H. (1962), Karja Ki Hadjar Dewantara. Jogjakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Foucault, M. (2007). Disiplin Tubuh, Bengkel Individu Modern. Yogyakarta: LkiS. Hackney, H.L. & Cormier, S. (2009), The Professional Counselor A Process Guide

to Helping (Sixth Ed). Ohio : Pearson.

Hanstoct, E.G. (1999). Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Pra Sekolah. (Edisi yang diperbarui). Jakarta: Pustaka Delapratasa.


(3)

Harizal. (2008). Implementasi Konsep Montessori Pada Pendidikan Anak Usia Dini [Online] Tersedia http://www.jugaguru.com/column/21/tahun/2008/bulan/12/ tanggal/19/id/849/ (9 Juli 2010).

Ilyas, Yunahar. (200). Kuliah Akhlaq (Cet. Ke VI). Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI).

Kartadinata, S. (2009a). Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan, Pendekatan Ekologis Sebagai Suatu Alternatif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kartadinata, S. (2009b). Terapi dan Pemulihan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kauchak, D. & Eggen, P. (2007). Educational Psycology; Windows to Classroom. Seventh Edition. US & Canada: Pearson Merill Prentice Hall.

Koesoema, Doni. A. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kurnanto, M. E. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Kecerdasan Jaman Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Kegiatan Bermain (Dikembangkan berdasarkan Studi Kasus Pembelajaran di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung. UPI Bandung. Tesis. BK.Tidak diterbitkan.

Lickona, T. (1991) Educating For Character, New York: Bantam Books.

Lickona, T. (1992). “Educating For Character, How Our School Can Teach Respect and Responsibilit, New York: Bantam Books.

Lickona, T. (1993). “The Return of Character Education” dalam JOURNAL CITATION: Educational Leadership, v51 n3 p6-11 Nov 1993. [Online] Tersedia: http://www.hi-ho.ne.jp/taku77/refer/lickona.htm (10 Juli 2010).

Lickona, T. (1994). “Raising Good Children: From Birth Though the Teenage Years, New York: Bantam Books.

Gregor, Mc & Gantham, S. (et al). (2007) Child Development in Developing Countries 1, The Lancet, Reprint, p 61, Vol 369, UK: Williams Press.

Megawangi, R. (2001) Mengapa Pendidikan Karakter. Mimeograp, Indonesia Heritage Foundation. Tidak diterbitkan.

Megawangi, R. (2007) Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa (Cet. Kedua). Bogor: Indonesia Heritage Foundation

Muhaimin (2008). Paradigma pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda karya


(4)

Muhaimin (2009). Rekonstruksi Pendidikan Islam, Dari Paradigma Pengembangan, manajemen kelembagaan, kurikulum hingga strategi pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mujib, A. & Mudzakkir, J. (2003). Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Rajawali Press - PT RajaGrafindo Persada.

Mustofa, S. (2010). Pendidikan Islam: Menjawab Tantangan Manusia Di Abad 21. [Online] Tersedia: http://saifulmustofauin.blogspot.com/2010/05/pendidikan-islam-menjawab-tantangan.html (10 Juli 2010).

Nurihsan, A. Juntika. (2007). Strategi Layanan bimbingan & Konseling. Bandung : Refika Aditama.

Piliang, Yasraf Amir . (1998). Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Postmodernisme. Bandung: Mizan. Rachman, B. M. (2001). Suara Hati dan Fitrah Manusia. Tersedia:

http://islamlib.com/id/artikel/suara-hati-dan-fitrah-manusia (23 Juni 2011). Rahman, H. S. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

PGTKI Press.

Rahmat, J. (2010). Membangun Karakter: Mengembalikan Jiwa Pedidikan. Makalah Pembekalan Guru SMU Plus Muthohhari Bandung.

Rakhmat, J. (2007). Dahulukan Akhlak daripada Fiqh. Bandung: Mizan Saebani, B. A. & Hamid, A. (2010), Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia

Sauri, S. (2001). Filsafat dan Teosofat Akhlak, Kajian Filosofis dan Teosofis tentang Akhlak, Karakter, Nilai, Moral, Etika, Budi Pekerti, Tata Krama dan Sopan Santun. Bandung: Rizqi Press

Sensus, A.I. (2010). Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Inklusi. Tersedia: http://balerancage.wordpress.com/2010/12/13/ pentingnya-layanan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-inklusi/ (30 Maret 2010)

Setyoadi Purwanto. (2010). Tepuk Tangan Bikin Anak Pintar. Tersedia: http://kakadi.wordpress.com/2011/03/10/tepuk-tangan-bikin-anak-pintar/ (20 Juni 2011)

Smith, R. M. & Neisworth, J. T. & Berlin, C. M. Jr. (1975). The Exceptional Child. New York: McGraw-Hill Book Company.


(5)

Solahudin, D. (1996). Workshop For Morality; The Islamic Creativity of Pesantren Daarut Tauhid Bandung, Java. Fakultas of Arkeologi dan Antropologi, The Australian National University.

Solahudin, D. (1996). Workshop For Morality; The Islamic Creativity of Pesantren Daarut Tauhid Bandung, Java. Fakultas of Arkeologi dan Antropologi, The Australian National University.

Sudjarwo. (2008). Kebijakan Pemerintah tentang PAUD (Nonformal dan Informal). Makalah dipresentasikan pada Seminar Internasional Pendidikan Anak Usia Dini. UPI Bandung.

Sugianto, I.R. (2011), Mengembangkan Kecerdasan lewat bentuk dan warna Surya, M. (2003), Psikologi Konseling, Bandung, Maestro

Surya, M. (2003), Teori-Teori Konseling, Bandung Pustaka Bani Quraisy

Suyanto, S. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Syaodih, E & Agustin, M (2008), Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka.

Syaodih, E. (2005), Bimbingan di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dorektorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Syaodih, N. S (Eds.) (2003), Materi Bimbingan dan Konseling (untuk Pengembangan Diri, Sosial dan Karir), Bandung: Mutiara

Tarsidi, D. (2008). Intervensi bimbingan dan konseling untuk Membantu Perkembangan Kompetensi Sosial Anak Tunanetra. [Online] Tersedia: http://groups.yahoo.com/group/ditplb/message/704 (10 Juli 2010)

Tilaar, H.A.R. (2000), Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta. Tim TK Daarut Tauhiid. (2010). Buku Panduan TK Khas Daarut Tauhiid.

Ulyani, F. (2010). Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan (Kajian Budaya Dakwah dalam Komunitas Perempuan di Muslimah Center Pesantren Daarut Tauhiid Bandung.Bandung. Laporan Penelitian Ditpertais.

UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Yusuf, S. (1998), Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Ekologis, UPI Bandung: Disertasi Tidak diterbitkan


(6)

Yusuf, S & Nurihsan, J. (2009), Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya

Yusuf, S. (2009), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya

Zuriah, Nurul. (2008), Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara.