PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA DI ASRAMA SMP DAARUT TAUHIID BANDUNG.

(1)

No. Daftar FPIPS: 4699/UN.40.2.6.1/PL/2015 PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA

DI ASRAMA SMP DAARUT TAUHIID BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Yunita Latifah

1103706

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH BERASRAMA (Studi Deskriptif di Asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung)

Oleh: Yunita Latifah

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan program studi Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yunita Latifah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

Pembinaan Keagamaan Siswa di Asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung Yunita Latifah (1103706)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan kenakalan remaja yang semakin komplek. Sekolah yang dianggap dapat membantu mengatasi masalah-masalah sosial tersebut pada kenyataannya hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Dengan mengangkat topik mengenai pembinaan keagamaan siswa pada sekolah berasrama, diharapkan para orangtua tidak lagi memandang sebelah mata mengenai pendidikan di asrama atau pesantren, karena pada kenyataannya pendidikan asrama atau pesantren sangat membantu memperbaiki akhlak peserta didik, serta membantu menambah pengetahuan keagamaan tanpa mengesampingkan prestasi akademik mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui secara lebih rinci mengenai: perencanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung, pelaksanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung dan yang terakhir, hasil program pembinaan keagamaan siswa di SMP Daarut Tauhiid Bandung. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumen. Perencanaan dari program tersebut direncanakan berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah, yang dilakukan oleh pihak-pihak asrama antara lain mudaris-mudarisah, kepala pengasuhan dan juga kepala sekolah, dimana dalam perencanaan tersebut terdapat tiga program kerja keagamaan yang dicanangkan, antara lain program tahfidz, kajian islam dan mufrodat. Dalam pelaksanaannya ketiga program kerja tersebut dilakukan diluar jam sekolah yakni di pagi hari dan sore setelah melaksanakan kegiatan di sekolah. Kegiatan tersebut diawasi oleh mudaris masing-masing yang dibantu oleh bina siswa sebagai kesiswaan di lingkungan asrama. Selain itu evaluasi belajar juga dilaksanakan dalam bentuk tes lisan dan tes perbuatan dengan waktu pelaksanaan setiap hari untuk tes perbuatan dan setiap satu semester sekali untuk tes lisan.


(6)

Student Religiosity Development

in Dormitory of Daarut Tauhiid Junior High School Bandung Yunita Latifah (1103706)

ABSTRACT

The background to the research is the increasingly complex juvenile problems. Schools that are regarded as being able to solve the social problems are in fact merely trying to shed their obligations. By taking the topic of student religiosity development in boarding schools, it is expected that parents will no longer undermine education in boarding school or pesantren (Islamic boarding school), for in reality boarding school is really helpful in improving students’ morals as well as increasing their religious knowledge without putting aside their academic achievements. The aim of this research is to find in more detail: The planning of student religiosity development program in the dormitory of SMP (Junior High Boarding School) Daarut Tauhiid Bandung, the implementation of student religiosity development program in the dormitory of SMP Daarut Tauhiid Bandung, and the results of student religiosity development program in the dormitory of SMP Daarut Tauhiid Bandung. In this research, descriptive method with qualitative approach was adopted. Meanwhile, the techniques of data collection comprised interview, observation, and documentary analysis. It is found that the planning of the program is designed based on the school vision, missions, and objectives formulated by the administrators of the dormitory, namely mudaris-mudarisah (male and female teachers), head of the dormitory supervisory board, and the principal, where the planning constitutes three religious programs, namely tahfidz program, Islamic studies, and mufrodat. In their implementation, the three working programs are carried out outside the school hours, namely in the morning and afternoon, after the school activity is finished. The activities are monitored by mudaris who are each assisted by a student supervisor involved in the student board in the dormitory. In addition, learning evaluation is executed in the forms of oral as well as practicum tests, where practicum test is conducted daily, while oral test once per semester.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan berkembangnya kehidupan serta pola pikir manusia. Hal tersebut menjadikan pola kehidupan manusia bergeser pada pola kehidupan yang semakin universal. Dalam pola kehidupan yang universal ini, permasalahan yang timbul di masyarakat akan semakin universal, terutama permasalahan yang melibatkan remaja, pendidikan serta pergaulan masyarakat. Kehidupan remaja saat ini dihadapkan pada masalah yang semakin kompleks, hal tersebut memerlukan perhatian secara khusus dari berbagai pihak, baik keluarga, sekolah ataupun masyarakat tempat mereka bersosialisasi. Masalah yang terjadi dalam kehidupan remaja saat ini antara lain semakin menurunnya nilai tata krama kehidupan sosial serta etika moral remaja, baik di rumah, di sekolah atau di lingkungan masyarakat. Hal tersebut menimbulkan adanya efek negatif di lingkungan masyarakat, yang mengakibatkan semakin maraknya penyimpangan dalam berbagai norma kehidupan, baik norma agama maupun norma sosial yang dilakukan oleh kaum remaja (Syafaat, dkk, 2008, hlm. 1-2) Kondisi tersebut sangat memprihatinkan terutama bagi dunia pendidikan. Remaja yang seharusnya menjadi pengubah dunia dalam hal positif, pada kenyataannya justru menjadi pelaku kejahatan di lingkungan sosial. Pendidikan yang dianggap dapat membantu proses pembinaan moral remaja, justru tidak berarti apapun dalam penerapannya. Pada kenyataannya para remaja melaksanakan pendidikan hanya sebatas menggugurkan kewajiban serta melaksanakan tuntutan dari orang tua. Setelah mereka melaksanakan pendidikan di sekolah, pergaulan di masyarakat lah yang kemudian akan lebih banyak membentuk karakter serta kepribadian para remaja tersebut.

Masalah yang cukup memprihatinkan berkenaan dengan remaja memberikan dorongan kuat kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mencari solusi atau jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang


(8)

terjadi, misalnya pihak edukatif di lingkungan sekolah, pihak jaksa dan hakim mengenai penyuluhan serta penegakan hukum. Demikian juga pihak pemerintah yang berperan sebagai pemelihara kebijakan umum dalam pembinaan, penciptaan, dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Serta peranan keluarga dan juga masyarakat dalam menunjang penyelesaian masalah-masalah dikalangan remaja (Sudarsono, 2008, hlm. 2).

Pendidikan menjadi sorotan utama dalam penyelesaian masalah remaja yang terjadi, hal ini sesuai dengan arti pendidikan dalam pasal 1 ayat 1 undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Dari pengertian pendidikan tersebut sudah sangat jelas bahwa pendidikan seharusnya mampu membawa perubahan bagi pesera didik baik dalam keagamaan, kecerdasan hidup bersosial bahkan kecerdasan intelektual. Namun kenyataannya pendidikan di sekolah saja tidak membuat remaja sebagai peserta didik menyadari esensi dari pendidikan yang ditempuh selama ini.

Pendidikan yang mereka tempuh seharusnya memiliki manfaat bagi dirinya sendiri dan bagi sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang terdapat dalam tujuan pendidikan nasional pada pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003:

“Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.”

Namun demikian, ketidak sesuaian antara teori dan kenyataan ini membuat resah masyarakat. Pendidikan yang seharusnya dapat dijadikan dasar berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat hanya sebatas teori tanpa praktik yang nyata. Selain itu kebanyakan dari remaja melaksanakan pendidikan hanya sebatas pergi ke sekolah dan kemudian


(9)

3

pulang ke rumah saja, sedangkan dalam praktik kehidupan sehari-hari tidak sejalan dengan ilmu yang diperoleh di sekolah. Sehingga banyak remaja yang berprilaku tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta norma hukum yang berlaku. Pendidikan dari orang tua yang tidak mencerminkan sikap - sikap keagamaan dapat menjadikan anak bersikap sesuai dengan pendidikan atau sikap yang dicontohkan oleh orang tuanya tersebut. Orang tua sering kali terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktifitas dirinya sendiri sehingga pergaulan anak tidak termonitori dengan baik, orang tua juga terkadang tidak mengetahui dengan siapa anak bergaul dan bagaimana pergaulannya di luar pengawasan orang tua.

Oleh sebab itu bagi orang tua yang tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengawasi perkembangan buah hatinya, sebaiknya memilih sekolah-sekolah dengan program full day, sekolah-sekolah-sekolah-sekolah islam yang berada di bawah naungan pondok pesantren, atau sekolah-sekolah berasrama (boarding school). Hal ini selain dapat membantu pengawasan buah hati, juga memberikan pendidikan yang lebih baik dari sekolah-sekolah biasa. Baik pendidikan umum maupun pendidikan keagamaan.

Dalam sekolah-sekolah yang berada di bawah lembaga pendidikan islam biasanya memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaan pendidikannya. Antara lain: 1) Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang dapat membawa manusia kepada api neraka. Hal tersebut sesuai dengan Al-Qur'an Surat Al-Taḥrim [66] ayat 6:

                      

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allāh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. Al-Taḥrim [66]: 6) *

*

Seluruh teks dan terjemah Al-Qur'an dalam skripsi ini dikutip dari Al-Qur'an in word, yang disesuaikan dengan Al-Qur'an dan terjemahnya. Penerjemah: Tim Depag RI,


(10)

2) Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allāh yang memiliki sifat keselarasan serta keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, sebagai bentuk makhluk yang beriman dan bertakwa, yang senantiasa memanjatkan doa kepada Allāh dan juga berikhtiar semaksimal mungkin dalam menjalankan kehidupan di dunia. 3) Prinsip „amr ma’ruf nahyī munkar serta pembebasan manusia dari belenggu kenistaan. 3) Prinsip pengembangan daya pikir, daya nalar, daya rasa, sehingga dapat menciptakan anak didik yang kreatif sehingga dapat menciptakan daya cipta, daya rasa dan daya karsanya. 4) Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya akan ilmu pengetahuan, dimana antara satu dengan lainnya saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan diri pada Sang Pencipta (Rukiati, 2006, hlm. 99-100).

Dari prinsip-prinsip yang dimiliki tersebut sudah seharusnya sekolah-sekolah di bawah lembaga islam dapat mencetak peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia serta memiliki intelektual yang tinggi. Sehingga orang tua serta masyarakat tidak lagi diresahkan dengan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian besar remaja. Dengan menempuh pendidikan di sekolah-sekolah tersebut para remaja akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama pendidik dan teman sebayanya di lingkungan sekolah, pondok atau asrama, dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya pergaulan yang tidak diharapkan, serta dapat membentuk remaja yang kreatif dan berdaya saing tinggi.

Asrama yang merupakan bagian dari pesantren ini menjadi sebagai lembaga pendidikan non-formal yang dapat mencetak peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia serta memiliki intelektual yang tinggi. Asrama merupakan sebuah lingkungan pendidikan yang dibina sesuai dengan tujuannya dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Cara-cara pendidikan serta alat-alat pendidikan dalam asrama tersebut berbeda-beda sesuai dengan kepentingan dan tujuannya, namun senantiasa mewujudkan

Jakarta: CV Darus Sunnaħ, 2002. Kutipan ayat Al-Quran disingkat Q.S.= Qur'an Surat

dilanjutkan dengan nama dan nomor surat serta ayat contoh: (Q.S. Al-Taḥrim [66]: 6), Q.S. berarti Qur'an surat Al-Taḥrim, surat ke-66, ayat ke-6.


(11)

5

suasana “kehidupan keluarga” dengan rasa kasih sayang serta kehidupan

keagamaan dapat diwujudkan secara wajar. Selain itu pengalaman bergaul dengan teman sebaya di asrama juga dapat memajukan dan memperkembangkan hidup bermasyarakat antar sesama. Sehingga pengalaman sosial yang demikian itu dapat menegakkan keteraturan dan kemandirian sehingga mempermudah terwujudnya penguasaan diri (Daradjat, 2006, hlm. 68-69).

Sesuai dengan judul penelitian yang peneliti akan lakukan mengenai

“Pembinaan Keagamaan Siswa di Sekolah Berasrama”, maka peneliti

melakukan survey penelitian, dan peneliti memilih Asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung sebagai objek penelitian, hal ini dikarenakan SMP tersebut merupakan salah satu SMP di kota Bandung yang berada di bawah naungan Pesantren Daarut Tauhiid dan juga memiliki Asrama Siswa sebagai fasilitasnya, dimana asrama siswa tersebut berkompeten untuk membina keagamaan siswa baik dari segi pengetahuan agama maupun dalam praktik keagamaannya.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian mengenai pembinaan keagamaan siswa di sekolah

berasrama ini, yang menjadi fokus masalah adalah “Bagaimana pembinaan

keagamaan pada siswa SMP yang berasrama di asrama siswa Daarut Tauhiid Bandung?”. Dari fokus masalah tersebut dapat dirinci dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Profil dari Asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung?

2. Bagaimana perencanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung?

3. Bagaimana pelaksanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung?

4. Bagaimana hasil dari program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian mengenai pembinaan keagamaan siswa di sekolah berasrama ini adalah “Mengetahui pembinaan keagamaan pada


(12)

siswa SMP yang berasrama di asrama siswa Daarut Tauhiid Bandung?”, sedangkan yang menjadi tujuan khususnya antara lain:

1. Mengetahui Profil dari Asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung

2. Mengetahui perencanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung.

3. Mengetahui pelaksanaan program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung.

4. Mengetahui hasil dari program pembinaan keagamaan siswa di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

1. Manfaat dari Segi Teori

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai positif berupa gambaran perencanaan, pelaksanaan serta hasil dari pembinaan kegamaan di asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung. Sehingga Pesantren tidak lagi dipandang sebelah mata serta mendapat nilai luhur dari masyarakat.

2. Manfaat dari Segi Kebijakan

Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah dalam menanggulangi kenakalan remaja yang semakin merajalela, serta dapat menjadikan pesantren sebagai suatu lembaga yang dinilai positif dalam membantu memperbaiki akhlak serta keagamaan siswa. 3. Manfaat dari Segi Praktik

Peneliti berharap penelitian ini dapat membawa manfaat bagi berbagai pihak, seperti:

a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur dalam melaksanakan pembinaan keagamaan di lingkungan kampus.

b. Bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Al-Islām, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi contoh dalam penelitian selanjutnya mengenai sekolah berasrama serta pembinaan keagamaan yang ada di sekolah berasrama tersebut.


(13)

7

c. Bagi para orang tua, hasil penelitian ini diharapkan para orang tua tidak menganggap rendah pendidikan pesantren serta menjadikannya contoh bagaimana cara mendidik anak dengan pengetahuan agama yang sesuai dengan syariat Al-Islām.

d. Bagi para pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pembinaan keagamaan baik dalam proses belajar menagajar atau dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam proses pembelajaran di lapangan. Serta menjadi bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah.

4. Manfaat dari Segi Isu serta Aksi Sosial

Penelitian ini dilaksanakan guna menaggapi problematika yang banyak berkembang dalam pendidikan remaja khususnya mengenai keagamaan siswa.

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi skripsi bertujuan memberikan gambaran isi dan kandungan dalam setiap bab secara umum, urutan serta keterkaitan antar setiap bab.

Bab I, terdiri dari latar belakang masalah yang menjelaskan secara garis besar sebab atau alasan penelitian ini diambil, rumusan masalah yang merumuskan masalah-masalah yang akan menjadi bahan penelitian, tujuan penelitian yang merupakan hasil dari cerminan rumusan masalah, manfaat/signifikansi penelitian yang menjelaskan mengenai manfaat dari penelitian yang dilaksanakan bagi masyarakat, serta struktur organisasi yang menjelaskan tentang gambaran umum dari setiap bab dalam penulisan skripsi. Bab II, merupakan kajian teoritis yang menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang diambil. Bab III, merupakan metode penelitian yang menjelaskan mengenai pendekatan yang digunakan saat melaksanakan penelitian, yang meliputi: a) Desain penelitian, b) Partisipasi dan tempat penelitian, c) Teknik pengumpulan data, d) Analisis data, serta e) Isu etik.


(14)

Bab IV, berisi tentang temuan dan pembahasan yang merupakan hasil dari rumusan masalah yang telah dirumuskan kemudian dibahas berdasarkan teori yang telah dijelaskan. Dan yang terakhir Bab V, berisi tentang simpulan, implikasi dan rekomendasi. Bab ini berisi tentang intisari hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah, serta berisi tentang implikasi dan rekomendasi untuk penulisan karya ilmiah dan pelaksanaan penelitian selanjutnya.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Syaodih (dalam Musfiqon, 2012, hlm. 84) mengemukakan bahwa setiap penelitian memiliki rancangan (desain) tertentu. Rancangan atau desain yang dibuat dalam penilitian menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitian. Prosedur yang ditempuh meliputi, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti data, serta bagaimana data dihimpun dan diolah.

Secara sederhana Karlinger & Lee (dalam Setyosari, 2012, hlm. 168) mengemukakan bahwa, rancangan atau desain penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian.

Menurut Nasution (2009), desain penelitian berkaitan erat dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian sosial adalah eksploratoris, deskriptif, dan eksperimental. 1) Penelitian Eksploratoris, menjajaki sesuatu yang belum dikenal atau sedikit dikenal. 2) Penelitian Deskriptif, mengadakan deskripsi guna memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. 3) Penelitian Eksperimental, mengadakan percobaan atau eksperimen, untuk mentes hipotesis. Suatu eksperimen dilakukan dalam kondisi di mana satu atau beberapa variabelnya dapat dikontrol.

Dari penjelasan di atas, jika dilihat dari tujuan dari penelitian yang

akan peneliti lakukan denngan judul penelitian “Pembinaan Keagamaan Siswa di Sekolah Berasrama”, maka penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran-gambaran yang lebih jelas mengenai situasi sosial yang ada di sekolah berasrama.

Desain penelitian berdasarkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dengan menggunakan desain case study sebagai desain penelitian. Hal tersebut karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian yang menggambarkan suatu keadaan yang ada. Selain itu data yang diperoleh


(16)

bersumber dari laporan hasil pengamatan serta keterangan dari orang-orang yang tahu mengenai indikator yang diteliti oleh peneliti.

Desain Case Study merupakan bentuk penelitian yang mendalam mengenai suatu aspek sosial. Case Study dapat dilakukan pada individu, kelompok individu, segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial. Case Study dapat mengenai perkembangan sesuatu, dapat pula menggambarkan keadaan yang ada. Bahan case study ini dapat diperoleh dari sumber-sumber seperti laporan hasil pengamatan, catatan pribadi, kitab harian atau biografi orang yang diselidiki, serta laporan atau keterangan yang orang yang mengetahui mengenai hal tersebut (Nasution, 2009, hlm. 27-28).

Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif. Dimana dalam pendekatan kualitatif ini data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang telah ditemukan di lapangan. Selain itu dalam pendekatan kualitatif ini, peneliti sebagai instrumen kunci, dan teknik pengumpulan data yang dilaukan dengan trianggulasi (gabungan) (Sugiyono, 2013, hlm. 13-15).

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Partisipan penelitian adalah orang yang mengambil bagian dalam proses penelitian, atau orang yang berpartisispasi dalam penelitian. Partisipan dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMP Boarding School Daarut Tauhiid, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Boarding School Daarut Tauhiid, Wali Kelas, Kepala Asrama Putri SMP Daarut Tauhiid, serta Siswa SMP Daarut Tauhiid. Sedangkan Penelitian ini berlangsung di lingkungan asrama SMP Daarut Tauhiid Bandung, yang terletak di Jl. Geger Kalong Girang komp Setiabudi Indah kav 25-26 Bandung.

C. Definisi Operasional 1. Pembinaan

Pembinaan memiliki arti membina atau membangun sesuatu kearah yang lebih baik, dalam kegiatan membina atau membangun tersebut dilakukan dengan efektif dan efesien sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.


(17)

32

2. Keagamaan

Keagamaan merupakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ajaran serta tata keimanan guna mendekatkan diri kepada Tuhan, serta mengatur tata cara berhubungan antara manusia dengan Tuhaannya dan manusia dengan manusia.

3. Asrama

Asrama merupakan suatu tempat tinggal yang digunukan oleh siswa guna mendapatkan pengajaran yang lebih dari seorang guru, baik pengajaran yang berkaitan dengan keagamaan atau pengajaran yang berkaitan dengan pengetahuan umum, sehingga dapat menambah wawasan siswa.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam suatu penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara (Sugiyono, 2013, hlm. 308).

Teknik pengumpulan data bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah seperti pada laboratorium, di sekolah, di rumah, di jalan dan lain lain. Sedangkan bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer (sumber data langsung memeberikan data kepada pengumpul data), dan sumber skunder (sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data). Selanjutnya bila dilihat dari segi cara, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya (Sugiyono, 2013, hlm. 308-309).

Metode (cara atau teknik) pengumpulan data ialah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpukan data. Metode menunjuk suatu yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan (observasi), ujian (tes), dokumentasi atau yang lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu


(18)

atau gabungan dari beberapa teknik tersebut tergantung keperluan ketika mengumpulkan data yang diteliti (Riduwan, 2012, hlm. 69).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Burn (dalam Basrowi, 2008, hlm. 93) mengungkapkan bahwa observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dengan observasi, peneliti dapat mendokumentasikandan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi objek sosial.

Fathoni (2006) mengemukakan dalam bukunya bahwa, Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan observasi, antara lain yang pertama, observasi diarahkan pada tujuan tertentu, bukan bersifat spekulatif, melainkan sistematis dan terencana. Kedua dalam observasi harus dilakukan pencatatan sesegera mungkin, jangan ditangguhkan dengan mengandalkan kekuatan daya ingat. Ketiga, diusahakan sedapat mungkin, melakukan pencatatan secara kuantitatif. Dan yang keempat, hasil yang diperoleh harus dapat diperiksa kembali untuk diuji kebenarannya.

Pengamatan bisa dikategorikan sebagai teknik pengumpulan data, jika pengamatan mempunyai kriteria sebagai berikut: a) Sebelum melakukan pengamatan, peneliti telah merencanakan secara sistematik berdasarkan berbagai hal yang akan diamati yang tertuang pada pedoman pengamatan. b) Pengamatan harus dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. c) Pada waktu melakukan pengamatan, peneliti melakukan pencatatan dalam bentuk catatan lapangan. d) Pada waktu melakukan pengamatan, peneliti juga melakukan kontrol terhadap hasil pengamatan, sehingga diperoleh validitas dan reliabilitas (Basrowi, 2008, hlm. 97).

Dalam observasi atau pengamatan ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan, antara lain (Basrowi, 2008, hlm. 98):


(19)

34

a. Pengamatan deskriptif. Pengamatan deskriptif ini dilaksanakan pada tahap eksplorasi secara umum. Selain itu dalam pengamatan ini peneliti memperhatikan dan merekam sebanyak mungkin aspek elemen situasi sosial yanng diamati, sehingga memperoleh gambarannya yang bersifat umum.

b. Pengamatan terfokus. Pengamatan terfokus merupakan kelanjutan dari pengamatan deskriptif. Pengamatan ini lebih terfokus terhadap detail/rincian-rincian suatu ranah/domain. Pada pengamatan ini digunakan untuk menunjukkan analisis taksonomi.

c. Pengamatan terseleksi. Pengamatan ini ditujukan guna mendapatkan data yang diperlukan dalam anailisis komponensial. Selain itu komponen-komponen yang diamati sudah tertentu.

Dalam penelitian yang peneliti lakukan mengenai pembinaan keagamaan siswa di sekolah berasrama ini menggunakan teknik observasi guna mengetahui bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan oleh pihak asrama kepada siswa atau santri.

2. Wawancara

Fathoni (2006) mengungkapkan bahwa, “Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, maksudnya adalah pertanyaan wawancara datang dari pihak yang mewawancarai sedangkan jawaban dari wawancara datang dari pihak yang diwawancarai”. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses wawancara yakni: a) Menjalani hubungan baik dengan yang akan diwawancarai serta menjelaskan maksud dari wawancara yang akan dilakukan dengan harapan dapat mengungkapkan sebanyak mungkin data yang ingin digali. b) Menyampaikan pernyataan yang tercantum dalam kuesioner yang disusun secara sistematis. c) Mencatat semua jawaban lisan yang diberikan oleh responden/informan secara teliti, efesien dan efektif dengan memperhatikan maksud yang tersirat dalam jawaban itu.

Basrowi (2008) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan wawancara ada beberapa pedoman dalam melakukan wawancara saat penelitian, antara lain:


(20)

a. Setiap pertemuan, batasi pertanyaan sehingga tidak terlalu banyak. Pertanyaan kurang lebih 10 sampai dengan 15 butir. Pertemuan berikutnya bisa diajukan pertanyaan lain yang belum ditanyakan. b. Lihat kembali masalah riset untuk memastikan semua pertanyaan telah

disampaikan. Apabila ada pertanyaan yang terlewat, maka peneliti bisa menanyakan aspek yang belum tersebut meskipun tidak sistematis berdasarkan pedoman wawancara.

c. Usahakan setiap pertanyaan mengandung unsur-unsur faktual dan opini responden. Dengan fakta dan opini, hasil wawancara akan semakin variatif dan terkesan lebih kaya.

d. Pastikan bagaimana data wawancara tersebut akan direkam (vidio-tape, audio-tape, buku catatan). Proses perekaman akan membantu peneliti mengingat kembali hasil wawancara yang telah dilakukan.

e. Wawancara dapat digunakan untuk mengungkap aspek sikap, tergantung pada kualitas pertanyaan.

f. Usahakan jelas, praktikkan dengan teman terlebih dahulu. Apabila langkah ini bisa dilalui, maka tidak ada kesan canggung atau kurang percaya diri. Sehingga informan dapat memberikan jawaban dengan baik.

g. Usahakan singkat, jangan terlalu lama hingga lebih dari 45 menit. h. Beri kesempatan informan memberi penjelasan lengkap. Ketika

informan berbicara jangan memotong pembicaraan atau bahkan tidak diperhatikan. Namun jika apa yang disampaikan informan keluar dari alur pembicaraan maka diarahkan kembali ke alur pembicaraan dengan tidak menyinggung.

Nasution (2009) mengemukakan mengenai manfaat wawancara, yakni untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau dirasakan orang mengenai berbagai aspek kehidupan. Melalui tanya jawab kita dapat memasuki alam pikiran orang lain, sehingga kita dapat memperoleh gambaran tentang dunia mereka. Sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih objektif dan lebih jelas tentang masalah yang diteliti (hlm. 114-115).


(21)

36

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan guna mengetahui informasi dari informan yang dapat menjelaskan tentang masalah yang diteliti. Masalah-masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik wawancara ini meliputi perencanaan program pembinaan keagamaan sisiwa di sekolah berasrama, mengenai pelaksanaan program pembinaan keagamaan serta mengenai hasil dari pelaksanaan program pembinaan keagamaan. Hal tersebut dikarekan pengambilan data tidak memungkinkan dilakukan dengan teknik observasi saja, sehingga pengambilan data melalui wawancara dinilai efektif dan efesien.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial. Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menelusuri data historis, karena sejumlah besar fakta dan data sosial tersipan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Biasanya sebagian besar data tersedia dalam bentuk surat-surat, catatan harian, cindera mata, laporan dan sebagainya (Bungin, 2007, hlm. 124-125).

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Dalam metode ini peneliti hanya mengambil data yang sudah ada seperti indeks prestasi, jumlah anak, pendapatan, luas tanah, jumlah penduduk. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap data primer, yang diperoleh melalui proses wawancara dan observasi (Basrowi, 2008, hlm. 158).

Bungin (2007) juga mengungkapkan bahwa, bahan dokumen ini berbeda dengan literatur, literatur adalah bahan yang diterbitkan baik secara rutin atau berkala, sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Secara detai bahan dokumenter tersebut antara lain: a) Otobiografi, b) Surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial, c) Kliping, d) Dokumen


(22)

pemerintah maupun swasta, e) Cerita roman dan cerita rakyat, f) Data di server dan flashdisk, g) Data tersimpan di web site.

Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut sugiyono merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu objek yang alamiah, dimana peneliti menjadi instrumen kunci, pengambilan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, dengan teknik pengumpulan data triangulasi (penggabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif serta hasil penelitian lebih menekan pada makna (Sugiyono, 2013, hlm. 15).

Sehingga dengan metode penelitian kualitatif, untuk mendapatkan data penelitian yang diinginkan berkaitan dengan judul penelitian yang akan diteliti oleh peneliti, maka teknik pengumpulan data yang akan peneliti lakukan adalah triangulasi atau gabungan dari tiga teknik pengumpulan data. Tiga teknik pengumpulan data penelitian yang akan digunakan tersebut antara lain observasi atau pengamatan, kemudian wawancara yang akan dilakukan kepada beberapa narasumber, serta pengumpulan data melalui studi dokumen. Penelitian yang dilakukan oleh peniliti cenderung menggunakan teknik observasi dan wawancara guna mendapatkan data yang diingkan, namun juga tidak menutup kemungkinan proses pengambilan data dilakukan dengan studi dokumentasi. Studi dokumen ini peneliti lakukan guna mendapatkan data mengenai perencanaan program pembinaan keagamaan siswa di sekolah berasrama serta hasil dari program pembinaan keagamaan siswa di sekolah berasrama, sehingga data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dapat dikuatkan dengan adanya dokumen tersebut.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun pada penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data penelitian (Sugiyono, 2013, hlm. 336).

Nasution (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 336) mengemukakan bahwa,


(23)

38

terjun ke lapangan dan terus berlanjut hingga penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”.

Menurut Creswell (2013, hlm. 274), analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Analisis data kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantik antar masalah penelitian. Analisis kualitatif ini dilaksanakan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan makna data guna menjawab masalah penelitian. Oleh sebab itu, dalam analisis kualitatif data-data yang terkumpul perlu disistematisasikan, distrukturkan, disemantikkan, dan disintesiskan agar memiliki makna yang utuh (Musfiqon, 2012, hlm. 153).

Prosedur analisis data pada penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitaif. Ada beberapa langkah analisis data kualitatif yang perlu diperhatikan oleh peneliti, antara lain: (1) mengorganisasi data, (2) membuat kategori, (3) mereduksi data, (4) menyajikan data terfokus, (5) menganalisis data, (6) memaknai temuan penelitian (Musfiqon, 2012, hlm. 153-154).

Sugiyono, (2013, hlm. 336) mengemukakan lebih rinci mengenai prosedur analisis data pada penelitian kualitatif. Menurutnya analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai memasuki lapangan.

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Analisis data sebelum memasuki lapangan ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data skunder, yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian yang telah dirumuskan tersebut hanya bersifat sementara, yang selanjutnya akan berkembang ketika peneliti memasuki lapangan (Sugiyono, 2013, hlm. 336).


(24)

Dalam kegiatan ini peneliti melakukan kegiatan studi pendahuluan, dimana peneliti melihat situasi sosial yang terjadi di lingkungan asrama, serta melakukan wawancara kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum mengenai kegiatan-kegiatan keagamaa yang telah dilaksanakan di asrama tersebut.

2. Analisis Selama di Lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selelsai mengeumpulkan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis data, dan apabila data yang diperoleh belum memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaan hingga diperolehnya data yang kredibel. Menurut Miles dan Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus menerus hingga data yang diperoleh mencapai titik kejenuhan (Sugiyono, 2013, hlm. 337).

a. Data Reduction

Reduksi data merupakan suatau tahapan dimana peneliti melakukan analisis data yang telah diperoleh, analisis tersebut dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting dan membuang hal-hal yang tidak diperlukan. Dengan demikian data yang dieproleh menjadi semakin jelas dan dapat mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data ini dilakukan dengan memberikan kode-kode pada sapek tertentu (Sugiyono, 2013, hlm. 338).

b. Data Display

Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian secara singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memeudahkan untuk memahami apa yang telah terjadi dan merencanakan kerja yang akan dilakukan selanjutnya sesuai dengan pemahaman yang dimiliki tersebut (Sugiyono, 2013, hlm. 341).


(25)

40

Tahap terakhir dalam analisis data di lapangan menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 345) yakni penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hal ini dilakukan karena kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila ditemukan data-data yang lebih kuat pada pengumpulan data berikutnya. Namun apabila data yang diperoleh selanjutnya meruakan data yang mendukung kesimpulan sebelumnya, maka kesimpulan yang dikeukakan tersebut bersifat kedibel.

Lacey & Luff (dalam Patilima, 2011, hlm. 95-96) mengatakan bahwa dalam proses pengumpulan data pada analisis data kualitatif dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

1. Transkripsi

Transkripsi merupakan kegiatan mentransfer data hasil rekaman dari proses wawancara dan diskusi dengan informan, data tersebut biasanya berupa audio tape, video, dan catatan lapangan yang kemudian ditransfer kedalam disket atau flashdisk atau bentuk lainnya.

2. Pengorganisasian Data

Setelah melakukan transkrip, selanjutnya adalah mengorganisasi data. Dalam pengorganisasian data, perlu dicatat tanggal pengumpulan data dan menandai data setiap informan dengan menggunakan angka atau kode. Kode tersebut nantinya akan dapat digunakan sebagai acuan untuk setiap kegiatan wawancara.

3. Pengenalan

Setelah melalui proses diatas, maka selanjutnya adalah proses pengenalan. Dalam proses pengenalan ini peneliti mendengarkan tape dan menonton video hasil wawancara dengan informan serta membaca kembali data, membuat memo dan rangkuman sebelum analisis formal dimulai. 4. Koding

Tahap terakhir dalam analisis data penelitian yakni koding. Bagian ini disebut juga koding terbuka dalam grounded theory. Asumsi, kita tertarik dengan gagasan informan, maka pastikan gagasan tersebut dapat diambil dan diberikan kode. Namun yang menjadi persoalan adalah


(26)

kemampuan peneliti dalam merumuskan kode. Ada empat tahap yang harus dilewati oleh peneliti dalam melakukan koding, pertama, peneliti menyusun pernyataan jawaban singkat, kedua, peneliti menyusun pernyataan jawaban panjang atau utuh, ketiga, peneliti menyusun contoh kasus yang tepat dengan jawaban, dan yang keempat, peneliti menyusun pernyataan yang menyebutkan bahwa kode tersebut tidak cocok untuk jawaban tertentu.

Sesuai dengan teori di atas, maka pada tahap analisis data yang telah diperoleh di lapangan ini, peneliti melakukan transkripsi data terlebih dahulu yang kemudian melakukan pengorganisasian data, kemudian peneliti akan melakukan pengenalan dimana data akan dibaca kembali sera dianalisis, dan tahap yang terakhir adalah pengkodingan atau memberi kode pada data yang telah diperoleh.

Adapun kode-kode hasil penelitian yang telah penulis susun antara lalin, WKPa (Wawancara Kepala Pengasuhan Putra), WKPi (Wawancara Kepala Pengasuhan Putri), WB (Wawancara Bina Siswa), WM1 (Wawancara Mudarisah 1) yang dilakukan kepada Ibu Nurul, WM2 (Wawancara Mudarisah 2) yang dilakukan kepada Ibu Melia, WS (Wawancara Siswa), OVHq (Observasi Halaqoh), OVKi (Observasi Kajian Islam), OVMt (Observasi Mufrodat), Dok1 (Dokumen 1), Dok2 (Dokumen 2).


(27)

DAFTAR PUSTAKA

... (2002). Al-Qur'an in word. (T. D. RI, Penerj.) Jakarta: CV Darus Sunnaħ. Aat Syafaat, dkk. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali. Aries, E. F. (2011). Asesmen dan Evaluasi. Malang: Aditya Media Publishing. Arifin. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama .

Jakarta: Golden Terayon.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2004). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Basrowi, S. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Creswell, J. W. (2013). Research Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Daradjat, Z. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Enung Rukiati, Fenti Hikmawati. (2006). Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Fattah, N. (2011). Landasan Manajemen Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya.

'Isa, K. M. (1994). Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Fikahati Aneska. Mujahidin. (2012, Juli 7). MUJAbgs. Diambil kembali dari


(28)

Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Muslimin, S. (2008, September 8). Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School).

Nasution. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Patilima, H. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Ramayulis. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Setyosari, P. (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.

Siswanto. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2010). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Prodution. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Udin Syaefudin Sa'ud, Abin Syamsuddin Makmun. (2005). Perencanaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

terjun ke lapangan dan terus berlanjut hingga penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”.

Menurut Creswell (2013, hlm. 274), analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Analisis data kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantik antar masalah penelitian. Analisis kualitatif ini dilaksanakan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan makna data guna menjawab masalah penelitian. Oleh sebab itu, dalam analisis kualitatif data-data yang terkumpul perlu disistematisasikan, distrukturkan, disemantikkan, dan disintesiskan agar memiliki makna yang utuh (Musfiqon, 2012, hlm. 153).

Prosedur analisis data pada penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitaif. Ada beberapa langkah analisis data kualitatif yang perlu diperhatikan oleh peneliti, antara lain: (1) mengorganisasi data, (2) membuat kategori, (3) mereduksi data, (4) menyajikan data terfokus, (5) menganalisis data, (6) memaknai temuan penelitian (Musfiqon, 2012, hlm. 153-154).

Sugiyono, (2013, hlm. 336) mengemukakan lebih rinci mengenai prosedur analisis data pada penelitian kualitatif. Menurutnya analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai memasuki lapangan.

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Analisis data sebelum memasuki lapangan ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data skunder, yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian yang telah dirumuskan tersebut hanya bersifat sementara, yang selanjutnya akan berkembang ketika peneliti memasuki lapangan (Sugiyono, 2013, hlm. 336).


(2)

39

Dalam kegiatan ini peneliti melakukan kegiatan studi pendahuluan, dimana peneliti melihat situasi sosial yang terjadi di lingkungan asrama, serta melakukan wawancara kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum mengenai kegiatan-kegiatan keagamaa yang telah dilaksanakan di asrama tersebut.

2. Analisis Selama di Lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selelsai mengeumpulkan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis data, dan apabila data yang diperoleh belum memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaan hingga diperolehnya data yang kredibel. Menurut Miles dan Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus menerus hingga data yang diperoleh mencapai titik kejenuhan (Sugiyono, 2013, hlm. 337).

a. Data Reduction

Reduksi data merupakan suatau tahapan dimana peneliti melakukan analisis data yang telah diperoleh, analisis tersebut dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting dan membuang hal-hal yang tidak diperlukan. Dengan demikian data yang dieproleh menjadi semakin jelas dan dapat mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data ini dilakukan dengan memberikan kode-kode pada sapek tertentu (Sugiyono, 2013, hlm. 338).

b. Data Display

Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian secara singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memeudahkan untuk memahami apa yang telah terjadi dan merencanakan kerja yang akan dilakukan selanjutnya sesuai dengan pemahaman yang dimiliki tersebut (Sugiyono, 2013, hlm. 341).


(3)

Tahap terakhir dalam analisis data di lapangan menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 345) yakni penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hal ini dilakukan karena kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila ditemukan data-data yang lebih kuat pada pengumpulan data berikutnya. Namun apabila data yang diperoleh selanjutnya meruakan data yang mendukung kesimpulan sebelumnya, maka kesimpulan yang dikeukakan tersebut bersifat kedibel.

Lacey & Luff (dalam Patilima, 2011, hlm. 95-96) mengatakan bahwa dalam proses pengumpulan data pada analisis data kualitatif dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

1. Transkripsi

Transkripsi merupakan kegiatan mentransfer data hasil rekaman dari proses wawancara dan diskusi dengan informan, data tersebut biasanya berupa audio tape, video, dan catatan lapangan yang kemudian ditransfer kedalam disket atau flashdisk atau bentuk lainnya.

2. Pengorganisasian Data

Setelah melakukan transkrip, selanjutnya adalah mengorganisasi data. Dalam pengorganisasian data, perlu dicatat tanggal pengumpulan data dan menandai data setiap informan dengan menggunakan angka atau kode. Kode tersebut nantinya akan dapat digunakan sebagai acuan untuk setiap kegiatan wawancara.

3. Pengenalan

Setelah melalui proses diatas, maka selanjutnya adalah proses pengenalan. Dalam proses pengenalan ini peneliti mendengarkan tape dan menonton video hasil wawancara dengan informan serta membaca kembali data, membuat memo dan rangkuman sebelum analisis formal dimulai. 4. Koding

Tahap terakhir dalam analisis data penelitian yakni koding. Bagian ini disebut juga koding terbuka dalam grounded theory. Asumsi, kita tertarik dengan gagasan informan, maka pastikan gagasan tersebut dapat diambil dan diberikan kode. Namun yang menjadi persoalan adalah


(4)

41

kemampuan peneliti dalam merumuskan kode. Ada empat tahap yang harus dilewati oleh peneliti dalam melakukan koding, pertama, peneliti menyusun pernyataan jawaban singkat, kedua, peneliti menyusun pernyataan jawaban panjang atau utuh, ketiga, peneliti menyusun contoh kasus yang tepat dengan jawaban, dan yang keempat, peneliti menyusun pernyataan yang menyebutkan bahwa kode tersebut tidak cocok untuk jawaban tertentu.

Sesuai dengan teori di atas, maka pada tahap analisis data yang telah diperoleh di lapangan ini, peneliti melakukan transkripsi data terlebih dahulu yang kemudian melakukan pengorganisasian data, kemudian peneliti akan melakukan pengenalan dimana data akan dibaca kembali sera dianalisis, dan tahap yang terakhir adalah pengkodingan atau memberi kode pada data yang telah diperoleh.

Adapun kode-kode hasil penelitian yang telah penulis susun antara lalin, WKPa (Wawancara Kepala Pengasuhan Putra), WKPi (Wawancara Kepala Pengasuhan Putri), WB (Wawancara Bina Siswa), WM1 (Wawancara Mudarisah 1) yang dilakukan kepada Ibu Nurul, WM2 (Wawancara Mudarisah 2) yang dilakukan kepada Ibu Melia, WS (Wawancara Siswa), OVHq (Observasi Halaqoh), OVKi (Observasi Kajian Islam), OVMt (Observasi Mufrodat), Dok1 (Dokumen 1), Dok2 (Dokumen 2).


(5)

DAFTAR PUSTAKA

... (2002). Al-Qur'an in word. (T. D. RI, Penerj.) Jakarta: CV Darus Sunnaħ. Aat Syafaat, dkk. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali. Aries, E. F. (2011). Asesmen dan Evaluasi. Malang: Aditya Media Publishing. Arifin. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama .

Jakarta: Golden Terayon.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2004). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Basrowi, S. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Creswell, J. W. (2013). Research Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Daradjat, Z. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Enung Rukiati, Fenti Hikmawati. (2006). Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Fattah, N. (2011). Landasan Manajemen Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya.

'Isa, K. M. (1994). Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Fikahati Aneska.

Mujahidin. (2012, Juli 7). MUJAbgs. Diambil kembali dari


(6)

68

Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Muslimin, S. (2008, September 8). Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School).

Nasution. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Patilima, H. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Ramayulis. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Setyosari, P. (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.

Siswanto. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2010). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Prodution. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Udin Syaefudin Sa'ud, Abin Syamsuddin Makmun. (2005). Perencanaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.