MODEL BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN.

(1)

ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN

MODEL

Promovendus Aam Kurnia

0800811

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Bimbingan dan Konseling adalah salah satu bidang yang tidak kalah pentingnya dalam dunia pendidikan untuk berperan dalam menjalankan kebijakan pemerintah sebagai amanah dari UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 untuk membangun karakter peserta didik. Mempertimbangkan kenyataan ini, maka diperlukan adanya penanganan yang dilakukan secara komprehensif dan sistematik. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan yang begitu cepat dalam kehidupan yang menuntut manusia untuk mempunyai karakter yang baik.

Masa anak usia dini merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang, Jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”Taman Bermain” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar termasuk potensi karakter yang dimilikinya.

Salah satu pendekatan bimbingan yang dipandang tepat baik secara teoretis ataupun praktik untuk mengembangkan karakter anak usia dini adalah bimbingan melalui permainan. Bimbingan melalui permainan merupakan proses pemberian layanan dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan melalui aktivitas bermain. Bimbingan melalui permainan ini dapat dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu anak menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi anak yang nantinya akan membantu mengembangkan karakter yang kuat. Selain itu apabila kelompok bermain dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus sehingga akan dapat membantu pencapaian karakter positif anak.


(4)

siswa, khususnya sikap konsep yang positif. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas maka penelitian ini memfokuskan kajian pada model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat melahirkan model bimbingan yang dapat secara efektif mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan.

Desertasi ini disusun dalam lima bagian, ditambah daftar pustaka, riwayat hidup penulis dan lampiran-lampiran. Bab I berisi tentang pokok penelitian, tujuan dan manfaat penelitian. Bab II menguraikan berbagai konsep teoretik dan temuan penelitian yang relevan dengan penelitian. Bab III tentang rancangan penelitian dan teknik pengelolaan dan analisis data. BAB IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan. Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi.

Semoga penelitian yang telah melahirkan desertasi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan, terutama studi bimbingan konseling.

Bandung, Pebruari 2014


(5)

Segala puji hanya milik Allah Swt yang Maha Pengasih dan Penyayang atas anugrah kemudahan, kesabaran, dan keiklasan yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan, penelitian dan menyelesaikan penulisan desertasi ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak untain doa, motivasi dan dorongan harapan dari berbagai pihak yang turut mendukung penyelesaian desertasi ini. Untuk itu semua, izinkan pada kesempatan yang penuh kebahagiaan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi, semoga semua bantuan, perhatian dan pengorbanan berupa amal saleh semuanya mendapat imbalan pahala dari sisi Allah Swt.

Dari lubuk hati yang paling dalam pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian desertasi ini, terutama kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja selaku promotor atas inspirasi dan dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan puncak tugas akademik ini tepat pada waktunya. Terkadang dalam ketidakpercayaan diri terhadap teori ataupun hasil penelitian, beliau selalu memotivasi penulis untuk yakin, tegas dan pantang menyerah sehingga mlahirkan ketegaran, kemantapan tekad dan konsistensi dalam menuntaskan amanah akademik ini. Bentuk bimbingan yang beliau berikan penuh dengan keakraban sehingga bagi penulis sendiri menimbulkan harmoni yang menyentuh dan penuh makna. Lebih dari itu, wejangan akademik yang beliau berikan selalu menantang, bijaksana, menggugah, cermat, bernas, etis dan tidak sedikit yang menggelitik intelektualitas

penulis untuk semakin dalam “menyelami” wilayah permasalahan penelitian tentang


(6)

dan konselor bagi penulis. Banyak inspirasi, gagasan dan pencerahan spiritual beliau sampaikan selama penulisan desertasi ini.

3. Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M.Pd. selaku anggota promotor atas kesempatan yang beliau berikan kepada penulis untuk berdiskusi dan mendudukan masalah penelitian secara proporsional di tengah kesibukan beliau sebagai ketua program studi psikologi pendidikan Pasca sarjana UPI. Keterbukaan dan kerelaan beliau untuk menjadi pendengar yang baik atas setiap keluh kesah penulis baik akademik maupun non akademik memberikan kesan yang mendalam. Banyak mutiara hidup yang beliau sampaikan kepada penulis untuk selalu tegar, istiqomah, dan sabar dalam setiap menjalani amanah, termasuk amanah akademik.

4. Direktur Sekolah Pasca Sarjana, Prof Dr. Didi Suryadi, M.Ed. para asisten Direktur dan seluruh staf Sekolah Pascasarjana atas kemudahan fasilitas dan perizinan yang diberikan sehingga memberikan andil yang cukup besar terhadap penyelesaian disertasi ini.

5. Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. beserta para wakil rektor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu pada program doktor.

6. Dr. H. Mubyar Agustin, M.Pd. dan Dr. Iis Nuryati, M.MPd. atas kesediaan untuk membimbing kelayakan instrumen penelitian. Kritik dan saran yang diberikan telah memberikan wawasan dan masukan cukup berarti terhadap keakuratan dan kesahihan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.

7. Dengan kerendahan hati, ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh pengajar program Doktor Bimbingan dan Konseling SPs UPI.

8. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SGD Bandung, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga penulis terpacu untuk


(7)

pengembangan civitas akademika.

9. Semua pihak yang telah membantu dan menyemangati menyelesaikan tugas ini. Semoga berbagai budi baik dan uluran tangan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis menjadi amal kebaikan dan mendapat balasan yang berlipat dari Allah

Subhanahu wata’ala.

Bandung, Pebruari 2014 Penulis,


(8)

(9)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

Pernyataan ... Abstrak ... Abstract ... Kata Pengantar... Ucapan Terimakasih... Daftar Isi ... Daftar Gambar ... Daftar Tabel... BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian...………. B. Rumusan Masalah Penelitian………

C. Tujuan Penelitian ……….

D. Manfaat Penelitian………

BAB II KONSEP MODEL BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN

A. Konsep Pendidikan Karakter...……….. 1. Pengertian Karakter...…... 2. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini...…... 3. Sejarah Pendidikan Karakter ... 4. Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini ... B. Konsep Bimbingan Bermain...………...

i ii iii iv vi ix xiii xiv 1 14 15 16 17 17 17 18 19 22 30


(10)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Konsep Bermain……….………...

1. Pandangan Psikoanalisa tentang Bermain..………... 2. Pandangan Teori Belajar tentang Bermain………... 3. Teori Bermain Berdasarkan Kajian Kognisi dari Jean Piaget... 4. Teori Bermain Menurut Lev Vigotsky dengan Pandangan

Konteks Sosialnya……….... 5. Bermain dalam Pandangan Teori Robert White tentang

Motivasi untuk Kompetensi (competence motivation) ... D. Bimbingan Bermain Child-Centered...

1. Pengertian Bimbingan Bermain Kelompok Child-Centered…. 2. Landasan Menggunakan Bimbingan Bermain Kelompok….. 3. Struktur Kelompok dan Logistik………. 4. Pemilihan dan Ukuran Kelompok……… 5. Panjang, Frekuensi dan Durasi Sesi Bimbingan……….. E. Penelitian Terdahulu yang Relevan... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian..……….. B. Definisi Operasional Variabel……...……….

1. Bimbingan Bermain Anak ………. 2. Karakter ………... C. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data………..

1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data………. 2. Penimbangan Instrumen...………..…. 3. Validitas dan Realibilitas Instrumen………..

36 36 37 38 40 41 41 41 42 42 43 44 44 46 46 48 48 48 49 49 53 53


(11)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Subjek Penelitian……….

E. Tahap-Tahap Penelitian………... F. Teknik Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 1. Profil Karakter Anak Usia Dini Kelompok Bermain Di Kota

Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 2. Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia

Dini Melalui Permainan... 3. Validasi Rasional Model Bimbingan Untuk Mengembangkan

Karakter Anak Usia Dini Melalui Bermain ... B. Pembahasan ... BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

60 60 60 70 70 70

94

108

114

122 123 126


(12)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Aam Kurnia. (2014). "Model Bimbingan Pengembangan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan". Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Prof. Dr. Rochman Natawidjaja (Promotor), Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M. Pd. (Co-Promotor), dan Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M. Pd. (Anggota Komite)

Penelitian ini dimotivasi oleh pentingnya permainan bagi kehidupan anak usia dini untuk membantu menciptakan iklim yang kondusif yang memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk: mengembangkan penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide-ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah, membuat keputusan yang tepat, dapat berlatih prilaku baru, dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Studi penelitian ini menggunakan pendekatan

mixed reseach method design. Penelitian ini dijelaskan dalam tahapan sebagai berikut: (1)

mempelajari konsep teoritis dan kebutuhan pengembangan, (2) mengembangkan model panduan hipotetis untuk mengembangkan karakter anak usia dini, (3) menguji model hipotetis, (4) merevisi hipotesis menjadi model bimbingan yang efektif dalam mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan, (5) mengembangkan panduan guru untuk menerapkan model yang telah diuji, dan (6) mengembangkan program pelatihan bagi para pengguna model. Studi ini muncul dengan temuan utama bahwa model yang dibangun terbukti efektif untuk mengembangkan karakter anak usia dini. Tiga buklet yang disediakan untuk para pengguna model yang sudah diuji: (1) deskripsi model yang sudah diuji, (2) pedoman untuk menggunakan model yang sudah diuji, dan (3) program pelatihan bagi pengguna model yang sudah diuji.


(13)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangPenelitian

Bagi bangsa Indonesia menanamkan nilai-nilai karakter melalui pendidikan bukanlah sesuatu yang baru sesuai dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara bahwa Pendidikan pada dasarnya adalah upaya mewariskan nilai-nilai budaya kapada peserta didik. Namun yang perlu dipikirkan adalah bagaimana caranya bagi setiap orang-orang yang terdekat dan sistem yang berpengaruh untuk turut berperan dalam membangun karakter bangsa ini.

Indonesia belum optimal dalam mengembangkan pendidikan karakter yang efektif untuk menjadikan bangsa Indonesia yang berkarakter. Padahal ada beberapa mata pelajaran yang berisikan pesan-pesan moral, misalnya pelajaran agama, kewarganegaraan, dan Pancasila. Namun proses pembelajaran yang dilakukan adalah dengan pendekatan penghafalan (kognitif). Para siswa diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannya diukur hanya dengan kemampuan anak menjawab soal ujian. Karena orientasinya hanyalah semata-mata untuk memperoleh nilai bagus, maka bagaimana semata-mata pelajaran dapat berdampak kepada perubahan perilaku, tidak pernah diperhatikan. Semua orang pasti mengetahui bahwa berbohong dan korupsi itu salah dan melanggar ketentuan agama, tetapi banyak sekali orang yang tetap melakukannya.

Pertanyaannya yang muncul saat ini dalam diri setiap orang yang peduli dengan pendidikan; Perlukah kita mencari kambing hitamnya seperti pengaruh arus globalisasi ataukah peran dan fungsi Pendidikan Nasional memang sudah


(14)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gagal dalam memperkokoh kesatuan bangsa, mencerdaskan dan menanamkan nilai-nilai luhur pada peserta didiknya. Untuk mengatasi dan mencegah munculnya persoalan-persoalan serupa pemerintah mencanangkan perlunya pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada tanggal 11 Mei 2010 dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara menekankan pentingnya membangun karakter dan jati diri melalui Pendidikan Karakter.

Masalah pembentukan karakter ini merupakan masalah mendasar bagi pendidikan sebagaimana yang diutarakan Jareonsettain dalam Sapriya (2007: 46)

bahwa ”we have a crisis of character at the root of all the troubles everywhere and

the crisis has come about the result of education without refinement of character”. Pengembangan potensi dasar anak khususnya nilai-nilai karakter seperti kejujuran, toleransi, kreativitas dan tanggungjawab melalui kegiatan pendidikan yang tepat dan berkualitas perlu dilakukan sejak anak masih kecil. Pengabaian terhadap penanaman nilai-nilai karakter akan berdampak sistemik, fatal dan bahkan berakibat hilangnya generasi manusia pada suatu bangsa (Lickona, 1992: 21).

Lebih lanjut Lickona mengungkapkan ciri-ciri yang “sangat mengerikan” pada suatu bangsa apabila kehilangan nilai-nilai karekater. Ciri tersebut antara lain (1) meningkatnya kekerasan pada masyarakat; (2) merebaknya penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, jorok dan berbau porno dan kadang mengarah kepada SARA; (3) kuatnya pengaruh teman sebaya dalam melakukan tindakk ekerasan yang menjurus kriminalitas; (4) meningkatnya perilaku yang merusak


(15)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diri, seperti narkoba, seks bebas, dan alkohol;(5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; (6) penurunan etoskerja; (7) semakin rendahnya rasa hormat terhadap orang tuadan guru;dan (8) rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Ciri-ciri rendahnya nilai karakter sebagaimana dicetuskan oleh Lickona di atas sangat selaras dengan yang terjadi di negeri ini. Maka sudah tidak terbantahkan lagi bahwa penanaman nilai-nilai karakter pada pendidikan kita mutlak harus dilakukan. Hal ini selaras dengan pendapat Tilaar (2002) yang menyatakan bahwa garda terakhir untuk memelihara dan sekaligus melindungi keutuhan bangsa ini adalah pendidikan.

Bimbingan dan Konseling adalah salah satu bidang yang tidak kalah pentingnya dalam dunia pendidikan untuk berperan dalam menjalankan kebijakan pemerintah sebagai amanah dari UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 untuk membangun karakter peserta didik. Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan konselor adalah salah satu tenaga kependidikan, yang artinya konselor setara dengan tenaga kependidikan lainnya, dan memiliki tanggungjawab yang sama dalam menyelenggarakan pendidikan.

Mempertimbangkan kenyataan ini, maka diperlukan adanya penanganan yang dilakukan secara komprehensif dan sistematik. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan yang begitu cepat dalam kehidupan menuntut manusia untuk mempunyai nilai karakter.

Hal tersebut sesuai dengan pendidikan karakter peserta didik untuk mampu beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.


(16)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karakter itu sendiri merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Konteksnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia diyakini bahwa karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan pada masa yang akan datang.

Sudrajat (2010: 25) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter dimaknai sebagai bentuk pengajaran yang sesuai dan memperhatikan kondisi sosial pada setiap lokasi pembelajaran. Artinya, pembelajaran ilmu pengetahuan tidak bisa disamakan antara satu tempat atau


(17)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

negara dengan negara lain karena jelas mempunyai karakteristik pola tradisi dan budaya yang berbeda.

Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah gagasan dan perbuatan, seperti yang diutarakan oleh Stephen R. Covey (Kadir, 2001) “Taburlah gagasan, tuailah perbuatan. Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan,

tuailah karakter. Taburlah karakter, tuailah nasib.” Nasib di sini adalah sisa dari

rancangan.” Selanjutnya, Branch Rickey (Kadir, 2001: 30) menyatakan “Nasib

baik terjadi ketika peluang sesuai dengan persiapan”. Hal tersebut dikarenakan

seseorang biasanya banyak membicarakan pilihan antara nasib bagus dan nasib jelek, jarang sekali keberhasilan ditentukan oleh peluang.Perubahan tersebut secara tidak langsung akan memberikan harapan dan sekaligus juga memberikan tantangan. Tantangan dan harapan tersebut turut juga berimbas pada dunia pendidikan, khususnya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Perhatian terhadap kegiatan PAUD khususnya pada kelompok jalur non formal begitu intensif. Diantara alasannya bahwa hasil kegiatan pembelajaran di PAUD turut berkontribusi terhadap kegiatan pendidikan pada jenjang berikutnya. Salah satu komitmen yang ditunjukan pemerintah adalah dengan memperluas akses dan mutu layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk mewujudkan Anak Indonesia Harapan (AIH). Anak Indonesia Harapan memiliki sepuluh cirri utama (dasa citra anak Indonesia), yaitu (1) beriman, (2) bertaqwa kepadaTuhan Yang maha Esa, (3) berahlak mulia, (4) Sehat, (5) Cerdas, (6) jujur, (7) bertanggungjawab, (8) kreatif, (9) percayadiri, dan (10) cinta tanah air (Dirjen PAUDNI, 2011: 11). Pengembangan kesepuluh ciriAnak Indonesia Harapan


(18)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(AIH) memerlukan lingkungan sosial yang kondusif salah satu lembaga yang paling berperan adalah lembaga yang memberikan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang meliputi taman kanak-kanak, kelompok bermain, taman penitipan anak, serta satuan PAUD sejenis lainnya.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok anak yang mendapatkan layanan PAUD memiliki kemampuan pra-akademik lebih baik (Mc Key, etal. 1985) IQ dan skor akademik meningkat tajam meskipun pada keluarga kurang mampu (Berrueta Clement, et al, 1985; Concortium for Longitudinal Studies, 1983). Begitu pula kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan kerjasama dalam kelompok, lebih baik (Bronson, et al. 1985). Jarang masuk kelas remedial, lebih tekun di kelas, paling sedikit yang mengulang kelas, kematangan sosial-emosinya lebih baik, motivasi akademik lebih tinggi, lebih percaya diri, lebih meluangkan untuk mengerjakan PR, lebih banyak lulus SMA (Concortium

for Longitudinal Studies, 1983, Stalling & Stipek, 1986 dalam Dirjen PAUDNI

2011 (36-37).

Profesor James Heckman peraih Nobel Bidang Ekonomi tahun 2000 menyatakan bahwa layanan pendidikan anak sebagai bagian dari investasi ekonomi yang harus diperhatikan. Pendapatnya menyatakan bahwa intelegensi dan keterampilan sosial harus dikembangkan sejak dini, dan keduanya memiliki peran yang sangat kuat dalam kesuksesan. Pengembangan keterampilan sosial pada anak usia dini akan berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan IQ dan juga terhadap produktivitas pribadi dan sosial. Investasi lebih dini akan menghasilkan keuntungan dalam sumber daya manusia. Gizi, pengalaman belajar


(19)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan kesehatan pada usia 0-5 sangat berdampak terhadap kesuksesan selanjutnya. Pengembangan anak usia dini (early childhood development) akan lebih bermanfaat dan biayanya akan lebih efektif jika dibandingkan dengan memperbaikinya.

Pentingnya pendidikan anak usia dini juga telah menjadi perhatian dunia internasional. Pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 yang diselenggarakan di Dakar, Sinegal, menghasilkan 6 kesepakatan sebagai kerangka aksipen didikan untuk semua (The Dakar Framework for Action Education for

All) yang salah satu butirnya adalah kesepakatan untuk “Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak yang sangat rawan dan kurang beruntung” Jalal (2002: 9).

Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga memberikan perhatian khusus bagi pendidikan anak usia dini. Pasal 28 UUSPN tersebut mengungkapkan bahwa: (1) pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal; dan (3) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Berdasarkan penjelasan undang-undang di atas tampak jelas bahwa anak usia dini memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.

Sedemikian penting posisi PAUD, sehingga banyak pihak yang begitu perhatian dan memberikan atensi yang begitu intensif, akan tetapi apabila diperhatikan pendapat Karin Villien seorang konsultan pendidikan anak usia dini


(20)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari Bank Dunia yang mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini di Indonesia lebih bersifat akademik dimana anak-anak lebih banyak duduk dibangku seperti di sekolah dasar. Pendapat ini menyiratkan bahwa pembelajaran di PAUD negeri ini masih miskin sentuhan pendidikan karakter dan cenderung menonjolkan aspek intelektual. Lebih lanjut Karin Villien menuturkan bahwa jarang sekali anak diberi kesempatan bereksplorasi dan

melakukan sendiri apa yang diminati. ”Banyak pendidik yang kurang memberikan

kesempatan kepada anak untuk berpikir dan pendidik kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaannya dan menemukan

pemecahan masalah sendiri”(Yufiarti, 2002: 61).

Rendahnya kesempatan yang dimiliki anak untuk mengalami, menemukan membangun sendiri dan mencoba menyelesaikan suatu persoalan yang ditemukan anak dari lingkungannya membuat anak tidak berkembang sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Ditambah lagi dengan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi anak selama proses pembelajaran berlangsung akan semakin

”memasung” kemampuan anak. Padahal masa anak usia dini merupakan masa

keemasan dan masa yang paling fundamental yang akan mempengaruhi perkembangan masa-masa berikutnya termasuk pada pengembangan karakter. Sudah seharusnya anak mendapatkan berbagai stimulasi yang menarik dan bermakna dan mendapat kesempatan untuk mengembangkan berbagai aspek kemampuan yang ada pada dirinya.

Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk


(21)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang, Menurut Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 1993: 57) jika orang dewasa mampu menyediakan suatu

”Taman Bermain” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka

anak akan berkembang secara wajar termasuk potensi karakter yang dimilikinya. Pendidikan karakter bukan saja dapat membuat anak mempunyai akhlak mulia, tetapi akan turut berkontribusi terhadap keberhasilan akademiknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara keberhasilan pendidikan karakter pada PAUD dengan keberhasilan akademik serta perilaku pro-sosial anak sehingga diperlukan suasana lembaga yang menyenangkan dan kondusif untuk proses belajar-mengajar yang efektif. Selain itu, anak-anak yang berkarakter baik adalah mereka yang memiliki kematangan emosional dan spiritual, dapat mengelola stres yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan fisiknya (Dirjen PAUDNI,2011).

Menjadikan manusia Indonesia yang berkarakter tidaklah mudah. Dalam hal ini sekolah yang merupakan lembaga pendidikan setelah rumah dan tempat ibadah diharapkan menjadi lembaga yang mampu membentuk karakter anak. Karakter pada anak usia dini dapat diamati melalui keterampilan sosialnya, seperti dapat tergambar dari aktivitas menunggu giliran, berbagi bersama teman, berkomunikasi dengan baik, dan mengatasi konflik.

Social skill is ability to interact with others in a given social context in specific ways that are socially acceptable or valued and at the same time personally beneficial, mutually beneficial, or beneficial primarily to others


(22)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk dapat berinteraksi, diterima dan menjadi individu yang bernilai (valued) dalam konteks sosial.

Salah satu pendekatan bimbingan yang dipandang tepat baik secara teoretis ataupun praktik untuk mengembangkan karakter anak usia dini adalah bimbinganmelalui permainan. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses daripada hasil akhir. Bermain merupakan aktivitas utama pada anak usia dini. Bermain juga memiliki peran terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Hal ini senada dengan yang dijelaskan oleh Santrock (1995: 105) bahwa permainan mampu meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak-anak mempraktikkan peran-peran yang akan mereka laksanakan dalam hidup masa depannya. Plato dan Aristoteles (Moeslichatoen,1996: 97) menjelaskan bahwa bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Menurut Mulyadi (2004: 56) bermain dengan teman sebaya membuat anak-anak belajar membangun suatu hubungan sosial dengan anak-anak lain yang belum dikenalnya dan mengatasi berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh hubungan tersebut.


(23)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurniati (2000:75) meneliti peran permainan tradisional dalam mengembangkan keterampilan sosial anak di SDN Bukanagara Lembang yang menunjukkan permainan tradisional Jawa Barat mampu mengembangkan keterampilan sosial anak. Permainan tradisional yang teridentifikasi dalam penelitiannya menunjukkan indicator keterampilan sosial yakni; keterampilan dalam bekerjasama, keterampilan dalam menyesuaikan diri, keterampilan dalam berinteraksi, keterampilan dalam mengontrol diri, keterampilan dalam berempati, keterampilan dalam mentaati aturan, dan keterampilan dalam menghargai orang lain. Permainan juga disinyalir dapat menjadi terapi bagianak, khususnya bagi anak-anak yang mengalami permasalahan dalam sosialisasi.

Sejalan dengan hal tersebut, Catron & Allen (1999) dalam Musfiroh (2005: 35) mengatakan bahwa bermain mendukung perkembangan sosialisasi dalam hal-hal berikutini. (1) interaksi sosial, yakni interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa dan memecahkan konflik; (2) kerjasama, yakni interaksi saling membantu, berbagi dan pola bergiliran; (3) menghemat sumber daya, yakni menggunakan dan menjaga benda-benda dan lingkungan secara tepat; dan (4) peduli terhadap orang lain, seperti memahami dan menerima perbedaan individu, memahami masalah multibudaya.

Senada dengan hal tersebut, Hoorn (1993:60) mengatakan bahwa games

with rules (permainan) mewakili tingkat-tingkat permainan simbolis dan sosial

yang paling tinggi, yang mana pemain dituntut untuk merefleksikan hubungan-hubungan semua pemain dalam kerangka aturan-aturan yang telah ditetapkan.


(24)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Piaget (1962) dalam Muro, J.J. &Kottman, T. (1995: 182)mengatakan bahwa play was the child way of assimilating new information into his or her view

of the world and adapting to new situations.Artinya bahwa bermain merupakan

cara bagi anak untuk mengasimilasi informasi baru kedalam pandangan mereka serta menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru.

Bermain merupakan bagian integral dalam kegiatan pendidikan anak usia dini. Sedemikian penting kegiatan bermain dalam kehidupan anak, sehingga sebagian besar sepakat bahwa kegiatan belajar anak pada hakikatnya adalah bermain. Tidak menutup kemungkinan karena kondisi yang sangat signifikan itu juga orang menamai tempat kegiatan belajar anak usia dini dengan istilah taman kanak-kanak (Kindergarten dalam bahasa Jerman atau Raudatul Atfal dalam bahasa Arab). Bahkan, bermain itu sendiri ternyata tidak hanya terjadi pada dunia anak, akan tetapi itu menjadi sifat yang tetap melekat pada orang dewasa juga orang yang telah lanjut usia.

Viktor E Frankl (1985: 204) seorang psikiater yang terkenal dengan konsep logoterapinya, dalam catatan bukunya yang berjudul “Man’sSearch for

Meaning (1985) ” ia menceritakan pengalaman pribadinya saat berada di kamp

konsentrasi Auscwitz (suatu tempat pembantaian tawanan perang ras Yahudi oleh NAZI Jerman pimpinan Adolf Hitler), salah satu kegiatan yang dilakukan oleh para tawanan yang tertekan fisik dan psikologis untuk menghibur diri adalah

dengan “bermain” di antara permainan yang umum mereka lakukan adalah

menebak nama keluarga juga jumlah anak; jikalau salah satu peserta tidak mampu menebaknya, maka ia harus mengambilkan kutu dari rambut temannya yang


(25)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bertanya tadi dan begitu sebaliknya. Ternyata dalam posisi sangat tertekan para tawanan itu menyempatkan diri untuk bermain sebagai alat untuk mencari kesenangan dan menghibur diri dari penderitaan (Agustin, 2010: 43).

Bimbingan melalui permainan merupakan proses pemberian layanan dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan melalui aktivitas bermain. Bimbingan melalui permainan ini dapat dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu anak menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi anak yang nantinya akan membantu mengembangkan karakter yang kuat. Selain itu apabila kelompok bermain dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus sehingga akan dapat membantu pencapaian karakter positif anak (Homeyer,1999: 57).

Bimbingan melalui permainandi PAUD dapat membantu menciptakan iklim kondusif yang memberikan kesempatan bagi anak anak untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah konsep diri yang positif.

Asumsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahwa bimbingan melalui permainanakan terjadi proses interaksi antar anak. Diharapkan bimbingan melalui permainan ini dapat dijadikan wahana pemahaman nilai-nilai positif bagi


(26)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa, khususnya sikap konsep diri positif dibentuk yang tidak hanya dengan pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti bimbingan kelompok yang akan lebih optimal karena para siswa tidak akan merasa terhakimi oleh keadaan sendiri, mereka juga akan merasa mendapat pembinaan dan informasi yang positif untuk pengembangan karakter yang positif. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas maka penelitian ini memfokuskan kajian pada Model Bimbingan untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana model

bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan?” Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian dituangkan sebagai berikut :

1. Bagaimana profil karakter anak usia dini di Kota Bandung tahun ajaran 2012-2013?

2. Bagaimana kerangka teoretik model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan di Kota Bandung tahun ajaran 2012-2013?

3. Bagaimana efektivitas model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan di Kota Bandung tahun ajaran 2012-2013? C. TujuanPenelitian

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan.


(27)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. ManfaatPenelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini :

1. Manfaat teoretis untuk memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan pengembangan bimbinganuntuk mengembangkan karakter untuk anak usia dini melalui permainan dan wujud dari sumbangan tersebut yaitu ditemukannya hasil-hasil penelitian baru tentang bimbingan konseling guna meningkatkan pelayanan bimbingan di sekolah, khususnya pada Pendidikan Anak Usia Dini. Selain itu juga turut memberikan konstribusi dalam memberikan pelayanan yang tepat dalam mengembangkan potensi karakter anak usia dini.

2. ManfaatPraktis

a. Bagi guru/pendampingan akusia dini,penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru/pendamping dalam melakukan kegiatan bimbingan melalui permainan yang terintegrasi dalam pembelajaran yang ada, baik di dalam maupun di luar kelas seefektif mungkin untuk membantu membentuk dan mengembangkan karakter anak usia dini.

b. Bagi Anak, dengan mengikuti kegiatan bimbingan melalui permainanyang efektif, anak akan terdorong untuk membentuk karakter yang positif, terbuka, menghargai orang lain, mau mengendalikan emosi, mengembangkan rasa setia kawan, belajar untuk mempercayai kemampuan diri sendiri, serta belajar untuk memecahkan masalah.


(28)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(29)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian pengembangan diarahkan sebagai “a process used to develop and validate educational product (Borg and Gall, 2003:

271). Produk yang dihasilkan adalah model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Selanjutnya, menurut Borg and Gall (2003: 271), langkah-langkah yang seyogyanya ditempuh dalam penelitian

pengembangan meliputi : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaahan model hipotetik, (5) revisi,

(6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba lebih luas, (9) revisi modal akhir, dan (10) diseminasi dan sosialisasi. Adapun dalam penelitian ini langkah-langkah penelitian dan pengembangan dimodifikasi menjadi tiga tahap; (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model, dan (3) uji model (Sukmadinata, 2005:184).

Menurut Cresswell (2002), terdapat tiga model kualitatif-kuantitatif, yaitu

two-phase design, dominant-less dominant design, dan mixed method design sequence. Dalam penelitian ini dipilih mixed method design sequence karena


(30)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

saling mendukung. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji dinamika perkembangan karakter anak usia dini dan keefektifan model bimbingan anak usia dini melalui permainan untuk mengembangkan karakter. Sementara itu, pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui validitas rasional model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui bermain. Pada tataran teknis dilakukan langkah sebagai berikut : metode analisis deskriptif, metode partisipatif kolaboratif, dan metode quasi eksperimen.

Metode analisis deskriptif dilaksanakan untuk menjelaskan secara sistematis, faktual, akurat, tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan substansi penelitian. Dalam hal ini dilakukan untuk menganalisis karakter anak usia dini beserta indikator-indikatornya.

Metode partisipatif kolaboratif dalam proses uji kelayakan model hipotetik bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Uji kelayakan model dilaksanakan dengan uji rasional uji keterbacaan, uji kepraktisan dan uji coba terbatas. Uji rasional melibatkan empat orang pakar konseling, uji keterbacaan melibatkan sepuluh guru/pendamping anak usia dini; sedangkan uji kepraktisan dilaksanakan melalui diskusi terfokus dengan melibatkan para ahli bidang ke -PAUD-an.

Metode quasi eksperimen dengan disain pre-test dan post-test dilaksanakan dalam uji lapangan model hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan (Sugiyono, 2006: 118).


(31)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian ini yaitu permainan anak usia dini dan model bimbingan untuk mengembangkan karakter. Definisi operasional untuk beberapa istilah diuraikan sebagai berikut.

1. Bimbingan Melalui Permainan

Secara operasional yang dimaksud dengan bimbingan melalui permainan dalam penelitian ini adalah pedoman/prosedur yang digunakan untuk mengembangkan karakter anak usia dini dengan menggunakan aktivitas bermain yang langkah-langkahnya sebagai berikut: Pertama,

mengidentifikasi potensi nilai-nilai karakter yang ada pada diri anak usia dini. Kedua, mengembangkan karakter positif yang sudah ada pada diri anak. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan bimbingan melalui permainan, dengan harapan anak-anak akan berkembang karakter positifnya. Ketiga, memberikan ragam materi selaras dengan bimbingan melalui permainan dengan upaya mengembangkan nilai-nilai positif karakter anak usia dini.

2. Karakter

Karakter dalam penelitian ini adalah serangkaian nilai-nilai positif yang dipandang tepat untuk dikembangkan pada anak usia dini yang terdiri dari (1) Kecintaan Terhadap Tuhan YME berupa nilai-nilai yang didasarkan pada perilaku yang menunjukkan kepatuhan kepada perintah dan larangan Tuhan YME yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (2) toleransi dan cinta damai yaitu penanaman kebiasaan bersabar, tenggang rasa, dan menahan emosi dan keinginan; (3) disiplin yaitu nilai yang berkaitan


(32)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan ketertiban dan keteraturan; (4) kejujuran yaitu sikap yang menunjukkan kesesuaian dengan keadaan sebenarnya; (5) percaya diri yaitu sikap yang menunjukkan memahami kemampuan diri dan nilai harga diri; (6) Mandiri yaitu perilaku yang tidak bergantung pada orang lain. Penanaman nilai ini bertujuan untuk membantu membiasakan anak menentukan, melakukan, dan memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bantuan atau dengan bantuan yang seperlunya; (7) perilaku kreatif yaitu perilaku yang mendorong seseorang untuk dapat melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan, maupun karya baru dengan menekankan pada kemampuan mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah dan mencerminkan kemampuan operasional anak kreatif; (8) kerja keras yaitu nilai yang berkaitan dengan perilaku pantang menyerah berupa mengerjakan sesuatu hingga selesai dengan gembira; dan (9) tanggung jawab yaitu nilai yang terkait dengan kesadaran untuk melakukan dan menanggung segala sesuatunya .

C. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data 1. Kisi- kisi Instrumen Pengumpul Data

Kisi-kisi instrumen pengumpul data dibuat untuk mengungkap nilai-nilai karakter positif anak usia dini. Berikut diuraikan kisi-kisi instrumen untuk mengungkap nilai-nilai karakter anak usia dini.


(33)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini

Aspek Indikator Nomor

item

Jumlah item 1. Kecintaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa

1.1 Menyanyikan lagu yang bernuansa iman dan taqwa 1 – 3 lagu

1.2 Berdoa sebelum dan sesudah berkegiatan dengan baik dan khidmat

1.3 Menirukan gerakan ibadah dengan tertib

1.4 Menyimak dengan baik cerita bernuansa iman dan taqwa 1.5 Meniru dan menyebutkan

nama-nama dan sifat-sifat Allah

1.6 Menunjukkan rasa cinta dan sayang pada ciptaan Allah

1.7 Mengucapkan sair ataupun pantun tentang iman dan taqwa

1.8 Menirukan ucapan yang baik dan sopan

1.9 Mengucapkan terima kasih apabila mendapatkan pemberian dan bantuan.

1.10 Mengucapkan salam

1.11 Dapat mengenal kata-kata santun 1.12 Menghargai teman dan tidak

memaksakan diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12

2. Toleransi dan Cinta Damai

2.1 Dapat mengungkapkan secara verbal dengan cara yang baik ketika mau ke kamar kecil.

2.2 Mulai memahami hak orang lain (antri menunggu giliran)

2.3 Mulai menunjukkan sikap berbagi 2.4 Mulai senang membantu

2.5 Senang bekerja sama 2.6 Mulai menyatakan perasaan

terhadap orang lain (suka dengan teman)

2.7 Dapat berbagi peran dalam permaina 2.8 Senang berbagi dengan teman

13 14 15 16 17 18 19 20 8


(34)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Disiplin 3.1 Senang datang tepat waktu 3.2 Menikmati jika harus berbaris

sebelum masuk kelas

3.3 Mencium tangan guru apabila bertemu

3.4 Tidak suka melanggar aturan 3.5 Mentaati norma yang berlaku di

kelas dan sekolah

3.6 Tidak bermain di luar halaman sekolah 21 22 23 24 25 26 6

4. Jujur 4.1 Tidak suka berbohong

4.2 Meminta izin apabila meminjam barang teman

4.3 Mengembalikan barang teman yang dipinjam

4.4 Mengatakan dengan terus terang sesuatu yang terjadi

4.5 Mengakui kesalahan apabila melanggar aturan

4.6 Tidak mudah terpengaruh oleh prilaku buruk teman

27 28 29 30 31 32 6

5. Percaya diri 5.1 Berani menyatakan pendapat

5.2 Berani menirukan gaya bicara orang lain

5.3 Berani bertanya dan berani menjawab pertanyaan 5.4 Merasa diri istimewa

5.5 Berani melakukan sesuatu sendiri 5.6 Berani mencoba hal yang baru 5.7 Berani melakukan tantangan 5.8 Tidak mudah menyerah

33 34 35 36 37 38 39 40 6. Mandiri 6.1 Berani melakukan tantangan

6.2 Tidak mudah menyerah 6.3 Senang melakukan kebutuhan

harian sendiri atau dengan bantuan seadanya

6.4 Pergi ke kamar kecil sendiri 6.5 Menyimpan tas sendiri 6.6 Makan sendiri

6.7 Merapikan meja belajar sendiri

39 40 41 42 43 44 45 8


(35)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6.8 Memasukkan alat sekolah ke tas 46 7. Kreatif 7.1 Mampu merespon suatu stimulasi

7.2 Mampu bereaksi terhadap berbagai keinginan.

7.3 Mampu membedakan berbagai keinginan

7.4 Mampu menggunakan alat bermain 7.5 Mampu mengamati benda yang

bergerak

7.6 Mampu menggunakan benda sesuai dengan fungsinya.

7.7 Mampu membedakan berbagai bunyi/suara. 47 48 49 50 51 52 53 7

8. Kerja Keras 8.1 Anak mampu berjalan berjinjit 8.2 Anak mampu menyusun balok 8.3 Anak mampu makan dengan

menggunakan sendok

8.4 Anak mampu berjalan dengan menggunakan garis lurus 8.5 Anak mampu mendorong benda 8.6 Anak mampu menyanyikan lagu

sederhana

8.7 Anak mampu mengurutkan benda 8.8 Anak mampu menggambar bentuk

54 55 56 57 58 59 60 61 8

9. Tanggung Jawab

9.1 Merapikan peralatan bermain yang sudah digunakan

9.2 Meminta maaf ketika melakukan kesalahan

9.3 Mengucapkan terima kasih apabila mendapatkan sesuatu

9.4 Menjaga barang miliknya sendiri 9.5 Menolong teman yang

membutuhkan bantuan

9.6 Mengembalikan barang yang sudah digunakan ketempatnya

9.7 Mau menjadi pemimpin kelas 9.8 Senang bermain dengan teman di

kelas 62 63 64 65 66 67 68 69 8


(36)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Penimbangan Instrumen

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item angket yang layak dipakai. Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga orang penimbang untuk dikaji secara rasional dari segi isi dan redaksi item, serta ditelaah kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap. Mereka adalah pakar bimbingan konseling yang memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai, dan berkualifikasi pendidikan doktor bimbingan konseling.

Setiap penimbang memberikan koreksinya. Terhadap item yang menurut penimbang kurang layak, baik secara konstruk maupun kebahasaannya, dilakukan revisi seperlunya sesuai dengan saran-saran para penimbang tersebut.

Pada langkah berikutnya, sebelum dilakukan uji coba instrumen, dihadirkan para guru/pendamping PAUD untuk melakukan uji keterbacaan terhadap setiap butir item dalam instrumen. Setiap masukan yang diberikan dijadikan bahan untuk perbaikan dan pengembangan instrumen yang akan diujicobakan.

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Pengujian Validitas Instrumen

Pemilihan item dilakukan dengan uji validitas item menggunakan teknik

korelasi item-total product moment. Item yang dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3 (Masrun dalam Sugiyono, 2007:188-189).


(37)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) SPSS version 14.0 for Windows.

Tabel 3.2

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas

Instrumen Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Kelompok Bermain No r Hitung r Tabel Keterangan No r Hitung r Tabel Keterangan

1 0.51 0.30 Valid 36 0.40 0.30 Valid 2 0.50 0.30 Valid 37 0.55 0.30 Valid 3 0.49 0.30 Valid 38 0.57 0.30 Valid 4 0.48 0.30 Valid 39 0.57 0.30 Valid 5 0.45 0.30 Valid 40 0.52 0.30 Valid 6 0.49 0.30 Valid 41 0.60 0.30 Valid 7 0.51 0.30 Valid 42 0.38 0.30 Valid 8 0.49 0.30 Valid 43 0.46 0.30 Valid 9 0.39 0.30 Valid 44 0.36 0.30 Valid 10 0.40 0.30 Valid 45 0.57 0.30 Valid 11 0.55 0.30 Valid 46 0.50 0.30 Valid 12 0.49 0.30 Valid 47 0.61 0.30 Valid 13 0.42 0.30 Valid 48 0.54 0.30 Valid 14 0.48 0.30 Valid 49 0.48 0.30 Valid 15 0.44 0.30 Valid 50 0.46 0.30 Valid 16 0.53 0.30 Valid 51 0.49 0.30 Valid 17 0.56 0.30 Valid 52 0.55 0.30 Valid 18 0.47 0.30 Valid 53 0.42 0.30 Valid 19 0.57 0.30 Valid 54 0.37 0.30 Valid 20 0.46 0.30 Valid 55 0.44 0.30 Valid 21 0.39 0.30 Valid 56 0.31 0.30 Valid 22 0.45 0.30 Valid 57 0.42 0.30 Valid 23 0.42 0.30 Valid 58 0.45 0.30 Valid 24 0.55 0.30 Valid 59 0.54 0.30 Valid 25 0.55 0.30 Valid 60 0.58 0.30 Valid 26 0.45 0.30 Valid 61 0.53 0.30 Valid 27 0.44 0.30 Valid 62 0.60 0.30 Valid 28 0.54 0.30 Valid 63 0.56 0.30 Valid


(38)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29 0.46 0.30 Valid 64 0.54 0.30 Valid 30 0.57 0.30 Valid 65 0.49 0.30 Valid 31 0.57 0.30 Valid 66 0.65 0.30 Valid 32 0.48 0.30 Valid 67 0.55 0.30 Valid 33 0.55 0.30 Valid 68 0.58 0.30 Valid 34 0.46 0.30 Valid 69 0.46 0.30 Valid 35 0.56 0.30 Valid 52 0.55 0.30 Valid

Dari hasil rekapitulasi diatas diperoleh bahwa dari 69 item pernyataan didapat bahwa pernyataan semua pernyataan valid. Hal ini berarti bahwa pernyataan-pernyataan yang ada dapat mengukur nilai-nilai karakter anak usia kelompok bermain.

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen pengumpul data penelitian dimaksudkan untuk melihat konsistensi internal instrumen yang digunakan. Pengujian reliabilitas menggunakan teknik belah dua (split-half)

Spearman-Brown dengan bantuan perangkat lunak (software) SPSS version 14.0 for Windows. Langkah-langkah rumus tersebut yaitu:

Pertama, mengelompokkan skor butir bernomor ganjil atau belahan kiri

sebagai belahan pertama dan kelompok bernomor genap atau belahan kanan sebagai belahan kedua, cara ini biasa disebut dengan tehnik belah dua ganjil-genap atau awal-akhir.

Kedua, mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua

dan akan diperoleh harga rxy.

Ketiga, indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara


(39)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keempat, indeks reliabilitas soal akan diperoleh dengan rumus Spearman-Brown sebagai berikut (Arikunto, 2002).

       2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r Keterangan: 11

r = reliabilitas instrumen

2 1 2 1

r = rxy yang disebutkan sebagi indeks korelasi antara dua belahan instrumen Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999: 149) pada tabel 3.3.

Hasil uji reliabilitas pada instrumen Format A dengan menggunakan

software SPSS 14.0 for Windows diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,914.

Dengan merujuk pada klasifikasi rentang koefisien reliabilitas dari Sugiyono dan Wibisono (2001), koefisien reliabilitas sebesar 0,929 termasuk ke dalam kategori sangat kuat atau menunjukkan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.

Tabel 3.3

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 - 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

Hasil uji reliabilitas pada instrumen Format B dengan menggunakan

software SPSS 14.0 for Windows diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,868.


(40)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wibisono (2001), koefisien reliabilitas sebesar 0,868 termasuk ke dalam kategori sangat kuat atau menunjukkan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.

Langkah langkah dalam membuat profil karakter anak usia dini adalah sebagai berikut.

a. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi

Tabel 3.4

Cara Menentukan Skor Maksimal Ideal Sampel No

Indikator Skor Maksimal

Ideal 1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter

Anak Usia Dini)

= 69 x 3 = 207 2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan

Terhadap Tuhan YME)

= 12 x 3 = 36 3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan

Cinta Damai)

= 8 x 3 = 24 4

Indikator 3 (Nilai Disiplin) = 6 x 3 = 18 5

Indikator 4 (Nilai Kejujuran) = 6 x 3 = 18 6

Indikator 5 (Nilai Percaya Diri ) = 8 x 3 = 24 7

Indikator 6 (Nilai Mandiri ) = 6 x 3 = 18 8

Indikator 7 (Nilai Perilaku Kreatif ) = 7 x 3 = 21 9

Indikator 8 (Nilai Kerja Keras ) = 8 x 3 = 24 10

Indikator 9 (Nilai Tanggung Jawab ) = 8 x 3 = 24

b. Menentukan Skor minimal ideal yang diperoleh sampel: Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah

Tabel 3.5


(41)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No

Indikator Skor Minimal

Ideal 1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter

Anak Usia Dini)

= 69 x 1 = 69 2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan Terhadap

Tuhan YME)

= 12 x 1 = 12 3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan Cinta

Damai)

= 8 x 1 = 8 4

Indikator 3 (Nilai Disiplin) = 6 x 1 = 6 5

Indikator 4 (Nilai Kejujuran) = 6 x 1 = 6 6

Indikator 5 (Nilai Percaya Diri ) = 8 x 1 = 8 7

Indikator 6 (Nilai Mandiri ) = 6 x 1 = 6 8

Indikator 7 (Nilai Perilaku Kreatif ) = 7 x 1 = 7 9

Indikator 8 (Nilai Kerja Keras ) = 8 x 1 = 8 10

Indikator 9 (Nilai Tanggung Jawab ) = 8 x 1 = 8

c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel:

Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal Tabel 3.6

Cara Mencari Rentang Skor Ideal Sampel

No Indikator Rentang Skor

1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini)

= 207 – 69 = 138 2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan

Terhadap Tuhan YME)

= 36 – 12 = 24 3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan

Cinta Damai)

= 24 – 8 = 16 4

Indikator 3 (Nilai Disiplin) = 18 – 6 = 12 5

Indikator 4 (Nilai Kejujuran) = 18 – 6 = 12 6


(42)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Indikator 6 (Nilai Mandiri ) = 18 – 6 = 12 8

Indikator 7 (Nilai Perilaku Kreatif ) = 21 – 7 = 14 9

Indikator 8 (Nilai Kerja Keras ) = 24 – 8 = 16 10

Indikator 9 (Nilai Tanggung Jawab ) = 24 – 8 = 16

d. Mencari interval skor:

Interval skor = Rentang skor / 2

Tabel 3.7

Cara Mencari Interval Skor

No Indikator Interval

1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini)

= 138/2 = 69 2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan

Terhadap Tuhan YME)

= 24/2 = 12 3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan

Cinta Damai)

= 16/2 = 8 4

Indikator 3 (Nilai Disiplin) = 12/2 = 6 5

Indikator 4 (Nilai Kejujuran) = 12/2 = 6 6

Indikator 5 (Nilai Percaya Diri ) = 16/2 = 8 7

Indikator 6 (Nilai Mandiri ) = 12/2 = 6 8

Indikator 7 (Nilai Perilaku Kreatif ) = 14/2 = 7 9

Indikator 8 (Nilai Kerja Keras ) = 16/2 = 8 10

Indikator 9 (Nilai Tanggung Jawab ) = 16/2 = 8

Dari langkah-langkah diatas, didapat kriteria yang di jabarkan dalam tabel sebagai berikut:


(43)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.8

Kategorisasi Profil Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Kelompok Bermain No Indikator Kriteria Interval

1 Keseluruhan (Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini)

Tinggi 139 - 207 Rendah 69 - 138 2 Indikator 1 (Nilai Kecintaan

Terhadap Tuhan YME)

Tinggi 25 - 36 Rendah 12 - 24 3 Indikator 2 (Nilai Toleransi dan

Cinta Damai)

Tinggi 17 - 24 Rendah 8 - 16 4 Indikator 3 (Nilai Disiplin) Tinggi 13 - 18

Rendah 6 - 12 5 Indikator 4 (Nilai Kejujuran) Tinggi 13 - 18

Rendah 6 - 12 6 Indikator 5 (Nilai Percaya Diri

)

Tinggi 17 - 24 Rendah 8 - 16 7 Indikator 6 (Nilai Mandiri ) Tinggi 13 - 18

Rendah 6 - 12 8 Indikator 7 (Nilai Perilaku

Kreatif )

Tinggi 15 - 21 Rendah 7 - 14 9 Indikator 8 (Nilai Kerja Keras ) Tinggi 17 - 24

Rendah 8 - 16 10 Indikator 9 (Nilai Tanggung

Jawab )

Tinggi 17 - 24 Rendah 8 - 16 D. Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah pengembangan model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan. Proses pengembangan model terdiri dari empat tahap dengan subjek penelitian yang beragam. Pada studi pendahuluan, subjek adalah anak usia dini se Kota Bandung sebanyak 20 kecamatan, 130 sekolah PAUD dan sebanyak 777 anak yang ditentukan secara random melalui teknik two stage random sampling (Fraenkel & Wallen, 1993: 48).


(44)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Tahap-Tahap Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, penelitian ini dilaksanakan dalam sembilan tahap kegiatan, yaitu : tahap 1 persiapan, tahap 2 merancang model hipotetik, tahap 3 uji kelayakan model hipotetik, tahap 4 perbaikan model hipotetik, tahap 5 uji coba terbatas, tahap 6 revisi hasil uji coba terbatas, tahap 7 uji lapangan model, tahap 8 merancang model akhir, dan tahap 9 diseminasi model.

Rancangan kegiatan setiap tahap adalah sebagai berikut.

Tahap Pertama : Persiapan Pengembangan Model

Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi :

a. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu.

b. Survey lapangan untuk memperoleh informasi kondisi objektif karakter anak usia dini

c. Mengkaji hasil-hasil penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengembangan model bimbingan melalui permainan.

d. Mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dalam menerapkan model.

Tahap Kedua : Merancang Model Hipotetik

Berdasarkan kajian teoretik, hasil-hasil penelitian terdahulu, hasil studi pendahuluan, berikutnya disusun Model Hipotetik Bimbingan Melalui Bermain.


(45)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji kelayakan model dilakukan untuk mendapatkan Model Bimbingan untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan yang memiliki keterandalan ini dilakukan kegiatan berupa :

a. Uji rasional model dengan mengidentifikasi masukan-masukan konseptual dari para pakar bimbingan konseling.

b. Uji keterbacaan model, melibatkan guru/pendamping PAUD.

c. Uji kepraktisan model, dilakukan melalui diskusi terfokus yang melibatkan beberapa pakar ke PAUD-an yang bertujuan untuk melihat berbagai dimensi yang seyogyanya dipertimbangkan dalam pengembangan dan penerapan model bimbingan melalui bermain untuk mengembangkan karakter anak usia dini.

d. Analisis kompetensi pembimbing yang diperlukan untuk menerapkan model.

Tahap Keempat : Revisi Model Hipotetik

Berdasarkan hasil uji kelayakan model, kegiatan berikutnya adalah : a. Mengevaluasi dan menginventarisasi hasil uji kelayakan model. b. Memperbaiki redaksi dan isi model hipotetik.

c. Tersusun model hipotetik yang sudah direvisi.

Tahap Kelima : Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas dilaksanakan untuk mendapatkan masukan kritis dari guru/pendamping PAUD dalam membantu mengembangkan nilai-nilai karakter anak. Kegiatan dalam hahap ini meliputi :


(46)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menyiapkan pembimbing dan fasilitator.

c. Membagi anak anak dalam dua kelompok kecil, masing-masing 15 orang, d. Melaksanakan uji coba terbatas.

e. Diskusi dan refleksi sebagai masukan untuk perbaikan model.

Tahap Keenam : Revisi Hasil Uji Coba Terbatas

Berdasarkan masukan dalam diskusi dan refleksi dari hasil uji coba terbatas, model hipotetik direvisi lagi dari segi konstruksi, materi, dan pelaksanaan bimbingan.

Tahap Ketujuh : Pengujian Lapangan

Pada tahap ini dilaksanakan uji lapangan model bimbingan melalui permainan untuk mengembangkan karakter anak usia dini, meliputi :

a. Menyusun rencana kegiatan uji lapangan. b. Melaksanakan uji lapangan.

c. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan uji lapangan.

Tahap Kedelapan : Merancang Model Akhir

Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi :

a. Mengevaluasi dan menganalisis hasil pengujian lapangan.

b. Merevisi dan merumuskan kembali model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan berdasarkan hasil pengujian lapangan.

c. Tersusun model akhir yang dikemas dalam model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan.


(47)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap Kesembilan : Diseminasi Model

Kegiatan pada tahap ini adalah mempublikasikan model pada khalayak profesi melalui jurnal dan forum ilmiah.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Kelayakan Model Bimbingan untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan

Jenis data dalam penelitian ini tergolong ordinal, karena jawaban yang terdapat dalam angket mengunakan alternatif jawaban “ya” dan tidak yang diberi skor 1 dan 0. Oleh karena skor 1 lebih besar dari skor 0 maka hal tersebut menunjukkan pada jenis data ordinal.

Pertama, teknik analisis untuk melihat gambaran bimbingan untuk

mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan, baik variabel, per aspek, maupun per indikatornya dengan melihat kategori tinggi dan rendah maka dihitung dengan menggunakan persentil 50, sehingga dapat dikategorikan jika X ≥

P50 termasuk kategori siap, dan jika X < P50 termasuk kategori belum siap (X =

skor; P50 = persentil 50).

Kedua, teknik analisis data untuk melihat faktor-faktor determinan

bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan adalah regresi linear. Analisis regeresi dilakukan untuk memprediksi sejauh mana nilai variabel dependen bila nilai variabel independen diubah. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana artinya jumlah variabel independen sebagai prediktor, jumlahnya hanya satu.


(48)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bX a

Yˆ   (Furqon, 1997: 69)

dimana: 

Yˆ Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a = Konstanta (harga Y bila X=0)

b = Angka arah atau koefisien regresi, menunjukan angka penurunan dan peningkatan nilai variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi penurunan.

X = Subyek variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Sedangkan untuk harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: 2 2 2 ) ( ) )( ( ) )( ( X X n Y X X X Y a          2 2 ) ( ) )( ( X X n Y X Y X n b        

(Sudjana, 1996: 315)

Ketiga, teknik analisis data untuk melihat upaya-upaya yang dilakukan

untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan adalah

menggunakan teknik persentase dengan rumus : N

X

tiap upaya x 100% (X =

skor; N = jumlah sampel).

Dimensi-dimensi model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan yang dianalisis yaitu: rumusan judul, penggunaan


(49)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

istilah, sistematika model, rumusan rasional model, rumusan tujuan model, rumusan asumsi model, rumusan komponen model, rumusan kompetensi pembimbing, kesesuaian antar komponen model, struktur intervensi, garis besar sesi intervensi, teknik evaluasi dan rumusan indikator keberhasilan.

Teknik yang digunakan dalam menganalisis kelayakan model, yaitu: (a) uji rasional model melibatkan pakar konseling; (b) uji keterbacaan (readability); (c) uji kepraktisan (usebility) model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan, dilakukan dalam diskusi terfokus, membahas: (1) kontribusi model terhadap pencapaian tujuan pendidikan dan tujuan bimbingan dan konseling; (2) peluang keterlaksanaan penerapan model; (3) kesesuaian model dengan kebutuhan anak usia dini; (4) kemampuan pembimbing untuk menerapkan model; (5) pemahaman pengelola model; (6) keterjalinan kerja sama. Diskusi terfokus untuk menganalisis kepraktisan model dengan melibatkan: dosen pembimbing akademik dan anak usia dini.

2. Analisis Efektivitas Model Bimbingan untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan

Analisis efektivitas model bimbingan untuk mengembangkan karakter anak usia dini melalui permainan, dilakukan dengan menganalisis tingkat karakter anak usia dini sebelum dan setelah mengikuti bimbingan dalam pengujian lapangan model.

Pengujian efektivitas model menggunakan desain quasi eksperimen dalam bentuk non-equivalent kontrol group design. Desain ini hampir sama dengan


(50)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pretest-posttest kontrol group design, hanya pada desain ini, baik pada kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.

Pengujian efektivitas model menggunakan teknik uji perbedaan dua kelompok berpasangan dari data rata-rata skor gains ternormalisasi (normalized

gains score/NGS), yaitu:

H0 : µ eksperimen = µ kontrol

H1 : µ eksperimen > µ kontrol

Pengujian efektivitas tersebut diuji dengan metode independent sample

t-test dari data NGS menggunakan bantuan perangkat lunak (software) Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 14.0 for Windows.

Dasar pengambilan keputusannya dengan melihat perbandingan nilai Sig. (2-tailed) dengan , yaitu jika nilai Sig. (2-tailed) <  (0,05) maka H ditolak. 0

Prosedur pengujian efektivitias tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, menghitung NGS kelompok eksperimen dan kontrol pada setiap variabel menggunakan rumus berikut. (Coletta, V.P., Phillips, J.A., & Steinert, J.J., 2007).

etest X

etest Posttest

g

Max Pr

Pr  

Kedua, menguji normalitas data gains kedua kelompok. Pengujian

normalitas data gains dilakukan dengan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnov (p>0,05) dengan menggunakan bantuan SPSS 14.0.


(51)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketiga, menguji homogenitas varians data gains kedua kelompok (p>0,05)

dengan bantuan SPSS 14.0.

Keempat, uji perbedaan (efektivitas) model menggunakan uji t independent

(Independent sample t test) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. Hipotesis

H0 : µ eksperimen = µ kontrol

Kedua rata-rata gain populasi adalah identik ( rata rata gain populasi kelas kontrol dengan kelas eksperimen adalah tidak berbeda secara nyata)

H1 : µ eksperimen > µ kontrol

Kedua rata-rata gain populasi adalah tidak identik (rata rata gain populasi kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah berbeda secara nyata)

Dasar Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan α=0,05.

Berdasarkan nilai t hitung:

Terima H0 jika – t 1- ½ < t hitung < t 1- ½, dimana t 1- ½ didapat dari daftar tabel t dengan dk = ( n1 + n2 – 1) dan peluang 1- ½ . Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.


(1)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dryden,G.&Vos, J. (2002). Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution) Bandung: Kaifa.

Elliot,J. (1991). Action Reseach for Educational Change. Milton Keynes, Philadelphia: Open University Press.

Fraenkel, J.R & Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Inc.

Frankl. Viktor E. (1985). Mans Search For Meaning. New York: Washington Square Press.

Furqon. (1997). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Gall, M.D. Gall, G.P.& Borg, W.R. (2001). Education Reseach. Boston:Pearson Education Inc.

Gardner, H. (1993). Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York: BasicBooks.

Goleman, D. (1995). Emotional Intellegence. New York: Scientific American,Inc.

Hadis, F.A. (1996). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud.

Hadis, F.A. (2003). Kajian Pendidikan tentang Anak Dini Usia Ditinjau dari SegiPsikososial Kultural. Makalah. Jakarta

Helms, D.B. & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York: Holt Rinehartand Winston.

Herr, E.L. (1979). Guidance & Counseling in the Schools: The Past, Present, & Future. Houston: Shell Companies Foundation.

Hildebrand, V. (1996). Introduction to Early Chilhood Education, New York: Macmillan Publishing Company.

Hohmann, M & Weikart, D.P. (1995). Educating Young Children. Amerika: High/Scope Press.

Hoorn, V.J et al. (1993). Play at The Center of the Curriculum, New York: Macmillan Company.

Homeyer, (1999). Curaterr a Broad Spectrum Root Systemic Insecticide and Nematicide. Pflanzenchutz Nachrichten Bayer.


(2)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hurlock, E .(1986). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Penerjemah: Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.

J. Dewey. (1994). Play and Work in the Curiculum, in Democracy and Education. http ://www.ilt.columbia.edu/publication/projects//dewey/html.

Jalal, F. (2002). Stimulasi Otak untuk Mengoptimalkan Kecerdasan Anak.Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 02.9-17

Jalal, F.(2002). Pendidikan Anak Dini Usia, Pendidikan yang Mendasar. Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia . 01. 4 -10

Jalal, F.(2002). Dari IQ Menuju Ragam Kecerdasan. Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 2. (03). 13 -22.

Kartadinata, S. (1996). Peningkatan Mutu dan Pengembangan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Bandung: IKIP Bandung.

Kartadinata, S et al.(1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kartadinata,S et al.(2000). Pendidikan untuk Pengembangan Sumber Daya

Manusia Bermutu Memasuki abad XXI: Implikasi Bimbingannya. Jurnal Psikopedagogia. 1. (1). 1 – 12

Kerangka Besar Pembangunan PAUD Indonesaia Periode 2011-2025 (2011) Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Kurnanto, E. (2009).Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. STAIN Pontianak Press.

Kurniati, (2000). Peran Permainan Tradisional dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak di SDN Bukanagara Lembang. Tesis. Tidak diterbitkan.

Lickona, T .(1992). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantan Books. New York

Linstone, HA. and Turoff, M. (1975). The Delphi Method: Techniques and Applications. Reading Massachusette : Addison – Wesley Publishing Co. Loree, M.R. (1970). Psychology of Education. New York: The Ronald Press Co.


(3)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Masitoh. (2002). Model Pembelajaran Bahasa Berdasarkan Pendekatan Bahasa Menyeluruh. Tesis. PPS UPI.

Maxim, G.W. (1995). The Very Young Guiding Children from Infancy through the Early Years.Scond Edition. California: Wodswort Publishing Company.

McMillan, J.H. & Schumacher, S. (2001). Reseach in Education. New York: Addison Wesley Longman.

McNiff, J (1995). Action Reseach: Principles and Practices. New York: Routledge.

Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter: Solusi Tepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Megawangi, R.(2007). Sembilan Pilar Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Mulyadi, S. (2004). Bermain dan Kreativitas. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Muro, J.J. & Kottman, T. (1995). Guidance and Counseling in Elementary School and Middle School. Iowa: Brown and Benchmark Publisher.

Musthafa, B. (Compiled) (2004). Multiperspective Articles on Early ChilhoodEducation. Bandung: Guidance and Counseling Studies Graduate School. The Indonesia University of Education.

Musfiroh.(2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Moeslichatoen. (1995). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mc Key, etal. (1985). Analysis and Control of Production System. Prentice Hall, Inc. New Jersey USA.

Natawidjaja, R. (1987). Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok I. Diponegoro: Bandung.

Nurihsan, J. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara. Pasiak, T. (2002). Revolusi IQ/EQ/SQ antara Neurosains dan Al-Quran.


(4)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Patmonodewo, S. (1995). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi dariBayi sampai Lanjut Usia. Jakarta: UI Press.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990. Tentang Pendidikan Prasekolah, Jakarta.

Roopnaire, J.L. & Johnson, J.E. (1993). Approaches to Early Childhood Education. New York: Charles E. Merril Publishing Co.

Rusmana,N (2009).Model Bimbingan Kelompok bagi Anak-anak yang Mengalami Pengalaman Traumatik. Disertasi. Bandung:Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Samples, B. (1999). Revolusi Belajar untuk Anak (Alih bahasa: Rahmani Astuti) Bandung : Kaifa.

Santrock, J.W. (1995). Life Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jilid I. (Alih bahasa: Achmad Chusaeri). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th ed. Dubuque, IA. Wm, C. Brown.

Sari, D.P.D. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak, Bagian 2. Jakarta: Depdikbud.

Saefert, K.L & Haffnung, R.J. (1991). Child & Adolesent Development, Second Edition. Boston:Houghton Mifflin Co.

Schaeffer, E.F.(1999). It's Time for Schools to Implement Character Education. NASSP Bulletin 1999 83: 1.

Semiawan, C.R. (2002). Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Shertzer, B.& Stone, S.C. (1971). Fundamental of Guidance. New York: Houghton Miffin Company.

Shihab, Q.M. (1994). Lentera Hati. Bandung: Mizan.

Sigelman, C.K. & Shaffer, D.R. (1995). Life Span Human Development. California: Broks/Cole Publishing Company.

Soemanto, W. (1983). Psikologi Pendidikan. Malang: Bina Aksara

Soemarno, M. (2002). Gerak, Latihan Vitalitas dan Mutu Tumbuh Kembang Anak Dini Usia.Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 02.18-23.


(5)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Solehuddin, M. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Pedagogiana Press.

Solehuddin, M. (2009). Pemberdayaan Taman Kanak-kanak Kurang Beruntung Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Disertasi. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Solehuddin, M. (1997). Pengimplementasian Aktivitas Bermain di Taman Kanak-kanak. (hasil penelitian). Bandung: IKIP.

Spodek, B. (1993). Handbook of Research on the Education of Young Children. New York: Macmillan Publishing Company.

Standing, E.M. (1962). Maria Montessori, Her Life and Work. New York: Mentor-Omega Book.

Stalling & Stipek. (1986). Principles of Management Information System, edisi ke-1. M cGraw Hill. Inc, New York.

Sudono, Anggani. (1995). Alat Permainan dan Sumber Belajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Sugianto, T. (1995). Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akdemik.

Sugiyono. (1999). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (1996). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsito: Bandung.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metoda Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda karya.

Supriadi, D. (2002). Memetakan Kembali Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Anak Dini Usia. Jurnal

Supriadi, D. (1997). Profesi Konseling dan Keguruan. Bandung: PPS dan Jurusan PPB FIP IKIP Bandung.

Supriadi, D.(1998). Potret Pendidikan Taman Kanak-kanak: Implikasi pada Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud


(6)

Aam Kurnia, 2014

Model Bimbingan Untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Permainan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Surya, M (1988). Pengantar Bimbingan Karir. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP IKIP Bandung.

Thompson (2004). Internasional Association for Play Therapy. Diakses di www. Pt.org. (16 oktober 2012).

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Willis, S. (1994). Konseling Keluarga. Bandung, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Wulandari. (2011). Efektivitas Konseling Bermain untuk Meningkatkan Konsep Diri Remaja. Skripsi. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidika dan Bimbingan FIP UPI.

Yufiarti. (2003). Karin Vilien tentang: Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Indonesia. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia Edisi Perdana.