MODEL PERSEDIAAN PRODUK DAN BAHAN KEMASAN TERINTEGRASI (Studi Kasus PT Indomex Dwijaya Lestari).

(1)

MODEL PERSEDIAAN PRODUK DAN BAHAN

KEMASAN TERINTEGRASI

(Studi Kasus PT Indomex Dwijaya Lestari)

TUGAS AKHIR

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas

Oleh:

YOHANNA SAFARI

0910932056

Pembimbing:

Nilda Tri Putri, Ph. D

Jonrinaldi, Ph. D

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014


(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air minum merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman masyarakat menginginkan sesuatu yang praktis dan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat terhadap konsumsi air yang sehat, serta berkualitas maka masyarakat membutuhkan suatu produk air minum yang sehat, terjangkau, dan instan. Salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah dengan hadirnya produk air minum dalam kemasan. Bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) memiliki prospek yang sangat baik, karena kebutuhan akan air minum semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Dari segi penjualan, industri ini mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Perusahaan yang bergerak di bidang air minum pun semakin banyak dan terus melakukan ekspansi untuk memperluas jaringan pasarnya (Juniar, 2010).

Gambar 1.1 Penjualan AMDK di Indonesia (dalam juta liter) (Sumber : Atmaja dan Mustamu, 2013)

Semakin banyak perusahaan air minum yang terdapat di Indonesia, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. Salah satu

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Ju

m

lah

P

en

ju

al

an


(3)

2 faktor yang meningkatkan daya saing perusahaan yaitu harga produk. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga produk yaitu biaya persediaan (inventory cost). Perusahaan harus mengelola manajemen persediaan suatu dengan baik untuk mendapatkan harga produk yang bersaing. Perusahaan harus fokus terhadap pengendalian persediaan karena persediaan merupakan salah satu bagian yang menyerap investasi yang besar. Hal ini terjadi karena nilai investasi perusahaan dalam bentuk barang persediaan besarnya bervariasi antara 30%-40% dari nilai seluruh aset (Indrajit, 2006). Dapat dilihat bahwa persediaan menentukan tingkat keuntungan dan menentukan besar kecilnya laba atau rugi perusahaan. Perusahaan baik perusahaan manufaktur ataupun jasa pasti memiliki persediaan barang. Saat ini masih banyak perusahaan yang merencanakan persediaan tanpa dilakukan perencanaan yang baik. Hal ini dapat menyebabkan jumlah barang yang diproduksi tidak sesuai dengan permintaan pasar yang dapat berakibat pada biaya operasional yang tinggi terutama biaya persediaan (Kemas, 2012).

Kekurangan persediaan dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi, sehingga persediaan adalah salah satu masalah yang krusial dalam operasional perusahaan. Terlalu besarnya persediaan (over stock) dapat mengakibatkan tingginya beban biaya untuk menyimpan dan memelihara barang selama penyimpanan di gudang. Tujuan dari perusahaan yaitu tidak untuk mengurangi atau meningkatkan persediaan, namun keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan maksimal (Stephyna, 2011).

PT Indomex Dwijaya Lestari merupakan perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang berlokasi di Gadut, Padang. Bahan kemasan yang digunakan untuk membuat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ini yaitu bahan kemas (kardus), sedotan(straw), tutup atas cup (lid cup), cup, lakban, segel untuk botol (seal cap), tutup botol, label untuk botol, botol kosong, dan bahan kemasan pembuat botol (preeform). Untuk dapat menekan biaya persediaan, PT Indomex Dwijaya Lestari harus mengelola persediaan dengan baik agar dapat tetap bersaing dengan perusahaan lain.


(4)

3 Sistem persediaan yang dijalankan perusahaan saat ini yaitu berupa instruksi dan kebijakan dari direktur berdasarkan persediaan pembatas. Barang yang sudah mendekati persediaan pembatas akan segera dipesan. Permasalahannya adalah dengan lead time rata-rata yang diperkirakan oleh pihak perusahaan, terkadang barang yang dikirimkan oleh pemasok (supplier) terlambat datang sehingga terjadi stockout. Di PT Indomex Dwijaya Lestari apabila terjadi

stockout maka proses produksi akan terhenti karena masing-masing bahan kemasan mempunyai keterkaitan untuk membuat air minum dalam kemasan. Apabila proses produksi terhenti, perusahaan tidak akan dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga konsumen akan mencari produk pesaing yang akan menyebabkan perusahaan kehilangan keuntungan. Selain itu berdasarkan data perusahaan dan survei yang dilakukan terdapat overstock atau kelebihan persediaan.

Tabel 1.1 menampilkan data persediaan bahan kemasan PT Indomex Dwijaya Lestari November 2012-Februari 2013 untuk produksi cup 240 ml dan botol 600 ml.

Tabel 1.1 Data persediaan bahan kemasan tiap akhir periode PT Indomex Dwijaya Lestari November 2012-Februari 2013

(Sumber : bagian Marketing PT Indomex Dwijaya Lestari)

November Desember Januari Februari

Cup (pc) 292840 237149 121289 224500

Kardus (pc) 49734 105581 121201 252880

Lid (roll) 159 110 163 370

Straw (Pc) 2517312 10333512 13598736 14011392

Lakban (roll) 70 450 348 753

Kardus (pc) 1601 515 7060 2208

Botol (pc) 3110 5271 22368 7231

Segel-Seal Cap 28104 6670 197.143 247335

Label 10696 6855 247.125 197743

Tutup Botol (pc) - - -

-Preeform Kehabisan stok Kehabisan stok Kehabisan stok Kehabisan stok


(5)

4

Preeform merupakan bahan baku untuk membuat botol air minum 600 ml. Kebijakan pada PT Indomex Dwijaya Lestari adalah jika terjadi stockout seperti yang terjadi pada bahan kemasan preeform, perusahaan akan memesan botol yang sudah jadi ke PT Namasindo yang berada di Jakarta. Pada masing-masing akhir bulan pada Tabel 1.1 terlihat bahwa preeform yang dibeli perusahaan selalu kehabisan stock pada akhir bulan sehingga untuk memproduksi pada bulan selanjutnya tidak terdapat stock, sehingga harus membeli botol dari pemasok sambil menunggu datangnya preeform sebagai bahan kemasan botol. Perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan membuat botol sendiri karena perusahaan telah mempunyai mesin pembuat botol air minum kemasan 600 ml. Hal ini merupakan suatu kerugian bagi perusahaan karena seharusnya dapat membuat botol dengan lebih murah dibanding dengan membeli botol dari pihak pemasok karena harga preeform Rp 350/pc sedangkan harga botol Rp 500/pc. Saat ini terdapat beberapa pemasok yang memasok lebih dari satu bahan kemasan, diantaranya PT Namasindo yang memasok tutup botol dan

preeform dan PT Berdikari Jaya yang memasok segel untuk botol (seal cup) dan label untuk botol. Pada sistem yang digunakan perusahaan saat ini, pemesanan masing-masing bahan kemasan tersebut dilakukan secara terpisah sehingga menyebabkan pemborosan ongkos pesan. Bahan kemasan tersebut dapat dipesan secara gabungan jika jumlah persediaan mendekati nilai safety stock. Masalah selanjutnya yang terjadi adalah model persediaan yang ada belum mewakili sistem nyata yang ada pada perusahaan. Permasalahan masing-masing perusahaan tentunya berbeda sehingga diperlukan model yang representatif dengan mempertimbangkan hal-hal di atas.

Permasalahan yang dijelaskan sebelumnya menjelaskan bahwa pengelolaan sistem persediaan yang ada saat ini pada PT Indomex Dwijaya Lestari perlu diteliti lebih lanjut. Untuk itu dilakukan perencanaan kebijakan persediaan yang diharapkan dapat meminimasi barang stockout dan overstock

sehingga biaya persediaan minimum dengan mengembangkan model terintegrasi antara produk dan bahan kemasan dengan mempertimbangkan adanya safety stock.


(6)

5

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana model persediaan yang terintegrasi antara produk dan bahan kemasan untuk meminimasi total biaya persediaan pada PT Indomex Dwijaya Lestari dengan mempertimbangkan safety stock?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dari penelitian tugas akhir ini adalah menghasilkan model persediaan yang terintegrasi antara produk dan bahan kemasan pada PT Indomex Dwijaya Lestari dengan mempertimbangkan safety stock.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Penelitian dilakukan hanya pada jenis produk cup 240 ml dan botol 600 ml

saja karena produk lain sudah tidak dijual dan produk galon tidak dibuat di pabrik yang berada di Gadut.

2. Data yang dikumpulkan adalah data persediaan bulan November 2012- Februari 2013, data penjualan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) bulan Januari 2011 ? April 2013.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian tugas akhir, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah yang digunakan selama penelitian serta sistematika penulisan yang digunakan. BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai tentang teori yang berhubungan dengan penelitian tugas akhir yang dilakukan yaitu mengenai sistem persediaan dan pemodelan sistem.


(7)

6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini secara sistematis.

BAB IV FORMULASI MODEL MATEMATIS

Bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan formulasi model matematis untuk mendapatkan model baru yang representaif terhadap keadaan nyata perusahaan. Bab ini terdiri atas karakteristik sistem,

influence diagram, model matematis, dan uji verifikasi. BAB V PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS MODEL

Bab ini menjelaskan mengenai pengolahan data dengan melakukan uji validasi pada model matematis yang didapatkan, membandingkan sistem persediaan usulan dengan sistem persediaan perusahaan saat ini, dan mengimplementasikan sistem persediaan pada perusahaan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian tugas akhir yang telah dilakukan serta saran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.


(8)

ABSTRAK

Setiap perusahaan harus mampu mengendalikan persediaan dengan tepat karena persediaan merupakan salah satu bagian yang menyerap investasi yang besar dalam perusahaan. Kekurangan persediaan dapat berakibat terhentinya proses produksi dan sebaliknya terlalu besarnya persediaan (over stock) dapat berakibat tingginya beban biaya. Saat ini, PT. Indomex Dwijaya Lestari menjalankan sistem persediaan yaitu berupa instruksi dan kebijakan dari direktur. Barang yang sudah mendekati persediaan pembatas akan segera dipesan. Permasalahannya adalah dengan lead time rata-rata yang diperkirakan oleh pihak perusahaan, terkadang bahan kemasan yang dikirimkan oleh pemasok (supplier) terlambat datang sehingga terjadi stockout. Selain itu berdasarkan data perusahaan dan survei yang dilakukan terdapat overstock atau kelebihan persediaan yang cukup tinggi pada periode tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model persediaan yang terintegrasi antara produk dan bahan kemasan dengan total biaya persediaan minimaldengan mempertimbangkan safety stock.Dengan model ini, koordinasi perencanaan persediaan bahan kemasan dengan kegiatan produksi dapat dilakukan.Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu major setup cost dan minor setup cost, biaya produksi (satu kardus produk), data penjualan AMDK produk cup dan botol dari Januari 2011 ? April 2013, data jumlah produksi AMDK produk cup dan botol dari Januari 2011 ? April 2013, danharga bahan kemasan.Untuk menggambarkan penggunaan model yang dihasilkan, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan model tersebut untuk mendapatkan biaya persediaan minimum. Prosedur pencarian solusi menggunakan pendekatan bertahap dan pendekatan simultan (memakai software LINGO 11.0) yang diusulkan dalam penelitian ini baik untuk model persediaan yang mempertimbangkan safety stock maupun model persediaan yang tanpa mempertimbangkan safety stock.

Hasil dari penelitian ini adalah telah dihasilkan model persediaan terintegrasi antara produk dan bahan kemasan yang mempertimbangkan safety stock dan tanpa mempertimbangkan safety stock. Validasi terhadap model dilakukan dengan menerapkan model yang dihasilkan pada kasus persediaan di PT Indomex Dwijaya Lestari. Biaya persediaan yang dihasilkan berdasarkan sistem persediaan dengan menggunakan model yang diusulkan lebih kecil atau lebih murah dibandingkan biaya persediaan perusahaan saat ini. Biaya persediaan perusahaan saat ini sebesar Rp 15.020.370,09 per bulan dengan mempertimbangkan safety stock dan tanpa mempertimbangkan safety stock Rp 13.651.301,74 per bulan. Biaya persediaan usulan menggunakan pendekatan bertahap sebesar Rp 4.086.996,49 per bulan dengan mempertimbangkan safety stock dan Rp 2.528.586,89 per bulan tanpa mempertimbangkan safety stock. Biaya persediaan usulan menggunakan pendekatan simultan sebesar Rp 3.543.637,00 per bulan dengan mempertimbangkan safety stock dan Rp 2.049.545,00 per bulan tanpa mempertimbangkan safety stock.

Kata kunci: biaya persediaan, pendekatan bertahap, pendekatan simultan, safety stock, integrasi.


(9)

ABSTRACT

Every company must be able appropriately to control inventory because inventory is a part in company that holds the large investment.Shortage of inventory can stop production process and otherwise excessive inventory can incurs high cost. Currently, PT Indomex Dwijaya Lestari runs inventory system that is instruction and policy of Director. Stock nearly reaches a certain quantity then next order will be released immediately. The problem is the suppliers sometimes supply the materials for packaging late so that stock out occurs. Also, based on company?s data and surveys conducted, there are high overstock in some periods.

This research aimed to obtain integrated inventory model for products and packaging materials minimizing the total inventory cost with considering safety stock. Using this model, coordination between packaging materials and products can be performed. Types of data used in this research are the major and minor setup cost, production cost per pack of products, sales data of mineral water in cup and bottle products from January 2011 to April 2013, production data of mineral water in cup and bottle products from January 2011 to April 2013, and the price of packaging materials.To illustrate the use of the model, collected data then isprocessed using the model to obtain the minimum inventory cost. Solution procedures use stage and simultaneous approach (using the software LINGO 11.0) proposed in this research both for integrated inventory model with and without considering safety stock.

Results of this research is having obtained an integrated inventory model for products and packaging materials with considering safety stock and without considering safety stock. Validation for the model is performed by applying it in case study at PT IndomexDwijaya Lestari. Inventory cost resulted based on proposed inventory model is lower than current inventory system used in the company. The current inventory cost of the company is Rp Rp 15,020,370.09 considering safety stock per month and without considering safety stock isRp 13,651,301.74 per month. The proposed inventory cost using stage approach is Rp 4,086,996.49 per month considering safety stock and Rp 2,528,586.89 per month without considering safety stock. The proposed inventory costusing the simultaneous approach is Rp 3,543,637.00 per month considering safety stock and Rp 3,543,637.00 per month without considering safety stock.

Keywords : inventory cost, stage approach,simultaneous approach, safety stock, integration.


(1)

3 Sistem persediaan yang dijalankan perusahaan saat ini yaitu berupa instruksi dan kebijakan dari direktur berdasarkan persediaan pembatas. Barang yang sudah mendekati persediaan pembatas akan segera dipesan. Permasalahannya adalah dengan lead time rata-rata yang diperkirakan oleh pihak perusahaan, terkadang barang yang dikirimkan oleh pemasok (supplier) terlambat datang sehingga terjadi stockout. Di PT Indomex Dwijaya Lestari apabila terjadi stockout maka proses produksi akan terhenti karena masing-masing bahan kemasan mempunyai keterkaitan untuk membuat air minum dalam kemasan. Apabila proses produksi terhenti, perusahaan tidak akan dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga konsumen akan mencari produk pesaing yang akan menyebabkan perusahaan kehilangan keuntungan. Selain itu berdasarkan data perusahaan dan survei yang dilakukan terdapat overstock atau kelebihan persediaan.

Tabel 1.1 menampilkan data persediaan bahan kemasan PT Indomex Dwijaya Lestari November 2012-Februari 2013 untuk produksi cup 240 ml dan botol 600 ml.

Tabel 1.1 Data persediaan bahan kemasan tiap akhir periode PT Indomex Dwijaya Lestari November 2012-Februari 2013

(Sumber : bagian Marketing PT Indomex Dwijaya Lestari)

November Desember Januari Februari

Cup (pc) 292840 237149 121289 224500

Kardus (pc) 49734 105581 121201 252880

Lid (roll) 159 110 163 370

Straw (Pc) 2517312 10333512 13598736 14011392

Lakban (roll) 70 450 348 753

Kardus (pc) 1601 515 7060 2208

Botol (pc) 3110 5271 22368 7231

Segel-Seal Cap 28104 6670 197.143 247335

Label 10696 6855 247.125 197743

Tutup Botol (pc) - - -

-Preeform Kehabisan stok Kehabisan stok Kehabisan stok Kehabisan stok


(2)

4 Preeform merupakan bahan baku untuk membuat botol air minum 600 ml. Kebijakan pada PT Indomex Dwijaya Lestari adalah jika terjadi stockout seperti yang terjadi pada bahan kemasan preeform, perusahaan akan memesan botol yang sudah jadi ke PT Namasindo yang berada di Jakarta. Pada masing-masing akhir bulan pada Tabel 1.1 terlihat bahwa preeform yang dibeli perusahaan selalu kehabisan stock pada akhir bulan sehingga untuk memproduksi pada bulan selanjutnya tidak terdapat stock, sehingga harus membeli botol dari pemasok sambil menunggu datangnya preeform sebagai bahan kemasan botol. Perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan membuat botol sendiri karena perusahaan telah mempunyai mesin pembuat botol air minum kemasan 600 ml. Hal ini merupakan suatu kerugian bagi perusahaan karena seharusnya dapat membuat botol dengan lebih murah dibanding dengan membeli botol dari pihak pemasok karena harga preeform Rp 350/pc sedangkan harga botol Rp 500/pc. Saat ini terdapat beberapa pemasok yang memasok lebih dari satu bahan kemasan, diantaranya PT Namasindo yang memasok tutup botol dan preeform dan PT Berdikari Jaya yang memasok segel untuk botol (seal cup) dan label untuk botol. Pada sistem yang digunakan perusahaan saat ini, pemesanan masing-masing bahan kemasan tersebut dilakukan secara terpisah sehingga menyebabkan pemborosan ongkos pesan. Bahan kemasan tersebut dapat dipesan secara gabungan jika jumlah persediaan mendekati nilai safety stock. Masalah selanjutnya yang terjadi adalah model persediaan yang ada belum mewakili sistem nyata yang ada pada perusahaan. Permasalahan masing-masing perusahaan tentunya berbeda sehingga diperlukan model yang representatif dengan mempertimbangkan hal-hal di atas.

Permasalahan yang dijelaskan sebelumnya menjelaskan bahwa pengelolaan sistem persediaan yang ada saat ini pada PT Indomex Dwijaya Lestari perlu diteliti lebih lanjut. Untuk itu dilakukan perencanaan kebijakan persediaan yang diharapkan dapat meminimasi barang stockout dan overstock sehingga biaya persediaan minimum dengan mengembangkan model terintegrasi antara produk dan bahan kemasan dengan mempertimbangkan adanya safety stock.


(3)

5 1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana model persediaan yang terintegrasi antara produk dan bahan kemasan untuk meminimasi total biaya persediaan pada PT Indomex Dwijaya Lestari dengan mempertimbangkan safety stock?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dari penelitian tugas akhir ini adalah menghasilkan model persediaan yang terintegrasi antara produk dan bahan kemasan pada PT Indomex Dwijaya Lestari dengan mempertimbangkan safety stock.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Penelitian dilakukan hanya pada jenis produk cup 240 ml dan botol 600 ml

saja karena produk lain sudah tidak dijual dan produk galon tidak dibuat di pabrik yang berada di Gadut.

2. Data yang dikumpulkan adalah data persediaan bulan November 2012- Februari 2013, data penjualan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) bulan Januari 2011 ? April 2013.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian tugas akhir, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah yang digunakan selama penelitian serta sistematika penulisan yang digunakan. BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai tentang teori yang berhubungan dengan penelitian tugas akhir yang dilakukan yaitu mengenai sistem persediaan dan pemodelan sistem.


(4)

6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini secara sistematis.

BAB IV FORMULASI MODEL MATEMATIS

Bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan formulasi model matematis untuk mendapatkan model baru yang representaif terhadap keadaan nyata perusahaan. Bab ini terdiri atas karakteristik sistem, influence diagram, model matematis, dan uji verifikasi.

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS MODEL

Bab ini menjelaskan mengenai pengolahan data dengan melakukan uji validasi pada model matematis yang didapatkan, membandingkan sistem persediaan usulan dengan sistem persediaan perusahaan saat ini, dan mengimplementasikan sistem persediaan pada perusahaan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian tugas akhir yang telah dilakukan serta saran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.


(5)

ABSTRAK

Setiap perusahaan harus mampu mengendalikan persediaan dengan tepat karena persediaan merupakan salah satu bagian yang menyerap investasi yang besar dalam perusahaan. Kekurangan persediaan dapat berakibat terhentinya proses produksi dan sebaliknya terlalu besarnya persediaan (over stock) dapat berakibat tingginya beban biaya. Saat ini, PT. Indomex Dwijaya Lestari menjalankan sistem persediaan yaitu berupa instruksi dan kebijakan dari direktur. Barang yang sudah mendekati persediaan pembatas akan segera dipesan. Permasalahannya adalah dengan lead time rata-rata yang diperkirakan oleh pihak perusahaan, terkadang bahan kemasan yang dikirimkan oleh pemasok (supplier) terlambat datang sehingga terjadi stockout. Selain itu berdasarkan data perusahaan dan survei yang dilakukan terdapat overstock atau kelebihan persediaan yang cukup tinggi pada periode tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model persediaan yang terintegrasi antara produk dan bahan kemasan dengan total biaya persediaan minimaldengan mempertimbangkan safety stock.Dengan model ini, koordinasi perencanaan persediaan bahan kemasan dengan kegiatan produksi dapat dilakukan.Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu major setup cost dan minor setup cost, biaya produksi (satu kardus produk), data penjualan AMDK produk cup dan botol dari Januari 2011 ? April 2013, data jumlah produksi AMDK produk cup dan botol dari Januari 2011 ? April 2013, danharga bahan kemasan.Untuk menggambarkan penggunaan model yang dihasilkan, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan model tersebut untuk mendapatkan biaya persediaan minimum. Prosedur pencarian solusi menggunakan pendekatan bertahap dan pendekatan simultan (memakai software LINGO 11.0) yang diusulkan dalam penelitian ini baik untuk model persediaan yang mempertimbangkan safety stock maupun model persediaan yang tanpa mempertimbangkan safety stock.

Hasil dari penelitian ini adalah telah dihasilkan model persediaan terintegrasi antara produk dan bahan kemasan yang mempertimbangkan safety stock dan tanpa mempertimbangkan safety stock. Validasi terhadap model dilakukan dengan menerapkan model yang dihasilkan pada kasus persediaan di PT Indomex Dwijaya Lestari. Biaya persediaan yang dihasilkan berdasarkan sistem persediaan dengan menggunakan model yang diusulkan lebih kecil atau lebih murah dibandingkan biaya persediaan perusahaan saat ini. Biaya persediaan perusahaan saat ini sebesar Rp 15.020.370,09 per bulan dengan mempertimbangkan safety stock dan tanpa mempertimbangkan safety stock Rp 13.651.301,74 per bulan. Biaya persediaan usulan menggunakan pendekatan bertahap sebesar Rp 4.086.996,49 per bulan dengan mempertimbangkan safety stock dan Rp 2.528.586,89 per bulan tanpa mempertimbangkan safety stock. Biaya persediaan usulan menggunakan pendekatan simultan sebesar Rp 3.543.637,00 per bulan dengan mempertimbangkan safety stock dan Rp 2.049.545,00 per bulan tanpa mempertimbangkan safety stock.

Kata kunci: biaya persediaan, pendekatan bertahap, pendekatan simultan, safety stock, integrasi.


(6)

ABSTRACT

Every company must be able appropriately to control inventory because inventory is a part in company that holds the large investment.Shortage of inventory can stop production process and otherwise excessive inventory can incurs high cost. Currently, PT Indomex Dwijaya Lestari runs inventory system that is instruction and policy of Director. Stock nearly reaches a certain quantity then next order will be released immediately. The problem is the suppliers sometimes supply the materials for packaging late so that stock out occurs. Also, based on company?s data and surveys conducted, there are high overstock in some periods.

This research aimed to obtain integrated inventory model for products and packaging materials minimizing the total inventory cost with considering safety stock. Using this model, coordination between packaging materials and products can be performed. Types of data used in this research are the major and minor setup cost, production cost per pack of products, sales data of mineral water in cup and bottle products from January 2011 to April 2013, production data of mineral water in cup and bottle products from January 2011 to April 2013, and the price of packaging materials.To illustrate the use of the model, collected data then isprocessed using the model to obtain the minimum inventory cost. Solution procedures use stage and simultaneous approach (using the software LINGO 11.0) proposed in this research both for integrated inventory model with and without considering safety stock.

Results of this research is having obtained an integrated inventory model for products and packaging materials with considering safety stock and without considering safety stock. Validation for the model is performed by applying it in case study at PT IndomexDwijaya Lestari. Inventory cost resulted based on proposed inventory model is lower than current inventory system used in the company. The current inventory cost of the company is Rp Rp 15,020,370.09 considering safety stock per month and without considering safety stock isRp 13,651,301.74 per month. The proposed inventory cost using stage approach is Rp 4,086,996.49 per month considering safety stock and Rp 2,528,586.89 per month without considering safety stock. The proposed inventory costusing the simultaneous approach is Rp 3,543,637.00 per month considering safety stock and Rp 3,543,637.00 per month without considering safety stock.

Keywords : inventory cost, stage approach,simultaneous approach, safety stock, integration.