KETERBACAAN WACANA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK BAHASA INDONESIA JENJANG SMP KELAS VII, VIII, DAN IX.

(1)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KETERBACAAN WACANA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK

BAHASA INDONESIA JENJANG SMP

KELAS VII, VIII, DAN IX

(Penelitian deskriptif Kualitatif Keterbacaan Wacana

Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal dan Instrumen Soal

Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP )

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Sitti Natasya Isabela

NIM 0902574

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KETERBACAAN WACANA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK BAHASA INDONESIA

JENJANG SMP KELAS VII, VIII, DAN IX

(Penelitian deskriptif Kualitatif Keterbacaan Wacana Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal dan Instrumen Soal Buku Sekolah Elektronik

Bahasa Indonesia Jenjang SMP )

Oleh

Sitti Natasya Isabela

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Sitti Natasya Isabela 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SITTI NATASYA ISABELA 0902574

KETERBACAAN WACANA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK BAHASA INDONESIA JENJANG SMP KELAS VII, VIII, DAN IX

(Penelitian deskriptif Kualitatif Keterbacaan Wacana Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal dan Instrumen Soal Buku Sekolah Elektronik

Bahasa Indonesia Jenjang SMP ) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing 1,

Dr. Hj. Yeti Mulyati, M.Pd. NIP 196008091986012001

Pembimbing 2,

Drs. Encep Kusumah, M.Pd. NIP 19650210199112001

Mengetahui

Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Dr. Dadang S Anshori, M. Si. NIP 197204031999031002


(4)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(5)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstrak: Penelitian ini mengkaji keterbacaan wacana uraian materi, teks bacaan, instruksi soal serta instrumen soal Buku Sekolah Elektronik (BSE) Bahasa Indonesia jenjang SMP. Dihitung dengan Grafik Fry,Grafik Raygor, dan Tes Klose. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. BSE kelas VII, keterbacaan uraian materi, teks bacaan,dan instrumen soal, jatuh pada kelas 7, mudah dipahami. Instruksi soal dihitung dengan Tes Klose masuk jenjang agak sukar. BSE kelas VIII dihitung dengan Grafik Fry, Grafik Raygor dan Tes Klose, uraian materi,dan instrumen soal, jatuh pada kelas 8, mudah dipahami. Teks bacaan dihitung dengan Grafik Raygor dan Tes Klose jatuh pada kelas 9,4, wacana agak sulit dipahami. Kelas IX dihitung Grafik Fry dan Grafik Raygor, uraian materi dan teks bacaan jatuh pada kelas 9. Dengan Tes Klose uraian materi mudah, teks bacaan agak sukar. Kesimpulan penelitian ini, keterbacaan wacana uraian materi,teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal BSE jenjang SMP rata-rata sudah cocok digunakan untuk jenjang masing-masing kelas dan wacana dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

Katakunci: keterbacaan wacana, Buku Sekolah Elektronik SMP.

Abstract: The research examines the readibillty form of material, reading text, task

instruction and task instrument of Indonesian literature electronic books for junior high school. Calculated with fry graph, raygor graph, and klose test. This research uses qualitative descriptive method. Reading text, task instruction and task instrument is suitably used for 7th grade and the text is easy. The instruction was calculated by klose test in rather difficult. For 8th grade was calculated by fry graph, raygor graph, and klose test, reading text and task instrument is suitably used for 8th grade and discourse easy. Reading text was calculated by raygor graph and klose test used for 9th grade, and discourse rather difficult. for 9,4 grade was calculated by fry graph and raygor graoh, form of material and reading text is for 9th grade. Calculated by klose test discourse of material is easy and reading text is rather difficult. The conclusion reading level in form of material, reading text, task instruction and task instrument has appropriate used for each grade and the text was easy to understand for the student.


(6)

i

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii DAFTAR ISI

ABSTRAK………..i

KATA PENGANTAR………......ii

UCAPAN TERIMA KASIH………...iii

DAFTAR ISI……….iv DAFTAR TABEL……….………...ix

DAFTAR GAMBAR………..……xii

BAB 1 PENDAHULUAN……….……….1

1.1Latar Belakang Masalah………..…….. ... …...1

1.2Identifikasi Masalah Penenlitian……… ... …...6

1.3Pembatasan Masalah Penelitian……….. ... ..….7

1.4 Rumusan Masalah Penelitian…...………..…..7

1.5 Tujuan Penelitian ... …….8

1.6 Manfaat Penelitian ... …….8

1.6.1 Manfaat Teoretis……….………….……….…8

1.6.2 Manfaat Praktis……….…….……….9

1.7 Anggapan Dasar……….…………..………….…10

1.8 Definisi Operasional……….……..………..10

BAB 2KAJIAN TEORI(Membaca, Keterbacaan, dan Buku Sekolah Elektronik)…...………..…………...…….13

2.1Ihwal Membaca.…… ... ...13

2.1.1Definisi Membaca ... ...13

2.1.2Bahan Tes Kemampuan Membaca ……..……….……….15

2.1.3Penilaian Kemampuan Membaca……….……….17

2.2Ihwal Keterbacaan……….……….….19

2.2.1Definisi Keterbacaan……….19

2.2.2Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterbacaan ... ……21

2.2.3Kriteria Tingkat Keterbacaan……….…..22

2.2.4Formula Keterbacaan……….…………...25

2.3 Ihwal Buku Sekolah Elektronik (BSE)……….…………..………….…………...32

2.3.1 Definisi Buku Sekolah Elektronik (BSE)……….……….…….…..33


(7)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

2.3.3 Kualitas Buku Sekolah Elektronik (BSE)……….……….37

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN…...………....40

3.1Metode Penelitian……….………..……….40

3.2Sumber Data Penelitian……….……….……….…..41

3.3Teknik Penenlitian……….……….….…..43

3.3.1Teknik Pengumpulan Data..……….………..….44

3.3.2Teknik Analisis Data……….………..…….…….……..46

3.4Instrumen Penelitian……….………….……….…….………52

3.4.1Instrumen Pengumpulan Data……….…………..……….…..…...53

3.4.2Instrumen Pengolahan Data……….………..………...……….53

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN………...54

4.1 Analisis Keterbacaan dengan Menggunakan Formula Keterbacaan Grafik Fry, Grafik Raygor, dan Teknik Tes Klose...54

4.1.1 Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Menggunakan Formula Grafik Fry……...………….….55

4.1.1.1 Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Grafik Fry SMP kelas VII Karangan Maryati Soetopo………...55

4.1.1.2 Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Grafik Fry SMP kelas VIII Karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati……….……….……….83

4.1.1.3 Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Grafik Fry SMP kelas IX Karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto………...……….…..114

4.1.2 Deskripsi Data Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Menggunakan Formula Grafik Raygor………..………...126

4.1.2.1 Deskripsi Data Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Formula Grafik Raygor SMP kelas VII Karangan Maryati Soetopo……….……….…126


(8)

iii

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

4.1.2.2Deskripsi Data Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan,

Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Formula Grafik Raygor SMP kelas

VIII Karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati……….………..146

4.1.2.3Deskripsi Data Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan,

Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Formula Grafik Raygor SMP Kelas

IX Karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto……….174

4.1.3Deskripsi Data Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan,

Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Menggunakan Teknik Tes Klose

(Cloze Test)………..………...………...185

4.1.3.1Deskripsi Data Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan,

Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Teknik Tes Klose (Cloze Test) Kelas

VII Karangan Maryati Soetopo ……….…………..……186

4.1.3.2Deskripsi Data Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan,

Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Teknik Tes Klose (Cloze Test) Kelas

VIII Karangan Asep yudha Wirajaya dan Sudarmawati………..…..….209

4.1.3.3Deskripsi Data Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan,

Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Teknik Tes Klose (Cloze Test) Kelas

IX Karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto……….... 239

4.2Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Wacana dengan Menggunakan

formula keterbacaan Grafik Fry, Grafik Raygor, dan Teknik Tes Klose……..257

4.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Menggunakan Formula Grafik

Fry……….……….……...258

4.2.1.1 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Grafik Fry SMP kelas VII Karangan

Maryati Soetopo……….……….259

4.2.1.2 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Grafik Fry SMP kelas VIII Karangan

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati………..………....260

4.2.1.3 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Grafik Fry SMP kelas IX Karangan


(9)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

4.2.2 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan menggunakan formula grafik Raygor

………...……...………263

4.2.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Grafik Raygor SMP kelas VII Karangan Maryati Soetopo……….263

4.2.2.2 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Grafik Raygor SMP kelas VIII Karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati……….……….………… 265

4.2.2.3 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Grafik Raygor SMP kelas IX Karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto…….……….…………266

4.2.3Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Menggunakan Teknik Tes Klose (Cloze Test)………..………. 268

4.2.3.1 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Teknik Tes Klose (Cloze Test)SMP kelas VII Karangan Maryati Soetopo………......269

4.2.3.2 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Teknik Tes Klose (Cloze Test)SMP kelas VIII Karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati………...271

4.2.3.3 Pembahasan Hasil Analisis Keterbacaan Uraian Materi, Teks Bacaan, Instruksi Soal, dan Instrumen Soal dengan Teknik Tes Klose (Cloze Test)SMP kelas IX Karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto……….. 271 BAB 5SIMPULAN DAN SARAN………274

5.1Simpulan………..……….……274

5.1Saran……….…..…….…277

DAFTAR PUSTAKA………...………..279


(10)

v

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

Tabel DAFTAR TABEL

1.1 Tabel tingkat keterbacaan Bortmuth...23

1.2 Tabel Tingkat Keterbacaan Rankin dan Culhane……….23

1.3 Tabel Tingkat Keterbacaan Jenkins, Janets………..24

3.1 Teks Wacana Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia kelas VII karangan

Maryati Soetopo……….42

3.2 Teks Wacana Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia kelas VIII

karangan Asep Yudha Wirajaya………..42

3.3 Teks Wacana Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia kelas IX Karangan

Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto...43

3.4 Penggunaan Buku Sekolah Elektronik di Berbagai SMP…………...44

4.1 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Uraian Materi Buku Sekolah Elektronik kelas

VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Grafik Fry…. 81

4.2 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Teks Bacaan Buku Sekolah Elektronik kelas

VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Grafik Fry………….…82

4.3 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Instrumen Soal Buku Sekolah Elektronik

kelas VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Grafik Fry… 83

4.4 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Uraian MateriBuku Sekolah Elektronik kelas

VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawatidengan

Menggunakan Grafik Fry……….………....111

4.5 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Teks BacaanBuku Sekolah Elektronik kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati dengan

Menggunakan Grafik Fry………..……112

4.6 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Instrumen SoalBuku Sekolah Elektronik kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati dengan Menggunakan


(11)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

4.7 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Uraian Materi Buku Sekolah Elektronik kelas IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto dengan

Menggunakan Grafik Fry………..…124

4.8 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Teks Bacaan Buku Sekolah Elektronik kelas IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto dengan

Menggunakan Grafik Fry………..……124

4.9 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Uraian Materi Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Grafik Raygor ………..144 4.10 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Teks Bacaan Buku Sekolah Elektronik kelas

VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Grafik Raygor…...145

4.11 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Instrumen Soal Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Grafik Fry.. 146 4.12 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Uraian Materi BukuSekolah Elektronik kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati dengan Menggunakan Grafik Raygor………. 171 4.13 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Teks Bacaan Buku Sekolah Elektronik kelas

VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati dengan Menggunakan Grafik Raygor ……….172 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Instrumen SoalBuku Sekolah Elektronik

kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati dengan Menggunakan Grafik Raygor………. 173 4.15 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Uraian Materi Buku Sekolah Elektronik kelas

IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto dengan Menggunakan Grafik Raygor………..184 4.16 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Teks Bacaan Buku Sekolah Elektronik kelas

IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto dengan

Menggunakan Grafik Raygor………..184

4.18 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Uraian Materi Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Teknik Tes Klose (Cloze Test)………...………. 206 4.19 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Teks Bacaan Buku Sekolah Elektronik kelas

VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Teknik Tes Klose


(12)

vii

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

4.20 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Instruksi SoalBuku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Teknik Tes Klose

(Cloze Test)……… 208

4.21 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Instrumen Soal Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Maryati Soetopo dengan Menggunakan Teknik Tes

Klose (Cloze Test)………. 208

4.22 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Uraian Materi Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Atikah Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawatidengan

Menggunakan Teknik Tes Klose (Cloze Test) ………..236

4.23 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Teks BacaanBuku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Atikah Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawatidengan

Menggunakan Teknik Tes Klose (Cloze Test)……….. 237

4.24 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Instrumen Soal Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Atikah Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati dengan

Menggunakan Teknik Tes Klose (Cloze Test) ………..238

4.25 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Uraian Materi Buku Sekolah Elektronikkelas VIII karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto dengan

Menggunakan Teknik Tes Klose (Cloze Test) ………...249

4.26 Hasil Uji Keterbacaan Wacana Teks Bacaan Buku Sekolah Elektronikkelas VIII karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto dengan


(13)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Gambar Grafik Fry……….….…….47

3.2 Gambar Grafik Raygor……….……...49

4.1 Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Uraian Materi Pelajaran 3” dengan Grafik

Fry……….….……….57

4.2 Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Sandeq, Jejak Peradaban Nelayan Mandar”

dengan Grafik Fry….………..……….………59

4.3Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Warna-Warni dari Alam” dengan Grafik

Fry………61

4.4Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Uraian Materi Pelajaran 5” dengan Grafik

Fry……….…..63

4.5 Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Manokwari yang Sedang Menggeliat di Tanah Papua” dengan GrafikFry………...65 4.6Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Perjanjian dengan Buaya” dengan Grafik

Fry………..68 4.7Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Instrumen Soal” dengan Grafik Fry………...70

4.8 Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Uraian Materi Pelajaran 7” dengan Grafik


(14)

ix

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

4.9 Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Gesang Sang Maestro” dengan Grafik Fry……….…………..76 4.10 Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Gesang Sang Maestro” dengan Grafik Fry………..…..78 4.11 Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Tanda Untuk Lindungi Batik Indonesia”

dengan Grafik Fry……….80

4.12 Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Uraian Materi Pelajaran 4” dengan Grafik Fry………..85 4.13 Hasil Plot Keterbacaan Wacana “Gamelan Orkestra Ala Jawa” dengan

Grafik Fry ………..87

4.14 Hasil Plot Keterbacaan Wacana“Sendratari Ramayana dalam Tarian Khas Jawa” dengan Grafik Fry ……….89 4.15 Hasil Plot Keterbacaan Wacana“Instrumen Soal Pelajaran 4” dengan Grafik


(15)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian

Standardisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Karena seiring berjalannya waktu, tantangan perkembangan pendidikan di Indonesia semakin kompleks. Hal ini terbukti dengan perubahan sistem kurikulum sebagai proses pembaharuan pendidikan ke jenjang yang lebih baik. Dalam konteks initerbentuknya kompetensi peserta didik melibatkan interaksi berkualitas yang dinamis antara sekolah, guru, kurikulum, dan peserta didik. Guru sebagai salah satu faktor yang memengaruhi suksesnya pembelajaran harus menerapkan kurikulum yang berlaku dalam pembelajaran di kelas. Sejalan dengan hal tersebut, Mulyasa (2009: 5) mengungkapkan bahwa sukses tidaknya implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan megaktualisasikan kurikulum tersebut dalam pembelajaran (who is behind the classroom).

Melalui buku tekspembelajaran bisa dilakukan secara teratur, sebab buku teks bisa dijadikan pedoman materi yang jelas. Buku teks, sebagai bahan pembelajaran yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan, harus memperhatikan tuntutan mata pelajaran. Hal ini ditegaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 tahun 2005. Adapun isi penetapan peraturan itu adalah sebagai berikut:

Buku teks merupakan buku acuan wajib yang digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik, dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.


(16)

2

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dilihat dari peraturan tersebut,buku teks memiliki peran penting dalam pembelajaran. Hal ini terjadi karena siswa membutuhkan referensi atau acuan untuk menggali ilmu agar pemahaman siswa lebih luas sehingga kemampuannya dapat lebih dioptimalkan. Dengan adanya buku teks, siswa dituntun untuk berlatih, berpraktik, atau mencobakan teori-teori yang sudah dipelajari dari buku tersebut. Oleh sebab itu, hendaknya buku teks yang digunakan memiliki kualitas

dan kuantitas yang memadai.Menurut Tarigan dan Tarigan (1986: 14)“buku teks

berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik haruslah relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum. Lebih dari itu buku teks itu menunjang aktivitas dan kreativitas siswa. Semakin baik kualitas buku teks maka

semakin baik pula pengajaran mata pelajaran yang ditunjangnya”.

Saat ini buku teks dapat dengan mudah didapat oleh guru atau bahkan siswa. Salah satu buku teks yang dapat mudah diakses adalah Buku Sekolah Elektronik (BSE).BSE memilikiperananpentingdalam proses belajarmengajar

pada masa sekarang.Siswa yang dituntutaktifdalam proses

belajarmengajardalamkelas, disarankan menggunakanbukutekssebagaipegangan

yang akanmemacukeaktifanmerekadi kelas. Hal

inisecaratidaklangsungmembuatbukuteksmenjadisesuatu yangwajibdimilikiuntukmenunjangkemajuanbelajarsiswa.BSE

inidinyatakansebagai program pemerintah yang

dapatmemenuhikebutuhansiswadan guru

untukmemilikibukuteksataubukusumber.Memang BSE bisa didapatdengancuma-cumaataujikaharusdibeli pun harga BSE relatif murahjikadibandingkanbuku-buku

yangditerbitkanpenerbitswasta.Satusisihalinimemangbagus.Namun, meskiharga

BSE terjangkau, kualitasBSE

haruslahmemenuhikualitasbukutekspadalazimnya.Buku teks yang

baiktidakhanyamemuatmateri yang sesuaidengankurikulum,

tetapiharusditulisdengantingkatketerbacaan yang tinggi.Untuk sebuah buku teks, ada pedoman penilaian yang dapat digunakan,di antaranya buku teks haruslah

mempunyai sudut pandang atau ”point of view”yang jelas dan tegas serta


(17)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjang kemajuan pendidikan. Oleh sebab itu,sangat penting dalam sebuah penyusunan buku sumber harus meperhatikankonsep materi, konsep evaluasi, jugaketerkaitannya dengan kurikulum dansilabus.Karena, alangkah janggalnya jika suatu buku teks didalamnya tidak dilengkapidengan suatu kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan dari pembelajaran itu sudah tercapai atau belum? Semua pertanyaan itu akan dijawab, salah satunya melalui kegiatan pemahaman siswa terhadap uraian materi, teks bacaan, instruksi soal serta instrumen soal yang ada di dalam buku teks tersebut.

Didalam buku teks terdapat materi mengenai kegiatan berbahasa yang salah satunya merupakan standar kompetensi membaca, kemampuan membaca adalah kemampuan bahasa yang reseftif kedua setelah menyimak. Dalam dunia pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang penting. Hal ini karena, sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui proses membaca. Pada hakikatnya kegiatan membaca merupakan bentuk komunikasi antara penulis dan pembaca dengan bahan bacaan sebagai medianya. Agar pesan penulis atau isi bacaan dapat diterima oleh pembaca sesuai dengan yang dimaksud penulisnya, diperlukan seperangkat kondisi atau persyaratan bagi sebuah bacaan.Salah satu persyaratan dan tampaknya yang paling menentukan, adalah tingkat keterbacaan bahan bacaan. Pesan penulis tidak akan sampai atau dapat diterima pembaca bila pembaca sulit memahami bacaan yang ditulis oleh penulisnya. Untuk itu tingkat keterbacaan suatu bacaan harus sesuai dengan kemampuan membaca pembacanya.Hal ini karena keterbacaan sangat berpengaruh di dalam sebuah buku teks. Dengan adanya keterbacaan, siswa diharapkan lebih mudah memahami isi bacaan yang ada dalam buku teks tersebut. Tingkat keterbacaan sebuah wacana akan memberi dampak pada tingkat kemampuan membaca dan pemahaman terhadap bacaan. Hal ini didasari karena kemampuan para siswa untuk memahami suatu bacaan berbeda-beda.

Pemerintah telah berupaya keras dalam memperbaiki mutu buku-buku pendidikan baik pengendalian mutu buku-buku teks maupun penilaian yang dilakukan terhadap buku teks yang layak digunakan di sekolah. Namun, bukan berarti buku-buku yang lolos penilaian itu benar-benar bermutu. Secara umum,


(18)

4

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rambu-rambu penilain itu harus meliputi empat aspek penting yang ada di dalam buku teks tersebut yaitu mengenai uraian materi, teks bacaan, instruksi soal serta instrumen soal yang ada di dalam buku teks. Karena, pada kenyataannya pusat perbukuan departemen pendidikan nasional tidak secara spesifik menyoroti teks-teks bacaan (wacana) yang dijadikan bahan ajar dan alat evaluasinya. Padahal, hampir dalam setiap buku teks bahasa dan sastra Indonesia jenjang SD, SMP, dan SMA, wacana merupakan bahan ajar membaca yang dijadikan pintu masuk dalam setiap kemasan unit pembelajaran. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pemilihan wacana sebagai bahan ajar membaca dan alat evaluasinya perlu dilakukan secara cermat.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat dimunculkan temuan apakah buku-buku tersebut tergolong sukar, sedang, atau mudah dipahami pembacanya. dilihat dariteks-teks bacaan (wacana)uraian materi, teks bacaan, isntruksi soal maupun instrumen soal yang tersaji dalam buku.Penyusunan keempat komponen alat penting tersebut dalam buku teks sekiranya sangat berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang ingin disampaikan oleh guru. Maka dari itu, kita harus melihat bagaimanakah sebenarnya keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal dan instrumen soal itu tersaji dalam buku buku teks bahasa dan sastra Indonesia SMP? Apakah keempat komponen itu cukup berkualitas sehingga mampu merangsang kemampuan berpikir kritis serta menimbulkanpemahaman keterbacaan pada siswa?Karena, pada dasarnya semakin mudah sebuah teks atau bahan bacaan dapat dipahami oleh siswa, keterbacaan teks atau bahan bacaan tersebut tinggi (baik). Sebaliknya, semakin sulit sebuah teks atau bahan bacaan dapat dipahami oleh siswa, keterbacaan teks atau bahan bacaan tersebut rendah (kurang baik).

Ada beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan pedoman dan tuntunan dalam melaksanakan penelitian ini. Salem (1999) menulis tesis yang berjudul

“Tingkat Keterbacaan BahanMuatan Lokal Bagi Murid SD Berdasarkan

Pertimbangan Pakar dan HasilTes(Studi Kasus di Kecamatan Simpang Hulu,

Kabupaten Ketapang, KalimantanBarat)”. Diameneliti tingkat keterbacaan bahan


(19)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan tes klose bagi murid SDkecamatan Simpang kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Simpulanpenelitiannya, hasil tes klose menunjukkan level instruksional yang menguatkanpendapat guru bahwa tingkat keterbacaan bahan tinggi. Murid menguasai bahandengan mudah merupakan indikator bacaan lebih

meyakinkan untuk murid SD. Nurhayati (2009)“Tingkat Keterbacaan Modul

BahasaIndonesia SMP Terbuka Kelas 8 (Studi Deskriptif Analitis terhadap Modul

SMPTerbuka)”.Hasil analisis yang pembahasan tesis ini mengkaji deskripsi data

dana analisis kebahasaan, deskripsi analisis wacana, deskripsi data materi tes pilihan ganda dan esai kemampuan membaca. Sulastri (2010) dalam tesisnya yang

berjudul “Keterbacaan Wacana Buku Bina Bahasa Indonesia Karya Tim Bina

Karya Guru dan Keterpahamannya oleh Siswa SDN Karangpawulung 4 Kota

Bandung Tahun Pelajaran 2009-2010”.Penelitian ini mendeskripsikan tingkat

keterbacaan wacana bukti bina bahasa Indonesiakarya tim bina karya guru berdasarkan (1) teori Fry, (2) teori taylor, (3) tingkat komlpleksitas kalimat, (4) tingkat kerumitan kata-katanya, serta (5) keterpahaman wacana sampel siswa.

Nurlaili (2011), dalam penelitiannya yang berjudul“Pengukuran Tingkat

Keterbacaan Wacana dalam LKS Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 4-6 SD

dan Keterpahamannya”. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat keterbacan

sebelas teks wacana yang terdapat dalam LKS mata pelajran Bahsa Indonesia kelas 4-6 SD, berdasarkan formula fry belum ada teks yang sesuai dengan masing-masing kelas.

Arief Muhakim (2010) melakukan penelitian dengan judul “Kajian

Terhadap Alat Evaluasi Membaca dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kelas VII Karangan Maryati dan Soetopo (Berdasarkan Hasil Analisis Deskriftif Terhadap Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas VII Karya Maryati dan Soetopo)”. Dalam penelitian ini, aspek yang dikaji hanya keterampilan membacanya.

Sementara itu Netta Novelianti (2011) melakukan penelitian “Analisis

Keterbacaan Soal Ulangan Akhir Semester Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP

Negeri 14 Bandung tahun Pelajaran 2011-2012”. Dalam penelitian ini


(20)

6

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

VII, VIII, dan IX pada semester ganjil dan genap, bahwa tingkat keterbacaan soal ulangan akhir semester kelas VII (semester ganjil dan genap), kelas VIII (semester ganjil dan genap), serta kelas IX (semester genap), dilihat dari aspek validitas isi, memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini mengedepankan tingkat keterbacaan wacana dalam buku sekolah Elektronik Bahasa dan Sastra Indonesia SMP kelas VII, VIII, dan IX . Adapun pemilihan buku teks yang akan diteliti merupakan buku-buku yang banyak digunakan di sekolah-sekolah. Selain itu, penelitian ini akan lebih mendalam mengkaji keterbacaan wacanapada uraian materi, teks bacaan, instruksi soal serta instrumen soal yang ada pada Buku Sekolah Elektronik tersebut. Hal ini merupakan langkah awal dilakukannya pemetaan dan penilaian yang saksama terhadap keterbacaan wacana bahan ajar membaca dan alat evaluasinya dalam buku-buku teks bahasa dan sastra Indonesia, terutama wacana-wacana yang termuat dalam buku-buku teks bahasa dan sastra Indonesia SMPyang lolos penilaian Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam permasalahan yang penulis teliti, penulis merumuskan judul penelitian sebagai

berikut: “Keterbacaan wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang

SMP kelas VII, VIII, dan IX (Penelitian deskriptif kualitatif Keterbacaan wacana uraian materi, teks bacaan, instruksi soal dan instrumen soal Buku Sekolah

Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP )”.

1.2Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis melakukan identifikasi masalah. Adapun identifikikasi masalahnya sebagai berikut.

1)Adanya buku pelajaran yang belum disoroti secara spesifik tingkat keterbacaan

wacananya berdasarkan uraian materi,teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soalpada buku bahasa Indonesia kelas VII terbitan Buku Sekolah Elektronik.3)Adanya buku pelajaran yang belum disoroti secara spesifik tingkat keterbacaan wacananya berdasarkan uraian materi,teks bacaan,


(21)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instruksi soal, dan instrumen soal pada buku bahasa Indonesia kelas IX terbitan Buku Sekolah Elektronik.

1.3 Pembatasan Masalah Penelitian

Penulis membatasi masalah penelitian, yaitu Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia jenjang SMP kelas VII,VIII, dan IX. Adapun rincian buku yang dijadikan penelitian adalah sebagai berikut.

1)Buku Sekolah Elektronik Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/ MTS kelas

VII karangan Maryati-Sutopo berdasarkan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal.

2)Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Berbahasa dan Bersastra

Indonesia Indonesiapada jenjang kelasVIIIkarangan Asep Yudha Wirajaya dan

Sudarmawatiberdasarkan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal.

3)Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia untuk SMP/ MTS kelas IXkarangan

Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto berdasarkan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal.

1.4 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimanakahtingkat keterbacaan wacana pada buku bahasa Indonesia kelas

VII terbitan Buku Sekolah Elektronikberdasarkan uraian materi,teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal?

2) Bagaimanakah tingkat keterbacaan wacana pada buku bahasa Indonesia kelas

VIII terbitan Buku Sekolah Elektronik berdasarkan uraian materi,teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal?


(22)

8

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Bagaimanakah tingkat keterbacaan wacana pada buku bahasa Indonesia kelas

IX terbitan Buku Sekolah Elektronik berdasarkan uraian materi,teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan:

1)keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal Buku

Sekolah Elektronikbahasa Indonesia kelas VII terbitan Buku Sekolah Elektronik dilihat dengan menggunakan Grafik Fry, teknik tes klose, dan Grafik Raygor sebagai formula alat uji keterbacaan.

2)Keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal

Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia kelas VIII terbitan Buku Sekolah Elektronik dilihat dengan menggunakan Grafik Fry, teknik tes klose, dan Grafik Raygor sebagai formula alatujiketerbacaan.

3)Keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal

Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia kelas IX terbitan Buku Sekolah Elektronik dilihat dengan menggunakan Grafik Fry,teknik tes klose, dan Grafik Raygor sebagai formula alat uji keterbacaan.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun uraian manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoretis

Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi perkembangan bentuk keterbacaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai keterbcaan yang tinggi dan dapat bermanfaat bagi seluruh komponen pendidikan untuk lebih cermat memilih buku teks yang berkualitas berdasarkan keterbacaan wacana yang tinggi. Dengan dipilihnya buku


(23)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teks yang berkualitas akan menunjang pembelajaran di kelas ke arah yang lebih baik.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini terbagi menjadi 4 manfaat,yaitu bagi penulis, bagi guru, bagi siswa, dan bagi pembaca. Berikut uraian manfaat praktis dalam penelitian ini.

1)Bagi penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta pengalaman bagi penulis sebagai calon pendidik, di samping itu penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas buku sekolah elektronik sebagai sumber belajar terutama dalam bidang keterbacaan wacanauraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal dlam buku teks.

2)Bagi guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan peningkatan pemilihan Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran bahasa Indonesia yang lebih berkualitas, terutama terutama dalam bidang ketebacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal yang ada di dalam buku teks.

3) Bagi siswa

Diharapkan adanya peningkatan dalam pembelajaran, khususunya dalam pemahaman siswa mengenai keterbacaan wacana dalam Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

4)Bagi pembaca

Penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan, terlebih mengenai keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal pada Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran bahasa Indonesia.

1.7Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Buku teks yang baiktidakhanyamemuatmateri yang sesuaidengankurikulum,


(24)

10

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Tingkat keterbacaan sebuah wacana akan memberi dampak pada pemahaman

siswa terhadap bacaan.

3) Semakin rendah tingkat keterbacaan wacana maka akan semakin sulit wacana

itu dipahami oleh siswa.

4) Semakin tinggi tingkat keterbacaan wacana maka akan semakin mudah

wacana itu dipahami siswa. 1.8 Definisi Operasional

Definisi acuan yang diterapkan dalam konsep penelitian ini adalah Buku Sekolah Elektronik (BSE), keterbacaan wacana, Grafik Fry, Grafik Raygor dan tes klose. Berikut uraian mengenai definisi operasional dalam penelitian ini.

1) Membaca merupakan suatu proses yang kompleks yang meliputi pemahaman

makna, interprestasi makna, reaksi pembaca, serta penerapannya terhadap kehidupan. Membaca merupakan kegiatan aktif yang meminta setiap oarang mengerti akan makna, dan membawa setiap idenya ke halaman yang bercetakan. Dengan demikian setiap lambang akan memberi makna secara cepat sesuai dengan pola penulisan dan pengalaman serta intelegensi dan kebiasaan membaca. Dalam penelitian ini membaca dilakukan berkenaan dengan keterbacaan wacana yang ada di dalam Buku Sekolah Elektronik kelas VII,VIII, dan IX.

2) Keterbacaan wacanaadalah istilah dalam bidang pengajaran membaca yang

memperhatikan tingkat kesulitan materi yang sepantasnya dibaca seseorang. Keterbacaan merupakan ahli bahasa readibility.Bentuk readability merupakan

kata turunan yang dibentuk oleh bentuk dasar “readable” “dapat dibaca” atau

“terbaca”. Konfiks ke-an dalam bentuk keterbacaan mengandung arti “hal

yang berkenaan” dengan apa yang disebut dalam bentuk dasarnya. Oleh

karena itu, kita dapat mendefinisikan “keterbacaan” sebagai hal ihwal terbaca tidaknya suatu bahan bacaan tertentu oleh pembacanya.Dalam penelitian akan dianalisis keterbacaan wacanauraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal yang ada dalam wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia.


(25)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Buku Sekolah Elektronik (BSE) merupakan buku teks atau buku sumber yang

biasanya dijadikan pegangan siswa juga guru. BSE memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar kekininan. Sistem pendidikan saat ini mengharuskan siswa yang lebih aktif dalam poses belajar mengajar di kelas. Siswa yang dituntut aktif dalam proses belajar mengajar dalam kelas, menggunakan buku teks sebagai pegangan yang akan memacu keaktifan mereka di kelas

4) Formula keterbacaan Grafik Fry merupakan formula menentukan tingkat

wacana yang mempertimbangkan panjang pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah suku kata yang membentuk setiap kalimat. Dalam penelitian ini formula keterbacaan Grafik Fry akan digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal yang ada di dalam Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran bahasa Indonesia.

5) Formula keterbacaan Grafik Raygor diperkenalkan oleh Alton Raygor, yang

selanjutnya grafik ini disebut Grafik Raygor. Formula ini tampaknya mendekati kecocokan untuk bahasa-bahasa yang menggunakan huruf latin. Grafik Raygor tampak terbalik jika dibandingkan dengan Grafik Fry. Namun, kedua formula keterbacaan tersebut sesungguhnya mempunyai prinsip-prinsip yang mirip.

6) Teknik tes klose (Cloze test) merupakan metode penangkapan pesan dari

sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa dengan jalan melesapkan bagian-bagiannya, dan menyampaikannya kepada si penerima (pembaca atau penyimak), sehingga mereka berupaya untuk menyempurnakan kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit kerumpangan yang dapat dipertimbangkan. Taylor (Sulistyorini, 2006) menggambarkan teknik isian rumpang sebagai metode yang dipergunakan untuk melatih daya tangkap pembaca/penyimak terhadap pesan atau maksud penulis/pembicara dengan jalan menyajikan wacana yang tidak utuh (merumpangkan bagian-bagiannya), para pembaca/penyimak


(26)

12

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harus mampu mengolahnya menjadi sebuah pola yang utuh seperti wujudnya semula. Dalam penelitian ini formula teknik tes klose akan digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal yang ada di dalam Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran bahasa Indonesia.


(27)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dipaparkan

pada BAB 1, penelitian ini berupaya untuk mendapatkan gambaran mengenai

tingkat keterbacaan wacana Buku Sekolah Elektronik (BSE) bahasa Indonesia kelas VII,VIII, dan IX berdasarkan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal serta instrumen soal. Oleh karena itu metode penelitian yang dirasa cocok untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat keterbacaan wacana Buku Sekolah Elektronik (BSE) bahasa Indonesia, yaitu dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Adapun penggunaan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini akan digunakan untuk mendeskripsikan:

a) keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal Buku

Sekolah Elektronik bahasa Indonesia kelas VII terbitan Buku Sekolah Elektronik karangan Maryati Sutopo dilihat dengan menggunakan Grafik Fry, Teknik Tes Klose, dan Grafik Raygor sebagai formula alat uji keterbacaan;

b)keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal

terbitan Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati dilihat dengan menggunakan Grafik Fry, Teknik Tes Klose, dan Grafik Raygor sebagai formula alat uji keterbacaan;

c) keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal

terbitan Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia kelas IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto dilihat dengan menggunakan Grafik Fry, Teknik Tes Klose, dan Grafik Raygor sebagai formula alat uji keterbacaan.

Dengan menggunakan metode ini, penulis mengharapkan akan memperoleh gambaran mengenai tingkat keterbacaan wacana Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia yang akan diujikan ke tiga sekolah menengah pertama di kota Bandung. Data yang dihasilkan berupa deskripsi atau dalam bentuk pemaparan hasil penelitian.


(28)

41

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini berasal dari teks wacana Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia, yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTS

kelas VII karangan Maryati- Soetopo, Berbahasa dan Bersastra Indonesia kelas

VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati, dan Bahasa Indonesia

untuk SMP/MTS kelas IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto.

Ketiga buku ini akan dijadikan sampel penelitian, karena berdasarkan observasi yang penulis lakukan ke sekolah-sekolah, ketiga buku ini merupakan buku yang banyak digunakan di jenjang Sekolah Menengah Pertama di berbagai daerah. Setelah teks-teks wacana tersebut terkumpul, penulis memilih dan menyeleksi beberapa teks yang layak untuk digunakan dalam uji keterbacaan wacana. Layak atau tidaknya ditentukan oleh keterbacaan dan kesesuaian isi teks tersebut untuk siswa jenjang SMP. Selain wacana teks bacaan, dalam penelitian ini pun akan dianalisis mengenai wacana uraiana materi, instruksi soal, serta instrumen soal yang ada di dalam ketiga buku yang sudah dijadikan sampel penelitian tersebut.

Berikut ini adalah akan disajikan daftar teks bacaan hasil temuan yang akan digunakan dalam uji keterbacaan wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia kelas VII,VIII, dan IX jenjang SMP yang akan di uji tingkat keterbacaannya menggunakan Grafik Fry, Grafik Raygor, dan Teknik Tes Klose.

Tabel 3.1 Teks Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia kelas VII Karangan Maryati Soetopo

No. Tema Pelajaran Judul Teks

1. KEBAHARIAN PELAJARAN 3

Membaca cepat

200 kata per menit

Sandeq, Jejak Peradaban

Nelayan Mandar

2. KEBAHARIAN PELAJARAN 3

Membaca cepat

200 kata per menit

Warna Warni Dari Alam


(29)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ALAM Menggunakan

Kamus

Menggeliat Di tanah Papua

4. LINGKUNGAN

ALAM

PELAJARAN 5 Menceritakan Kembali Isi Cerita

Perjanjian dengan Buaya

5. TOKOH PELAJARAN 7

BIOGRAFI

Gesang Sang Maestro

6. KEHIDUPAN PELAJARAN 8

Menemukan Gagasan Utama

Tanda untuk Lindungi Batik Indonesia

Tabel 3.2 Teks Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia kelas VIII Karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

No. Tema Pelajaran Judul Teks

1. KEBUDAYAAN PELAJARAN 4

Membaca cepat 200 kata per menit

Gamelan, Orkestra ala Jawa

2. KEBUDAYAAN PELAJARAN 4

Membaca cepat 200 kata per menit

Sendratari Ramayana, Drama dalam Tarian Khas Jawa

3. PENDIDIKAN PELAJARAN 7

Membaca Intensif

untuk Menemukan Bahan Diskusi

Mengembangkan Soft Skills Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual

4. PENDIDIKAN PELAJARAN 7

Membaca Intensif

untuk Menemukan Bahan Diskusi

Tidak mudah mengajarkan bahasa Sunda kepada anak-anak didik.

5. PENDIDIKAN PELAJARAN 7

Membaca Intensif

untuk Menemukan Bahan Diskusi

Warung Kawula Muda Jogja, Teh Poci Pak Min dan Kopi Blandongan


(30)

43

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. KESEHATAN PELAJARAN 9

Membaca Teks

Berita

Mata pun Dapat Terserang Stroke

7. KESEHATAN PELAJARAN 9

Membaca Teks

Berita

Puluhan Warga Ungaran

Timur Terkena Chikungunya

Tabel 3.3 Teks Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia kelas IX Karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto

No. Tema Pelajaran Judul Teks

1. MANUSIA DAN

KEBUTUHANNYA

PELAJARAN 6 Membaca Ekstensif untuk Menemukan

Gagasan dari

Beberapa Artikel

BTN Salurkan Rp800

Miliar untuk Rusuna/RSH

2. MANUSIA DAN KEBUTUHANNYA

MANUSIA DAN KEBUTUHANNYA

Pembangunan Rusuna

dengan Produk Lokal

3. KEBERSIHAN

LINGKUNGAN

PELAJARAN 8 Menyimpulkan

Gagasan Utama

Bacaan dengan Membaca Cepat

Indonesia dan Jamban

Terpanjang di Dunia

3.3 Teknik Penelitian

Teknik penelitian dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Penjelasannya akan dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut.

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan penulis dalam memperoleh data yaitu dengan menggunakan teknik observasi. Dalam hal ini, teknik observasi dilakukan dengan cara melakukan penelitian ke berbagai sekolah, untuk mengetahui buku sekolah Bahasa Indonesia apa yang sering digunakan dalam pembelajaran di kelas. Dari


(31)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai sekolah yang di observasi, Buku Sekolah Elektronik merupakan buku yang di pakai sebagai sumber belajar di kelas. Selain itu peneliti mengobservasi buku-buku karangan siapa saja yang sering digunakan. Berikut ini adalah daftar hasil temuan Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia yang digunakan di

berbagai sekolah.

Tabel 3.4 Penggunaan Buku Sekolah Elektronik di Berbagai Sekolah Menengah Pertama No. Buku Sekolah Elektronik yang

Digunakan

Sekolah Menengah Pertama

1. Atikah Anindyarini dan Maryati Soetopo

(VII)

Maryati Soetopo (VIII)

SMPN 1 Bandung

2. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 4 Bandung

3. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 8 Bandung

4. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 12 Bandung

5. Atikah Anindyarini dan Maryati Soetopo

(VII)

Maryati Soetopo (VIII)

SMPN 14 Bandung

6. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 15 Bandung

7. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 19 Bandung

8. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 20 Bandung

9. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati


(32)

45

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 29 Bandung

11. Atikah Anindyarini dan Maryati Soetopo

(VII)

Maryati Soetopo (VIII)

SMPN 3 Lembang

12. Atikah Anindyarini dan Maryati Soetopo

(VII)

Maryati Soetopo (VIII)

SMP Pasundan 4 Bandung

13. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 1 Sukabumi

14. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 2 Sukabumi

15. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 3 Sukabumi

16. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 4 Sukabumi

17. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 5 Sukabumi

18. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 6 Sukabumi

19. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 9 Sukabumi

20. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 15 Sukabumi

21. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 1 Purwakarta

22. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 2 Purwakarta

23. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati


(33)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 4 Purwakarta

25. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 5 Purwakarta

26. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 6 Purwakarta

27. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 7 Purwakarta

28. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 8 Purwakarta

29. Maryati Soetopo

Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati

SMPN 9 Purwakarta

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, Buku Sekolah Elektronik yang banyak digunakan merupakan buku bahasa Indonesia Bahasa dan

Sastra Indonesia untuk SMP/MTS kelas VII karangan Maryati- Soetopo, Berbahasa dan Bersastra Indonesia kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya

dan Sudarmawati, terakhir Bahasa Indonesia untuk SMP/MTS kelas IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto adalah buku yang banyak digunakan oleh Sekolah Menengah Pertama di beberapa daerah. Setelah mendapatkan informasi mengenai buku yang digunakan, peneliti mengumpulkan wacana-wacana yang dijadikan contoh penelitian pada ketiga Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia tersebut. Kemudian dikumpulkan, dipilih sesuai dengan teks wacana yang diperlukan, dipelajari dan diteliti lebih lanjut.

3.3.2 Teknik Analisisis Data

Prosedur teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini, akan diuraikan sebagai berikut:

1)Melakukan observasi awal. Pada observasi awal ini penelitian akan dilakukan


(34)

47

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Buku Sekolah Elektronik yang banyak digunakan di sekolah sebagai objek penelitian.

2)Mengumpulkan berbagai macam Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia

yang sering digunakan di sekolah Sekolah Menengah Pertama untuk jenjang kelas VII,VIII, dan IX.

3)Mengumpulkan wacana uraian materi, teks bacaan, isntruksi soal, dan

instrumen soal yang dipilih sebagai sampel penelitian yang ada di dalam Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII, VIII, dan IX.

4)Analisis data, dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

(1) Tahap analisis keterbacaan wacana berdasarkan formula fry

Keterbacaan Formula ini mendasarkan formula keterbacaan pada dua faktor utama, yaitu panjang-pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut. Berikut merupakan gambar Grafik Fry.

3.1 Gambar Grafik Fry

Dibagian atas grafik terdapat deretan angka-angka seperti 108, 112, 116, dan seterusnya. Angka-angka tersebut menunjukkan data jumlah suku kata per seratus perkataan. Yakni, jumlah kata dari wacana sampel yang dijadikan sampel pengukuran keterbacaan wacana. Kemudian angka-angka yang tertera disamping


(35)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kiri grafik seperti 2.0, 2.5, 3.0, dst menunjukkan data rata-rata jumlah kalimat per seratus kata. Angka-angka yang berderet ditengah grafik tersebut merupakan perkiraan peringkat keterbacaan wacana yang diukur. Daerah yang diarsir pada grafik merupakan wilayah invalid. Dalam wilayah tersebut tidak memiliki peringkat baca untuk peringkat manapun. Berikut akan dijelaskan mengenai penggunaan Grafik Fry.

Langkah 1

Pilih penggalan yang representatif dari wacana yang hendak diukur tingkat keterbacaannya dengan mengambil 100 buah perkataan. Yang dimaksud representative adalah pemilihan wacana sampel yang benar-benar mencerminkan teks bacaan. Maka wacana yg diselingi gambar-gambar, table, angka, atau rumus dipandang tidak representative untuk dijadikan sampel wacana.

Langkah 2

Hitunglah jumlah kalimat dari seratus buah perkataan hingga perpuluhan terdekat. Dalam sebuah wacana ketika diambil 100 buah perkataan,pasti akan ada sisa. Sisa kata yang termasuk dalam hitungan seratus itu diperhitungkan dalam bentuk desimal(perpuluhan).

Langkah 3

Hitunglah jumlah suku kata dari wacana sampel yang 100 buah perkataan. Untuk jumlah suku kata dalam Grafik Fry Grafik Fry, penelitian seharusnya digunakan untuk wacana bahasa inggris. Padahal struktur bahasa inggris berbeda jauh dengan bahasa Indonesia, terutama dalam hal suku katanya. Berdasarkan kenyataan tersebut, tidak akan pernah didapati wacana dalam bahasa Indonesia cocok untuk peringkat kelas di dalam Grafik Fry Oleh karena itu d tambah 1 langkah lagi yaitu dengan mengkalikan jumlah suku kata dengan angka 0.6.

Langkah 4

Perhatikan Grafik Fry. Kemudian data yang kita peroleh dari langkah 1 dan 2 kita plotkan ke dalam grafik untuk mencari titik temunya. Pertemuan antara baris vertikal dan horizontal menunjukkan tingkat-tingkat kelas pembaca.


(36)

49

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tingkat keterbacaan ini bersifat perkiraan. Oleh karena itu, peringkat keterbacaan wacana sebaiknya ditambah 1 tingkat dan dikurangi 1 tingkat. Misalnya apabila diketahui titik temunya adalah 7,maka tingkat keterbacaan yang cocok untuk peringkat 6, 7, 8.

(2) Tahap analisis keterbacaan wacana berdasarkan formula Grafik Raygor Formula keterbacaan Raygor diperkenalkan oleh Alton Raygor, yang selanjutnya grafik ini disebut Grafik Raygor. Formula ini tampaknya mendekati kecocokan untuk bahasa-bahasa yang menggunakan huruf latin. Grafik Raygor tampak terbalik jika dibandingkan dengan Grafik Fry. Namun, kedua formula keterbacaan tersebut sesungguhnya mempunyai prinsip-prinsip yang mirip. Berikut akan dijelaskan mengenai petunjuk penggunaan Grafik Raygor.

3.2 Gambar Grafik Raygor Langkah 1

Mengitung 100 buah perkataan dari wacana yang hendak diukur tingkat keterbacaannya sebagai sampel. Deretan angka tidak dipertimbangkan sebagai


(37)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kata. Oleh karenanya, angka-angka tidak dihitung ke dalam perhitungan 100 buah kata.

Langkah 2

Menghitung jumlah kalimat sampa pada persepuluhan terdekat. Prosedur ini sama dengan prosedur Fry dalam menghitung rat-rata jumlah kalimat.

Langkah 3

Menghitung jumlah kata-kata sulit, yakni kata-kata yang dibentuk oleh 6 huruf atau lebih. Kriteria tingkat kesulitan sebuah kata di sini didasari ileh panjang-pendeknya kata, bukan oleh unsur semantisnya. Kata-kata yang tergolong ke dalam kategori sulit itu adalah kata-kata yang terdiri atas enam atau lebih huruf. Kata-kata yang jumlah hurufnya kurang dari enam, tidak digolongkan ke dalam kata sulit.

Langkah 4

Hasil yang diperoleh dari langkah dua dan tiga itu dapat diplotkan ke dalam Grafik Raygor untuk menentukan peringkat keterbacaan wacananya.

(3) Tahap analisis keterbacaan wacana berdasarkan Teknik Tes Klose (Cloze

Test)

Hornby dalam (Suherli: 2008) menjelaskan Cloze test, yang diperkenalkan oleh Wilson L. Taylor pada tahun 1953, adalah sejenis test dalam bentuk wacana dengan sejumlah kata yang dikosongkan (rumpang) dan pengisi test diminta mengisi kata-kata yang sesuai di tempat yang dikosongkan itu.Lebih

lanjut Oller, dalam (Suherli: 2008) menambahkan bahwa kata “cloze” itu

bermakna proses penutupan sementara (Disebut dengan penutupan sementara karena sejumlah kata dalam wacana itu dihilangkan atau ditutup secara sistematis untuk diisi dengan cara menerka berdasarkan konteks isi wacana itu. Kebenaran isi jawaban akan dilihat dari nakah asli wacana tersebut). Cloze test yang kemudian juga dipakai untuk menguji pemahaman membaca (reading comprehension), pada awalnya dibuat untuk menguji keterbacaan. Melalui tes ini dapat diketahui kesulitan siswa dalam mengisi kata-kata yang dikosongkan


(38)

51

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(rumpang) secara teratur dalam suatu uraian. Semakin dekat jarak kata yang dikosongkan, mungkin semakin sulit mengerjakan soal itu dan sebaliknya. Kata yang dibuang (dikosongkan) itu biasanya setiap kata yang kelima, keenam atau yang ketujuh. Karena kata yang dipilih mungkin saja kata yang maknanya sama (sinonim) dengan kata aslinya, maka sinonim kata itu dapat juga dianggap benar. Akan tetapi apabila diharapkan kata yang diisikan adalah kata yang persis sama dengan kata aslinya (kata yang dibuang) maka huruf awal kata itu dituliskan dan huruf-huruf berikutnya dikosongkan. Semakin sedikit kesalahan yang dibuat oleh pengisi test, berarti semakin tinggi tingkat keterbacaan naskah tersebut dan sebaliknya, semakin banyak kesalahan yang dibuat berarti semakin rendah tingkat keterbacaannya. Penggunakan prosedur Teknik Tes Klose yang dilakukan dalam penelitian keterbacaan ini, akan dijelaskan lebih rinci pada uraian di bawah ini. langkah 1

Memilih teks wacana yang akan di jadikan sampel Langkah 2

Menghindari uraian yang banyak menggunakan nama diri, seperti nama orang dan nama tempat.

Langkah 3

Menyalin kembali masing-masing uraian tersebut dengan ketentuan:

(a) memberikan judul untuk masing-masing uraian, sebagai gambaran umum

tentang isi uraian teks wacana yang akan diujikan;

(b) menulis kembali kalimat pertama masing-masing uraian secara utuh untuk

memberikan gambaran isi uraian lebih spesifik dan dapat dimengerti.

(c) untuk kalimat-kalimat berikutnya, membuang setiap kata ke enam secara

teratur.

(d) menuliskan kalimat terakhir masing-masing uraian secara utuh untuk

memberikan gambaran tentang isi uraian teks wacana yang diujikan secara lebih lengkap.

langkah 4

Memilih secara acak 3 Sekolah Menengah Pertama yang akan di jadikan sampel penelitian.


(39)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam Teknik Tes Klose kata yang dikosongkan diisi hanya dengan satu kata yang dianggap paling sesuai dengan maksud kalimat dan uraian, Tingkat kesulitan keseluruhan naskah dapat dilihat dari jumlah kata yang benar diisikan pada test itu. Hasil dengan menggunakan tes klose ini dapat dikategorikan sebagai berikut.

Jumlah kata yang benar dan tingkat kesulitan dalam Teknik Tes Klose :

(a) > 50 % “Mudah” (independen level) dalam arti pembaca mengerti isi

bacaan.

(b) >35% – 50% “Agak Sukar” (instrucsional level) dalam arti pembaca

memerlukan bantuan untuk mengerti isi bacaan.

(c) <35 % – 35 % “Sangat Sukar” ( frustasi level) , dalam arti pembaca tidak

dapat memahami isi bacaan.

5)Mengolah dan mengkaji hasil analisis data dari Grafik Fry, Grafik Raygor, dan

Teknik Tes Klose.

6)Menyimpulkan hasil analisis data.

3.4 Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan penulis dalam proses pengumpulan data yang dianalisis, adalah formula Grafik Fry, formula Grafik Raygor dan Teknik Tes Klose. Formula Grafik Fry dan Teknik Tes Klose ini digunakan sebagai instrumen untuk menganalisis tingkat keterbacaan wacana yang ada pada Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia jenjang SMP. Adapun yang akan dianalisis adalah sampel wacana berdasarkan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, serta instrumen soal yang ada di dalam buku-buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia yang banyak digunakan di Sekolah Menengah Pertama.

3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data penelitian yang digunakan peneliti dalam proses pengumpulan data yang akan dianalisis, yakni sebagai berikut:


(40)

53

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Wacana uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan isntrumen soal pada Buku Sekolah Elektonik Berbahasa dan Bersastra Indonesia kelas VII karangan Maryati- Soetopo,

2) Wacana uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan isntrumen soal pada Buku Sekolah Elektronik Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTS kelas

VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati,

3) Wacana uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan isntrumen soal pada Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia untuk SMP/MTS kelas IX

karangan Atikah Anindyarini, Suwono.

3.4.2 Instrumen Pengolahan data

Instrumen pengolahan data dalam penelitian ini yaitu akan menggunakan prosedur Grafik Fry, Grafik Raygor serta Teknik Tes Klose untuk melihat tingkat keterbacaan Buku Sekolah Elektronik bahasa Indonesia yang banyak digunakan di berbagai sekolah. Dari berbagai tes keterbacaan wacana kita dapat mengambil dan membandingkan tingkat keterbacaan wacana yang ada di dalam Buku Sekolah Elektronik dari berbagai pengarang dengan berbagai formula alat uji keterbacaan. Dengan penelitian ini dapat dimunculkan temuan apakah buku-buku yang dianalisis tersebut cocok atau tidak di gunakan untuk siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama.


(41)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis keterbacaan wacana pada Buku Sekolah Elektronik Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/ MTS kelas VII karangan Maryati-Sutopo, Buku Sekolah Elektronik Berbahasa dan Bersastra

Indonesia pada jenjang kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan

Sudarmawati Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia untuk SMP/ MTS kelas IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto dengan menggunakan Formula Grafik Fry, Grafik Raygor, dan Teknik Tes Klose penulis menyimpulkan hal-hal berikut.

1)Pada Keterbacaan wacana Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan

Maryati Soetopo, didapatkan hasil dari analisis keterbacaan wacana uraian materi,teks bacaan,dan instrumen soal dengan menggunakan Formula Grafik Fry rata-rata setelah diplotkan jatuh pada kelas 7,2. Berdasarkan hal tersebut keterbacaan wacana yang ada pada teks uraian materi, teks bacaan, dan instrumen soal dalam buku tersebut 100% cocok digunakan untuk siswa SMP kelas VII. Selanjutnya, hasil analisis keterbacaan wacana pada Buku Sekolah Elektronik kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawanti dengan menggunakan Formula keterbacaan Grafik Fry setelah diplotkan, keterbacaan wacana uraian materi teks bacaan dan instrumen soal rata-rata jatuh pada kelas 8. Berdasarkan hal tersebut keterbacaan wacana Buku Sekolah Elektronik kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawanti ini 100% cocok digunakan untuk siswa SMP kelas VIII. Terakhir, keterbacaan wacana pada Buku Sekolah Elektronik kelas IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto dihitung dengan menggunakan Grafik Fry, rata-rata wacana uraian materi dan teks bacaan setelah diplotkan jatuh pada kelas 8,3. Dari hasil analisis tersebut wacana uraian materi dan teks bacan yang ada di dalam buku tersebut 100% cocok digunakan untuk siswa SMP kelas IX menurut perhitungan Grafik Fry.


(42)

273

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2)Berdasarkan hasil analisis data keterbacaan wacana dengan menggunakan

Grafik Raygor pada Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Maryati Soetopo, didapatkan hasil dari keterbacaan wacana uraian materi, teks bacaan, dan instrumen soal setelah diplotkan, rata-rata jatuh pada kelas 7,76. Berdasarkan hal tersebut, wacana uraian materi, teks bacaan,dan instrumen soal yang ada di dalam buku karangan Maryati Soetopo 100% cocok digunakan untuk siswa SMP kelas VII. Hasil analisis Buku Sekolah Elektronik kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawanti dengan menggunakan grafik raygor, keterbacaan wacana uraian materi dan isntrumen soal setelah diplotkan jatuh pada kelas 8,5. Artinya, wacana uraian materi dan instrumen soal cocok digunakan untuk siswa kelas VIII. Sementara itu, pada keterbacaan wacana teks bacaan setelah diplotkan rata-rata jatuh pada kelas 9,4. Berdasarkan hal tersebut, untuk keterbacaan wacana teks bacaan kurang cocok digunakan untuk siswa SMP kelas VIII. Pada buku Sekolah Elektronik kelas IX karangan Atikah Anindyarini Suwono, dan Suhartanto analisis keterbacaan wacana uaraian materi dan teks bacaan setelah diplotkan, rata-rata jatuh pada kelas 9,5. Berdasarkan hal tersebut, keterbacaan wacana uraian materi dan teks bacaan yang ada di dalam BSE karangan Atikah Anindyarini, 100% cocok digunakan untuk siswa SMP kelas IX.

3)Keterbacaan wacana pada Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan

Maryati Soetopo berdasarkan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan isntrumen soal setelah dihitung 75% masuk pada tingkat mudah atau

independen level. Artinya siswa sudah mengerti isi bacaan. Hal ini karena,

25% keterbacaan wacana instruksi soal pada Buku Sekolah Elektronik kelas VII, masuk pada tingkat kesulitan agak sukar atau instructional level. Selanjutnya, pada Buku Sekolah Elektronik kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarwanti, seteleh dianalisis menggunakan Tes Klose, keterbacaan wacana uraian materi, dan instrumen soal, setelah dihitung masuk pada tingkat mudah atau independen level. Namun, pada keterbacaan wacana teks bacaan masuk pada tingkat kesulitan agak sukar atau instructional level.


(1)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2)Berdasarkan hasil analisis data keterbacaan wacana dengan menggunakan Grafik Raygor pada Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Maryati Soetopo, didapatkan hasil dari keterbacaan wacana uraian materi, teks bacaan, dan instrumen soal setelah diplotkan, rata-rata jatuh pada kelas 7,76. Berdasarkan hal tersebut, wacana uraian materi, teks bacaan,dan instrumen soal yang ada di dalam buku karangan Maryati Soetopo 100% cocok digunakan untuk siswa SMP kelas VII. Hasil analisis Buku Sekolah Elektronik kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawanti dengan menggunakan grafik raygor, keterbacaan wacana uraian materi dan isntrumen soal setelah diplotkan jatuh pada kelas 8,5. Artinya, wacana uraian materi dan instrumen soal cocok digunakan untuk siswa kelas VIII. Sementara itu, pada keterbacaan wacana teks bacaan setelah diplotkan rata-rata jatuh pada kelas 9,4. Berdasarkan hal tersebut, untuk keterbacaan wacana teks bacaan kurang cocok digunakan untuk siswa SMP kelas VIII. Pada buku Sekolah Elektronik kelas IX karangan Atikah Anindyarini Suwono, dan Suhartanto analisis keterbacaan wacana uaraian materi dan teks bacaan setelah diplotkan, rata-rata jatuh pada kelas 9,5. Berdasarkan hal tersebut, keterbacaan wacana uraian materi dan teks bacaan yang ada di dalam BSE karangan Atikah Anindyarini, 100% cocok digunakan untuk siswa SMP kelas IX.

3)Keterbacaan wacana pada Buku Sekolah Elektronik kelas VII karangan Maryati Soetopo berdasarkan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan isntrumen soal setelah dihitung 75% masuk pada tingkat mudah atau independen level. Artinya siswa sudah mengerti isi bacaan. Hal ini karena, 25% keterbacaan wacana instruksi soal pada Buku Sekolah Elektronik kelas VII, masuk pada tingkat kesulitan agak sukar atau instructional level. Selanjutnya, pada Buku Sekolah Elektronik kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarwanti, seteleh dianalisis menggunakan Tes Klose, keterbacaan wacana uraian materi, dan instrumen soal, setelah dihitung masuk pada tingkat mudah atau independen level. Namun, pada keterbacaan wacana teks bacaan masuk pada tingkat kesulitan agak sukar atau instructional level.


(2)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sementara itu, keterbacaan wacana pada Buku Sekolah Elektronik kelas IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto, pada keterbacaan wacana uraian materi setelah dianalisis jatuh pada tingkat kesulitan mudah atau independen level. Keterbacaan wacana teks bacaan setelah dianalisis jatuh pada tingkat kesulitan agak sukar atau instructional level.

5.2Saran

Berdasarkan analisis keterbacaan wacana terhadap Buku Sekolah Elektronik Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/ MTS kelas VII karangan Maryati Soetopo, Berbahasa dan Bersastra Indonesia Indonesia kelas VIII karangan Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawati Bahasa Indonesia untuk SMP/MTS kelas IX karangan Atikah Anindyarini, Suwono, dan Suhartanto peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.

1)Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menyarankan agar penelitian mengenai analisis tingkat keterbacaan wacana perlu ditingkatkan dalam rangka meningkatkan keterbacaan wacana pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam berbagai jenjang pendidikan.

2)Penelitian ini merupakan salah satu dari sekian banyak upaya untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat keterbacaan wacana, khususnya pada Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia yang banyak digunakan oleh sekolah-sekolah. Oleh karena itu, peneliti berharap agar penelitian mengenai tingkat keterbacaan wacana lebih ditindaklanjuti, demi terciptanya kesesuaian antara teks wacana yang disajikan dengan jenjang kelas siswa yang membaca wacana tersebut, sehingga keterbacaan wacana pada setiap teks wacana uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan intrumen soal dapat lebih dipahami siswa.

3) Guru harus lebih cermat dan teliti memilih buku teks yang digunakan. Dengan sesuainya buku teks yang digunakan maka akan mempermudah proses pembelajaran di kelas, dan dengan menentukan bahan bacaan yang layak untuk dikonsumsi siswa guru harus mampu memilihkan bahan bacaan


(3)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang layak baca untuk para sisiwanya. Salah satunya guru harus memahami kriteria penentuan kelayakan bahan bacaan itu dengan menentukan tingkat keterbacaan sebuah wacana.


(4)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Anindyarini, Atikah,dkk. (2008). Bahasa Indonesia untuk SMP/ MTS kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Perbukuan. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2006 Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia..

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Perbukuan. (2005). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 tahun 2005 tentang Buku.

Harjasujana, Ahmad. (1987). Materi Kuliah Seminar Pengajaran Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Harjasujana, A.S dan Yeti Mulyati. (1997). Membaca 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Maryati, Sutopo. (2008). Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/ MTS kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Muhakim, Arief. (2010). ”Kajian Terhadap Alat Evaluasi Membaca dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kelas VII Karangan Maryati dan Soetopo”. FPBS UPI: tidak diterbitkan.

Mulyasa. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuam Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Novelianti, Netta. (2012). “Analisis Keterbacaan Soal Ulangan Semester Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 14 Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012”. FPBS UPI: tidak diterbitkan.

Nurgiantoro, Burhan. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.


(5)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurhayati. (2009). “Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka Melalui Tes Pilihan Ganda: Studi Deskriftif Analisis Terhadap Modul Bahasa Indonesia SMP Terbuka Induk SMP Negeri 27 Bandung”. Tesis Program Pasca Sarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Nurlaili. (2011). “Pengukuran Tingkat Keterbacaan Wacana dalam LKS Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 4-6 SD dan Keterpahamannya”. 2011. tidak diterbitkan.

Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Remaja Rosdakarya.

Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Salem. (1999). “Tingkat Keterbacaan Bahan Muatan Lokal Bagi Murid SD Berdasarkan Pertimbangan Pakar dan Hasil Tes (Studi Kasus di Kecamatan

Simpang Hulu, kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat)”.1999: tidak

diterbitkan.

Suherli. (2008). Keterbacaan Buku Teks Pelajaran. [Online]. Tersedia:http:// Suherli.Keterbacaan Wacana. blogspot.com . [29 Maret 2013]

Sulastri. (2010) . “Keterbacaan Wacana Buku Bina Bahasa Indonesia Karya Tim Bina Karya Guru dan Keterpahamannya oleh Siswa SDN Karangpawulung 4 Kota Bandung Tahun Pelajaran 2009-2010”. Bandung: tidak diterbitkan.

Sulistyorini, H. (2006). Tingkat keterbacaan teks dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan ’larutan penyangga’ di SMA Negeri I Kramat. [Online]. Tersedia:http:// Sulistyorini.Tingkat Keterbacaan Wacana SMA. blogspot.com [29 Maret 2013].

Syamsuddin,dkk. (2004). Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Syamsuddin, Vismaia S. Damaianti. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Remaja Rosdakarya.


(6)

Sitti Natasya Isabela,2013

Keterbacaan Wacana Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Jenjang SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tampubolon. (2004). Pedoman Penilaian Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar. Remaja Rosdakarya.

Tarigan. H.G dan Djago Tarigan. (1986). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Penerbit Angkasa Bandung.

Tarigan, H.G. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Penerbit Angkasa Bandung.

Tim Penulis Pedoman Karya Ilmiah.(2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim Penyususn Kamus .(2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Wardani, Wahyu. (2010). Analisis Teks Buku Sekolah Elektronik (BSE) IPS Terpadu kelas VII SMP/MTS Terbitan Depdiknas pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Gejala Atmosfer dan Hidrosfer Serta Pengaruhnya Bagi Kehidupan. Skripsi pada FIS UNM. Malang : tidak diterbitkan.

Wirajaya, Asep Yudha dan Sudarmawarti. (2008). Berbahasa dan Bersastra Indonesia Indonesia kelas VIII. Surakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.