PENGELOLAAN KOMPENSASI GURU BANTU : Studi Analisis Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

v°- w-h -i?^

PENGELOLAAN KOMPENSASI GURU BANTU

(Studi Analisis Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu pada Sekolah
Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan)
TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh:

DEWI SUNDARI
NIM :029523

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2004

DiKetahui

KETIIA PROGRAM STUDI ADMNISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA

UMVERS1TAS PENDTdYkAN INDOESIA

Prof. Dr. H. Tb

Abin SyamsuMM Makmun, M.A.

DISETUJUl DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBLNG

Pembimbing I


W
PROF. DR. H.DJAMAN SATORI. M.A.

Pembimbing II

DR. DANNY MEIRAWAN. M.Pd

COMPENSATION MANAGEMENT OF HELPER TEACHERS

(Analysis Studyof Compensation Management of Helper teachers at Public
Senior High School in Banyuasin Regency. South Sumatera)
By Dewi Sundari, S.Pd

The objective of this reseach is to get the empirical description

of

compensation management or helper teacher at public Senior High School in

Banyuasin regency South Sumatera. This Reseach is about: forms and kinds of

compensation received by nelper teachers, compensation's source,
compensation's mechanism, obstacles faced in compensation management and
work performance of helper teachers.

This research

used descriptive qualitative approach, and the data

obtained from interview, observation and documentation analysis.
The results showed that compensation management of helper teacher at

public Senior High School in Banyuasin Regency, South Sumatera is not quite

effective. The indicators are: (1) The compensation received can not fulfill
teacher's basic needs ( clothing, food and shelter). (2) Compensation received is

not equitable. (3) The mechanism is still difficult and exspired. (4) There is no
variation of forms and kinds of compensation.

The forms and kinds of compensation received by helper teachers are:

extra teacher incentive, classroom teacher incentive, co/exsrtacullicullar teacher

incentive, transportation, teacher's picket, the examination incentive, the
incentive of evaluating the student's examination, incentive as committees,

official houses, clothing, lebaran bonus, training and educational program!

chance to find additional income, borrowing the money easily, using school

facilities, leave, praising, gretting, and friendship. For honorarium from Central
Government taken from APBN, and other incentives in school is come from
school committees, while for non monetary comnpensation come from

headmaster, civil sen/ant teachers, students and society. The compensation
meechanism from Central Government is given directly to helper teacher through
bank account. Whereas the compensation from school committees is given
directly through school treasurer. And for non monetary compensation is given
d-rectly by headmaster, civil servant teachers, students and society in all
situation. The obstacles faced is just about the little of fund. Although with the
little compensation but the helper teacher still shows the good work performance


which is motivated by the desire to be promoting a civil servant teacher.

Based on the research, it can be recommended that: (1) Central

Government and Territory Government give additional incentive to helper

teacher. (2) Government, school, and society find out the way to increase

teacher walfare by searching the new source of educational profit centre (3)
Government make special mechanism for helper teacher compensation's in

remote area. (4) Goverment doing the follow up program from work performance

assessment and recruiting helper teacher who have a good performance

ABSTRAK

PENGELOLAAN KOMPENSASI GURU BANTU (Studi Analisis Pengelolaan
Kompensasi Guru Bantu Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Di

Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan)
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
secara empirik mengenai pengelolaan kompensasi Guru Bantu pada Sekolah
Menegah Atas negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.
Penelitian ini membahas mengenai bentuk dan jenis kompensasi yang diterima,
sumber kompensasi, mekanisme pemberian kompensasi, kendala-kendala yang
dihadapi daiam pengelolaan kompensasi serta kinerja Guru Bantu.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptifkualitatif. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
wavvancara, observasi dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan kompensasi Guru Bantu
pada Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan masih kurang efektif. Indikatornya adalah: (1) kompensasi yang diterima

belum dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar (sandang, pangan dan papan).
(2) Kompensasi yang diterima belum adil. (3) Mekanisme pemberian kompensasi
masih menyulitkan dan tidak tepat waktu. (4) Bentuk dan jenis kompensasi
kurang bervariatif.
Bentuk kompensasi yang diterima Guru Bantu dari sekolah antara lain


insentif kelebihan mengajar, wali kelas, pembina kegiatan ko/ekstra kurikuler,
tranport, piket guru, membuat soal ujian, mengawas ujian, mengoreksi Iembar
jawaban, sebagai panitia, rumah dinas, pakaian dinas, THR, diklat/penataran,
kesempatan memperoleh tambahan penghasilan, menggunakan fasilitas
sekolah, kemudahan melakukan pinjaman, cuti, pujian, senyuman, salam, sapa,
dan persahabatan.
Untuk kompensasi berupa honorarium dananya bersumber dari
Pemerintah Pusat. Kemudian insentif dan kompensasi lainya berasal dari dana
komite sekolah. Sedangkan kompensasi nonmoneter bersumber dari kepala
sekolah, guru PNS, siswa dan masyarakat.Mekanisme pemberian kompensasi
dari Pemerintah Pusat disalurkan melalui rekening masing-masing Guru Bantu,
sedangkan kompensasi dari komite sekolah, kepala sekolah guru PNS, dan
siswa
dilakukan secara langsung.Kendala-kendala yang dihadapi daiam
pengelolaan kompensasi adalah terbatasnya dana yang dimiliki oleh Pemerintah

Pusat,*Pemerintah Daerah dan Sekolah. Walaupun dengan jumlah kompensasi
yang terbatas, namun Guru Bantu tetap menunjukan kinerja yang cukup baik.
Ini dipicu dari keinginan Guru Bantu untuk diangkat menjadi PNS.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat direkomendasikan bahwa:, (1)

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan honor honor tambahan

kepada Guru Bantu. (2) Pemerintah, sekolah dan masyarakat menggali sumbersumber baru bagi pembiayaan pendidikan khususnya untuk kesejahteraan Guru
Bantu. (3) Pemerintah membuat mekanisme penyaluran honorarium khusus
kepada Guru Bantu di Daerah terpencil. (4) Pemerintah, Sekolah dan masyarakat
bersama-sama
mencari jalan keluar untuk memecahkan persoalaan
pengelolaan Kompensasi Guru Bantu. (5) Pemerintah menindaWanjuti hasil
penilaian kinerja dengan mengangkat Guru Bantu yang memiliki kinerja yang
cukup baik.

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR


ii

UCAPAN TERIMAKASIH

iv

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR BAGAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN


xiv

BAB1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Fokus Penelitian

15

C. Pertanyaan Penelitian

17

D. Tujuan Penelitian

18


E. Manfaat Penelitian

19

F. Paradigma Penelitian

20

G. Asumsi

22

H. Definisi Operasional

23

BAB II. LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Administrasi Pendidikan

1. Pengertian Administrasi Pendidikan

26

26

2. Posisi Guru Bantu Daiam Administrasi Pendidikan ... 30

B. Manajemen Sumber Daya Manusia

31

1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

32

2. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia.. 35
C. Pengelolaan Kompensasi

36

1. Pengertian Kompensasi

36

2. Tujuan Kompensasi

38

3. Bentuk dan Jenis-Jenis Kompensasi

41

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi

54

5. Menentukan StrukturGaji

55

6. Asas Kompensasi

58

7. Metode Kompensasi

59

8. Sistem Kompensasi

60

D. Kinerja Guru Bantu

61

E. Efektivitas Pengelolaan kompensasi Guru Bantu

65

F. Selayang Pandang Pelaksanaan Program Guru Bantu.. 68
G. Hasil Penelitian Yang Relevan

77

H. Kesimpulan Landasan Teoritis

79

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

81

B. Lokasidan Subjek Penelitian

89

C. Teknik Pengumpulan Data

91

D. Instrumen Penelitian

95

E. Pelaksanaan Penelitian

97

F. Teknik Analisis Data penelitian

98

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

100

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN
A.

Hasil Penelitian

107

1. Bentuk dan Jenis Kompensasi Yang di terima Guru

Bantu Pada Sekolah Menengah Atas Negeri di
Kabupaten Banyuasin

107

2. Sumber Kompensasi Guru Bantu pada Sekolah
Menegah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin

118

3. Mekanisme Pemberian Kompensasi Guru Bantu pada
Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten
Banyuasin

120

4. Kendala-Kendala Yang di Hadapi Daiam

Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu pada

Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten
Banyuasin

124

5. Kinerja Guru Bantu pada Sekolah Menegah Atas
Negeri di Kabupaten Banyuasin
B. Pembahasan Hasil Penelitian

125
139

1. Bentuk dan jenis Kompensasi yang diterima Guru

Bantu pada Sekolah Menegah Atas Negeri di
Kabupaten Banyuasin

139

2. Sumber Kompensasi Guru Bantu pada Sekolah
Menegah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin

157

3. Mekanisme Pemberian Kompensasi Guru Bantu
pada Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten
Banyuasin

153

4. Kendala-Kendala Yang dihadapi Daiam Pengelolaan
Kompensasi Guru Bantu pada Sekolah Menegah
Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin

167

5. Kinerja Guru Bantu pada Sekolah Menegah Atas
Negeri di Kabupaten Banyuasin
6.

168

Efektivitas Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu

pada Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten
Banyuasin
BAB V.

170

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

180

B. Implikasi

183

C. Rekomendasi

185

DAFTAR PUSTAKA

188

LAMPIRAN-LAMPIRAN

192

BIODATA PENULIS

242

m

DAFTAR TABEL

Tabel

Judul

Halaman

1.1. Jumlah Keadaan Guru Sekolah Negeri

4

1.2. Jumlah Keadaan Guru Sekolah Swasta

5

1.3. Jumlah GTT Sekolah Negeri dan Swasta

7

1.4. Keadaan Sekolah Negeri di Kabupaten Banyuasin

8

1.5. Keadaan Sekolah Swasta di Kabupaten Banyuasin

9

2.1. Jumlah Guru Bantu di Kabupaten Banyuasin

71

3.1. Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

101

4.1. Rata-rata Keterampilan Guru Bantu Daiam Menyusun
Rencana Pembelajaran

130

4.2. Rata-rata Keterampilan Guru Bantu Daiam

Melaksanakan Prosedur Mengajar

132

4.3. Rata-rata Keterampilan Guru Bantu Daiam

Melaksanakan Hubungan Antar pribadi

133

4.4. Bentuk.Jenis dan Sumber Kompensasi Serta Mekanisme

Pemberian Komensasi Guru bantu pada Sekolah

Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan

135

4.5. Tunjangan Tenaga Kepndidikan

152

Xll

DAFTAR BAGAN

Bagan

Judul

Halaman

1.1.

Paradigma Penelitian

22

2.1.

Ruang Lingkup Wilayah Kerja Administrasi
Pendidikan

29

2.2.

Kepanitiaan Program Guru Bantu

69

4.1.

Mekanisme Pembayaran Honorium Guru Bantu

121

4.2.

Model Keefektifan Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu

pada Sekolah Menegah Atas Nhegeri di Kabupaten
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Mil

178

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Judul

Halaman

1.

Kisi-Kisi Penelitian

ig2

2.

Pedoman Telaah Dokumen

196

3.

Pedoman Wawancara

197

4.

Pedoman Observasi

205

5.

Format IPKM

206

6.

Matriks Hasil Penelitian

209

7.

Foto-Foto

221

8.

Surat Keputusan Dosen Pembimbing

224

9.

Surat Permohonan Melakukan Penelitian

dari UPI Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten
Banyuasin
10.

226

Surat permohonan Melakukan Penelitian dari

Upi Kepada LPMP

227

11.

Surat izin Penelitian ke Sekolah-Sekolah

228

12.

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari

Sekolah-Sekolah
13.

229

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin
14.

Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian

dari LPMP

15.

238
239

Peta Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten
Banyuasin

240

XIV

BAB1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan wahana untuk rnengembangkan pote-.si
yang ada pada diri manusia agar dapat mencapai tujuan yang aiinginkan.
Dengan pendidikan diharapkan manusia memiliki kemampuar berfk".
kemampuan bertindak dan keterampilan agar dapat bertahan hiaup atau

bahkan berkembang dan menyesuaikan diri terhadap perkembangan
jaman.

Hal ini sejalan dengan apa yang dituangkan daiam UU. No. 20

Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:
Pendidikan

adalah

usaha

sadar

dan

terencana

untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif rnengembangkan potensi dirinya unuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaiian diri.
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dari pengertian di atas teriihat jelas bahwa pendidikan mencakup
berbagai aspek baik emosional, kecerdasan dan keterampilan.

.

Sedangkan

pendidikan

nasional

adalah

pendidikan

yang

berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional IndonesiS dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman.

Pendidikan nasional berfungsi rnengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat daiam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakao.
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan bukanlah hal

yang mudah, membutuhkan dan melibatkan berbagai komponen baik rtu
sarana dan parasarana, fasilitas, kurikulum, dana, pengelola pendidikan.
guru, pemerintah, dan masyarakat.

Pemerintah saat ini menghadapi kendala daiam mewujudkan

tercapainya peningkatan mutu pendidikan secara nasional, termasuk
meratanya mutu pendidikan mulai dari ibukota provinsi sampai ke pelosok
daerah. Kendala yang dialami antara lain berasal dari belum meratanya

jumlah guru di masing-masing daerah sesuai dengan kebutuhan.
Jumlah guru yang ada pada saatini sangat tidak sebanding dengan

jumlah peserta didik, yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Ketimpangan rasio guru dan jumlah murid daiam kelas bisa menjadi
hambatan tersendiri daiam penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) (Kompas, kamis 5 Februari 2004). Ketidakseimbangan jumlah guru
dan jumlah murid tentu saja akan berimplikasi pada kualitas proses belajar
mengajardi kelas yang tidak efektif.

Masalah lain adalah belum teipenuhinya syarat kualifikasi guru

sebagaimana ketentuan yang telah digariskan secara nasional oteh
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Sebagai ilustrasi berikut

penulis paparkan data mengenai kadaan guru baik negeri maupun swasta
di Indonesia pada saat ini.

Keadaan jumlah Guru Sekolah Negeri di Indonesia saat ini adalah
1.633.325 orang dengan rincian satuan pendidikan sebagai berikut:
1. TK terdapat 230 sekolah, 982 rombongan belajar dan 9.515 guru yang
terdiri dari 9.209 Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) Depdiknas dan 306
Guru Tidak Tetap.

2. SD

terdapat

136.332

sekolah, 997.757 rombongan

belajar

dan

1.098.359 guru yang terdiri dari 1.045.547 Guru PNS Depdiknas, 7.047
Guru Depag, dan 45.765 Guru Tidak Tetap.

3. SLB terdapat 9.555 guru yang terdiri dari 9.483 Guru PNS Depdiknas,
dan 72 Guru Tidak Tetap.

4. SLTP terdapat 11.244 sekolah,

132.807 rombongan belajar dan

324.296 guru yang terdiri dari 270.248 Guru PNS Depdiknas, 902 Guru
Depag, dan 53.146 Guru Tidak Tetap.

5. SMU terdapat 3.014 sekolah, 42.894 rombongan belajar dan 143.837

guru yang terdiri dari 119.041 Guru PNS Depdiknas, 337 Guru Depag,
dan 24.459 Guru Tidak Tetap.

6. SMK terdapat 791 sekolah, 15.470 rombongan belajar dan 47.763
guru yang terdiri dari 38.633 Guru PNS Depdiknas, 122 Guru Depag,
dan 9.008 Guru Tidak Tetap.

Untuk melihat gambaran umum gum sekolah negeri baik TK, SD,

SLTP, SMU maupun SMK di Indonesia secara rinci dapat dilihat daiam
tabel 1.1 di bawah ini:
TabeM.1

Jumlah Keadaan Guru Sekolah Negeri
No | Satuan

| Sekolah

! Pendidikan
230

TK

136.332

SD

Depag

Jumlah

Rombongan
Belajar

PNS Depdiknas

982

9.209

306

9.55

1.045.547

45.765

1.098.359

9.483

72

9.555

324.296

|

|

Tidak

tetap

997.757

SLB

7.047

SLTP

11.244

132.807

270.248

902

53.146

SMU

3.014

42.894

119.041

337

24.459

143.837
47.763

1.633.325

SMK

Jumlah

791

151.611

15.470

38.633

122

9.008

1.189.910

1.492.161

8.408

132.756

Sumber: Data Dittendik, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2002

Sedangkan jumlah guru pada sekolah swasta saat ini adalah
618.399 dengan rincian satuan pendidikan sebagai berikut:

1. TK terdapat 42.667 sekolah, 83.331 rombongan belajar dan 105.172
guru yang terdiri dari 1.152 Guru PNS-DPk, 54.767 Guru Tetap
Yayasan, 49.077 Guru Tidak Tetap Murni dan 176 Guru Tidak Tetap
PNS.

2. SD terdapat 9.861 sekolah, 82.966 rombongan belajar dan 117.324

guru yang terdiri dari 20.121 Guru PNS-DPk, 59.355 Guru Tetap

Yayasan, 36.594 Guru Tidak Tetap Murni dan 1.347 Guru Tidak'Tetap
PNS.

3. SLB terdapat 4.324 guru yang terdiri dari 2.588 Guru Tetap Yayasan,
dan 1.736 Guru Tidak Tetap Murni.

~l

4. SLTP terdapat 9.832 sekolah, 77.239 rombongan belajar dan 174.050

guru yang terdiri dari 15.075 Guru PNS-DPk,

81.755 Guru Tetap

Yayasan, 74.011 Guru Tidak Tetap Murni dan 3.209 Guru Tidak Tetap
PNS.

5. SMU terdapat 4.699 sekolah, 32.749 rombongan belajar dan 106.042

guru yang terdiri dari 8.594 Guru PNS-DPk,

33.428 Guru Tetar

Yayasan, 59.878 Guru Tidak Tetap murni dan 4.143 GTT PNS
2. SMK terdapat 4.534 sekolah, 42.754 rombongan belajar dan 111.486
guru yang terdiri dari 5.581 Guru PNS-DPk,

24.706

Guru Tetac

Yayasan, 73.851 Guru Tidak Tetap Murni dan 7.618 Guru Tidak Tetac
PNS.

Gambaran keadaan guru_sekoJah_swasia iaaik TK, SD. SLTP. SMU
dan SMK di Indonesia saat ini secara rinci dapat dilihat daiam tabel 1.2
berikut ini:

Tabel 1. 2

Jumlah Keadaan Guru Sekolah Swasta

Satuan
Pendidikan

Sekolah

1

TK

42.677

83.331

2

SD

9.861

82.966

3

SLB

-

-

4

SLTP

9.832

77.239

5

SMU

4.699

6

SMK

4.534

7

JUMLAH

No

j 71.593

Rombel

PNS-Dpk

Guru

GTT

GTT

Jur-an

Tetap
Yayasan

! Murrs

1.52

54.767

149.077 M76,

20.121

59.355

: 36.5S4 ; 1.347 ; 11" 324

2.588

| 1.763

-

i 4.224

15.075

81.755

: 74.011

3.20S

; 174.050

32.749

8.594

33.428

: 59.878

4.143

I 106 043

42.754

5.581

24.706

173.851

: 7.618

i 111 486

319.039

50.523

256.599

-

(Sumber.Dittendik. Ditjen Dikdasmen.Depdiknas, 2002)

295 147

; PNS

105 172

16.493 ; 61S.3S9

Kemudian jumlah guru tidak tetap (GTT) pada sekolah negeri dan
swasta untuk tahun 2002 terdapat 427.903 orang GTT, yang tersebar
pada berbagai satuan pendidikan sebagai berikut:

1. TK, jumlah GTT adalah 49.383 orang terdiri atas 306 di sekolah negeri
dan 49.077 orang di sekolah swasta.

2. SD, jumlah GTT adalah 82.359 orang terdiri atas 45.765 di sekolah
negeri dan 36.594 orang di sekolah swasta.

3. SLB, jumlah GTT adalah 1.808 orang terdiri atas 72 di sekolah negeri
dan 1.736 orang di sekolah swasta.

4. SLTP, jumlah GTT adalah 127.157 orang terdiri atas 53.146 di sekolah
negeri dan 74.011 orang di sekolahswasta.

5. SMU, jumlah GTT adalah 84.337 orang terdiri atas 24.459 di sekolah
negeri dan 59.878 orang di sekolah swasta.

6. SMK jumlah GTT adalah 82.859 orang terdiri atas 9.008 di sekolah
negeri dan 73.851 orang di sekolah swasta.
Untuk melihat secara lebih jelas keadaan GTT baik negeri maupun

swasta yang ada di Indonesia saat ini dapat dilihat daiam tabel 1.3 di
bawah ini:

Tabel 1. 3

Jumlah GTT Sekolah Negeri dan Swasta

No.

Satuan

GTT pada

GTT pada

Sekolah Negeri

Sekolah Swasta

Jumlah

1.

TK

306

49.0 77

4:9.333

2.

SD

4=3. 765

36.594

82.359
I.8O8

3.

SLB

72

1.73 6

•4.

SLTP

53.146

74.011

127.157

5.

SA4U

24.459

59.3 78

84.337

6.

ShAK

9. 008

73.351

82.859

fimrlah

132.756

235.147

427.903

(Sumber.Dittendik. Ditjen Dikdasmen.Depdiknas, 2002)

Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa jumlah guru yang
ada pada saat ini sangat jauh dari cukup, walaupun ditambah dengan
jumlah GTT yang ada itu belum bisa menutupi kekurangan gum saat ini
apa lagi jika dikaitkan dengan masalah ketidak merataanya persebaran
guru.

Di Kabupaten Banyuasin sendiri pada tahun 2004 ini memiliki 581

sekolah, 4856 rombongan belajar, dan 194.280 siswa yang terdiri dari
181.960 siswa sekolah negeri dan 12.320 siswa pada sekolah swasta
untuk semua jenjang pendidikan.

Jumlah guru adalah 6.459 gum yang terdiri dari 5.809 guru pada
sekolah negeri dan 650 untuk guru pada sekolah swasta, yang terdiri dari
gum PNS, Guru Tidak Tetap (GTT), dan Gum Bantu baik SD, SLTP, SMA

maupun SMK dengan rincian jenjang pendidikan sebagai berikut:

TK belum ada sekolah negeri.

1 SD terdapat 448 sekolah dengan 4149 rombongan belajar, 165.960
siswa, 4115 gum PNS, 247 GTT dan 515 Gum Bantu.

c. SMP terdapat 31 sekolah dengan 293 rombongan belajar, 11.700
siswa 464 gum PNS, 144 GTT dan 78 Guru Bantu.

d. SMA terdapat 11 sekolah dengan 89 rombongan belajar, 3560 siswa,
158 guru PNS, 51 GTT dan 37 Guru Bantu.
e. SMK belum ada sekolah negeri.

Untuk melihat gambaran keadaan sekolah negeri yang ada di

Kabupaten Banyuasin dapat dilihat daiam tabel 1.4 sebagai berikut:
Tabel 1.4

Keadaan Sekolah Negeri di Kabupaten Banyuasin
NC | Jenjang

|

Jumlah

Sekolah

Pendidikan

:

j

Rombongan
Belajar

Jumlah
Siswa

!

Jumlah

j Jumlah |

GTT j

Guru PNS I

TK

1

Jumlah

Guru

Guru

Bantu

i
—^

Jumlah

i

-

""

4149

165.960

4115

247

515

4877

2

SD

448
31

293

11.720

464

78

686

SMP

144

3

11

89

3.560

158

51

246

SMA

37

4

5

SMK

442

630

5809

Jumlah

-

.

-

490

-

4531"

181.960

4.737

I

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin 2004.

Sedangkan keadaan sekolah swasta yang ada di Kabupaten

Banyuasin berdasarkan jenjang pendidikan adalah sebagai berikut:
a. TK terdapat 26 sekolah swasta dengan 26 rombongan belajar dan 5
Gum Bantu. Sedangkan jumlah gum PNS dan GTT belum terdata.

b. SD terdapat 8 sekolah, 48 rombongan belajar, 1920 siswa, dan 247
Gum Bantu.

c. SMP berjumlah 36 sekolah, 159 rombongan belajar, 3 orang gum
PNS, 535 GTT dan 26 Guru Bantu.

d. SMA berjumlah 16 sekolah yang terdiri dari 75 rombongan belajar
3000 siswa dan 15 Guru Bantu.

e. SMK terdapat 5 sekolah yang terdiri dari 18 rombongan belajar, 720
siswa satu orang gum PNS dan 65 GTT.

Untuk melihat gambaran keadaan sekolah swasta yang ada di
Kabupaten Banyuasin secara rinci dapat dilihat daiam tabel 1.5 berikut:
Tabel 1.5

Keadaan Sekolah Swasta di Kabupaten Banyuasin

Jenjang

Jumlah

Rombongan

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Pendidikan

Sekolah

Belajar

Siswa

Guru

GTT

Guru

Guru

1

TK

26

26

1040

2

SD

8

48

1920

3

SMP

36

159

6360

4

SMA

16

75

3000

NO

PNS

Bantu

-

-

-

-

535

3
-

\
5

SMK

5

1.8

720

1

65

Jumlah

91

326

12.320

4

600

5
-

5
-

26

564

15

15

-

46

66
650

Sumber: Dina? Pendidikan Kabupaten Banyuasin 2004

Berdasarkan kedua tabel tersebut terlihat jelas bahwa di Kabupaten

Banyuasin masih mengalami kekurangan gum. Guru yang tersedia hanya
berjumlah 6.459 orang padahal jumlah gum yang dibutuhkan adalah
11.333 orang. Jadi Kabupaten Banyuasin masih kekurangan kurang lebih

10

forang, walau pun telah di tambah dengan Gum Bantu yang
^fruSSiqamlah 676 orang.
Khusus untuk sekolah Menengah Atas, jumlah kebutuhan gum

sehamsnya 383 orang baik negeri ataupun swasta. Untuk sekolah swasta

sehamsnya tersedia 175 orang gum namun pada kenyataanya sekolah
swasta belum mempunyai guru tetap, mereka hanya menggantungkan

proses belajar mengajar pada guru PNS yang mengajar di sekolah negeri.
Hal ini diperparah dengan hanya disediakan 15 orang Guru Bantu pada
sekolah swasta.

Pada sekolah negeri, sehamsnya jumlah gum yang tersedia telah
mencukupi, namun karena tidak meratanya persebaran gum, yang
diakibatkan oleh menumpuknya gum, khususnya gum yang berstatus

PNS di sekolah yang berada di pinggiran kota maka untuk daerah

terpencil seperti kecamatan Muara Padang, Kecamatan Telang Jaya,
Kecamatan Makarti Jaya dan Kecamatan Pulau Rimau sangat kekurangan
gum.

Dengan disadarinya bahwa gum merupakan faktor sentral daiam

proses belajar mengajar, maka kecukupan gum serta terpenuhinya syarat
kualifikasi gum mempakan pematian utama Pemerintah Pusat saat ini
khususnya Departemen Pendidikan Nasional. Dilain pihak daiam kurun
waktu lima tahun terakhir usulan formasi untuk memenuhi kecukupan gum

belum dapat terpenuhi. Rata-rata usulan kebutuhan gum bam dapat

dipenuhi kurang lebih 20% daiam bentuk formasi untuk diangkat sebagai

11

PNS. Ini berarti Pemerintah Pusat belum mampu mengangkat PNS guru
secara memadai. Apalagi dengan diberiakukannya otonomi daerah
sekarang

ini,

Pemerintah

Provinsi/Kota/Kabupaten

mengangkat gum bam sebagai Pegawai Daerah.
dikemukakan adalah

belum

mampu

Alasan yang sering

tidak cukupnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)

untuk menambah jumlah guru

khususnya yang

berstatus PNS.

Sementara itu tuntutan pedidikan di lapangan memerlukan tambahan

jumlah guru yang tidak sedikit.
Untuk mengatasi kekurangan guru tersebut, pemerintah daiam
jangka

pendek

mengupayakan

rekrutmen

gum

pengadaan Gum Bantu dengan Keputusan Mentri

melalui

program

Pendidikan Nasional

Republik Indonesia No. 034/U/2003 tentang Gum Bantu, yang dilakukan
melalui

ikatan

kerja

dengan

sistem

kontrak,

yang

jangka

waktu

pelaksanaanya adalah (tiga) tahun terhitung mulai tahun 2003 sampai
dengan 2005.

Gum Bantu adalah guru bukan pegawai negeri yang berkedudukan
sebagai Pegawai Departemen Pendidikan Nasional yang ditugaskan

secara penuh pada sekolah ( Kepmendiknas No 034/U/2003).
Program

Guru

Bantu

ini

secara

umum

bertujuan

untuk

menanggulangi kekurangan jumlah guru Taman Kanak-Kanak (TK),

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP),

Sekolah Menengah

Menengah Kejuman (SMK).

Umum

(SMU),

dan

Sekolah

12

Berdasarkan tujuan tersebut diharapkan manfaat yang diperoleh

dari pengadaan Gum Bantu adalah: Meningkatkan kegiatan belajar
mengajar (KBM) secara efektif dan efisien; Meningkatkan mutu pendidikan
secara nasional; Menghindari kesenjangan mutu pendidikan antar daerah.

Sedangkan sasaran program Gum Bantu adalah Guru Tidak Tetap

(baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta) dan lulusan LPTK bam
yang memenuhi kriteria yang ditentukan.

Kebijakan pengadaan Guru Bantu

mempunyai sisi positif dan

negatif. Sisi positifnya antara lain; 1) pemerintah dapat memenuhi jumlah
kekurangan gum di berbagai kota/kabupaten, 2) memberikan peluang

bagi lulusan LPTK yang masih menganggur, dan 3) memungkinan
terseleksinya guru yang benar-benar 'berkualitas' daiam arti mengurangi
kemungkinan terjadinya kompsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Sedangkan dampak negatifnya antara lain; dengan statusnya

menjadi gum kontrak dengan imbalan yang relatif kecil, kalau tidak mau
dikatakan tidak memenuhi upah minimum regional (UMR), dengan tugas

dan kewajiban yang sama dengan guru tetap/Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dikhawatirkan proses belajar mengajar yang dilakukan tidak maksimal,
atau malah dapat dikatakan gum bantu tidak "lilo"( ikhlas) terhadap apa

yang dikerjakan, yang berakibat pada kualitas pelayanan kepada siswa
tidak maksimal.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Yardi (2003:4) mengungkapkan
bahwa:

13

Bagaimanapun kebijakan yang dibuat tidak akan luput dari baik
bumknya. Begitu juga terhadap kebijakan pengadaan Guru Bantu
ada beberapa nilai positif; 1) terbukanya kesempatan bagi calon
guru., 2) terseleksinya guru yang berkualitas., 3) tertutupinya
kekurangan gum disekolah-sekolah yang selama ini kurang.
Sedangkan nilai negatifnya antara lain; 1) dikhawatirkan pengajaran
yang diberikan tidak berkualitas dan tidak mencapai sasaran., 2)
dikhawatirkan Guru Bantu mencari rpekerjaan lain yang lebih
menjanjikan buat kehidupan mereka. Hal ini bisa saja terjadi karena
tidak adanya jaminan masa depan yang lebih baik bagi mereka
untuk diangkat menjadi PNS setelah kontrakan berakhir., 3) secara
psikologis bisa saja Guru Bantu akan merasa minder terhadap guru
lainya yang merupakan PNS.
Dari paparan diatas nampak jelas bahwa baik nilai positif maupun
negatif dari pengangkatan Gum Bantu akan berdampak langsung ataupun
tidak langsung terhadap peserta didik, kualitas belajar mengajar, dan
secara umum pada kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu,

pengelolaan Guru Bantu hams benar-benar dilakukan secara seksama,
agar proses belajar mengajar (PBM) tidak terganggu dan guru dapat

melakukan tugas dan kewajibanya secara professional.
Kenyataan di lapangan mengatakan lain, pengelolaan Guru Bantu

belum dilakukan secara maksimal, hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya masalah-masalah yang timbul, mulai dari perencanaanya,
perekmtan, penempatan, pembinaan, dan juga kompensasinya.
Perencanaan gum bantu selama ini belum dapat memenuhi apa
yang sebenamya dibutuhkan oleh sekolah. Hal tersebut terbukti dengan

masih menumpuknya jumlah yum pada sekolah-sekolah tertentu dan

pada mata pelajaran tertentu. Misalnya masih terkonsentrasinya Gum
Bantu yang drtempatkan di sekolah yang telah memiliki jumlah guru tetap

14

(PNS) yang mencukupi padahal di beberapa sekolah yang berada di
daerah terpencil/daerah pedalaman sangat sedikit sekali jumlah gurunya.
Ini menunjukan bahwa perencanaan perekrutan dan penempatan gum
bantu dilakukan tanpa melakukan proyeksi teriebih dahulu mengenai jenis
Guru Bantu yang dibutuhkan, mata pelajaran apa, dan disekolah mana
yang benar-benar membutuhkan gum bantu tersebut.
Dilihat oari pembinaanya Gum Bantu sedikit sekali mendapatkan

pembinaan baik dari sekolah ataupun dari pemerintah. Pembinaan yang
dimaksud ialah pembinaan mengenai proses belajar mengajar ataupun

pembinaan karir mereka selanjutnya yang sangat tidak jelas.
Kemudian mengenai kompensasi/tingkat kesejahteraan mereka

baik dari segi bentuk dan jenis kompensasi yang mereka terima, jumlah

kompensasi Q\ka berupa uang) dan non uang dengan tugas dan
kewajiban yang relatif sama dengan gum tetap (PNS) apakah ini dapat
dikatakan adil. Selain itu mekanisme pemberian kompensasi yang masih

membingungkan dan pembayaran kompensasi yang tidak tepat waktu
serta masih seringnya dilakukan pemotongan-pemotongan gaji yang
sangat tidak jelas tujuan dan manfaatnya.

Padahal kita ketahui bersama bahwa imbalan, terutama gaji adalah

salah satu faktor penentu kinerja pegawai termasuk gum. Besar kecilnya

kompensasi yang diterima mempakan salah satu faktor penentu daiam
meningkatkan prestasi kerja. Makin tinggi kompensasi (imbalan), makin

15

tinggi kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta makin kecil
tindakan indisipliner (Supriyadi, 1999:43-44).
Berdasarkan paparan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti
mengenai pengelolaan kompensasi bagi Gum Bantu pada Sekolah
Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin. Penulis mencoba
mengekspolasi bentuk dan jenis kompensasi yang mereka terima (selain
honorium sebesar Rp.460.000), sumber kompensasi untuk Guru Bantu,
mekanisme pemberian kompensasinya, masalah-masalah yang dihadapi

daiam pengeloiaan kompensasi, serta bagaimana kinerja Guru Bantu itu
sendiri.

Mengingat 40 % kondisi pendidikan di Kabupaten Banyuasin masih

tertinggal

maka

pengelolaan

Gum

Bantu,

khususnya

pengelolaan

kompensasinya hams benar-benar 'dimanage' dengan baik agar sumber

daya manusia di Kabupaten Banyuasin tidak tertinggal dengan kabupatenkabupaten lainya di Indonesia.

B. Fokus Penelitian

Keberhasilan pembangunan pendidikan ditentukan oleh kualitas
gum sebagai pelaksana pendidikan dilapangan. Oleh karena itu, gum

merupakan tulang punggung keberhasilan program pendidikan. Tanpa

adanya gum yang cakap dan professional, program-program pendidikan
yang dibangun

diatas

konsep-konsep yang cerdas dan dirancang

dengan telitipun tidak akan dapat berhasil.

16

Kondisi di lapangan menunjukan bahwa jumlah gum yang ada

pada saat ini sangat tidak sebanding dengan jumlah murid yang ada.
Dilain pihak, dana untuk mengangkat gum tetap (PNS) sangat tidak
mencukupi, maka pemerintah membuat suatu kebijakan mengangkat Guru
Bantu.

Kebijakan apapun yang di keluarkan pemerintah pasti mengandung
resiko, walaupun tujuan dikeluarkanya kebijakan tersebut demi kemajuan
dan peningkatan kualitas hidup manusia. Begitu juga keputusan

pengadaan Guru Bantu daiam pelaksanaanya banyak terjadi masalahmasalah, baik itu dari segi perencanaan, pengadaan (perekrutan dan

seleksi), penemoatan, orientasi dan pelatihan, pengembangan karir,
penilaian kinerja, kompensasi serta pemutusan hubungan kerja.
Kompensasi

merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi kualitas kinerja dan profesionalisme gum termasuk Guru
Bantu, dan pada akhimya ini akan dapat mempengaruhi mutu pendidikan
kita. Masalah-masalah yang dihadapi oleh Guru Bantu mengenai

kompensasi sangat kompleks, mulai dari bentuk dan jenis kompensasi

yang masih tidak jelas dan jumlahnya yang sangat minim,
metode/mekanisme pemberian kompensasinya, serta tingkat kelayakan

kompensasi yang mereka terima. Masalah-masalah tersebut muncul dapat
diakibatkan oleh lemahnya kemampuan pengelolaan kompensasi Gum
Bantu itu sendiri. Berdasarkan paparan di atas, maka fokus dari penilrtian

ini adalah bagaimana pengelolaan kompensasi bagi Gum Bantu pada

17

Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabuapten Banyuasin Propinsi
Sumatera Selatan.

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun

fokus

daiam

penelitian

ini adalah:

"Bagaimanakah

pengelolaan kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menegah Atas Negeri
di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan?"

Untuk mengetahui proses pengelolaan kompensasi bagi Guru
Bantu di Kabupaten Banyuasin, maka penulis merumuskan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bentuk dan jenis kompensasi apakah yang diterima oleh Guru Bantu
pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan?

2. Darimanakah

sumber

kompensasi

Gum

Bantu

pada

Sekolah

Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan?

3. Bagaimana prosedur/mekanisme pemberian kompensasi Gum Bantu

pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan?

4. Kendala-kendala

apasaja

yang

dihadapi

daiam

pengelolaan

kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di
Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan?

18

5. Bagaimanakah kinerja Guru Bantu pada Sekolah Menengah Atas
Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan kondisi yang diharapkan setelah

proses penelitian selesai dilaksanakan. Tujuan penelitian akan menjadi
pedoman atau pegangan selama proses penelitian beriangsung. Adapun
tujuan penelitian ini adalah:
1.

Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang pengelolaan kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah
Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan daiam
upaya meningkatkan mutu pendidikan.
2.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperoleh
gambaran mengenai:

a. Bentuk kompensasi yang diterima Gum Bantu pada Sekolah
Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan.

b. Sumber kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri
di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

c. Prosedur/mekanisme pemberian kompensasi Guru Bantu pada
Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi
Sumatera Selatan.

d. Kendala-kendala yang dihadapi daiam pengelolaan kompensasi Gum
Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan.

e. Kinerja Gum

Bantu

pada Sekolah

Menengah Atas

Negeri di

Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

E. Manfaat Penelitian

1). Segi Teori

Secara teoritis, dengan adanya penelitian ini, insyaAlllah akan

bermanfaat bagi pengelolaan pendidikan, memperkaya kajian keiimuan
serta pengembangan konsep tentang pengelolaan sumber daya manusia,
terutama pengelolaaan tenaga kependidikan, khususnya pengelolaan
kompensasi Gum Bantu.
2). Segi Praktek

Secara praktek, penelitian ini akan memberikan gambaran umum
kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin,
khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatra
Selatan mengenai realita pengelolaan kompensasi Gum Bantu, yang
akhimya akan dijadikan bahan masukan dan koreksi ataupun sebagai

20

bahan

pertimbangan daiam pembuatan kebijakan pengelolaan

kompensasi Gum Bantu pada tahun-tahun berikutnya.

F. Paradigma Penelitian

Menumt Bogdan dan Bicklen (Moleong, 2002:30) 'paradigma
adalah

kumpulan

longgar dari

sesjumlah asumsi yang dipeggang

bersama konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan

penelitian.' Hampir sejalan dengan pendapat tersebut Sugiyono (2001:25)
menjelaskan bahwa:

Paradigma adalah pandangan atau model, atau pola yang

dapat menjabarkan berbagai hal yang akan diteliti kemudian
membuat hubungan antara satu dengan yang lain, sehingga akan
mudah dimmuskan masalah penelitianya, pemilihan teori yang

relevan rumusan hipotesis yang diajukan, metoda strategi

penelitian, instrumen penelitian, teknik analisa yang akan

digunakan serta kesimpulan yang diharapkan.

Dari ketiga pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

paradigma penelitian merupakan cara pandang seseorang daiam
menghadapi suatu masalah. Adapun paradigma daiam penelitian ini dapat
digambarkan daiam bagan 1.1.

Berdasarkan bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa kebijakan

pengadaan Gum Bantu sebenamya lahir dari kondisi dimana kebutuhan
gum semakin meningkat tiap tahunnya seiring dengan bertambahnya
jumlah peserta didik yang tidak diimbangi dengan pengadaan gum secara

proporsional. Selain rtu saat ini Pemerintah Pusat tidak punya dana untuk

mengangkat PNS gum. Apalagi dengan diberlakukanya otonomi

saat ini, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota belum mampu mengaruf
gum sebagai pegawai daerah dengan alasan tidak cukupnya Pendapatan
Asli Daerah (PAD).

Oleh

karena

itu akhirnya

kebijakan untuk merekmt Gum

Pemerintah

Pusat mengeluarkan

Bantu dengan SK Mendiknas no

034/U/2003 tentang Gum Bantu.

Jika hal tersebut dikaitkan dengan administrasi pendidikan, teori

manajemen sumber daya manusia, khususnya mengenai kompensasi,
maka timbul kegelisahan yang timbul daiam diri penulis mengenai
fenomena di lapangan yaitu bentuk dan jenis kompensasi apa saja yang
diterima

Guru

kompensasi,

Bantu

selain gaji 460.000

prosedur/mekanisme

pemberian

Ribu

Rupiah,

kompensasi,

sumber
kendala-

kendala yang dihadapi daiam pengelolaan kompensasi tersebut dan
bagaimana kinerja Gum Bantu.

Setelah penelitian dilakukan dan menganalisis temuan-temuan
kemudian penulis memberikan sumbang saran berdasarkan hasil analisis

data kepada

pihak-pihak yang

terkait yaitu pengambil

kebijakan

(Pemerintah Pusat, Dinas Pendidikan Nasional), Pemerintah Kabupaten
Banyuasin, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin, Sekolah

(kepala Sekolah), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan lain
sebagainya untuk dijadikan bahan

pertimbangan daiam

membuat

kebijakan pengelolaan tenaga kependidikan. khususnya guru/Gum Bantu.

?2

Bagan 1.1
Paradigma Penelitian
Kondisi Empirik

Kekurangan guru

Pemerintah Pusat/Daerah tidak memiliki dana untuk mengangkat PNS
guru

Banyaknya Lulusan LPTK yang menganggur

Kebijakan Pemerintah untuk
mengangkat Guru Bantu (SK

Proses

Teori MSDM Khususnya Teori

Kompensasi

Mendiknas No 034/U/2003)

Keaelisahan/Masalah

1.

Bentuk dan jenis kompensasi

2.
3.
4.

Sumber kompensasi
Mekanisme kompensasi
Kendala-kendala pengelolaan
kompensasi
Kinerja Guru Bantu

5.

Saran Penulis

Feedback

Embrio

pemikiran

G. Asumsi

Penelitian ini dilakukan dengan bertitik tolak dari asumsi-asumsi
sebagai berikut:

t- Pengelolaan tenaga kependidikan, khususnya pengelolaan gum
bantu periu dilakukan dengan seksama karena guru merupakan
ujung tombak dari pelaksanaan program pendidikan.

2. Pengelolaan tenaga kependidikan mencakup berbagai fungsi
antara

lain perencanaan,

rekmrtmen,

pengembangan karir, dan kompensasi.

seleksi,

penempatan,

23

3.

Kompensasi mempakan salah satu elemen terpenting yang hams

diperhitungkan daiam pengelolaan tenaga kependidikan, karena
tanpa adanya manajemen kompensasi yang baik bagi tenaga
kependidikan (Guru Bantu) maka pendidikan secara umum dan
proses belajar mengajar secara khusus tidak akan dapat berjalan.
4. Jika pengelolaan kompensasi Guru Bantu dilakukan dengan baik
maka gum akan menampakan kinerja yang optimal karena selumh

kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Dengan demikian tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai dan
mutu pendidikan kita akan semakin membaik kondisinya.

H. Definisi Operasional

1. Pengelolaan

Menurut Sutisna (Tim Dosen Administrasi Pendidikan, 2002:1)

bahwa kata pengelolaan sebenamya memiliki makna yang sama dengan
istilah manajemen. Sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan
administrasi.

Sedangkan pengertian administrasi adalah keseluruhan proses
dengan sumber-sumber manusia dan materil yang cocok dibuat tersedia
dan efektif bagi pencapaian maksud organisasi secara efisien, ini

dijalankan melalui upaya-upaya bersama dengan orang-orang (Sutisna,
1983:19).

24

Senada dengan pengertian diatas, Fattah (1999:1) menyatakan
bahwa

manajemen

diartikan

sebagai

"proses

merencana,

mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan
segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan
efisien".

Oleh karena itu pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai

proses untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi segala
kegiatan agar tujuan organisasi dapat tercapai.

Pengelolaan daiam konteks penelitian ini berarti bagaimana proses

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi/pengawasan kompensasi Gum
Bantu dilaksanakan.

2). Kompensasi

Menurut Mondey and Noe (Marwansyah dan Mukaram,2000:127)
bahwa kompensasi yaitu setiap bentuk imbalan yang diperoleh seseorang
sebagai balasan atas kontribusinya terhadap organisasi.
Kompensasi daiam penelitian ini foerartj semua bentuk imbalan

yang ditsrima oleh Gum Bantu baik yang bersifat moneter ataupun non
moneter.

3). Gum Bantu.
Menurut Keputusan mentri Pendidikan Nasional No 034/U/2003

tentang Gum Bantu, yang dimaksud dengan Gum Bantu adalah "gum

25

bukan pegawai negeri yang berkedudukan sebagai pegawai Departemen
Pendidikan Nasional yang ditugaskan secara penuh pada sekolah."

Gum Bantu daiam penelitian ini adalah gum bukan pegawai negeri
yang berkedudukan sebagai Pegawai Departemen Pendidikan Kebupaten
Banyuasin Propinsi Sumatra Selatan.

f

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

Suatu

penelitian

akan

berhasil

dengan

baik

dan

dapat

dipertanggung jawabkan jika daiam proses penelrtianya menggunakan
metode yang tepat. Oleh karena itu pada bab ini akan memaparkan
secara bertumt-turut tentang: metode penelitian,

lokasi dan subjek

penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian. pelaksanaan
penelitian, teknik analisa data penelitian, dan teknik keabsahan data
penelitian.
A. Metode penelitian

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk rnendeskripsikan mengenai pengelolaan

kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten
Banyuasin Propinsi Sumatra Selatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut

maka penulis menggunakan metode deskriptif-analitis dengan pendekatan
kualitatif.

Winamo Surachmad (1988:19) menjelaskan bahwa:

Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang
ada pada masa sekarang. Ini berarti bahwa penelitian deskriptif
digunakan untuk menggambarkan fenomena yang sebenamya di
lapangan saat ini untuk mencarikan jalan keluar dari permasalahan
tersebut.

Begitu pula daiam penelitian ini, penulis melakukan penelrtian
deskriptif untuk menggambarkan fenomena yang sebenamya menegenai

82

pengelolaan kompensasi Guru Bantu pada Sekolah Menengah Atas
Negeri yang ada di Kabupaten Banyuasin, untuk menganalisisnya,
mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dan mencarikan jalan
keluar dari permasalahan tersebut.

Sedangkan pendekatan yang digunakan daiam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif yang berarti bahwa penelitian ini dilakukan daiam
kondisi objek yang alami. Seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan

Bicklen (1982:31) bahwa "pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk
meneliti kondisi objek yang alami." Kemudian Kirk dan Miller (Moleong ,
2002:3) mendefinisikan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah

tradisi

tertentu daiam

ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia daiam kawasanya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut daiam bahasanya dan
daiam peristiiahannya.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

daiam penelitian kualitatif manusialah sebagai instmmen utama penelitian

yang menghasilkan date deskriptif tentang suatu objek secaraalami.
Guba dan Lincoln (Alwasilah, 2002:104-107) memaparkan empat
belas karakteristik penelitian kualitatif, antara lain:

(1). Latar alamiah. Secara ontologis suatu objek mesti dilihat daiam
konteksnya yang alamiah, dan pemisahan anasir-anasimya akan
mengurangi derajat keutuhan dan makna kesatuan objek itu, sebab
makna objek itu tidak identik dengan jumlah keselumhan bagianbagian tadi.

83

(2). Manusia sebagai instrumen. Cakupan teritorial penelrtian yang
luas itu mempertontonkan interaksi saling mempengamhi dengan

tingkaten yang berbeda. Instmmen konvensional yang a priori yang
dipersiapakan teriebih dahulu oleh peneliti atau pelaksana tidak
akan sanggup beradaptasi secara fleksibel dengan realitas yang
bermacam ragam tersebut. Hanya manusialah yang akan sanggup

menyesuaikan diri dan berinteraksi secara tuntas dengan fenomena
yang sedang dipelajari.

(3).

Pemanfaatan

pengetahuan

non-proposisional.

Peneliti

naturalistis melegitimasi penggunaan intuisi, perasaan, firasat, dan

pengetahuan lain yang tidak terbahasakan (tacit knowledge) selain
pengetahuan

proposional

(propositional

knowledge)

karena

pengetahuan yang tidak terbahasakan banyak dipergunakan daiam
proses interaksi antara peneliti dan responden.
juga

Pengetahuan itu

banyak diperoleh dari responden utama sewaktu penelitian

'mengintip' nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang tersembunyi (tak
terbahasakan) pada responden.

(4).

Metode-metode kualitatif. Peneliti kualitatif memilih metode-metode
kualitatif

karena

metode-metode

inilah

yang

lebih

mudah

diadaptasikan dengan realitas yang beragam dan saling berinteraksi.
Mereka juga lebih sensrtif terhadap segala aspek dan perubahan
yang saling mempengamhi yang bakal dihadapi peneliti.

84

(5). Sampel purposif. Pemilihan sample secara purposif ateu teoritisbukanya acak atau representative-disebabkan peneliti ingin

meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari demi
mendapatkan realitas yang berbagai-bagai, sehingga segala
penemuan akan terlandaskan secara lebih mantap karena
prosesnya melibatkan kondisi dan nilai lokal yang semuanya saling
mempengaruhi.

(6). Analisis data secara induktif. Metode induktif dipilih ketimbang
metode deduktif karena metode ini lebih memungkinkan peneliti

mengidentifikasi realitas yang berbagai-bagai dilapangan, membuat
interaksi antara peneliti dan responden lebih eksplisit, nampak dan
mudah dilakukan, dan memungkinkan identifikasi aspek-aspek yang
saling mempengamhi.

(7). Teori dilandaskan pada data di lapangan. Para peneliti naturalistis
mencari teori yang muncul dari date. Mereka tidak berangkat dari

teori a priori karena teori ini tidak akan mampu menjelaskan
berbagai temuan (realitas dan nilai yang bakal dihadapi dilapangan.

" Mereka percaya bahwa kebenaran seyogianya teriihat dan teralami
sendiri bersama responden dilapangan. Yang mereka cari adalah
pengertian dan sudut pandang bam.

(8). Desain penelitian mencuat secara alamiah. Para peneliti memilih
desain penelitian muncul, mencuat, mengalir secara bertahap, bukan
dibangun di awal penelitian. Ini tidak masuk akal sebab bagaimana

85

mungkin

desain yang telah dibuat kaku dan bias mewadahi

berbagai realitas yang saling berinteraksi di lapangan. Desain yang
muncul itu justm merupakan akibat

dari fungsi interaksi

antara

peneliti dan responden dan ini memang tidak dapat diprediksi di
awal penelitian.

(9). Hasil

penelitian berdasarkan hasil negoisasi. Para peneliti

naturalistis ingin melakukan negoisasi dengan responden

untuk

memahami makna dan intrepretasi mereka ihwal data

yang

memang didapat dari mereka. Para peneliti melakukan rekonstmksi

terhadap konstmksi responden ihwal realitas, dan ini tentunya
bergantung

pada kualitas

dan intensitas interaksi antara

mengetahui dengan apa yang diketahui.

yang

Responden ada daiam

posisi terbaik untuk memahami dan memberi tafsir akan berbagai
pola nilai setempat.

(10). Cara pelaporan kasus. Gaya pelaporan ini lebih cocok ketimbang
cara pelaporan saintifik yang lazim pada penelitian kuantitetif, sebab
pelaporan kasus lebih mudah diadaptasikan

terhadap deskripsi

realitas di lapangan yang dihadapi para peneliti.
diadaptasi untuk menjelaskan hubungan
responden.

Juga mudah

antara peneliti dengan

Dengan pelaporan ini, peneliti dengan mudah dapat

menggambarkan posisi peneliti,

teori yang dianut,

paradigma

metodologi, dan nilai-nilai kontekstual di seputer fenomena yang
ditelaah.

86

(11). Interpretasi

idiografik:

Data

yang

terkumpul

termasuk

kesimpulannya akan diberi tafsir secara idiografik, yaitu secara
kasus, khusus, dan kontekstual, tidak secara nomotesis, yakni
berdasarkan hukum-hukum generalisasi.

memang

tepat karena

interpretasi

Interpretasi demikian

yang bermakna adalah

interpretasi berdasarkan realitas dan nilai-nilai lokal dan kontekstual.

(12). Aplikasi tentetif: Peneliti naturalistis kurang berminat (ragu-ragu)
untuk membuat klaim-klaim aplikasi besar dari