Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA BATITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS LAREH SAGO HALABAN KABUPATEN 50 KOTA TAHUN 2012

SKRIPSI

RIRIN RAHMALA FEBRI 081000011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA BATITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS LAREH SAGO HALABAN KABUPATEN 50 KOTA TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : RIRIN RAHMALA FEBRI

NIM. 081000011

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 19 Juli 2012 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes

NIP. 19590818 198503 2 002 NIP. 19640404 199203 1 005 Drs. Jemadi, M.Kes

Penguji II Penguji III

drh. Hiswani, M.Kes

NIP. 19650112 199402 2 001 NIP. 19520601 198203 1 003

dr. Heldy BZ, MPH

Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, M.S


(3)

ABSTRAK

Imunisasi campak merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak penting untuk diberikan karena tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB. CFR penyakit campak di Indonesia sebesar 3%. Indikator program imunisasi campak yang digunakan adalah Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi campak 100%.

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai anak batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban. Sampel adalah sebagian ibu yang mempunyai anak batita yang berjumlah 90. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.

Ditemukan proporsi yang tidak imunisasi campak 28,9%. Proporsi ibu berdasarkan umur terbanyak pada umur ≤ 30 tahun yaitu 75,6%, pendidikan SMA 38,9%, ibu rumah tangga 38,9%, paritas ≤ 2 68,9%, pengetahuan baik 68,9%, sikap baik 94,4%, ada efek (demam) 64,4% dan jarak 3-5 km 40%.

Hasil analisis bivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian imunisasi campak yaitu umur ibu (p=0,005; RP=2,649), pendidikan ibu (p=0,000; RP=3,595), paritas (p=0,007; RP=2,583), pengetahuan ibu (p=0,000; RP=4,183). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan ibu adalah variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita.

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Lareh Sago Halaban agar meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya terutama dalam hal promotif dan preventif melalui penyuluhan tentang pentingnya imunisasi agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi.


(4)

ABSTRACT

Measles immunization is a providing immunity in infrants and children by entering the vaccine into the body so that the body makes an anti substance to prevent measles. Measles immunization is very important because the transmissions of this disease is high and can caused of outbreak. CFR of measles in Indonesia is 3%. Immunization indicators used to measure the achievement of healthy Indonesia is the percentage of the village/town achieve Universal Child Immunization (UCI), the immunization coverage of 100%.

This research was an analityc with cross sectional design. The purpose of the research to determine the factors related to the granting of measles immunization on the toddler in the working area Lareh Sago Halaban Primary Health Center 50 Kota district in 2012. The population was all of the mothers who had children the toddler. The sample was a part of the mothers who had children the toddler amounted to 90. Data analysis was done with univariate, bivariate and multivariate.

Found 28,9% of the proportion which not measles immunization. The proportion of mothers according to the age in most age ≤ 30 years 75,6%, high school education 38,9%, housewife 38,9%, parity ≤ 2 68,9%, good knowledge 68,9%, good attitude 94,4%, there was effect (fever) 64,4% and 3-5 km distance was 40%.

There were 4 results analysis of bivariate variables had a significant relation with the granting of measles immunization, mother’s age (p=0,005; RP=2,649), mother’s education (p=0,000; RP=3,595), parity (p=0,007; RP=2,583), mother’s knowledge (p=0,000; RP=4,183). Multivatiate analysis showed that mother’s knowledge was the most dominant variables related to the granting of measles immunization on the toddler.

It is reccomended to the Primary Health Center in order to improve Lareh Sago Halaban healthcare in the working area especially in regards to the promotive and preventive through the counselling about the importance of immunization in order to increase the knowledge of the public about immunization.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ririn Rahmala Febri

Tempat/Tanggal Lahir : Payakumbuh / 20 Februari 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 1 (satu) dari 1(satu) bersaudara

Alamat Rumah : Jrg. Rageh Nagari Bukik Sikumpa Kec. Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota

Riwayat Pendidikan : 1.1996-2002 : SD Negeri No. 40 Balai Malintang 2. 2002-2005 : SMP Negeri 1 Lareh Sago Halaban 3. 2005-2008 : SMA Negeri 1 Payakumbuh 4. 2008-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Zulhasmi dan Ibunda Isnawati yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

4. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penguji Skripsi I yang telah banyak memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak dr. Heldy, B.Z, MPH selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Edi Syahrial, MS selaku dosen Penasehat Akademik.

7. Bapak Budi Margana, SKM selaku Kepala Puskesmas Lareh Sago Halaban beserta staf yang telah membantu penulis selama penelitian.

8. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada Om Edi Samri, Kakanda Virmadona, S.Sos, dan Winda Habibullah, SE beserta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan do’a yang tiada henti.

10.Bripda Aulia Dwi Putra Syahri, terima kasih buat kebersamaan dan kesabaran dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis.

11.Teman-teman peminatan Epidemiologi FKM USU atas semua doa, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

12.Temen-teman FKM 2008, Dinnya, Datul, Riska, Dipo, Ega, Kak Icha dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah melewati hari-hari bersama dalam suka maupun duka selama di FKM USU.

13.Teman-teman IMIB USU, Siska, Ficky, Rozi, Zikri, Adek, Dodi, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah menjadi keluarga bagi penulis, terimah kasih unuk kebersamaan, pengalaman dan semangatnya. Satu pembelajaran bahwa kita tidak akan pernah berlari bersama untuk satu tujuan


(8)

sepanjang waktu, tapi setidaknya kita pernah saling mengenal untuk saling berbagi dalam suka dan duka.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2012

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah... 3

1.3.Tujuan ... 4

1.3.1.Tujuan Umum ... 4

1.3.2.Tujuan Khusus ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Campak ... 6

2.1.1. Pengertian Campak ... 6

2.1.2. Etilogi Campak ... 6

2.1.3. Gejala Campak ... 7

2.1.4. Epidemiologi Campak ... 7

2.1.5. Komplikasi Campak ... 10

2.2. Imunisasi ... 11

2.2.1. Pengertian Imunisasi ... 11

2.2.2. Manfaat Imunisasi ... 12

2.2.3. Macam-macam Imunisasi ... 12

2.2.4. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ... 15

2.3. Vaksin Campak ... 17

2.3.1. Sifat-sifat Vaksin ... 17

2.3.2. Dosis dan Cara Pemberian Imunisasi Campak ... 18

2.4. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan imunisasi Campak Pada Bayi ... 18

2.5. Pencegahan Campak ... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 25

3.2. Definisi Operasional ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 29


(10)

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 29

4.2.2. Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel ... 29

4.3.1. Populasi ... 29

4.3.2. Sampel ... 29

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.4.1. Data Primer ... 31

4.4.2. Data Sekunder ... 31

4.5. Analisa Data ... 31

4.5.1. Analisa Univariat ... 31

4.5.2. Analisa Bivariat ... 32

4.5.3. Analisa Multivariat ... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

5.1.1. Geografi ... 33

5.1.2. Demografi ... 33

5.2. Analisis Univariat ... 34

5.2.1. Imunisasi Campak ... 34

5.2.2. Karakteristik Responden ... 35

5.2.3. Efek Samping Imunisasi ... 36

5.2.4. Jarak ke Pelayanan Kesehatan ... 37

5.3. Analisisi Bivariat ... 37

5.3.1. Hubungan Antara Umur Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 37

5.3.2. Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 38

5.3.3. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 39

5.3.4. Hubungan Antara Paritas dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 40

5.3.5. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 41

5.3.6. Hubungan Antara Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 42

5.3.7. Hubungan Antara Efek Samping Imunisasi yang Diperoleh Sebelum Usia 9 Bulan dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 43

5.3.8. Hubungan Antara Jarak ke Pelayanan Kesehatan dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 44

5.4. Analisis Multivariat ... 45

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Cakupan Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 Bulan) ... 46


(11)

6.2.1. Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 47 6.2.2. Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian

Imunisasi Campak ... 48 6.2.3. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian

Imunisasi Campak ... 50 6.2.4. Hubungan Antara Paritas dengan Pemberian Imunisasi

Campak ... 51 6.2.5. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian

Imunisasi Campak ... 52 6.2.6. Hubungan Antara Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi

Campak ... 54 6.2.7. Hubungan Antara Efek Samping Imunisasi yang

Diperoleh Sebelum Usia 9 Bulan dengan Pemberian

Imunisasi Campak ... 55 6.2.8. Hubungan Antara Jarak ke Pelayanan Kesehatan dengan

Pemberian Imunisasi Campak ... 57 6.3. Analisis Multivariat ... 58 BAB 7 KESIMPULAN

7.1. Kesimpulan ... 59 7.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Jawaban Responden Lampiran 3 : Master data


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Jumlah Jorong dan Jumlah Penduduk di Wilayah kerja

Puskesmas Lareh Sago Halaban Tahun 2011 ... 33 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Umur di Wilayah

Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Tahun 2011 ... 34 Tabel 5.3. Distribusi Sarana dan Prasarana di Wilayah kerja Puskesmas

Lareh Sago Halaban Tahun 2011 ... 34 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35

Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban

Kabupaten 50 Kota Tahun 2012 ... 34 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012 ... 35 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Efek Samping Imunisasi yang Diperoleh

Sebelum Usia 9 Bulan pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50

Kota Tahun 2012 ... 36 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Jarak ke Pelayanan Kesehatan pada Batita

(Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago

Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012 ... 37 Tabel 5.8. Tabulasi Silang antara Umur Ibu dengan Pemberian Imunisasi

Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012 ... 37 Tabel 5.9. Tabulasi Silang antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian

Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota

Tahun 2012 ... 38 Tabel 5.10.Tabulasi Silang antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian

Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota


(13)

Tabel 5.11.Tabulasi Silang antara Paritas dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012 ... 40 Tabel 5.12. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian

Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota

Tahun 2012 ... 41 Tabel 5.13. Tabulasi Silang antara Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi

Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012 ... 42 Tabel 5.14. Tabulasi Silang antara Efek Samping Imunisasi yang Diperoleh

sebelum Usia 9 Bulan dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas

Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012 ... 43 Tabel 5.15. Tabulasi Silang antara Jarak ke Pelayanan Kesehatan dengan

Pemberian Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten

50 Kota Tahun 2012 ... 44 Tabel 5.16.Variabel yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi

Campak Pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban

Kabupaten 50 Kota Tahun 2012 ... 46

Gambar 6.2. Diagram Bar Prevalensi Pemberian Imunisasi Campak Pada Batita (Usia 12-35 Bulan) berdasarkan Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota

Tahun 2012 ... 47 Gambar 6.3. Diagram Bar Prevalensi Pemberian Imunisasi Campak pada

Batita (Usia 12-35 Bulan) Berdasarkan Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50

Kota Tahun 2012 ... 48 Gambar 6.4. Diagram Bar Prevalensi Pemberian Imunisasi Campak pada

Batita (Usia 12-35 Bulan) Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50

Kota Tahun 2012 ... 50 Gambar 6.5. Diagram Bar Prevalensi Pemberian Imunisasi Campak pada

Batita (Usia 12-35 Bulan) Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota

Tahun 2012 ... 51 Gambar 6.6. Diagram Bar Prevalensi Pemberian Imunisasi Campak pada

Batita (Usia 12-35 Bulan) Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50

Kota Tahun 2012 ... 52 Gambar 6.7. Diagram Bar Prevalensi Pemberian Imunisasi Campak pada

Batita (Usia 12-35 Bulan) Berdasarkan Sikap Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota

Tahun 2012 ... 54 Gambar 6.8. Diagram Bar Prevalensi Pemberian Imunisasi Campak pada

Batita (Usia 12-35 Bulan) Berdasarkan Efek Samping Imunisasi yang Diperoleh Sebelum Usia 9 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota


(15)

Gambar 6.9. Diagram Bar Prevalensi Pemberian Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 Bulan) Berdasarkan Jarak ke Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban


(16)

ABSTRAK

Imunisasi campak merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak penting untuk diberikan karena tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB. CFR penyakit campak di Indonesia sebesar 3%. Indikator program imunisasi campak yang digunakan adalah Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi campak 100%.

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai anak batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban. Sampel adalah sebagian ibu yang mempunyai anak batita yang berjumlah 90. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.

Ditemukan proporsi yang tidak imunisasi campak 28,9%. Proporsi ibu berdasarkan umur terbanyak pada umur ≤ 30 tahun yaitu 75,6%, pendidikan SMA 38,9%, ibu rumah tangga 38,9%, paritas ≤ 2 68,9%, pengetahuan baik 68,9%, sikap baik 94,4%, ada efek (demam) 64,4% dan jarak 3-5 km 40%.

Hasil analisis bivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian imunisasi campak yaitu umur ibu (p=0,005; RP=2,649), pendidikan ibu (p=0,000; RP=3,595), paritas (p=0,007; RP=2,583), pengetahuan ibu (p=0,000; RP=4,183). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan ibu adalah variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita.

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Lareh Sago Halaban agar meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya terutama dalam hal promotif dan preventif melalui penyuluhan tentang pentingnya imunisasi agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi.


(17)

ABSTRACT

Measles immunization is a providing immunity in infrants and children by entering the vaccine into the body so that the body makes an anti substance to prevent measles. Measles immunization is very important because the transmissions of this disease is high and can caused of outbreak. CFR of measles in Indonesia is 3%. Immunization indicators used to measure the achievement of healthy Indonesia is the percentage of the village/town achieve Universal Child Immunization (UCI), the immunization coverage of 100%.

This research was an analityc with cross sectional design. The purpose of the research to determine the factors related to the granting of measles immunization on the toddler in the working area Lareh Sago Halaban Primary Health Center 50 Kota district in 2012. The population was all of the mothers who had children the toddler. The sample was a part of the mothers who had children the toddler amounted to 90. Data analysis was done with univariate, bivariate and multivariate.

Found 28,9% of the proportion which not measles immunization. The proportion of mothers according to the age in most age ≤ 30 years 75,6%, high school education 38,9%, housewife 38,9%, parity ≤ 2 68,9%, good knowledge 68,9%, good attitude 94,4%, there was effect (fever) 64,4% and 3-5 km distance was 40%.

There were 4 results analysis of bivariate variables had a significant relation with the granting of measles immunization, mother’s age (p=0,005; RP=2,649), mother’s education (p=0,000; RP=3,595), parity (p=0,007; RP=2,583), mother’s knowledge (p=0,000; RP=4,183). Multivatiate analysis showed that mother’s knowledge was the most dominant variables related to the granting of measles immunization on the toddler.

It is reccomended to the Primary Health Center in order to improve Lareh Sago Halaban healthcare in the working area especially in regards to the promotive and preventive through the counselling about the importance of immunization in order to increase the knowledge of the public about immunization.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud.1 Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup.2

Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan semua rakyat sehat adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan yang berarti setiap upaya program harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat”, yaitu pembangunan kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif) dibandingkan upaya penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.3 Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, paradigma sehat lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya tersebut dilaksanakan melalui program imunisasi.3

Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian Indonesia sehat adalah persentase desa/kelurahan mencapai Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi 100%. Secara nasional, pencapaian UCI


(19)

tingkat desa/kelurahan tahun 2004-2008 fluktuatif. Pencapaian UCI pada tahun 2004 sebesar 69,43%, tahun 2005 sebesar 76,23%, tahun 2006 sebesar 73,26%, tahun 2007 sebesar 71,18% dan tahun 2008 sebesar 74,02%.4

Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini.5 Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian bayi adalah diare, tetanus, campak, difteri, gangguan perinatal dan radang saluran pernapasan bagian bawah.6

Penyakit campak sebagai salah satu penyakit infeksi masih menjadi masalah bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara berkembang lainnya.7 Penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan dapat menimbulkan imunitas dalam periode waktu panjang, tetapi dapat menyebabkan terjadinya penekanan sistem imun disertai peningkatan kerentanan terhadap infeksi lain.8

Kematian campak yang meliputi seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana 177.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Angka insiden campak di Jerman pada tahun 2006 sebesar 5,6 per 100.000 penduduk, Italia sebesar 8,79 per 100.000 penduduk, India sebesar 39,1 per 100.000 penduduk, dan di Malaysia sebesar 2,17 per 100.000 penduduk.9

Indonesia pada saat ini berada di tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Tingkat penularan infeksi campak sangat


(20)

tinggi sehingga sering menimbulkan KLB. CFR penyakit campak di Indonesia sebesar 3%. Jumlah kasus campak pada tahun 2008 di Jawa barat sebanyak 3.424 kasus, Banten sebanyak 1.552 kasus dan Sumatera Barat sebesar 426 kasus. Pada umumnya KLB yang terjadi di beberapa provinsi menunjukkan kasus tertinggi selalu di golongan umur 1-4 tahun.10

Kejadian penyakit campak sangat berkaitan dengan keberhasilan program imunisasi campak. Indikator yang bermakna untuk menilai ukuran kesehatan masyarakat di negara berkembang adalah imunisasi campak. Imunisasi merupakan upaya kesehatan yang terbukti paling efektif. Bila cakupan imunisasi mencapai 90%, maka dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sebesar 80% - 90%.11

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2010, pencapaian UCI sebesar 67,96% dari 3.380 desa/kelurahan.12 Berdasarkan profil Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2011, cakupan imunisasi pada tahun 2010 sebesar 88,14%, namun mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 74,03%.13 Angka tersebut masih jauh dari target UCI.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita (usia 12-35 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.


(21)

1.2.Rumusan Masalah

Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban tahun 2012.

1.3.Tujuan

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.

b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.

d. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.


(22)

e. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.

f. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.

g. Untuk mengetahui hubungan antara efek samping imunisasi yang diperoleh sebelum usia 9 bulan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.

h. Untuk mengetahui hubungan antara jarak ke sarana pelayanan kesehatan terhadap pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.

i. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan terhadap pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Lareh Sago Halaban dan instansi yang terkait dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan imunisasi campak.

1.4.2. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan imunisasi campak.

1.4.3. Sebagai sarana bagi penulis untuk menambah wawasan tentang imunisasi campak.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Campak

2.1.1. Pengertian Campak

Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti demam, batuk, coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan.14

2.1.2. Etiologi Campak14

Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, merupakan virus RNA berserat negatif yang terselubung (ber envelope), anggota genus Morbilivirus, famili Paramyxoviridae. Virus RNA serat negatif mengkode dan mengemas transkriptase sendiri, tetapi mRNA hanya disintesis pada saat virus tidak berselubung berada di dalam sel yang diinfeksi. Replikasi virus terjadi sesudah sintesis mRNA dan sintesis protein virus dalam jumlah banyak.

Virus campak secara alami hanya menginfeksi manusia dan binatang menyusui. Karena dapat merangsang imunitas dalam rentang waktu panjang dan tidak ada tempat virus untuk bersembunyi, maka untuk menjaga agar virus campak tetap ada dalam masyarakat diperlukan individu dalam jumlah besar agar dapat terjadi penularan dari orang ke orang secara terus menerus.


(24)

2.1.3. Gejala Campak15

Penyakit campak mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, merupakan jangka waktu dari mulai mendapat paparan sampai munculnya gejala klinis penyakit. Gejala prodromal pertama penyakit adalah demam, lemas, anoreksia, disertai batuk, pilek, dan konjungtivitis. Gejala prodromal berakhir 2 sampai 3 hari. Selama periode ini, pada mukosa pipi muncul lesi punctat kecil berwarna putih, yang merupakan tanda diagnostik dini penyakit campak yang disebut Kopliks Spots. Koplik menemukan spot kecil dengan ukuran 1-3 mm berwarna merah mengkilat, dan pada titik pusatnya berwarna putih kebiruan.

Gejala prodromal berakhir pada saat munculnya ruam pada kulit. Ruam pada kulit sangat khas berupa makulopapuler, yang muncul pertama kali pada muka dan belakang telinga, selanjutnya menyebar secara sentrifugal ke tubuh dan ekstrimitas. Ruam dikulit mulai menghilang 3-4 hari dari sejak baru muncul. Keterlibatan jaringan limfe secara menyeluruh mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegali ringan, dan apendiksitis. Pada penyakit yang tanpa komplikasi penyembuhan secara klinis segera mulai setelah munculnya ruam pada kulit.

2.1.4. Epidemilogi Campak a. Distribusi dan Frekuensi 1. Menurut Orang

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak-anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau


(25)

belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup.9,14

2. Menurut Tempat

Penyakit campak dapat terjadi dimana saja namun kasusnya lebih sedikit di daerah yang sangat terpencil. Hal ini dikarenakan penduduk pada daerah terpencil jarang melakukan kontak dengan lingkungan luar. Vaksinasi telah menurunkan insiden morbili tetapi upaya eradikasi belum dapat direalisasikan.8,9,14 Di Amerika Serikat pernah ada peningkatan insidensi campak pada tahun 1989-1991. Kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, termasuk anak-anak di bawah umur 15 bulan. Di Afrika dan Asia, campak masih dapat menginfeksi sekitar 30 juta orang setiap tahunnya dengan tingkat kefatalan 900.000 kematian. Berdasarkan data yang dilaporkan ke WHO, terdapat sekitar 1.141 kasus campak di Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar tercatat sebanyak 735 kasus campak pada tahun 2006.9

3. Menurut Waktu

Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara. Sama halnya dengan udara pada musim kemarau di Persia atau Afrika yang memiliki insiden kejadian campak yang relatif tinggi pada musim-musim tersebut. Bagaimanapun, kejadian campak akan meningkat karena kecenderungan manusia untuk berkumpul pada musim-musim yang kurang


(26)

baik tersebut sehingga efek dari iklim menjadi tidak langsung dikarenakan kebiasaan manusia.16

Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.9 b. Determinan

1. Host (Penjamu)

Beberapa faktor host yang meningkatkan risiko terjadinya campak antara lain:

a. Umur

Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan melindungi bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit tersebut akan dimodifikasi oleh tingkat maternal antibodi yang tersisa sampai bagian pertama dari tahun kedua kehidupan. Tetapi, di beberapa populasi, khususnya Afrika, jumlah kasus terjadi secara signifikan pada usia dibawah 1 tahun, dan angka kematian mencapai 42% pada kelompok usia kurang dari 4 tahun. Di luar periode ini, semua umur sepertinya memiliki kerentanan yang sama terhadap infeksi. Umur terkena campak lebih tergantung oleh kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus.17

b. Jenis Kelamin

Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak pada wanita ataupun pria karena penyakit campak dapat menyerang siapa saja.


(27)

Bagaimanapun, titer antibodi wanita secara garis besar lebih tinggi daripada pria. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 kejadian campak lebih banyak terjadi ada anak laki-laki.4 Hal ini disebabkan karena anak laki-laki lebih aktif dibandingkan dengan anak perempuan sehingga lebih sering melakukan kontak dengan lingkungan sekitarnya.

2. Agent

Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota genus Morbilivirus dari famili

Paramyxoviridae.19

3. Lingkungan

Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang dengan cakupan vaksinasi yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada populasi yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil yakni < 400.000 orang.19

Status imunitas populasi merupakan faktor penentu. Penyakit akan meledak jika terdapat akumulasi anak-anak yang suseptibel. Ketika penyakit ini masuk ke dalam komunitas tertutup yang belum pernah mengalami endemi, suatu epidemi akan terjadi dengan cepat dan angka serangan mendekati 100%. Pada tempat dimana jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25%.10

2.1.5. Komplikasi Campak19

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak antara lain:

1. Infeksi bakteri a. Pneumonia


(28)

b. Infeksi telinga tengah

2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit) sehingga penderita mudah mengalami perdarahan.

3. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi 1 dari 1000 – 2000 kasus. 2.2. Imunisasi

2.2.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.3 Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).2

Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak ia terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit.14 Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.11

Tujuan memberikan imunisasi adalah untuk meningkatkan kekebalan anak terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.14


(29)

2.2.2. Manfaat Imunisasi

Imunisasi bermanfaat untuk mencegah epidemi pada generasi yang akan datang. Cakupan imunisasi yang rendah pada generasi sekarang dapat menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi yang akan datang, bahkan dapat menyebabkan epidemi. Sebaliknya jika cakupan imunisasi tinggi, penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi. Hal ini sudah dibuktikan dengan tereradikasinya penyakit cacar.15

2.2.3. Macam-macam Imunisasi2,5 a. Imunisasi Wajib

1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan. Imunisasi BCG diberikan melalui intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis, regionalis, dan reaksi panas.

2. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis adalah sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat


(30)

diberikan pada usia 6 tahun. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan melalui intramuskular.

3. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah 3 kali. Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok.

4. Imunisasi Polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 buln dengan interval pemberian empat minggu. Cara pemberian imunisasi polio melalui oral.


(31)

5. Imunisasi Campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak ini diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini mempunyai efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.5

b. Imunisasi Yang Dianjurkan

1. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Imunisasi ini berguna untuk mencegah penyakit MMR. Measles adalah penyakit campak, Mumps dikenal sebagai gondongan yaitu infeksi virus yang menyebabkan rasa sakit karena peradangan pada kelenjar ludah, dengan komplikasi gangguan saraf dan radang selaput otak/meningitis. Sedangkan rubella (campak Jerman) adalah penyakit infeksi virus yang menimbulkan kemerahan pada kulit disertai demam, dan jika wanita hamil terinfeksi, maka dapat menyebabkan kelainan pada bayi yang dikandungnya.

2. Imunisasi HIB (Hemophilus Influenza tipe B)

Imunisasi ini sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Hemophilus Influenza tipe B yang sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan penyakit radang selaput otak/meningitis, infeksi paru-paru, dan infeksi organ tubuh lainnya. Penyakit ini sering mengenai anak dibawah usia 2 tahun.


(32)

3. Imusisasi Pneumokokus (PCV)

Imunisasi Pneumokokus (Pneumococcal Conjugate Vaccine/PCV) ditujukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus. Penyakit ini paling sering menyerang anak-anak dibawah usia 2 tahun. Penyakit ini dapat menyebabkan radang selaput otak, pneumonia (infeksi paru-paru), bakterimia (infeksi dalam darah), dan infeksi telinga tengah. Imunisasi ini sering juga dikenal sebagai imunisasi IPD (Invasive Pneumoccocal Disease)

4. Imunisasi Influenza

Berguna untuk mencegah penyakit influenza. Imunisasi ini aman diberikan untuk bayi diatas 6 bulan. Virus influenza selalu berubah setiap tahunnya sehingga dianjurkan untuk diberikan setiap tahun.

5. Imunisasi Varisela

Imunisasi varisela adalah vaksin untuk mencegah penyakit cacar air. Suntikan diberikan satu kali dan dapat diberikan pada umur berapa saja, tapi kebanyakan dokter memberikannya pada saat setelah anak berumur 2 tahun. Imunisasi ini dapat memberikan kekebalan pada anak seumur hidup, walaupun anak dapat terinfeksi, biasanya penyakitnya ringan saja.

2.2.4. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga ada hubungannya dengan pemberian imunisasi.2 Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program/teknik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan, dan penyebab tidak diketahui.20


(33)

a. Kesalahan Program/Teknik Pelaksanaan (Programmatic Errors)

Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan dan tata laksana pemberian vaksin.

b. Reaksi Suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung dan harus dicacat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya nyeri sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, mual dan pusing. c. Induksi Vaksin (Reaksi Vaksin)

Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anaflatik sistemik dengan resiko kematian.

d. Faktor Kebetulan (koinsiden)

Kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi. Indikator faktor kebetulan ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapat imunisasi.

e. Penyebab Tidak Diketahui

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut.


(34)

Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/pembengkakan dan indurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel, dan menangis yang berkepanjangan.21

2.3. Vaksin Campak

Imunisasi campak adalah vaksin hidup yang dilemahkan dari galur hidup dengan antigen tunggal yang dibiakkan dalam embrio ayam. Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak, yaitu:8

a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B).

b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan artinya virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium.

2.3.1. Sifat-sifat Vaksin

Seperti virus campak, virus vaksin campak sangat stabil bila disimpan pada suhu antara -70°C dan -20ºC. berdasarkan persyaratan WHO, paparan panas terhadap lyophilized vaksin campak pada suhu 37°C selama satu minggu tidak boleh mengurangi geometric mean titer (GMT) virus melebihi 1 log10. dosis minimum yang harus disuntikkan adalah 1000 unit infeksi. Kehilangan kemampuan vaksin untuk menyusun potensinya kembali sebanyak 50% bila berada pada suhu 20ºC selama 1 jam, dan seluruh potensinya akan hilang bila berada pada suhu 37°C selama 1 jam. Vaksin sangat sensitif terhadap sinar matahari, oleh karena itu ia harus disimpan dalam botol gelas yang berwarna. Disarankan untuk menyimpan vaksin ditempat gelap dengan temperatur 2º-8°C dan harus digunakan dalam waktu 6 jam.9


(35)

2.3.2. Dosis dan Cara Pemberian Imunisasi Campak9 Dosis dan cara pemberian imunisasi campak adalah:

a. Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml.

b. Untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID50 mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.

c. Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskular.

d. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara. Salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi. Imunisasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD.

2.4. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Imunisasi Campak Pada Bayi11

Keberhasilan pemberian imunisasi kepada bayi memerlukan kerjasama dan dukungan dari semua pihak terutama kesadaran ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk membawa bayinya ke fasilitas pelayanan imunisasi, seperti Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik Bersalin, Praktek Dokter atau Bidan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi pada bayi adalah sebagai berikut :

a. Umur Ibu

Umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan umur.17 Berdasarkan hasil


(36)

penelitian Dessy Natalya P (2010) dengan desain cross sectional, didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada anak (p=0,021).22 b. Pendidikan Ibu

Pendidikan orang tua merupakan faktor penting dalam bidang ekonomi, kemasyarakatan, dan mengurus keluarga/rumah tangga, termasuk dalam hal pemberian imunsasi pada anaknya.23 Berdasarkan hasil penelitian Indah Nuraprilyanti (2009) dengan desain cross sectional, didapatkan bahwa pendidikan ibu berhubungan dengan pemberian imunisasi campak (p=0,003).24

c. Pekerjaan Ibu

Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari keadaan sebelumnya.17

Bagi pekerja wanita, mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan yang lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak dan hal-hal yang menyangkut urusan rumah tangganya, termasuk urusan imunisasi anaknya.25

Berdasarkan hasil penelitian Umi Khalimah (2007) dengan desain cross sectional, didapatkan bahwa pekerjaan ibu berhubungan dengan pemberian imunisasi campak (p=0,017).26

d. Paritas

Menurut Isfan (2006) kunjungan ke pos pelayanan imunisasi terkait dengan ketersediaan waktu bagi ibu untuk mencari pelayanan imunisasi terhadap anaknya.


(37)

Oleh karena itu jumlah anak juga dapat memengaruhi ada tidaknya waktu bagi ibu meninggalkan rumah untuk mendapatkan pelayanan imunisasi kepada anaknya. Semakin banyak jumlah anak terutama pada ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut, sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut, sehingga semakin sedikit waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi.27

e. Pengetahuan Ibu28

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(38)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluasion)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. f. Sikap Ibu18

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.


(39)

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.5. Pencegahan Campak9,14,19 a. Pencegahan Primordial

Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.


(40)

b. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu :

1. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.

2. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun.

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :

1. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah.

2. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral.

3. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.


(41)

d. Pencegahan Tersier

Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :

1. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.

2. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.


(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka di atas, maka kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Imunisasi Campak adalah anak batita yang sudah memperoleh imunisasi campak pada saat dilakukan wawancara kepada responden, yang dikategorikan menjadi :

1. Tidak imunisasi 2. Imunisasi

3.2.2. Anak batita adalah anak yang pada waktu penelitian berumur 12-35 bulan dari keluarga responden.

Karakteristik Ibu : Umur

Pendidikan Pekerjaan Paritas Pengetahuan Sikap

Faktor Predisposing Efek samping imunisasi (demam)

Jarak ke sarana pelayanan kesehatan


(43)

3.2.3. Responden adalah ibu yang mempunyai anak batita yang berumur 12-35 bulan yang berdomisili di Kecamatan Lareh Sago Halaban.

3.2.4. Umur ibu adalah usia yang dihitung sejak lahir sampai dilakukan penelitian (sesuai ulang tahun terakhir). Untuk analisa statistik, umur ibu dikategorikan menjadi :22

1. > 30 tahun 2. ≤ 30 tahun

3.2.5. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh ibu pada saat penelitian berlangsung, yang dikategorikan menjadi :

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Akademi/Perguruan Tinggi

Pendidikan ibu diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas:

1. Pendidikan rendah (tidak sekolah/tidak tamat SD/SD/SMP) 2. Pendidikan tinggi (SMA/Akademi/perguruan tinggi)

3.2.6. Pekerjaan ibu adalah aktivitas utama yang dilakukan sehari-hari oleh ibu pada saat melakukan penelitian, yang dikategorikan menjadi :

1. Petani 2. Wiraswasta 3. PNS

4. Karyawan/buruh 5. Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan ibu dikategorikan menjadi :

1. Bekerja : petani, wiraswasta, PNS, karyawan/buruh 2. Tidak Bekerja : ibu rumah tangga


(44)

3.2.7. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik yang lahir hidup maupun lahir mati, yang dikategorikan menjadi :29

1. > 2 orang 2. ≤ 2 orang

3.2.8. Pengetahuan ibu adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi campak berdasarkan jawaban kuesioner. Untuk mengukur pengetahuan responden, maka skala pengukuran yang digunakan adalah sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan sebanyak 7 pertanyaan yang akan dijawab oleh responden dengan memberikan skor jawaban sebagai berikut :

1. Benar diberi skor 3 2. Salah diberi skor 2 3. Tidak tahu diberi skor 1

Selanjutnya ditetapkan nilai maksimum = 21 jika semua responden menjawab benar dan minimum = 7 jika semua responden menjawab tidak tahu. Untuk analisis statistik maka pengetahuan responden dikategorikan menjadi : 30

1. Kurang, jika responden mendapatkan nilai ≤ 75% dari nilai yang telah diberi skoring.

2. Baik, jika responden mendapatkan nilai > 75% dari nilai yang telah diberi skoring.

3.2.9. Sikap ibu adalah sikap ibu-ibu tentang pemberian imunisasi. Untuk mengukur sikap responden, maka skala pengukuran yang digunakan adalah sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan sebanyak 7 pertanyaan yang akan dijawab oleh responden dengan memberikan skor jawaban sebagai berikut :

1.Tidak setuju diberi skor 1 2. Setuju diberi skor 2


(45)

Selanjutnya ditetapkan nilai maksimum = 14 jika semua responden menjawab setuju dan nilai minimum = 7 jika semua responden menjawab tidak setuju. Untuk analisis statistik maka sikap responden dikategorikan menjadi :30

1. Kurang, jika responden mendapatkan nilai ≤ 75% dari nilai yang telah diberi skoring.

2. Baik, jika responden mendapatkan nilai > 75% dari nilai yang telah diberi skoring.

3.2.10. Efek samping imunisasi adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah mendapat imunisasi, dalam hal ini adalah demam, yang dikategorikan menjadi:

1. Ada 2. Tidak ada

3.2.11.Jarak ke sarana pelayanan kesehatan adalah kemudahan untuk mencapai lokasi atau keterjangkauan untuk mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat dari rumah responden, yang dikategorikan menjadi :

1. < 3 km 2. 3-5 km 3. > 5 km

Untuk analisa statistik maka jarak ke sarana pelayanan kesehatan dikategorikan menjadi:31

1. Dekat (< 3 km/3-5 km) 2. Jauh (> 5 km)


(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat dengan alasan lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian tentang pemberian imunisasi campak. Pemilihan lokasi ini juga didasarkan atas pertimbangan belum tercapai target UCI untuk imunisasi campak. 4.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan Juli 2012.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak batita (usia 12–35 bulan) yang berada di wilayah kerja puskesmas Lareh Sago Halaban pada saat pengumpulan data.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang mempunyai anak batita (usia 12-35 bulan) di wilayah kerja puskesmas Lareh Sago Halaban pada saat pengumpulan data.


(47)

a. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus perhitungan sampel minimal di bawah ini :32

Keterangan: n = besar sampel

Z = tingkat kepercayaan (95%) P = perkiraan proporsi campak (0,3)

d = tingkat ketepatan yang diinginkan (0,1) Maka besar sampel adalah :

Jadi besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 81. Untuk memperhitungkan adanya kesalahan dan sebagainya maka pengambilan sampel diperbesar sebanyak 10% sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 81+8,1 = 89,1 ≈ 90.

b.Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dengan kriteria ibu yang mempunyai anak batita. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunjungi rumah responden sampai besar sampel terpenuhi. Setiap rumah diwakili oleh satu batita. Jika pada satu rumah terdapat lebih dari satu


(48)

batita maka anak batita dengan usia termuda yang dijadikan sampel dengan pertimbangan ibu anak batita lebih ingat akan status imunisasi anaknya.

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas, pengetahuan ibu, sikap ibu, efek samping imunisasi yang diperoleh sebelum usia 9 bulan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum puskesmas dan data jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban tahun 2012. Data tersebut diperoleh dari Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.

4.5. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul di olah dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Setelah itu, data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, pie diagram dan bar diagram.

4.5.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan ibu, sikap ibu, efek samping imunisasi yang diperoleh sebelum usia 9 bulan, dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan.


(49)

4.5.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan ibu, sikap ibu, efek samping imunisasi yang diperoleh sebelum usia 9 bulan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan dengan variabel dependen (imunisasi campak). Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (P < 0,05).

Selanjutnya dihitung Ratio Prevalence (RP), yaitu perbandingan antara proporsi subjek dengan faktor risiko dengan proporsi subjek tanpa faktor risiko.

RP dihitung dengan menggunakan rumus44

Keterangan :

a. Subjek (+) dengan faktor risiko b. Subjek (-) dengan faktor risiko c. Subjek (+) tanpa faktor risiko d. Subjek (-) tanpa faktor risiko 4.5.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor risiko yang paling dominan berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik berganda yang dilakukan dengan memasukkan secara serentak variabel independen menurut kriteria kemaknaan statistik tertentu (p < 0,25) dengan menggunakan metode forward. Nilai Exp(B) yang paling besar menunjukkan faktor risiko yang paling dominan berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita.


(50)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Geografi

Puskesmas Lareh Sago Halaban terletak di Jln. Raya Payakumbuh-Lintau km. 12 dari Kota Madya Payakumbuh dan berjarak 1 km dari Pasar Pakan Rabaa, Kecamatan Lareh Sago Halaban dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Bukit Barisan - Sebalah Selatan berbatasan dengan Gunung Sago

- Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Mungo, Kecamatan Luak - Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Tanjung Gadang

5.1.2. Demografi

Wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban terdiri dari 5 nagari yaitu Nagari Sitanang, Labuh Gunung, Batu Payuang, Balai Panjang dan Bukik Sikumpa. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban sebanyak 20.991 jiwa yang terdiri atas 10.371 laki-laki dan 10.620 perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 5.392 KK.

Tabel 5.1. Jumlah Jorong (Dusun) dan Jumlah Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Tahun 2011

No Nama Nagari (Desa) Jumlah Jorong (Dusun)

Jumlah Penduduk

L P

1 Sitanang 6 1.752 1.721

2 Labuh Gunung 5 2.261 2.384

3 Batu Payung 6 2.483 2.538

4 Balai Panjang 8 2.665 2.727

5 Bukik Sikumpa 4 1.210 1.250


(51)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Tahun 2011

No Kelompok Umur (tahun) Jumlah

1 < 0 2.549

2 1-4 2.403

3 5-14 2.793

4 15-44 9.847

5 45-64 2.729

6 >65 670

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lareh Sago Halaban Tahun 2011

Tabel 5.3. Distribusi Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Tahun 2011

No Nama Jumlah

1 Puskesmas Induk 1

2 Puskesmas Pembantu 8

3 Pokesri 5

4 Posyandu 31

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lareh Sago Halaban Tahun 2011

5.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen (imunisasi campak) dan variabel independen (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas, pengetahuan ibu, sikap ibu, efek samping imunisasi yang diperoleh sebelum usia 9 bulan dan jarak ke pelayanan kesehatan).

5.2.1. Imunisasi Campak

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Imunisasi Campak f %

1 2

Tidak Ya

26 64

28,9 71,1


(52)

Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi batita yang sudah memeroleh imunisasi adalah 71,1%, sedangkan batita yang tidak memeroleh imunisasi campak adalah 28,9%.

5.2.2. Karakteristik Responden

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Karakteristik Responden f %

1 Umur Ibu (tahun) > 30

≤ 30 22 68

24,4 75,6

Total 90 100

2 Pendidikan Ibu

Tidak sekolah/tidak tamat SD SD SMP SMA Akademi/Perguruan Tinggi 1 10 20 35 24 1,1 11,1 22,2 38,9 26,7

Total 90 100

3 Pekerjaan Ibu Petani Wiraswasta PNS

Karyawan/buruh Ibu rumah tangga

17 12 14 12 35 18,9 13,3 15,6 13,3 38,9

Total 90 100

4 Paritas (orang) > 2

≤ 2 28 62

31,1 68,9

Total 90 100

5 Pengetahuan Ibu Kurang Baik 28 62 31,1 68,9

Total 90 100

6 Sikap Ibu Kurang Baik 5 85 5,6 94,4


(53)

Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi umur ibu tertinggi pada kelompok umur ≤ 30 tahun yaitu 75,6%, sedangkan kelompok umur > 30 tahun 24,4%. Proporsi pendidikan ibu tertinggi adalah SMA 38,9%, sedangkan yang tidak sekolah/tidak tamat SD 1,1%, SD 11,1%, SMP 22,2% dan akademi/perguruan tinggi 26,7%. Proporsi ibu yang bekerja sebagai petani ada 18,9%, wiraswasta 13,3%, PNS 15,6%, karyawan/buruh 13,3% dan ibu rumah tangga 38,9%. Proporsi ibu berdasarkan paritas tertinggi adalah ≤ 2 orang yaitu 68,9%, sedangkan > 2 orang 31,1%. Berdasarkan pengetahuan ibu, proporsi tertinggi yaitu ibu dengan pengetahuan baik 68,9% sedangkan pengetahuan kurang 31,1%. Berdasarkan sikap ibu, proporsi tertinggi yaitu ibu dengan sikap baik 94,4%, sedangkan sikap kurang 5,6%.

5.2.3. Efek Samping Imunisasi

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Efek Samping Imunisasi yang Diperoleh Sebelum Usia 9 Bulan pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Efek Samping Imunisasi (Demam) f %

1 2

Ada Tidak ada

58 32

64,4 35,6

Total 90 100

Dari tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa 64,4% batita mengalami efek samping imunisasi berupa demam, sedangkan 35,6% batita tidak mengalami demam.


(54)

5.2.4. Jarak ke Pelayanan Kesehatan

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Jarak ke Pelayanan Kesehatan pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Jarak ke Pelayanan Kesehatan f %

1 2 3

< 3 km 3 - 5 km > 5 km

26 36 28 28,9 40 31,1

Total 90 100

Dari tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi jarak ke pelayanan kesehatan tertinggi pada 3-5 km yaitu 40%, sedangkan < 3 km 28,9% dan > 5 km 31,1%.

5.3. Analisis Bivariat

5.3.1. Hubungan Antara Umur Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 5.8.Tabulasi Silang antara Umur Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Umur Ibu (tahun)

Imunisasi Campak Jumlah RP ( CI = 95%)

p

Tidak Ya

f % f % f %

1 2

> 30

≤ 30 12 14

54,5 20,6 10 54 45,5 79,4 22 68 100 100 2,649 (1,450-4,841) 0,005

Dari tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok umur >30 tahun, proporsi ibu yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 54,4%, sedangkan yang memberikan imunisasi campak sebanyak 45,5%. Pada kelompok umur ≤30 tahun proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 20,6%, sedangkan yang memberikan imunisasi campak adalah 79,4%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel umur ibu dengan variabel imunisasi


(55)

campak, didapat nilai p < 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita (usia 12-35 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012. Ratio prevalence imunisasi campak berdasarkan umur ibu adalah 2,649 dengan CI=1,450-4,841, artinya umur ibu merupakan faktor risiko terhadap pemberian imunisasi campak.

5.3.2. Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak Tabel 5.9. Tabulasi Silang antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi

Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Tingkat Pendidikan

Ibu

Imunisasi Campak Jumlah RP (CI=95%)

p

Tidak Ya

f % f % f %

1 2 Rendah Tinggi 17 9 54,8 15,3 14 50 45,2 84,7 31 59 100 100 3,595 (1,819-7,103) 0,000

Dari tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa pada ibu yang berpendidikan rendah proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 54,8%, sedangkan yang memberikan imunisasi campak adalah 45,2%. Pada yang berpendidikan tinggi proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 15,3%, sedangkan yang memberikan imunisasi campak adalah 84,7%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel pendidikan ibu dengan variabel imunisasi campak, didapat nilai p < 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita (usia 12-35 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012. Ratio prevalence imunisasi campak berdasarkan pendidikan ibu adalah 3,595 dengan


(56)

CI=1,819-7,103, artinya pendidikan ibu merupakan fantor risiko terhadap pemberian imunisasi campak.

5.3.3. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak Tabel 5.10. Tabulasi Silang antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Imunisasi

Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Pekerjaan Ibu

Imunisasi Campak Jumlah RP (CI=95%)

p

Tidak Ya

f % f % f %

1 2 Bekerja Tidak bekerja 17 9 30,9 25,7 38 26 69,1 74,3 55 35 100 100 1,202 (0,604-2,391) 0,771

Dari tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa pada ibu yang bekerja proporsi tidak memberikan imunisasi campak adalah 30,9%, sedangkan proporsi yang memberikan imunisasi campak adalah 69,1%. Pada ibu yang tidak bekerja proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 25,7%, sedangkan yang memberikan imunisasi campak adalah 74,3%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel pekerjaan ibu dengan variabel imunisasi campak, didapat nilai p > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita (usia 12-35 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012. Ratio Prevalence imunisasi campak berdasarkan pekerjaan ibu adalah 1,202 dengan CI=0,604-2,391, artinya pekerjaan ibu bukan merupakan faktor risiko terhadap pemberian imuisasi campak.


(57)

5.3.4. Hubungan Antara Paritas dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 5.11. Tabulasi Silang antara Paritas dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Paritas (orang)

Imunisasi Campak Jumlah RP (CI=95%)

p

Tidak Ya

f % f % f %

1 2

> 2

≤ 2 14 12

50,0 19,4

14 50

50,0 80,6

28 62

100 100

2,583 (1,378-4,845)

0,007

Dari tabel 5.11 di atas dapat dilihat bahwa pada paritas > 2 orang proporsi tidak memberikan imunisasi campak adalah 50,0%, sedangkan proporsi yang memberikan imunisasi campak adalah 50,0%. Pada paritas ≤ 2 orang p roporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 19,4%, sedangkan proporsi yang memberikan imunisasi campak adalah 80,6%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel paritas dengan variabel imunisasi campak, didapat nilai p < 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemberian imunisasi campak pada batita (usia 12-35 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012. Ratio prevalence imunisasi campak berdasarkan paritas adalah 2,583 dengan CI=1,378-4,845, artinya paritas merupakan faktor risiko terhadap pemberian imunisasi campak.


(58)

5.3.5. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 5.12. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Pengetahuan Ibu

Imunisasi Campak Jumlah RP (CI=95%)

p

Tidak Ya

f % f % f %

1 2 Kurang Baik 17 9 60,7 14,5 11 53 39,3 85,5 28 62 100 100 4,183 (2,133-8,203) 0,000

Dari tabel 5.12 di atas dapat dilihat bahwa pada ibu berpengetahuan kurang proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 60,7%, sedangkan yang memberikan imunisasi campak adalah 39,3%. Pada ibu berpengetahuan baik proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 14,5%, sedangkan proporsi yang memberikan imunisasi campak adalah 85,5%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel pengetahuan ibu dengan variabel imunisasi campak, didapat nilai p < 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita (usia 12-35 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012. Ratio Prevalence imunisasi campak berdasarkan pengetahuan ibu adalah 4,183 dengan CI=2,133-8,203, artinya pengetahuan ibu merupakan faktor risiko terhadap pemberian imunisasi campak.


(59)

5.3.6. Hubungan Antara Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 5.13.Tabulasi Silang antara Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Sikap Ibu Imunisasi Campak Jumlah RP (CI=95%)

p

Tidak Ya

f % f % f %

1 2

Kurang Baik

3 23

60,0 27,1

2 62

40,0 72,9

5 85

100 100

2,217 (1,000-4,916)

0,143

Dari tabel 5.13 di atas dapat dilihat bahwa pada ibu dengan sikap kurang proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 60,0%, sedangkan yang memberikan imunisasi campak adalah 40,0%. Pada ibu dengan sikap baik proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 27,1%, sedangkan yang memberikan imunisasi campak adalah 72,9%. Hasil analisis statistik tidak bisa dilakukan dengan menggunakan uji chi square karena ada expected count yang kurang dari 5, sehingga dilakukan uji exact fisher pada variabel sikap ibu dengan variabel imunisasi campak, didapat nilai p > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita (usia 12-35 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012. Ratio prevalence imunisasi campak berdasarkan sikap ibu adalah 2,217 dengan CI=1,000-4,916, artinya sikap ibu bukan merupakan faktor risiko terhadap pemberian imunisasi campak.


(60)

5.3.7. Hubungan Antara Efek Samping Imunisasi yang Diperoleh Sebelum Usia 9 Bulan dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 5.14. Tabulasi Silang antara Efek Samping Imunisasi yang Diperoleh sebelum Usia 9 Bulan dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Batita (Usia 12-35 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

No Efek samping imunisasi (demam)

Imunisasi Campak Jumlah RP (CI=95%)

p

Tidak Ya

f % f % f %

1 2 Ada Tidak ada 20 6 34,5 18,8 38 26 65,5 81,2 58 32 100 100 1,839 (0,823-4,108) 0,182

Dari tabel 5.14 di atas dapat dilihat bahwa pada ada demam proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 34,5%, sedangkan yang memberikan imunisasi campak adalah 65,5%. Pada tidak ada demam proporsi yang tidak memberikan imunisasi campak adalah 18,8%, sedangkan proporsi yang memberikan campak adalah 81,2%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel efek samping imunisasi (demam) dengan variabel imunisasi campak, didapat nilai p > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara efek samping imunisasi (demam) yang diperoleh sebelum usia 9 bulan dengan pemberian imunisasi campak pada batita (usia 12-35 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota tahun 2012. Ratio prevalence imunisasi campak berdasarkan efek samping imunisasi (demam) adalah 1,839 dengan CI=0,823-4,108, artinya efek samping imunisasi yang diperoleh sebelum usia 9 bulan bukan merupakan faktor risiko terhadap pemberian imunisasi campak.


(1)

16. Depkes RI. 2008. Buku Informasi PP & PL. Jakarta.

17. Budiarto, Eko. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

18. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.

19. Chin, James. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular

20. Akib, dkk. 2008. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi: Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

21. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

22. Natalya, Dessy. 2010. Analisis Kejadian Campak pada Balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010. Skripsi FKM USU, Medan.

23. Ahmad, Nazili Shaleh. 1989. Pendidikan dan Masyarakat. CV. Bina Usaha, Yogyakarta.

24. Nuraprilyanti, Indah. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Kec. Pancoran Mas Depok Tahun 2009. Skripsi FKM UI, Jakarta.

25. Knoraga, Pandji. 1998. Psikologi Kerja. Penerbit Hipokrates, Jakarta.

26. Khalimah, Umi. 2007. Hubungan Antara Karakteristik dan Sikap Ibu Batita dengan Penerapan Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Gunungjati Semarang. Skripsi UNNES. Semarang.

27. Isfan, Reza. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar pada Anak di Puskesmas Pauh Kota Padang. Skripsi FKM UI. Jakarta.

28. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.

29. Rochjati, P. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Airlangga University Press. Surabaya.


(2)

30. Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. 31. Yuzar, Aldi. 2011. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong

Ibu Bayi (Usia 9-11 Bulan) Terhadap Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010. Tesis FKM USU. Medan

32. Lemeshow, Stanley, dkk. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

33. Waty, Lienda. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi pada Anak Usia 12-23 Bulan di Jawah Barat dan Jawa Tengah Tahun 2007. Skripsi FK UI. Jakarta.

34. Duski, Oki Zulkifli. 2000. Hubungan Status Imunisasi Campak dengan Kejadian Campak pada Anak Dibawah Usia 5 Tahun Saat Peristiwa KLB Campak di Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2000. Tesis FKM UI. Jakarta.

35. Muamalah, Siti. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT) dan Campak. Skripsi UNNES. Semarang.

36. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

37. Behrman, Kliegman Arvin (editors). 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 1 Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

38. Emi, Hartati. 2008. Pengaruh Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Perolehan Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007. Tesis FKM USU. Medan.


(3)

LAMPIRAN I

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK BATITA (USIA 12-35 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAREH SAGO HALABAN, KABUPATEN

50 KOTA, SUMATERA BARAT TAHUN 2012

Kabupaten : 50 Kota No Urut :

Kecamatan : Lareh Sago Halaban

Nagari :

Jorong :

Tanggal wawancara : 1. Nama responden :

2. Umur responden : tahun

3. Pendidikan : Tidak sekolah/tidak tamat SD Tamat SD

Tamat SMP Tamat SMA

Akademi/Perguruan Tinggi 4. Pekerjaan : Petani

Wiraswasta PNS

Karyawan/buruh Ibu Rumah Tangga 5. Jumlah anak : orang

6. Nama anak batita :

7. Umur anak batita : Bulan 8. Tanggal lahir :


(4)

PENGETAHUAN

1. Menurut ibu, apa penyebab penyakit campak? a. Virus

b. Bakteri c. Tidak tahu

2. Menurut Ibu, apakah campak menular? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

3. Menurut ibu, bagaimana campak menular? a. Pernapasan

b. Kontak kulit c. Tidak tahu

4. Menurut Ibu, apakah campak bisa dicegah? a. Bisa

b. Tidak bisa c. Tidak tahu

5. Menurut Ibu, bagaimana mencegah campak? a. Imunisasi

b. Membersihkan lingkungan c. Tidak tahu

6. Menurut Ibu, pada usia berapa sebaiknya imunisasi campak diberikan? a. 9-11 bulan

b. 1 tahun c. Tidak tahu

7. Menurut Ibu, berapa kali imunisasi campak diberikan? a. 1 kali

b. ≥ 2 kali c. Tidak tahu


(5)

SIKAP IBU

1. Apakah ibu setuju campak dapat menular pada anak? a. Setuju

b. Tidak setuju

2. Apakah ibu setuju campak dapat dicegah? a. Setuju

b. Tidak setuju

3. Apakah ibu setuju campak dapat dicegah dengan imunisasi campak? a. Setuju.

b. Tidak setuju.

4. Apakah ibu setuju bahwa imunisasi campak penting untuk kesehatan anak? a. Setuju.

b. Tidak setuju.

5. Apakah ibu setuju demam merupakan efek samping dari imunisasi? a. Setuju.

b. Tidak setuju.

6. Apakah ibu setuju pemberian imunisasi campak diberikan kepada anak pada usia 9-11 bulan?

a. Setuju. b. Tidak setuju.

7. Apakah ibu setuju pemberian imunisasi campak diberikan kepada anak harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan?

a. Setuju. b. Tidak setuju.

STATUS IMUNISASI CAMPAK

1. Apakah anak ibu sudah mendapatkan imunisasi campak? a. Ya


(6)

FAKTOR PREDISPOSISI

1. Apakah anak ibu pernah diimunisasi selain campak? a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Apakah ada efek samping pada anak setelah imunisasi.? a. Ada. __________________

b. Tidak ada

3. Berapa jarak dari rumah ibu ke tempat memeroleh imunisasi terdekat? a. < 3 km

b. 3-5 km c. > 3 km


Dokumen yang terkait

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wiliayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAMBAK KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2014.

2 5 11

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PETELUR DI KECAMATAN LAREH SAGO HALABAN KABUPATEN LIMA 50 KOTA.

0 2 14

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KECAMATAN LAREH SAGO HALABAN KABUPATEN 50 KOTA.

0 1 6

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI KABUPATEN TEGAL.

0 2 95

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Ayam Ras Petelur Di Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima 50 Kot

0 0 10