ANALISIS BIAYA SATUAN MAKAN PASIEN RAWAT INAP BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) (Studi Pada RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi).

ANALISIS BIAYA SATUAN MAKAN PASIEN RAWAT
INAP BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
(Studi Pada RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi)

TESIS

Oleh :
ASVAWENI
BP : 1021219030

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

ANALISIS BIAYA SATUAN MAKAN PASIEN RAWAT
INAP BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
(Studi Pada RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi)
Oleh: Asvaweni
(Dibawah bimbingan Prof.DR.dr. Delmi Sulastri, MS. SpGK dan dr. Abdi

Setya Putra. MARS

ABSTRAK
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian pelayanan
Penunjang Medik yang salah satu kegiatan pokoknya yaitu penyelenggaraan
makanan. Dalam penyelenggaraan makanan perlu dihitung biaya secara akurat,
karena, biaya makan merupakan komponen mayoritas dari manajemen keuangan
rumah sakit. Data Depkes (1991) biaya untuk penyelenggaraan makan pasien 30
– 40 % dari biaya pengelolaan rumah sakit. Penelitian ini bertujuan menghitung
biaya satuan, menganalisis perbedaan, kelebihan dan kelemahan perhitungan
biaya berdasarkan Activity Based Costing dengan konsep perhitungan berbasis
indeks makan.
Desain penelitian adalah applied research kemudian dilanjutkan dengan
penelitian kualitatif. Penelitian di lakukan di RSUD Dr Achmad Mochtar
Bukittinggi pada bulan Februari s/d Maret tahun 2012. Data diperoleh dari
observasi dan wawancara mendalam. Analisa data applied research berdasarkan
metode Activity Based Costing (ABC), dan analisa data kualitatif secara interaktif
secara terus – menerus sampai tuntas / jenuh.
Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya yang terbesar pada biaya
penyediaan bahan makanan yaitu sebesar 85,42%. Analisis biaya dengan

berdasarkan Activity Based Costing (ABC) untuk masing masing kelas perawatan
didapat biaya makan pasien VIP I Rp 57.027,58,- biaya makan pasien VIP II Rp
31.681,98 biaya makan pasien Kelas I Rp 19.008,86, Kelas II Rp 12.672,79 dan
biaya makan pasien Kelas III Rp 6.336,40. Perhitungan biaya makan pasien rawat
inap sebesar Rp 970.372.620,12 sedangkan biaya makan yang dihitung saat ini
yaitu sebesar Rp 1.813.918,500 sehingga terdapat perbedaan biaya makan sebesar
Rp 843.545.879,88,-. Sehingga instalasi gizi mengalami kehilangan biaya dalam
kegiatan penyelenggaraan makan pasien. Hal ini sebabkan oleh biaya langsung
dan biaya tidak langsung. Seperti biaya bahan makanan, dan pemakaian bahan
bakar gas LPG.
Setelah dilakukan penghitungan biaya satuan makan pasien berdasarkan
Activity Based Costing (ABC), di dapatkan biaya makan lebih rendah dari biaya
berbasis indeks yang berlaku saat ini, untuk itu perlu pihak manajemen melakukan
perhitungan biaya secara menyeluruh, berdasarkan aktivitas – aktivitas dalam
penyelenggaraan makanan.
Daftar Pustaka
Kata kunci

: 42 (1991 – 2012)
: Unit Cost Makan Pasien, Activity Based Costing


FEEDING UNIT COST ANALYSIS BASED ON PATIENT WARD
ACTIVITY BASED COSTING ( ABC )
(Studies in Hospital Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi )
By : Asvaweni
( Under the guidance of Prof.Dr.dr. Delmi Sulastri , MS . SpGK and dr .
Abdi Setya Putra . MARS

ABSTRACT
Hospital Nutrition Services (PGRS) is part of Medical Support services are
one of the main activities is the organization of the food. In organizing food costs
need to be calculated accurately, since, meal cost is a component of the majority
of hospital financial management. Department of Health data (1991) the cost to
the organization of the patient eat 30-40 % of the cost of hospital management.
The aim of this study was to calculate the cost of the unit , analyzing the
differences, strengths and weaknesses of cost calculation is based on the concept
of Activity Based Costing with the calculation of the index -based meal .
Design research is an applied research followed by a qualitative research.
The experiment was conducted at Hospital Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi in
February s / d March 2012 . Observations and data obtained from in-depth

interviews. Analysis of data applied research based method of Activity Based
Costing (ABC), and analysis of qualitative data in an interactive manner on constantly until complete / saturated. The results showed that the greatest costs on
the cost of providing food ingredient that is equal to 85.42 % . Analysis of the
costs based on Activity Based Costing ( ABC ) for each derived class meal cost
patient care VIP I Rp 57.027,58 VIP II patient meal cost Rp 31.681.98 meal cost
Rp 19.008.86 patients Class I, Class II Rp 12,672,79 and the meal cost Rp
6.336,40 Class III patients .
The calculation of the cost of inpatient eating Rp 970.372.620,12 while the
cost of eating at this time is calculated at Rp 1.813.918,500 that there are
differences in feed cost of Rp 843.545.879,88,-.So the cost of installation
experience loss of nutrients in the meal organizing activities of the patient . This is
caused by the direct costs and indirect costs. Such as the cost of food, fuel gas and
LPG .
After calculating the unit cost of feeding the patient based on Activity
Based Costing
(ABC), in getting the meal cost is lower than the cost -based index of the
current, it is necessary to perform the calculation of cost management as a whole,
based on activity - activity in the administration of food .
Bibliography : 42 (1991 - 2012)
Keywords : Unit Cost Patient Eating, Activity Based Costing.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Era globalisasi dan otonomi daerah saat ini menuntut rumah sakit untuk
melakukan perubahan radikal. Perubahan secara radikal dari manajemen biaya
tradisional ke sistem manajemen biaya modern, dengan pengelolaan aktivitas
berbasis unit, dengan penghitungan unit cost yang detail sehingga mudah dalam
menilai kinerja dan efisiensi sebagai dasar perencanaan strategis berbasis fakta
dan kondisi riil di lapangan (Heru, 2009).
Perubahan yang ada harus menyentuh segi kualitas pelayanan yang
dibarengi dengan peningkatan efisiensi. Pencapaian efisiensi dari sisi biaya, adil
dan bermutu dari sisi layanan. Prinsip keadilan, efisiensi dan kualitas pelayanan
kesehatan mempunyai implikasi rumah sakit harus mampu dalam pengelolaan
biaya secara komprehensif, untuk mencapai efisiensi harus didukung dengan
informasi biaya, dan informasi operasi untuk memberdayakan personel organisasi
dalam pengelolaan aktivitas dan pengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi
biaya merupakan suatu sistem informasi yang mengolah masukan untuk
menghasilkan keluaran. Masukan yang diolah oleh sistem informasi adalah data

operasi dan data keuangan, sedangkan keluaran yang dihasilkan adalah informasi
biaya dan informasi lain yang berkaitan dengan penyebab timbulnya biaya yaitu
aktivitas (Mulyadi, 2007).

Tujuan menerapkan konsep manajemen modern berdasarkan Activity Based
Costing (ABC) dengan pengelolaan aktivitas berbasis unit adalah agar rumah sakit
bisa memperoleh keuntungan yang cukup tanpa meninggalkan mutu dan tetap
memperhatikan pelayanan kepada pasien. Peningkatan kesehatan keuangan rumah
sakit bisa diperoleh dengan dua arah yaitu peningkatan pendapatan dan efisiensi
biaya. Peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan perluasan pasar layanan
berupa penambahan jumlah pasien dengan peningkatan

mutu layanan yang

berkesinambungan, sedangkan efisiensi dengan cara melakukan kontrol biaya
yang terjadi dalam setiap pelayanan yang diberikan tanpa meninggalkan mutu
layanan (Dewi, 2011).
Biaya merupakan satu - satunya faktor yang memiliki kepastian relatif
tinggi yang berpengaruh dalam penentuan harga jual. Suatu rumah sakit dalam
penetapan tarif yang hanya berdasarkan pada perkembangan trend tarif pesaing

dan belum memperhitungkan biaya satuan sebagai batas bawah tarif, dapat
menimbulkan tarif yang ditetapkan berada di batas bawah atau merugi.
Pengendalian terhadap biaya dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, sistem
akuntansi biaya yang praktis serta akurat menjadi sangat penting. Akuntansi biaya
dalam manajemen tradisional didesain untuk manufaktur tapi manajemen biaya
modern didesain untuk semua jenis organisasi termasuk perusahaan jasa
(Mulyadi, 2007 ).
Analisis biaya di rumah sakit pemerintah semakin penting sejalan dengan
kebijakan pengembangan rumah sakit. Analisis biaya untuk menentukan biaya
satuan (unit cost), yang berguna untuk dasar perencanaan anggaran, efisiensi biaya

serta untuk menentukan tarif rumah sakit dengan mempertimbangkan Ability to
pay (ATP) maupun Willengness to pay (WTP) masyarakat sekitar serta tarif
pesaing yang setara. Kebijakan penetapan tarif tidak terlepas dari dasar fungsi
rumah sakit sebagai unit sosio ekonomi. Analisis biaya melalui perhitungan biaya
perunit (unit cost) dapat dipergunakan rumah sakit sebagai dasar pengukuran
kinerja, dasar penyusunan anggaran dan subsidi, serta acuan dalam mengusulkan
tarifpelayanan rumah sakit yang baru dan terjangkau oleh masyarakat
(Hidhayanto, 2009).
Berdasarkan


Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

23 tahun 2005 dan

perubahannya yang tertuang dalam PP Nomor 74 tahun 2012 yang dikeluarkam
oleh Departemen Keuangan tentang Badan Layanan Umum (BLU), Permendagri
No 61 tahun 2007 tentang tentang Badan layanan Umum
menuntut rumah sakit harus

Daerah (BLUD)

berbenah terutama dari sisi keuangan dan

akuntablitasnya. Jasa pelayanan yang bermutu, harga relative murah dan
bermanfaat.Untuk mengakomodir akuntabilitas dalam penentuan tarif layanan
rumah sakit, perhitungan unit cost menjadi suatu yang urgent sehingga keputusan
yang diambil mempunyai dasar yang kuat, serta dapat digunakan sebagai rencana
bisnis yang merupakan jembatan menuju keberhasilan suatu organisasi
(Hidhayanto, 2009).

Perhitungan biaya per unit (unit cost) bertujuan tersedianya dokumen biaya
satuan dari setiap jenjang pelayanan dan kelas perawatan, perhitungan unit cost
merupakan informasi biaya yang bisa digunakan sebagai alat penentu kebijakan
manajemen dalam penentuan tarif rumah sakit.

Unit cost merupakan alat untuk menghasilkan informasi guna menciptakan
daya saing, mutu tinggi, biaya rendah, tepat waktu. Persaingan yang ada saat ini
menuntut Rumah Sakit untuk menerapkan konsep- konsep manajemen modern
seperti layaknya organisasi bisnis sehingga memungkinkan menjadi organisasi
bisnis cost effective, dengan tanpa meninggalkan mutu dan fungsi sosial menuntut
adanya jaminan bahwa subsidi yang diberikan telah dimanfaatkan dengan efisien
(Heru, 2009).
Activity Based Costing (ABC) merupakan salah satu metode dalam
perhitungan biaya per unit. Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem
informasi biaya tentang fakta (informing) dan memberdayakan (empowering)
manajemen serta karyawan dalam pengurangan biaya dan pemperkiraan biaya
secara andal, sistem ABC akan memberikan informasi biaya yang mampu
menyediakan fakta yang terkait dengan terjadinya biaya (Bastian, 2009).
Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu alternative penentuan harga
pokok produk atau jasa. ABC sistem


merupakan sistem informasi tentang

pekerjaan (aktivitas) yang mengkonsumsi sumber daya dan menghasilkan nilai
bagi konsumen.Kompleksitas akan banyaknya variasi sistem pemberian pelayanan
dapat terbaca melalaui ABC. ABC sebagai metodologi pengukuran biaya dan
kinerja atas aktivitas, sumber daya, dan objek biaya memiliki dua elemen utama,
yaitu pengukuran biaya dan pengukuran kinerja (Heru,2009).
Keyakinan dasar yang melandasi sistem Activity Based Costing (ABC) yaitu
timbulnya biaya pasti ada penyebabnya dan penyebab terjadinya biaya adalah
aktivitas. Sistem ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya

menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar
menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.Penyebab terjadinya biaya
dapat dikelola, melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab
terjadinya biaya (Bastian,2009).
Pertimbangan lainya kenapa sistem ABC ini lebih banyak diterapkan di
bidang pelayanan kesehatan, karena persaingan dalam bidang kesehatan akan
sangat terpicu oleh produktivitas dan efisiensi, salah satunya adalah rumah sakit.
Penentuan unit cost dalam analisis biaya di rumah sakit diperlukan untuk

menentukan tarif yang sesuai dengan biaya yang benar- benar terjadi (Heru,2009).
Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan
keanekaragaman produk. Dimana output

yang dijual lebih dari satu.

Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya
dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan
pembebanan biaya overhead dalam penentuan biaya pokok produk. Metode
Activity Based Costing (ABC) dinilai dapat mengukur secara cermat biaya- biaya
dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang
digunakan dalam pembebanan overhead, sehingga metode ABC dapat
meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembebanan biaya
yang lebih akurat (Depkes, 2001).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Achmad Mochtar Bukittinggi
merupakan rumah sakit milik pemerintah Provinsi Sumatera Barat, sebelumnya
merupakan Rumah Sakit Unit Swadana pada awal 2010 telah berubah menjadi
Badan Layanan Umum, yang diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Kelas B

pendidikan dengan Visi Menjadikan RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi
sebagai tempat Tujuan Pelayanan Kesehatan Yang “Berkualitas dan Terjangkau”
di kawasan Regional Sumatera.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Dr

Achmad Mochtar Bukittinggi mempunyai beberapa fasilitas pelayanan yaitu
pelayanan medik spesialistik

dasar, pelayanan

spesialistik, pelayanan

sub

spesialistik dan pelayanan penunjang medis.
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan salah satu pelayanan
penunjang medik dalam pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit yang
terintegrasi dengan kegiatan lainnya, mempunyai peranan penting dalam
mempercepat pencapaian tingkat kesehatan baik bersifat promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif. Kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit
meliputi penyelenggaraan makanan, pelayanan gizi diruang rawat inap, konsultasi
dan penyuluhan gizi serta penelitian dan pengembangan gizi bidang terapan
(Depkes, 2010).
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien (Depkes, 2011).
Menurut Depkes (1991) Biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan
pelayanan gizi di rumah sakit kurang lebih 30- 40 % dari biaya pengelolaaan
rumah sakit. Biaya ini diharapkan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk
kepentingan pelayanan gizi dan kepuasan pasien sehingga dapat memberikan citra

yang baik pada rumah sakit. Menurut Akmal (2005), lebih dari 20% biaya
operasional rumah sakit dipergunakan bagi biaya penyelenggaraan makanan.
Biaya makan merupakan komponen mayoritas dari manajemen keuangan
rumah sakit. Pembiayaan makanan di rumah sakit merupakan kompetensi gizi
bidang penyelenggaraan makanan dalam mengelola sumber daya pelayanan gizi
dari segi biaya, sumber daya manusia dan fasilitas penyelenggaraan makanan.
Pada umumnya Instalasi Gizi rumah sakit belum melakukan analisis biaya
makanan secara menyeluruh untuk memperoleh biaya satuan normative tetapi
hanya menganalisa biaya bahan makanan saja (actual unit cost) yang berada
dalam pengendaliannya, Akmal (2005).
Berdasarkan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (Lakip) tahun
2011, perhitungan biaya makan hanya berdasarkan indeks biaya makan dengan
rumus jumlah rata- rata pasien perhari di kali jumlah hari dalam satu tahun di kali
indeks perkelas perawatan. Tidak menghitung secara keseluruhan kegiatan
penyelenggaraan makanan, sehingga instalasi gizi sulit untuk menentukan jasa
pelayanan. Instalasi gizi merupakan salah satu unit di rumah sakit yang
memberikan pelayanan langsung terhadap pasien. Perhitungan indek biaya makan
instalasi gizi mengacu pada biaya penggunanan bahan makanan yang berada
dalam pengendalian Instalasi gizi, tanpa menghitung

biaya tidak langsung

(overhead) biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan, sehingga
kita tidak mengetahui secara detail apakah penggunaan anggaran telah sesuai atau
mengalami kerugian, sehingga tidak diketahui Instalasi Gizi sebagai cost center
atau reveneu center.

Perhitungan biaya makan yang berlaku selama ini mempunyai kelemahan,
yaitu belum bisa menggambarkan biaya yang sebenarnya, karena hanya
bepedoman pada perhitungan indeks makan. Menurut Aritonang (2011),
perhitungan biaya makan dalam penyelenggaraan makan terdiri dari (1) biaya
bahan makanan, (2) tenaga kerja langsung,(3) overhead.Tabel indeks biaya makan
dan jumlah porsi yang disediakan dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1
Indeks Biaya Makan Pasien
RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2011
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kelas Perawatan

Indeks Makan

VIP I
VIP II
Kelas I
Kelas II
Kelas III

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

60.500,32.100,25.500,20.600,17.800,-

Sumber : Laporan Tahunan Instalasi Gizi Tahun 2011
Berdasarkan pertimbangan diatas maka analisis biaya dengan metode
Activity Based Costing di harapkan bisa memberikan informasi yang jelas untuk
mengontrol pembiayaan dan selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam
penentuan tarif pelayanan makanan mau pun tarif pada pasien rawat inap.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini
dibatasi pada penghitungan biaya satuan (unit cost) makan pasien per kelas
perawatan berdasarkan Activity Based Costing (ABC), dengan membandingkan
perhitungan biaya makan yang sedang berjalan saat ini di Instalasi Gizi RSUD Dr
Achmad Mochtar Bukittinggi.

1.3 Perumusan Masalah
Bagaimana perhitungan biaya satuan (unit cost) makanper porsi pasien
rawat inap RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi berdasarkan Activity
Based Costing (ABC).
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1

Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisis biaya satuan (unit cost) makan pasien
berdasarkan Activity Based Costing (ABC) di RSUD Dr Achmad Mochtar
Bukittinggi.

1.4.2

Tujuan Khusus

1.4.2.1 Menghitung biaya satuan (unit cost) makan pasien RSUD Dr Achmad
Mochtar Bukittinggi berdasarkan metode Activity Based Costing(ABC)
1.4.2.2 Menganalisis perbedaan

perhitungan biaya satuan (unit cost) makan

pasien RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi dengan mengunakan
metode Activity Based Costing(ABC)
1.4.2.3 Menganalisis kelebihan dan kekurangan perhitungan biaya makan yang
ada pada RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi saat ini di bandingkan
dengan metode Activity Based Costing(ABC)
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan dalam Manajemen Sistem Penyelengaaran Makanan
Institusi (MSPMI) Gizi rumah sakit di

RSUD Dr Achmad Mochtar

Bukittinggi dalam perhitungan biaya satuan (unit cost) makan pasien.

1.5.2 Bagi institusi Pendidikan
Menambah referensi dan pengembangan bagi penelitian selanjutnya
sehubungan dengan perhitungan biaya satuan (unit cost) makan pasien.
1.5.3 Bagi Peneliti
Kontribusi dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di Program
Pascasarjana Uviversitas Andalas.