Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Berdasarkan Metode Activity Based Costing (ABC) Di Rumah Sakit Islam Al Ummah

(1)

PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP BERDASARKAN

METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

DI RUMAH SAKIT ISLAM AL UMMAH

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

RAFIEQUL JANNAH 040403035

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini. Penulisan tugas sarjana ini merupakan salah satu kewajiban akademis yang harus dipenuhi guna menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan penelitian Tugas Sarjana di Rumah Sakit Islam AL UMMAH, dengan judul tugas sarjana “Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Berdasarkan Metode Activity Based Costing (ABC) di Rumah Sakit Islam AL UMMAH“

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan pada laporan ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan tugas sarjana ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar laporan tugas sarjana ini dapat memberikan manfaat baik bagi kita semua.

Medan, Mei 2009


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Laporan tugas sarjana ini dalam penyelesaiannya banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universiras Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Elisabeth Ginting, MSi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan waktu selama penulisan laporan tugas sarjana ini.

3. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST. MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan waktu selama penulisan laporan tugas sarjana ini.

4. Bapak Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM, selaku Kordinator Tugas Sarjana di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ketua Bidang Manajemen Rekayasa dan Produksi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Ahmad Khuwailid, Sp.OG, selaku Direktur di Rumah Sakit Islam AL UMMAH yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tugas sarjana.


(4)

7. Kak Shofiyah Al Hasanah, SE, selaku Kepala Administrasi/Tata Usaha yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta waktu kepada penulis selama penelitian di Rumah Sakit Islam AL UMMAH.

8. Seluruh staf pengajar dan administrasi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh perawat, dokter dan karyawan di Rumah Sakit Islam AL UMMAH, khususnya bagian Administrasi/Tata Usaha yang telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

10.Terkhusus untuk Buya H. Bey As Chalid dan Ummi Hj. Murti yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari keduaanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada Buya dan Ummi.

11.Abangku Zaki Mubarrak S.Sos, kakakku Mufiedah Nur S.Sos yang selalu membantu dan mendukung penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini. Adik-adikku TasyKuru Rizqa dan Muhammad Nashir atas dukungan dan kebersamaannya selama ini di surga kecil kita.

12.Sahabat-sahabatku yang jauh disana, Diniza, Sesio, Nengsih, Destian, Lely, David dan Veby yang selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan laporan ini.


(5)

13.Sahabat terdekatku, Rizqa, Nina, Uma, Rika, Ema, Ina, Ita, Iil, Andri, dan Agoeng yang selalu ada dikala penulis susah maupun senang.

14.Anak-anak TI 2004, Izet, Rawi, Merry, Aufar, Digo, Ella, Cha-cha, Boim, Bedul, Valent, Payung, Nando, Alfen, Amin, Andre, Ajib, Aini, Manu, Amin, Fajar, Tohap, Windi, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

15.Kepala Laboratorium Komputasi dan Asisten Komputasi, Nita, Merry, Payung, Yudi, Zaki, CW, Yansen, Yansen Sis, Ronald, Ruth, Joy, Eddy dan Alfi yang telah menjadi teman diskusi dan teman berjuang untuk membenahi laboratorium komputasi selama penulis menjadi asisten.

16.Junior-juniorku, Dewi, Yanti, Deka, Algo, Vita, Yudha, Icha, Hendri, Rizef, Capah, Ian, Dila, Ririn, Kaban, Beby yang telah menyemangati penulis dalam menyelesaikan laporan ini.


(6)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

RINGKASAN

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah...I-1 1.2. Rumusan Masalah...I-4 1.3. Tujuan Penelitian...I-4 1.4. Batasan Permasalahan...I-4 1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan...I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir...I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan...II-1 2.2. Visi, Misi, dan Fungsi Perusahaan...II-2


(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

2.2.1. Visi Perusahaan...II-2 2.2.2. Misi Perusahaan...II-3 2.2.3. Fungsi Perusahaan...II-3 2.3. Jenis Pelayanan dan Fasilitas Perusahaan...II-4 2.3.1. Jenis Pelayanan Perusahaan...II-4 2.3.2. Fasilitas Perusahaan...II-5 2.4. Organisasi dan Manajemen...II-7 2.4.1. Struktur Organisasi...II-7 2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab...II-10

III LANDASAN TEORI

3.1. Akuntansi Biaya...III-1 3.3.1. Ruang Lingkup Akuntansi Biaya...III-1 3.2. Konsep Biaya...III-3 3.2.1. Klasifikasi Biaya...III-3 3.2.1.1.Biaya Berdasarkan Kegiatan Manufaktur...III-3 3.2.1.2.Biaya Berdasarkan Tingkat Kegiatan atau Volume...III-4 3.2.1.3.Biaya Menurut Departemen yang Ada

dalam suatu Pabrik...III-5 3.2.1.4.Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi...III-6


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

3.2.1.5.Biaya Menurut Fungsi Manajemen atau Jenis

Kegiatan Fungsional...III-7 3.3. Biaya Perunit Produk ...III-7 3.4. Activity Based Costing...III-8 3.4.1. Sejarah Activity Based Costing...III-10 3.4.1. Pengertian Activity Based Costing...III-11 3.5. Perbedaan Sistem Biaya Berbasis Aktivitas (ABC) dengan

Sistem Biaya Tradisional...III-12 3.6. Manfaat dan Keunggulan Activity Based Costing...III-15 3.6.1. Manfaat Activity Based Costing...III-15 3.6.2. Keunggulan Activity Based Costing...III-15 3.7. Konsep Dasar Activity Based Costing...III-16 3.7.1. Cost Objective (Tujuan Biaya)...III-17 3.7.2. Cost Driver (Pemicu Biaya)...III-18 3.7.3. Cost Pool (Kelompok Biaya)...III-19 3.8. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC...III-20 3.8.1. Tahap Pertama...III-20 3.8.2. Tahap Kedua...III-21 3.9. Klasifikasi Aktivitas...III-21 3.10. Penentuan Tarif...III-22


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

3.9. Penerapan Activity Based Costing Pada Perusahaan Jasa

dan Pemasaran...III-23

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian...IV-1 4.2. Rancangan Penelitian...IV-1 4.3. Studi Pendahuluan...IV-1 4.4. Pengumpulan Data...IV-2 4.5. Pengolahan Data...IV-4 4.6. Analisis Pemecahan Masalah...IV-4 4.7. Kesimpulan dan Saran...IV-4

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data...V-1 5.1.1. Data Aktivitas ...V-1 5.1.2. Data Biaya...V-2

5.1.2.1.Biaya Tenaga Kerja...V-3 5.1.2.2.Biaya Konsumsi...V-6 5.1.2.3.Biaya Listrik...V-6 5.1.2.4.Biaya Air...V-12 5.1.2.5.Biaya Perlengkapan Administrasi...V-13 5.1.2.6.Biaya Bahan Habis Pakai ...V-13


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

5.1.2.7.Biaya Perlengkapan Kebersihan...V-13 5.1.2.8.Biaya Perlengkapan Laundry...V-14 5.1.2.9.Biaya Perawatan dan Perbaikan...V-14 5.2. Pengolahan Data...V-14

5.2.1. Prosedur Tahap Pertama...V-14 5.2.1.1.Mengidentifikasi Aktivitas dan Menggolongkan

Biaya ke Berbagai Aktivitas...V-15 5.2.1.2.Mengklasifikasikan Aktivitas Biaya ke

Berbagai Aktivitas...V-21 5.2.1.3.Mengidentifikasi Cost Driver (Pemicu Biaya)...V-22 5.2.1.4.Menentukan Tarif Perunit Cost Pool...V-26 5.2.1. Prosedur Tahap Kedua...V-28

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Prosedur Tahap Pertama...VI-1 6.2. Prosedur Tahap Kedua...VI-10 6.3. Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit...VI-11 6.4. Perbandingan Tarif Rawat Inap Metode ABC dengan


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ...VII-1 7.2. Saran ...VII-3

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Jumlah Tenaga Kerja di RSI AL UMMAH...II-13 5.1. Hasil Perhitungan Biaya Pemakaian Listrik setiap Aktivitas

Rawat Inap Tahun 2008...V-12 5.2. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada Unit Rawat Inap di RSI

AL UMMAH Tahun 2008...V-17 5.3. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada Unit Rawat Inap di RSI

AL UMMAH Tahun 2008 dalam Rupiah...V-18 5.4. Pemicu Biaya Setiap Aktivitas...V-24 5.5. Identifikasi Cost Driver...V-25 5.6. Tarif perunit Cost Pool Rawat Inap di RSI AL UMMAH Tahun 2008...V-27 5.7. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas VIP di RSI AL UMMAH...V-28 5.8. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas 1 di RSI AL UMMAH...V-29 5.9. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas 2 di RSI AL UMMAH...V-30 5.10. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas 3 di RSI AL UMMAH...V-31 5.11. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas Sal di RSI AL UMMAH...V-32 6.1. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada Unit Rawat Inap di RSI

AL UMMAH Tahun 2008...VI-3 6.2. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada Unit Rawat Inap di RSI

AL UMMAH Tahun 2008 dalam Rupiah...VI-4 6.3. Pemicu Biaya Setiap Aktivitas...VI-


(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman

6.4. Identifikasi Cost Driver...VI-7 6.5. Tarif perunit Cost Pool Rawat Inap di RSI AL UMMAH Tahun 2008...VI-9 6.6. Hasil Perhitungan Tarif Rawat Inap RSI AL UMMAH dengan

Metode ABC...VI-10 6.7. Tarif Jasa Rawat Inap RSI AL UMMAH Saat Ini...VI-10 6.8. Perbandingan Tarif Rawat Inap Metode ABC dengan Metode


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam AL UMMA H...II-11 3.1. Sistem Biaya Tradisional...III-13 3.2. Sistem Biaya Berbasis Aktivitas...III-14 3.3. Model Dasar Activity Based Costing...III-17 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian...IV-5


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat Permohonan Tugas Sarjana...L-1 2 Formulir Penetapan Tugas Sarjana...L-2 3 Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana...L-3 4 Balasan Surat Riset Tugas Sarjana...L-4 5 Surat Keputusan Tugas Sarjana...L-5 6 Lembar Asistensi Dosen Pembimbing I...L-6 7 Lembar Asistensi Dosen Pembimbing II...L-9 8 Lembar Pengesahan Draft Tugas Sarjana...L-12 9 Sertifikat Evaluasi Draft Tugas Sarjana...L-13


(16)

RINGKASAN

Rumah Sakit Islam AL UMMAH menyediakan jasa rawat inap bagi pasien yang memerlukan perawatan intensif yang bertujuan untuk mempermudah mengamati perkembangan kesehatan pasien secara berkesinambungan. Jasa rawat inap pada RSI AL UMMAH merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dari jasa kesehatan lain yang ditawarkan oleh rumah sakit tersebut. Akan tetapi dalam penentuan tarif jasa rawat inap RSI AL UMMAH masih menggunakan metode biaya tradisional.

Metode tradisional kurang efektif digunakan dalam penentuan harga pokok dari produk, karena hanya memfokuskan pada penyajian informasi keuangan berupa biaya yang terjadi pada tahap perawatan pasien. Sedangkan dalam pengelolaan pelayanan rawat inap diperlukan informasi tentang penyebab timbulnya biaya berupa aktivitas. Metode tradisional menyediakan informasi biaya tarif rawat inap berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh manajer atau direktur. Akan tetapi wewenang yang dimiliki manajer ataupun direktur tidak dapat digunakan untuk mempengaruhi biaya tarif rawat inap karena manajer ataupun direktur tidak memiliki informasi mengenai aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya tersebut. Metode tradisional menyediakan informasi tentang biaya tarif rawat inap yang kurang akurat, karena informasi biaya tarif rawat inap hanya memperhitungkan biaya perawatan pasien sebagai bagian biaya rawat inap. Pada metode ABC disajikan informasi tentang semua biaya yang dibebankan pada tarif rawat inap, sehingga biaya rawat inap yang diperoleh akurat. Informasi yang akurat mengenai biaya tarif rawat inap dapat membantu manajer ataupun direktur dalam menganalisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.

Untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas dari RSI AL UMMAH, maka akan dilakukan perhitungan untuk menentukan tarif jasa rawat inap berdasarkan metode activity based costing.

Tarif jasa rawat inap yang digunakan rumah sakit saat ini untuk kelas VIP sebesar RP. 250.000, untuk kelas 1 sebesar Rp. 200.000, untuk kelas 2 sebesar Rp.150.000, untuk kelas 3 sebesar Rp. 100.000 dan untuk sal sebesar Rp. 60.000. Dan hasil perhitungan tariff jasa rawat inap rumah sakit dengan metode ABC untuk kelas VIP sebesar Rp. 256.126, untuk kelas 1 sebesar Rp. 220.750, untuk kelas 2 sebesar Rp. 147.354, untuk kelas 3 sebesar 93.863 dan untuk sal sebesar Rp. 65.749.

Perbedaan yang terjadi dalam penentuan tarif jasa rawat inap yang digunakan pihak rumah sakit dengan metode ABC, dikarenakan pembebanan biaya yang dikonsumsi jasa pelayanan rawat inap dengan metode ABC dan tradisional berbeda, sehingga biaya yang diperoleh dapat lebih besar atau lebih kecil. Oleh karena itu pihak rumah sakit sebaiknya meninjau kembali tarif jasa rawat inap yang digunakan sehingga tidak merugikan pihak rumah sakit ataupun pasien.


(17)

RINGKASAN

Rumah Sakit Islam AL UMMAH menyediakan jasa rawat inap bagi pasien yang memerlukan perawatan intensif yang bertujuan untuk mempermudah mengamati perkembangan kesehatan pasien secara berkesinambungan. Jasa rawat inap pada RSI AL UMMAH merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dari jasa kesehatan lain yang ditawarkan oleh rumah sakit tersebut. Akan tetapi dalam penentuan tarif jasa rawat inap RSI AL UMMAH masih menggunakan metode biaya tradisional.

Metode tradisional kurang efektif digunakan dalam penentuan harga pokok dari produk, karena hanya memfokuskan pada penyajian informasi keuangan berupa biaya yang terjadi pada tahap perawatan pasien. Sedangkan dalam pengelolaan pelayanan rawat inap diperlukan informasi tentang penyebab timbulnya biaya berupa aktivitas. Metode tradisional menyediakan informasi biaya tarif rawat inap berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh manajer atau direktur. Akan tetapi wewenang yang dimiliki manajer ataupun direktur tidak dapat digunakan untuk mempengaruhi biaya tarif rawat inap karena manajer ataupun direktur tidak memiliki informasi mengenai aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya tersebut. Metode tradisional menyediakan informasi tentang biaya tarif rawat inap yang kurang akurat, karena informasi biaya tarif rawat inap hanya memperhitungkan biaya perawatan pasien sebagai bagian biaya rawat inap. Pada metode ABC disajikan informasi tentang semua biaya yang dibebankan pada tarif rawat inap, sehingga biaya rawat inap yang diperoleh akurat. Informasi yang akurat mengenai biaya tarif rawat inap dapat membantu manajer ataupun direktur dalam menganalisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.

Untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas dari RSI AL UMMAH, maka akan dilakukan perhitungan untuk menentukan tarif jasa rawat inap berdasarkan metode activity based costing.

Tarif jasa rawat inap yang digunakan rumah sakit saat ini untuk kelas VIP sebesar RP. 250.000, untuk kelas 1 sebesar Rp. 200.000, untuk kelas 2 sebesar Rp.150.000, untuk kelas 3 sebesar Rp. 100.000 dan untuk sal sebesar Rp. 60.000. Dan hasil perhitungan tariff jasa rawat inap rumah sakit dengan metode ABC untuk kelas VIP sebesar Rp. 256.126, untuk kelas 1 sebesar Rp. 220.750, untuk kelas 2 sebesar Rp. 147.354, untuk kelas 3 sebesar 93.863 dan untuk sal sebesar Rp. 65.749.

Perbedaan yang terjadi dalam penentuan tarif jasa rawat inap yang digunakan pihak rumah sakit dengan metode ABC, dikarenakan pembebanan biaya yang dikonsumsi jasa pelayanan rawat inap dengan metode ABC dan tradisional berbeda, sehingga biaya yang diperoleh dapat lebih besar atau lebih kecil. Oleh karena itu pihak rumah sakit sebaiknya meninjau kembali tarif jasa rawat inap yang digunakan sehingga tidak merugikan pihak rumah sakit ataupun pasien.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Rumah Sakit Islam AL UMMAH menyediakan jasa rawat inap bagi pasien yang memerlukan perawatan intensif untuk mempermudah mengamati perkembangan kesehatan pasien secara berkesinambungan. Jasa rawat inap pada RSI AL UMMAH merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dari jasa kesehatan lain yang ditawarkan oleh rumah sakit tersebut. Akan tetapi dalam penentuan tarif jasa rawat inap RSI AL UMMAH masih menggunakan metode biaya tradisional, sehingga jasa rawat inap yang ditawarkan menjadi lebih murah (undercosting) atau lebih mahal (overcosting) dari beban biaya yang seharusnya dikonsumsi pada jasa rawat inap tersebut.

Metode tradisional kurang efektif digunakan dalam penentuan harga pokok dari produk, karena hanya memfokuskan pada penyajian informasi keuangan berupa biaya yang terjadi pada tahap perawatan pasien. Sedangkan dalam pengelolaan pelayanan rawat inap diperlukan informasi tentang penyebab timbulnya biaya berupa aktivitas. Adanya informasi yang lengkap mengenai aktivitas penyebab timbulnya biaya dapat mempengaruhi tarif rawat inap.

Metode tradisional menyediakan informasi biaya tarif rawat inap berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh manajer atau direktur. Akan tetapi wewenang yang dimiliki manajer ataupun direktur tidak dapat digunakan untuk mempengaruhi biaya tarif rawat inap karena manajer ataupun direktur tidak


(19)

memiliki informasi mengenai aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya tersebut. Metode ABC menyajikan data tentang aktivitas yang menginformasikan kepada manajer ataupun direktur tentang aktivitas dari sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.

Metode tradisional menyediakan informasi tentang biaya tarif rawat inap yang kurang akurat, karena informasi biaya tarif rawat inap hanya memperhitungkan biaya perawatan pasien sebagai bagian biaya rawat inap. Pada metode ABC disajikan informasi tentang semua biaya yang dibebankan pada tarif rawat inap, sehingga biaya rawat inap yang diperoleh akurat. Informasi yang akurat mengenai biaya tarif rawat inap dapat membantu manajer ataupun direktur dalam menganalisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.

Aktivitas merupakan faktor utama penyebab timbulnya biaya dan biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan terhadap aktivitas tersebut. Biaya tarif rawat inap dapat diperkirakan dengan baik melalui perencanaan aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya.

Untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas dari RSI AL UMMAH, maka akan dilakukan perhitungan untuk menentukan tarif jasa rawat inap berdasarkan metode activity based costing.

1.2. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan uraian latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, diantaranya:


(20)

1. Aktivitas dan biaya apa sajakah yang berhubungan dengan penentuan tarif rawat inap di RSI AL UMMAH?

2. Bagaimanakah cara penentuan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC)?

3. Apakah terdapat perbedaan terhadap perhitungan tarif rawat inap dengan metode tradisional dengan metode Activity Based Costing (ABC)?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Menghitung biaya operasional rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC).

2. Menentukan tarif jasa rawat inap yang sesuai dengan mempertimbangkan laba yang ingin dicapai rumah sakit.

3. Membandingkan hasil perhitungan tarif jasa rawat inap yang telah diterapkan rumah sakit dengan metode Activity Based Costing (ABC).

1.4. Batasan Permasalahan

Batasan permasalahan digunakan agar penelitian yang efektif tercapai. Adapun batasan permasalahan yang digunakan antara lain:

1. Penelitian dilakukan pada Rumah Sakit Islam Al Ummah.

2. Data biaya yang dikumpulkan dan diolah terhitung selama satu tahun, dimulai dari bulan Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 pada semua kelas jasa rawat inap.


(21)

3. Penelitian biaya yang dilakukan hanya sebatas biaya yang dikeluarkan rumah sakit dalam fasilitas rawat inap, tenaga perawat, konsumsi, kebersihan, administrasi, perawatan dan perbaikan fasilitas dan aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan perawatan pasien.

1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan

Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam pemecahan masalah ini adalah:

1. Data dan informasi biaya dari pihak rumah sakit dianggap tidak berubah secara signifikan.

2. Pelayanan yang diberikan kepada pasien rawat inap sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan pihak rumah sakit.

3. Tidak terjadi perubahan biaya dan tarif selama penelitian

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah: JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI


(22)

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan penjelasan mengenai kelas jasa dan tarif rawat inap.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah. BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH


(23)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II


(24)

2.1. Sejarah Perusahaan

Rumah Sakit Islam AL UMMAH didirikan pada tahun 1995 oleh Yayasan Masjid Raya Pusat Pasar. Pendirian Rumah Sakit Islam AL UMMAH didasarkan atas pemikiran pengurus Yayasan Masjid Raya Pusat Pasar dan hasil konsultasi dengan Dr. H. Syahrial R.Anas, MHA yang saat itu menjabat sebagai kepala dinas kesehatan Kotamadya Medan. Berdasarkan hasil pemikiran dan konsultasi yang dilakukan, pengurus Yayasan Masjid Raya Pusat Pasar setuju untuk mendirikan suatu unit pelayanan kesehatan,yaitu rumah sakit di wilayah Kotamatsum.

Pada tanggal 26 Februari 2000 Rumah Sakit Islam AL UMMAH diresmikan oleh Walikotamadya KDH TK. II Medan, yaitu bapak H. Bachtiar Djafar dengan nama Rumah Sakit Ibu dan Anak AL UMMAH.

Pada tahun 2006 terjadi perubahan nama Rumah Sakit dari Rumah Sakit Ibu dan Anak AL UMMAH menjadi Rumah Sakit Islam AL UMMAH. Pergantian nama Rumah Sakit ini dikarenakan pihak Rumah Sakit ingin memberikan pelayanan kesehatan tidak hanya kepada ibu dan anak, akan tetapi kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan khususnya yang berada di wilayah Kotamatsum.

Rumah Sakit Islam AL UMMAH sudah beberapa kali mengalami pergantian posisi direktur, yaitu:

1. Dr. Yumna Hasbullah 1998 - 1999

2. Syafruddin Ahmad LC 1999 - 2000


(25)

4. Dr. Suhaimi Bakhri 2001 - 2005 5. Dr. Ahmad Khuwailid Sp. OG 2005 - sekarang

Rumah Sakit Islam AL UMMAH dari awal berdiri hingga sekarang masih melakukan perbaikan pelayanan dan penambahan beberapa fasilitas pendukung pelayanan kesehatan.

2.2. Visi, Misi, dan Fungsi Perusahaan

Penetapan visi dan misi adalah tahapan yang sangat penting dari perencanaan jangka panjang yang bersifat strategik seperti corporate planning. Visi memberikan arahan yang menyeluruh bagi organisasi. Selain memiliki visi yang jelas, setiap organisasi juga perlu mendefinisikan misi atau alasan keberadaan dari organisasi.

2.2.1. Visi Perusahaan

Visi sebuah organisasi adalah sebuah gambaran mengenai organisasi tersebut diwaktu yang akan datang dalam kata-kata singkat yang menjadi dasar bagi arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi tersebut. Menurut Fred R. David (2006) menyatakan dengan singkat dan padat, visi adalah untuk menjawab pertanyaan”Ingin menjadi apakah kita?”1

1

Fred.R.David, Strategic Management (Penerbit Salemba Empat : Jakarta), p.13

Rumah Sakit Islam AL UMMAH yang didirikan berdasarkan keinginan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki visi, yaitu:


(26)

Dari uraian singkat visi tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwasanya RSI AL UMMAH ingin memberikan pelayanan kesehatan yang Islami sehingga tercipta masyarakat yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani.

2.2.2. Misi Perusahaan

Misi adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya. Pernyataan tersebut menjawab pernyataan dasar ” apa bisnis kita?”, dengan kata lain misi menggambarkan arah masa depan suatu organisasi.2

1. Membina staf medis dan nonmedis rumah sakit dan mengelola rumah sakit untuk kemaslahatan ummat.

Rumah Sakit Islam AL UMMAH yang didirikan berdasarkan keinginan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki misi, yaitu:

2. Memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat Kotamatsum dan sekitarnya.

Fungsi Perusahaan

Rumah Sakit Islam AL UMMAH memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Suatu badan pengadaan pelayanan kesehatan

2. Penunjang pelayanan kesehatan dan non kesehatan

3. Memberikan pelayanan rujukan pasien ke rumah sakit lain.

2


(27)

2.3. Jenis Pelayanan dan Fasilitas Perusahaan 2.3.1. Jenis Pelayanan Perusahaan

Pelayanan kesehatan yang ada di RSI AL UMMAH untuk mendukung pelaksanaan fungsinya sebagai salah satu badan pelayanan kesehatan saat ini sudah cukup memadai, walaupun baru berusia 8 tahun. Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan yang ada di RSI AL UMMAH, yaitu:

1. Pelayanan Poli

Ada beberapa pelayanan poliklinik spesialis, yaitu: a. Poliklinik Kandungan (Obgyn)

b. Poliklinik Penyakit Dalam c. Poliklinik Anak

d. Poliklinik Bedah e. Poliklinik Gigi f. Poliklinik Umum 2. Unit Gawat Darurat (UGD)

a. Ambulance 3. Pelayanan Penunjang

a. Laboratorium b. Instalasi Farmasi

4. Pelayanan Keperawatan a. Rawat Inap


(28)

Rawat inap disediakan pihak rumah sakit untuk memberikan perawatan intensif kepada pasien. Pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit didaftarkan pada pihak administrasi, sehingga diperoleh informasi yang berkenaan dengan pasien. Pasien yang telah terdaftar akan dirawat pada fasilitas (hunian) yang telah tersedia dan perawat akan memantau perkembangan kesehatan pasien selama menjalani masa perawatan. Pihak rumah sakit juga menyediakan makanan untuk pasien, membersihkan kamar, menyediakan kain bersih, dan memeriksa fasilitas yang ada pada hunian/kamar yang tersedia dan digunakan selama pasien dirawat sehingga pasien merasa nyaman selama dirawat di rumah sakit. Setelah diizinkan pulang, pasien diwajibkan mengurus surat-surat selama dirawat pada pihak administrasi.

b. Gizi

5. USG dan EKG

6. Administrasi dan Tata Usaha

2.3.2. Fasilitas Perusahaan

Selain jenis pelayanan yang diuraikan diatas, RSI AL UMMAH juga memiliki beberapa fasilitas. Sebagian besar fasilitas tersebut tercakup dalam pelayanan yang diberikan RSI AL UMMAH, fasilitas tersebut adalah:

1. Ruang Rawat Inap.


(29)

a. Kelas VIP

Ruang rawat inap kelas VIP didukung dengan beberapa fasilitas yang tersedia, yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, AC, kulkas, TV, dan kamar mandi di dalam. Ruang rawat inap kelas VIP yang terdapat di RSI AL UMMAH hanya 1 ruangan dan kelas ini hanya ditempati oleh seorang pasien.

b. Kelas 1

Ruang rawat inap kelas 1 didukung dengan beberapa fasilitas yang tersedia, yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, AC, TV, dan kamar mandi di dalam. Pada RSI AL UMMAH kelas 1 terdapat 1 ruangan dan setiap ruangan ditempati oleh seorang pasien.

c. Kelas 2

Ruang rawat inap kelas 2 didukung dengan beberapa fasilitas yang tersedia, yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, kipas angin, TV, dan kamar mandi di dalam. Pada RSI AL UMMAH kelas 2 terdapat 1 ruangan dan setiap ruangan ditempati oleh dua orang pasien.

d. Kelas 3

Ruang rawat inap kelas 3 didukung dengan beberapa fasilitas yang tersedia, yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, kipas angin, dan kamar mandi di luar. Pada RSI AL UMMAH kelas 3 terdapat 2 ruangan dan setiap ruangan ditempati oleh dua orang pasien.


(30)

Ruang rawat inap sall didukung dengan beberapa fasilitas yang tersedia, yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, kipas angin, TV, dan kamar mandi di luar. Pada RSI AL UMMAH ruangan sal terdapat 2 ruangan dan setiap ruangan ditempati oleh lima orang pasien.

2. Ruang Operasi 3. Ruang Bersalin 4. Ruang Bayi

5. Ambulance 24 jam 6. Laboratorium 24 jam 7. Instalasi USG dan EKG

8. Fasilitas untuk Peserta Askes Komersial (Askes Plus)

2.4. Organisasi dan Manajemen

Organisasi merupakan suatu sistem yang bersifat sosio-teknis. Sistem adalah suatu keseluruhan dinamis yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan. Dinamis berarti bergerak, berkembang ke arah suatu tujuan. Sosio (sosial) berarti yang bergerak di dalam dan yang menggerakkan sistem itu adalah manusia.

Manajemen berasal dari kata bahasa Inggris management dengan kata asal to manage yang secara umum berarti mengelola. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi. Dengan demikian manajer adalah orang yang memimpin atau pemimpin. Manajemen adalah suatu rangkaian


(31)

langkah terpadu yang mengembangkan organisasi sebagai sistem yang bersifat sosio-ekonomi-teknis.

2.4.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan atau kerjasama orang-orang yang menggerakkan dan berada dalam suatu organisasi. Adanya organisasi akan mengakibatkan setiap tugas dan kegiatan dapat didistribusikan dan dilakukan oleh setiap anggota kelompok secara efisien dan efektif sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik karena akan terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tanggung jawab.

Pendekatan organisasi modern lebih menekankan pada pentingnya hubungan horizontal dalam organisasi sebagai alat organisasi, disamping alat hubungan vertikal dan juga menganjurkan penggunaan unit-unit organisasi yang lengkap pada bagian-bagian organisasi untuk mempermudah pengorganisasian. Struktur organisasi yang satu dengan yang lainnya mungkin sekali berbeda. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan hubungan interaksional antara pekerjaan, faktor fisik, faktor pegawai dan lain sebagainya.

Rumah Sakit Islam AL UMMAH menggunakan struktur organisasi lini-fungsional. RSI AL UMMAH membuat pembagian tugas berdasarkan pengelompokkan aktivitas atau kegiatan dan tugas yang sama untuk membentuk suatu unit kerja, sehingga efisiensi kerja lebih tinggi dan penyederhanaan dalam


(32)

hal mekanisme pengendalian kegiatan, tanggung jawab yang jelas, dan pengembangan karir individu berdasarkan fungsi ataupun profesinya. Tugas, wewenang dan tanggungjawab berjalan vertikal menurut garis lurus mulai dari pimpinan tertinggi sampai pada bawahan masing-masing.

Struktur organisasi RSI AL UMMAH disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi, sehingga ada suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan setiap pegawai mengetahui dengan jelas dari mana perintah datang dan kepada siapa harus mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya. Struktur organisasi Rumah Sakit Islam AL UMMAH dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(33)

(34)

Direktur

Administrasi/Tata Usaha

Keamanan Laundry

Farmasi

Laboratorium Ins. Farmasi

Cleaning Service Koord. Dokter

Jaga

Tekhnisi Kasir Keuangan Pemeliharaan

Rumah Tangga

= hubungan lini

= hubungan fungsional

Medical Record

Gizi Keperawatan

Rawat Inap

Pelayanan Poli


(35)

2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab setiap personil harus disesuaikan dengan aktivitas kerjanya sehari-hari serta tugas dan tanggung jawabnya dengan struktur organisasi yang ada. Tanggung jawab yang diberikan harus seimbang dengan tugas yang diterima.

Uraian tugas dan tanggung jawab personil pada Rumah Sakit Islam AL UMMAH adalah sebagai berikut:

1. Direktur

a. Memimpin, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan medis di rumah sakit.

b. Menentukan semua kebijakan dan peraturan, serta menyusun rencana kerja pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.

c. Mengawasi pelaksanaan tugas rumah sakit dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

d. Memiliki wewenang dalam mengambil tindakan tertentu yang berhubungan dengan operasional rumah sakit.

2. Koordinator Dokter Jaga

a. Menyusun dan membuat jadwal piket dokter jaga di rumah sakit. b. Mengawasi pelaksanaan jadwal piket dokter jaga di rumah sakit. c. Memberikan pertolongan pertama kepada pasien.

3. Keperawatan

a. Menyusun, membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan perawatan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan.


(36)

b. Mengelola dan membina seluruh unit bagian dalam bidang dan fungsinya sehingga dapat bekerja secara optimal

4. Farmasi

a. Menyusun, menyimpan dan menyalurkan kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan di rumah sakit.

b. Merencanakan kebutuhan bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan laboratorium.

c. Melakukan pemeriksaan kondisi, kualitas, dan ketersediaan obat-obatan dalam persediaan secara berkala dan memesannya jika habis.

d. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan laboratorium sesuai dengan prosedur yang ada.

5. Rumah Tangga

a. Menyusun jadwal penugasan kebersihan ruangan dan laundry.

b. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan tugas dari kebersihan dan laundry. c. Mengelola makanan dan melakukan penyuluhan serta konsultasi gizi

pasien di rumah sakit.

d. Memantau perbaikan gizi pasien melalui pengendalian gizi dalam menu makanan yang diberikan.

e. Menyusun dan menetapkan kandungan gizi makanan yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.

6. Pemeliharaan

a. Menyusun, membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan keamanan, rumah tangga, dan tekhnisi


(37)

b. Menyusun dan mengatur jadwal pelaksanaan pemeliharaan rutin atas peralatan medis rumah sakit.

c. Menerima laporan kerusakan dan mengatur waktu pelaksanaan perbaikan atas kerusakan peralatan medis.

d. Menetapkan cara pengamanan rumah sakit.

e. Mengawasi dan memeriksa keadaan keamanan di rumah sakit dan lingkungan sekitarnya.

7. Kabid. Administrasi

a. Menyusun, membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan administrasi dan keuangan.

b. Melakukan kegiatan tata usaha dan keuangan rumah sakit.

c. Menghimpun seluruh data di rumah sakit untuk menyusun program dan laporan rutin rumah sakit.

d. Menyusun dan mengelola anggaran rumah sakit.

RSI AL UMMAH memiliki beberapa tenaga kerja yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja di RSI AL UMMAH No Jenis Tenaga Kerja Jumlah

1 Tenaga Medis 10

2 Paramedis Perawatan 15

3 Paramedis Non Perawatan 5

4 Non Medis 10

Jumlah 40


(38)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Akuntansi Biaya

3.1.1. Ruang Lingkup Akuntansi Biaya

Dalam perkembangannnya, akuntansi mempunyai beberapa bidang khusus. Hal ini seiring dengan perkembangan dunia usaha, pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi yang pesat dan faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap kegiatan perusahaan.

Akuntansi biaya adalah salah satu bidang akuntansi yang menekankan pada penentuan dan pengendalian biaya. Biaya ini merupakan biaya yang digunakan untuk memproduksi suatu produk. Pada saat ini akuntansi biaya dapat dilakukan pada berbagai bidang kegiatan non manufaktur, sepeerti perusahaan asuransi, perbankan, sekolah, rumah sakit.

Pada saat ini akuntansi biaya telah berkembang menjadi alat dari manajemen yang berfungsi menyediakan informasi biaya bagi kepentingan manajemen agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Informasi biaya tersebut diperlukan oleh manajemen untuk tujuan sebagai berikut:3

1. Penentuan Harga Pokok

Dalam penentuan harga pokok, biaya-biaya dihimpun menurut pekerjaan (job), bagian-bagian (departements), produk dan jasa.

3

Firdaus A. Dunia, Akuntansi Biaya (Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:Jakarta), p.2-3.


(39)

2. Perencanaan Biaya

Perencanaan merupakan suatu usaha untuk merumuskan tujuan dan meyusun program operasi yang lengkap dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya mengenai:

a. Harga jual dan volume penjualan b. Profitabilitas dari produk

c. Pembelian

d. Pengeluaran barang modal e. Perluasan pabrik

3. Pengendalian Biaya

Pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melakukan perbandingan secara terus-menerus antara pelaksanaan dengan rencana.

4. Dasar untuk Pengambilan Keputusan

Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang berbeda, agar dapat dibandingkan oleh manajemen dengan pendapatan dari berbagai tindakan alernatif yang akan dipilih. Berdasarkan informasi ini, maka manajemen dapat membuat keputusan perencanaan yang menyangkut:

a. Membuat produk baru

b. Menghentikan atau meneruskan suatu produk tertentu c. Menerima atau menolak pesanan-pesanan tertentu d. Membeli atau membuat sendiri


(40)

3.2. Konsep Biaya

Biaya adalah pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang.

3.2.1. Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya diperlukan untuk menyajikan data biaya yang berguna bagi manajemen untuk mencapai berbagai tujuan. Biaya dapat diklasifikan berdasarkan:4

1. Kegiatan Manufaktur

2. Tingkat Kegiatan atau Volume

3. Departemen yang ada dalam suatu Pabrik 4. Periode Akuntansi

5. Fungsi Manajemen atau Jenis Kegiatan Manufaktur

3.2.1.1. Biaya Berdasarkan Kegiatan Manufaktur

Biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur disebut biaya produksi. Biaya ini diklasifikasikan dalam tiga elemen utama sehubungan dengan produk yang dihasilkan, yaitu:

1. Bahan Langsung (Direct Material)

Biaya bahan langsung merupakan biaya yang ditimbulkan dari seluruh bahan langsung yang menjadi bagian yang membentuk barang jadi.

2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)

4


(41)

Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari semua tenaga kerja lagsung yang secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin yang ikut dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk atau barang jadi.

3. Overhead Pabrik (Factory Overhead)

Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Istilah lain adalah biaya produksi tidak langsung, dimana istilah ini sesuai dengan sifat biaya overhead pabrik yang terdiri dari berbagai elemen biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung kepada pekerjaan atau produk tertentu. Biaya ini dapat diklasifikasikan dalam tiga unsur pokok, yaitu:

a. Bahan tidak langsung b. Tenaga kerja tidak langsung

c. Biaya produksi tidak langsung, seperti: asuransi dan penyusutan peralatan pabrik.

3.2.1.2. Biaya Berdasarkan Tingkat Kegiatan atau Volume

Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan atau volume, maka biaya dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis biaya, yaitu: 1. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara langsung dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, baik volume produksi ataupun volume penjualan. Biaya-biaya produksi yang diidentifikasikan sebagai biaya variabel adalah biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung.


(42)

2. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume.

3. Biaya Semi Variabel (SemiVariable Cost)

Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai unsur biaya tetap dan variabel. Unsur tetap ini merupakan biaya minimum yang harus dikeluarkan untuk jasa yang digunakan, seperti biaya listrik, telepon, dan sebagainya. Pembebanan biaya listrik terdiri dari elemen tetap yaitu biaya beban minimum dari daya.

3.2.1.3. Biaya Menurut Departemen yang ada dalam suatu Pabrik

Biaya yang ada dikelompokkan menurut departemen atau unit organisasi yang lebih kecil dari suatu pabrik dimana biaya-biaya tersebut terjadi. Pengelompokkan biaya seperti ini dapat membantu manajemen dalam menentukan harga pokok produk yang lebih tepat. Dalam perusahaan manufaktur terdapat dua jenis departemen, yaitu:

1. Departemen Produksi

Departemen produksi merupakan unit organisasi dari suatu perusahaan manufaktur, dimana proses produksi dilaksanakan secara langsung atas produk. Biaya yang terjadi dalam departemen ini seluruhnya dibebankan secara langsung kepada produk yang bersangkutan.


(43)

2. Departemen Pembantu

Departemen pembantu merupakan unit organisasi yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi. Departemen ini memberikan jasanya kepada departemen produksi maupun departemen pembantu lainnya. Biaya yang terjadi dalam departemen ini dikelompokkan sebagai biaya overhead pabrik.

3.2.1.4. Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi

Pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya tersebut dibebankan terhadap pendapatan. Biaya berdasarkan periode akutansi diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu: 1. Biaya Produk (Product Cost)

Pada perusahaan manufaktur biaya ini sama dengan biaya produksi, yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya-biaya ini pada saat terjadi dicatat dan dialokasikan sebagai persediaan, tetapi apabila terjadi penjualan atas persediaan maka biaya dari persediaan akan menjadi harga pokok penjualan yang akan dibandingkan dengan pendapatan yang telah terealisasikan dari penjualan tersebut.

2. Biaya Periode (Period Cost)

Biaya periode adalah biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan atau produk tetapi berhubungan dengan periode akuntansi. Biaya periode ini hanya bermanfaat untuk satu periode akuntansi yang disebut pengeluaran pendapatan.


(44)

3.2.1.5. Biaya Menurut Fungsi Manajemen atau Jenis Kegiatan Fungsional

Pengklasifikasian biaya menurut jenis dari kegiatan fungsional bertujuan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis dan pengendalian biaya atas dasar fungsi yang ada dalam suatu organisasi perusahaan. Berdasarkan jenis kegiatan fungsional maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk hingga siap untuk dijual.

2. Biaya Penjualan

Biaya penjualan merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk menjual suatu produk atau jasa.

3. Biaya Umum atau Administrasi

Biaya umum atau administrasi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk memimpin, mengendalikan dan menjalankan suatu perusahaan.

3.3. Biaya Perunit Produk

Perhitungan biaya perunit produk secara konseptual adalah total biaya yang berkaitan dengan unit produk yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit produk yang diproduksi. Pada perusahaan manufaktur biaya perunit merupakan salah satu bagian informasi yang penting, yang digunakan untuk menilai persediaan, penentuan laba, dan pengambilan sejumlah keputusan penting. Pengungkapan biaya biaya persediaan dan penentuan laba adalah kebutuhan dalam membuat laporan keuangan


(45)

Perusahaan jasa juga memerlukan informasi biaya perunit. Perusahaan jasa dalam menentukan biaya perunit terlebih dahulu harus mengidentifikasi unit jasa yang disediakan, misalnya saja rumah sakit membebankan biaya-biaya kepada pasien, pasien yang dirawat perhari, dan jenis prosedur pelayanan lain yang ditawarkan (sinar X, tes darah, dan sebaginya).

Perusahaan jasa menggunakan data biaya yang sama dengan perusahaan manufaktur di dalam menentukan profitabilitas, kelayakan untuk memperkenalkan layanan baru, membuat keputusan harga, dan lain-lain. Akan tetapi, karena perusahaan jasa tidk menghasilkan produk fisik, mengakibatkan perusahaan jasa tidak perlu menilai persediaan barang jadi.

3.4. Activity Based Costing

Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas dalam perhitungan harga pokok produk. Biaya (sumber daya) ditelusuri ke aktivitas dan aktivitas ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk. ABC terkenal juga dengan transactioncosting (pembebanan harga pokok produkberdasarkan transaksi).

Activity Based Costing (ABC) juga merupakan suatu hasil upaya perbaikan oleh akuntan manajemen untuk mengevaluasi profitabilitas lini produk yang berbeda, dimana dilakukan penelusuran terhadap biaya overhead secara tepat. Hal ini dikarenakan biaya overhead secara tidak langsung berhubungan dengan produk akhir.


(46)

Activity Based Costing (ABC) bukan sekedar sistem informasi biaya untuk tujuan penentuan secara akurat objek biaya. Namun lebih jauh dari itu ABC didesain untuk tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan individu dan pemberdayaan karyawan (informing and empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership strategy. Obyek biaya adalah seluruh item seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktifitas, dan lain-lain dimana untuk itu biaya diukur dan dibebankan.

Biaya aktivitas atau kegiatan yang tidak mendatangkan nilai tambah dapat dihilangkan atau dikurangi dengan beberapa cara, seperti5

1. Kegiatan inspeksi dapat dihilangkan dengan mengembangkan total quality control dan zero defect manufacturing, movement time dapat dikurangi dengan mengembangkan celluler manufacturing, dan waiting storage time dapat dikurangi dengan mengembangkan sistem persediaan just intime (JIT).

:

2. Memilih alternatif-alternatif kegiatan yang membutuhkan biaya terendah. 3. Mengurangi waktu dan sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu kegiatan 4. Meningkatkan efisiensi kegiatan yang mendatangkan nilai tambah ke tingkat

skala ekonomi tanpa diikuti oleh kenaikan total biaya kegiatan tersebut sehingga biaya perunit kegiatan yang dibebankan kepada produk akan menurun.

5

I Ketut Sujana, Aplikasi Activity Based Costing (ABC) dalam Analisis Value Chain dan Keunggulan Kompetitif, Buletin Studi Ekonomi, Volume 11 No 3 Tahun 2006, p. 285-286.


(47)

3.4.1. Sejarah Activity Based Costing (ABC)

Pada permulaan tahun 1971, George J Staubus mengusulkan suatu sistem manajemen baru yang dibangun berdasarkan akativitas, akan tetapi kurang mendapatkan perhatian karena dibutuhkan suatu sistem komputer untuk mengumpulkan data aktivitas yang pada saat itu belum ada. Pada awal tahun 1980-an, industri dan akademisi mengetahui kelemahan mengenai sistem akuntansi biaya, dimana arus kas dan nilai pemegang saham menjadi tujuan utama dari kebanyakan perusahaan. Dan pada tahun 1984 Robert S. kaplan dan Dr. Tom Johnson mulai menguraikan secara terperinci kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan dari sistem akuntansi biaya sekarang, dan pada saat yang bersamaan Dr. Robin Cooper mengembangkan suatu sistem biaya baru yang mengalokasikan biaya berdasarkan transaksi biaya overhead dan activity yang disebut dengan metode Activity Based Costing (ABC).

Activity Based Costing (ABC) mulai mendapatkan perhatian dan menyebar luas. Northerm Telecom, Hewlett Packkard, Honeywell, dan Avery International adalah beberapa perusahaan yang telah menggunakan sistem ABC.

Jika pada awal perkembagannya sistem ABC hanya difokuskan kepada biaya overhead pabrik, pada tahap perkembangan selanjutnya sistem ABC diterapkan ke semua biaya mulai dari biaya desain, biaya produksi, biaya penjualan, sampai biaya administrasi dan umum. Sistem ABC menggunakan aktivitas sebagai titik pusat untuk mempertanggungjawabkan biaya, karena aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan manufaktur dan tidak terbatas di


(48)

tahap produksi, maka sistem ABC dapat dimanfaatkan di perusahaan non manufaktur dan mencakup biaya di luar kegiatan produksi.

3.4.2. Pengertian Activity Based Costing (ABC)

Menurut Amin Widjaja (1992), “ ABCadalah sistem manajemen biaya yang tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehingga sistem ABC dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama”.6

Sedangkan menurut Blocher, Chen dan Lin (2000) memberikan defenisi mengenai Activity Based Costing (ABC), adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.7

Pengertian lain ABC “merupakan suatu sistem pengalokasian kembali biaya keobjek biaya dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut”.

8

6

Amin Widjaja Tunggal, Activity Based Costing Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), p.27

7

Edward J. Blocher, Kung H. Chen, Thomas W. Lin, Manajemen Biaya, Jilid 1 (Jakarta: Salemba Empat, 2000), p.120-121

8

Nurhayati, Perbandingan Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Biaya ABC, Jurnal Teknik Industri USU, 2004, p.2.


(49)

Aktivitas didefinisikan sebagai suatu tindakan, gerakan atau rangkaian pekerjaan yang dilakukan dalam organisasi yang berguna untuk tujuan penentuan biayaberdasarkan aktivitas. Sumber daya merupakan unsur ekonomis yang dibebankan atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. Objek biaya merupakan bentuk akhir dimana biaya pengukuran biaya diperlukan. Elemen biaya merupakan jumlah yang dibayarkan untuk sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas.

Activity Based Costing (ABC) bukan sekedar sistem informasi biaya untuk tujuan penentuan secara akurat cost object, yang menjadi cost object adalah pelanggan, produk, jasa, proyek atau unit kerja lainnya dimana manajemen menginginkan pengukuran biaya secara terpisah. Namun lebih jauh dari itu ABC didesain untuk tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan (personel) dan pemberdayaan karyawan (informing and empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership strategy.

3.5. Perbedaan Sistem Biaya Berbasis Aktivitas (ABC) dengan Sistem Biaya Tradisional

Activity based costing system berbeda dari sistem penentuan biaya tradisional yang umum digunakan karena dianggap murah dan mudah perhitungannya untuk diterapkan.

Sistem biaya tradisional dimana sumber bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dapat ditelusuri secara langsung dalam produk, sedangkan seluruh


(50)

sumber daya tidak langsung ditelusuri melalui cost drivernya yang dibebankan pada produk. Semua biaya yang tidak dialokasikan pada proses penciptaan nilai (value chain) tidak dapat dialokasikan pada produk yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Traditional costing system umum digunakan karena dianggap murah dan mudah perhitungannya untuk diterapkan. Kelemahan yang muncul akibat penggunaan traditional costing system di atas, nampaknya dapat diatasi dengan mengunakan activity based costing sistem (ABC).

Sumber Bahan Baku Langsung Produk Seluruh Sumber Daya Tidak Langsung Sumber Tenaga Kerja Langsung

Semua Biaya yang Tidak Dialokasikan pada Proses Penciptaan Nilai Dibebankan Secara Langsung Dibebankan Melalui Cost Driver Dibebankan Secara Langsung Tidak dapat Dialokasikan pada Produk

Gambar 3.1. Sistem Biaya Tradisional

Sumber: Horngren, Sundem dan Stratton, Introducing to Management Accounting, Prentice Hall

Business Publishing, 2002.

Sedangkan sistem biaya berbasis aktivitas lebih memahami hubungan antara aktivitas, sumber daya, biaya, dan pemicu biaya adalah kunci dalam memahami ABC dan bagaimana ABC dapat membantu para manajer dalam memahami kegiatan operasional yang dapat dilihat pada Gambar 3.2.


(51)

ABC system tidak saja hanya menggunakan unit output sebagai cost driver tetapi juga menggunakan non unit driver. ABC system juga dapat mengarahkan manajer untuk memfokuskan diri terhadap pengaturan aktivitas yang ada sehingga aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambah dapat diminimalkan, karena sistem ini memberikan informasi yang lengkap mengenai semua aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan secara terintegrasi.

Keputusan yang diambil oleh para manajer berdasarkan informasi yang dihasilkan ABC dikenal sebagai activity based management (ABM), yang dijabarkan sebagai sistem yang luas, dengan pendekatan terintegrasi yang mengarahkan manajemen untuk berfokus pada aktivitas-aktivitas untuk meningkatkan customers value sehingga meningkatkan profit.

Sumber Bahan Baku Langsung Produk Sumber Langsung lainnya Sumber Tenaga Kerja Langsung

Semua Biaya yang Tidak Dialokasikan pada Proses Penciptaan Nilai Dibebankan Secara Langsung Dibebankan Secara Langsung Tidak dapat Dialokasikan pada Produk Sumber Tidak Langsung Z Sumber Tidak Langsung A Aktivitas 1 Aktivitas 10

Cost Driver Cost Driver

% % % %

Gambar 3.2. Sistem Biaya Berbasis Aktivitas

Sumber: Horngren, Sundem dan Stratton, Introducing to Management Accounting, Prentice Hall


(52)

3.6. Manfaat dan Keunggulan Activity Based Costing

3.6.1. Manfaat Activity Based Costing

Manfaat utama dari Activity Based Costing (ABC), adalah:9

1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang

mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusan strategi yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar, dan pengeluaran modal.

2. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan product value dan process value dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik, dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan nilai.

3. ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya yang sesuai untuk pengambilan keputusan bisnis.

3.6.2. Keunggulan Activity Based Costing

Beberapa keunggulan dari Activity Based Costing (ABC) dalam penentuan biaya adalah sebagai berikut :10

1. Biaya produk atau pelanggan lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.

9

Opcit, p.127

10


(53)

2. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.

3. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk atau pelanggan, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.

4. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk atau pelanggan.

5. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modern dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi ( transaction-based) dari pada berbasis volume produk.

6. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.

7. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.

3.7. Konsep Dasar Activity Based Costing

Produk dalam Activity Based Costing (ABC) dapat diartikan sebagai barang atau jasa yang berusaha dijual oleh perusahaan, termasuk pelayanan


(54)

kesehatan, asuransi, pinjaman bank, pelayanan konsultasi, bensin, bioskop, roti, dan lain-lain. Semua produk tersebut diatas dihasilkan melalui aktivitas perusahaan dan aktivitas inilah yang mengkonsumsi sumber daya.

Biaya yang tidak dapat didistribusikan secara langsung pada produk akan dibebankan pada aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut timbul. Biaya untuk tiap aktivitas ini kemudian dibebankan pada produk yang bersangkutan. Hubungan untuk mengalokasikan biaya ke produk dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Sumber Daya

(Resources)

Aktivitas (Activities)

Produk atau Pelanggan

Gambar 3.3. Model Dasar Activity Based Costing

Sumber: Amin Widjaja Tunggal, Activity Based Costing Suatu Pengantar, Jakarta, PT. Rineka Cipta,1992.

Dasar-dasar sistem biaya ABC ini mencakup biaya produksi tidak langsung, aktivitas, objek biaya (cost object), pemicu biaya (cost driver) dan kelompok biaya (cost pool).

3.7.1. Cost Objective (Tujuan Biaya)

Konsep penting untuk mengerti tentang sistem biaya ABC adalah tujuan biaya (cost objective). Tujuan biaya didefenisikan sebagai "item" akhir (final) dimana semua biaya terakumulasi. Tujuan biaya final ini berupa akumulasi biaya untuk mentransfer barang atau jasa kepada konsumen diluar perusahaan.


(55)

Tujuan biaya final dapat berupa produk atau jasa pelayanan yang disediakan oleh suatu perusahaan untuk konsumen. Pada sistem manufakturing, tujuan biaya dapat berupa produk jadi atau proses manufakturing.

3.7.2. Cost Driver (Pemicu Biaya)

Pemicu biaya didefenisikan sebagai faktor yang digunakan untuk mengukur bagaimana biaya terjadi atau dapat juga dikatakan sebagai cara untuk membebankan biaya pada aktivitas atau produk. Secara praktis, pemicu biaya menunjukkan dimana biaya harus dibebankan dan seberapa besar biayanya.

Pemicu biaya adalah penyebab terjadi biaya, sedangkan aktivitas adalah merupakan dampak yang ditimbulkannya, Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC) digunakan beberapa macam pemicu biaya, sedangkan pada sistem biaya tradisional hanya menggunakan satu macam pemacu biaya tertentu yang digunakan sebagai basis, misalnya jam tenaga kerja/jam kerja orang, rupiah tenaga kerja, atau jam mesin.

Paling tidak ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan pemicu biaya (cost driver) ini yaitu: biaya pengukuran dan tingkat korelasi antara cost driver dengan konsumsi overhead sesungguhnya. Hal ini dapat dijelaskan, sebagai berikut:

1. Biaya Pengukuran (Cost of Measurement)

Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC), sejumlah besar pemicu biaya dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting untuk memilih pemicu biaya yang menggunakan informasi yang telah


(56)

tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang homogen dapat menawarkan sejumlah pemicu biaya. Untuk keadaan ini, pemicu biaya yang dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran.

2. Derajat Korelasi (Degree of Corelation) Antara Pemicu Biaya don Konsumsi Overhead Aktualnya

Struktur informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain untuk meminimalkan biaya pengumpulan informasi konsumsi pemicu biaya. Terdapat kemungkinan utnuk menggantikan suatu pemicu biaya yang secara langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas dengan pemicu biaya yang tidak secara langsung, mengukur konsumsi tersebut. Misalnya, jam inspeksi dapat digantikan oleh jumlah inspeksi aktual tiap produk, angka ini dapat lebih diketahui. Penggantian ini berlaku apabila jam yang digunakan dalam setiap inspeksi perproduk adalah cukup stabil.

3.7.3. Cost Pool (Kelompok Biaya)

Definisi kelompok biaya (cost pool) adalah sekelompok biaya yang memiliki karekteristik yang sama. Karakteristik ini berkaitan dengan tolak ukur aktivitas yang sama, untuk maksud pembebanan biaya ke produk. Dalam penelitian ini, biaya-biaya utama tidak dibagi menjadi kelompok-kelompok biaya, agar pembebanan biayanya bisa dilakukan dengan lebih akurat.


(57)

3.8. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC

Pembebanan biaya overhead pada Activity Based Costing juga menggunakan dua tahap seperti pada sistem biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional.

Activity Based costing menggunakan lebih banyak cost pools bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada biaya tradisional dan membebani biaya dengan menggunakan sistem variasi basis yang lebih cocok. Sistem tersebut juga memberikan variasi yang lebih besar sebelum sampai pada prosedur pembebanan tahap kedua.

3.8.1. Tahap Pertama

Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC pada tahap ini dimulai dengan pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen yang terdiri dari 4 langkah, , yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas

2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.

3. Mengidentifikasikan Cost Driver


(58)

4. Menentukan tarif perunit Cost Pool

Adalah biaya perunit cost pool yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif perunit cost pool dapat dihitung dengan rumus:

Tarif perunit Cost Pool

CostDriver

ool vitasCostP JumlahAkti

=

3.8.2. Tahap Kedua

Pada tahap ini, dilakukan penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan menggunakan rumus:

Biaya Overhead Produk yang dibebankan = Tarif perunit Cost Pool x Cost Driver yang dipilih

3.9. Klasifikasi Aktivitas

Pada sistem Activity Based Costing (ABC), aktivitas adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan merancang dan memproduksi suatu produk. Pengklasifikasian aktivitas akan memudahkan kalkulasi biaya produk. Pada proses manufaktur ada empat kategori aktivitas, yaitu:11

1. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)

Aktivitas ini dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit produk. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume atau unit) adalah

11


(59)

pemakaian bahan, pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas menjalankan mesin.

2. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)

Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan setiap batch atau kelompok produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin diproduksi. Contoh aktivitas berlevel batch adalah setup mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap batch dan penanganan bahan.

3. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)

Aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas berlevel produk adalah merancang produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa dan ekspedisi.

4. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)

Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk secara umum. Contoh aktivitas berlevel fasilitas adalah keamanan, keselamatan kerja, pemeliharaan, manajemen pabrik, depreiasi pabrik dan pembayaran pajak properti.

3.10. Penerapan Activity Based Costing pada Perusahaan Jasa dan Pemasaran

Sistem ABC selain diterapkan pada perusahaan manufaktur juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa, walaupun pembahasan mengenai ABC sejauh ini


(60)

dipusatkan pada manufaktur. Activity Based Costing dapat digunakan pada organisasi jasa, karena semua organisasi jasa memiliki aktivitas dan keluaran (output) yang memiliki permintaan atas aktivitas tersebut. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan fundamental atau mendasar antara organisasi jasa dan manufaktur.12

Pada perusahaan manufaktur, aktivitas cenderung dilakukan dengan cara yang sama. Kesamaan tersebut tidak terdapat pada perusahaan jasa, seperti aktivitas pada bank dan rumah sakit berbeda. Selain itu perbedaan lain antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan jasa adalah keluarannya. Pada perusahaan manufaktur output atau keluarannya dapat didefinisikan (produk berwujud), tetapi pada perusahaan jasa mendefinisikan keluarannya sangat sulit karena tidak berwujud. Walaupun demikian, keluaran perusahaan jasa harus didefinisikan sehingga dapat dihitung biayanya.13

Pada perusahaan jasa seperti rumah sakit secara umum produknya dapat didefinisikan sebagai pasien yang dirawat inap dan menjalani pengobatan, oleh karena itu rumah sakit merupakan perusahaan multiproduk karena terdapat berbagai jenis produk atau pelayanan dari menginap dan pengobatan. Untuk mengilustrasikan sistem ABC yang potensial, akan difokuskan pada satu jenis jasa yang disediakan kepada setiap pasien, yaitu perawatan harian yang terdiri dari aktivitas hunian, penyediaan makanan, perawatan dan sebagainya. Dari ilustrasi

12

Hansen & Mowen, Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2004), p.151-152

13


(61)

tersebut kita dapat mendefinisikan keluaran sebagai hari pasien di rawat di rumah sakit.14

Activity Based Costing selain pada perusahaan jasa dan manufaktur juga dapat diterapkan pada kegiatan pemasaran dan administrasi, seperti penjualan, pengiklanan, pemenuhan pesanan, pengiriman, penagihan dan akutansi penggajian. Dalam pemasaran, aktivitasnya meliputi pengiklanan, penjualan, pemenuhan pesanan, pengiriman, penggudangan, dan pengumpulan kredit yang dilakukan bagian administrasi. Pada aktivitas pemasaran, penerapan ABC biaya pemasaran ditelusuri ke cost pool aktivitas yang selanjutnya ditelusuri ke lini produk dan daerah untuk mengukur profitabilitas.15

14

Ibid, p.152

15


(62)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan suatu langkah sistematis yang menjadi dasar bagi peneliti untuk membantu pencapaian tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian adalah untuk memecahkan masalah.

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam AL UMMAH yang beralamat di Jl. Utama/Ismailiyah No. 211 Medan. Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Desember - Januari 2008

4.2. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, dimana penelitian ini mengumpulkan informasi aktual secara rinci, mengidentifikasi masalah, membuat perbandingan dan evaluasi, dan menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

4.3. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan bertujuan untuk menelusuri lebih jauh mengenai teori dan objek penelitian, sehingga peneliti menjadi lebih jelas terhadap masalah yang dihadapi, mengetahui dengan pasti tentang apa yang akan diteliti, dimana dan melalui siapa informasi dapat bertujuan untuk menelusuri lebih jauh objek


(63)

penelitian, sehingga peneliti menjadi lebih jelas terhadap masalah yang dihadapi, mengetahui dengan pasti tentang apa yang akan diteliti, dimana dan melalui siapa informasi dapat

Studi pendahuluan pada penelitian ini meliputi studi literatur dan wawancara secara langsung kepada pihak rumah sakit. Studi literatur bertujuan untuk menelusuri teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, sehingga memudahkan peneliti di dalam perumusan dan penyelesaian masalah secara ilmiah. Wawancara yang dilakukan dengan pihak rumah sakit khususnya bagian administrasi bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, sehingga tidak akan terjadi kesulitan disaat peneliti melakukan penelitian dan memperoleh informasi tersebut.

4.4. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan terdiri dari : 1. Data primer

Pengumpulan Data Primer yaitu dengan cara melakukan peninjauan secara langsung di rumah sakit. Adapun data yang dikumpulkan, yaitu:

a. Aktivitas yang ada pada jasa rawat inap b. Jumlah ruangan rawat inap yang tersedia c. Fasilitas yang ada pada ruangan rawat inap.


(64)

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan, laporan, buku dari bagian atau instansi yang terkait. Data sekunder yang dikumpulkan adalah:

a. Gambaran umum perusahaan yang meliputi, sejarah perusahaan, visi, misi, dan fungsi perusahaan, jenis pelayanan dan fasilitas perusahaan, dan organisasi manajemen.

b. Biaya yang berhubungan dengan jasa rawat inap. c. Jumlah dan lama hari pasien dirawat inap.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: 1. Metode Observasi

Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara mengamati objek secara langsung.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data, dimana peneliti mencari dan memperoleh data berupa catatan, buku, selebaran, agenda kerja dan sebagainya.

3. Metode Interview

Metode Interview adalah teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan tanya jawab secara lisan kepada staf dan pembimbing lapangan.


(65)

4.5. Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui pengamatan kemudian diolah melalui dua tahap, yaitu:

1. Tahap I

a. Mengidentifikasi Aktivitas dan Menggolongkan Biaya ke Berbagai Aktivitas.

b. Mengklasifikasikan Aktivitas Biaya ke Berbagai Aktivitas. c. Mengidentifikasi Cost Driver (Pemicu Biaya).

d. Menentukan Tarif perunit Cost Pool. 2. Tahap II

Melakukan penelusuran dan pembebanan biaya dari aktivitas ke produk.

4.6. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis dan pemecahan masalah dari hasil pengolahan data dilakukan dengan cara membandingkan tarif rawat inap yang saat ini digunakan oleh rumah sakit dengan hasil perhitungan tarif rawat inap dengan metode ABC.

4.7. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan berisi tentang rangkuman dari pengolahan data yang dilakukan dan disajikan secara ringkas yang selanjutnya diikuti dengan pemberian saran kepada pihak rumah sakit sebagai masukan.


(66)

Gambar 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian

Perumusan Masalah

Data Sekunder

1. Gambaran Umum Perusahaan

2. Biaya yang Berhubungan dengan Jasa Rawat Inap

3. Jumlah dan Lama Hari Pasien dirawat Inap

Data Primer

1. Aktivitas yang ada Pada Jasa Rawat Inap

2. Jumlah Ruangan Rawat Inap yang Tersedia

3. Fasilitas yang ada Pada Ruangan Rawat Inap

Pengumpulan Data Studi Pendahuluan

1. Studi Literatur

2. Wawancara dengan Pihak Rumah Sakit

Penentuan Tujuan Penelitian

Pengolahan Data Prosedur Tahap I :

1. Mengidentifikasi akivitas dan Menggolongkan Biaya kedalam Berbagai Aktivitas

2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai Aktivitas

3. Mengidentifikasi Cost Driver 4. Menentukan Tarif perunit Cost Pool Prosedur Tahap II:

Penelusuran dan Pembebanan Biaya dari Aktivitas ke Produk

Kesimpulan dan Saran

Analisis Pemecahan Masalah

Membandingkan Hasil Perhitungan Tarif Rawat Inap yang digunakan oleh rumah sakit dengan Perhitungan Tarif Rawat Inap Metode ABC


(67)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data 5.1.1. Data Aktivitas

Data aktivitas pada penelitian ini adalah data yang berhubungan dengan seluruh aktivitas pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit. Adapun data yang berhubungan dengan aktivitas di unit rawat inap, yaitu:

1. Input, merupakan pasien yang dirawat inap di rumah sakit.

2. Proses, kegiatan yang meliputi aktivitas-aktivitas pada unit rawat inap, yaitu: a. Perawatan Pasien

b. Penyediaan Makanan

c. Penyediaan Fasilitas (Hunian) d. Administrasi

e. Pelayanan Kebersihan f. Laundry

g. Pemantauan dan Pemeliharaan Fasilitas

3. Output, merupakan hari pasien menginap selama dirawat di rumah sakit. 4. Pemicu Biaya


(68)

5.1.2. Data Biaya

Data biaya pada penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit yang berhubungan dengan aktivitas atau kegiatan rawat inap. Adapun data biaya yang ada pada penelitian ini, yaitu:

1. Biaya Tenaga Kerja, yang terdiri dari: a. Direktur

b. Perawat Medis c. Laundry d. Ahli Gizi e. Dapur

f. Cleaning Service g. Administrasi h. Keamanan i. Teknisi

2. Biaya Bahan Makanan 3. Biaya Listrik

4. Biaya Air

5. Biaya Perlengkapan Administrasi 6. Biaya Perlengkapan Kebersihan 7. Biaya Perlengkapan Laundry 8. Biaya Bahan Habis Pakai


(69)

5.1.2.1. Biaya Tenaga Kerja

1. Direktur

Direktur melakukan pemantauan pelaksaan medis di rumah sakit, salah satunya kegiatan medis rawat inap. Gaji yang diterima direktur sebesar Rp. 3.000.000. Biaya gaji direktur tidak sepenuhnya dibebankan pada unit rawat inap, tetapi juga pada unit non rawat inap. Biaya gaji direktur tersebut dibebankan 50% untuk rawat inap dan 50% untuk non rawat inap, sehingga diperoleh biaya yang dibebankan pada unit rawat inap selama setahun sebesar Rp. 18.000.000.

2. Perawat Medis

Perawatan pasien rawat inap dilakukan oleh perawat, perawat akan mengawasi dan mengecek segala kebutuhan pasien. Gaji perawat di RSI AL UMMAH sebulan Rp.725.000/orang. Jumlah tenaga perawat medis di RSI AL UMMAH selama periode tahun 2008 adalah 15 orang, sehingga diketahui total biaya tenaga perawat selama 1 tahun sebesar Rp. 130.500.000. Total biaya perawat medis 70% dibebankan pada unit rawat inap dan 30% pada unit non rawat inap karena selain merawat pasien, perawat juga membantu dokter dalam melakukan pemeriksaan pada pelayanan poli. Biaya yang dibebankan pada unit rawat inap sebesar Rp. 91.350.000

3. Laundry

Tenaga kerja bagian laundry yang ada di rumah sakit berjumlah 1 orang dan gajinya sebesar Rp 500.000, sehingga diperoleh biaya tenaga kerja bagian


(70)

laundry sebesar Rp. 6.000.000. Total biaya ini sepenuhnya dibebankan pada unit rawat inap.

4. Ahli Gizi

Tenaga kerja ahli gizi yang ada di rumah sakit berjumlah 1 orang dan gajinya sebesar Rp 750.000, sehingga diperoleh biaya tenaga kerja ahli gizi selama setahun sebesar Rp. 9.000.000. Total biaya ini sepenuhnya dibebankan pada unit rawat inap.

5. Dapur

Tenaga kerja bagian dapur yang ada di rumah sakit berjumlah 1 orang dan gajinya sebesar Rp 500.000, sehingga diperoleh biaya tenaga kerja bagian dapur selama setahun sebesar Rp. 6.000.000. Total biaya ini sepenuhnya dibebankan pada unit rawat inap.

6. Cleaning Service

Tenaga kerja cleaning service yang ada di rumah sakit berjumlah 2 orang dan gajinya sebesar Rp 500.000, sehingga diperoleh biaya tenaga kerja cleaning service selama setahun sebesar Rp.12.000.000. Total biaya ini tidak sepenuhnya dibebankan pada unit rawat inap, tetapi juga pada unit non rawat inap. Biaya cleaning service tersebut dibebankan 60% untuk aktivitas pembersihan ruang rawat inap dan 40% untuk pembersihan ruangan lain di lingkungan rumah sakit, sehingga diperoleh biaya yang dibebankan pada unit rawat inap selama setahun sebesar Rp. 7.200.000.


(71)

7. Administrasi

Tenaga kerja administrasi yang ada di rumah sakit berjumlah 3 orang, yang terdiri dari bagian keuangan 1 orang dan kasir 2 orang dan gaji untuk bagian keuangan sebesar Rp 1.200.000 dan kasir masing-masing Rp. 1.000.000, sehingga diperoleh biaya tenaga kerja administrasi selama setahun sebesar Rp.38.400.000. Total biaya ini tidak sepenuhnya dibebankan pada unit rawat inap, tetapi juga pada unit non rawat inap. Biaya administrasi tersebut dibebankan 50% untuk rawat inap dan 50% untuk non rawat inap, sehingga diperoleh biaya administrasi yang dibebankan pada unit rawat inap sebesar Rp.19.200.000.

8. Keamanan

Tenaga kerja keamanan yang ada di rumah sakit berjumlah 2 orang dan gajinya masing-masing sebesar Rp. 900.000, sehingga diperoleh biaya tenaga kerja keamanan selama setahun sebesar Rp.21.600.000. Biaya ini tidak sepenuhnya dibebankan pada rawat inap, tetapi juga pada non rawat inap. Biaya keamanan ini dibebankan 70% pada rawat inap dan 30% pada non rawat inap, sehingga diperoleh biaya yang dibebankan pada unit rawat inap sebesar Rp.15.120.000.

9. Teknisi

Tenaga kerja teknisi yang ada di rumah sakit berjumlah 1 orang dan gajinya sebesar Rp. 900.000, sehingga diperoleh biaya tenaga kerja teknisi selama setahun sebesar Rp.10.800.000. Biaya ini tidak sepenuhnya dibebankan pada unit rawat inap, tetapi juga pada unit non rawat inap. Biaya ini dibebankan


(1)

dengan tarif rawat inap RSI AL UMMAH yang selama ini digunakan. Perbandingan tarif jasa rawat inap ini dapat dilihat pada Tabel 6.8.

Tabel 6.8. Perbandingan Tarif Rawat Inap Metode ABC dengan Metode Tradisional di RSI AL UMMAH

No Kelas Biaya Ranap Laba Metode ABC (B. Ranap + Laba)

Metode Tradisional Selisih (Rp) Selisih (%) 1 VIP Rp. 213.438 Rp. 42.688 Rp. 256.126 Rp. 250.000

Rp. 6.126 2,45% 2 Kelas 1 Rp. 183.958

Rp. 36.792 Rp. 220.750 Rp. 200.000 Rp.20.750 10,37% 3 Kelas 2 Rp. 122.795 Rp. 24.559 Rp. 147.354 Rp. 150.000

Rp. 2.646 1,76% 4 Kelas 3 Rp. 78.219 Rp. 15.644 Rp. 93.863 Rp. 100.000

Rp.6.137 6,14% 5 Sal Rp. 54.791 Rp. 10.958 Rp. 65.749 Rp. 60.000

Rp.5.749 9,58% Sumber: RSI AL UMMAH danHasil Pengolahan Data setelah diolah kembali

Perbedaan yang terjadi dalam penentuan tarif jasa rawat inap yang digunakan pihak rumah sakit dengan metode ABC, dikarenakan pembebanan biaya yang dikonsumsi jasa pelayanan rawat inap dengan metode ABC dan tradisional berbeda, sehingga biaya yang diperoleh dapat lebih besar atau lebih kecil.

Agar diperoleh hasil yang maksimal terhadap penentuan tarif rawat inap yang digunakan, sehingga tidak merugikan pihak rumah sakit ataupun pasien yang dirawat inap maka perhitungan tarif rawat inap dilakukan berdasarkan besarnya beban biaya yang dikonsumsi jasa pelayanan rawat inap dan data biaya atau aktivitas yang digunakan harus lebih akurat. Selain beban biaya yang dikonsumsi tidak merata, faktor lain yang menyebabkan terjadinya perbedaan tarif adalah:


(2)

1. Lama Hari Pasien dirawat

Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit maka pengalokasian cost pool

semakin besar. Hal ini disebabkan beban biaya yang ditanggung kelas tersebut lebih tinggi, sehingga biaya yang dibutuhkan lebih besar.

2. Jumlah Kamar

Jumlah kamar yang tersedia juga merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya di dalam penentuan harga pokok untuk masing-masing kelas. Semakin banyak jumlah kamar yang ada, maka semakin besar beban biaya yang dikeluarkan pihak rumah sakit dan pemicu biayanya juga besar, sehingga beban perunitnya semakin kecil.


(3)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan perhitungan tarif rawat inap RSI AL UMMAH dengan menggunakan metode Activity Based Costing, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Biaya aktivitas yang ada pada jasa rawat inap di RSI AL UMMAH, adalah: a. Direktur

b. Perawat Medis

c. Biaya Tenaga Kerja Laundry d. Biaya Ahli Gizi

e. Biaya Tenaga Kerja Dapur

f. Biaya Tenaga Kerja Cleaning Service g. Biaya Tenaga Kerja Administrasi h. Biaya Tenaga Kerja Keamanan i. Biaya Tenaga Kerja Teknisi j. Biaya Bahan Makanan k. Biaya Listrik

l. Biaya Air

m. Biaya Perlengkapan Administrasi n. Biaya Perlengkapan Kebersihan


(4)

p. Biaya Bahan Habis Pakai

q. Biaya Pemeliharaan dan Perawatan

2. Hasil perhitungan tarif rawat inap untuk masing-masing kelas dengan metode ABC adalah:

a. Kelas VIP : Rp. 256.126 b. Kelas 1 : Rp. 220.750 c. Kelas 2 : Rp. 147.354 d. Kelas 3 : Rp. 93.863 e. Sal : Rp. 65.749

3. Tarif rawat inap rumah sakit pada tahun 2008 a. Kelas VIP : Rp. 250.000

b. Kelas 1 : Rp. 200.000 c. Kelas 2 : Rp. 150.000 d. Kelas 3 : Rp. 100.000 e. Sal : Rp. 60.000

4. Perbedaan yang terjadi dalam penentuan tarif jasa rawat inap yang digunakan pihak rumah sakit dengan metode ABC, dikarenakan pembebanan biaya yang tidak merata pada beban biaya yang dikonsumsi jasa pelayanan rawat inap. 5. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam penentuan tarif

jasa rawat inap adalah lama hari pasien dirawat yang menyebabkan pengalokasian cost pool semakin besar. Selain itu jumlah kamar dan tempat tidur yang ada pada masing-masing kelas juga menyebabkan beban biaya yang


(5)

dikeluarkan semakin besar, sehingga pemicu biayanya juga besar dan tarif perunit semakin kecil.

7.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak rumah sakit yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Pihak rumah sakit diharapkan meninjau kembali harga pokok dari tarif rawat inap yang digunakan selama ini dengan hasil penelitian perhitungan tarif rawat inap dengan metode Activity Based Costing (ABC), karena metode ABC memiliki keakuratan yang lebih baik dimana biaya yang ada dibebankan kepada sumber daya yang dikonsumsi aktivitas.

2. Pihak rumah sakit juga harus memperhatikan faktor-faktor eksternal dalam penentuan harga pokok tarif rawat inap, seperti tarif pesaing dan fasilitas pelayanan yang diberikan.

3. Pihak rumah sakit dapat membuat kebijakan baru di dalam menetapkan tarif rawat inap berdasarkan perhitungan tarif rawat inap dengan mtode ABC.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

David F.R. 2006. Strategic Management. Penerbit Salemba Empat : Jakarta. Dunia Firdaus A. 1994. Akuntansi Biaya. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia : Jakarta.

Sujana I. Ketut. 2006. Aplikasi Activity Based Costing (ABC) dalam Analisis

Value Chain dan Keunggulan Kompetitif. Buletin Studi Ekonomi, Volume 11 No.3 : Universitas Udayana Denpasar.

Tunggal A. Widjaja. 1992. Activity Based Costing Suatu Pengantar. PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Blocher Edward J., Chen Kung H., Lin Thomas W. 2000. Manajemen Biaya Jilid1. Salemba Empat : Jakarta.

Nurhayati. 2004. Perbandingan Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Biaya ABC. Jurnal Teknik Industri : USU

Horngren, Sundem, Stratton. 2002. Introducing to Management Accounting. Business Publishing : Prentice Hall.

Hansen Don R., Maryanne M. Mowen. 2004. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat: Jakarta.

Mulyadi. 2003. Activity Based Cost System. UPP AMP YKPN : Yogyakarta. Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.


Dokumen yang terkait

EVALUASI PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

14 218 117

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RS Islam Klaten).

1 1 11

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten).

0 1 9

PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA RUMAH SAKIT TIDAR MAGELANG.

1 4 9

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten).

2 2 9

PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DENGAN METODE ACTIVITY BASED PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU.

0 2 12

PENDAHULUAN PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU.

0 1 7

Analisis perbandingan biaya jasa kamar rawat inap rumah sakit dan pendekatan Activity Based Costing (ABC).

2 4 95

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT ESTOMIHI MEDAN

0 0 3

Evaluasi Penentuan Tarif Rawat Inap Kelas Vip Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Dengan Metode Activity Based Costing cover

1 1 16