Pengaruh Perubahan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak terhadap Peringkat Obligasi.

(1)

Universitas Kristen Maranatha VIII

This research is aimed to analyze the influence of changes in accounting profit and profit tax differences tax obligation rating changes. The population of research selected are the companies which are rated by PEFINDO in 2011-2013, the samples of research used a companies receiving bond rating by PEFINDO and a listing on the Indonesia stock exchange 2011-2013.Data analysis uses ordinal logit regression analysis tool, this regression model used to do modeling a chance incident.

From the results of the analysis indicate that the difference in tax income changes and return a positive accounting has no effect and does not change the ranking significantly to bonds, the difference in profit tax changes and return a negative accounting effect significantly changes the ranking of bonds.


(2)

Universitas Kristen Maranatha IX

Penelitian.ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap peringkat obligasi. Populasi penelitian yang digunakan adalah perusahaan yang mendapatkan peringkat obligasi oleh PEFINDO pada tahun 2011-2013, sampel yang digunakan adalah perusahaan yang mendapatkan peringkat obligasi oleh PEFINDO dan listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2013. Analisis data menggunakan alat analisis ordinal logit regression, model regresi ini tepat digunakan untuk melakukan suatu kemungkinan kejadian.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan perbedaan laba pajak dan laba akuntansi yang positif tidak berpengauh dan tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi, perubahan perbedaan laba pajak dan laba akuntansi yang negatif berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi.

Kata Kunci : Peringkat Obligasi, Laba Pajak, Laba Akuntansi, Perbedaan Laba Pajak dan Laba Akuntansi.


(3)

Universitas Kristen Maranatha X

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Teori Efisiensi Pasar ... 11


(4)

Universitas Kristen Maranatha XI

2.1.2 Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal ... 14

2.1.3 Rekonsiliasi Fiskal ... 19

2.1.4 Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer ... 20

2.1.4.1 Perbedaan Permanen ... 20

2.1.4.2 Perbedaan Temporer ... 26

2.2 Pajak Kini ... 28

2.2.1 Definisi Pajak Kini ... 28

2.2.2 Pengakuan Pajak Kini... ... 28

2.3 Pajak Tangguhan ... 29

2.3.1 Definisi Pajak Tangguhan ... 29

2.3.2 Pengukuran Pajak Tangguhan ... 29

2.3.3 Pengakuan Pajak Tangguhan ... 32

2.3.4 Penyajian Pajak Tangguhan ... 34

2.3.5 Pengungkapan Pajak Tangguhan ... 35

2.4 Peringkat Obligasi... 37

2.4.1 Perubahan Peringkat Obligasi ... 42

2.5 Kerangka Pemikiran... 42

2.5.1 Penelitian Terdahulu... .. 47

2.6 Hipotesis ... 49

BAB III METODE PENELITIAN... 52

3.1 Objek Penelitian ... 52


(5)

Universitas Kristen Maranatha XII

3.3.1 Variabel Dependen ... 53

3.3.2 Variabel Independen ... 59

3.4 Populasi dan Sampel ... 62

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.6 Metode Analisis ... 66

3.6.1 Uji Normalitas ... 66

3.6.2 Uji Multikolinearitas ... 67

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas ... 68

3.6.4 Uji Hipotesis... . 68

3.6.4.1 Uji Parsial ... 68

3.6.4.2 Uji F Statistik ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

4.1 Hasil Penelitian... 73

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 73

4.1.2 Analisis Model Regresi dan Pengujian Hipotesis... 75

4.1.2.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 75

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 75

4.2.1 Uji Normalitas ... 75

4.2.2. Uji Multikolinieritas. ... 77

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 78

4.2.4 Uji Autokorelasi ... 80


(6)

Universitas Kristen Maranatha XIII

4.2.7Analisis Koefisien Determinasi... 83

4.2.8 Uji Hipotesis... 85

4.2.8.1 Uji F Simultan... 85

4.2.8.2 Uji t Parsial... 86

4.3 Pembahasan ... 88

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1 Simpulan ... 91

5.2 Keterbatasan ... 92

5.3 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(7)

Universitas Kristen Maranatha XIV

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 46


(8)

Universitas Kristen Maranatha XV

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Akuntansi Komersial dan Fiskal ... 16

Tabel 2.2 Definisi Peringkat Obligasi yang dikeluarkan Pefindo ... 38

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ... 48

Tabel 3.1 Definisi Peringkat Obligasi PT Pefindo ... 54

Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai Peringkat Obligasi ... 57

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel... 61

Tabel 3.4 Prosedur Pemilihan Sampel... 63

Tabel 3.5 Daftar Perusahaan Sampel ... 64

Tabel 4.1 Descriptive Statistics... ... 73

Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 77

Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas... 78

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi... 80

Tabel 4.5 Analisis Linier Berganda... 81

Tabel 4.6 Analisis Koefisien Berganda... 83

Tabel 4.7 Analisis Koefisien Determinasi Berganda... 84

Tabel 4.8 Analisis Koefisien Determinasi Parsial... 84

Tabel 4.9 Uji F Simultan... 86


(9)

Universitas Kristen Maranatha XVI

Halaman

Grafik 4.1 Grafik Probability Plots ... 76 Grafik 4.2 Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas ... 79


(10)

Universitas Kristen Maranatha XVII

Halaman

Lampiran A Positive book tax difference ... 95

Lampiran B Negative book tax difference ... 99

Lampiran C Perubahan Peringkat obligasi ... 103

Lampiran D Descriptive Statistics ... 107

Lampiran E Uji Normalitas ... 108

Lampiran F Uji Multikolinearitas ... 109

Lampiran G Descriptive Statistics ... 110

Lampiran H Uji Autokorelasi ... 111

Lampiran I Analisis Regresi Linier Berganda... 112

Lampiran J Analisis Koefisien Korelasi Berganda ... 113

Lampiran K Koefisien Determinasi ... 114

Lampiran L Uji F... 115


(11)

Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendanaan umumnya diperoleh dalam bentuk modal dengan menerbitkan saham yang merupakan bukti kepemilikan dari perusahaan dimana investor yang membeli saham memperoleh kepemilikan atas perusahaan tersebut. Perusahaan sebagai pihak yang membutuhkan dana dapat menghimpun dana melalui pasar modal dengan menjual sahamnya kepada publik atau menerbitkan surat hutang atau obligasi. Sedangkan investor sebagai pihak yang memiliki dana dapat mempergunakan pasar modal sebagai salah satu alternatif investasi untuk memperoleh keuangan.

Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan (financing) bagi perusahaan yang dapat diperoleh dari pasar modal, secara sederhana, obligasi merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada investor (bondholder), dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo (Adler et al, 2007).

Feeber (2000) menyatakan bahwa investor lebih memilih berinvestasi pada obligasi dibanding saham karena 2 alasan, yaitu; 1) volatilitas saham lebih tinggi dibanding obligasi, sehingga mengurangi daya tarik investasi pada saham, dan 2)


(12)

Universitas Kristen Maranatha obligasi menawarkan tingkat pengembalian yang positif dengan pendapatan tetap (fixed income), sehingga obligasi lebih memberikan jaminan dibandingkan saham.

Sebelum suatu penerbit baik perusahaan maupun Negara mengeluarkan suatu obligasi, maka akan dilakukan proses pengujian terhadap obligasi tersebut, dimana di Indonesia dilakukan oleh Bapepam-LK selaku pengawas pasar modal dan dilakukan pengujian peringkat (rating) obligasi. Biasanya proses penerbitan secara keseluruhan membutuhkan waktu sekitar 3-6 bulan sebelum obligasi tersebut dinyatakan dapat diterbitkan dan bias dibeli oleh investor (Manurung et al, 2008).

Rating merupakan salah satu acuan bagi investor ketika akan memutuskan membeli suatu obligasi. Proses rating sebuah obligasi membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan. Jika pemerintah yang menjadi penerbit obligasi, maka biasanya rating obligasi itu sudah merupakan investment grade, karena pemerintah akan memiliki kemampuan untuk melunasi kupon dan pokok hutang ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo. Akan tetapi ketika perusahaan yang menjadi penerbit suatu obligasi, maka biasanya obligasi tersebut memiliki probabilitas default, tergantung dari kesehatan keuangan perusahaan tersebut. Risiko default tersebut dapat dipengaruhi oleh siklus bisnis yang berubah sehingga menurunkan perolehan laba, kondisi ekonomi makro dan situasi politik yang terjadi dan lain sebagainya (Manurung et al, 2008). Menurut Hanafi (2004) ada dua tahap yang biasanya dilakukan dalam proses rating, yaitu : (1) melakukan review internal terhadap perusahaan yang mengeluarkan instrument hutang, (2) hasil review internal tersebut


(13)

Universitas Kristen Maranatha akan direkomendasikan kepada komite rating yang akan menentukan rating perusahaan tersebut.

Informasi yang terkandung dalam rating akan menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajibannya atas dana yang diinvestasikan oleh investor. Perusahaan yang memiliki rating yang tinggi, biasanya lebih disukai oleh investor dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki rating yang rendah. Oleh sebab itu agar obligasi suatu perusahaan yang memiliki rating yang cukup rendah dapat dijual dipasar, maka biasanya investor akan menuntut suatu premi yang lebih tinggi sebagai suatu kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh investor (Manurung et al, 2008).

Peringkat obligasi yang diumumkan ke public dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan penerbit obligasi dan investor. Penerbit obligasi ingin mengurangi asimetri informasi mengenai creditworthiness sekuritas hutangnya, akan tetapi tidak ingin mengungkapkan informasi privat ke public. Oleh karena itu penerbit obligasi dapat menggunakan agen pemeringkat sebagai pemeberi sertifikasi independen ( Baridwan dan Zuhrotun, 2005).

Di Indonesia terdapat 2 (dua) lembaga pemeringkat sekuritas hutang, yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT. Kasnic Credit Rating Indonesia. Namun pada penelitian ini lebih mengacu pada hasil rating yang dilakukan oleh PT.PEFINDO. Agen pemeringkat ini menilai dan mengevaluasi sekuritas hutang perusahaan yang diperdagangkan secara umum, baik itu dalam bentuk peringkat maupun perubahan peringkat obligasi dan selanjutnya diumumkan ke pasar.


(14)

Universitas Kristen Maranatha Dengan adanya dua perhitungan antara laba akuntansi dan laba pajak memicu beragam pertanyaan mengapa hanya laba akuntansi yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja atau kondisi keuangan perusahaan. Laba akuntansi dan laba pajak cenderung menghasilkan nilai yang berbeda, hal itu disebabkan karena adanya perbedaan dalam aturan dan metode yang digunakan dalam perhitungan keuntungan masing-masing. Laba akuntansi dihitung berdasarkan pada standar akuntansi keuangan, sedangkan laba pajak dihitung berdasarkan peraturan pajak disuatu negara. Laba akuntansi cenderung lebih fleksibel, perusahaan khususnya manajemen dapat menentukan kebijakan dan alternatif yang akan digunakan untuk setiap transaksi yang tentunya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adanya pilhan metode akuntansi dapat menjadi alat bagi manajemen untuk mengelola laba yang diperolehnya, sehingga laba yang dilaporkan cenderung lebih besar dari yang seharusnya, dan memberikan informasi yang salah kepada investor mengenai kondisi keuangan perusahaan. Adanya perbedaan perhitungan antara laba akuntansi, laba pajak dihitung berdasarkan peraturan pajak yang cenderung lebih tegas dan lebih berbasis kas, sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan pengelolaan terhadap laba pajak. Dengan demikian pihak investor dapat membuat perbedaan antara laba akuntansi dan laba pajak menjadi salah satu indikator apakah terdapat manajemen laba atau tidak didalam perusahaan tersebut (Martini dan Persada, 2010),

Fenomena di Indonesia terjadi beberapa emiten yang mengalami gagal bayar (default) yang memiliki peringkat layak investasi (investment grade) sehingga membuat beberapa investor mengalami krisis kepercayaan terhadap analisis-analisis


(15)

Universitas Kristen Maranatha kredit yang dilakukan pihak independen sekalipun (Susanto, Kompas, 30 Agustus 2004). Contohnya saja peringkat obligasi Bank Global pada tahun 2004, dimana peringkat obligasi yang dinilai oleh agen pemeringkat Kasnic adalah A-, kemudian dengan pengumuman Bank Indonesia bahwa izin bank global dibekukan, peringkat obligasi tersebut diturunkan menjadi D (default).

Fenomena lain yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan penurunan peringkat obligasi dan kategori investment grade ke kategori default berkaitan dengan penerbitan obligasi perdana perusahaan yang terjadi pada PT Mobile-8 Telecom. Pada peringkat obligasi PT Mobile-8 Telecom penerbitan obligasi perdananya tahun 2007, dimana sebelumnya peringkat obligasi perdana yang diberikan oleh agen pemeringkat PT Pefindo kepada obligasi perdana PT Mobile-8 adalah BBB+ atau masuk dalam kategori investmenr grade kemudian diturunkan menjadi D (default) yang termasuk kategori gagal bayar. Alasan diturunkannnya peringkat obligasi ini adalah Mobile-8 gagal membayar bunga obligasi kepada pemegang obligasi ditambah lagi pendapatan yang dihasilkan perusahaan ini tidak dapat menutup biaya operasional yang menyebabkan perusahaan terus mengalami kerugian (Susanto, Kompas, 30 Agustus 2004).

Dari beberapa penlitian yang ada menunjukkan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak dianggap memberikan sinyal atau informasi yang penting bagi investor. Menurut penelitian Hanlon (2005) dan Wijayanti (2006) membuktikan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak memiliki pengaruh negatif terhadap konsistensi dari laba akuntansi perusahaan. Perusahaan yang memiliki perbedaan positif (negatif) yang besar laba akuntansi dan laba pajak memiliki konsistensi yang


(16)

Universitas Kristen Maranatha lebih rendah dari laba dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki yang perbedaan kecil.

Penelitian diatas menunjukkan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak dapat memberikan informasi tentang kondisi perusahaan yang cenderung negatif bagi investor, yang akan berpengaruh terhadap penilaian kemampuan keuangan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Kemampuan keuangan perusahaan ini dinilai oleh lembaga pemeringkat dalam memberikan peringkat obligasi perusahaan tersebut, sehingga secara tidak langsung dapat diduga bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak akan mempengaruhi peringkat obligasi yang diperoleh perusahaan.

Peneltian juga telah dilakukan di luar Indonesia, dengan memperhatikan pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap peringkat obligasi.Crabtree dan Maher (2008) dan Ayers et al (2008) memperoleh hasil yang sama, yaitu terdapat efek negatif yang signifikan antara perbedaan positif (negatif) yang besar laba akuntansi dan laba pajak terhadap peringkat-peringkat obligasi perusahaan. Perusahaan yang memiliki perbedaan positif (negatif) yang besar cenderung memiliki peringkat yang rendah.

Adanya perbedaan dari peraturan perpajakan di setiap negara mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang sama di Indonesia untuk memperkuat penelitian sebelumnya atau menentukan bukti bahwa terdapat perbedaan hasil antara pengaruh dari laba akuntansi dan laba pajak serta hubungannya dengan rating obligasi terhadap perusahaan yang berada di Indonesia. Rating setiap obligasi di Indonesia dapat berubah setiap waktu, perubahan ini bisa mencakup peningkatan dari rating ke


(17)

Universitas Kristen Maranatha kategori yang lebih baik atau turun ke rating yang lebih rendah atau lebih butuk. Perubahan dari penurunan rating tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal yang


(18)

Universitas Kristen Maranatha berhubungan dengan perubahan keadaan perusahaan. Perubahan keadaan perusahaan baik secara financial dapat dilihat dari berbagai macam faktor yang dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan.

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris megenai pengaruh perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap perubahan peringkat obligasi pada perusahaan Go Public yang menerbitkan obligasi pada pasar Obligasi di Indonesia. Penelitian ini layak untuk dilakukan guna menemukan bukti empiris apakah perubahan perbedaan antara Book Income dan Taxable Income yang dimiliki perusahaan mempengaruhi perubahan peringkat obligasi perusahaan pada pasar kredit obligasi di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Crabtree dan Maher (2008) adalah perbedaan lokasi dan sampel penelitian. Peneletian terdahulu berada di negara Amerika Serikat sebagai lokasi penelitian dan rating obligasi atau peringkat obligasi pada Moody’s Bond Rating Agency. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang Go Public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan menjual obligasi untuk memperoleh rating atau peringkat pada PT PEFINDO di DKI Jakarta, Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menjual obligasi mereka untuk memperoleh rating atau peringkat dari PT PEFINDO di DKI Jakarta karena perushaan yang telah mendaftarkan dirinya pada Bursa Efek dan menjadi perusahaan Go Public akan memiliki laporan keuangan yang lebih terbuka dibandingkan perusahaan yang belum menjadi perusahaan Go Public.


(19)

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai faktor yang mungkin mempengaruhi perubahan peringkat obligasi yang dimiliki oleh perusahaan. Perubahan yang paling ditekankan dalam penelitian ini adalah perubahan dari perbedaan laba akuntansi dan laba pajak yang menurut beberapa penelitian sebelumnya dinilai memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Ayer et al (2010) yang berjudul Perubahan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak Terhadap Perubahan Rating Obligasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya di luar Indonesia akan sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia karena dari perbedaan peraturan perpajakan di Indonesia. Berdasarkan hal yang telah di uraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perubahan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak Terhadap Perubahan Peringkat Obligasi di Indonesia”. Penelitian ini merupakan studi empiris pada perusahaan Go Public yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Dengan adanya peran dari lembaga pemeringkat obligasi akan memberikan manfaat dan kita akan mengetahui kualitas kinerja obligasi lebih mudah dipahami oleh investor sehingga perusahaan berkinerja rendah mudah terlihat. Namun permasalahan timbul apabila perubahan perbedaan laba akuntansi dengan laba pajak memiliki pengaruh terhadap perubahan tingkat obligasi di Indonesia. Dan hal tersebut


(20)

Universitas Kristen Maranatha menimbulkan resiko investasi antara emiten dengan investor dan kreditor. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh dari perubahan positif perbedaan laba akuntansi dan laba pajak (positive book tax difference) terhadap perubahan peringkat obligasi perusahaan,

2. Apakah terdapat pengaruh dari perubahan negatif perbedaan laba akuntansi dan laba pajak (negative book tax difference) terhadap perubahan peringkat obligasi,

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji pengaruh dari perubahan positif laba akuntansi dan laba pajak (positive book tax difference) terhadap perubahan peringkat obligasi perusahaan Indonesia.

2. Untuk menguji dari pengaruh dari perubahan positif laba akuntansi dan laba pajak (negative book tax difference) terhadap perubahan

peringkat obligasi perusahaan Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat yang ada dalam penelitian ini adalah pemberian informasi-informasi pada pihak yang membutuhkan antara lain:


(21)

Universitas Kristen Maranatha Hasil dari penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti mengenai pengaruh perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap perubahan peringkat obligasi perusahaan.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempegaruhi penentuan rating atau peringkat obligasi dari segi perpajakan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan acuan untuk mengkaji masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.


(22)

Universitas Kristen Maranatha

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Efisiensi Pasar

Teori efisiensi pasar adalah teori yang membahas tentang harga sekuritas yang mencerminkan semua informasi yang terdapat pada informasi tersebut. Ada beberapa pengertian tentang teori informasi pasar (Pandji,Piji,2001)

1. Berdasarkan nilai Intrinsik Pasar

Teori ini menjelaskan bahwa nilai yang ada pada pasar menggambarkan informasi mengenai seberapa jauh harga sekuritas yang terbentuk menyimpang dari nilai intrinsiknya.

2. Berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga

Teori ini menjelaskan bahwa nilai yang ada pada pasar mendefinisikan ketepatan ekspektasi harga sekuritas yang dibuat berdasarkan ketersediaan informasi yang tersedia.

3. Berdasarkan distribusi infomasi

Teori ini menjelaskan bahwa harga sekuritas terbentuk setelah setiap orang memiliki informasi yang terdistribusi secara merata.


(23)

Universitas Kristen Maranatha

4. Berdasarkan proses dinamik

Teori ini menjelaskan bahwa nilai yang terkandung dalam harga sekuritas secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia berkaitan dengan risiko dan keuntungan yang akan di dapat.

Konsep efisiensi pasar membahas bagaimana pasar merespon informasi-informasi yang masuk dan bagaimana informasi tersebut bisa mempengaruhi pergerakan harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru.

Bentuk-bentuk efisiensi pasar dijelaskan sebagai berikut (Pandji,Piji,2001)

2.1.1.1 Efisiensi pasar dari sudut informasi (informationally efficiency market)

a. Efisiensi pasar bentuk lemah

Teori efisiensi pasar bentuk lemah ini terkandung dalam sekuritas atau harga yang terkandung dalam sekuritas tidak secara penuh mencerminkan (fully reflect) info masa lalu.

b. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat

Teori efisiensi pasar bentuk setengah kuat terkandung dalam sekuritas atau harga yang terkandung dalam sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan namun tidak termasuk informasi yang bersifat privat bagi perusahaan.


(24)

Universitas Kristen Maranathaa

Teori efisiensi pasar bentuk kuat terkandung dalam sekuritas atau harga yang terkandung dalam sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan dan juga termasuk informasi yang bersifat privat bagi perusahaan.

Bursa Efek Indonesia di Jakarta mengacu pada Teori Efisiensi Pasar dengan efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat yaitu efisiensi pasar yang harga-harga sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan namun tidak termasuk informasi yang bersifat privat bagi perusahaan.

2.1.1.2 Efisiensi pasar dari sudut keputusan (decisionally efficient market)

a. Efisiensi pasar dilihat dari kemampuan investor/kreditor menggunakan semua informasi yang tersedia untuk pengambilan keputusan.

b. Pasar yang efisien secara informasi belum tentu efisien secara keputusan.

Kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa harga-harga yang terdapat pada obligasi atau nilai-nilai yang tercantum pada peringkat obligasi mencerminkan semua informasi yang di dalamnya terdapat mengenai risiko investasi yang akan ditanggung oleh investor /kreditor. Harga pasar yang tercantum pada obligasi atau nilai pada peringkat obligasi menjadi indikator utama dalam penilaian resiko investasi. Teori ini sesuai dengan karakteristik penelitian yang akan dilakukan terutama mengenai variabel independen pada penelitian ini yaitu peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat obligasi di Indonesia (PT PEFINDO) yang akan menjadi


(25)

Universitas Kristen Maranatha

indikator penilaian oleh investor atau kreditor mengenai peringkat yang merupakan cerminan dari resiko investasi yaitu apakah emiten akan mampu membayar kewajiban jangka panjangnya berupa obligasi atau tidak kepada para investor atau kreditor (Pandji,Piji,2001)

2.1.2 Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

Pengertian akuntansi adalah proses pencatatan, pemggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara tertentu, transaksi keuangan yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi lain serta penafsiran terhadap hasilnya, tujuan akuntansi komersial adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan akuntansi pajak tercipta karena adanya prinsip dasar yang diatur didalam undang-undang perpajakan dan pembentukannya dipengaruhi oleh fungsi perpajakan dalam mengimplementasikan sebagai kebijakan pemerintah (Oktavianti, 2011),

Hubungan antara akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal dilihat melalui laporan keuangan yang disajikan, Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) pasal 28 ayat (1), yang mengatakan bahwa Wajib Pajak Badan diwajibkan melakukan pembukuan. Selanjutnya di dalam pasal 29, pasal 1 ayat (29) Undang-Undang KUP mendefinisikan pembukuan sebagai berikut:


(26)

Universitas Kristen Maranatha “Proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,kewajiban,modal penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba-rugi untuk periode tahun pajak

tersebut”

Adanya keterkaitan antara akuntansi komersial dengan akuntasi fiskal dari sisi pelaporan laporan keuangan melalui pembukuan, maka akan menyebabkan terjadinya perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, perbedaan tersebut akan terbagi dalam perbedaan permanen dan perbedaan temporer yang akhirnya memerlukan sebuah penyesuaian melalui rekonsiliasi fiskal. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan prinsip dan standar akuntansi yang digunakan oleh akuntansi komersial (perusahaan) dan akuntansi fiskal (pajak). Akuntansi komersial yang diterapkan dalam perusahaan atau organisasi pada umumnya menggunakan Prinsip Akuntansi atau Standar Akuntansi keuangan (SAK). Sedangkan akuntansi fiskal dalam menghitung perpajakan mengacu pada peraturan dan perundang-undangan perpajakan (Mohammad Zain, 2008).

(Mohammad Zain, 2008) mengemukakan perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal sebagai berikut:


(27)

Universitas Kristen Maranatha Tabel 2.1

Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal

Masa Manfaat  Masa manfaat ditentukan

asset berdasarkan taksiran

umur ekonomis maupun

umur teknis.

 Ditelaah ulang secara

periodik.

 Nilai residu bias

diperhitungkan

 Ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan  Nilai residu tidak diperhitungkan

Harga perolehan  Untuk pembelian

menggunakan harga

sesungguhnya

 Untuk pertukaran asset tidak sejenis menggunakan harga wajar

 Untuk pertuaran asset sejenis berdasarkan nilai buku asset yang dilepas

 Untuk transaksin

yang tidak memiliki

hubungan istimewa

berdasarkan harga yang sesungguhnya.

 Untuk transaksi

yang mempunyai

hubungan istimewa

berdasarkan harga pasar


(28)

Universitas Kristen Maranatha tukar-menukar adalah berdasarkan harga pasar

Metode penyusutan  Garis lurus

 Jumlah angka tahun

 Saldo menurun/menurun

ganda

 Metode jam jasa

 Unit produksi

 Anuitas

 Sistem persediaan

Perusahaan dapat memilih salah satu metode yang dianggap sesuai, namun harus diterapkan secara konsisten dan ditelaah secara periodik.

 Untuk asset tetap

bangunan adalah garis lurus

 Untuk asset tetap bukan bangunan Wajib Pajak dapat memilih garis

lurus atau saldo

menurun ganda asal diterapkan secara taat asas

Sistem Penyusutan  Penyusutan individual

 Penyusunan

gabungan/kelompok

 Penyusutan secara

individual kecuali untuk peralatan kecil boleh secara golongan


(29)

Universitas Kristen Maranatha

Saat dimulainya

penyusutan

 Saat perolehan  Saat penyelesaian

 Saat perolehan

 Dengan izin

Menteri Keuangan dapat dilakukan pada tahun penyelesaian atau tahun mulai menghasilkan.

Sumber: Erly Suandy, 2008

(Menurut Gunadi ,2001) perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Perbedaan antara apa yang dianggap penghasilan menurut ketentuan perpajakan dan praktek akuntansi, misalnya kenikmatan dan natura (benefits and kinds), intercompany dividend, pembebasan utang dan penghasilan (BUT) karena atribusi force attraction.

2. Ketidaksamaan pendekatan perhitungan penghasila, misalnya link and match, antara beban dan penghasilan, metode depresiasi, penerapan norma perhitungan, perpajakan dengan metode basis bruto atau netto.

3. Pemberian relif atau keringanan yang lainnya, misalnya laba rugi pelaporan aktiva atau penghasilan hibah, penghasilan tidak kena pajak, perangsang penanaman dan penyusutan dipercepat.

4. Perbedaan perlakuan kerugian, misalnya kerugian mancanegara atau harta yang tidak dipakai dalam usaha.


(30)

Universitas Kristen Maranatha 2.1.3 Rekonsiliasi Fiskal

Menurut Kiswara yang dikutip Fadillah (2013), rekonsilasi merupakan penggabungan antara penyajian laporan laba rugi komersil dan laba rugi fiskal guna memperhitungkan penghasilan kena pajak. Di akhir periode pembukuan rekonsiliasi fiskal menyebabkan terjadi perbedaan antara jumlah laba bersih sebelum pajak dengan penghasilan kena pajak yang merupakan dasar pengenaan pajak. Perbedaan di dalam penyusunan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal dapat terjadi saat pengakuan biaya dan pengakuan penghasilan yang berbeda atau perbedaan dalam menggunakan metode sehingga menghasilkan biaya yang lebih rendah menurut perhitungan fiskal dibandingkan dengan biaya menurut perhitungan akuntansi komersial.

Secara keseluruhan tujuan dari suatu akuntansi keuangan adalah melakukan perbandingan yang tetap antara penghasilan dan pengeluaran. Oleh karena itu, apabila terdapat perbedaan antara jumlah penghasilan yang dihitung berdasarkan ketentuan peraturan Perundang-Undangan perpajakan dengan jumlah penghasilan yang dihitung untuk keperluan akuntansi keuangan, maka menurut ketentuan yang berlaku umum bahwa perhitungan pajak penghasilan pertama-tama didasarkan pada penghasilan yang dibuat untuk tujuan akuntansi tersebut, selain itu tujuan dibuatnya rekonsiliasi fiskal adalah untuk melihat perbedaan yang terjadi diantara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, dan menindaklanjuti perbedaan tersebut baik dalam bentuk perbedaan permanen ataupun perbedaan temporer (Einde Evana dan R. Weddie, 2008).


(31)

Universitas Kristen Maranatha 2.1.4 Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer

2.1.4.1 Perbedaan Permanen

Perbedaan permanen atau beda tetap adalah perbedaan antara laba akuntansi dan laba kena pajak yang timbul akibat adanya perbedaan pengakuan beban dan pendapatan antara pelaporan komersial dan pelaporan fiskal yang tidak akan menimbulkan permasalahan akuntansi serta tidak memberikan pengaruh terhadap kewajiban perpajakan dimasa mendatang. Akibat dari perbedaan ini akan berpengaruh juga pada laba komersial dan laba fiskal sebagai dasar menghitung pajak yang terutang sehingga menimbulkan perbedaan bila dibandingkan dengan akuntansi komersial (Gunadi ,2001)

Pada dasarnya perbedaan permanen tersebut muncul, disebabkan oleh kebijakan ekonomi atau disebabkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang menghendaki penghapusan ketentuan Perundang-undangan Perpajakan yang memberatkan salah satu subsektor dari sektor perekonomian. Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda, terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan (Zain 2008, dalam Oktavianti 2011).

Pada umumnya perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda berkenaan dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang terdapat pada Pasal 4 ayat (2) mengenai pajak penghasilan yang bersifat final yang dikenakan pajak dengan tarif progresif pada akhir tahun, 4 ayat


(32)

Universitas Kristen Maranatha

(3) mengenai apa saja yang bukan merupakan objek pajak penghasilan, pasal 9 ayat (1) dan (2) mengenai yang termasuk dalam non deductable expense atau beban yang tidak dapat dikurangkan terhadap penghasilan bruto, Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 tahun 2008.

A. Penghasilan yang termasuk pajak final pasal 4 ayat (2) (Waluyo, 2008) adalah:

1. Bunga deposito atau tabungan dan diskonto sertifikat Bank Indonesia (SBI) (Peraturan Pemerintah No. 131 tahun 2000)

2. Hadiah undian (PP No. 132 tahun 2000)

3. Bunga simpanan anggota koperasi

4. Penghasilan bunga obligasi yang diperdagangkan dan atau dilaporkan pada perdagangan di bursa efek (PP No. 41 tahun 1994 jo PP No. 14 tahun1997)

5. Penjualan saham pendiri dan bukan pendiri di Bursa Efek

6. Penghasilan dan pengalihan hak atas tanah dan bangunan

7. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari penyewaan tanah dan atau bangunan

8. Usaha jasa konstruksi yang memenuhi kualfikasi usaha kecil dan nilai pengadaan sampai dengan satu milyar rupiah


(33)

Universitas Kristen Maranatha

9. Uang pesangon, uang tembusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

10. Tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara pensiun atau jaminan sosial tenaga kerja.

B. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak (pasal 4 ayat 3) adalah:

1. a). Bantuan, sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.

b). Harta hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha pekerjaan,kepemilikan,atau pengusaha antara pihak-pihak yang bersangkutan.

2. Warisan

3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah.


(34)

Universitas Kristen Maranatha

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh Perseroan Terbatas, sebagai Wajib Pajak dalam negeri, Koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah dari penyertaan modal pada Badan Usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat:

1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan

2. Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan daham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut.

3. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

4. Penghasilan yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksudkan dalam huruf g, dalam bidang-bidang yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.


(35)

Universitas Kristen Maranatha

5. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, perkumpulan,firma, dan kongsi.

6. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.

7. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat pasangan usaha tersebut:

1. Merupakan perusahaan kecil atau menjalankan kegiatan dalam sektor- sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

2. Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia

C. Penghasilan yang boleh dikurangkan dalam pasal 9 ayat (1) adalah:

1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

2. Biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk kepentingan pribadi, pemegang saham, sekutu atau anggota.

3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha (leasing) dengan


(36)

Universitas Kristen Maranatha

hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi,dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan.

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang diberikan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan pekerjaan yang dilakukan.

7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (3) huruf a, dan b, kecuali zakat atau penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama islamdan atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama islam kepada lembaga atau badan amil zakal yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.


(37)

Universitas Kristen Maranatha

8. Pajak penghasilan

9. Biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.

10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma atau perseroan komanditeryang modalnya tidak terbagi atas saham

11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan Perundang-undangan di bidang Perpajakan.

2.1.4.2 Perbedaan Temporer

Perbedaan temporer merupakan perbedaan antara dasar pengenaan pajak (tax base) dari suatu asset atau kewajiban dengan nilai tercatat pada asset atau kewajiban yang berakibat pada perubahan laba fiskal di periode mendatang. Terjadi perubahan tersebut dapat bertambah (future taxable amount) atau berkurang (future deductable amount) pada saat dipulihkan atau kewajiban dilunasi atau dibayar. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 tahun 2010, perbedaan temporer (temporary differences)adalah perbedaan antara jumlah tercatat asset atau kewajiban dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa:

a. Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences)adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak (taxable ammounts)dalam perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai


(38)

Universitas Kristen Maranatha

tercatat asset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (sttelled).

b. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductable temporary differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan (deductable amounts)dalam perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat asset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (sttelled).

Perbedaan temporer ini berakibat harus diakuinya asset dan atau kewajiban pajak tangguhan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 tahun 2010, hal ini dapat terjadi pada kondisi:

1. Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak:

a. Dari godwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal.

b. Pada saat pengakuan awal asset atau kewajiban dari suatu transaksi yang:

i. Bukan transaksi penggabungan usaha


(39)

Universitas Kristen Maranatha

2. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductable temporary differences). Asset pajak tangguhan (deffered tax assets)diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa depan, kecuali asset pajak tangguhan yang timbul dari:

a. Goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 tahun 2010 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha

b. Pengakuan awal asset atau kewajiban pada suatu transaksi yang

i. Bukan transaksi penggabungan usaha

ii. Tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal

2.2 Pajak Kini

2.2.1 Definisi Pajak Kini

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 46 tahun 2010, Pajak kini (current tax) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) atas penghasilan kena pajak pada satu periode. Pajak kini merupakan jumlah pajak penghasilan terutang atau pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak atas penghasilan kena pajak pada satu periode yang dihitung oleh Wajib pajak berdasakan Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku dan dibayar sendiri oleh wajib pajak dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT)


(40)

Universitas Kristen Maranatha

sesuai dengan pertauran undang-undang pajak yang berlaku. Penghasilan kena pajak diperoleh dari hasil rekonsiliasi fiskal yang dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku.

2.2.2 Pengakuan Pajak Kini

Jumlah pajak kini (current tax expense) yang belum dibayar harus diakui sebagai kewajiban (tax payable). Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode-periode tersebut, selisihnya diakui sebagai aktiva (tax recievable).

2.3 Pajak Tangguhan

2.3.1 Definisi Pajak Tangguhan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 46 tahun 2010, tentang Akuntansi Pajak Penghasilan, kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Sedangkan, asset pajak tangguhan (deffered tax assets) adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan dalam periode mendatang sebagai akibat adanya perubahan temporer dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Pajak tangguhan sebagai jumlah pajak tangguhan yang terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dari sisa kerugian yang dapat dikompensasikan.


(41)

Universitas Kristen Maranatha 2.3.2 Pengukuran Pajak Tangguhan

Asset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap laba rugi fiskal yang masih dapat dikompensasikan dan perbedaan waktu antara laporan keuangan komersial dan fiskal yang dikenakan pajak, didasarkan atau dikalikan tarif pajak yang berlaku, yaitu sebagai berikut:

1. Perusahaan tertutup atau terbuka dengan kurang dari 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Tarif Pasal 17 (Wajib Pajak dengan peredaran Bruto >Rp 50.000.000.000)

Tahun Pajak Tarif Pajak

2009 28% dari Penghasilan Kena Pajak

2010 dst 25% dari Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pasal 31 E (Wajib Pajak dengan peredaran bruto  Rp 50.000.000.000

Tahun pajak Tarif Pajak

2009 14% atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian

peredaran bruto sampai dengan Rp

4.800.000.000

2010 dst 12,5% atas Penghasilan Kena Pajak dari

bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000


(42)

Universitas Kristen Maranatha

2. Perusahaan terbuka dengan paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya

Tahun Pajak Tarif Pajak

2009 23% dari Penghasilan Kena Pajak

2010 dst 20% dari Penghasilan Kena Pajak

Akibat perubahan tarif PPh Wajib Pajak Badan mengakibatkan dampak pada pajak tangguhan yang disajikan oleh perusahaan pada laporan keuangan untuk tahun buku 2009 dan seterusnya. Hal ini disebabkan oleh asumsi dasar perhitungan pajak tangguhan yang menggunakan tarif tertinggi mengalami penurunan dari 30% menjadi 28% di 2009 atau 25% di 2010 dst. Menurut Standar Akuntansi Keuangan salah satu syarat laporan keuangan adalah dapat diperbandingkan, sehingga laporan keuangan tahun 2008 perlu disajikan ulang sesuai dengan tarif baru walaupun pada tahun 2008 aturan pajak yang digunakan masih tarif lama. Hal ini juga berlaku pada tahun buku 2009 perusahaan harus menyiapkan perhitungan pajak tangguhan sesuai dengan tarif baru termasuk menyajikan ulang pajak tangguhan di tahun buku 2008. Sehingga pada saat perusahaan menyajikan laporan keuangan 2009 nanti dapat langsung disajikan dengan perbandingan. Begitu pula untuk tahub 2010 berikutnya, penyesuaian dilakukan dengan teknik dan pendekatan yang sama.

Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak untuk pemulihan nilai tercatat aktiva atau penyelesaian kewajiban yang diharapkan


(43)

Universitas Kristen Maranatha

perusahaan pada tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh di diskonto.

Nilai tercatat aktiva pajak tangguhan harus ditinjau kembal (pada tanggal neraca). Perusahaan harus menurunkan nilai tercatat tersebut apabila Penghasilan Kena Pajak tidak mungkin memadai untuk mengkompensasikan sebagian atau semua aktiva pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali bila besar kemungkinan Penghasilan Kena Pajak memadai.

2.3.3 Pengakuan Pajak Tangguhan

Pengakuan terhadap asset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap rugi fiskal yang masih dapat dikompensasikan dan perbedaan waktu antara Laporan keuangan komersial dan fiskal yang dikenakan pajak dikalikan tarif pajak yang berlaku. Untuk mengakui pajak tangguhan di dalam laporan keuangan, setiap wajib pajak harus menambahkan akun baru seperti berikut:

Laporan keuangan akun

neraca Aktiva pajak tangguhan (deffred tax assets)

 Kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liability)

Laba rugi  Penghasilan Kena Pajak Tangguhan (deffered tax income)


(44)

Universitas Kristen Maranatha  Beban Pajak Tangguhan (deffered

tax expense)

Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk seluruh beda waktu kena pajak (nilai basis akuntansi > nilai basis pajak) yang akan mengakibatkan penambahan penghasilan kena pajak di masa mendatan, kecuali jika nilai tersebut timbul dari :

1. Goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan (non deductable) untuk tujuan fiskal.

2. Pengakuan awal aktiva atau kewajiban dari suatu transaksi yang:

a. Bukan merupakan transaksi penggabungan usaha

b. Pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan penghasilan kena pajak.

Aktiva pajak tangguhan (deffered tax asset) diakui untuk seluruh beda waktu yang boleh dikurangkan (nilai basis akuntansi < nilai basis pajak) sepanjang besar kemungkinan perbedaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi penghasilan kena pajak pada masa yang akan datang, kecuali aktiva pajak tangguhan yang timbul dari:

1. Goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 22 tahun 2010 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha.


(45)

Universitas Kristen Maranatha

a. Bukan merupakan transaksi penggabungan usaha

b. Pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan penghasilan kena pajak.

Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa penghasilan kena pajak di masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi dengan rugi fiskal.

2.3.4 Penyajian Pajak Tangguhan

1. Aktiva pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban lainnya dalam neraca

2. Deffered tax asset dan deffered tax liability harus dibedakan dari tax recievable

atau prepaid tax dan tax payable

3. Deffered tax asset atau deffered tax liability tidak boleh disajikan sebagai aktiva atau kewajiban lancar.

4. Aktiva pajak kini harus di kompensasikan (offset) dengan kewajiban pajak dengan kewajiban pajak kini dan iumlah netonya disajikan dalam neraca.

5. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.

6. Aset pajak tangguhan disajikan terpisah dengan akun tagihan restitusi PPh dan kewajiban tangguhan juga disajikan terpisah dengan utang PPh 29.


(46)

Universitas Kristen Maranatha

a. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan PPh final berbeda dari Dasar Pengenaan Pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak boleh diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.

b. Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.

c. Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Dibayar di Muka dan Utang Pajak.

d. Akun PPh final dibayar di muka harus disajikan terpisah dari PPh final yang masih harus dibayar.

8. Perlakuan akuntansi untuk hal khusus:

a. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan.

b.Apabila diajukan keberatan dan atau banding, pembebanannya ditangguhkan.

c. Apabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk periode berjalan, kesalahan mendasar, dan perubahan kebijakan akuntansi.


(47)

Universitas Kristen Maranatha 2.3.5 Pengungkapan Pajak Tangguhan

1. Unsur-unsur utama beban atau penghasilan pajak

2. Jumlah pajak kini dan tangguhan dari transaksi yang berasal dari transaksi-transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.

3. Beban atau penghasilan dari pos luar biasa yang diakui pada periode berjalan.

4. Penjelasan hubungan antara beban atau penghasilan pajak dan labaakuntansi dengan cara berikut:

a. Rekonsiliasi antara beban atau penghasilan pajak dengan hasil kali laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku.

b. Rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata (average effective tax rate =

beban atau penghasilan pajak dibagi dengan laba akuntansi)

5. Penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingannya dengan tarif pada periode sebelumnya.

6. Jumlah (dan batas jumlah penggunaannya, jika ada) beda waktu dan sisa rugi kompensasi yang boleh atau tidak boleh diakui sebagai aktiva pajak tangguhan pada neraca.

7. Untuk setiap kelompok beda waktu dan untuk setiap kelompok rugi yang dapat dikompensasikan ke tahun berikut:

a. Jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca untuk setiap periode penyajian.


(48)

Universitas Kristen Maranatha

b. Jumlah beban atau penghasilan pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba rugi apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aktiva atas kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca.

8. Untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari:

a. Jumlah dari aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui neraca untuk setiap periode penyajian.

b. Jumlah beban atau penghasilan pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba rugi apabila jumlah tersebut tidak terlihat dariperubahan jumlah aktiva atau kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca.

9. Jumlah aktiva pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung pengakuannya jika:

a. Penggunaan aktiva pajak tangguhan tergantung pada apakah laba fiskal yang dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi beda waktu kena pajak yang telah ada.

b. Perusahaan telah menderita kerugian pada periode berjalan atau periode sebelumya.

2.4 Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok dan bunga utang obligasi yang mencerminkan skala risiko dari obligasi yang diperdagangkan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006). Peringkat obligasi menggambarkan skala risiko dari obligasi yang diperdagangkan. Skala ini


(49)

Universitas Kristen Maranatha

menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi pemodal yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam membayar bunga dan pokok pinjaman (Prasetiyo, 2010).

Peringkat Surat Utang Negara (obligasi) dalam mata uang rupiah dengan kupon atau dengan pembayaran bunga secara diskonto, berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan pada saat jatuh tempo dilunasi sebesar nilai nominalnya. Peringkat obligasi jangka panjang merupakan opini atas risiko kredit yang relatif dari obligasi

penghasilan tetap dengan masa jatuh tempo satu tahun atau diatas satu tahun. Moody’s

akan melihat kemungkinannya dari resiko gagal bayar obligasi ini pada saat jatuh tempo. Peringkat tersebut menggambarkan bagik kemungkinan gagal bayar maupun kemungkinan dari kerugian finansial yang akan diderita apabila terjadi gagal bayar (Prasetiyo, 2010).

Pemeringkat rating dilakukan untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit. Semakin tinggi peringkat rating, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utangnya (Manurung et al, 2009 dalam Prasetiyo 2010). Berikut definisi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo:

Tabel 2.2

Definisi Peringkat Obligasi yang Dikeluarkan Oleh PT Pefindo

AAA Efek utang dengan peringkat AAA merupakan efek utang dengan peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan Obligor yang superior


(50)

Universitas Kristen Maranatha relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi 4 kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan.

AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya.

A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan Obligor yang

kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.

BBB Efek utang dengan peringkat BBB didukung oleh kemampuan Obligor yang

memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukkan dukungan kemampuan Obligor

yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu.

B Efek utang dengan peringkat B menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walaupun Obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomiam yang merugikan akan memperburuk


(51)

Universitas Kristen Maranatha kemampuan Obligor untuk memenuhi kewajiban finansial lainnya.

CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukkan efek utang yang tidak mampu

lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya tergantung pada perbaikan keadaan eksternal.

SD Efek utang dengan peringkat SD menunjukkan bahwa Obligor gagal

membayar satu atau lebih kewajibannya pada saat jatuh tempo, tetapi masih dapat melanjutkan pemenuhan kewajibannya untuk kewajiban yang lain.

D Efek utang dengan peringkat D menandakan efek utang yang macet.

Sumber : www.pefindo.com

Peringkat dari AA hingga B dapat dimodifikasi dengan penambahan plus (+) atau minus (-). Tanda plus (+) ataupun minus (-) digunakan untuk menunjukkan kekuatan relatif dari kategori peringkat (www.pefindo.com). Agen pemeringkat berfungsi sebagai perantara informasi dan berperan dalam memperbaiki efisiensi pasar modal dengan meningkatkan transparansi sekuritas, sehingga dapat mengurangi asimetri informasi antara investor dan penerbit obligasi. Jasa ini sangat bernilai bagi investor kecil yang menghadapi tingginya biaya (relatif terhadap inventarisnya) dalam menilai creditworthiness obligasi. Oleh karena itu agen pemeringkat menyediakan jasa yang lebih efisien (Beaver et al., 2004 dalam Zuhrotun dan Baridwan, 2005).

Dengan memperhatikan peringkat yang dikeluarkan lembaga-lembaga tersebut, investor bisa menentukan kualitas dari suatu obligasi. Rating obligasi bisa membantu investor dalam mengukur tingkat risiko dari suatu obligasi.


(52)

Universitas Kristen Maranatha

Semakin tinggi rating sebuah obligasi maka semakin aman pula obligasi tersebut. Sebaliknya, semakin rendah peringkatnya, maka semakin tinggi risiko suatu obligasi (Prasetiyo, 2010).

Lembaga pemeringkat yang mengeluarkan rating obligasi, memiliki metodologi tersendiri untuk menentukan faktor apa saja yang mempengaruhi suatu rating atas obligasi yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut Blumm (2003) dalam Manurung et al (2009) faktor yang dapat menentukan penelitian

rating suatu obligasi yaitu:

1. Pendapatan dan cashflow masa depan

2. Utang baik jangka panjang dan jangka pendek dan kewajiban finansial

3. Struktur permodalan

4. Likuiditas aset perusahaan

5. Situasi negara dimana perusahaan berada, seperti politik dan sosial

6. Situasi pasar dimana perusahaan melakukan aktivitas bisnisnya

7. Kualitas manajemen dan struktur perusahaan

Rating atau peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan utang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa rating mencoba mengukur risiko default, emiten atau pinjaman akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya. Dengan mengetahui peringkat obligasi investor dapat mengukur risiko atau


(53)

Universitas Kristen Maranatha

kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu atau yang disebut dengan default risk (Bursa Efek Indonesia) (Prasetiyo, 2010).

2.4.1 Perubahan Peringkat Obligasi

Pengukuran variabel dependen (RATING) pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ayers et al (2010), namun mengalami penyesuaian dengan peringkat yang dikeluarkan oleh PT PEFINDO. Pengukuran dari perubahan rating obligasi diperoleh dengan menghitung perbedaan antara perubahan peringkat obligasi dari periode t ke periode t-1. Sebagai contoh sebuah perusahaan mempunyai obligasi pada tahun 2010 dengan peringkat AAA (19), sementara pada tahun sebelumnya di tahun 2008 hanya memiliki peringkat A (4), jadi perubahan dari peringkat obligasi dapat dihitung dengan 19-14 = 5 (www.pefindo.com)

Perubahan rating dari satu tahun ke tahun berikutnya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: upgrade, stable, dan downgrade. Pengelompokkan menjadi tiga bagian ini berdasarkan dari perubahan rating setiap tahunnya. Jika perbedaan dalam penilaian menunjukkan nilai positif, maka mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan dalam peringkat obligasi (upgrade), sedangkan jika bernilai negatif, maka mengindikasikan terdapat penurunan dalam peringkat obligasi (downgrade) dan nilai 0 menunjukkan bahwa peringkat obligasi tetap tidak berubah (stable). Nilai yang lebih besar dari variabel RATING menunjukkan peringkat yang lebih baik (www.pefindo.com)


(54)

Universitas Kristen Maranatha 2.5 Kerangka Pemikiran

Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba Pajak

Setiap tahun, setiap perusahaan secara umum mempunyai dua informasi pendapatan yang berbeda (laba akuntansi dan laba pajak). Pada dasarnya laba akuntansi dan laba pajak memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan informasi mengenai hasil dari kegiatan operasi perusahaan pada tahun berjalan. Namun perbedaan dalam peraturan harus dipenuhi dalam menghitung laba dan hal ini menyebabkan jumlah yang berbeda laba akuntansi dan laba pajak.

Laba akuntansi diperoleh mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (GAAP) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai Lembaga profesional sementara penghasil kena pajak diperoleh dengan mengacu pada peraturan perpajakan yang berlaku, khususnya pada peraturan mengenai pajak penghasilan. Laba akuntansi atau yang sering disebut sebagai laba komersial dihitung sebagai laporan kepada pemegang saham atau pihak -pihak luar yang membutuhkan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan sedangkan laba pajak atau laba fiskal dihitung sebagai laporan kepada kantor perpajakan.. Laporan keuangan fiskal diperoleh melalui rekonsiliasi dengan penyesuaian peraturan pajak terhadap laporan keuangan komersial (Oktavianti,2011)

Dengan perbedaan yang signifikan laba akuntansi dan laba fiskal maka dalam rangka memberikan informasiyang akurat pada pengguna laporan keuangan dalam kaitannya dengan seluruh konsekuensi pajak penghasilan yang terkait dengan operasi perusahaan selama periode berlangsung, informasi tersebut perlu


(55)

Universitas Kristen Maranatha

dilaporkan dalam neraca dan laporan laba rugi, ini adalah apa yang mendasari adanya standar atau aturan mengenai perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan yang diatur di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 tahun 2010.

Perbedaan temporer atau waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuan pendapatan, biaya, dan beban yang mengakibatkan penundaan sementara pendapatan atau beban. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan waktu dan metode pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi dan Peraturan Perpajakan. Perbedaan ini akan mengakibatkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban antara tahun pajak yang satu ke tahun pajak yang lain (interperiod) (Oktavianti,2011).

Perbedaan permanen atau beda tetap adalah perbedaan laba akuntansi dan laba kena pajak yang timbul akibat adanya perbedaan pengakuan beban dan pendapatan antara pelaporan komersial dan pelaporan fiskal yang tidak akan menimbulkan permasalahan akuntansi serta tidak memberikan pengaruh terhadap kewajiban perpajakan di masa mendatang. Akibat dari perbedaan ini berakibat juga pada laba komersial dan laba fiskal sebagai dasar menghitung pajak yang terutang sehingga menimbulkan perbedaan bila dibandingkan dengan akuntansi komersial (Oktavianti,2011).

Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok dan bunga utang obligasi yang mencerminkan skala rasio dari obligasi yang


(56)

Universitas Kristen Maranatha

diperdagangkan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006). Peringkat obligasi menggambarkan skala risiko dari obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi pemodal yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam membayar hutang dan pokok pinjaman (Prasetiyo, 2010).

Pemeringkatan rating dilakukan untuk memperikirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit. Semakin tinggi tingkat rating, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit obligasi untuk membayar hutangnya (Prasetiyo, 2010).


(57)

Universitas Kristen Maranatha Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Variabel independen

Variabel dependen

2.5.1 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan untuk melihat dan membuktikan pengaruh antara perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Laporan keuangan

pada perusahaan penerbit obligasi

Laba akuntansi

Laba pajak

Perbedaan laba akuntansi dan laba pajak

Meningkatnya rasio keuangan

Perubahan

peringkat obligasi Keputusan investor

Perubahan perbedaan antara laba akuntansi dan laba pajak


(58)

Universitas Kristen Maranatha

oleh Hanlon (2005). Hanlon (2005) meneliti pengaruh dari perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap konsistensi dari pendapatan perusahaan. Dalam penelitian itu, Hanlon (2005) menghasilkan bukti bahwa perusahaan dengan perbedaan positif atau negatif antara laba akuntansi dan laba pajak yang besar cenderung memiliki konsistensi pendapatan yang rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki perbedaan laba akuntansi dan pajak yang kecil. Phillps, Pincus, dan Rego (2003) memperoleh bukti dari penelitian mereka bahwa Deffered Tax Expense dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba yang digunakan untuk menghindari penurunan dari pendapatan perusahaan. Deffered Tax Expense timbul sebagai akibat dari perbedaan antara laba akuntansi dan laba pajak, sehingga terdapat indikasi bahwa informasi yang dihasilkan dari perbedaan laba akuntansi dan laba pajak memberikan informasi praktik manajemen laba di dalam perusahaan, yang akan menjadi salah satu informasi penting untuk menilai kualitas atau kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Ayers et al (2010). Ayers et al (2010) meneliti pengaruh dari perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak dari satu tahun ke tahun berikutnya terhadap peringkat obligasi perusahaan. Hasil dari penelitian Ayers

et al (2010) menunjukkan bukti yang menguatkan indikasi adanya pengaruh negatif dan signifikan antara perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap perubahan peringkat obligasi. Perusahaan dengan perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak yang besar (positif ataupun negatif) dapat menyebabkan perubahan peringkat obligasi yang cenderung turun.


(59)

Universitas Kristen Maranatha

Ayers et al (2010) menyatakan bahwa perubahan perbedaa antara laba akuntansi dan laba pajak yang besar dapat memberikan sinyal peningkatan risiko informasi keuangan yang dapat diartikan sebagai informasi negatif untuk lembaga pemeringkat rating obligasi.

Dilihat dari penjelasan diatas, perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak yang besar negatif dapat menunjukkan beberapa hal. Menurut Hanlon (2005) perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak yang besar (negatif atau positif) dapat memberikan sinyal penurunan kualitas keuntungan perusahaan yang dapat diinterpretasikan sebagai informasi negatif untuk lembaga pemeringkat.

Beberapa penelitian mengenai penelitian rating obligasi melalui pajak tangguhan yang telah dilakukan baik di Indonesia maupun di luar Indonesia sebagai berikut:

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

Peneliti (tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian

Fanthony Azis dan Endang Kiswara

Pengaruh Pajak Tangguhan dan Rasio Pajak Terhadap

Peringkat Obligasi di

Indonesia

Variabel Pajak Tangguhan dan Rasio Pajak Berpengaruh Positif terhadap penetapan peringkat obligasi

Crabtree dan Maher (2009) The Influence of Differences in Taxable Income and Book Income on The Bond Credit

Large Positive dan Negative Deffered tax berpengaruh terhadap peringkat obligasi


(60)

Universitas Kristen Maranatha Market dan Large and small tax to book ratio berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap peringkat obligasi

Christina et al (2010) The Effect of Changes Book-

Tax Income Differences on Bond Rating Changes for Go Public Companies in Indonesia

Komponen Book tax Income defferences tidak

berpengaruh terhadap

peringkat obligasi yang

dimiliki oleh suatu

perusahaan

Benjamin, Stacie, dan Sean (2008)

Credit Rating and Taxes: The Effect of Book /Tax Differences on Rating Changes

Tidak terdapat pengaruh yang berarti antara perbedaan Book Income dan Taxable Income terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan

2.6 Hipotesis

Penelitian tentang pengaruh perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap peringkat obligasi penting dilakukan untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh investor dan juga untuk memberikan informasi kepada investor mengenai risiko obligasi (Prasetiyo,2010). Penelitian Hanlon (2005) dan Wijayanti (2006) membuktikan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak memiliki pengaruh negatif terhadap konsistensi dari laba


(61)

Universitas Kristen Maranatha

akuntansi perusahaan. Penelitian diatas menunjukkan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak dapat memberikan informasi tentang kondisi perusahaan yang cenderung negatif bagi investor, yang akan berpengaruh terhadap penilaian kemampuan keuangan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Kemampuan keuangan perusahaan ini dinilai oleh lembaga pemeringkat dalam memberikan peringkat obligasi perusahaan tersebut, sehingga secara tidak langsung dapat diduga bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak akan mempengaruhi peringkat obligasi yang diperoleh

Peneltian juga telah dilakukan di luar Indonesia, dengan memperhatikan pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap peringkat obligasi.Crabtree dan Maher (2008) dan Ayers et al (2008) memperoleh hasil yang sama, yaitu terdapat efek negatif yang signifikan antara perbedaan positif (negatif) yang besar laba akuntansi dan laba pajak terhadap peringkat-peringkat obligasi perusahaan. Perusahaan yang memiliki perbedaan positif (negatif) yang besar cenderung memiliki peringkat yang rendah.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Pengaruh Perubahan Perbedaan laba akuntansi dan laba pajak yang positif berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi.


(62)

Universitas Kristen Maranatha H1: Pengaruh Perbedaan Perubahan Laba Akuntansi dan Laba Pajak yang

Negatif berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi.


(63)

Universitas Kristen Maranatha

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial positive book tax difference berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi pada perusahaan Go Public yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia dengan kontribusi pengaruh parsial yang diberikan sebesar 21,5%.

2. Secara parsial negative book tax difference berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi pada perusahaan Go Public yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia dengan kontribusi pengaruh parsial yang diberikan sebesar 10,2%.

3. Secara simultan positive book tax difference dan negative book tax difference berpengaruh signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi pada perusahaan Go Public yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 31,7%, sedangkan 68,3% sisanya merupakan kontribusi pengaruh yang diberikan oleh faktor lain yang tidak diteliti.


(64)

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan yang dimiliki penulis selama melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel yang kecil. Untuk mendapat hasil yang signifikan dan terlihat jelas, sebaiknya penelitian berikutnya hendaknya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar.

2. Penelitian hanya berfokus pada pengaruh positive book tax difference dan negative book tax difference terhadap peringkat obligasi, sebaiknya penelitian berikutnya menambahkan variabel intervening yaitu variabel resiko keuangan.

5.3 Saran

Saran yang ingin disampaikan penulis dengan harapan dapat dijadikan bahan masukan

1. PT PEFINDO sebagai lembaga pemeringkat obligasi hendaknya dalam menentukan peringkat obligasi perusahaan, memperhatikan informasi mengenai perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak.

2. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memasukkan variabel intervening yang diyakini memberikan pengaruh terhadap peringkat obligasi.


(65)

Universitas Kristen Maranatha Ayers, B., J.Jiang, and S.K. Laplante.2009. Taxable Income as A Performance

Measure: The Effect of Tax Planning and Earnings Quality. Contemporary Accounting Research, 26 (1), 15-54.

Ayers, B., J.Jiang, and S.T. Mcguire 2008. Credit Rating and Taxes: The Effect of Book/Tax Differences on Rating Chages. Contemporary Accounting Research, 27 (2), 43-358.

Christina,Vinna. (2010). Pengaruh Book Tax Differences terhadap Peringkat Obligasi di Pasar Kredit Indonesia : Universitas Indonesia.

Crabtree, A., and J.J Maher. 2009. The influence of Differences in Taxable

Income and Book Income on The Bond Credit Market. The Journat of

the American Taxation Association, 31 (1), 75-110.

Ghozali, Imam. 2009. Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanlon, M.2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash

Flows when Firms Have Large Book-Tax Differences. The Accounting

Review, 80 (1) 137-166.

Hair, Joseph F et al . 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. New Jersey. Pearson Prentice Hall.


(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

51

akuntansi perusahaan. Penelitian diatas menunjukkan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak dapat memberikan informasi tentang kondisi perusahaan yang cenderung negatif bagi investor, yang akan berpengaruh terhadap penilaian kemampuan keuangan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Kemampuan keuangan perusahaan ini dinilai oleh lembaga pemeringkat dalam memberikan peringkat obligasi perusahaan tersebut, sehingga secara tidak langsung dapat diduga bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak akan mempengaruhi peringkat obligasi yang diperoleh

Peneltian juga telah dilakukan di luar Indonesia, dengan memperhatikan pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba pajak terhadap peringkat obligasi.Crabtree dan Maher (2008) dan Ayers et al (2008) memperoleh hasil yang sama, yaitu terdapat efek negatif yang signifikan antara perbedaan positif (negatif) yang besar laba akuntansi dan laba pajak terhadap peringkat-peringkat obligasi perusahaan. Perusahaan yang memiliki perbedaan positif (negatif) yang besar cenderung memiliki peringkat yang rendah.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Pengaruh Perubahan Perbedaan laba akuntansi dan laba pajak yang positif berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi.


(2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

52

H1: Pengaruh Perbedaan Perubahan Laba Akuntansi dan Laba Pajak yang Negatif berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial positive book tax difference berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi pada perusahaan Go Public yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia dengan kontribusi pengaruh parsial yang diberikan sebesar 21,5%.

2. Secara parsial negative book tax difference berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi pada perusahaan Go Public yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia dengan kontribusi pengaruh parsial yang diberikan sebesar 10,2%.

3. Secara simultan positive book tax difference dan negative book tax difference berpengaruh signifikan terhadap perubahan peringkat obligasi pada perusahaan Go Public yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 31,7%, sedangkan 68,3% sisanya merupakan kontribusi pengaruh yang diberikan oleh faktor lain yang tidak diteliti.


(4)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 92

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan yang dimiliki penulis selama melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel yang kecil. Untuk mendapat hasil yang signifikan dan terlihat jelas, sebaiknya penelitian berikutnya hendaknya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar.

2. Penelitian hanya berfokus pada pengaruh positive book tax difference dan negative book tax difference terhadap peringkat obligasi, sebaiknya penelitian berikutnya menambahkan variabel intervening yaitu variabel resiko keuangan.

5.3 Saran

Saran yang ingin disampaikan penulis dengan harapan dapat dijadikan bahan masukan

1. PT PEFINDO sebagai lembaga pemeringkat obligasi hendaknya dalam menentukan peringkat obligasi perusahaan, memperhatikan informasi mengenai perubahan perbedaan laba akuntansi dan laba pajak.

2. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memasukkan variabel intervening yang diyakini memberikan pengaruh terhadap peringkat obligasi.


(5)

93

DAFTAR PUSTAKA

Ayers, B., J.Jiang, and S.K. Laplante.2009. Taxable Income as A Performance Measure: The Effect of Tax Planning and Earnings Quality.

Contemporary Accounting Research, 26 (1), 15-54.

Ayers, B., J.Jiang, and S.T. Mcguire 2008. Credit Rating and Taxes: The Effect

of Book/Tax Differences on Rating Chages. Contemporary Accounting

Research, 27 (2), 43-358.

Christina,Vinna. (2010). Pengaruh Book Tax Differences terhadap Peringkat

Obligasi di Pasar Kredit Indonesia : Universitas Indonesia.

Crabtree, A., and J.J Maher. 2009. The influence of Differences in Taxable

Income and Book Income on The Bond Credit Market. The Journat of

the American Taxation Association, 31 (1), 75-110.

Ghozali, Imam. 2009. Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanlon, M.2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash

Flows when Firms Have Large Book-Tax Differences. The Accounting

Review, 80 (1) 137-166.

Hair, Joseph F et al . 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. New Jersey. Pearson Prentice Hall.


(6)

94

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kieso, Weygrandt, Warfield. Akuntansi Keuangan Intermediate Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Manurung, Addler et al. 2009. Hubungan Rasio-rasio Keuangan dengan Rating Obligasi. www.finansialbisnis.com. Diakses tanggal 18 Maret 2015.

Oktavianti, 2011. Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal

Terhadap Kualitas Laba. Bandung: Program S1 Fakultas Ekonomi

Bisnis Universitas Padjajaran.

Prasetiyo, Adhi. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan

Profitibalitas Perusahaan Terhadapn Peringkat Obligasi : 90-100.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Setyopurnomo, Yudi Santara dan A.M. Vianery Norpratiwi. (2009). Pengaruh

Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield

Obligasi : 67-75

Zuhrotun dan Baridwan. 2005. Pengaruh Pengumuman Peringkat Terhadap