Pengaruh laba tahun berjalan, akrual, dan arus kas terhadap persistensi laba dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal sebagai veriabel moderating

(1)

PENGARUH LABA TAHUN BERJALAN, AKRUAL, DAN ARUS KAS TERHADAP PERSISTENSI LABA DENGAN PERBEDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Oleh :

Hadiarrohman NIM. 105082002616

JURUSAN AKUNTANSI KOSENTRASI PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011


(2)

PENGARUH LABA TAHUN BERJALAN, AKRUAL, DAN ARUS KAS TERHADAP PERSISTENSI LABA DENGAN PERBEDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Hadiarrohman NIM. 105082002616

JURUSAN AKUNTANSI KOSENTRASI PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011


(3)

ii SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Hadiarrohman

NIM : 105082002616 Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelar dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta 10 Februari 2011


(4)

PENGARUH LABA TAHUN BERJALAN, AKRUAL, DAN ARUS KAS

TERHADAP PERSISTENSI LABA DENGAN PERBEDAAN LABA

AKUNTANSI DAN LABA FISKAL SEBAGAI VARIABFL MODERATING Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Hadiarrohman

NIM: 105082002616

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

I

Pembimbing

II

Prof. Dr. Azzam Jasin. MBA Reskino, SE. MSi. AK NIP: 197708 I 42006042003

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

20tl


(5)

Hari Kamis Taggal Sembilan Belas Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan

telah dilakukan

Ujian

Komperhensif

atas nama

Hadiarrohman NIM: 105082002616 dengan

judul

Skripsi

"PENGARUH

LABA

TAHUN

BERJALAN,

AKRUAL, DAN

ARUS KAS TERHADAP PERSISTENSI

LABA DENGAN PERBNDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL

SEBAGAI VARIABEL

MODERATING".

Memperhatikan penampilan

mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi

ini

sudah dapat

diterima sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 November 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Reskino, SE. Ak. MSi

Penguji

III

Dr. Yahva Hamia"

MM

Penguji

I


(6)

Esl

Hari ini Senin Tanggal Tujuh Maret Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian

Skripsi atas nama Hadia:rohman

NIM

:

105082002616 dengan judul Skripsi

.6PENGARUII LABA TAI{UN BERJALAN, AKRUAL, DAN ARUS KAS

TERHADAP PERSISTENSI

LABA DENGAN

PERBEDAAN LABA

AKUNTANSI

DAN LABA FISKAL

SEBAGAI

VARIABEL

MODERATING'. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Maret 201I

Tim Penguji

Dr. Amilin. S.8.. M.Si. Ak

ffi

Rahmawati. S.8.. MM

Sekretaris

F*

Reskino. S.8.. M.Si.Ak

Pembimbing

II

Pembimbing

I


(7)

vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Hadiarrohman

2. Tempat & Tanggal Lahir : Bengkulu, 22 Oktober 1987

3. Alamat : Jl. Jalan Limun No 26E RT 003/008

Pisangan, Ciputat,

Tangerang Selatan, 15419.

4. Telepon : (021) 92420220

II. PENDIDIKAN

1. SDN 52 Bengkulu Tahun 1993-1998

2. SDN 94 Bengkulu Tahun 1998-1999

3. SMPN 4 Bengkulu Tahun 1999-2002

4. SMUN 2 Bengkulu Tahun 2002-2005

5. S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Tahun 2005-2011 III.LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Drs. Irsal Idris

2. Ibu : Zaferni Rustam

5. Alamat : Jl. Ciliwung NO 27 RT 012/004 Padang Harapan, Gading Cempaka, Bengkulu, 15419.


(8)

vii INFLUENCE EARNINGS, ACCRUALS, AND CASH FLOWS AGAINST PERSISTENCE OF EARNINGS WITH MODERATION

EFFECTS OF BOOK TAX DIFFERENCES

By: Hadiarrohman

ABSTRACT

This research aims to analyze the influence of earnings, accruals, and cash flows and also moderation effects of book tax differences against persistence of earnings. The datas of the research are acquired from the Indonesia Stock Exchange. And then to analyze how independent variables and effects from moderation influence dependent variable, this research used multiple linear regression analysis in SPSS 16 for Windows.

Based on the result of multiple linear regression analysis that the earnings, accruals, and cash flows has positive significant influence upon to persistence of earnings and moderation effects of book tax differences has negative significant influence against persistence of earnings. The conclusion of this research is that earnings, accruals, and cash flows and also moderation effects of book tax differences has significant influence against the persistence of earnings.

Key words : earnings, accruals, cash flows, persistence of earnings, book tax differences


(9)

viii

PENGARUH LABA TAHUN BERJALAN, AKRUAL, DAN ARUS KAS TERHADAP PERSISTENSI LABA DENGAN PERBEDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL SEBAGAI VARIABEL

MODERATING Oleh: Hadiarrohman

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh laba tahun berjalan, akrual dan arus kas, serta moderasi dari perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba. Pada penelitian ini digunakan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan moderasi terhadap variabel terikat digunakan analisis regresi linier berganda pada SPSS 16 for Windows.

Berdasarkan analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel laba tahun berjalan, akrual dan arus kas mempunyai pengaruh positif terhadap persistensi laba, variabel bebas yang telah di moderasi oleh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal mempengaruhi persistensi laba secara negatif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa laba tahun berjalan, akrual dan arus kas serta moderasi dari perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persistensi laba.

Kata Kunci : laba, akrual, arus kas, persistensi laba, perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Laba Tahun Berjalan, Akrual, Dan Arus Kas Terhadap Persistensi Laba Dengan Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Sebagai Variabel Moderating”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Orang Tuaku (Irsal Idris dan Zaferni Rustam) serta kakak dan adik-adikku yang telah memberikan semangat, dukungan baik material maupun non material serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin. Ak., MBA selaku Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelsaikan perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.

5. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.


(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF ... iv

LEMBAR UJIAN SKRIPSI ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6


(12)

xi BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Laba Akuntansi ... 8

B. Laba Fiskal ... 9

C. Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal ... 10

1. Perbedaan Tetap ... 11

2. Perbedaan Sementara ... 12

D. Persistensi Laba Akuntansi ... 14

E. Akuntansi Dasar Akrual ... 15

F. Arus Kas ... 16

G. Penelitian Terdahulu ... 18

H. Keterkaitan Aantar Variabel dan Perumusan Hipotesis Penelitian ... 26

I. Kerangka Pemikiran ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

B. Metode Penentuan Sampel ... 32

C. Metode Pengumpulan Data ... 33

D. Metode Analisis ... 34

1. Uji Normalitas Data ... 34

2. Uji Multikolinearitas ... 34

3. Uji Heterokedastisitas ... 35

4. Uji Autokorelasi ... 35


(13)

xii

6. Uji Statistik t... 36

7. Model Matematis ... 40

E. Operasionalisasi Variabel... 37

1. Variabel Independen ... 37

2. Variabel Dependen ... 38

3. Variabel Moderating ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42

B. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 45

1. Hasil Uji Normalitas ... 45

2. Hasil Uji Multikolinieritas ... 47

3. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 59

4. Hasil Uji Autokorelasi ... 51

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 51

1. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 51

2. Hasil Uji Statistik t ... 52

D. Hasil Uji Hipotesis 1 ... 55

E. Hasil Uji Hipotesis 2 ... 56

F. Hasil Uji Hipotesis 3 ... 57

G. Hasil Uji Hipotesis 4 ... 58

H. Hasil Uji Hipotesis 5 ... 59


(14)

xiii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 61

B. Implikasi ... 62

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 21

3.1 Operasional Variabel ... 41

4.1 Rincian Sampel Penelitian ... 42

4.2 Daftar Nama perusahaan ... 43

4.3 Uji Multikolinieritas Model Persamaan 1 ... 47

4.4 Uji Multikolinieritas Model Persamaan 2 ... 48

4.5 Koefisien Determinasi Model Persamaan 1 ... 51

4.6 Koefisien Determinasi Model Persamaan 2 ... 52

4.7 Uji Statistik t Model Persamaan 1 ... 53

4.8 Uji Statistik t Model Persamaan 2 ... 54

4.9 Uji Pengaruh PTBIt terhadap PTBIt+1... 55

4.10 Uji Pengaruh PTACCt terhadap PTBIt+1 ... 56

4.11 Uji Pengaruh PTCFt terhadap PTBIt+1... 57

4.12 Uji Pengaruh PTBIt*BTD terhadap PTBIt+1 ... 58

4.13 Uji Pengaruh PTACCt*BTD terhadap PTBIt+1 ... 59


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. ` Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 31

4.1 Normal Plot Model Persamaan 1 ... 45

4.2 Normal Plot Model Persamaan 2 ... 46

4.3 Scatterplot Model Persamaan 1 ... 49


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Perusahaan ... 66

2 Data Input ... 69

3 Hasil Olahan Persamaan 1... 72


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam struktur penerimaan negara, penerimaan pajak memiliki peranan yang strategis dan merupakan komponen terbesar serta sumber utama penerimaan dalam negeri untuk menopang pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional. Dalam menghitung jumlah kewajiban pajak yang harus dibayarkan, undang-undang perpajakan menjadi dasar perhitungan dan pelaporan pajak.

Salah satu isu yang berkembang mengenai analisis peraturan perpajakan yang menarik banyak perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan antara laba kena pajak menurut peraturan perpajakan dan laba sebelum kena pajak menurut standar akuntansi. Laba akuntansi perusahaan yang dibuat dengan berdasarkan aturan-aturan dalam PSAK dan kebijakan manajemen memiliki perbedaan dengan peraturan pajak, sehingga pada akhir periode perusahaan juga disibukan dengan rekonsiliasi fiskal yang menghasilkan laba fiskal perusahaan untuk kemudian menjadi dasar perhitungan pajak perusahaan tersebut.

Peraturan perpajakan dan akuntansi memiliki tujuan yang berbeda sehingga perbedaan tersebut muncul hampir di semua negara. Terjadinya fenomena book tax differences ini menimbulkan peluang terjadinya


(19)

2 manajemen laba dapat memberikan informasi mengenai persistensi laba (Tang , 2006).

Pentingnya informasi laba secara tegas telah disebutkan dalam

Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 yang menyatakan bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, laba juga membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, serta untuk menaksir resiko dalam investasi atau kredit.

Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peran sangat penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan sering menggunakan laba sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi dan pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. Oleh karena itu kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi, dan pemerintah. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya (Penman, 2007).

Palepu et al (2000) Dalam Hanlon (2005) menyatakan bahwa semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal menunjukkan “red flag” bagi pengguna laporan keuangan, dan Penman (2007) juga menyatakan bahwa book-tax differences dapat digunakan sebagai diagnosa untuk mendeteksi adanya manipulasi pada biaya utama suatu perusahaan. Seida (2003) dalam Hanlon (2005) juga menyatakan bahwa laba fiskal dapat


(20)

3 digunakan sebagai benchmark untuk mengevaluasi laba akuntansi. Apabila angka laba diduga oleh publik sebagai hasil rekayasa manajemen, maka angka laba tersebut dinilai mempunyai kualitas rendah, dan konsekuensinya adalah publik akan merespon negatif angka laba yang dilaporkan tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa book-tax differences dapat mewakili keleluasaan manajemen dalam proses akrual, sehingga banyak penelitian menggunakan perbedaan tersebut sebagai indikator manajemen laba dalam menilai kualitas laba.

Kormedi dan Lipe (1987) menguji hubungan antara inovasi earnings

dan persistensi laba dengan return saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa koefisien respon laba berkorelasi positif dengan persistensi laba dan tidak menunjukkan sensitivitas yang berlebihan, sehingga besarnya reaksi

return saham perusahaan pada earnings harus dihubungkan dengan pengaruh inovasi earnings pada ekspektasi manfaat masa yang akan datang yang didapat pemegang saham. Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya hubungan antara return saham dan earnings tergantung pada persistensi laba.

Sloan (1996) menguji sifat kandungan informasi komponen accruals

dan komponen arus kas, informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Hasil menunjukkan bahwa kinerja earnings yang teratribut pada komponen

accruals menggambarkan persistensi yang lebih rendah daripada kinerja

earnings yang teratribut pada komponen arus kas. Oleh karena book-tax differences dapat mewakili keleluasaan manajemen dalam proses akrual, maka banyak penelitian (Joos et al., 2000; Mills dan Newberry, 2001;


(21)

4 Phillips et al., 2003; Ratmono, 2004; Yuliati, 2004) menggunakan perbedaan tersebut sebagai indikator manajemen laba dalam menilai kualitas laba.

Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal berperan untuk menilai kualitas laba melalui praktik manajemen laba, namun belum ada bukti secara langsung bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal dapat mempengaruhi persistensi laba, karena menurut Jonas dan Blanchet (2000) dalam Hanlon (2005), persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba, dan persistensi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan arus kas dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitori dan permanen laba.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut maka penulis ingin menganalisis dan melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai pengaruh yang disebabkan dari adanya perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal yang dapat memberikan informasi tentang persistensi laba. Informasi tentang kualitas laba mempunyai peranan sangat penting bagi pihak yang berkepentingan pada suatu perusahaan, sehingga penulis mengambil tema penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Laba Tahun Berjalan, Akrual, dan Arus Kas Terhadap Persistensi Laba dengan Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Sebagai Variabel Moderating”.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani Tri Wijayanti yang telah lebih dulu meneliti dengan judul “Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, Dan Arus Kas”. Penelitian Handayati ini


(22)

5 mendapatkan hasil adanya pengaruh negatif dari perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal baik pada perbedaan besar positif maupun negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data dari BEI, Wijayanti Mengambil data perusahaan pada Database Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) Universitas Gajah Mada dan

Indonesian Capital MArket Directory (ICMD.)

2. Penelitian ini mengambil data tahun terbaru yakni tahun 2007 hingga 2009, melanjutkan penelitian Wijayanti yang mengambil data tahun 2000 hingga 2004.

3. Penelitian ini juga mempertimbangkan perbedaan permanen untuk menentukan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang sebelumnya Wijayanti hanya memakai perbedaan temporer.

4. Beda laba akuntansi pada penelitian ini adalah selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal, Wijayanti menggunakan variabel Dummy.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah laba tahun berjalan berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi.


(23)

6 2. Apakah komponen akrual berpengaruh terhadap persistensi laba

akuntansi.

3. Apakah arus kas berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi.

4. Apakah laba tahun berjalan yang berhubungan dengan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi.

5. Apakah komponen akrual yang berhubungan dengan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi.

6. Apakah arus kas yang berhubungan dengan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah untuk menguji seberapa besar pengaruh dari laba tahun berjalan, akrual dan arus kas, serta moderasi dari perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba yang secara terperinci yaitu untuk :

a. Menguji secara empiris pengaruh laba tahun berjalan terhadap persistensi laba akuntansi.

b. Menguji secara empiris pengaruh komponen akrual terhadap persistensi laba akuntansi.


(24)

7 c. Menguji secara empiris pengaruh arus kas terhadap persistensi laba

akuntansi.

d. Menguji secara empiris pengaruh laba tahun berjalan yang berhubungan dengan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba akuntansi.

e. Menguji secara empiris pengaruh komponen akrual yang berhubungan dengan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba akuntansi.

f. Menguji secara empiris pengaruh arus kas yang berhubungan dengan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba akuntansi.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Memberikan bukti empiris apakah laba tahun berjalan, akrual, dan arus kas memiliki pengaruh terhadap persistensi laba serta pengaruhnya terhadap persistensi laba setelah diperkuat (diperlemah) oleh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal sebagai variabel moderating, .

b. Dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

c. Dapat digunakan oleh para peneliti-peneliti berikutnya sebagai salah satu referensi dalam penelitiannya.

d. Bagi pihak yang berkepentingan lainnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi sesuai dengan kebutuhan.


(25)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laba Akuntansi

Laporan laba rugi (income statement), adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Laporan laba rugi menyediakan informasi yang diperlukan para investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastian dari arus kas (Kieso, 2005).

Perhitungan laba rugi yang merupakan salah satu bagian laporan keuangan, dapat didefinisikan sebagai ikhtisar (daftar) penghasilan, biaya dan rugi-laba untuk satu periode. Cara dan sistematika perhitungan laba rugi menurut akuntansi komersial berbeda dari ketentuan fiskal (lumbantoruan, 1996).

Dalam kieso (2005) investor dan kreditor dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi untuk:

1.Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan.

Dengan mengkaji pendapatan dan beban, anda bisa mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan para pesaing.


(26)

9 Informasi mengenai kinerja masa lalu dapat digunakan untuk menentukan kecenderungan penting yang jika berlanjut menyediakan informasi tentang kinerja masa depan.

3.Membantu menilai resiko atau ketidak pastian pencapaian arus kas masa depan.

Informasi tentang berbagai komponen laba (pendapatan, beban, keuntungan, kerugian) memperlihatkan hubungan diantara komponen-komponen tersebut dan dapat digunakan untuk menilai resiko kegagalan perusahaan meraih tingkat arus kas tertentu dimasa depan.

B. Laba Fiskal

Laporan laba rugi yang dibahas sebelumnya adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi dan dimaksudkan untuk keperluan berbagai pihak. Artinya, laporan yang disusun dengan prinsip akuntansi bersifat netral atau tidak memihak, sehingga dapat berbeda antar perusahaan yang diakibatkan kebijakan manajemen. Apabila laporan disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan menggunakan semua peraturan perpajakan maka laporan tersebut dinamakan laporan laba rugi fiskal.

Laporan laba rugi akuntansi (komersial) dapat juga diubah menjadi laporan laba rugi fiskal dengan melakukan koreksi seperlunya atau penyesuaian dengan peraturan perpajakan. Perbedaan yang disebut dengan perbedaan perbedaan permanen dan perbedaan sementara menyebabkan laporan komersial dan fiskal tidak sama. Rincian tersebut diungkapkan dalam


(27)

10 rekonsiliasi laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal (lumbantoruan, 1996).

Perhitungan laba rugi fiskal adalah laporan yang menggambarkan hasil usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak selama satu tahun pajak, yang disusun dari pembukuan wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dengan Prinsip Akuntansi Indonesia. Definisi ini tidak jauh berbeda dari pengertian perhitungan laba rugi menurut akuntansi komersial. Yang berbeda adalah adanya keharusan dalam fiskal untuk menyesuaikan dengan ketentuan perpajakan (lumbantoruan, 1996).

C. Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (book-tax differences)

Laba akuntansi adalah laba yang dihasilkan dari perhitungan akuntansi yang merujuk pada PSAK dan kebijakan manajemen yang tetap berpedoman pada PSAK tersebut atau dengan kata lain berdasarkan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Kebijakan manajemen yang berbeda-beda atas pengakuan dan pemakaian metode perhitungan beberapa akun pendapatan dan beban membuat laba akuntansi akan berbeda jika laba satu perusahaan dihitung dengan menggunakan perhitungan akuntasi yang dipakai pada perusahaan yang lainnya.

Berbeda dengan laba fiskal, laba fiskal pada semua perusahan menggunakan perhitungan yang sama, yakni akuntansi pajak yang umumnya menyangkut masalah kapan suatu penghasilan diakui sebagai penghasilan


(28)

11 dan kapan suatu biaya diakui sebagai pengurang dari penghasilan tersebut yang harus mengikuti peraturan pajak yang berlaku pada saat itu.

Peraturan pajak di Indonesia mengharuskan laba fiskal dihitung berdasarkan metoda akuntansi yang menjadi dasar perhitungan laba akuntansi, yaitu metoda akrual. Setiap akhir tahun perusahaan diwajibkan melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak yang berlaku saat itu. Rekonsiliasi fiskal diakhir perioda pembukuan menyebabkan terjadi perbedaan antara laba fiskal dan laba akuntansi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara PABU dan peraturan pajak. Penyebab perbedaan tersebut secara umum dikelompokkan kedalam perbedaan permanen (permanent differences) dan perbedaan sementara atau waktu (temporary differences). Perbedaan permanen merupakan item-item yang dimasukkan dalam salah satu ukuran laba, tetapi tidak pernah dimasukkan dalam ukuran laba yang lain. Dengan kata lain, jika suatu item termasuk dalam ukuran laba akuntansi, maka item tersebut tidak dimasukkan dalam ukuran laba fiskal dan sebaliknya (Wijayanti, 2006)

1. Perbedaan Tetap (Permanent Different)

Perbedaan tetap adalah merupakan suatu konsekuensi yang harus diterima bahwa hal tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi karena secara fiskal atau berdasarkan peraturan pajak tidak dapat dibebankan atau bukan merupakan penghasilan. Perbedaan tetap terjadi


(29)

12 karena transaksi-transaksi pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal (Resmi, 2005).

Beda tetap adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi yang sifatnya permanen. Dengan arti lain suatu penghasilan atau biaya tidak akan diakui untuk selamanya dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak (taxable income). Misalnya pemberian kenikmatan atau natura kepada pegawai sama sekali tidak dapat dikurangkan sebagai biaya, sedangkan pemberian kemikmatan atau natura bagi perusahaan merupakan biaya yang harus diperhitungkan sebagai biaya.

Yang termasuk dalam perbedaan tetap ini adalah penghasilan bunga bank, dividen, dan penghasilan lain yang sifat pemungutan pajaknya final, dividen yang diterima oleh perseroan terbatas, koperasi, yayasan, BUMN/BUMD, bunga yang diterima oleh perusahaan reksadana, dan jenis penghasilan lain yang dikecualikan dari objek pajak, pemberian imbalan dalam bentuk natura, sumbangan, biaya/pengeluaran untuk kepentingan pribadi pemilik dan untuk pengurang lain yang tidak diperbolehkan menurut fiskal (nondeductible expenses).

2. Perbedaan Sementara (Temporary Different)

Perbedaan sementara (waktu) adalah perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban tertentu menurut akuntansi dengan ketentuan


(30)

13 perpajakan. Perbedaan ini mengakibatkan penggeseran pengakuan penghasilan dan biaya antara satu tahun pajak ke tahun pajak lainnya. Misalnya penyusutan atas harta golongan 1 menurut ketentuan pajak adalah 50% dari sisa nilai buku, dan menurut akuntansi disusutkan dengan tarif 20% dari nilai perolehannya. Jika dihitung besarnya penyusutan pada akhirnya akan sama, yang terjadi adalah pergeseran biaya setiap tahunnya, oleh karena itu sifatnya sementara.

Beda temporer merupakan perbedaan antara dasar pengenaan pajak (DPP) dari suatu aktiva atau kewajiban (fiskal) dengan nilai tercatat aktiva dan kewajiban tersebut (komersial), yang berakibat pada bertambahnya atau berkurangnya laba fiskal periode mendatang, dimana pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau diselesaikan. Menurut Harnanto (2003), perbedaan temporer yang mengakibatkan harus diakuinya aktiva dan atau kewajiban pajak tangguhan terjadi apabila : 1. Adanya penghasilan dan/atau beban yang harus diakui untuk

penghitungan laba fiskal dan untuk penghitungan laba akuntansinya dalam periode berbeda,

2. Bagian dari biaya perolehan dalam suatu penggabungan usaha, yang secara substansi merupakan suatu akuisisi, dialokasi kepada aktiva atau kewajiban tertentu berdasar nilai wajarnya dan penyesuaian atau perlakuan akuntansi demikian tidak diperkenankan oleh peraturan perpajakan,


(31)

14 D. Persistensi Laba Akuntansi

Laba merupakan informasi utama yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga angka-angka dalam laporan keuangan, menjadi hal krusial yang mesti harus dicermati oleh pemakai laporan keuangan. Hal ini karena angka-angka dalam laporan keuangan merupakan fungsi dari kebijakan dan metoda-metoda akuntansi yang dipilih oleh perusahaan. Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan persistensi laba, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang.

Persistensi laba adalah properti laba yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa mendatang. Definisi persistensi laba menurut Penman (2007) adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang

(expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan

(current earnings). Lipe (1986) dan Sloan (1996) menggunakan koefisien regresi dari regresi antara laba akuntansi perioda sekarang dengan perioda yang akan datang sebagai proksi persistensi laba akuntansi. Laba akuntansi dianggap semakin persisten, jika koefisien variasinya semakin kecil (Wijayanti 2006).


(32)

15 Persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas yang terkandung dalam laba saat ini (Penman, 2007). Bernstein (1993) dalam Sloan (1996) menyatakan bahwa komponen akrual dari current earnings

cenderung kurang terulang lagi atau kurang persisten untuk menentukan laba masa depan karena mendasarkan pada akrual, defferred (tangguhan), alokasi dan penilaian yang mempunyai distorsi subyektif. Beberapa analis keuangan lebih suka mengkaitkan arus kas operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih persisten dibanding komponen akrual. Mereka percaya bahwa semakin tinggi rasio arus kas operasi terhadap laba bersih, maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut.

E. Akuntansi Dasar Akrual

Sebagian besar perusahaan menggunakan akuntansi dasar akrual

(accrual basis of accounting) mereka mengakui pendapatan ketika dihasilkan dan mengakui beban pada periode terjadinya, tanpa memperhatikan waktu penerimaan atau pembayaran kas (Kieso, 2005). Dalam akuntansi berbasis akrual, menyatakan bahwa pendapatan atau beban diakui pada saat terjadinya bukan pada saat penerimaan atau pengeluaran kas. Akrual merupakan salah satu konvensi akuntansi mengenai pengukuran transaksi yang memegang peran penting dalam penilaian kinerja suatu entitas, yaitu melalui konsep laba. Akrual sendiri diinterpretasikan sebagai efek bersih dari seluruh kejadian pada suatu periode atau tahun yang tidak diperhitungkan dalam arus kas.


(33)

16 Laba akuntansi berdasar akrual memunculkan isu tentang persistensi laba, karena laba dari proses akuntansi akrual potensial menjadi objek perekayasaan laba (earning management). Beberapa teknik manajemen laba

(earnings management) dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users) untuk membuat keputusan yang terbaik.

F. Arus Kas

Informasi lain yang juga bermanfaat bagi para investor adalah arus kas (cash flow). Manfaat utama penyajian cash flow yaitu pertama, membantu investor atau kreditor memprediksi kas yang mungkin didistribusikan dalam bentuk dividen di masa datang atau bunga serta dalam bentuk distribusi liquidasi atau pembayaran kembali kepada prinsipal. Kedua, membantu dalam menilai risiko variabilitas return masa datang dan probabilitas. Oleh karena itu data cash flow memberikan informasi dasar dalam penilaian harga pasar sekuritas. Jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator untuk menentukan apakah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melekukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.


(34)

17 Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama satu periode (Kieso, 2005). Dalam Standar Akuntansi mengenai laporan arus kas, dikatakan bahwa Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.

Dengan memanfaatkan informasi yang ada dalam arus kas operasi, pengguna laporan keuangan dapat mengetahui dan memprediksi arus kas operasi masa depan, apakah operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar, apakah perusahaan dapat membayar dividen kepada para pemegang saham, apakah perusahaan dapat melakukan investasi baru, apakah perusahaan harus mengandalkan arus pendanaan lainnya untuk menjalankan operasionalnya dan lain sebagainya.

Manfaat laporan arus kas ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah satunya Bowen et al. [1986]. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa data arus kas mempunyai manfaat dalam beberapa konteks keputusan, seperti: (1) memprediksi kesulitan keuangan, (2) menilai risiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman, (3) memprediksi peringkat (rating) kredit, (4) menilai perusahaan, dan (5) memberikan informasi tambahan pada pasar


(35)

18 modal. Beberapa literatur menganggap bahwa data arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan laba akuntansi karena laporan arus kas relatif lebih mudah diinterpretasikan dan relatif lebih sulit untuk dimanipulasi. Manipulasi laba ini biasanya dilakukan melalui penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk transaksi yang sama dengan tujuan untuk menampilkan earnings yang diinginkan (Meythi, 2006).

G. Penelitian Terdahulu

1. Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual dan Arus Kas

Handayani Tri Wijayanti menyimpulkan large book-tax differences secara negatif dan juga positif berpengaruh signifikan secara statistik terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda dan mempunyai persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan dengan small book-tax differences. Harga saham dalam penelitian ini tidak mencerminkan informasi yang digunakan dalam model ekspektasi. Hal ini mengindikasikan bahwa investor belum mampu membedakan komponen laba dalam menentukan persistensi laba.

2. Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual Dan Arus Kas Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2005-2007

Santi, Carmel Meiden, dan Haitami Abubakar (2009) menemukan kesimpulan yang sejalan dengan penelitian sebelumnya, perbedaan besar positif dan negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal


(36)

19 berpengaruh negatif terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan. Begitu pun dengan keterkaitannya dengan komponen akrual, perbedaan besar positif dan negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan komponen akrual laba berpengaruh negatif terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan. Ekspektasi investor terhadap persistensi laba akuntansi yang tercermin dalam harga saham untuk komponen akrual laba tidak konsisten dengan persistensi akrual untuk perusahaan dengan book-tax differences besar.

3. Pengaruh Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba

Aulia Eka Persada (2009) mencari faktor-faktor yang mempengaruhi book tax gap dan menganalisis book tax gap

menggunakan perbedaan temporer (temporary differences) dan perbedaan permanen (permanent differences) serta masing-masing hubungannya dengan persistensi laba di indonesia. Hasil penelitian menunjukan tidak adanya hubungan book tax gap dengan perubahan pendapatan dan aktiva tidak berwujud kotor, sedangkan aktiva tetap kotor, kompensasi kerugian, ukuran perusahaan terbukti secara statistik memiliki hubungan negatif terhadap book tax gap. Didapatkan pula bahwa perbedaan permanen memiliki koefisien negatif secara statistik baik pada model ΔPTBI maupun model ΔNI, tetapi perbedaan temporer memiliki koefisien negatif secara statistik pada model ΔPTBI tetapi positif pada model ΔNI.


(37)

20 4. Persistensi dan Nilai Laba, Akrual dan Arus Kas Ketika Perusahaan

Memiliki Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Yang Besar. Michelle Hanlon (2005) meneliti peran book-tax differences

dalam menunjukkan persistensi laba, akrual dan arus kas untuk satu periode ke depan laba. Hanlon juga menguji apakah tingkat book-tax differences mempengaruhi penilaian investor akan kegigihan laba dimasa depan. Hasil penelitiannya mendapatkan bahwa perusahaan dengan large book-tax differences yang memiliki pendapatan yang kurang persisten dari perusahaan dengan perbedaan small book-tax differences. Selanjutnya, bukti konsisten dengan investor menafsirkan

large positive book-tax differences (penghasilan buku lebih besar dari penghasilan kena pajak) sebagai bendera "merah" dan mengurangi harapan mereka pada persistensi laba masa depan.

5. Apakah harga saham benar-benar merefleksikan informasi Akrual dan Arus Kas tentang Pendapatan di Masa Datang?

Sloan (1996) menguji sifat kandungan informasi komponen

accruals dan komponen arus kas, informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Hasil menunjukkan bahwa kinerja earnings yang teratribut pada komponen accruals menggambarkan persistensi yang lebih rendah daripada kinerja earnings yang teratribut pada komponen arus kas. Sloan (1996) juga menunjukkan bahwa harga saham bereaksi jika investor “fixate” (percaya) pada earnings, gagal membedakan antara properties komponen accruals dan komponen arus kas. Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang level akrualnya relatif tinggi (rendah) mengalami


(38)

21 abnormal return masa datang yang negatif (positif) di sekitar pengumuman earnings masa datang. Sloan (1996) berpendapat bahwa hasil penelitian ini konsisten dengan fiksasi earnings oleh sebagian kecil partisipan pasar terhadap jumlah total earnings yang dilaporkan tanpa memperhatikan besarnya komponen accruals dan komponen arus kas.

Rangkuman penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian kali ini tersaji dalan tabel 2.1

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

No PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

1 Handayani Tri Wijayanti, STIE Atma Bakti Surakarta (2006) Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap

Persistensi Laba, Akrual dan Arus Kas

Variabel independen: 1. Aliran kas operasi (PTCF) 2. Laba akrual (PTACC) 3.Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences)

Variable Dependen: 1.Laba sebelum pajak masa depan (PTBIt+1)

2.Kumulatif

return tidak normal masa depan (CARt+1)

large book-tax differences secara negatif dan juga positif berpengaruh signifikan secara statistik terhadap persistensi laba

akuntansi satu perioda dan mempunyai persistensi laba lebih rendah yang

disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan dengan small book-tax difference.

Harga saham dalam penelitian ini tidak mencerminkan informasi yang digunakan dalam model ekspektasi. Hal ini mengindikasikan bahwa investor belum mampu membedakan komponen laba dalam menentukan persistensi


(39)

22 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Penelitian Terdahulu

No PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

2 Santi, Carmel Meiden, Haitami Abubakar, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (2009) Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual Dan Arus Kas Pada

Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2005-2009

Variabel independen: 1. Aliran kas operasi (PTCF) 2. Laba akrual (PTACC) 3. laba sebelum pajak (PTBIt) 4.Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences)

Variable Dependen: 1.Laba sebelum pajak masa depan (PTBIt+1)

2. Kumulatif

return tidak normal masa depan (CARt+1)

perbedaan besar positif dan negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh negatif terhadap persistensi laba

akuntansi satu perioda kedepan. Begitu pun dengan keterkaitannya dengan komponen akrual, perbedaan besar positif dan negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan komponen akrual laba berpengaruh negatif terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan. Ekspektasi investor terhadap persistensi laba akuntansi yang tercermin dalam harga saham untuk komponen akrual laba tidak konsisten dengan persistensi akrual untuk perusahaan dengan

book-tax differences


(40)

23 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Penelitian Terdahulu

No PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

3 Aulia Eka Persada, (2009)

Pengaruh Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba

Variabel independen: 1. Aktiva tetap kotor

2. Aktiva tidak berwujud kotor 3. Perubahan pendapatan 4. Kompensasi kerugian 5. Ukuran perusahaan Variabel Dependen: 1.Book Tax Gap

(BTD)

2.Persistensi Laba

tidak adanya hubungan

book tax gap dengan perubahan pendapatan dan aktiva tidak berwujud kotor, sedangkan aktiva tetap kotor, kompensasi kerugian, ukuran perusahaan terbukti secara statistik memiliki hubungan negatif terhadap book tax gap. Didapatkan pula bahwa perbedaan permanen memiliki koefisien negatif secara statistik baik pada model ΔPTBI maupun model ΔNI, tetapi perbedaan temporer memiliki koefisien negatif secara statistik pada model ΔPTBI tetapi positif pada model ΔNI.


(41)

24 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Penelitian Terdahulu

No PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

4 Michelle Hanlon, University Of Michigan Business School. (2005) Persistensi dan Nilai Laba, Akrual dan Arus Kas Ketika Perusahaan Memiliki Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Yang Besar.

(The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals and cash flows when Firms Have Large Book–Tax Differences).

Variabel independen: 1. Pre-tax book income in the current year 2. Pre-tax cash flow

3.book-tax differences

4.Pre-tax accruals

5.Market value of equity

6.Ratio of the firm’s book value of equity

7.Earnings to price ratio

Variable Dependen: 1.Pre-tax book income one-year-ahead

2.Size-adjusted return

perusahaan dengan

large book-tax

differences yang memiliki pendapatan yang kurang gigih dari perusahaan dengan perbedaan small book-tax differences. Selanjutnya, bukti konsisten dengan investor menafsirkan

large positive book – tax differences

(penghasilan buku lebih besar dari penghasilan kena pajak) sebagai bendera "merah" dan mengurangi harapan mereka kegigihan laba masa depan.


(42)

25 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Penelitian Terdahulu

No PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

5 Richard G. Sloan, University of Trisakti Pennsylvani a (1996) Apakah harga saham benar-benar merefleksikan informasi Akrual dan Arus Kas tentang Pendapatan di Masa Datang?

(Do Stock Prices Fully Reflect Information in Accruals and Cash Flows about Future Earnings?)

kinerja earnings yang teratribut pada komponen accruals

menggambarkan

persistensi yang lebih rendah daripada kinerja

earnings yang

teratribut pada komponen arus kas. Sloan (1996) juga menunjukkan bahwa harga saham bereaksi jika investor “fixate” (percaya) pada

earnings, gagal membedakan antara

properties komponen

accruals dan

komponen arus kas. Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang level akrualnya relatif tinggi (rendah) mengalami

abnormal return masa datang yang negatif (positif) di sekitar pengumuman earnings

masa datang. Sloan (1996) berpendapat bahwa hasil penelitian ini konsisten dengan fiksasi earnings oleh sebagian kecil partisipan pasar terhadap jumlah total

earnings yang

dilaporkan tanpa memperhatikan

besarnya komponen

accruals dan


(43)

26 H. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Penelitian

1. Laba Tahun Berjalan dengan Persistensi Laba

Menurut Sudibyo dalam Suwardjono (2003) akuntansi adalah rekayasa informasi dan pengendalian keuangan. Kebermanfaatan akuntansi dewasa ini tidak lagi hanya dinilai atas dasar fungsinya dalam pertanggungjawaban keuangan tetapi lebih luas atas dasar fungsinya dalam menunjang keputusan (decision usefulness) pada tingkat perusahaan maupun nasional.

Definisi persistensi laba menurut Penman (2007) adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan

(current earnings). Menurut Sloan (1996) persistensi laba merupakan suatu ukuran yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai satu perioda masa depan.

Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan persistensi laba, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang.

Penelitian tentang persistensi di lndonesia dimulai penelitian oleh Wijayanti yang mereplikasi penelitian Hanlon untuk diteliti di Indonesia


(44)

27 menggunakan laba tahun berjalan sebagai variabel independen dan diletakkan sebagai dasar model penelitian mengenai persistensi (PTBI t+1 = γ0 + γ1 PTBIt+ Ut+1) begitupula penelitian tentang persistensi lainnya di Indonesia seperti Aulia Eka Persada, Santi, Sonya Erna Ginting, Santi dan Djamaluddin. Dari penelitian-penelitian sebelumnya maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

H1: Laba tahun berjalan berpengaruh terhadap persistensi Iaba akuntansi.

2. Komponen Akrual dengan Persistensi Laba

Hayn (1995) menjelaskan bahwa gangguan persepsian dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa transitori (transitory events)

atau penerapan konsep akrual dalam akuntansi. Peristiwa transitori adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu dan hanya berpengaruh pada perioda terjadinya peristiwa tersebut. Chandrarin (2001) juga menjelaskan bahwa komponen transitori merupakan komponen yang hanya berpengaruh pada perioda tertentu, terjadinya tidak persisten atau tidak terus-menerus, dan mengakibatkan angka laba (rugi) yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi berflukfuasi. Semakin besar gangguan persepsian yang terkandung dalam laba akuntansi, maka semakin rendah kualitas laba akuntansi (Wijayanti, 2006).

Keterkaitan persistensi Iaba dengan komponen akrual dan arus kas dirnana persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitori dan permanen laba. Selain itu, persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan aliran


(45)

28 kas yang terkandung dalam laba saat ini (Penman, 2007). Laba akuntansi berdasar akrual memunculkan isu tentang persistensi laba, karena laba dari proses akuntansi akrual potensial menjadi objek perekayasaan laba

(earning management). Beberapa teknik manajemen laba (earnings management) dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna

(users) untuk membuat keputusan yang terbaik. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:

H2: Komponen Akrual berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi.

3. Arus Kas dengan Persistensi Laba

Sloan (1996) mengemukakan bahwa persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba, dan persistensi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitori dan permanen laba. Beberapa analis keuangan lebih suka mengkaitkan aliran kas operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih persisten dibanding komponen akrual. Mereka percaya bahwa semakin tinggi rasio aliran kas operasi terhadap laba bersih, maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut (Wijayanti, 2006).


(46)

29 Beberapa literatur menganggap bahwa data arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan akuntansi karena laporan arus kas relatif lebih mudah diinterpretasikan dan relatif lebih sulit untuk dimanipulasi. Dengan demikian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H3: Arus kas berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi. 4. Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal sebagai variabel

moderating dengan Persistensi Laba]

Joos et al., (2000) membuktikan bahwa perusahaan dengan book-tax differences besar baik positif (laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal) maupun negatif (laba akuntansi lebih kecil daripada laba fiskal) diduga sama-sama mempunyai kualitas laba rendah. Hasil yang sama didapatkan oleh Hanlon, Wijayanti dan Santi yang mendapatkan bahwa perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang besar memiliki laba yang kurang persisten dibanding dengan perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang kecil. Dengan demikian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

H4: Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan laba tahun berjalan berpengaruh terhadap persistensi laba.

Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal mengindikasikan kualitas laba rendah karena subyektivitas dalam proses akrual untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding untuk tujuan pajak. Jika Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal menunjukkan subjektivitas dalam proses akrual pelaporan keuangan, maka perusahaan dengan perbedaan laba


(47)

30 akuntansi dan laba fiskal negatif yang besar akan menunjukkan komponen laba akrual yang kurang persisten.

Penelitian yang dilakukan wijayanti yang menemukan bahwa perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal negatif yang besar akan menunjukkan komponen laba akrual yang kurang persisten dibanding perusahaan yang memiliki beda laba akuntansi dan laba fiskal yang kecil memiliki arti bahwa beda laba akuntansi dan laba fiskal memiliki pengaruh negatif terhadap persistensi laba. Maka hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah:

H5: Laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan komponen akrual berpengaruh terhadap persistensi laba.

Santi pada penelitiannya mendapatkan bahwa arus kas sebelum pajak mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap laba sebelum pajak satu periode mendatang. Koefisien PTCFt*LPBTDt dan PTACCt*LPBTDt, keduanya adalah negatif, menunjukkan bahwa arus kas operasi dan laba akrual dengan Large Positif Book Tax Differences

berpengaruh negatif terhadap persistensi laba akuntansi untuk satu periode mendatang. Hal ini konsisten dengan hasil pernyataan Revsine et al (1999) dan penelitian Wijayanti (2006). Dengan demikian hipotesis terakhir dalam penelitian ini adalah:

H6: Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan arus kas berpengaruh terhadap persistensi laba.


(48)

31 v a r i a b e l i n d e p e n d e n Variabel moderating v a r i a b e l d e p e n d e n LABA TAHUN BERJALAN (Laba Akuntansi Sebelum Pajak (Pre-tax Income

(PTBIt))

ARUS KAS

(Arus Kas Operasi Sebelum

Pajak (Pre-tax Cash Flow (PTCFt))

PERSISTENSI LABA (Laba Akuntansi Sebelum Pajak Satu Perioda Mendatang

- Pre-tax Income

(PTBIt+1))

AKRUAL

(Laba Akrual Sebelum Pajak (Pre-tax Accrual

(PTACCt))

PERBEDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL

(Selisih Besar Positif antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal

(Book Tax Differences) (BTDt))

I. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pemikiran dan hipotesis tersebut diatas, penulis mencoba menuangkan kerangka pemikiran penelitian ini ke dalam Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1

Pengaruh Laba Tahun Berjalan, Akrual, dan Arus Kas Terhadap Persistensi Laba dengan Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Sebagai Variabel


(49)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) populasi dan sampel adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini bersifat empiris dengan cara mengumpulkan, mempelajari, menganalisis dan mengintegrasikan variabel-variabel dari hasil publikasi perusahaan yang terdaftar di BEI sebelum tanggal 1 Januari 2007.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling, dengan kriteria agar data yang didapat benar-benar memperlihatkan pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba.

Perusahaan telah terdaftar di BEJ dan BES sebelum 1 Januari 2007. Perusahaan terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan audit per 31 Desember secara konsisten dan lengkap dari tahun 2007-2009. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan umum dan laporan keuangan pajak, serta arus kas operasi negatif selama tahun 2007-2009, alasannya adalah kerugian dapat dikompensasi kemasa depan


(50)

33

(carryforward) menjadi pengurang beban pajak sehingga dapat mengaburkan arti perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang sebenarnya. Perusahaan memiliki data yang lengkap untuk penelitian ini dan menggunakan mata uang rupiah.

C. Metode Pengumpulan Data 1. Data sekunder

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan keuangan dan laporan tahunan dari objek yang diteliti, yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2007 dan masih beroperasi hingga tahun 2010, memiliki laba komersil, laba fiskal dan arus kas operasi yang positif. Adapun pusat data yang menjadi sumber penulis mengumpulkan data adalah Bursa Efek Indonesia.

2. Riset kepustakaan

Riset kepustakaan adalah melaksanakan studi kepustakaan dengan teknik pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literatur yang bersumber dari buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.


(51)

34 D. Metode Analisis

1. Uji Normalitas data

Menurut Ghozali (2009) uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Penelitian yang menggunakan metode yang lebih handal untuk menguji data mempunyai distribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat Normal Probability Plot. Model regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal, untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Data pengambilan keputusan normalitas data yaitu jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka regresi tersebut memenuhi normalitas, sedangkan jika data menyebar lebih jauh dan tidak mengikuti arah garis maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Juga mengetahui ada tidaknya kemiripan variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antarvariabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel


(52)

35 independen dengan variabel independen yang lain. Pembahasan ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai Variance inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya, jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya (Santoso, 2001 dalam Priyatno, 2008). Regresi yang bebas dari Multikolinearitas apabila VIF<10 dan tolerance>0.10, maka data tersebut tidak ada Multikolinearitas.

3. Uji Heterokodasitas

Heterokodasitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Uji heterokodasitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heterokodasitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Heterokodasitas menggambarkan nilai hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.


(53)

36 Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson, dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin Watson. Pengambilan keputusan tidak adanya autokorelasi ditentukan dengan nilai d yang harus lebih besar dari nilai du dan harus lebih kecil dari 4-du (du < d < 4-du) (Ghozali, 2009).

5. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel independen. Tapi, karena R2 mengandung kelemahan mendasar di mana adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Oleh karena itu, pada penelitian ini yang digunakan adjusted R2 berkisar antar nol dan satu. Jika nilai adjusted R2 makin mendekati satu maka makin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya.

6. Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai t hitung lebih kecil dari t tabel pada signifikan 0,05 maka Ha ditolak. Sedangkan jika nilai t hitung lebih besar dari pada nilai t tabel dengan signifikan 0,05 maka Ha diterima (Ghozali, 2009).


(54)

37 7. Model Matematis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik regresi linier berganda dengan persamaan umum:

Y = a + b1X1 + b2X2 + ... +bnXn

Pengujian hipotesis menggunakan dua model. Chandrarin (2001) mengatakan persistensi laba adalah properti laba yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa mendatang. Lipe [1990] dan Sloan [1996] menggunakan koefisien regresi dari hasil regresi antara laba periode sekarang dengan periode yang akan datang sebagai proksi persistensi laba karena sesuai dengan kondisi Indonesia (Meythi, 2006).

Model pertama mengestimasi persistensi laba (PTBIt+1) yang dipengaruhi laba tahun berjalan (PTBIt):

PTBIt+1 = a + b1 PTBIt

Selanjutnya model persamaan dikembangkan dengan memasukkan variabel moderating beda laba akuntansi dan laba fiskal (BTD) yang menghasilkan variabel yang berinteraksi (PTBIt* BTD). Model persamaan pertama ini digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan keempat (H1 dan H4), persamaannya adalah:


(55)

38 PTBIt+1 = a + b1 PTBIt + b2BTD + b3PTBIt* BTD ... (1)

Model persamaan kedua penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persistensi laba dengan laba sebelum pajak tahun berikutnya sebagai variabel dependen (PTBIt+1)yang dipengaruhi pula oleh komponen akrual (PTACCt) dan arus kas (PTCFt).

PTBIt+1 = a + b1PTCFt + b2 PTACC t

Untuk menguji hipotesis regresi linier berganda dilakukan dengan PTBIt+1 sebagai variabel dependen, PTCFt, PTACCt, ditambah BTD sebagai variabel moderating yang menghasilkan variabel yang berinteraksi PTBIt*BTD, PTCFt*BTDt dan PTACCt*BTDt. Model persamaan pertama ini digunakan untuk menguji hipotesis kedua, ketiga, kelima dan keenam (H2,H3,H5 dan H6), persamaannya adalah:

PTBIt+1 = a + b1 PTACCt + b2 PTCFt + b3 BTD


(56)

39 F. Operasional Variabel

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan.

1. Variabel Independen. Berikut adalah variabel independen dalam penelitian ini.

a. Laba akuntansi sebelum pajak PTBIt sebagai proksi laba akuntansi adalah laba perusahaan sebelum beban pajak kini dan pos luar biasa (Pretax Income).

b. Arus kas operasi (PTCF) sebagai proksi komponen laba permanen merupakan aliran kas masuk dan kas keluar dari aktivitas operasi sebelum pajak (pretax cash flow) yang dihitung sebagai total arus kas operasi dikurangi arus kas dari pos luar biasa dan ditambah pajak penghasilan.

c. Laba akrual (PTACC) sebagai proksi komponen laba transitori merupakan item laba sebelum pajak yang tidak mempengaruhi kas pada perioda berjalan (pretax accrual) yang dihitung sebagai laba akuntansi sebelum pajak (PTBI) dikurangi oleh arus kas operasi sebelum pajak (PTCF).


(57)

40 2. Variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan Laba sebelum pajak masa depan yang menjadi acuan penilaian persistensi laba sebagai variabel dependen. Laba sebelum pajak masa depan (PTBIt+1) adalah adalah laba perusahaan satu perioda mendatang sebelum biaya pajak kini (current tax expense) dan pos luar biasa (extraordinary item).

3. Variabel Moderating.

Variabel moderating dalam penelitian ini adalah perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) sebagai proksi discretionary accrual merupakan selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal meliputi perbedaan temporer dan perbedaan permanen.

Variabel book-tax differences (BTD) yang digunakan pada penelitian ini diukur dengan menghitung laba pajak terlebih dahulu dengan cara mengalikan kembali beban pajak kini dengan tarif yang berlaku pada tahunnya lalu dihitung selisih laba akuntansi dan laba pajaknya.

Operasional variable yang diteliti pada penelitian ini dibagi total aset rata-rata dan dituangkan dalam bentuk table 3.1 berikut ini:


(58)

41 Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Jenis

Variabel

Indikator Skala

Pengukuran Laba akuntansi sebelum

pajak PTBIt

Arus kas operasi (PTCF)

Laba akrual (PTACC)

Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal

(book-tax differences)

Laba sebelum pajak masa depan (PTBIt+1)

Independen

Independen

Independen

Moderating

Dependen

- Laba perusahaan sebelum beban pajak kini dan pos luar biasa dibagi total aset rata-rata

- Transaksi kas masuk dank as keluar dari aktivitas operasi sebelum pajak dibagi total aset rata-rata - Laba akuntansi

sebelum pajak dikurangi arus kas operasi dibagi total aset rata-rata - Selisih antara laba

akuntansi dan laba fiskal

book-tax differences

(BTD) dibagi total aset rata-rata - Laba akuntansi

sebelum pajak satu periode mendatang sebelum biaya pajak dan pos luar biasa dibagi total aset rata-rata Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio


(59)

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum 1 Januari 2007 hingga tahun 2009. Sampel penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan umum dan laporan keuangan pajak, serta arus kas operasi negatif selama tahun 2007-2009 dan pelaporan yang lengkap secara online di BEI, sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 91 perusahaan. Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report) tahun 2007 hingga tahun 2009. Tabel 4.1 merupakan rincian sampel yang diperoleh.

Tabel 4.1

Rincian Sampel Penelitian

Jumlah Perusahaan yang terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2007

hingga tahun 2009

345 Perusahaan dengan data yang tidak sesuai dengan criteria

(minus, tidak menggunakan rupiah dan data tidak lengkap)

254

Perusahaan yang menjadi sampel 91

Sumber: data diolah

Terdapat 91 perusahaan yang memiliki data laporan keuangan lengkap secara online pada website BEI dan tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan umum dan laporan keuangan pajak, serta arus kas operasi negatif selama tahun 2006-2009. Berikut nama perusahaan tersebut:


(60)

43

Tabel 4.2

Daftar Nama Perusahaan

NO NAMA PERUSAHAAN

1 AKR CORPORINDO TBK

2 ANEKA TAM BANG TBK

3 AQUA GOLDEN M . TBK

4 ARTHAVEST TBK.

5 ARWANA CITRAM ULIA TBK

6 ASTRA ARGO LESTARI TBK

7 ASTRA INTERNATIONAL TBK

8 ASTRA OTOPARTS TBK

9 ASURANSI BINA DANA ARTA TBK.

10 ASURANSI M ULTI ARTHA GUNA TBK

11 ASURANSI RAM AYANA TBK

12 BAKRIE SUM ATERA PLANTATIONS TBK

13 BANK BUKOPIN TBK

14 BANK M ANDIRI TBK

15 BANK NUSANTARA PARAHYANGAN TBK

16 BAYU BUANA TRAVEL TBK

17 BETONJAYA M ANUNGGAL TBK

18 BHAKTI CAPITAL INDONESIA TBK

19 CIPUTRA DEVELOPM ENT TBK

20 CIPUTRA SURYA TBK

21 CITA M INERAL INVESTINDO TBK

22 CITRA M ARGA NUSAPHALA TBK

23 DARYA VARIA LAB. TBK.

24 DELTA DJAKARTA TBK

25 DUTA PERTIWI TBK

26 DYNAPLAST TBK

27 DYVIACOM INTRABUM I TBK

28 ENSEVAL PUTERA M .T. TBK

29 EQUITY DEVELOPM ENT INVESTM ENT TBK

30 FAJAR SURYA WISESA TBK

31 FAST FOOD INDONESIA TBK

32 FORTUNE INDONESIA TBK

33 GUDANG GARAM TBK

34 H.M . SAM POERNA TBK

35 HERO SUPERM ARKET TBK

36 HEXINDO ADIPERKASA TBK

37 INDO ACIDATAM A TBK

38 INDO KORDSA TBK

39 INDOCEM ENT T.P. TBK

40 INDOFOOD SUKSES M AKM UR TBK


(61)

44

Tabel 4.2 (Lanjutan) Daftar Nama Perusahaan

NO NAMA PERUSAHAAN

42 INTI AGRI RESOURCES TBK

43 INTILAND DEVELOPM ENT TBK

44 INTRACO PENTA TBK

45 JASUINDO TIGA PERKASA TBK

46 JAYA PARI STEEL TBK

47 JAYA REAL PROPERTY TBK

48 KAGEO IGAR JAYA TBK

49 KALBE FARM A TBK

50 KM I WIRE AND CABLE TBK

51 LAM ICITRA NUSANTRA TBK

52 LION M ETAL WORKS TBK

53 LIPPO CIKARANG TBK

54 M ALINDO FEEDM ILL TBK

55 M ANDOM INDONESIA TBK.

56 M AYORA INDAH TBK

57 M ERCK TBK

58 M ULTI BINTANG IND. TBK

59 M ULTI INDOCITRA TBK

60 M ULTIBREEDER ADIRAM A I NDONESIA TBK

61 M USTIKA RATU TBK

62 PAKUWON JATI TBK

63 PAN PACIFIC INTERNATIONAL TBK

64 PANCA GLOBAL SECURITIES TBK

65 PANORAM A SENTRAWISATA TBK

66 PEM BANGUNAN JAYA ANCOL TBK

67 PERUSAHAAN GAS NEGARA TBK

68 POOL ADVISTA INDONESIA TBK

69 PP LONDON SUM ATERA TBK

70 PRASIDHA ANEKA NIAGA TBK

71 PT TAISHO PHARM ACEUTICAL INDONESIA TBK

72 PUDJIADI AND SONS TBK

73 PUDJIADI PRESTIGE LTD TBK

74 PYRIDAM FARM A TBK

75 RAM AYANA LESTARI S TBK

76 RODA VIVATEX TBK

77 SAM UDERA INDONESIA TBK

78 SELAM AT SEM PURNA TBK

79 SEM EN GRESIK ( PERSERO) TBK 80 SONA TOPAS TOURISM I. TBK

81 SORINI AGRO ASIA CORPORINDO TBK


(62)

45

Tabel 4.2 (Lanjutan) Daftar Nama Perusahaan

NO NAMA PERUSAHAAN

83 SURYA CITRA M EDIA TBK

84 SURYA TOTO INDONESIA TBK

85 TELEKOM UNIKASI INDONESIA

86 TEM PO SCAN PACIFIC TBK

87 TIRA AUSTENITE TBK

88 TOTAL BANGUN PERSADA TBK

89 TRIAS SENTOSA TBK

90 UNILEVER INDONESIA TBK

91 UNITED TRACTORS TBK

Sumber: Data diolah B. Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh, maka didapatkan hasil uji normalitas untuk persamaan pertama sebagai berikut:

Sumber: Data Diolah (lampiran 3)

Gambar 4.1


(63)

46

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal, maka model regresi layak digunakan karena asumsi normalitas.

Untuk persamaan kedua setelah menguji data didapatkan hasil sebagai berikut:

Sumber: Data Diolah (lampiran 4)

Gambar 4.2

Normal Plot Model Persamaan 2

Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal, maka model regresi layak digunakan karena asumsi normalitas.


(64)

47

2. Hasil Uji Multikolinieritas

Berdasarkan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3

Uji Multikolineritas Model Persamaan 1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) .028 .011 2.600 .010

PTBIt 1.038 .072 .911 14.368 .000 .761 .733 .672 .545 1.835

BTD .694 .345 .169 2.012 .046 -.045 .149 .094 .312 3.204

PTBIt*BT

D -9.197 2.662 -.329 -3.455 .001 .229 -.251 -.162 .242 4.131 a. Dependent

Variable: PTBIt1

Sumber: Data Diolah (Lampiran 3)

Berdasarkan tabel 4.3, hasil perhitungan nilai tolerance

menunjukkan tidak adanya variabel independen yang memiliki nilai

tolerance kurang dari 1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada persamaan model pertama dan dapat digunakan dalam penelitian. Hal yang sama terjadi pada uji data untuk persamaan kedua dalam tabel 4.4 sebagai berikut:


(65)

48

Tabel 4.4

Uji Multikolineritas Model Persamaan 2

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) .007 .012 .604 .546

PTCFt 1.258 .086 .925 14.700 .000 .611 .742 .657 .504 1.983

PTACCt .849 .087 .560 9.797 .000 .331 .594 .438 .612 1.634

BTD 1.138 .353 .277 3.224 .002 -.045 .236 .144 .272 3.682

PTCFt * BTD -15.367 3.149 -.465 -4.880 .000 .133 -.345 -.218 .220 4.541 PTACCt * BTD -6.810 2.613 -.192 -2.606 .010 .148 -.193 -.117 .370 2.705

a. Dependent Variable: PTBIt1

Sumber: Data Diolah (Lampiran 4)

Berdasarkan tabel 4.4, hasil perhitungan nilai tolerance

menunjukkan tidak adanya variabel independen yang memiliki nilai

tolerance kurang dari 1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada persamaan model kedua dan dapat digunakan dalam penelitian.


(66)

49

3. Hasil Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Sumber: Data Primer Diolah (lampiran 3)

Gambar 4.3

Scatterplot Model Persamaan 1

Berdasarkan gambar scatterplot pada gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak namun tidak tersebar secara baik, karena titik-titik tersebut lebih banyak mengumpul dibawah titik nol pada sumbu Y. Tetapi titik-titik tersebut juga ada yang menyebar


(67)

50

diatas angka nol. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskesdastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.

Sumber: Data Primer Diolah (lampiran 4)

Gambar 4.4

Scatterplot Model Persamaan 2

Berdasarkan gambar scatterplot pada gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak namun tidak tersebar secara baik, karena titik-titik tersebut lebih banyak mengumpul dibawah titik nol pada sumbu Y. Tetapi titik-titik tersebut juga ada yang menyebar


(1)

Lampiran 4: Hasil olahan persamaan 2

Ket:

PTBIT1

= PTBI

t+1

PTCF

= PTCF

t

PTACC

= PTACC

t

BTD

= BTD

M2

= PTCF

t

* BTD

M3

= PTACC

t

* BTD

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PTBIt1 .1419 .13379 182

PTCF .1190 .09839 182

PTACC .0000 .08823 182

BTD .0213 .03251 182

M2 .0024 .00405 182

M3 .0002 .00376 182

Correlations

PTBIt1 PTCF PTACC BTD M2 M3

Pearson Correlation PTBIt1 1.000 .611 .331 -.045 .133 .148

PTCF .611 1.000 -.212 -.028 .475 -.171

PTACC .331 -.212 1.000 .077 -.103 .535

BTD -.045 -.028 .077 1.000 .608 .293

M2 .133 .475 -.103 .608 1.000 -.253

M3 .148 -.171 .535 .293 -.253 1.000

Sig. (1-tailed) PTBIt1 . .000 .000 .273 .036 .023

PTCF .000 . .002 .354 .000 .010

PTACC .000 .002 . .150 .082 .000

BTD .273 .354 .150 . .000 .000

M2 .036 .000 .082 .000 . .000


(2)

N PTBIt1 182 182 182 182 182 182

PTCF 182 182 182 182 182 182

PTACC 182 182 182 182 182 182

BTD 182 182 182 182 182 182

M2 182 182 182 182 182 182

M3 182 182 182 182 182 182

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 M3, PTCF, BTD,

PTACC, M2a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: PTBIt1

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .805a .648 .638 .08047 .648 64.864 5 176 .000 2.002

a. Predictors: (Constant), M3, PTCF, BTD, PTACC, M2

b. Dependent Variable: PTBIt1

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.100 5 .420 64.864 .000a

Residual 1.140 176 .006

Total 3.240 181


(3)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) .007 .012 .604 .546

PTCF 1.258 .086 .925 14.700 .000 .611 .742 .657 .504 1.983

PTACC .849 .087 .560 9.797 .000 .331 .594 .438 .612 1.634

BTD 1.138 .353 .277 3.224 .002 -.045 .236 .144 .272 3.682

M2

-15.367 3.149 -.465 -4.880 .000 .133 -.345

-.218 .220 4.541

M3

-6.810 2.613 -.192 -2.606 .010 .148 -.193

-.117 .370 2.705

a. Dependent Variable: PTBIt1

Coefficient Correlationsa

Model M3 PTCF BTD PTACC M2

1 Correlations M3 1.000 -.410 -.671 -.593 .655

PTCF -.410 1.000 .569 .331 -.685

BTD -.671 .569 1.000 .335 -.837

PTACC -.593 .331 .335 1.000 -.341

M2 .655 -.685 -.837 -.341 1.000

Covariances M3 6.830 -.092 -.619 -.134 5.387

PTCF -.092 .007 .017 .002 -.185

BTD -.619 .017 .125 .010 -.930

PTACC -.134 .002 .010 .008 -.093

M2 5.387 -.185 -.930 -.093 9.918


(4)

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) PTCF PTACC BTD M2 M3

1 1 2.818 1.000 .02 .02 .00 .01 .02 .00

2 1.631 1.314 .00 .00 .16 .01 .00 .11

3 .679 2.038 .09 .07 .02 .09 .04 .00

4 .535 2.295 .01 .00 .59 .02 .04 .20

5 .277 3.191 .36 .21 .03 .06 .06 .18

6 .060 6.828 .51 .70 .20 .81 .84 .51

a. Dependent Variable: PTBIt1

Casewise Diagnosticsa

Case

Number Std. Residual PTBIt1 Predicted Value Residual

2 -3.828 .18 .4877 -.30805

17 3.580 .48 .1918 .28806

108 -3.677 .21 .5030 -.29593


(5)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -.0292 .6028 .1419 .10772 182

Std. Predicted Value -1.589 4.279 .000 1.000 182

Standard Error of Predicted

Value .006 .068 .012 .008 182

Adjusted Predicted Value -.0556 .6097 .1421 .11169 182

Residual -.30805 .28806 .00000 .07935 182

Std. Residual -3.828 3.580 .000 .986 182

Stud. Residual -4.510 3.620 -.002 1.030 182

Deleted Residual -.42763 .29461 -.00011 .08819 182

Stud. Deleted Residual -4.782 3.752 -.002 1.048 182

Mahal. Distance .045 127.434 4.973 13.468 182

Cook's Distance .000 1.316 .023 .141 182

Centered Leverage Value .000 .704 .027 .074 182

a. Dependent Variable: PTBIt1


(6)