PERBEDAANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) MENGGUNAKAN ALAT PERAGA DENGANTANPA ALAT PERAGA PADA SUB POKOK BAHASANPENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULATDI KELAS VII SMPNEGERI 34 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIRSHARE (TPS) MENGGUNAKAN ALAT PERAGA DENGAN TANPA ALAT
PERAGA PADA SUB POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULATDI KELAS VII SMP
NEGERI 34 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh:
Rahmi Mawaddah
NIM 081244110018
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi
ini berjudul, “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(TPS) Menggunakan Alat Peraga dengan Tanpa Alat Peraga Pada Sub Pokok
Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Di Kelas VII SMP Negeri
34 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIMED.
Pada kesempatan ini, dengan rasa rendah hati dan tulus penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pada Bapak Rektor
UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai
pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA
UNIMED beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak
Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Syafari,
M.Pd selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan juga selaku dosen
pembimbing akademik peneliti, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Matematika. Ucapak terimakasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Asmin,
M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, pengarahan serta saran-saran kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini. Bapak Drs. S. Siahaan, M.Pd, Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd dan
Bapak Drs. M. Manullang, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
banyak saran kepada penulis selama penulisan skripsi ini. dan kepada seluruh
Dosen Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.
Terima kasih juga kepada Ibu Lesma Naibaho, S.Pd selaku Kepala
Sekolah SMP Negeri 34 serta Bapak Jaya Dwipa Tarigan, S.Pd selaku WKS yang
telah banyak membantu penulis dalam penelitian skripsi ini. Ibu Siti Romandang
Bulan, S.Pd dan Ibu Arta Napitupulu, S.Pd selaku guru matematika, para Staf
Pegawai, serta siswa- siswi SMP Negeri 34 Medan.
v
Teristimewa ucapan terimakasih dan hormat yang setulus-tulusnya kepada
Ibunda tercinta (Dahliana) dan Ayahanda tersayang (Abd. Rasyid) yang telah
memberikan dukungan moril dan materil serta berkat doa Ayahanda dan Ibunda
penulis dapat menjadi Sarjana Pendidikan. Kakak dan abang tersayang
Muhammad Nasib, Muhammad Syafiq, Nurfadhila, Zulaifatul Husna, dan Husni
Bunayya serta suami saya Andi Majid yang telah banyak memberi dukungan demi
kesuksesan penulisan skripsi ini. Ibu dan Bapak kos serta teman-teman satu kos
yang selalu siap membantu terutama teman satu kamar Fitri Nandayani yang telah
banyak membantu. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman
seperjuangan khususnya Suci, Hotma, Wiwit, Sastri, Nining, Rahmi Daulay, Putri
serta teman-teman Matematika 2008 semua khususnya Dik A.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan,
Desember 2012
Penulis
Rahmi Mawaddah
NIM:081244110018
iii
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIRSHARE (TPS) MENGGUNAKAN ALAT PERAGA DENGAN TANPA ALAT
PERAGA PADA SUB POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP
NEGERI 34 MEDANTAHUN AJARAN 2012/2013
Rahmi Mawaddah
NIM. 081244110018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan alat peraga
lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share tanpa alat peraga di kelas VII semester I SMP N
34 Medan pada sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII
di SMP Negeri 34 Medan dan yang menjadi sampel penelitian adalah kelas VII-B
sebagai kelas yang diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share dengan alat peraga dan kelas VII-A sebagai kelas yang
diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare tanpa alat peraga dengan masing-masing jumlah sampel 40 orang. Instrumen
penelitian ini menggunakan tes pilihan ganda yang telah valid dan reliabel
sebanyak 10 soal.
Nilai rata-rata hasil tes awal kelas eksperimen adalah 31,5 dengan nilai
tertinggi 50 dan nilai terendah 10. Nilai rata-rata hasil tes awal kelas kontrol adalah
30,00 dengan nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 10. Dari hasil analisis data pretes
kelas eksperimen diperoleh L0 =0,1398 < Ltabel =0,1401 dan data pretes kelas
kontrol diperoleh L0 =0,1264 < Ltabel =0,1401, sehingga disimpulkan data pretes
kedua kelas adalah normal. Dari uji homogenitas data pretes adalah homogen
karena kedua varians Fhitung =1,05 < Ftabel =1,71. Disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan kemampuan awal pada kedua kelas sampel dimana kedua kelas termasuk
kelas yang homogen atau memiliki kesamaan varians.
Nilai rata-rata hasil postes pada kelas eksperimen adalah 65,3 dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Nilai rata-rata hasil postes pada kelas kontrol
adalah 55,3 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 30. Dari hasil analisis data
postes kelas eksperiemn diperoleh L0 =0,1382 < Ltabel =0,1401 dan data postes kelas
kontrol diperoleh L0 =0,1245 < Ltabel =0,1401, sehingga disimpulkan data postes
kedua kelas adalah normal. Dari uji homogenitas data postes adalah homogen
karena kedua varians Fhitung =1,18 < Ftabel =1,71. Kemudian uji hipotesis data postes
kedua sampel diperoleh thitung =3,881 > ttabel =0,1667, sehingga disimpulkan bahwa
Ha diterima yang artinya hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dengan alat peraga lebih tinggi dari
hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare tanpa alat peraga pada sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat di SMP N 34 Medan.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Identifikasi Masalah
6
1.3 Batasan Masalah
6
1.4 Rumusan Masalah
6
1.5 Tujuan Penelitian
7
1.6 Manfaat Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Model Pembelajaran
8
8
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif
10
2.1.3 Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
13
2.1.4 Media Pendidikan Matematika
16
2.1.5 Alat Peraga
18
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share dengan
Menggunakan Alat Peraga Pada Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat
19
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share Tanpa
Menggunakan Alat Peraga Pada Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat
2.1.8 Pengertian Belajar Matematika
26
30
vii
2.1.9 Hasil Belajar
30
2.1.10 Tes Hasil Belajar
33
2.2 Pembahasan Materi
35
2.2.1 Bilangan Bulat
35
2.2.2 Operasi Penjumlahan Pada Bilangan Bulat
36
2.2.3 Sifat-sifat Penjumlahan Pada Bilangan Bulat
36
2.2.4 Operasi Pengurangan Pada Bilangan Bulat
38
2.3 Teori Belajar Yang Mendukung
39
2.4 Kerangka Konseptual
40
2.5 Hipotesis
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
42
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
42
3.2.1 Populasi
42
3.2.2 Sampel
42
3.3 Variabel Penelitian
42
3.4 Jenis dan Desain Penelitian
43
3.5 Prosedur Penelitian
44
3.5.1 Tahap Persiapan
44
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
45
3.5.3 Penilaian
46
3.6 Instrumen Pengumpul Data
3.6.1 Tes
47
47
3.6.1.1 Validitas Tes
47
3.6.1.2 Reliabilitas Tes
47
3.6.1.3 Tingkat Kesukaran Tes
48
3.6.1.4 Daya Pembeda Tes
49
3.7 Teknik Analisis Data
50
3.7.1 Menghitung rata-rata skor
50
3.7.2 Menghitung standard deviasi
51
3.7.3 Uji Normalitas
51
viii
3.7.4 Uji Homogenitas
52
3.7.5 Uji Hipotesis
52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
53
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
53
4.1.1. Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
53
4.1.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
54
4.2. Uji Persyaratan Analisis Data
56
4.2.1. Uji Normalitas
56
4.2.2. Uji Homogenitas
57
4.2.3. Uji Hipotesis
57
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
61
5.1. Simpulan
61
5.2. Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
62
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
12
Tabel 2.2Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
15
Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share dengan
Menggunakan Alat Peraga Pada Penjumlahan
20
Tabel 2.4 langkah-langkah pembelajaran kooperatif think-pair-share dengan
menggunakan alat peraga pada pengurangan bilangan bulat
23
Tabel 2.5 langkah-langkah pembelajaran kooperatif think-pair-share tanpa
menggunakan alat peraga pada penjumlahan bilangan bulat
26
Tabel 2.6 langkah-langkah pembelajaran kooperatif think-pair-share tanpa
menggunakan alat peraga pada pengurangan bilangan bulat
28
Tabel 2.7 Penjumlahan bilangan bulat
36
Tabel 3.1 Pretest-postest Control Group Design
44
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
49
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal
50
Tabel 4.1 Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
53
Tabel 4.2 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
56
Tabel 4.3 Ringkasan Uji Normalitas Data dengan Lillifors
57
Tabel 4.4 Ringkasan Uji Homogenitas Data
57
Tabel 4.5 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Data Postes
58
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Contoh Garis Bilangan
19
Gambar 2.2 Garis Bilangan
20
Gambar 2.3 Penjumlahan Bilangan Bulat
21
Gambar 2.4 Penjumlahan Bilangan Bulat
21
Gambar 2.5 Penjumlahan Bilangan Bulat
21
Gambar 2.6 Penjumlahan Bilangan Bulat
22
Gambar 2.7 Pengurangan Bilangan Bulat
24
Gambar 2.8 Pengurangan Bilangan Bulat
24
Gambar 2.9 Pengurangan Bilangan Bulat
25
Gambar 2.10 Pengurangan Bilangan Bulat
25
Gambar 2.11 Letak Bilangan Bulat Pada Garis Bilangan
36
Gambar 2.12 Invers bilangan bulat
38
Bagan 3.1. Prosedur penelitian
46
Gambar 4.1. Diagram Batang untuk Pretes Kelas Ekperimen
54
Gambar 4.2. Diagram Batang untuk Pretes Kelas Kontrol
54
Gambar 4.3. Diagram Batang Untuk Postes Kelas Eksperimen
55
Gambar 4.4. Diagram Batang Untuk Postes Kelas Kontrol
56
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS dengan
Alat Peraga ( RPP I)
65
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS dengan
Alat Peraga ( RPP II)
78
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS tanpa
Alat Peraga ( RPP I)
91
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS tanpa
Alat Peraga ( RPP II)
101
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I
112
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II
115
Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal
118
Lampiran 8 Soal Pre-Test
119
Lampiran 9 Soal Post-Test
121
Lampiran 10 Jawaban Pre-Test
123
Lampiran 11 Jawaban Post-Test
124
Lampiran 12 Perhitungan Mencari Uji Validitas Tes
125
Lampiran 13
Lampiran 14 Perhitungan Reabilitas Tes
128
Lampiran 15 Tabel Perhitungan Reabilitas Tes
129
Lampiran 16 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal
130
Lampiran 17 Tabel Tingkat Kesukaran Soal
131
Lampiran 18 Perhitungan Daya Beda Soal
132
Lampiran 19 Analisis Daya Beda Butir Soal
133
Lampiran 20 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians
Data Kelas Eksperimen
Lampiran 21 Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
134
135
Lampiran 22 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians
Data Kelas Kontrol
136
xii
Lampiran 23 Data Pertes dan Postes Siswa Kelas Kontrol
137
Lampiran 24 Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians
Peningkatan (Selisih Postes dan Pretes) Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
138
Lampiran 25 Data Hasil Selisih Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
140
Lampiran 26 Data Hasil Selisih Pretes dan Postes Kelas Kontrol
141
Lampiran 27 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
142
Lampiran 28 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol
144
Lampiran 29 Uji Homogenitas
146
Lampiran 30 Perhitungan Uji Hipotesis
148
Lampiran 31 Pembuatan Distribusi Frekuensi
150
Lampiran 32 Lembar Validitas Soal Oleh Ahli
154
Lampiran 33 Nama-nama Validator
160
Lampiran 34 Tabel Harga Kritik dari r- Product Moment
161
Lampiran 35 Nilai Kritis Distribusi F
162
Lampiran 36 Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors
165
Lampiran 37 Tabel Wilayah di Bawah Kurva Normal
166
Lampiran 38 Daftar Nilai Presentil untuk Distribusi t
167
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang mempunyai objek berupa fakta, konsep,
dan operasi serta prinsip. Oleh karena itu matematika sangat penting untuk dipelajari.
Kesemua objek matematika harus dipahami secara benar oleh siswa, karena materi
tertentu dalam matematika bisa merupakan prasyarat untuk menguasai materi
matematika yang lain, bahkan untuk pelajaran yang lain seperti fisika, keuangan dan
lain-lain. Selain itu matematika juga berperan dalam membentuk kepribadian dan
keterampilan. Seperti halnya yang dikatakan oleh R. Soedjadi (2000: 7) :
“Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk
mencapai suatu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula
unutk membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan
tertentu. Hal itu mengarahkan perhatikan pada pembelajaran nilai-nilai
dalam kehidupan melalui matematika”.
Sementara itu pendidikan matematika di Indonesia masih memperhatinkan.
Hal itu disebabkan banyaknya masalah yang dihadapai dalam pembelajaran
matematika. Ki Supriyoko (2006,http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-PrestasiPelajar-Indonesia) menyatakan bahwa :
“Dalam forum TIMSS Indonesia hanya berada di peringkat ke-35 dari 44
negara untuk bidang matematika. Pada kelompok ini kita berada jauh di
bawah Malaysia (ke-10) dan Jepang (ke-5), apalagi dengan Singapura yang
berada di puncak klasemen. Untuk bidang sains ternyata prestasi kita lebih
rendah lagi, ternyata Indonesia hanya berada di peringkat ke-37 dari 44
negara.”
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa
diantaranya adalah kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika.
Hal ini disebabkan siswa menganggap pelajaran matematika merupakan mata
pelajaran yang sulit dan sebagian dari mereka ada yang membencinya. Ridha
(http://www.duniaguru.com, 2007) yang mengatakan:
“Namun berdasarkan temuan di lapangan secara umum dapat disimpulkan,
bahwa rendah bahkan musnahnya minat siswa untuk menekuni bidang studi
2
matematika di antaranya karena adanya image yang mengganggu pikiran
sebagian besar siswa kita, yaitu matematika dianggap pelajaran yang super
rumit, rajanya pelajaran studi dan jelimat sehingga berjumpa dengan
pelajaran matematika seperti bertemu dengan hantu yang menyeramkan”.
Hal ini mengakibatkan siswa kurang antusias menerima pembelajaran
matematika, mereka lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu mengungkapkan
ide-ide atau pun masalah–masalah yang dihadapi atas soal yang diberikan guru.
Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal–soal tersebut.
Berdasarkan hasil survei terhadap 75 siswa kelas VII SMP Negeri 34 Medan
58,7 % menyukai matematika tetapi 52 % diantaranya menyatakan metematika
merupakan mata pelajaran yang sulit (keterangan soal dan pilihan jawaban angket
terlampir). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012
terhadap salah seorang guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 34
Medan, Ibu Siti Romandang Bulan,S.Pd, mengatakan bahwa siswa tidak menyukai
pelajaran matematika disebabkan karena pengetahuan dasar siswa masih kurang dan
tidak memahami konsep sehingga siswa merasa matematika adalah pelajaran yang
sulit. Selain itu, Ibu Siti Romandang Bulan,S.Pd menyatakan bahwa ketidaksukaan
siswa pada pelajaran matematika biasanya disebabkan karena siswa tidak paham
tentang materi yang diajarkan, sehingga siswa merasa materi tersebut adalah materi
yang sulit.
Selain itu, penyebab masalah itu dapat bersumber dari guru. M. Nurul Hajar
(2008,http://h4j4r.multiply.com/jurnal/item/39/RMEsuatu_InovasidalamPendidikan
MatematikadiIndonesia?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem) menyatakan
bahwa:
“Masalah umum matematika yang banyak orang awam tahu seperti
rendahnya daya saing di ajang internasional (kontras dengan Pendidikan
Fisika), rendahnya rata-rata NEM nasional (paling rendah dibanding
pelajaran lainnya dan untuk sekolah menengah selalu di bawah 5.0 skala 110), serta rendahnya minat belajar matematika lantaran matematika terasa
sulit karena banyak guru matematika mengajarkan matematika dengan
materi dan metode yang tidak menarik dimana guru menerangkan atau
'teacher telling' sementara murid mencatat.”
3
Sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
peningkatan
kualitas
pendidikan
matematika di sekolah terutama terhadap hasil belajar siswa tidak terlepas dari proses
pembelajaran di kelas yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Guru harus
bisa merencanakan suatu pembelajaran matematika yang menarik, efektif, dan
bermakna. Sebagian guru masih menggunakan paradigma lama dalam mengajar,
yakni mengajar dengan metode ceramah dan mengharap siswa duduk, dengar, catat,
dan hafal.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi rendahnya hasil
belajar matematika siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Hampir setiap guru pernah
menggunakan model pembelajaran ini dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya
siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk membahas soal-soal yang diberikan
guru. Artzt & Newman (dalam Trianto, 2010:56) menyatakan bahwa dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Beberapa ahli
menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami
konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Penerapan model kooperatif ini
didukung oleh teori Vygotsky.
Roger (dalam Miftahul huda, 2011: 29) menyatakan bahwa:
“Cooperatif learning is group leaning activity organized in such a way that
laerning is based on the socially structured change of information between
learners in group in wich aech learner is held accountable for his or her own
learning and is motivated to increas the learning of others.”
Hanya saja kekurangan dari model pembelajaran kooperatif terjadi jika
anggota dalam satu kelompok terlalu besar jumlahnya. Soejadi (dalam Isjoni,
2009:78) mengemukakan bahwa jumlah anggota dalam suatu kelompok apabila
makin besar dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama antara para
4
anggotanya. Untuk mengatasi masalah ini maka Frang Lyman dan koleganya di
Universitas Maryland mengembangkan suatu jenis pembelajaran kooperatif yaitu tipe
Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi. Tipe Think-Pair-Share
(TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas, dimana anggota dalam satu kelompok jumlahnya sangat kecil yaitu 2-3
orang.. Anita lie (2010; 57) menyatakan bahwa :
“Teknik belajar mengajar TPS dikembangkan oleh Frank Lyman sebagai
struktur pembelajran kooperatif learning. Teknik ini memberikan siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipai siswa”
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share sudah pernah diteliti
sebelumnya, antara lain oleh: Nur Shadrina (2010) dan Dewi Suryani Purba (2011).
Berdasarkan hasil penelitiannya, kedua peneliti tersebut menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif Tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Dalam pembelajaran, guru matematika di SMP Negeri SMP Negeri 34
Medan telah mulai menggalakkan model pembelajaran kooperatif, salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang pernah digunakan adalah tipe Think-Pair-Share (TPS).
Beberapa materi yang pernah diajarkan dengan menggunakan tipe Think-Pair-Share
antara lain materi Sudut dan Garis Sejajar. Dalam wawancara tersebut, Ibu Siti
Romandang Bulan (salah seorang guru matematika kelas VII SMP Negeri 34 Medan)
menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share sudah
cukup baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa, namun hasil belajar siswa
semakin meningkat jika didukung juga dengan alat peraga.
Dalam pelajaran matematika siswa kelas VII mengalami beberapa kesulitan
pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dari wawancara terhadap
Guru Matematika Kelas VII SMP 34 Medan terungkap bahwa siswa mengalami
kesulitan pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dikarenakan
5
beberapa hal, antara lain siswa tidak mengerti mengenai penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat negatif, (misalnya, -8 – (-2)= -6), penjumlahan bilangan
positif dengan bialangan negatif, (misalnya 8 – (-2) = 10), siswa tidak tahu
bagaimana penerapannya dalam bentuk konkrit dan pemahaman terhadap materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat masih rendah sehingga hasil belajar
rendah. Dalam pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
Guru Matematika SMP Negeri 34 Medan belum pernah menggunakan alat peraga.
Selain metode pembelajaran, penggunaan alat peraga sangat diperlukan
dalam menjelaskan dan menanamkan konsep pembelajaran matematika karena
dengan alat peraga dimungkinkan dapat membantu siswa berpikir abstrak dan dapat
manemukan dan memahami konsep. Seperti halnya dikatakan oleh
Estiningsih
(dalam Widyantini, 2009;3)
“Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau
membawakan cirri-ciri dari konsep yang dipelajari. Fungsi utama dari alat
peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu
memahami arti dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, memanipulasi
obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari tentang arti dari suatu konsep.”
Tujuan utama dari penggunaan alat peraga ini adalah agar siswa tidak hanya
memahami konsep tetapi dapat menemukan sendiri konsep dan membantu siswa
berpikir abstrak karena salah satu sifat matematika adalah bersifat abstrak khususnya
pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Seperti yang ditekanakan
Bruner bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Salah satu
alat peraga yang dapat digunakan adalah garis bilangan. Alat peraga garis bilangan
dapat membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan materi pelajaran
akan mudah dimengerti. Garis bilangan terbuat karton sehingga mudah dibuat
Berdasarkan keterangan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
6
(TPS) Menggunakan Alat Peraga dengan Tanpa Alat Peraga Pada Sub Pokok
Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Di Kelas VII SMP Negeri 34
Medan Tahun Ajaran 2012/2013”
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Rendahnya minat siswa di SMP Negeri 34 Medan terhadap matematika dan
menganggap bahwa matematika mata pelajaran yang sulit.
2. Guru masih menggunakan paradigma lama dalam mengajar
3. Rendahnya pemahaman konsep siswa mengenai materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan.
4. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan alat peraga
belum pernah diterapkan dalam mengajarkan materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan.
1.3.Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah
pada:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan alat peraga
belum pernah diterapkan dalam mengajarkan materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan.
1.4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
Apakah Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan
alat peraga garis bilangan dapat memberikan hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa alat peraga garis bilangan dalam mengajarkan materi
7
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan Tahun
Ajaran 2012/2013?
1.5.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) dengan alat peraga garis bilangan dapat memberikan hasil belajar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa alat peraga garis bilangan dalam mengajarkan
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan Tahun
Ajaran 2012/2013.
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang berarti yaitu:
1. Bagi Siswa, diharapkan dapat membantu dalam memahami pembelajaran
matematika dan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya
pada sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
2. Bagi Guru Sekolah, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai alat
peraga yang dapat diterapkan dalam menyajikan suatu materi.
3. Bagi Sekolah, akan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan
untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
4. Bagi Peneliti, dapat menjadi masukan kepada peneliti sebagai calon guru untuk
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
matematika, khususnya pada sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat.
5. Bagi pembaca maupun penulis lain yang berminat melakukan penelitian yang
sejenis, dapat menjadi bahan informasi dan perbandingan.
6111161
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka diambil simpulan sebagai
berikut:
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan alat
peraga garis bilangan dapat memberikan hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa alat peraga garis bilangan dalam mengajarkan materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII SMP N 34 Medan T.A.
2012/2013.
5.2.Saran
Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu disampaikan
antara lain:
1. Bagi siswa, disarankan siswa memanfaatkan alat peraga garis bilangan ini jika
mengalami kesulitan dalam materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
sehingga hasil belajar untuk materi tersebut dapat meningkat.
2. Bagi guru sekolah, disarankan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
melaksanakan pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
yaitu menggunakan model Think-Pair-Share dengan alat peraga.
3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat meminta bantuan guru atau teman
supaya dapat lebih mudah mengawasi siswa sehingga lebih mudah untuk
membimbing kelompok kerja siswa.
4. Bagi orang tua siswa, disarankan alat peraga kartu garis bilangan dapat dijadikan
media pembelajaran matematika bagi anak di rumah untuk memahami materi
pelajaran
matematika
khususnya
pengurangan bilangan bulat.
pada
pembelajaran
penjumlahan
dan
PERAGA PADA SUB POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULATDI KELAS VII SMP
NEGERI 34 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh:
Rahmi Mawaddah
NIM 081244110018
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi
ini berjudul, “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(TPS) Menggunakan Alat Peraga dengan Tanpa Alat Peraga Pada Sub Pokok
Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Di Kelas VII SMP Negeri
34 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIMED.
Pada kesempatan ini, dengan rasa rendah hati dan tulus penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pada Bapak Rektor
UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai
pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA
UNIMED beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak
Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Syafari,
M.Pd selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan juga selaku dosen
pembimbing akademik peneliti, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Matematika. Ucapak terimakasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Asmin,
M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, pengarahan serta saran-saran kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini. Bapak Drs. S. Siahaan, M.Pd, Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd dan
Bapak Drs. M. Manullang, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
banyak saran kepada penulis selama penulisan skripsi ini. dan kepada seluruh
Dosen Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.
Terima kasih juga kepada Ibu Lesma Naibaho, S.Pd selaku Kepala
Sekolah SMP Negeri 34 serta Bapak Jaya Dwipa Tarigan, S.Pd selaku WKS yang
telah banyak membantu penulis dalam penelitian skripsi ini. Ibu Siti Romandang
Bulan, S.Pd dan Ibu Arta Napitupulu, S.Pd selaku guru matematika, para Staf
Pegawai, serta siswa- siswi SMP Negeri 34 Medan.
v
Teristimewa ucapan terimakasih dan hormat yang setulus-tulusnya kepada
Ibunda tercinta (Dahliana) dan Ayahanda tersayang (Abd. Rasyid) yang telah
memberikan dukungan moril dan materil serta berkat doa Ayahanda dan Ibunda
penulis dapat menjadi Sarjana Pendidikan. Kakak dan abang tersayang
Muhammad Nasib, Muhammad Syafiq, Nurfadhila, Zulaifatul Husna, dan Husni
Bunayya serta suami saya Andi Majid yang telah banyak memberi dukungan demi
kesuksesan penulisan skripsi ini. Ibu dan Bapak kos serta teman-teman satu kos
yang selalu siap membantu terutama teman satu kamar Fitri Nandayani yang telah
banyak membantu. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman
seperjuangan khususnya Suci, Hotma, Wiwit, Sastri, Nining, Rahmi Daulay, Putri
serta teman-teman Matematika 2008 semua khususnya Dik A.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan,
Desember 2012
Penulis
Rahmi Mawaddah
NIM:081244110018
iii
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIRSHARE (TPS) MENGGUNAKAN ALAT PERAGA DENGAN TANPA ALAT
PERAGA PADA SUB POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP
NEGERI 34 MEDANTAHUN AJARAN 2012/2013
Rahmi Mawaddah
NIM. 081244110018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan alat peraga
lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share tanpa alat peraga di kelas VII semester I SMP N
34 Medan pada sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII
di SMP Negeri 34 Medan dan yang menjadi sampel penelitian adalah kelas VII-B
sebagai kelas yang diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share dengan alat peraga dan kelas VII-A sebagai kelas yang
diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare tanpa alat peraga dengan masing-masing jumlah sampel 40 orang. Instrumen
penelitian ini menggunakan tes pilihan ganda yang telah valid dan reliabel
sebanyak 10 soal.
Nilai rata-rata hasil tes awal kelas eksperimen adalah 31,5 dengan nilai
tertinggi 50 dan nilai terendah 10. Nilai rata-rata hasil tes awal kelas kontrol adalah
30,00 dengan nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 10. Dari hasil analisis data pretes
kelas eksperimen diperoleh L0 =0,1398 < Ltabel =0,1401 dan data pretes kelas
kontrol diperoleh L0 =0,1264 < Ltabel =0,1401, sehingga disimpulkan data pretes
kedua kelas adalah normal. Dari uji homogenitas data pretes adalah homogen
karena kedua varians Fhitung =1,05 < Ftabel =1,71. Disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan kemampuan awal pada kedua kelas sampel dimana kedua kelas termasuk
kelas yang homogen atau memiliki kesamaan varians.
Nilai rata-rata hasil postes pada kelas eksperimen adalah 65,3 dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Nilai rata-rata hasil postes pada kelas kontrol
adalah 55,3 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 30. Dari hasil analisis data
postes kelas eksperiemn diperoleh L0 =0,1382 < Ltabel =0,1401 dan data postes kelas
kontrol diperoleh L0 =0,1245 < Ltabel =0,1401, sehingga disimpulkan data postes
kedua kelas adalah normal. Dari uji homogenitas data postes adalah homogen
karena kedua varians Fhitung =1,18 < Ftabel =1,71. Kemudian uji hipotesis data postes
kedua sampel diperoleh thitung =3,881 > ttabel =0,1667, sehingga disimpulkan bahwa
Ha diterima yang artinya hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dengan alat peraga lebih tinggi dari
hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare tanpa alat peraga pada sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat di SMP N 34 Medan.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Identifikasi Masalah
6
1.3 Batasan Masalah
6
1.4 Rumusan Masalah
6
1.5 Tujuan Penelitian
7
1.6 Manfaat Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Model Pembelajaran
8
8
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif
10
2.1.3 Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
13
2.1.4 Media Pendidikan Matematika
16
2.1.5 Alat Peraga
18
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share dengan
Menggunakan Alat Peraga Pada Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat
19
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share Tanpa
Menggunakan Alat Peraga Pada Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat
2.1.8 Pengertian Belajar Matematika
26
30
vii
2.1.9 Hasil Belajar
30
2.1.10 Tes Hasil Belajar
33
2.2 Pembahasan Materi
35
2.2.1 Bilangan Bulat
35
2.2.2 Operasi Penjumlahan Pada Bilangan Bulat
36
2.2.3 Sifat-sifat Penjumlahan Pada Bilangan Bulat
36
2.2.4 Operasi Pengurangan Pada Bilangan Bulat
38
2.3 Teori Belajar Yang Mendukung
39
2.4 Kerangka Konseptual
40
2.5 Hipotesis
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
42
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
42
3.2.1 Populasi
42
3.2.2 Sampel
42
3.3 Variabel Penelitian
42
3.4 Jenis dan Desain Penelitian
43
3.5 Prosedur Penelitian
44
3.5.1 Tahap Persiapan
44
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
45
3.5.3 Penilaian
46
3.6 Instrumen Pengumpul Data
3.6.1 Tes
47
47
3.6.1.1 Validitas Tes
47
3.6.1.2 Reliabilitas Tes
47
3.6.1.3 Tingkat Kesukaran Tes
48
3.6.1.4 Daya Pembeda Tes
49
3.7 Teknik Analisis Data
50
3.7.1 Menghitung rata-rata skor
50
3.7.2 Menghitung standard deviasi
51
3.7.3 Uji Normalitas
51
viii
3.7.4 Uji Homogenitas
52
3.7.5 Uji Hipotesis
52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
53
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
53
4.1.1. Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
53
4.1.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
54
4.2. Uji Persyaratan Analisis Data
56
4.2.1. Uji Normalitas
56
4.2.2. Uji Homogenitas
57
4.2.3. Uji Hipotesis
57
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
61
5.1. Simpulan
61
5.2. Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
62
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
12
Tabel 2.2Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
15
Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share dengan
Menggunakan Alat Peraga Pada Penjumlahan
20
Tabel 2.4 langkah-langkah pembelajaran kooperatif think-pair-share dengan
menggunakan alat peraga pada pengurangan bilangan bulat
23
Tabel 2.5 langkah-langkah pembelajaran kooperatif think-pair-share tanpa
menggunakan alat peraga pada penjumlahan bilangan bulat
26
Tabel 2.6 langkah-langkah pembelajaran kooperatif think-pair-share tanpa
menggunakan alat peraga pada pengurangan bilangan bulat
28
Tabel 2.7 Penjumlahan bilangan bulat
36
Tabel 3.1 Pretest-postest Control Group Design
44
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
49
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal
50
Tabel 4.1 Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
53
Tabel 4.2 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
56
Tabel 4.3 Ringkasan Uji Normalitas Data dengan Lillifors
57
Tabel 4.4 Ringkasan Uji Homogenitas Data
57
Tabel 4.5 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Data Postes
58
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Contoh Garis Bilangan
19
Gambar 2.2 Garis Bilangan
20
Gambar 2.3 Penjumlahan Bilangan Bulat
21
Gambar 2.4 Penjumlahan Bilangan Bulat
21
Gambar 2.5 Penjumlahan Bilangan Bulat
21
Gambar 2.6 Penjumlahan Bilangan Bulat
22
Gambar 2.7 Pengurangan Bilangan Bulat
24
Gambar 2.8 Pengurangan Bilangan Bulat
24
Gambar 2.9 Pengurangan Bilangan Bulat
25
Gambar 2.10 Pengurangan Bilangan Bulat
25
Gambar 2.11 Letak Bilangan Bulat Pada Garis Bilangan
36
Gambar 2.12 Invers bilangan bulat
38
Bagan 3.1. Prosedur penelitian
46
Gambar 4.1. Diagram Batang untuk Pretes Kelas Ekperimen
54
Gambar 4.2. Diagram Batang untuk Pretes Kelas Kontrol
54
Gambar 4.3. Diagram Batang Untuk Postes Kelas Eksperimen
55
Gambar 4.4. Diagram Batang Untuk Postes Kelas Kontrol
56
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS dengan
Alat Peraga ( RPP I)
65
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS dengan
Alat Peraga ( RPP II)
78
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS tanpa
Alat Peraga ( RPP I)
91
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS tanpa
Alat Peraga ( RPP II)
101
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I
112
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II
115
Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal
118
Lampiran 8 Soal Pre-Test
119
Lampiran 9 Soal Post-Test
121
Lampiran 10 Jawaban Pre-Test
123
Lampiran 11 Jawaban Post-Test
124
Lampiran 12 Perhitungan Mencari Uji Validitas Tes
125
Lampiran 13
Lampiran 14 Perhitungan Reabilitas Tes
128
Lampiran 15 Tabel Perhitungan Reabilitas Tes
129
Lampiran 16 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal
130
Lampiran 17 Tabel Tingkat Kesukaran Soal
131
Lampiran 18 Perhitungan Daya Beda Soal
132
Lampiran 19 Analisis Daya Beda Butir Soal
133
Lampiran 20 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians
Data Kelas Eksperimen
Lampiran 21 Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
134
135
Lampiran 22 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians
Data Kelas Kontrol
136
xii
Lampiran 23 Data Pertes dan Postes Siswa Kelas Kontrol
137
Lampiran 24 Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians
Peningkatan (Selisih Postes dan Pretes) Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
138
Lampiran 25 Data Hasil Selisih Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
140
Lampiran 26 Data Hasil Selisih Pretes dan Postes Kelas Kontrol
141
Lampiran 27 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
142
Lampiran 28 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol
144
Lampiran 29 Uji Homogenitas
146
Lampiran 30 Perhitungan Uji Hipotesis
148
Lampiran 31 Pembuatan Distribusi Frekuensi
150
Lampiran 32 Lembar Validitas Soal Oleh Ahli
154
Lampiran 33 Nama-nama Validator
160
Lampiran 34 Tabel Harga Kritik dari r- Product Moment
161
Lampiran 35 Nilai Kritis Distribusi F
162
Lampiran 36 Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors
165
Lampiran 37 Tabel Wilayah di Bawah Kurva Normal
166
Lampiran 38 Daftar Nilai Presentil untuk Distribusi t
167
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang mempunyai objek berupa fakta, konsep,
dan operasi serta prinsip. Oleh karena itu matematika sangat penting untuk dipelajari.
Kesemua objek matematika harus dipahami secara benar oleh siswa, karena materi
tertentu dalam matematika bisa merupakan prasyarat untuk menguasai materi
matematika yang lain, bahkan untuk pelajaran yang lain seperti fisika, keuangan dan
lain-lain. Selain itu matematika juga berperan dalam membentuk kepribadian dan
keterampilan. Seperti halnya yang dikatakan oleh R. Soedjadi (2000: 7) :
“Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk
mencapai suatu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula
unutk membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan
tertentu. Hal itu mengarahkan perhatikan pada pembelajaran nilai-nilai
dalam kehidupan melalui matematika”.
Sementara itu pendidikan matematika di Indonesia masih memperhatinkan.
Hal itu disebabkan banyaknya masalah yang dihadapai dalam pembelajaran
matematika. Ki Supriyoko (2006,http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-PrestasiPelajar-Indonesia) menyatakan bahwa :
“Dalam forum TIMSS Indonesia hanya berada di peringkat ke-35 dari 44
negara untuk bidang matematika. Pada kelompok ini kita berada jauh di
bawah Malaysia (ke-10) dan Jepang (ke-5), apalagi dengan Singapura yang
berada di puncak klasemen. Untuk bidang sains ternyata prestasi kita lebih
rendah lagi, ternyata Indonesia hanya berada di peringkat ke-37 dari 44
negara.”
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa
diantaranya adalah kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika.
Hal ini disebabkan siswa menganggap pelajaran matematika merupakan mata
pelajaran yang sulit dan sebagian dari mereka ada yang membencinya. Ridha
(http://www.duniaguru.com, 2007) yang mengatakan:
“Namun berdasarkan temuan di lapangan secara umum dapat disimpulkan,
bahwa rendah bahkan musnahnya minat siswa untuk menekuni bidang studi
2
matematika di antaranya karena adanya image yang mengganggu pikiran
sebagian besar siswa kita, yaitu matematika dianggap pelajaran yang super
rumit, rajanya pelajaran studi dan jelimat sehingga berjumpa dengan
pelajaran matematika seperti bertemu dengan hantu yang menyeramkan”.
Hal ini mengakibatkan siswa kurang antusias menerima pembelajaran
matematika, mereka lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu mengungkapkan
ide-ide atau pun masalah–masalah yang dihadapi atas soal yang diberikan guru.
Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal–soal tersebut.
Berdasarkan hasil survei terhadap 75 siswa kelas VII SMP Negeri 34 Medan
58,7 % menyukai matematika tetapi 52 % diantaranya menyatakan metematika
merupakan mata pelajaran yang sulit (keterangan soal dan pilihan jawaban angket
terlampir). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012
terhadap salah seorang guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 34
Medan, Ibu Siti Romandang Bulan,S.Pd, mengatakan bahwa siswa tidak menyukai
pelajaran matematika disebabkan karena pengetahuan dasar siswa masih kurang dan
tidak memahami konsep sehingga siswa merasa matematika adalah pelajaran yang
sulit. Selain itu, Ibu Siti Romandang Bulan,S.Pd menyatakan bahwa ketidaksukaan
siswa pada pelajaran matematika biasanya disebabkan karena siswa tidak paham
tentang materi yang diajarkan, sehingga siswa merasa materi tersebut adalah materi
yang sulit.
Selain itu, penyebab masalah itu dapat bersumber dari guru. M. Nurul Hajar
(2008,http://h4j4r.multiply.com/jurnal/item/39/RMEsuatu_InovasidalamPendidikan
MatematikadiIndonesia?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem) menyatakan
bahwa:
“Masalah umum matematika yang banyak orang awam tahu seperti
rendahnya daya saing di ajang internasional (kontras dengan Pendidikan
Fisika), rendahnya rata-rata NEM nasional (paling rendah dibanding
pelajaran lainnya dan untuk sekolah menengah selalu di bawah 5.0 skala 110), serta rendahnya minat belajar matematika lantaran matematika terasa
sulit karena banyak guru matematika mengajarkan matematika dengan
materi dan metode yang tidak menarik dimana guru menerangkan atau
'teacher telling' sementara murid mencatat.”
3
Sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
peningkatan
kualitas
pendidikan
matematika di sekolah terutama terhadap hasil belajar siswa tidak terlepas dari proses
pembelajaran di kelas yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Guru harus
bisa merencanakan suatu pembelajaran matematika yang menarik, efektif, dan
bermakna. Sebagian guru masih menggunakan paradigma lama dalam mengajar,
yakni mengajar dengan metode ceramah dan mengharap siswa duduk, dengar, catat,
dan hafal.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi rendahnya hasil
belajar matematika siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Hampir setiap guru pernah
menggunakan model pembelajaran ini dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya
siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk membahas soal-soal yang diberikan
guru. Artzt & Newman (dalam Trianto, 2010:56) menyatakan bahwa dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Beberapa ahli
menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami
konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Penerapan model kooperatif ini
didukung oleh teori Vygotsky.
Roger (dalam Miftahul huda, 2011: 29) menyatakan bahwa:
“Cooperatif learning is group leaning activity organized in such a way that
laerning is based on the socially structured change of information between
learners in group in wich aech learner is held accountable for his or her own
learning and is motivated to increas the learning of others.”
Hanya saja kekurangan dari model pembelajaran kooperatif terjadi jika
anggota dalam satu kelompok terlalu besar jumlahnya. Soejadi (dalam Isjoni,
2009:78) mengemukakan bahwa jumlah anggota dalam suatu kelompok apabila
makin besar dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama antara para
4
anggotanya. Untuk mengatasi masalah ini maka Frang Lyman dan koleganya di
Universitas Maryland mengembangkan suatu jenis pembelajaran kooperatif yaitu tipe
Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi. Tipe Think-Pair-Share
(TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas, dimana anggota dalam satu kelompok jumlahnya sangat kecil yaitu 2-3
orang.. Anita lie (2010; 57) menyatakan bahwa :
“Teknik belajar mengajar TPS dikembangkan oleh Frank Lyman sebagai
struktur pembelajran kooperatif learning. Teknik ini memberikan siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipai siswa”
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share sudah pernah diteliti
sebelumnya, antara lain oleh: Nur Shadrina (2010) dan Dewi Suryani Purba (2011).
Berdasarkan hasil penelitiannya, kedua peneliti tersebut menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif Tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Dalam pembelajaran, guru matematika di SMP Negeri SMP Negeri 34
Medan telah mulai menggalakkan model pembelajaran kooperatif, salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang pernah digunakan adalah tipe Think-Pair-Share (TPS).
Beberapa materi yang pernah diajarkan dengan menggunakan tipe Think-Pair-Share
antara lain materi Sudut dan Garis Sejajar. Dalam wawancara tersebut, Ibu Siti
Romandang Bulan (salah seorang guru matematika kelas VII SMP Negeri 34 Medan)
menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share sudah
cukup baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa, namun hasil belajar siswa
semakin meningkat jika didukung juga dengan alat peraga.
Dalam pelajaran matematika siswa kelas VII mengalami beberapa kesulitan
pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dari wawancara terhadap
Guru Matematika Kelas VII SMP 34 Medan terungkap bahwa siswa mengalami
kesulitan pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dikarenakan
5
beberapa hal, antara lain siswa tidak mengerti mengenai penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat negatif, (misalnya, -8 – (-2)= -6), penjumlahan bilangan
positif dengan bialangan negatif, (misalnya 8 – (-2) = 10), siswa tidak tahu
bagaimana penerapannya dalam bentuk konkrit dan pemahaman terhadap materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat masih rendah sehingga hasil belajar
rendah. Dalam pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
Guru Matematika SMP Negeri 34 Medan belum pernah menggunakan alat peraga.
Selain metode pembelajaran, penggunaan alat peraga sangat diperlukan
dalam menjelaskan dan menanamkan konsep pembelajaran matematika karena
dengan alat peraga dimungkinkan dapat membantu siswa berpikir abstrak dan dapat
manemukan dan memahami konsep. Seperti halnya dikatakan oleh
Estiningsih
(dalam Widyantini, 2009;3)
“Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau
membawakan cirri-ciri dari konsep yang dipelajari. Fungsi utama dari alat
peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu
memahami arti dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, memanipulasi
obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari tentang arti dari suatu konsep.”
Tujuan utama dari penggunaan alat peraga ini adalah agar siswa tidak hanya
memahami konsep tetapi dapat menemukan sendiri konsep dan membantu siswa
berpikir abstrak karena salah satu sifat matematika adalah bersifat abstrak khususnya
pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Seperti yang ditekanakan
Bruner bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Salah satu
alat peraga yang dapat digunakan adalah garis bilangan. Alat peraga garis bilangan
dapat membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan materi pelajaran
akan mudah dimengerti. Garis bilangan terbuat karton sehingga mudah dibuat
Berdasarkan keterangan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
6
(TPS) Menggunakan Alat Peraga dengan Tanpa Alat Peraga Pada Sub Pokok
Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Di Kelas VII SMP Negeri 34
Medan Tahun Ajaran 2012/2013”
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Rendahnya minat siswa di SMP Negeri 34 Medan terhadap matematika dan
menganggap bahwa matematika mata pelajaran yang sulit.
2. Guru masih menggunakan paradigma lama dalam mengajar
3. Rendahnya pemahaman konsep siswa mengenai materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan.
4. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan alat peraga
belum pernah diterapkan dalam mengajarkan materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan.
1.3.Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah
pada:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan alat peraga
belum pernah diterapkan dalam mengajarkan materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan.
1.4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
Apakah Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan
alat peraga garis bilangan dapat memberikan hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa alat peraga garis bilangan dalam mengajarkan materi
7
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan Tahun
Ajaran 2012/2013?
1.5.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) dengan alat peraga garis bilangan dapat memberikan hasil belajar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa alat peraga garis bilangan dalam mengajarkan
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SMP Negeri 34 Medan Tahun
Ajaran 2012/2013.
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang berarti yaitu:
1. Bagi Siswa, diharapkan dapat membantu dalam memahami pembelajaran
matematika dan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya
pada sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
2. Bagi Guru Sekolah, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai alat
peraga yang dapat diterapkan dalam menyajikan suatu materi.
3. Bagi Sekolah, akan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan
untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
4. Bagi Peneliti, dapat menjadi masukan kepada peneliti sebagai calon guru untuk
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
matematika, khususnya pada sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat.
5. Bagi pembaca maupun penulis lain yang berminat melakukan penelitian yang
sejenis, dapat menjadi bahan informasi dan perbandingan.
6111161
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka diambil simpulan sebagai
berikut:
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan alat
peraga garis bilangan dapat memberikan hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa alat peraga garis bilangan dalam mengajarkan materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas VII SMP N 34 Medan T.A.
2012/2013.
5.2.Saran
Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu disampaikan
antara lain:
1. Bagi siswa, disarankan siswa memanfaatkan alat peraga garis bilangan ini jika
mengalami kesulitan dalam materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
sehingga hasil belajar untuk materi tersebut dapat meningkat.
2. Bagi guru sekolah, disarankan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
melaksanakan pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
yaitu menggunakan model Think-Pair-Share dengan alat peraga.
3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat meminta bantuan guru atau teman
supaya dapat lebih mudah mengawasi siswa sehingga lebih mudah untuk
membimbing kelompok kerja siswa.
4. Bagi orang tua siswa, disarankan alat peraga kartu garis bilangan dapat dijadikan
media pembelajaran matematika bagi anak di rumah untuk memahami materi
pelajaran
matematika
khususnya
pengurangan bilangan bulat.
pada
pembelajaran
penjumlahan
dan