KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS ALIH WAHANA DI SMA.

(1)

Yayu Kurniawati, 2015

KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS ALIH WAHANA DI SMA

KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN FILM 99 CAHAYA

DI LANGIT EROPA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI

BAHAN AJAR TEKS ALIH WAHANA DI SMA

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh: Yayu Kurniawati

NIM 1303018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT

EROPA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS

ALIH WAHANA DI SMA

oleh Yayu Kurniawati UPI Bandung, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

©Yayu Kurniawati, 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

Yayu Kurniawati, 2015

KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS ALIH WAHANA DI SMA


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Struktur Organisasi ... 11

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Novel ... 12

2.2 Film ... 18

2.3 Pendekatan Sastra Bandingan dalam Mengkaji Novel dan Film ... 21

2.4 Ekranisasi ... 25

2.5 Teori Semiotik dalam Mengkaji Novel dan Film ... 28

2.6 Modus Transaksi Amanat ... 37

2.7 Bahan Ajar atau Materi Pelajaran ... 46

2.8 Buku Pengayaan sebagai Bahan Ajar ... 49


(5)

Yayu Kurniawati, 2015

KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS ALIH WAHANA DI SMA

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 54

3.2 Sumber Penelitian ... 55

3.3 Pengumpulan Data ... 56

3.4 Analisis Data ... 58

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sinopsis Novel dan Film 99 Cahaya di Langit Eropa ... 76

4.2 Analisis Novel dan Film 99 Cahaya di Langit Eropa ... 78

4.2.1 Analisis Struktur Novel ... 78

4.2.2 Analisis Struktur Film ... 152

4.2.3 Analisis Semiotik Novel dan Film ... 278

4.3 Perbandingan Analisis Semiotik Novel dengan Film 99 Cahaya di Langit Eropa ... 471

BAB 5 PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS ALIH WAHANA DI SMA 5.1 Pemanfaatan Hasil Kajian Bandingan Novel dengan Film 99 Cahaya di Langit Eropa ... 492

5.2 Penyajian Buku Pengayaan Pengetahuan ... 493

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan ... 531

5.2 Implikasi ... 535

5.3 Rekomendasi... 536

DAFTAR PUSTAKA ... 538

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN


(6)

BAB 6

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Bab 6 berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Untuk itu, pertama akan dipaparkan mengenai simpulan hasil penelitian novel dan film 99 Cahaya di

Langit Eropa sebagai dua objek perbandingan dalam penelitian. Kemudian,

pemaparan hasil penelitian dilanjutkan pada pembahasan kerangka modul sebagai implikasi dari hasil penelitian. Modul yang dibuat juga akan dipaparkan secara rinci dan menyeluruh sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi pembelajaran dan penelitian selanjutnya. Maka, untuk lebih jelasnya, berikut ini pemaparan secara rinci dari bab 6.

6.1 Simpulan

Simpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian yang didapatkan dengan merumuskan hasil penelitian. Untuk itu, sebuah simpulan berkaitan erat dengan setiap pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah penelitian. Maka, berikut ini akan dipaparkan simpulan dalam penelitian ini berdasarkan isi rumusan masalah.

6.1.1 Struktur Novel dan Film 99 Cahaya di Langit Eropa

Dalam penelitian ini, struktur novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa

didapat dengan melakukan analisis struktur. Analisis struktur difokuskan dengan menggunakan tiga aspek yaitu sintaktika, semantik, dan pragmatik. Ketiga aspek ini telah dipaparkan dalam bab 4 yang menghasilkan data-data tentang struktur novel dan film berupa alur dan pengaluran, tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang penutur. Maka, seluruh data yang


(7)

532

Yayu Kurniawati, 2015

KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS ALIH WAHANA DI SMA

terdapat pada ketiga aspek ini menunjukkan hasil dari analisis struktur novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa.

Dalam aspek sintaksis ditemukan alur dan pengaluran baik pada novel maupun film 99 Cahaya di Langit Eropa. Hasil analisis alur dan pengaluran novel menunjukkan bahwa novel 99 Cahaya di Langit Eropa dilengkapi dengan banyaknya peristiwa. Peristiwa-peristiwa itu yang melingkupi isi cerita novel dan mengemas rapi tokoh dan penokohan yang terdapat pada isi cerita novel. Namun, peristiwa dalam film justru mengalami variasi. Ada beberapa peristiwa dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa yang tidak disajikan dalam filmnya, baik dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 maupun 99

Cahaya di Langit Eropa part 2. Peristiwa yang tidak disajikan dalam film yaitu

tentang perjalanan Hanum dan Rangga ke kota Granada. Meskipun demikian, dalam film divariasikan dengan adanya peristiwa yang tidak terdapat pada novel. Adanya peristiwa-peristiwa yang berbeda atau bahkan divariasikan dari novel ke film ini membuat alur dalam novel dan film pun berbeda. Alur novel cenderung maju, sedangkan alur film mengacu pada alur campuran.

Sementara itu, dalam aspek semantik dilakukan analisis tokoh, penokohan, dan latar cerita novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa. Analisis tokoh dan penokohan dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa

cenderung banyak dan meluas. Akan tetapi, tokoh-tokoh dalam film cenderung sedikit tapi masing-masing penokohannya mendalam. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan media film yang dilengkapi dengan visualisasi gambar tokoh. Maka, adanya visualisasi gambar tokoh membuat penokohan film dapat dengan mudah dikenali jika dibandingkan dengan penggambaran tokoh dalam novel.

Kemudian, analisis latar novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa juga terdapat perbedaan. Ada beberapa tempat yang dideskripsikan dalam novel, tetapi tidak sama sekali ditampilkan dalam film. Sebaliknya, ada juga beberapa tempat yang tidak dideskripsikan dalam novel tetapi ditampilkan dalam film. Dengan demikian, latar tempat yang terdapat pada novel dan film 99 Cahaya di


(8)

533

Langit Eropa tidak secara merata sama disebabkan adanya cerita yang berbeda

pada film sebagai upaya variasi oleh sutradara film 99 Cahaya di Langit Eropa. Perbandingan selanjutnya juga dilakukan dari aspek pragmatik atau tuturan. Pada aspek ini, novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa dianalisis sudut pandang penutur atau kehadiran penutur ceritanya. Hasil analisis sudut pandang penutur antara novel dan film menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan. Kehadiran penutur cerita dalam novel dapat dengan mudah diketahui dari setiap teks yang dituliskan oleh pengarang. Akan tetapi, hal yang sebaliknya terjadi pada film. Kehadiran penutur dalam film tidak dapat dilihat hanya dari satu sudut saja karena film dilengkapi dengan visualisasi gambar tokoh dan latar yang secara nyata. Meskipun demikian, baik novel maupun film sama-sama mengutamakan penuturan tokoh Hanum sebagai pengantar dari cerita yang satu ke cerita selanjutnya.

6.1.2 Perbedaan kode-kode semiotik antara novel 99 Cahaya di Langit

Eropa dan film 99 Cahaya di Langit Eropa

Analisis kode-kode semiotik terhadap novel dan film 99 Cahaya di

Langit Eropa ini dilakukan dengan menggunakan teori modus transaksi

amanat Barthes. Dalam teori tersebut terdapat lima jenis kode. Kelima kode ini yang masing-masing dicari dan dianalisis terhadap novel dan film 99

Cahaya di Langit Eropa. Kode-kode yang terdapat dalam novel dan film

berupa kata, frasa dan kalimat yang di dalamnya mengandung ciri dari modus transaksi amanat. Dengan demikian, kode-kode tersebut dalam novel dan film

99 Cahaya di Langit Eropa terdapat hampir di setiap peristiwa dalam novel.

Lima kode modus transaksi amanat Barthes dalam novel ini berjumlah 77 data. Data tersebut terdiri atas14 kode teka-teki , 21 kode konotatif, 14 kode aksian, 15 kode simbolik dan 13 kode budaya. Semua data tersebut telah diklasifikasikan sesuai dengan masing-masing jenis kode yang dimaksud.


(9)

534

Yayu Kurniawati, 2015

KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS ALIH WAHANA DI SMA

Maka, data paling banyak dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa ialah kode konotatif.

Selain itu analisis modus transaksi amanat juga diterapkan terhadap film

99 Cahaya di Langit Eropa baik film bagian pertama maupun keduanya.

Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 dan 2 terdapat 40 data modus transaksi amanat Barthes. Data tersebut terdiri atas 12 kode teka-teki, 7 kode konotatif, 13 kode aksian, 2 kode simbolik, dan 6 kode budaya. Jadi, kode aksian merupakan data paling banyak dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa.

Jika dilihat dari banyaknya data modus transaksi amanat dalam novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa, maka sangat terlihat perbedaan di antara novel dan film. Sesuai dengan apa yang dituju, maka dapat diketahui kode-kode dalam novel dengan film jelas berbeda dari segi jumlahnya. Bahkan, kode yang paling mendominasi di antara keduanya pun berbeda. Novel 99

Cahaya di Langit Eropa lebih banyak mengutamakan penggunaan kode

konotatif dalam teks ceritanya, sedangkan film 99 Cahaya di Langit Eropa

justru lebih banyak mengutamakan penggunaan kode aksian Dengan demikian, perbedaan antara novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa

terletak pada penggunaan kode modus transaksi amanatnya.

6.1.3 Penyajian bahan ajar teks alih wahana untuk SMA

Setelah melakukan penelitian dengan berbagai tahapan pengumpulan data dan analisis, hasilnya ditujukan untuk membuat bahan ajar teks alih wahana. Adapun bahan ajar ini digunakan sebagai salah satu pedoman untuk menambah wawasan, khususnya bagi peserta didik. Hal ini disebabkan peserta didik merupakan orang yang akan menerima dan mengembangkan materi yang terdapat pada setiap bahan ajar. Maka, bahan ajar yang dibuat ialah hasil dari penelitian ini difungsikan untuk menambah wawasan atau pengetahuan.


(10)

535

Bertolak dari hal tersebut, maka penyajian bahan ajar teks alih wahana dari hasil penelitian ini berupa modul. Modul yang dihasilkan dispesifikan lagi menjadi sebuah buku pengayaan pengetahuan. Sesuai dengan namanya, buku pengayaan disusun dengan pengetahuan yang berkaitan dengan hasil penelitian ini. Jadi, buku pengayaan pengetahuan merupakan hasil akhir dari bentuk bahan ajar yang diperoleh dari penelitian.

Buku pengayaan pengetahuan yang dibuat tetap mengacu pada aspek-aspek yang dibahas dalam Bab IV, yaitu pemaparan fakta cerita novel dan film

99 Cahaya di Langit Eropa. Dalam hal ini, fakta cerita novel 99 Cahaya di

Langit Eropa disajikan secara rinci. Begitu juga dengan film 99 Cahaya di

Langit Eropa part 1 dan part 2, disajikan lengkap dengan gambar. Hasil

analisis fakta cerita kedua objek penelitian tersebut, dituangkan dalam buku pengayaan pengetahuan yang difokuskan untuk siswa SMA. Dengan demikian, penyajian bahan ajar teks alih wahana dari hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk SMA ialah berupa buku pengetahuan pengayaan.

6.2 Implikasi

Penelitian ini dapat diimplikasikan untuk dijadikan sebagai materi penunjang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Dengan pemaparan fakta cerita yang terdapat dalam novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa akan mempermudah pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA khususnya wahana tentang sastra. Novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa juga dapat dijadikan salah satu sumber bacaan bagi peserta didik dan guru dalam mengenal kajian sastra yang membuka wawasan tentang perbandingan di antara novel dan film. Selain itu, materi atau bahan ajar ini juga mengacu pada penjelasan mengenai adanya beberapa karakter psikologi perkembangan peserta didik usia remaja yang telah dipaparkan dalam bab 2. Maka, bahan ajar yang dibuat dari hasil penelitian


(11)

536

Yayu Kurniawati, 2015

KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS ALIH WAHANA DI SMA

ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan juga guru sebagai unsur-unsur penting dalam kegiatan pembelajaran.

Peneliti berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap realisasi penginterpretasian maksud novel novel dan film 99 Cahaya di Langit

Eropa dengan kajian yang menarik, sample yang lebih besar, dan teknik analisis

yang lebih mendalam untuk mendapatkan hasil kajian yang sempurna. Seiring dengan masih jarangnya penelitian mengenai kode modus transaksi amanat sebagai perbandingan antara novel dan film, maka penelitian ini perlu mendapat perhatian dari para pakar sastra. Terutama pihak yang berwenang dalam bidang ini mampu memberikan bantuan demi melancarkan penelitian. Jika ada penelitian lanjutan semoga peneliti selanjutnya lebih berani mengungkapkan fakta-fakta yang sebenarnya dalam karya sastra seperti novel yang menjadi sumber data.

Dalam pandangan peneliti, setiap penelitian tentu membutuhkan metode yang dapat menunjang untuk menghasilkan penelitian yang baik. Untuk itu peneliti berharap dengan adanya metode dalam penelitian ini dapat menjadi koreksi sekaligus pembaruan di benak peneliti selanjutnya. Sebab peneliti melihat masih terdapat kelemahan dalam metode yang peneliti gunakan ini. Metode deskriptif analisis komparatif yang digunakan dalam penelitian ini masih membuka peluang bagi siapapun baik pembaca, maupun peneliti lain untuk memiliki penafsiran yang sedikit berbeda atau mungkin bertolak belakang. Tetapi peneliti berharap hal ini cukup kiranya menjadi tolak ukur guna menghasilkan penelitian yang jauh lebih baik lagi.

6.3 Rekomendasi

Bahan ajar yang dihasilkan dari penelitian ini direkomendasikan untuk guru Bahasa Indonesia agar dapat lebih kreatif dan inovatif lagi dalam mengembangkan bahan ajar yang akan disajikan pada peserta didik. Khsusnya dalam mengajarkan materi sastra, guru menjadi tidak hanya fokus pada buku


(12)

537

sumber yang disediakan oleh sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, peserta didik akan semakin tertarik dan bersemangat untuk memelajari materi yang ada.

Kemudian, bahan ajar ini juga direkomendasikan untuk pengelola lembaga pendidikan. Hal ini disebabkan, pengelola lembaga pendidikan juga harus lebih selektif dalam memilih buku sumber yang akan dipergunakan oleh setiap guru bidang studi. Dengan adanya sikap selektif terhadap bahan ajar yang digunakan tentu akan saling menunjang ke arah pengembangan ilmu yang lebih baik. Namun, setiap materi ajar yang diberikan juga harus menyesuaikan silabus yang berlaku. Maka, dengan adanya bahan ajar dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sebagai acuan untuk memilih buku sumber yang kaya akan materi bermanfaat dan sesuai dengan jenjang pendidikan yang dikelola.


(1)

terdapat pada ketiga aspek ini menunjukkan hasil dari analisis struktur novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa.

Dalam aspek sintaksis ditemukan alur dan pengaluran baik pada novel maupun film 99 Cahaya di Langit Eropa. Hasil analisis alur dan pengaluran novel menunjukkan bahwa novel 99 Cahaya di Langit Eropa dilengkapi dengan banyaknya peristiwa. Peristiwa-peristiwa itu yang melingkupi isi cerita novel dan mengemas rapi tokoh dan penokohan yang terdapat pada isi cerita novel. Namun, peristiwa dalam film justru mengalami variasi. Ada beberapa peristiwa dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa yang tidak disajikan dalam filmnya, baik dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 maupun 99 Cahaya di Langit Eropa part 2. Peristiwa yang tidak disajikan dalam film yaitu tentang perjalanan Hanum dan Rangga ke kota Granada. Meskipun demikian, dalam film divariasikan dengan adanya peristiwa yang tidak terdapat pada novel. Adanya peristiwa-peristiwa yang berbeda atau bahkan divariasikan dari novel ke film ini membuat alur dalam novel dan film pun berbeda. Alur novel cenderung maju, sedangkan alur film mengacu pada alur campuran.

Sementara itu, dalam aspek semantik dilakukan analisis tokoh, penokohan, dan latar cerita novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa. Analisis tokoh dan penokohan dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa

cenderung banyak dan meluas. Akan tetapi, tokoh-tokoh dalam film cenderung sedikit tapi masing-masing penokohannya mendalam. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan media film yang dilengkapi dengan visualisasi gambar tokoh. Maka, adanya visualisasi gambar tokoh membuat penokohan film dapat dengan mudah dikenali jika dibandingkan dengan penggambaran tokoh dalam novel.

Kemudian, analisis latar novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa juga terdapat perbedaan. Ada beberapa tempat yang dideskripsikan dalam novel, tetapi tidak sama sekali ditampilkan dalam film. Sebaliknya, ada juga beberapa tempat yang tidak dideskripsikan dalam novel tetapi ditampilkan dalam film. Dengan demikian, latar tempat yang terdapat pada novel dan film 99 Cahaya di


(2)

Langit Eropa tidak secara merata sama disebabkan adanya cerita yang berbeda pada film sebagai upaya variasi oleh sutradara film 99 Cahaya di Langit Eropa. Perbandingan selanjutnya juga dilakukan dari aspek pragmatik atau tuturan. Pada aspek ini, novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa dianalisis sudut pandang penutur atau kehadiran penutur ceritanya. Hasil analisis sudut pandang penutur antara novel dan film menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan. Kehadiran penutur cerita dalam novel dapat dengan mudah diketahui dari setiap teks yang dituliskan oleh pengarang. Akan tetapi, hal yang sebaliknya terjadi pada film. Kehadiran penutur dalam film tidak dapat dilihat hanya dari satu sudut saja karena film dilengkapi dengan visualisasi gambar tokoh dan latar yang secara nyata. Meskipun demikian, baik novel maupun film sama-sama mengutamakan penuturan tokoh Hanum sebagai pengantar dari cerita yang satu ke cerita selanjutnya.

6.1.2 Perbedaan kode-kode semiotik antara novel 99 Cahaya di Langit Eropa dan film 99 Cahaya di Langit Eropa

Analisis kode-kode semiotik terhadap novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa ini dilakukan dengan menggunakan teori modus transaksi amanat Barthes. Dalam teori tersebut terdapat lima jenis kode. Kelima kode ini yang masing-masing dicari dan dianalisis terhadap novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa. Kode-kode yang terdapat dalam novel dan film berupa kata, frasa dan kalimat yang di dalamnya mengandung ciri dari modus transaksi amanat. Dengan demikian, kode-kode tersebut dalam novel dan film

99 Cahaya di Langit Eropa terdapat hampir di setiap peristiwa dalam novel. Lima kode modus transaksi amanat Barthes dalam novel ini berjumlah 77 data. Data tersebut terdiri atas14 kode teka-teki , 21 kode konotatif, 14 kode aksian, 15 kode simbolik dan 13 kode budaya. Semua data tersebut telah diklasifikasikan sesuai dengan masing-masing jenis kode yang dimaksud.


(3)

Maka, data paling banyak dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa ialah kode konotatif.

Selain itu analisis modus transaksi amanat juga diterapkan terhadap film

99 Cahaya di Langit Eropa baik film bagian pertama maupun keduanya. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 dan 2 terdapat 40 data modus transaksi amanat Barthes. Data tersebut terdiri atas 12 kode teka-teki, 7 kode konotatif, 13 kode aksian, 2 kode simbolik, dan 6 kode budaya. Jadi, kode aksian merupakan data paling banyak dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa.

Jika dilihat dari banyaknya data modus transaksi amanat dalam novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa, maka sangat terlihat perbedaan di antara novel dan film. Sesuai dengan apa yang dituju, maka dapat diketahui kode-kode dalam novel dengan film jelas berbeda dari segi jumlahnya. Bahkan, kode yang paling mendominasi di antara keduanya pun berbeda. Novel 99 Cahaya di Langit Eropa lebih banyak mengutamakan penggunaan kode konotatif dalam teks ceritanya, sedangkan film 99 Cahaya di Langit Eropa

justru lebih banyak mengutamakan penggunaan kode aksian Dengan demikian, perbedaan antara novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa

terletak pada penggunaan kode modus transaksi amanatnya.

6.1.3 Penyajian bahan ajar teks alih wahana untuk SMA

Setelah melakukan penelitian dengan berbagai tahapan pengumpulan data dan analisis, hasilnya ditujukan untuk membuat bahan ajar teks alih wahana. Adapun bahan ajar ini digunakan sebagai salah satu pedoman untuk menambah wawasan, khususnya bagi peserta didik. Hal ini disebabkan peserta didik merupakan orang yang akan menerima dan mengembangkan materi yang terdapat pada setiap bahan ajar. Maka, bahan ajar yang dibuat ialah hasil dari penelitian ini difungsikan untuk menambah wawasan atau pengetahuan.


(4)

Bertolak dari hal tersebut, maka penyajian bahan ajar teks alih wahana dari hasil penelitian ini berupa modul. Modul yang dihasilkan dispesifikan lagi menjadi sebuah buku pengayaan pengetahuan. Sesuai dengan namanya, buku pengayaan disusun dengan pengetahuan yang berkaitan dengan hasil penelitian ini. Jadi, buku pengayaan pengetahuan merupakan hasil akhir dari bentuk bahan ajar yang diperoleh dari penelitian.

Buku pengayaan pengetahuan yang dibuat tetap mengacu pada aspek-aspek yang dibahas dalam Bab IV, yaitu pemaparan fakta cerita novel dan film

99 Cahaya di Langit Eropa. Dalam hal ini, fakta cerita novel 99 Cahaya di Langit Eropa disajikan secara rinci. Begitu juga dengan film 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 dan part 2, disajikan lengkap dengan gambar. Hasil analisis fakta cerita kedua objek penelitian tersebut, dituangkan dalam buku pengayaan pengetahuan yang difokuskan untuk siswa SMA. Dengan demikian, penyajian bahan ajar teks alih wahana dari hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk SMA ialah berupa buku pengetahuan pengayaan.

6.2 Implikasi

Penelitian ini dapat diimplikasikan untuk dijadikan sebagai materi penunjang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Dengan pemaparan fakta cerita yang terdapat dalam novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa akan mempermudah pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA khususnya wahana tentang sastra. Novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa juga dapat dijadikan salah satu sumber bacaan bagi peserta didik dan guru dalam mengenal kajian sastra yang membuka wawasan tentang perbandingan di antara novel dan film. Selain itu, materi atau bahan ajar ini juga mengacu pada penjelasan mengenai adanya beberapa karakter psikologi perkembangan peserta didik usia remaja yang telah dipaparkan dalam bab 2. Maka, bahan ajar yang dibuat dari hasil penelitian


(5)

ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan juga guru sebagai unsur-unsur penting dalam kegiatan pembelajaran.

Peneliti berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap realisasi penginterpretasian maksud novel novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa dengan kajian yang menarik, sample yang lebih besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk mendapatkan hasil kajian yang sempurna. Seiring dengan masih jarangnya penelitian mengenai kode modus transaksi amanat sebagai perbandingan antara novel dan film, maka penelitian ini perlu mendapat perhatian dari para pakar sastra. Terutama pihak yang berwenang dalam bidang ini mampu memberikan bantuan demi melancarkan penelitian. Jika ada penelitian lanjutan semoga peneliti selanjutnya lebih berani mengungkapkan fakta-fakta yang sebenarnya dalam karya sastra seperti novel yang menjadi sumber data.

Dalam pandangan peneliti, setiap penelitian tentu membutuhkan metode yang dapat menunjang untuk menghasilkan penelitian yang baik. Untuk itu peneliti berharap dengan adanya metode dalam penelitian ini dapat menjadi koreksi sekaligus pembaruan di benak peneliti selanjutnya. Sebab peneliti melihat masih terdapat kelemahan dalam metode yang peneliti gunakan ini. Metode deskriptif analisis komparatif yang digunakan dalam penelitian ini masih membuka peluang bagi siapapun baik pembaca, maupun peneliti lain untuk memiliki penafsiran yang sedikit berbeda atau mungkin bertolak belakang. Tetapi peneliti berharap hal ini cukup kiranya menjadi tolak ukur guna menghasilkan penelitian yang jauh lebih baik lagi.

6.3 Rekomendasi

Bahan ajar yang dihasilkan dari penelitian ini direkomendasikan untuk guru Bahasa Indonesia agar dapat lebih kreatif dan inovatif lagi dalam mengembangkan bahan ajar yang akan disajikan pada peserta didik. Khsusnya dalam mengajarkan materi sastra, guru menjadi tidak hanya fokus pada buku


(6)

sumber yang disediakan oleh sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, peserta didik akan semakin tertarik dan bersemangat untuk memelajari materi yang ada.

Kemudian, bahan ajar ini juga direkomendasikan untuk pengelola lembaga pendidikan. Hal ini disebabkan, pengelola lembaga pendidikan juga harus lebih selektif dalam memilih buku sumber yang akan dipergunakan oleh setiap guru bidang studi. Dengan adanya sikap selektif terhadap bahan ajar yang digunakan tentu akan saling menunjang ke arah pengembangan ilmu yang lebih baik. Namun, setiap materi ajar yang diberikan juga harus menyesuaikan silabus yang berlaku. Maka, dengan adanya bahan ajar dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sebagai acuan untuk memilih buku sumber yang kaya akan materi bermanfaat dan sesuai dengan jenjang pendidikan yang dikelola.