Analisis narasi film 99 Cahaya di Langit Eropa

(1)

DisusunOleh: Atik Sukriati Rahmah

NIM: 1110051000082

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436H/2014 M


(2)

(3)

(4)

` iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Desember 2014


(5)

` iv

kesalahpahaman. Dengan segala kompleksitas global yang dihadapi umat muslim saat ini–mulai dari isu terorisme, konflik politik antarnegara, serta konflik antara nilai-nilai yang berlaku di masyarakat–tantangan yang dihadapi umat Muslim saat ini cukup besar dan yang pasti sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya.Melalui potret kehidupan masyarakat muslim di Eropa yang menjadi minoritas, film ini juga memberikan gambaran bagi kaum muslim di Indonesia bahwa hidup sebagai kelompok minoritas tidaklah mudah. Muslim di Indonesia sangat dimanjakan dengan fasilitas ibadah yang sangat memadai, lingkungan yang mendukung kebebasan beragama serta beragam hak istimewa. Bagaimanakah jika situasi tersebut berbalik, dan Muslim menjadi istilah yang sangat asing bahkan cenderung diwarnai stigma, seperti yang terjadi di banyak negara lain.

Dari latar belakang di atas, maka munculah beberapa pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut adalah Bagaimana alur cerita di awal, tengah, akhir pada film 99 Cahaya di Langit Eropa? Dan Bagaimana Komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat muslim eropa.

Penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.

Teori yang digunakan adalah analisis narasi (narrative analysis) modelTvzetan Todorov, memiliki tiga alur waktu cerita, yaitu alur cerita awal, tengah, dan akhir.Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan ‘keseimbangan’ di mana beberapa potensi pertentangan berusaha ‘diseimbangkan’ – pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara tertentu.Subjek penelitian ini adalahfilm 99 Cahaya Di Langit Eropa, sedangkan Objek penelitian ini adalahpotongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa.

Penemuan dari penelitian dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa sangat jelas digambarkan bagaimana umat Islam di tengah wajah minusnya mesti tampil sebagai agen yang damai, agen yang penuh senyum, saling membantu untuk sesama, dan denganyang berbeda keyakinan.Setiap tahun aksi diskriminasi terhadap umat Islam kian parah. Namun demikian patut disayangkan bahwa pembela HAM di Eropa selama ini hanya merasa cukup melakukan observasi pelanggaran hak asasi manusia di luar Eropa, khususnya negara-negara yang bersebrangan dengan kebijakan barat. Diskriminasi yang diterima kelompok minoritas ini dalam hal mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, pekerjaan, perumahan dan perlindungan.


(6)

` v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat sehat, iman, islam, rezeki, dan sebagainya. Shalawat serta salam teriring kepada Baginda Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat syafaat di hari akhir nanti. Amin ya rabbal alamin.

Dengan kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran, kekuatan fisik, dan kekuatan mental untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis NarasiFilm 99 Cahaya di Langit Eropa.

Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Faklutas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto. M.Ed. Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. H. Sunandar M.A selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Rachmat Baihaki, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Fita Fathurokhmah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, baik dari segi


(7)

` vi

memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

5. Staff Tata Usaha, Perpustakaan dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Rangga Almahendra dan Ibu Hanum Salsabiel Rais selaku penulis dari novel 99 Cahaya di Langit Eropa yang telah menyempatkan waktunya menjadi narasumber dalam penelitian ini

7. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Alwi Jamalulail dan Ibunda Nurhayati Terimakasih atas pengorbanan materi yang tidak terhitung banyaknya, dorongan semangat, serta do’a yang terus dipanjatkan demi kelancaran menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan Kelas KPI C dan teman-teman jurusan KPI angkatan 2010, Indah, Anis, Dede, Lia, Ida, Dyah, Heni, Elis, Siska, terimakasih atas tawa dan tangis yang diberikan selama ini, semoga kebahagiaan akan turut serta dalam langkah kita kedepan nanti.

9. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan mendoakan . Atas kekurangan dalam penulisan penelitian ini, penulis mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Akhir kata terimakasih penulis ucapkan untuk para Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan begitu banyak ilmunya, semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah.

Jakarta, 2 Desember 2014


(8)

` vii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBARAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

LEMBARAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Tinjauan Pustaka ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP A. Definisi Analisis Naratif... 17

B. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov ... 18

C. Konsep Tentang Film ... 23

1. Pengertian Film ... 23

2. Jenis Film ... 25

3. Klasifikasi Film ... 26

D. Pengertian Komunikasi Antarbudaya ... 30

E. Persepsi dan Budaya ... 32

F. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya ... 33

G. Pelaku kebudayaan... 35

H. Hubungan Antarbudaya ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM FILM 99 CAHAYA DILANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS A. Film 99 Cahaya Dilangit Eropa ... 38

B. Masyarakat Muslim di Eropa ... 47

C. Sekilas Tentang Tvzetan Todorov ... 50

D. Sinopsis Film 99 Cahaya Dilangit Eropa ... 51

E. Tanggapan Terhadap Fim 99 Cahaya Dilangit Eropa ... 51

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Alur Awal, Tengah dan Akhir Cerita pada Film 99 Cahaya Dilangit Eropa ... 54

B. Analisis Komunikasi Antaragama dan Budaya masyarakat Muslim Eropa... 63


(9)

` viii LAMPIRAN


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era informasi seperti saat ini, media massa telah menjadi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dalam kehidupannya, manusia membutuhkan informasi untuk menunjang proses interaksi dengan manusia lain. Informasi yang dibutuhkan oleh manusia tersebut dapat diperoleh dari media massa yang setiap harinya memproduksi dan menyebarluaskan informasi tersebut melalui berbagai bentuk media informasi yang tergolong dalam media massa umum (mainstream). Mulai dari media cetak, media elektronik dan juga media online (internet) yang akhir-akhir ini menjadi pilihan masyarakat modern karena kecepatan akses informasi yang dapat diperoleh.

Namun, penyampaian sebuah informasi tidaklah hanya terbatas melalui media-media mainstream seperti yang telah disebutkan di atas. Film yang dianggap oleh banyak orang hanya sebagai media hiburan, sebenarnya adalah salah satu media yang juga digunakan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memilki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar telah dibikin lenyap.


(11)

Ini berarti bahwa permulaan dari sejarahnya, film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya dalam abad 18 dan permulaan abad ke-19. Film mencapai puncaknya antara Perang Dunia I hingga Perang Dunia II, namun merosot tajam setelah munculnya medium televisi.1

Perkembangan seni film di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat dan saat ini perfilman di negeri Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia.

Dunia perfilman saat ini telah mampu merebut perhatian masyarakat. Lebih-lebih setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia perfilman. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk media massa lainnya, film memiliki efek ekslusif bagi para penontonnya.

Film adalah media komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan suatu pesan sosial maupun moral kepada khalayak banyak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan,dan ilmu yang tentunya bermanfaat dan mendidik ketika dilihat dan didengar oleh khalayak banyak. Film mempunyai seni tersendiri dalam memilih suatu peristiwa untuk dijadikan sebuah cerita. Film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari

1

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya 2006),


(12)

3

sebuah kebudayaan. Ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat.2

Film dibuat dengan tujuan tertentu, kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis. Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan jenis komunikasi massa lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif. Film atau cinemarthograpie berasal dari dua kata cinema + tho yaitu phytos (cahaya) dan grapie (tulisan, gambar dan citra). Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotograpi dan proyektor.3

Sadar akan kemampuan potensi media film dalam konstruksi pesan, akhir-akhir ini di Indonesia muncul film yang bernuansa dakwah atau paling tidak film tersebut bergenre Islami. Pesan dakwah merupakan pesan agama yang universal. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa dakwah merupakan proses yang berjalan (makro proses) dan holistic.4

Film 99 Cahaya Di Langit Eropa merupakan sebuah novel yang diangkat dari perjalanan pengarang setelah ia tinggal di Eropa selama tiga tahun. Awalnya pengarang hanya menyimpan di dalam hati tentang keindahan Eropa, namun ia merasa berkewajiban untuk menulisnya dalam sebuah karya sastra guna orang lainpun mengetahui keindahan sesungguhnya yang berada di negara Eropa.

2

Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992), h.6.

3

Pranajaya, Film dan masyarakat; Sebuah Pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992),h.19.

4

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004), h. 80-81.


(13)

Film ini menceritakan betapa pertautan Islam di Eropa sudah berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Film ini juga memperkenalkan kita pada tempat-tempat ziarah baru, yang ternyata merupakan misteri tentang Islam. Dan pada akhirnya Eropa bukanlah Eiffel, Mozart Collosoum, Tembok Berlin maupun negeri yang kaya dengan nuansa romansanya melainkan tidak lain Eropa adalah tempat ziarah baru bagi umat Islam. Yang menarik dari film ini bukanlah konflik dalam rumah tangga atau kisah romansa maupun cerita poligami, adalah hal yang biasa ditemui dalam tema-tema penulisan cerita. Melainkan hal-hal yang baru kita temui dalam sejarah Islam. Negara yang kental dengan budaya barat ternyata tersimpan sejuta cerita baru tentang Islam.

Keberadaan Islam di belahan dunia lain, terutama di negara-negara sekuler seperti di benua Eropa, seringkali diwarnai dengan prasangka dan kesalah pahaman. Dengan segala kompleksitas global yang dihadapi umat Muslim saat ini–mulai dari isu terorisme, konflik politik antarnegara, serta konflik antara nilai-nilai yang berlaku di masyarakat–tantangan yang dihadapi umat Muslim saat ini cukup besar dan yang pasti sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya.

Namun, sesungguhnya di balik segala kerumitan tersebut, sejarah menunjukkan bahwa Islam menawarkan solusi yang cukup sederhana, yaitu toleransi dan kebaikan. Kira-kira refleksi inilah yang menjadi fondasi bagi penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum Salsabiela Rais, dalam menceritakan perjalanannya di Eropa bersama sang suami, Rangga


(14)

5

Almahendra. Bagi Hanum, perjalanan yang ia lalui beberapa tahun yang lalu ini merupakan sebuah petualangan yang mengubah hidupnya.

Aspek universal inilah yang berusaha ditonjolkan oleh orang-orang di balik produksi film ini. Salah satu kru dari Alim Studio yang terlibat dalam proses produksi mengatakan bahwa ia setuju jika film ini tidak dikategorikan sebagai film religi, namun sebagai film sejarah. Ia menyebutkan bahwa hal utama yang ingin disampaikan dalam film ini adalah pentingnya hidup berdampingan dan damai dengan segala perbedaan agama yang ada. Sejak ratusan tahun yang lalu, lewat situs-situs bersejarah dalam film ini sebagai saksinya, Islam sudah membuktikan bahwa pendekatan yang toleran dan damailah yang membawa Islam kepada kejayaan, dan kekerasanlah yang pada akhirnya meruntuhkan kekuasaan Islam di Eropa. Sebagai agama mayoritas di Indonesia, aspek-aspek toleransi ini harus dijunjung oleh masyarakat mengingat Indonesia adalah negara yang sangat plural dan multikultural.

Melalui potret kehidupan masyarakat Muslim di Eropa yang menjadi minoritas, film ini juga memberikan gambaran bagi kaum Muslim di Indonesia bahwa hidup sebagai kelompok minoritas tidaklah mudah. Muslim di Indonesia sangat dimanjakan dengan fasilitas ibadah yang sangat memadai, lingkungan yang mendukung kebebasan beragama serta beragam hak istimewa. Bagaimanakah jika situasi tersebut berbalik, dan Muslim menjadi istilah yang sangat asing bahkan cenderung diwarnai stigma, seperti yang terjadi di banyak negara lain.


(15)

Kelebihan film ini terletak pada ceritanya yang memang diangkat dari novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra berdasarkan pengalaman mereka ketika belajar di Eropa. Jadi memang tidak mengada-ngada. Beda dengan kebanyakan film Indonesia. Cara bertuturnya tidak membosankan, diselingi komedi. Drama produksi Maxima Pictures ini disutradarai oleh Guntur Soeharjanto menggunakan naskah olahan Alim Sudio bersama Hanum dan Rangga.

Sebagai tontonan adaptasi bernuansa Islami, film ini berhasil membawa ruh buku ke dalam filmnya. Sedikit preachy di beberapa bagian, namun mampu membuai sasaran penonton yang dituju dengan mulus. Visualisasi yang ditampilkan begitu cantik bersinergi dengan napas cerita yang memang menyorot tempat-tempat menawan di Wina dan Paris.

Kekurangan film yang paling tampak adalah pada urusan naskah. Sebagai bagian pertama dari dwilogi yang direncanakan, ceritanya kurang mengikat emosi. Namun tetap saja, ada hal menarik yang akan di dapat ketika keluar dari bioskop. Selain ingin berjalan-jalan ke luar negeri, muncul keinginan untuk mengenal Islam lebih dekat.

Peneliti tertarik meneliti Film 99 Cahaya Di Langit Eropa karena film tersebut sarat dengan informasi tentang sejarah Islam di Eropa. Film ini menjadi bestseller dan mendapatkan pujian dari beberapa tokoh.

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti ingin meneliti alur cerita dan karakter tokoh yang terdapat dalam film. Penelitian ini berjudul “Analisis Narasi Film 99 Cahaya Di Langit Eropa”.


(16)

7

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

membatasi masalah agar tidak terlalu luas pembahasan dalam skripsi ini, maka permasalahan hanya dibatasi pada narasi dan penokohan pada film ’99 Cahaya Di Langit Eropa'

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini:

a. Bagaimana alur cerita di awal, tengah, akhir pada film 99 Cahaya Di Langit Eropa?

b. Bagaimana komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat muslim Eropa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pada alur cerita awal, tengah, akhir cerita film 99 Cahaya di Langit Eropa.

b. Untuk mengetahui komunikasi antaragama dan budaya di masyarakat muslim Eropa

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dibagi dalam dua aspek yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis.


(17)

a. Manfaat akademis:

Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya bidang studi ilmu komunikasi berkaitan dengan pembelajaran mengenai analisis narasi dalam sebuah film, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan terhadap analisis narasi pesan yang terkandung dalam sebuah film kepada pembaca mengenai kehidupan antar agama dan budaya Indonesia dan Eropa, antara Barat dan Timur (Islam) dan juga dapat memberikan wawasan kepada pembaca mengenai potret kehidupan masyarakat muslim di Eropa.

b. Manfaat Praktis:

Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan mengenai narasi pesan dalam sebuah film bagi para mahasiswa di bidang penyiaran. Penulis berharap dapat menambah ilmu tentang cara penarasian film bagi para mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya, serta mahasiswa lain yang mempunyai minat di bidang penyiaran dan film pada umumnya.

3. Metodologi Penelitian a. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat


(18)

9

normatif, menunjukan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.5

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Dalam konteks konstruktivisme, peneliti memilki tujuan utama, yakni berusaha memaknai (menafsirkan) makna-makna yang dimiliki orang lain tentang dunia ini.6

b. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.7 Pendekatan penelitian ini yang menghasilkan temuan-temuan data tanpa menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain pengukuran. Peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta tentang bagaimana adegan-adegan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa .

5

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2003), h.9.

6

John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010),h. 11-12.

7

Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(19)

c. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis narasi (narrative analysis) yaitu studi tentang struktur pesan atau telah mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatic).8 Metode analisis narasi berbeda dengan metode kuantitatif yang menekankan pada pertanyaan “Apa” (what), analisis narasi lebih melihat “Bagaimana” (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi. Dengan metode ini, tidak hanya diketahui pesan apa saja yang terkandung dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, tetapi bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian rupa dalam bentuk cerita. Melalui analisis narasi tidak hanya mengetahui isi teks. Tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan lewat cerita. Macam apa yang disampaikan. Analisis narsi lebih melihat bagaimana isi pesan yang akan di teliti.

Mengolah narasi atau cerita yaitu dengan cara di mana makna dan kegemaran dapat terbina dan tersusun baik dari dalam dan luar media. Dua poin kajian sistematik dari narasi di media modern, adalah sebagai Pertama, teori narasi menganjurkan bahwa cerita/kisah dalam media apapun dan budaya manapun saling berbagi keunggulan tertentu. Kedua, tetapi media tertentu/khusus mampu untuk “menceritakan” kisah dengan cara yang berbeda. Hal ini sangat berharga bahwa manusia hampir tidak pernah menemukan pemisahan

8

Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2001). h. 18.


(20)

11

suatu cerita dari harapan tersebut.9

Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan ‘keseimbangan’ di mana beberapa potensi pertentangan berusaha ‘diseimbangkan’ – pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara tertentu.10

d. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah film 99 Cahaya Di Langit Eropa, sedangkan Objek penelitian ini adalah potongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya yang ingin disampaikan di dalam film “99 Cahaya Di Langit Eropa

e. Teknik Pengumpulan Data

1) Catatan Arsip (Archival Record)

Data yang diperoleh dari rekaman video film “99 Cahaya Dilangit Eropa” Rekaman berasal dari DVD ini kemudian dibagi per scene dan dipilih adegan-adegan yang sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk penelitian. Dokumen atau literatur-literatur yang mendukung data primer seperti buku-buku, yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, kamus, Internet, dan lain sebagainya, yang membahas tentang film secara umum dan khusus

9

Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York: Routledge), h.32.

10

Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York: Routledge), h.36.


(21)

film ini, atau tentang narasi itu sendiri. 2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca dan mempelajari, berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah atau jurnal) yang terdapat diperpustakaan terkait dengan analisis narasi. Internet atau instansi lain yang sesuai dengan materi penelitian untuk dijadikan bahan argumentasi dalam penelitian ini. 3) Observasi

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan Observasi tidak berstruktur. Observasi tidak berstruktur adalah observasi ini dilakukan tanpa guide observasi. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dan mengembangkan daya pengamatan. Observasi adalah sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut11. Secara langsung peneliti akan menonton dan mengamati dialog-dialog peradegan dalm film 99 Cahaya di Langit Eropa. Kemudian mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model penelitian yang digunakan. 4) Wawancara

a) Wawancara Mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan berulang-ulang secara

11

Irawan, Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 106


(22)

13

intensif.

b) Wawancara Terstruktur adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan menggunakan pedoman wawancara, yang merupakan bentuk spesifik yang berisi intruksi yang mengarahkan peneliti dalam melakukan wawancara. Wawancara jenis ini juga dikenal dengan wawancara sistematis atau wawancara terpimpin.

Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah jenis wawancara mendalam, peneliti langsung mewawancarai narasumber, yaitu penulis novel sekaligus naskah yaitu Rangga Almahendra.

5) Teknik Analisis Data

Dalam penelitian analisis narasi, data-data yang sudah terkumpul akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Vladimir Propp dan Tzevetan Todorov yaitu meneliti dari alur cerita dan karakter tokohnya. Data tersebut merupakan data yang terdapat dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Jadi, narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya tingkah laku yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu.12 Alasan peneliti menggunakan analisis narasi karena penelitian ini tidak

12


(23)

hanya menganalisis teks semata, tetapi juga menganalisis karakter pelaku dan alur ceritanya.

6) Pedoman Penulisan skripsi

Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) di Jakarta tahun 2007.

D. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan skripsi yang memiliki beberapa persamaan dengan penelitian ini. Adapun beberapa judul penelitian yang peneliti dapatkan adalah sebagai berikut:

Pertama “Analisis Isi Peran Dakwah Pada Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais” oleh Renita Azhari tahun 2013, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Jakarta.Skripsi tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam objek pembahasannya, yaitu film ini sendiri. Namun, karya Renita ini memiliki perbedaan dalam hal penggunaan metode analisis. Bila Renita menggunakan analisis semiotik, maka penelitian ini dengan analisis narasi.13

Dwita Apriliani, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

13

Renita Azhari, “Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Novel 99 Cahaya Dilangit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais”(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, 2011).


(24)

15

Menemukan adanya teori yang sama terhadap “Analisis Naratif Larangan Pacaran Dalam Agama Islam Pada Buku Udah Putusin Aja, Karya Felix Yanwar Siauw”. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori yang sama. Sebaliknya perbedaan dari penelitian ini adalah pada objek penelitiannya. Dwita Apriliani membahas buku “Udah, Putusin Aja Karya Felix Yanwar Siauw”. Sedangkan, penulis membahas film “99 Cahaya Di Langit Eropa” dalam aspek KAB.14

Hilman Fauzi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dengan judul “ Analisis Naratif Film Dokumenter Alkinemokiye: The Strunggle Dawns New Hope”. Persamaannya yakni terletak pada pendekatan dan metode penelitian analisis naratif serta model naratif Tzvetan Todorov. Perbedaannya terletak pada judul objek. Penelitian ini membahas tentang seperti apa karakter para tokoh dalam film tersebut, bagaimana cerita di awal, tengah, dan akhir film, dan seperti apa sifat-sifat yang berlawanan pada film tersebut.15

Meskipun penelitian ini mendapat rujukan dari skripsi di atas dan sama meneliti tentang film, akan tetapi skripsi ini memiliki perbedaan dari skripsi di atas yaitu pada fokus penelitiannya. Penelitian ini fokus bagaimana Perspektif Komunikasi antaragama dan budaya yang ditampilkan dalam film “99 Cahaya Di Langit Eropa” Selain itu, penelitian ini menggunakan analisis narasi menurut Tvzetan Todorov yang terdiri atas alur cerita awal, tengah, dan akhir.

14

Dwita Apriliani, “Analisis Naratif Larangan Pacaran Dalam Agama Islam Pada Buku

Udah Putusin Aja, Karya Felix Yanwar Siauw” ( Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

15

Hilman Fauzi, “Analisis Naratif Film Dokumenter Alkinemokiye: The Strunggle Dawns New Hope”. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.


(25)

Selain itu, pada Bab Tiga teori Vladimir Propp digunakan sepintas untuk identifikasi delapan karakter tokoh. Penelitian ini ingin mengkaji kehidupan dalam film tersebut yang dinarasikan dalam film “99 Cahaya Di Langit Eropa

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang dibagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri atas beberapa sub bab, yaitu sebagai berikut:

Pendahuluan yang merupakan bab 1 menguraikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

Selanjutnya kerangka pemikiran yang ditempatkan pada bab 2 membahas tentang Definisi Analisis Narasi, teori mengenai analisis narasi menurut Tvzetan Todorov, pengertian film, jenis dan klasifikasi film, pengertian komunikasi antarbudaya dan bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya.

Pada bab berikutnya (bab 3), memaparkan secara umum gambaran tentang film 99 Cahaya di Langit Eropa, Masyarakat muslim di eropa, synopsis film 99 Cahaya di Langit Eropa, sekilas tentang Tvzetan Todorov. Serta tanggapan mengenai film tersebut.

Bab 4 Sebagai temuan analisis narasi terhadap data dari film 99 Cahaya di Langit Eropa tentang penarasian.

Akhirnya penutup (bab5) memaparkan tentang kesimpulan, saran-saran serta bagian terakhir memuat tentang daftar pustaka dan lampiran.


(26)

17 BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Definisi Analisis Naratif

Narasi berrasal dari kata Latin narre,yang artinya “membuat tahu.” Dengan begitu, narasi berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa.1 Teori naratif merupakan teori yang membahas tentang perangkat dan konvensi dari sebuah cerita. Cerita yang dimaksud bisa dikategorikan fiksi atau fakta yang sudah disusun secara berurutan. Hal ini memungkinkan khalayak untuk terlibat dalam cerita tersebut.

Pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu pembuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu, menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Berdasarkan uraian tersebut, narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk moral yang dijalani dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu keadaan waktu.

Definisi menarik tentang narasi di ungkapkan oleh Bragnigan, yakni narasi adalah cara untuk mengelola data spasial dan temporal menjadi penyebab dan memunculkan efek keterkaitannya sebuah peristiwa, dari awal, tengah, dan akhir cerita yang akan menimbulkan sifat dari cerita itu.2

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis naratif adalah

1

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h.1.

2


(27)

analisis yang digunakan untuk memberi tahu atau mengelola struktur sebuah cerita, baik cerita fiksi maupun fakta yang di dalamnya terdapat alur, tokoh, karakter, sudut penggambaran, dan lainnya secara berurutan.

Menurut Branston and Stafford, narasi terdiri atas empat macam: a) narasi menurut Todorov, memiliki alur awal, tengah, dan akhir, b) sedangkan menurut Propp, suatu cerita pasti memiliki karakter tokoh, c) sementara menurut Levis-Strauss, suatu cerita memiliki sifat-sifat yang berlawanan, d) terakhir narasi Joseph Campbell, yang kaitannya membahas narasi dengan mitos.3 Namun, peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut Todorov, karena film ini masuk kategori drama, ini akan digunakan di Bab empat nanti.

B. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov

Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan ‘keseimbangan” di mana beberapa potensi pertentangan berusaha “diseimbangkan”- pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Namun, keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara.4

Narasi berisi penjelasan bagaimana cerita disampaikan, bagaimana materi dari suatu cerita dipilih dan di susun untuk mencapai efek tertentu kepada khalayak.5Narasi adalah proses dan efek dari merepresentasikan waktu dalam teks.6 Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan

3

GillBranston and Roy Stafford, The Media Student’s, h. 56-57.

4

Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, 2003,h. 36.

5

GillBranston and Roy Stafford, The Media Student’s, h.38.

6

Tony Thwaites, dkk, Introducing Cultural and Media Studies (Yogyakarta:Jalasutra, 2009), h. 174.


(28)

19

Aw al t engah akhir

pada kesinambungan peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat. Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu. Alurlah yang menandai kapan sebuah narasi itu mulai dan kapan berakhir.7 Menurut Todorov, pada bagian awal ada interaksi situasi dasar dan kemudian di tengah menimbulkan konflik dan pada akhirnya biasanya akan berakhir bahagia. Tentu saja itu melalui intervensi dari produk yang akan dijual.Tidak perlu dipersoalkan, bahwa akhir narasi masih menimbulkan persoalan baru lagi. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari perbuatan dramatis dalam rentang laju narasi. Secara skematis alur dapat digambarkan sebagi berikut.

Diagram 2.1 Diagram Alur Film8

Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yang disebut “penyelesaian” itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu

7

GillBranston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 36.

8

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 145.


(29)

merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.9 Sebab itu, narasi harus diberi batasan yang lebih jelas, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri atas tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur yang terikat oleh waktu. Di mana waktu ini dibagi menjadi tiga waktu, yaitu bagian awal atau pendahuluan, bagian tengah atau perkembangan, dan bagian akhir atau bagian peleraian. Berikut rincian dari ketiga bagian tadi sebagai berikut:

1. Alur Cerita Awal

Suatu perbuatan atau tindakan tidak akan muncul begitu saja dari kehampaan. Perbuatan itu lahir dari suatu situasi. Situasi itu harus mengandung sistem-sistem yang mudah meledak atau mampu meledakkan. Setiap saat situasi dapat menghasilkan suatu perubahan yang dapat membawa akibat atau perkembangan lebih lanjut di masa depan. Ada situasi yang sederhana, tetapi ada juga situasi yang kompleks. Kesederhanaan atau kekompleksannya tergantung dari matra yang berbeda. Kompleks tidaknya situasi dapat diukur dari kaitan-kaitan antara satu faktor dengan faktor yang lain, dapat diukur dari jumlah faktornya, dan dapat pula diukur dari akibat-akibat yang ditimbulkannya serta rangkaian-rangkaian kejadian selanjutnya.10

Jadi bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan

9

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146.

10


(30)

21

selanjutnya.11 Bagian pendahuluan menentukan daya tarik dan selera pembaca atau penonton terhadap bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus menggarapnya dengan sungguh-sungguh secara seni. Bagian pendahuluan harus merupakan seni tersendiri yang berusaha menjaring minat dan perhatian pembaca atau penonton.

2. Alur Cerita Tengah

Bagian perkembangan adalah bagian batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli.12

Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum atau situasi awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi.13 Konkritisasi diungkapkan dengan menguraikan secara terperinci peranan semua sistem narasi, perbuatan atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi antara tokoh-tokoh dan tindakan mereka yang menimbulkan benturan kepentingan. Konflik yang ada hanya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik, jika situasi awal dalam bagian pendahuluan sudah disajikan secara jelas.

3. Alur Cerita Akhir

Akhir suatu cerita bukan hanya menjadi titik yang menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika dikatakan, bahwa

11

Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h.56.

12

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 153.

13


(31)

akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula membersit keluar dan menemukan pemecahannya.14

Bila seorang pembuat film ingin membuat sebuah cerita, ia menganggap bagian akhir cerita sebagai titik di mana perbuatan dan tindak-tanduk dalam seluruh narasi itu memperoleh maknanya yang bulat dan penuh.15 Bagian ini merupakan titik di mana para penonton terangsang untuk melihat seluruh makna cerita. Bagian ini sekaligus merupakan titik di mana struktur dan makna memperoleh fungsi sepenuhnya. Dengan kata lain, bagian penutup merupakan titik di mana penonton sepenuhnya merasa, bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari persoalan yang sama.

Nama teknis bagian terakhir dari suatu narasi disebut juga peleraian atau denouement.16 Dalam bagian ini konflik akhirnya dapat diatasi dan diselesaikan. Namun demikian tidak selalu terjadi, bahwa bagian peleraian benar-benar memecahkan masalah yang dihadapi. Pada bagian ini dalam pengertian alur, dalam peleraian tetap dicapai akhir dari rangkaian tindakan. Bahwa akhir dari tindakan ini menjadi awal dari persoalan berikutnya dan itu merupakan alur dari peristiwa berikutnya.

Secara sederhana, skema pembagian tiga waktu alur cerita dalam narasi dapat digambarkan sebagai berikut:

14

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 154.

15

Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 56.

16


(32)

23

Skema 2.1

Skema pembagian tiga waktu dalam narasi

Ekuilibrium Kekacauan Ekuilibrium17

C. Konsen Tentang Film 1. Film

Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan mengandung suatu nilai baik positif ataupun negatif, sehingga mengandung suatu makna yang sempurna. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam film tersebut itu kurang disadari oleh para penonton pada umumnya.

Makna yang terkandung dalam suatu film, kita dapat melihat dari sistem-sistem pembentuk film itu sendiri. Seperti apa yang digambarkan oleh Thompson dan Bordwell18 sebagai berikut:

Bagan 2.1

Sistem-sistem dalam film

Sumber: (Thompson and Bordwell, 2006:118).

17

Tony Thwaites, dkk, Introducing Cultural and Media Studies (Yogyakarta:Jalasutra, 2009), h. 184.

18

Bordwell, David and Thompson Kristin.Film Art an Introduction, Fourth Edition

(Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006), h. 118.

Film form

Interacts with

Formal system Stylistic system

Non-narrative Narrative Patterned and significant use of techniques: Categorial Mise en scene

Rhetorical Cinematography Abstract Editing Associational Sound


(33)

Bagan 2.1 di atas merupakan unsur-unsur pembentuk film yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sistem formal dan sistem gaya (stylistic). Sistem formal mencakup film dalam sistem naratif (cerita) dan non naratif (non cerita). Film naratif merupakan kategori film yang memiliki rangkaian suatu sebab-akibat yang terjadi dalam sewaktu-waktu. Kemudian, film non naratif, sebaliknya merupakan kategori film yang tidak memiliki susunan cerita tertentu, seperti film dokumentasi, film experimental, dan sebagainya. Namun, peneliti tidak menggunakan unsur sistem non-naratif ini, karena film yang diteliti ini adalah masuk kategori naratif. Suatu film, baik formal atau gaya biasanya memiliki cerita dramatik, yaitu memiliki problem-problem yang kuat dan menarik.19

Sistem gaya (stylistic) atau bisa disebut dengan unsur sinematis terdiri atas empat macam sistem sinematis pembangun film, yakni mise enscene, cinematography, editing, dan sound. Mise en scene merupakan segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise en scene terdiri atas empat aspek utama yaitu: Setting (latar), kostum dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan (lighting), dan pelakonan (acting).20

Cinematography merupakan hal-hal yang dilakukan para pekerja film berkaitan dengan kamera dan stok roll film mereka. Dalam hal ini bisa dikatakan para pekerja film menggambar apa yang terjadi di luar

19

Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2005), h. 48-49.

20


(34)

25

kamera menjadi sebuah satuan cerita secara utuh melalui alat kamera. Cinematography terdiri atas aspek pengambilan gambar (shot), framing setiap adegan, dan durasi (duration) adegan.21

Editing merupakan tahap pemilihan shot-shot yang telah diambil, dipilih, diolah, dan dirangkai sehingga menjadi suatu film yang utuh.22 Dalam tahap editing, shot merupakan materi utama dalam proses editing. Berdasarkan aspeknya, editing dibagi menjadi dua jenis yaitu: dialog, musik, efek suara.

Sound merupakan aspek sinematis yang tidak kalah pentingnya dengan aspek lain. Melalui sound adegan yang terekam dalam kamera akan terasa lebih hidup dan nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu: dialog, musik, dan efek suara.23

Namun, peneliti tidak menggunakan sistem gaya (stylistic) dalam penelitian ini sebagai alat analisis. Selain itu, dalam sistem gaya (stylistic) peneliti merasa adanya keterbatasan untuk menganalisis sistem gaya ini. Tidak hanya itu, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini lebih kepada analisis narasi film 99 Cahaya Di Langit Eropa dalam perspektif komunikasi antaragama dan budaya.

2. Jenis dan Klasifikasi Film a. Jenis-jenis film

Secara umum pembagian jenis film didasarkan atas cara bertuturnya, yakni naratif (cerita) seperti film fiksi dan non-naratif

21

Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 168.

22

Pratista, Himawan, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 123.

23


(35)

(non-cerita) seperti film documenter dan film eksperimental. Berikut penjelasan jenis-jenis film:

1) Film Dokumenter, adalah film dengan penyajian fakta berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film documenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan lain-lain.

2) Film Fiksi, adalah film yang menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep pengadegan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terkait hukum kausalitas. Cerita fiksi sering kali di angkat dari kejadian nyata dengan beberapa cuplikan rekaman gambar dari peristiwa aslinya (fiksi-dokumenter)

3) Film Eksperimental, adalah film yang berstruktur namun tidak berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti naratif) dan semua adegannya menentang logika sebab akibat (anti-rasionalitas).24

b. Klasifikasi film

Menurut Himawan pratista dalam buku Memahami Film, metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memilki karakter atau pola yang sama sebagai

24

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. Ke-1,


(36)

27

berikut: 1) Drama

Drama ini merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpa tokoh dalam adegan tersebut. Tema ini pula bisa dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di sekitar keluarga, maka disebut dengan drama keluarga.

2) Action

Pada istilah ini action seringkali berkaitan dengan adegan berkelahi, bertengkar, dan tembak-menembak. Sehingga, tema ini bisa dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” atau “perkelahian” fisik yang dilakukan oleh peran protagonis dengan antagonis.

3) Komedi

Komedi ini merupakan tema yang sebaiknya bisa dibedakan dengan lawakan.Sebab, jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak.Dalam komedi itu tidak dilakonkan oleh para pelawak, melainkan pemain film biasa saja.Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak.Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial atau kejadian tertentu yang sedang terjadi.


(37)

4) Horor

Jika sebuah film menawarkan suasana yang menakutkan, menyeramkan, dan membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut dengan film horor. Suasana horor dalam film itu bisa dibuat dengan cara animasi, special effect, atau bisa langsung diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut. 5) Tragedi

Pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib manusia. Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa disebut dengan tragedi.

6) Drama Action

Tema ini merupakan gabungan dari dua tema, yaitu: drama dan action. Pada tema drama action ini biasanya menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-adegan berupa “petengkaran fisik.” Untuk menandainya, dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai dengan suasana drama, lalu setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa pertengkaran-pertengkaran.

7) Komedi tragis

Suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih dahulu, kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis. Suasana


(38)

29

yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa dengan emosinya dalam suasana tragis. Akan tetapi terbungkus dalam suasana komedi.

8) Komedi horor

Komedi horor sama dengan seperti komedi tragis. Suasana komedi horor juga merupakan gabungan antara tema komedi dan horor. Biasanya film dengan tema ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi komedi.

9) Parodi

Tema parodi ini merupakan duplikasi dari tema film tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditayangkan, para penonton akan melihat satu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat demikian tidak sekedar karena film yang ditayangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah mucul di film-film sebelumnya. Tentunya para penikmat film parodi akan paham kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian dikomedikan.

99 Cahaya di Langit Eropa menceritakan pengalaman nyata sepasang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Eropa.


(39)

Bagaimana mereka beradaptasi, bertemu dengan berbagai sahabat hingga akhirnya menuntun mereka kepada rahasia besar Islam di benua Eropa.

Sebuah film yang diangkat dari novel laris karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, film ini mengambil lokasi di 4 negara yaitu di Vienna (Austria), Paris (Perancis), Cordoba (Spanyol) dan Istanbul (Turki).

D. Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi manusia atau kelompok sosial.25

Komunikasi antarbudaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, interaksi dan komunikasi yang sedang dilakukan itu membutuhkan tingkat keamanan dan sopan santun tertentu, serta peramalan tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap lawan bicara.26 Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda. Komunikasi antarbudaya biasanya juga mencakup komunikasi antaragama.

25

Joseph A Devito, Komunikasi Antarmanusia, (Tangerang: Karisma Publishing Group 2011), h. 531.

26


(40)

31

1. Pentingnya Komunikasi Antarbudaya

Kebudayaan adalah cara pandang seseorang mengenai nilai-nilai yang ada pada suatu golongan sehingga akan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.27 Saat ini komunikasi antarbudaya semakin penting dan semakin vital daripada di masa-masa sebelumnya. Menurut Joseph Devito, beberapa faktor yang menyebabkan komunikasi antarbudaya ini penting adalah:28

a. Mobilitas

Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sekarang sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lain dan dari satu benua ke benua lain banyak dilakukan. Saat ini orang sering kali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang yang berbeda serta untuk menggali peluang-peluang ekonomis. Hubungan antarpribadi kita semakin menjadi hubungan antarbudaya.

b. Saling Kebergantungan Ekonomi

Saat ini, kebanyakan negara bergantung pada negara lain secara ekonomi. Hubungan ekonomi suatu negara bergantung pada kemampuan suatu bangsa untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur-kultur yang berbeda itu. Hal yang sama juga terjadi pada bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia.

c. Teknologi Komunikasi

Adanya kemajuan teknologi komunikasi telah membawa kultur

27

Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta:UI, ), h. 9.

28


(41)

luar yang adakalanya asing masuk ke kebudayaan kita. Film-film impor yang ditayangnya di televisi telah membuat kita mengenal adat kebiasaan dan riwayat bangsa-bangsa lain. Kita juga setiap hari membaca di media-media berita tentang ketegangan rasial, pertentangan agama, diskriminasi seks, dan secara umum, masalah-masalah yang disebabkan kegagalan komunikasi antarbudaya.

d. Pola Imigrasi

Di hampir setiap kota besar di seluruh dunia kita menjumpai orang-orang dari bangsa lain. Kita bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan orang-orang yang sangat berbeda dari kebudayaan kita.Pengalaman sehari-hari itulah yang membuat kita telah menjadi semakin terlibat dalam komunikasi antarbudaya.

e. Kesejahteraan Politik

Kesejahteraan politik suatu bangsa sekarang ini sangat bergantung pada kesejahteraan politik kultur atau negara lain. Komunikasi dan saling pengertian antarbudaya saat ini terasa lebih penting daripada sebelumnya.29

E. Persepsi dan Budaya

Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai

29

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, (Tanggerang: KARISMA Publishing


(42)

33

faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi orang terhadap realitas. Dengan demikian, persepsi itu terikat budaya (culture-bound).30

F. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya

Istilah komunikasi antarbudaya secara luas untuk mencakup semua bentuk komunikasi di antara orang-orang yang berasal dari kelompok yang berbeda selain juga secara lebih sempit yang mencakup bidang komunikasi antara kultur yang berbeda. Model komunikasi antarbudaya dapat digambarkan dengan gambar berikut:

Skema 2.2

Model Komunikasi Antarbudaya dan Agama31

Pesan

Keterangan: S: Sumber P: Penerima

Dari gambar model gambar di atas, komunikasi antarbudaya mencakup semua bentuk berikut:

1. Komunikasi antarwarganegara, misalnya, komunikasi antara orang Cina dan Portugis, atau antara orang Prancis dengan orang Norwegia.

2. Komunikasi antarras yang berbeda (kadang-kadang dinamakan komunikasi antarras), misalnya, komunikasi antara orang kulit hitam dan orang kulit

30

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda, 2008), h.

213214.

31

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 536.

S/ P S/ P


(43)

putih.

3. Komunikasi antarkelompok etnis yang berbeda (kadang-kadang dinamakan komunikasi antaretnis), misalnya, komunikasi antara orang AS keturunan Italia dan orang AS keturunan Jerman.

4. Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda, misalnya, antara orang Katolik Roma dan Episkopal, atau antara orang Islam dan orang Yahudi. 5. Komunikasi antarbangsa yang berbeda (kadang-kadang dinamakan

komunikasi internasional), misalnya, komunikasi antara AS dan Meksiko, atau antara Prancis dan Italia.

6. Komunikasi antarsubkultur berbeda, misalnya, komunikasi antara dokter dan pengacara, atau antara tunanetra dan tunarungu.

7. Komunikasi antara suatu subkultur dengankultur yang dominan, misalnya, komunikasi antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda.

8. Komunikasi antarjenis kelamin berbeda, misalnya, komunikasi antara pria dan wanita.

Dari delapan bentuk aktor komunikasi antarbudaya dan agama karena sesuai dengan objek penelitian penulis. Devito juga mengatakan bahwa setidaknya ada lima bentuk dari delapan bentuk aktor komunikasi antarbudaya dan agama yang dapat terjadi dalam hubungan antarbudaya dan agama.32

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti hanya menggunakan lima bentuk yaitu:

32


(44)

35

1. Komunikasi antarkelompok etnis yang berbeda. 2. Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda. 3. Komunikasi antarsubkultur yang berbeda.

4. Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan. 5. Komunikasi antarjenis kelamin yang berbeda.

G. Pelaku Kebudayaan

Di dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa terjadiinteraksi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan dan berbeda agama. Orang-orang yang berinteraksi tersebut disebut juga sebagai pelaku kebudayaan. Terjadi hubungan komunikasi antara para tokoh yang memiliki agama dan latar belakang budaya yang berbeda. Agama-agama yang saling berinteraksi itu adalah Islam, Kristen Katolik, dan Hindu. Sedangkan kebudayaan yang saling berinteraksi dalam film ini adalah budaya timur (Indonesia) dan barat (Eropa). Kedua budaya ini yang paling sering muncul dalam film ini. Peneliti akan menjelaskan unsur agama dan budaya tersebut sebagai berikut:

H. Hubungan Antaragama 1. Islam

Secara bahasa, Islam berarti damai dan tunduk.33 Yang dimaksud damai adalah kedamaian dengan alam sekitar sebagai makhluk Allah dan yang dimaksud dengan tunduk adalah tunduk hanya kepada Allah

33

Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1986), h.


(45)

SWT.Al-qur’an adalah kitab suci agama Islam. Secara garis besar isi seluruh Al-qur’an dapat dibagi dalam dua tugas pokok, yakni:

a. Bagaimana berdamai dengan sesama manusia dan alam sekitar. b. Bagaimana beriman (tunduk) yang benar kepada Allah.

Setiap pemeluk agama Islam wajib mengetahui dan mempercayai enam perkara, yaitu:

a. Percaya kepada Allah, Tuhan yang menciptakan.

b. Percaya kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi yang diutus Allah. c. Percaya kepada para Malaikat Allah.

d. Percaya adanya (kiamat) Hari Akhirat. e. Percaya adanya Kitab-kitab suci Allah. f. Percaya kepada Takdir baik dan buruk Allah. 2. Kristen Katolik

Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih.Agama ini meyakini Yesus Kristus sebagai anak Tuhan.Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Agama Kristen dalam garis besar dibagi menjadi dua, yaitu: Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Karena dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropapelaku kebudayaannya beragama Kristen Katolik, maka penulis akan merinci beberapa ajaran pokok Kristen Katolik, yaitu:34

a. Menganggap bahwa Paus dan pendeta berhak menerima penebusan

34

Bs. Mariatmaja SJ, Teologi Katolik, Http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teologikatolik .


(46)

37

dosa dengan pembayaran yang disukainya. b. Melarang pendeta-pendetanya menikah.

c. Mengorganisir gereja Katolik dan semua penganutnya tunduk kepada seorang Paus di Roma.

Terdapat perbedaan antara orang biasa dan pendeta-pendeta dalam perjamuan suci.

3. Hindu

Dalam agama Hindu terdapat lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan itu adalah:35

a. Widhi Tattwa yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala ]aspeknya.

b. Atma Tattwa yaitu percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk. c. Karmaphala Tattwa yaitu percaya dengan adanya hukum sebab akibat

dalam setiap perbuatan.

d. Punarbhava Tattwa yaitu percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi).

e. Moksa Tattwa yaitu percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia

35

I Gusti Putu Phalgunadi, “Evolusi Agama Hindu dan Budayanya,”

Http://www.padmabhuana.com/Evolusi-Agama-Hindu-di-India-dan-budayanya.html.diakses pada tanggal 16 Mei 2014 pukul 23:52 WIB.


(47)

38 A. Film 99 Cahaya di Langit Eropa

Berawal dari Vienna (Austria), Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya) memulai kisahnya. Rangga yang saat itu menempuh kuliah doktor di WU Vienna dan Hanum yang dulunya bekerja di bidang jurnalistik mendampingi sang suami selama di Eropa. Mereka sangat sulit hidup di Eropa apalagi dengan status mereka sebagai muslim. Rangga kesulitan mencari makanan yang halal dan kesulitan mencari tempat sholat di kampusnya. Sedangkan Hanum mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena kurang fasih berbahasa Jerman.

Hanum menemukan harapannya setelah melihat sebuah poster kursus berbahasa Jerman gratis. Saat mengikuti kursus tersebut, Hanum bertemu dengan Fatma (Raline Shah), seorang muslimah Turki yang berkerudung. Mereka pun akhirnya bersahabat. Fatma mengajak Hanum ke sekolah anaknya, Ayse (Geccha Tavvara). Di sana Hanum bertemu dengan Ayse. Ayse sempat bertanya kepada Fatma “Tante Hanum muslim ya? Tapi kok Tante Hanum tidak berkerudung seperti kita?” pertanyaan seorang bocah seperti Ayse cukup menusuk apalagi untuk Hanum.Namun, Fatma dengan cerdasnya berkilah “Tante Hanum sakit kepala, jadi dia tidak berkerudung?” Lalu Hanum menjawab “Iya, tante sakit kepala”.Ayse pun berceloteh lagi “Kalau sakit kepala hilang, janjinya ya Tante Hanum pake kerudung?” Adegan ini sangat menarik bagi Saya. Secara tidak langsung, film ini memberikan pesan


(48)

39

kepada penontonnya tentang urgensi berkerudung (hijab). Adegan ini tidak menggurui karena diucapkan secara spontan oleh bocah kecil.

Sebenarnya, Ayse sering di-bully teman-temannya terutama Leon di sekolah. Kerudung adalah penyebab utamanya. Karena terlalu sering di-bully, Guru Ayse sempat membujuk Ayse untuk membuka kerudungnya.Namun, Ayse tetap tidak mau membuka kerudungnya.Hanum, Fatma, dan Ayse makan di sebuah cafe. Ada kejadian menarik di sini.Hanum bercerita tentang masalahnya yang berat selama di Vienna. Ayse bercelutuk dengan polosnya. Celutukan Ayse sederhana tapi maknanya sangat dalam.“hai masalah besar, aku punya Allah yanga lebih besar (Asye)”

Tatkala di cafe tersebut, Fatma bercerita tentang asal mula cappuccino. Ternyata Cappucino tersebut berasal dari negara Turki. Tak lama setelah menceritakan cappuccino, Hanum menguping di balik pintu tempat duduknya. Saat itu, dua pria bule berceloteh saat makan roti Croissant. Si bule bercerita kepada temannya bahwa roti Croissant bentuknya seperti bendera Turki. Berdasarkan sejarahnya, pasukan Eropa pernah mengalahkan pasukan Muslim Turki. Karena masyarakat Eropa masih dendam dengan masyarakat Turki, maka masyarakat Eropa membuat roti Croissant berbentuk bulan sabit untuk dimakan bukan untuk dihormati.

Hanum langsung naik pitam mendengar percakapan bule tersebut. Dia melarang Fatma dan Ayse memakan roti Croissant. Namun, Fatma malah memanggil pelayan untuk membayar kedua bule dan menulis sepucuk surat untuk kedua bule tersebut. Menariknya adalah di akhir tulisannya Fatma


(49)

menulis sesuatu yang membuat Hanum terkesan.“Saya agen muslim dan sebagai muslim ingin membawa kedamaian (Fatma)”.

Melalui cerita Hanum, penonton diajak melihat keindahan benua Eropa. Hanum diajak Fatma dan Ayse ke situs dan sejarah Islam di Vienna. Sungai Danube merupakan objek pertama yang mereka kunjungi. Sungai tersebut sangat bersih dan asri.Di sudut sungai tersebut, Kita dapat melihat Bukit Kahlenberg. Bukit Kahlenberg merupakan tempat pasukan Turki yang dipimpin Kara Mustafa Pasha sehingga pasukan Turki terusir dari tentara Jerman dan Polandia. Ayse sangat senang di Bukit tersebut. Dia meminjam kamera Hanum untuk mengabadikan pemandangan indah di sana. Museum Wien Stadt merupakan objek berikutnya. Museum tersebut memiliki benda bersejarah negara Austria. Dalam museum tersebut, Fatma sempat menangis karena melihat foto Kara Mustafa Pasha yang masih memiliki hubungan darah dengannya. Kara Mustafa dianggap sebagai panglima perang yang menyerang Austria yang mengakibatkan kerugian dan kematian. Sebelum meninggalkan museum tersebut, Fatma sempat berkata kepada Hanum "ayo kita pergi, kita tinggalkan kara Mustafa di sini agar menyesali kesalahannya". Selain objek wisata di Vienna, Fatma juga mengajak Hanum mengunjungi rumahnya. Di rumah Fatma, Hanum bertemu dengan sahabat Fatma yaitu Latife (Dian Pelangi) dan Ezra (Hanum Salsabiela Rais). Hanum diajak untuk menjalankan misi agen muslim bersama Fatma, Latife, dan Ezra. Hanum diajak menjadi pengajar untuk anak-anak kecil yang muallaf. Fatma mengajak Hanum karena Hanum sangat fasih berbahasa Inggris.


(50)

41

Bukit Kahlenberg

Sungai Danube

Kara Mustafa Pasha

Pada adegan Rangga, penonton ditunjukkan tentang lika-liku kehidupan kampus dengan mahasiswa muslim minoritas. Rangga memiliki teman bernama Stefan (Nino Fernandez), seorang penganut atheis yang memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap Islam. Stefen sering bertanya kepada Rangga tentang Tuhan, sholat dan puasa. Stefen pernah bertanya kepada Rangga “kenapa sih Tuhan kamu suka menyiksa umatnya?”, “memang tujuan


(51)

puasa itu apa?”, “bagaimana kalau ternyata Tuhan kamu tidak ada?” Semua pertanyaan Stefen tersebut dapat dijawab Rangga dengan baik. Rangga menjawab dengan menganalogikan premi asuransi. Setiap nasabah asuransi harus membayar kewajiban berupa premi asuransi setiap waktunya. Demikian juga, dengan seorang muslim harus membayar kewajibannya dengan tunduk kepada Allah (berupa puasa dan sholat).

Rangga juga mempunyai seorang teman muslim asal Pakistan yang bernama Khan (Alex Abbad). Bersama Khan, Rangga merasa tidak sendiri sebagai seorang Muslim. Khan pernah memberi bekal makanan yang halal kepada Rangga. Rangga sangat senang menerimanya. Namun, kehidupan kampus Rangga dan Khan sangat sulit. Kampus Rangga dan Khan tidak memiliki sebuah musholla yang layak. Mereka pun harus sholat di ruangan ibadah yang bercampur dengan agama lain (Konghucu, Buddha, Kristen). Khan bahkan ragu dengan sholatnya apakah diterima Allah atau tidak? Hal yang paling bergejolak pada Rangga dan Khan adalah saat akan mengikuti jadwal ujian yang bentrok dengan sholat Jumat. Tak terima dengan keputusan profesor yang membuat jadwal bentrok dengan sholat jumat, Rangga mengajak Khan menemui profesor tersebut. Sayangnya Khan berkata “Maaf kawan, untuk agama, saya tidak ada toleransi. Untuk masalah ini, kamu sendirian”. Rangga pun menemui Profesor yang mempromosikan beasiswanya. Rangga tidak berhasil mendapatkan dispensasi dari Profesor tersebut. Apalagi profesornya sempat bercelutuk untuk tidak meluluskannya terhadap mata kuliah tersebut. Rangga pun pasrah saat profesor berkata "Mr.


(52)

43

Almahendra, saya pernah mendengar kalimat bismillahirrahmanirrahim yang artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. So, what's the big deal?" Dengan berat hati, Rangga meninggalkan ruangan profesor. Hati Rangga masih bergejolak sampai ujian dilaksanakan. Khan memutuskan tidak mengikuti ujian dan langsung sholat jum’at ke Masjid. Awalnya Rangga juga memutuskan hal yang sama dengan Khan. Namun, setiba di masjid, Rangga kembali ke kampus dan mengikuti ujian.

Selain Stefen dan Khan, Rangga mempunyai seorang teman perempuan yang bernama Maarja (Marissa Nasution). Sebenarnya Maarja sangat tertarik dengan Rangga. Dia tidak memperdulikan bahwa Rangga sudah mempunyai istri.Namun, Maarja selalu menggoda Rangga.

Perpustakaan kampus Rangga

Saat di rumah, Hanum mempersiapkan makan malam untuk Rangga. Hanum membuat ikan asin.Karena bau ikan asin yang menyengat, tetangga rumah Hanum sampai menggedor pintu rumah Hanum. Hanum dilarang memasak makanan yang dapat mengganggu penciuman tetangga lain. Hanum kesal dengan tingkah laku tetangganya. Setelah adegan tersebut, Rangga pun datang. Rangga berusaha merayu Hanum yang sedang kesal dengan


(53)

tetangganya. Saat makan, Hanum dan Rangga menceritakan kisahnya masing-masing. Hanum bercerita tentang kerudung yang dipakai Fatma dan Ayse.Rangga pun berkata “Tapi, kamu cantik loh pakai kerudung”. Pernyataan Rangga mengandung pesan dari film ini yaitu urgensi berkerudung.

Saat di rumah, Hanum menunjukkan kelembutannya sebagai seorang muslim. Hanum membalas tetangga yang mengomeli makanan ikan asinnya dengan membuat mie goreng ikan asin. Mie goreng ikan asin tersebut sangat dinikmati oleh tetangganya. Sehingga, tetangganya ketagihan dan ingin dibuatkan ikan asin lagi oleh Hanum.

Mie goreng ikan asin

Suatu kali, Rangga harus menghadiri seminar yang diadakan di Paris. Hanum pun diajak Rangga ke Paris. Hanum sangat senang. Saat di Paris, Hanum bertemu dengan teman Fatma yang bernama Marion Latimer (Dewi Sandra). Marion adalah seorang muallaf yang merupakan ahli sejarah di Paris. Bersama Marion, Hanum diajak mengelilingi kota Paris. Hanum diajak ke Menara Eiffel yang merupakan icon kota Paris. Marion juga mengajak Hanum ke Museum Louvre. Dalam Museum tersebut terdapat beragam foto dan


(54)

45

lukisan diantaranya adalah lukisan Monalisa dan lukisan Bunda Maria berkerudung. Hal yang menarik pada lukisan Bunda Maria adalah terdapat kaligrafi yang dilihat bertuliskan La ilaha illallah. Objek yang dikunjungi Hanum dan Marion berikutnya adalah Monumen Arc de Triomphe. Monumen Arc de Triomphe memiliki patung napolleon Bonaparte. Monumen Arc de Triomphe memiliki garis lurus imajiner (Axe Historique) yang tepat membelah kota Paris. Jika garis tersebut ditarik lurus sampai ke timur, maka garis tersebut tepat mengarah ke Ka’bah, Mekkah.

Menara Eiffel


(55)

Monumen Arc de Triomphe

Foto bunda Maria

Rangga adzan di Menara Eiffel

Usai acara seminar Rangga di Paris, Hanum berjalan-jalan dengan Rangga ke Menara Eiffel. Di atas Menara Eiffel, Rangga mengumandangkan adzan. Bergetar hati saya saat Rangga mengumandangkan adzan. Usai jalan-jalan, Hanum pun pamit kepada Marion. Sebelum balik ke Austria, Marion menitip barang kepada Hanum. Barang tersebut merupakan titipan Fatma.

Setiba di Vienna, Hanum mencari Fatma dan Ayse. Namun, Hanum tidak menemukan mereka. Hanum dan Rangga juga membuka titipan dari


(56)

47

Marion. Mereka kaget dengan titipan Marion karena titipan tersebut merupakan obat kanker. Dalam titipan tersebut, Marion juga menyisipkan sebuah surat yang berisi bahwa obat tersebut untuk Ayse. Hanum pun kaget karena Ayse menderita kanker.Adegan ini sempat membuat mata Saya berkaca-kaca. Saya kasihan dengan Ayse yang masih kecil tapi mengidap kanker.

Lanjutan dari film sebelumnya 99 Cahaya di Langit Eropa selain mengungkap rahasia sejarah perkembangan islam di belahan Eropa lainnya, khususnya Cordoba, Istanbul, dan Turki, pada bagian film ini menjawab beberapa hal yang sebelumnya sering bersiteru, pertemuan kembali dengan Fatma Pasha di turki yang sebelumnya menghilang tanpa berita serta berakhir manisnya perjalanan pendidikan rangga di eropa.1

B. Masyarakat muslim di Eropa

Perkembangan agama Islam tidak terbatas hanya di Asia saja, tetapi merata ke seluruh dunia termasuk ke benua Eropa dan Amerika. sudah tentu perkembangan Islam di benua Eropa dan Amerika tidak seperti di Asia dan Afrika, karena sulitnya berdakwah terhadap masyarakat Eropa yang umumnya beragama Kristen dan penganut paham sekularisme begitupun di benua Amerika. Namun berkat keteguhan dan kesungguhan para Mubalig Islam dalam berdakwah, agama Islam di Benua Eropa dan Amerika semakin bertambah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.2

1

genrambai.blogspot.com/2013/12/review-film-99-cahaya-di-langit-eropa.html

2


(57)

Hidup dengan masyarakat muslim dan budaya islam nampaknya bukan sesuatu yang aneh lagi bagi seorang muslim. Tapi apa yang terjadi apabila seorang muslim harus tinggal di sebuah negeri yang sangat sedikit jumlah penganut muslimnya dan dengan budaya yang banyak sekali perbedaanya? Inilah yang banyak dialami oleh saudara-saudari kita yang sedang menuntut ilmu, bekerja maupun membentuk keluarga di Eropa.

Mungkin tidak salah kalau banyak mahasiswa Indonesia, setelah belajar ke luar negeri kemudian merasa nasionalismenya menjadi naik. Betapa tidak, sebagai muslim di Indonesia, kita serasa dimanjakan dengan segala kondisi yang ada. Satu hal yang sangat fundamental ada di negara kita adalah diakuinya eksistensi Tuhan sebagai bagian dari kehidupan bernegara kita yang disebut dalam Pancasila.

Apabila anda tinggal di Eropa, jangan berharap sebuah negara menjamin kehidupan beragama kita. Hampir seluruh negara di Eropa tidak ada yang secara eksplisit mengatur kehidupan beragama dalam aturan negaranya. Sebagai konsekuensinya, kehidupan beragama adalah masalah domestik atau pribadi tiap manusia yang tinggal di sana. Meskipun ada diskusi terbuka tentang agama di televisi, radio, koran dan sebagainya, akan tetapi agama tetap diletakkan sebagai kehidupan pribadi. Bahkan bertanya mengenai agama apa yang dianut merupakan hal yang tabu. Kalaupun ada masalah agama yang kemudian diangkat jadi masalah umum, maka itu bukan dengan alasan agama, akan tetapi karena menyangkut hak individu yang harus dilindungi.


(58)

49

Sebagai konsekuensi lebih lanjut ketika negara tidak mengatur kehidupan beragama, maka kehidupan sosial dan professional juga dipisahkan dengan kehidupan beragama. Sebagai contoh bagi para pelajar muslim, masalah utama dalam kehidupan sehari-hari adalah kewajiban menjalankan sholat 5 waktu. Seringkali kuliah dilaksanakan tanpa pertimbangan waktu untuk sholat. Bagi pelajar muslim laki-laki masalah menjadi semakin komplek apabila jadwal kuliah berbarengan dengan jadwal sholat jumat. Kadang harus membolos kuliah agar jangan sampai meninggalkan sholat jumat.

Iklim, musim dan cuaca menjadi masalah penting bagi muslim Indonesia di Eropa. Sebagai orang yang berasal dari daerah beriklim tropis dengan hanya memiliki dua musim: musim hujan dan musim kemarau, muslim Indonesia harus menghadapi hidup dengan kondisi iklim yang sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia. Di kawasan Eropa dengan kondisi wilayah "Temperate" dimana terdapat 4 musim yaitu musim semi, panas, gugur dan dingin. Di Eropa, jadwal sholat magrib dapat dilakukan pada pukul 4 sore pada musim dingin, hingga pukul 10.00 malam pada musim panas. Tentu saja ini juga akan berpengaruh pada saat ibadah puasa ramadhan menjelang. Apabila waktu ramadhan pada saat musim dingin, akan terasa lebih ringan karena puasa dimulai pada sekitar pukul 6 pagi hingga pukul 4 sore (kurang lebih hanya 8 jam). Akan tetapi pada saat musim panas, kita harus puasa hingga 16 jam (mulai pukul 4 pagi hingga pukul 10 sore).3

Begitupun dalam hal pemilihan makanan, daging babi adalah daging yang paling popular bagi masyarakat Eropa. Selain babi, daging sapi,

3

erlina-erlins.blogspot.com/2010/11/kehidupan-umat-muslim-di-negara-eropa.html


(59)

kambing, ayam juga mendukung pemenuhan kebutuhan protein. Sedangkan ikan relatif jarang dan mahal bagi masyarakat Eropa. Di lain pihak, makanan halal dan baik bagi tubuh adalah pilihan utama seorang muslim, baik halal jenisnya maupun cara mendapatkannya. Untuk cara mendapatkannya, rata-rata para pelajar muslim mendapatkan beasiswa dari sponsor atau pun ada sebagian yang biaya sendiri. Jadi dalam hal ini tingkat kehalalan cara mendapatkan uang boleh dikata 100% halal.

C. Sekilas tentang Tvzetan Todorov

Tzvetan Todorov, lahir 1 Maret 1939 di Sofia Bulgaria. Ia seorang filsuf dan kritikus budaya. Dia tinggal di Perancis sejak 1963 dan sekarang tinggal di sana bersama istrinya Nancy Huston dan dua anak mereka. Ia menulis buku dan esai tentang teori sastra, berpikir sejarah dan budaya teori.4

Dua karya utama Todorov pada semiotika adalah Teori Simbol dan Interpretasi. Teorinya mendefinisikan hubungan antara sejarah, wacana dan ucapan, dan mengusulkan definisi simbolisme bahasa didasarkan pada pembedaan ia membuat antara bahasa dan wacana. Todorov juga mendefinisikan perbedaan antara tanda dan simbol, yang didasarkan pada makna langsung teks dan konten langsung, masing-masing.

4


(1)

________ ,

Semiotika Komunikasi

(Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya

2006).

Sumarno, Marseli.

Dasar-Dasar Apresiasi Film

(Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2005.

Sunarwinadi Ilya,

Komunikasi Antar Budaya

(Jakarta:UI, 2009).

Thwaites,Tony. dkk,

Introducing Cultural and Media Studies

(Yogyakarta:

Jalasutra, 2009).

W. Creswell, John.

Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010).

Wawancara via telfon dengan Rangga Almahendra penulis novel 99 Cahaya di

Langit Eropa, Jakarta 25 oktober 2014

Website

www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/11/30/mx1b34-film-99-cahaya-di-langit-eropa-sarat-syiar-islam

Http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teologikatolik .

erlina-erlins.blogspot.com/2010/11/kehidupan-umat-muslim-di-negara-eropa.html

genrambai.blogspot.com/2013/12/review-film-99-cahaya-di-langit-eropa.html

Http://www.padmabhuana.com/Evolusi-Agama-Hindu-di-India-dan-budayanya.html.

http://sastra-sastradanseni.blogspot.com/2011/03/metode-penelitian-sastra-disusun-oleh.html,

sofia-zhanzabila.blogspot.com/2013/12/kesan-sehabis-menonton-film-99-cahaya.html

Http://en.wikipedia.org/wiki/File:Tzvetan_Todorov-Strasbourg_2011_%283%29.jpg, diakses


(2)

Hasil wawancara dengan penulis novel / penulis naskah, Bapak Rangga Almahendra via telfon

1.

Dari mana ide atau gagasan bapak untuk membuat novel 99 Cahaya di Langit Eropa?

99 Cahaya di Langit Eropa itu di dapat dari pengalaman pribadi mereka (Rangga

Almahendra dan Hanum salsabiel Rais) selama tinggal di Austria yang kurang

lebih tiga setengah tahun, banyak sekali pengalaman berharga selama mereka

tinggal di Eropa yang sayang sekali jika disimpan sendiri , maka dari itu mereka

membuat novel 99 Cahaya di Langit Eropa ini untuk dibagi kepada masyarakat

Indonesia. Yang idenya itu mereka ingin sekali menyampaikan tentang

The

voice of modern Islam

agar suara islam yang cinta damai yang Rahmatan

lilalamin juga senantiasa bisa di suarakan, bukan hanya islam yang radikal atau

garis keras saja yang di beri kesempatan di media.

2.

Mengapa novel ini di beri judul 99 Cahaya di Langit Eropa?

99 Cahaya di Langit Eropa terkait dengan Asmaul Husna yang juga terdiri dari 99

nama-nama ALLAH yang menjadi simbol kesempurnaan islam. Yang lebih

penting 99 Cahaya di Langit Eropa bukan hanya cerita rangga dan hanum, tapi

ingin menyampaikan bahwa film ini ingin mewakili suara 99 persen muslim yang

cinta damai. Selama ini yang sering di ekspose di media mungkin hanya satu

persen atau bahkan kurang muslim yang identik dengan radikalisme atau

kekerasan. Sementara 99 muslim yang cinta damai tidak dikasih kesempatan

untuk bersuara. Oleh karna itu mereka menulis buku 99 cahaya di Eropa ini ingin

menyuarakan suara-suara muslim di belahan dunia, bahwa agama Islam bukanlah

teroris melaikankan agama yang cinta damai Rahmatan lilalamin.


(3)

3.

Pesan apa yang ingin disampaikan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa?

Pesan utama dari film ini adalah ajakan untuk menjadi agen muslim yang baik be

a good agen of muslim

yang intinya bahwa agen muslim yang baik itu adalah

orang muslim yang selalu memberi manfaat untuk sekitarnya memberi berkah

untuk sekitarnya, dan juga bisa menjadi jembatan atas segala perbedaan. Agen

muslim yang senantiasa menunjukan karya dan prestasi dimanapun dia berada.

Bahwa seorang muslim itu bukan hanya dia harus mempunyai iman tapi yang

lebih penting amalan, bahwa islam itu bukan tentang jalan yang di pilih tapi juga

tentang jejak yang harus di tinggalkan di lingkungannya.

4.

Bagaimana kehidupan msyarakat muslim di eropa?

Kehidupan muslim di eropa sendiri saat ini yang sedang marak yaitu Islamo fobia,

Islamo fobia itu adalah ketakutan terhadap agama Islam. Ini ada banyak sebab

salah satunya mungkin warisan dulu selama ribuan tahun perang salib, terus

kemudian sekarang di media-media radikalisme ada di mana-mana sehingga

sebagian masyarakat Eropa memang agak “Takut” terhadap Islam/ muslim. Dan

sayangnya itu terjadi bukan hanya di Eropa tapi di seluruh dunia juga sama.

media-media Indonesia pun sekarang sangat genjar sekali memberitakan

berita-berita yang menyudutkan umat Islam. Jadi saya rasa memang kita sebagai umat

muslim perlu berbicara lebih dengan karya bukan dengan pedang. menunjukan

pada dunia bahwa Islam itu Rahmatan lilalamin.


(4)

5.

Faktor apa yang membuat wanita sulit mendapatkan pekerjaan di Eropa selain karena

memakai hijab?

Sebenarnya bukan hanya kesulitan karna memakai hijab, tapi memang selama ini

klo di Eropa prinsip yang di pakai adalah profesionalisme. jadi mereka itu lebih

melihat pada karya atau prestasi bukan di lihat dari mana atau karna memakai

hijab atau tidak. Tapi memang ada pandangan di Eropa ini kalau perempuan

berhijab itu identik dengan klo bahasa jawanya itu “asah-asah lalu momong

bocah” hanya menjadi konco wingking dibelakang saja, jadi memang dunia

muslimah itu di anggap sebagai dunia yang dekat dengan konco wingking itu

teman yang di belakang tidak pernah yang di depan untuk berkarya atau

berprestasi. Itu yang membuat beberapa dari mereka yang sulit mencari pekerjaan.


(5)

(6)