Pengaruh peran auditor internal dan pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di asosiasi perusahaan pembiayaan Indonesia (APPI)
PENGARUH PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENGENDALIAN
INTERN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MELALUI
PENCEGAHAN KECURANGAN PADA PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN YANG TERDAFTAR DI ASOSIASI
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA (APPI)
TESIS
OLEH
VEBRY M. LUMBAN GAOL 127017070/Akt
MAGISTER ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
PENGARUH PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENGENDALIAN
INTERN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MELALUI
PENCEGAHAN KECURANGAN PADA PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN YANG TERDAFTAR DI ASOSIASI
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA (APPI)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
VEBRY M. LUMBAN GAOL 127017070/Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(3)
Judul Penelitian: PENGARUH PERAN AUDITOR INTERNALDAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KINERJA
PERUSAHAANMELALUI PENCEGAHAN
KECURANGAN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN YANG TERDAFTAR DI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA (APPI)
Nama Mahasiswa : VEBRY M. LUMBAN GAOL Nomor Pokok : 127017070
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak, CA)
Ketua Anggota
(Drs. M Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac)
Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
(4)
Tanggal Lulus: 28 Agustus 2014 Telah diuji pada
Tanggal : 28 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak, CA Anggota : 1. Drs. M Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, CPA 3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak
(5)
PENGARUH PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MELALUI PENCEGAHANKECURANGAN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
YANG TERDAFTAR DI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA (APPI)
ABSTRAK
Perkembangan perekonomian di Indonesia berdampak pada pertumbuhan perusahaan, salah satunya adalah perusahaan pembiayaan dan dengan semakin berkembang maka permasalahan yang dihadapi akan menjadi kompleks, salah
satunya adanya terjadi kecurangan atau fraud. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh peran auditor internal dan pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI). Populasi penelitian ini adalah perusahaan pembiayaan sebanyak 70 perusahaan yang terdaftar di APPI. Sampel penelitian berjumlah 53 perusahaan pembiayaan, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan pengumpulan data melalui kuesioner. Responden penelitian ini adalah audit internal.Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisis regresi linear
berganda, hipotesis kedua dan hipotesis ketiga dengan analisis jalur (path
analysis) menggunakan program SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
1) peran auditor internal, pengendalian intern dan pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan berpengaruh secara simultan terhadap terhadap kinerja perusahaan, 2) peran auditor internal dan pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, 3) peran auditor internal dan pengendalian intern berpengaruh siginifikan terhadap pencegahan kecurangan. Namun Pencegahan kecurangan sebagai variabel intervening tidak dapat memediasi pengaruh antara peran auditor internal dan pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
Kata Kunci: Peran Audior Internal, Pengendalian Intern, Pencegahan Kecurangan, Kinerja Perusahaan
(6)
THE INFLUENCE OF INTERNAL AUDITORS’ ROLE AND INTERN CONTROL ON COMPANIES’ PERFORMANCE THROUGH THE
PREVENTION FROM FRAUD IN FINANCING COMPANIES LISTED IN APPI (THE INDONESIAN FINANCING
COMPANIES ASSOCIATION)
ABSTRACT
The economic development in Indonesia influences the growth of companies, and one of them is financing companies. In its rapid development, a company will face complex problems, and one of them is the incidence of fraud. The objective of the research was to examine the influence of internal auditors’ role and intern control on financial companies listed in APPI (the Indonesian Financing Companies Association). The population was 70 financing companies listed in APPI, and 53 of them were used as the samples with internal auditors as the respondents. The data consisted of primary data which were gathered by distributing questionnaires and analyzed for testing the first hypothesis by using multiple linear regression analysis and for the second and the third hypotheses by using path analysis with an SPSS software program. The result of the research showed that 1) internal auditors’ role, intern control, and prevention from fraud in financing companies simultaneously influenced companies’ performance, 2) internal auditors’ role and intern control had significant influence on companies’ performance, 3) internal auditors’ role and intern control had significant influence on the prevention from fraud. However, the prevention from fraud as an intervening variable could not mediate the influence of internal auditors’ role and intern control on the performance of financing companies listed in APPI (The Indonesian Financing Companies Association).
Keywords: Internal Auditors’ Role, Intern Control, Prevention from Fraud, Companies’ Performance
(7)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan
tesis ini dengan judul “ Pengaruh peran auditor internal dan pengendalian
intern terhadap kinerja perusahaan melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di asosiasi perusahaan pembiayaan Indonesia (APPI)”. Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai Strata Dua (S2) pada Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tesis ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari semua pihak, baik secara langsung membimbing penelitian tesis ini, maupun secara tidak langsung. Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syaril Pasaribu, DTM & H,M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara;
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, CPA selaku Ketua
Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembanding dalam penelitian tesis ini;
(8)
4. IbuDr. Rina Bukit, SE, M.si, Ak selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan membimbing peneliti dalam penyusunan tesis ini;
5. Bapak Drs. M Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac selaku anggota komisi
pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan serta perhatiannya dengan ketulusan dan penuh kesabaran hingga selesainya tesis ini;
6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku anggota komisi pembanding yang
telah banyak memberikan kritikan dan saran sehingga menghasilkan tesis yang lebih baik;
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku sekretaris Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus anggota komisi pembanding dalam penelitian tesis ini;
8. Seluruh Dosen dan Staf pada Program Magister Ilmu Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan;
9. Ayah dan ibu tercinta, Pdt.SJ Lumban Gaol, STh dan N br. Silaban yang
selalu memberikan do’a dan restunya kepada peneliti untuk senantiasa dapat menyelesaikan pendidikan ini;
10.Saudara- saudaraku terkasih Lasando Lumban Gaol dan Vanti Betasana
Lumban Gaol dan Lae Nando Alfon Napitupulu yang menjadi motivasi bagi peneliti dalam menyelesaikan Pendidikan ini;
11.Teman- teman dari PPAK USU yang ikut serta melanjut ke Magister Fahmi,
(9)
dan memberikan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan ini.
Peneliti menyadari bahwa keterbatasan yang dimiliki untuk menjadikan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diperlukan dalam tesis ini. Namun demikian besar harapan peneliti agar tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Agustus 2014 Peneliti
(10)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Vebry M Lumban Gaol
2. Tempat/Tgl Lahir : Medan /10 Februari 1984
3. Alamat : Jl Angsana Raya No.16 Perumnas Helvetia Medan
4. No. Telepon : 081360614484
5. Agama : Kristen Protestan
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Orang Tua : 1. SJ. Lumban Gaol
2. N br.Silaban
8. Pendidikan :
1. Tahun 1990 – 1996 : SD Negeri 2 Siborongborong Tapanuli Utara
2. Tahun 1996 – 1999 : SMP Negeri 16Medan
3. Tahun 1999 – 2002 : SMA Swasta MarisiMedan
4. Tahun 2002 – 2006 : Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen
5. Tahun 2011 – 2012 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasSumatera
Utara Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK)
6. Tahun 2012 – 2014 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... ……….. i
ABSTRACT ………... ii
KATA PENGANTAR ... ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ….……. vi
DAFTAR ISI ……….. vii
DAFTAR TABEL ... ……….. ix
DAFTAR GAMBAR ... ……….. x
DAFTAR LAMPIRAN……… xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.4 Manfaat Penelitian... 9
1.5 Originalitas ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori………...………... 12
2.1.1. Peran Auditor Internal …...………..……… 12
2.1.1.1. Standar Praktik Internal Audit ………....…… 16
2.1.2.Pengendalian Intern….………... 16
2.1.3.Kinerja Perusahaan ………..………...…….. 21
2.1.4.Pencegahan Kecurangan ………….….………..…….. 23
2.1.4.1.Faktor Pendorong Terjadinya Kecurangan atau fraud.... 26
2.1.4.2 Faktor Pencegahan Kecurangan….……….…..… 27
2.1.5 Perusahaan Pembiayaan ………..…. 31
2.2. Penelitian Terdahulu ……….……….. 35
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep ……….. 38
3.2. HipotesisPenelitian... 42
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 43
4.2. Lokasi Penelitian ...……….. 43
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……..…... 44
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 44
4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 46
4.6. Model dan Teknik Analisis Data……..………. 49
4.6.1 Analisis Jalur (Path Analysis)………... 49
4.6.1.1. Path Analysis Model Baron and Kenny ……….... 49
4.6.1.2. Path Analysis Model Sobel test ... 53
4.6.2 Uji Kualitas Instrumen……… 54
4.6.2.1. Uji Validitas ………. 54
(12)
4.6.2.3. Analisis Statistik Deskriptif ……… 55
4.6.3 Uji Asumsi Klasik ……….. 55
4.6.4 Uji Hipotesis Penelitian……….. 57
4.6.4.1 Koefisien Determinasi (R2) ……… 57
4.6.4.2 Uji statistik F………... 57
4.6.4.3 Uji Statistik t ………. 58
4.6.4.4 Uji Langsung dan Tidak Langsung (Analisis Jalur dan Dekomposisi)………..………. 59
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ………….……… 60
5.1.1 Deskriptif Data Penelitian ……….. 60
5.1.1.1. Deskripsi Responden ..………. 61
5.1.1.2. Deskripsi Statistik ………... 62
5.1.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 64
5.1.2.1Uji Validitas ... 64
5.1.2.2. Uji Reabilitas Data... 65
5.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 66
5.1.3.1Uji Normalitas ... 66
5.1.3.2 Uji Multikolonearitas ... 67
5.1.3.3Uji Heterokedastisitas ... 68
5.1.4 Hasil Uji Hipotesis ... 68
5.1.4.1Hasil Uji Koefisisen Determinasi ( R2) ………... 69
5.1.4.2Hasil Uji Simultan ( Uji F Statistik)... 69
5.1.4.3Hasil Uji Parsial ( Uji t Statistik)... 70
5.1.4.4Pengujian Analisis Jalur ... 71
5.2 Pembahasan ………... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan…..……….. …… . 90
6.2Keterbatasan Penelitian ... 91
6.3Saran………... 91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel.2.1 Perbedaan definisi peran auditor ….……….…….. 14
Tabel 2.2Penelitian terdahulu ………. 35
(13)
Tabel 5.1 Kuesioner ………. 60
Tabel 5.2Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ……….. 61
Tabel 5.3Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ……….. 61
Tabel 5.4Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan……….. 62
Tabel 5.5 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ……… 62
Tabel 5.6 Uji Validitas Data………. 64
Tabel 5.7Uji Reabilitas …...……… 66
Tabel 5.8Pengujian Normalitas Data dengan Kolmogorov – Smirnov …………. 66
Tabel 5.9Pengujian Multikolonearitas dengan Tolerance dan VIF ……….. 67
Tabel 5.10Pengujian Heterokedasitas dengan Uji Glejser……….. 68
Tabel 5.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ( R2) ……… 69
Tabel 5.12 Hasil Uji F ……….. 69
Tabel 5.13 Hasil Uji t ……… 70
Tabel 5.14Model Pengujian PertamaHipotesis Kedua………... 72
Tabel 5.15 Model Pengujian KeduaHipotesis Kedua ………. 72
Tabel 5.16 Model Pengujian KetigaHipotesis Kedua ………. 73
Tabel 5.17Ringkasan Uji Hipotesis Kedua ………. 74
Tabel 5.18Model Pengujian PertamaHipotesis Ketiga ………... 76
Tabel 5.19 Model Pengujian KeduaHipotesis Ketiga ………. 77
Tabel 5.20 Ringkasan Uji Hipotesis Ketiga………. 78
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. The Fraud Triagle ……… 25 Gambar 3.1.Kerangka Konseptual dengan Variabel Intervening ……….………... 41 Gambar 4.1. Diagram Jalur Hubungan Variabel ………. 59 Gambar 5.1. Hasil Pengaruh Hubungan Variabel ………...…….. 82
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Waktu Penelitian ... 98
2. Sampel Penelitian ... 99
3. Data Populasi Penelitian ... 103
4. Demografi Responden ... 105
5. Kuesioner Penelitian ... 106
6. Data Hasil Kuesioner Penelitian ... 111
7. Deskriptif Statistik ... 115
8. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 119
(16)
PENGARUH PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MELALUI PENCEGAHANKECURANGAN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
YANG TERDAFTAR DI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA (APPI)
ABSTRAK
Perkembangan perekonomian di Indonesia berdampak pada pertumbuhan perusahaan, salah satunya adalah perusahaan pembiayaan dan dengan semakin berkembang maka permasalahan yang dihadapi akan menjadi kompleks, salah
satunya adanya terjadi kecurangan atau fraud. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh peran auditor internal dan pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI). Populasi penelitian ini adalah perusahaan pembiayaan sebanyak 70 perusahaan yang terdaftar di APPI. Sampel penelitian berjumlah 53 perusahaan pembiayaan, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan pengumpulan data melalui kuesioner. Responden penelitian ini adalah audit internal.Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisis regresi linear
berganda, hipotesis kedua dan hipotesis ketiga dengan analisis jalur (path
analysis) menggunakan program SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
1) peran auditor internal, pengendalian intern dan pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan berpengaruh secara simultan terhadap terhadap kinerja perusahaan, 2) peran auditor internal dan pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, 3) peran auditor internal dan pengendalian intern berpengaruh siginifikan terhadap pencegahan kecurangan. Namun Pencegahan kecurangan sebagai variabel intervening tidak dapat memediasi pengaruh antara peran auditor internal dan pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
Kata Kunci: Peran Audior Internal, Pengendalian Intern, Pencegahan Kecurangan, Kinerja Perusahaan
(17)
THE INFLUENCE OF INTERNAL AUDITORS’ ROLE AND INTERN CONTROL ON COMPANIES’ PERFORMANCE THROUGH THE
PREVENTION FROM FRAUD IN FINANCING COMPANIES LISTED IN APPI (THE INDONESIAN FINANCING
COMPANIES ASSOCIATION)
ABSTRACT
The economic development in Indonesia influences the growth of companies, and one of them is financing companies. In its rapid development, a company will face complex problems, and one of them is the incidence of fraud. The objective of the research was to examine the influence of internal auditors’ role and intern control on financial companies listed in APPI (the Indonesian Financing Companies Association). The population was 70 financing companies listed in APPI, and 53 of them were used as the samples with internal auditors as the respondents. The data consisted of primary data which were gathered by distributing questionnaires and analyzed for testing the first hypothesis by using multiple linear regression analysis and for the second and the third hypotheses by using path analysis with an SPSS software program. The result of the research showed that 1) internal auditors’ role, intern control, and prevention from fraud in financing companies simultaneously influenced companies’ performance, 2) internal auditors’ role and intern control had significant influence on companies’ performance, 3) internal auditors’ role and intern control had significant influence on the prevention from fraud. However, the prevention from fraud as an intervening variable could not mediate the influence of internal auditors’ role and intern control on the performance of financing companies listed in APPI (The Indonesian Financing Companies Association).
Keywords: Internal Auditors’ Role, Intern Control, Prevention from Fraud, Companies’ Performance
(18)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Perusahaan pembiayaan atau leasing menjadi pilihan utama masyarakat
sebagai kredituntuk memperoleh asset. Leasing diminati, karena menjadi prioritas
konsumen mendapatkan solusi kredit pembiayaan dimana angsuran yang
kompetitif, syarat mudah dan prosesnya yang cepat. Persaingan yang ketat dan
sifatnya yang mudah dalam pencairan kredit membuat perusahaan pembiayaan dihadapkan dengan risiko kredit macet. Masalah-masalah dalam tubuh perusahaan tidak hanya disebabkan oleh kelalaian semata, akan tetapi dapat juga disebabkan karena adanya penyimpangan atau kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan yang bersangkutan. Auditor internal muncul dalam rangka mengidentifikasi dini dan melakukan langkah pencegahan, dengan berperan sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran yang bersifat konstruktif dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Saat ini bahkan terdapat beberapa perusahaan pembiayaan yang menawarkan dana tunai,
dengan dalih pembiayaan kembali atau refinancing sejumlah perusahaan
pembiayaan kini menjajal pasar yang notabene milik sektor perbankan.
Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia maka banyak perusahaan mengalami perkembangan, dan dengan semakin berkembang maka permasalahan yang dihadapi akan menjadi kompleks. Sekarang ini banyak perusahaan menghadapi bermacam permasalahan salah satunya adalah banyaknya
terjadi kecurangan atau fraud, semua organisasi dan segala kegiatannya memiliki
(19)
penyimpangan di dalam perusahaan membuat manajemen perusahaan khawatir akan timbulnya fraud di lingkungan perusahaan.
Fraud hingga saat ini menjadi suatu hal yang fenomenal baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Fraud terjadi hampir diseluruh sektor
pemerintahan dan sektor swasta. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang
terungkap merupakan sebagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi.
Di Indonesia fraud yang sering terjadi adalah korupsi, yang dibuktikan dengan
adanya likuidasi beberapa bank, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi pada komisi penyelenggaraan pemilu, dan DPRD. Tindakan korupsi adalah bentuk kecurangan yang umumnya terjadi baik dalam bidang perbankan ataupun pelayanan publik (Wilopo, 2006).
Auditor yang bekerja dalam perusahaan (baik perusahaan negara maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak. Oleh karena itu manajemen perusahaan mendelegasikan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya agar sistem pengendalian intern di dalam perusahaan berjalan dengan baik. Hal ini menuntut para manajemen perusahaan harus lebih efektif, efisien dan ekonomis dalam mengelola perusahaannya, dan untuk itulah dibutuhkan peran auditor internal, Mulyadi (2002).
Pentingnya peran auditor internal dalam perusahaan, menurut Willson dan
Campbell (1996) mengatakan dengan adanya departemen auditor internal yang
baik merupakan suatu unsur yang penting dari sistem pengendalian internal. Auditor internal dari departemen yang demikian merupakan mata dan telinga dari
(20)
manajemen untuk menetapkan status dari sistem pengendalian internal dan khususnya pengendalian internal akuntansi. Seorang auditor internal harus bertanggungjawab untuk memberi jaminan kepada presiden direktur dan manajemen keuangan berdasarkan suatu pemeriksaan.
Menurut Tugiman (2000)pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, pemeriksa internal akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pegawai yang efektif dengan biaya yang wajar.
Pengendalian dalam suatu perusahaan didesain untuk dapat menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi dalam perusahaan karena penyalahgunaan aktiva, ketidakakuratan dan ketidakhandalan data akuntansi, inefisiensi dalam kegiatan operasional dan deviasi dari kebijakan manajerial yang telah ditentukan. Pengendalian intern meliputi rencana organisasi dan semua metode serta peraturan yang sederajat yang digunakan di dalam perusahaan untuk menjaga kekayaannya, memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansinya, meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang sudah digariskan oleh manajemen, (Holmes dan Burns,1990)
Peran auditor internal yaitu agar efektifitas pengendalian intern berjalan dengan baik untuk menghindari kecurangan yang mungkin terjadi, kecurangan yang terjadi diperusahaan karena banyaknya celah yang terdapat di suatu perusahaan yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertangung jawab.
(21)
Korban kecurangan tersebut adalah pemegang saham, investor, perusahaan dan pelanggan, oleh karena itu internal auditor harus bisa menjadi pihak yang independen, dengan fungsi mengawasi jalannya perusahaan dan menelaah apakah operasional berjalan dengan baik. Auditor juga harus berperan secara aktif dan kooperatif dengan berbagai pihak membantu semua anggota manajemen perusahaan dalam melaksanakan tanggungjawab mereka secara baik dengan memberikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar objektif mengenai kegiatan yang telah diriview. Auditor internal harus memahami bahwa tidak ada
sistem pengendalian intern atau internal control yang akan menghilangkan
kemungkinan terjadi kesalahan, tetapi dengan sistem pengendalian intern yang baik dapat meminimalisir terjadinya kesalahan.
Menurut Boynton, dkk(2008) mengemukakan penjelasan mengenai
auditor intern dalam suatu organisasi,Internal auditing is an independent,
objective assurance and consulting activity designed to add value an organization’s operation. It helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined, approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance process.
Definisi diatas dapat diartikan bahwa audit internal adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi perusahaan. Audit internal membantu organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian serta proses pengaturan dan pengelolaan informasi
(22)
Peran auditor internal dalam perusahaan sesuai perkembangannya adalah
sebagai assurance atau penjamin dan consulting atau konsultan, yang membawa
implikasi besar terhadap perubahan praktik audit, yaitu yang semula auditor intern
berperan sebagai watchdog atau pengawas, kini auditor internal berperan sebagai
konsultan dengan membantu manajemen dalam mengidentifikasi, menilai dan memitigasi risiko yang menjadi kewajiban manajemen dan sekaligus menguji kecukupan dan keandalan pengendalian yang dibuat manajemen melalui aktivitas audit, mereviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.
Auditor internal sebagai konsultan lebih kepada upaya pencegahan (preventive), yaitu apabila ditemukan masalah maka auditor intern memberikan rekomendasi perbaikan. Internal Auditor merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian intern dalam suatu organisasi, yang dibuat untuk memantau efektivitas dari elemen-elemen struktur pengendalian intern lainnya.
Kinerja auditor internal, yaitu pengelolaan fungsi audit internal terdiri atas lingkup penugasan, perencanaan penugasan, pelaksanaan penugasan, komunikasi hasil penugasan, pemantauan tindak lanjut dan resolusi penerimaan resiko oleh manajemen berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pengendalian internal (Claudia,dkk 2013).
Jones dan Bates (1990) menyatakan bahwa auditor harus mewaspadai terhadap penipuan, dan mengambil langkah segera untuk mengivestigasi
kecurigaannya. Sulistiyowati (2003) juga menyatakan jika Fraud auditor dapat
bekerja dengan baik maka tindakan kecurangan atau fraud dapat dikurangi bahkan
(23)
Hasil survei yang dilakukan oleh KPMG dalam Fraud Survey (New York, 1998, Mustofa 2004) menunjukan bahwa dari jawaban responden, lemahnya
pengendalian intern merupakan penyebab tertinggi terjadinya fraud. Salah satu
resiko yang dihadapi oleh perusahaan karena kegagalan dalam menerapkan pengendalian intern yang efektif adalah resiko operasional. Ini berarti bahwa ketika pengendalian intern tidak efektif, maka tindakan kecurangan sangat mudah terjadi sehingga berdampak buruk pada perusahaan. Selain itu pengendalian intern merupakan suatu proses untuk menilai kinerja karyawan dengan memperhatikan kepuasan karyawan untuk bekerja dengan maksimal dan mengurangi ketidakpuasan karyawan dalam bekerja yang akan menimbulkan penyimpangan yang dilakukan karyawan seperti penipuan, salah saji laporan keuangan, dan manipulasi keuangan sebagai bentuk kecurangan.
Peran komite audit, pengendalian internal, audit internal dan pelaksanaan tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan, artinya peran yang optimal dari komite audit, penerapan pengendalian internal, audit internal dan pelaksanaan tata kelola perusahaan dapat mencegah terjadinya kecurangan dalam perusahaan. secara parsial, variabel pelaksanaan tata kelola perusahaan mempunyai pengaruh terbesar terhadap pencegahan kecurangan. besarnya pengaruh peran komite audit, pengendalian internal, audit internal dan pelaksanaan tata kelola perusahaan secara simultan, mengindikasikan bahwa kecurangan pada BUMN Tbk. di Indonesia dapat dicegah jika komite audit, penerapan pengendalian internal, audit internal serta pelaksanaan tata kelola perusahaan dapat berperan sesuai yang disyaratkan baik melalui piagam komite audit, piagam audit internal (Gusnardi, 2009).
(24)
Pengaruh penerapan pengendalian internal terhadapPencegahan fraud
pengadaan barang dan implikasinya pada kinerja keuangan, hasil penelitian terdapat pengaruh positif pada penerapan lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan baik secara parsial maupun simultan terhadap pencegahan kecurangan (fraud)pengadaan barang ( Ariaty, 2011).
Peningkatan peran auditor dalam pencegahan dan pendeteksian fraud,
bahwa auditor hendaknya terus meningkatkan kompetensinya, khususnya dalam pencegahandan pendeteksian fraud, antara lain melalui strategic reasoning dalam penilaian risiko audit, perencanaan dan pelaksanaan audit (Mimin, 2010).
Perusahaan leasing harus menjalankan manajemennya secara efisien dan
efektif. Karena tuntutan itu, pimpinan perusahaan harus mengetahui baik buruknya perusahaan yang dipimpinnya. Perusahaan yang berkembang dalam era globalisasi ini membutuhkan sistem pengendalian intern. Maka dari itu, perusahaan perlu mempunyai cara agar berjalan efektif dan efisien, yaitu dengan adanya internal auditor maka yang disediakan informasi yang tepat, jelas, dan sangat berguna sebagai dasar perencanaan strategi dan pengendalian pada perusahaan. Dengan adanya internal auditormaka diharapkan segala kebijakan pimpinan perusahaan dapat dilaksanakan dengansebaik-baiknya, agar aset perusahaan dapat diamankan dan dapat memperoleh dataakuntansi yang akurat dan terpercaya dapat diwujudkan.
(25)
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh peran auditor internal, pengendalian internal dan
pencegahan kecurangan terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial dan simultan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) ?
2. Apakah terdapat pengaruh peran auditor internal terhadap kinerja perusahaan
melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI)?
3. Apakah terdapat pengaruh pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan
melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI)?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menguji dan menganalisis pengaruh peran auditor internal, pengendalian
internal dan pencegahan kecurangan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial dan simultan pada perusahaan Pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
2. Menguji dan menganalisis pengaruh peran auditor internal terhadap kinerja
perusahaan melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar diAsosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
(26)
3. Menguji dan menganalisis pengaruh pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam
bidang ekonomi khususnya tentang pengaruh auditor internal dan pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan melalui pencegahan kecurangan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi penelitian lain yang meneliti hal yang sama.
3. Bagi perusahaan pembiayaan yang diteliti, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan referensi bagi perusahaan.
1.5.Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang pernah dilakukan oleh Claudia dkk (2013)yang meneliti pengaruh kinerja auditor internal terhadap efektivitas pengendalian internal prosedur kredit kendaraan bermotor pada perusahaan pembiayaan di Kota Manado.
1. Objek, Populasi dan Sampel Penelitian
Claudia (2013) meneliti pada perusahaan pembiayaan di Kota Manado, yaitu PT. Indojasa Pratama, Finance, PT. Adira Dinamika Multi Finance, PT. Mandiri Tunas Finance, PT. CIMB Niaga Auto, Finance, PT. Bima Multi
(27)
Finance, PT. First Indo American Leasing, PT. Oto Multi Artha, PT. Batavia Prosperindo Finance, PT. BFI Finance Indonesia Tbk, PT. MNC Finance, PT. Hasjrat Multifinance, PT. Sadira Finance, PT. Sinar Mitra Sepadan Finance. Total kuesioner yang dibagikan adalah 69 kuesioner, dan yang dikembalikan sejumlah 59 kuesioner. Responden yang digunakan adalah Branch manager, Marketing head, Operation head, Collection head dan bagian audit internal pada perusahaan pembiayaan di Kota Manado.
2. Variabel yang diteliti
Claudia (2013), meneliti pengaruh kinerja auditor internal terhadap efektivitas pengendalian internal prosedur kredit, dengan menggunakan pendekatan regresi linear berganda. Dimana Kinerja auditor internal, yaitu pengelolaan fungsi audit internal terdiri atas lingkup penugasan, perencanaan penugasan, pelaksanaan penugasan, komunikasi hasil penugasan, pemantauan tindak lanjut dan resolusi penerimaan resiko oleh manajemen terhadap efektivitas pengendalian internal.
Penelitian sekarang meneliti dengan komposisi hubungan variabel interveningyang terdiri dari 2 (dua) variabel bebas, yakni peran auditor internal dan pengendalian intern; 1 (satu) variabel intervening pencegahan kecurangandan 1 (satu) variabel terikat kinerja perusahaan. Pada penelitian ini variabel independensinya adalah peran internal auditor dan pengendalian intern, sedangkan prosedur kredit merupakan indikator dari variabel pengendalian intern. Pada penelitian ini variabel dependen menjadi kinerja perusahaan melalui pencegahan
(28)
1. Objek, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian sekarang pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Assosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI). Jumlah perusahaan yang diteliti 100 perusahaan pembiayaan dan membagikan 70 kuesioner, dengan metode
Purposive Random Sampling Methode. Responden yang digunakan adalah
bagian internal auditor pada perusahaan pembiayaan.
APPI adalah perusahaan pembiayaan yang tergabung dari beberapa perusahaan swasta nasional dan perusahaan BUMN dan beberapa perusahaan pembiyaan yang dimiliki PMA (Pemilik Modal Asing). Jenis produk yang dibiayai dalam perusahaan pembiyaan yang diteliti adalah mobil,motor,alat berat, mesin, dan elektronik. Sebagian besar perusahaan pembiayaan berkantor pusat di Jakarta dan sebagian memiliki kantor cabang di Medan.
2. Variabel yang diteliti,
Penelitian ini akan menguji pengaruh peran auditor internal dan pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di perusahaan pembiayaan seluruh Indonesia.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Peran Auditor Internal
Peran auditor internal dalam perusahaan sangat dibutuhkan dan penting, karena peran auditor internal berpengaruh terhadap peningkatan pengendalian intern dan kinerja perusahaan dalam pencegahan kecurangan. Peran Auditor
internal sebagai konsultan lebih kepada upaya pencegahan atau preventive, yaitu
apabila ditemukan masalah maka auditor internal memberikan rekomendasi perbaikan. Auditor internal merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian intern dalam suatu organisasi, yang dibuat untuk memantau efektivitas dari elemen-elemen struktur pengendalian intern lainnya.
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Barbara, 2009). Ahmad (1982) mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Kejelasan peran pada paham strukturisasi, dapat dilihat dari pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawab, serta pemahaman mengenai batas wewenang dan hak-hak dalam pekerjaan. Sedangkan paham interaksionis, dapat dilihat dari penerimaan tugas yang sesuai dengan latar belakang dan pengalaman, serta hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas.
Menurut Sawyer (2008) auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif. Auditor
(30)
internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha.
Adapun definisi internal auditing yang diberikan oleh the Institute of
Internal Auditors dalam Statement of Responsibilities of Internal Auditing adalah
sebagai berikut: Internal Auditing is an independent appraisal function
established within an organization to examine and evaluate it’s activities as a service to the organization. The ojective of internal auditing is assist member of the organization in the effective discharge of their responsibilities. To this end, internal auditing furnishes them with analyses, appraisals, recommendations, counsel, and information concerning the activities reviewed. The audit objectives include promoting effective control at reasonable cost.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peran auditor internal
dikatakan bebas dan tidak memihak atau independent jika auditor internal dapat
melaksanakan tugasnya secara bebas dan objektif. Kemandirian ini dapat dicapai melalui status organisasi dan objektivitas.
Secara spesifik perbedaan antara definisi baru dan definisi lama peran auditor internal dapatdiformulasikan pada tabel di bawah ini.
(31)
Tabel.2.1 Perbedaan definisi baru dan definisi lama peran auditor internal
No. Definisi Lama Definisi Baru
1 Fungsi penilaian yang independen
yang dibentuk dalam suatu organisasi
Suatu aktivitas independen dan objektif
2 Fungsi penilaian Aktivitas pemberian jaminan
3 Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas
organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi
Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah, serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi
4 Membantu para anggota organisasi
agar dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif
Membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya
5 Memberi hasil analisis, penilaian,
rekomendasi, konseling dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya wajar
Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi
Sumber: Tunggal (2012)
Audit internal merupakan aktivitas independen yang memberikan jaminan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Aktifitas ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko, pengendalian, dan
proses tata kelola (The IIA Research Foundation, 2011). Audit internal
dilaksanakan oleh pihak internal dalam organisasi yang dikenal dengan auditor internal.
Auditor internal adalah yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya untuk menentukan kebijakan dan prosedur yang ditetapkannya oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menemukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi serta menentukan keandalan informasi, Mulyadi (2002).
(32)
Berdasarkan definisi diatas jelaslah bahwa internal auditing merupakan organisasi internal yang dibentuk perusahaan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada anggota organisasi internal perusahaan dalam bidang evaluasi dan evaluasi yang bertujuan untuk peningkatan efektifitas tanggung jawab mereka serta meningkatkan pengendalian yang efektif dengan biaya layak.
Institut Of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Boynton dkk (2008) terdapat lima standar umum praktik pemeriksaan yang meliputi masalah – masalah independensi, keahlian profesional, lingkup pekerjaan pemeriksaan, pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan, dan pengelolaan bagian pemeriksaan intern. Definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peran audit internal adalah:
1. Suatu kegiatan yang independen dan objektif
2. Merupakan kegiatan penjaminan (assurance) dan konsultansi (consulting)
yang independen dan obyektif.
3. Kegiatan yang dirancang untuk memberikan nilai tambah serta
meningkatkan kegiatan operasi perusahaan
4. Membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya
5. Memberikan pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi dan
meningkatkan manajemen resiko, pengendalian serta proses pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Dalam penelitian ini ditetapkan bahwa peran auditor internal dipengaruhi oleh faktor independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dan pengelolaan pemeriksaan pemeriksaan
intern, dimana peran tersebut sebagai penjaminan (assurance) dan konsultansi
(33)
2.1.1.1Standar Praktik Internal Audit
IIA telah menetapkan standar praktik audit yang mengikat para anggotanya. Ada lima standar umum yang berkaitan dengan masalah-masalah berikut ini : (Boynton,2008)
1 Independensi. Auditor internal harus independen dari aktivitas yang
mereka audit
2 Keahlian Profesional. Audit internal harus dilakukan dengan keahlian dan
kemahiran profesional.
3 Ruang Lingkup Pekerjaan. Ruang lingkup auditing internal harus
mencakup pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan.
4 Pelaksanaan pekerjaan audit. Pekerjaan audit harus meliputi perencanaan
audit, pemeriksaan dan evaluasi informasi, pengkomunikasian hasil-hasil dan tindak lanjut.
5 pengelolaan pemeriksaan pemeriksaan intern. Direktur auditing internal
harus mengelola pemeriksaan pemeriksaan internal dengan baik.
2.1.2. Pengendalian Intern
Pengertian pengendalian intern menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2011) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini :
(34)
1 Keandalan pelaporan keuangan 2 Efektivitas dan efisiensi operasi
3 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Dengan demikian pengendalian intern adalah suatu proses yang terdiri dari usaha atau tindakan-tindakan yang tepat dan terintegrasi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan pengendalian intern melibatkan seluruh anggota organisasi bukan dibebankan pada bagian tertentu saja, sehingga memberikan keyakinan terpercaya atas seluruh kegiatan organisasi yang meliputi
realibility dari pelaporan keuangan, efisiensi dan keefektifan atas kegiatan atau operasi perusahaan dan kepatuhan terhadap hukum dan undang-undang yang berlaku.
Menurut Sawyer (2008) mengatakan bahwa terdapat lima komponen
pengendalian internal yang saling berkaitan pada pernyataan Committee of
Sponsoring Organizations of The Treadway Commission (COSO) atau disebut
dengan model pengendalian COSO, yaitu Lingkungan pengendalian, penentuan risiko, aktivitas pengendalian, informasi komunikasi dan pengawasan (Monitoring).
Penerapan sistem pengendalian intern berfungsi untuk:
1 Preventive, yaitu pengendalian untuk pencegahan kesalahan-kesalahan
baik berupa kekeliruan atau ketidakberesan.
2 Detective, untuk mendeteksi kesalahan, kekeliruan dan penyimpangan
yang terjadi.
3 Corrective, untuk memperbaiki kesalahan, kelemahan dan penyimpangan
(35)
4 Directive, untuk mengarahkan agar pelaksanaan aktivitas dilakukan dengan tepat dan benar.
5 Compensative, untuk menetralkan kelemahan pada aspek kontrol yang
lain.
Ciri-ciri pengendalian intern yang kuat menurut Tunggal (2011), yaitu:
1 Karyawan yang kompeten dan jujur, menguasai standar akuntansi,
peraturan perpajakan, dan peraturan pasar modal.
2 Tansaksi diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
3 Transaksi dicatat dengan benar (jumlah, estimasi dan perlakuan
akuntansi).
4 Pemisahan tugas yang mengambil inisiatif timbulnya suatu transaksi,
yang mencatat dan yang menyimpan.
5 Akses terhadap aset dan catatan perusahaan sesuai dengan tugas dan
fungsi karyawan.
6 Perbandingan secara periodik antara saldo menurut buku dengan jumlah
secara fisik.
Menurut Tuanakotta (2013), anlisis pengendalian internal ISA 315 terdiri atas lima komponen, memudahkan auditor memahami sistem pengendalian internal dari entitas bersangkutan. Kelima komponen pengendalian internal tersebut adalah:
1. Lingkungan Pengendalian ( Control Environment )
Auditor wajib memahami lingkungan pengendalian. Sebagai bahan dari pemahaman ini, auditor wajib mengevaluasi apakah :
(36)
Manajemen dan pegawai (karyawan) seharusnya mempunyai komitmen dan sikap yang positif dan konstruktif terhadap pengendalian internal dan kesungguhan manajemen. Kunci lingkungan pengendalian adalah:
1) Integritas dan Etika
2) Komitmen terhadap Kompetensi
3) Struktur Organisasi
4) Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
5) Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik
2. Penaksiran Risiko
Pengendalian internal yang baik memungkinkan penaksiran risiko yang dihadapi oleh organisasi baik yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi. Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
2) Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
3) Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang digunakan untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian seharusnya efesien dan efektif untuk mencapai tujuan pengendalian itu sendiri. Aktivitas pengendalian meliputi:
1) Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
(37)
3) Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
4) Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
5) Evaluasi secara independen atas kinerja
6) Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
7) Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi seharusnya dicatat dan dikomunikasikan kepada manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan di dalam organisasi dan dalam bentuk dan jangka waktu yang memungkinkan diselenggarakannya pengendalian internal dan tanggung jawab lain terhadap informasi tersebut. Di dalam menjalankan dan mengendalikan operasinya, manajemen harus mengkomunikasikan kejadian yang relevan, handal, dan tepat waktu.
5. Monitoring
Monitoring seharusnya menilai kualitas kinerja sepanjang waktu dan menyakinkan bahwa temuan-temuan audit dan reviu lainnya diselesaikan dengan tepat. Hal ini meliputi:
1) Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara
tepat.
2) Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan
rekomendasi dari audit dan reviu.
3) Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang
digunakan untuk menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen.
(38)
2.1.3. Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dalam pencapaian tujuan perusahaan maka kinerja perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Di dalam pengendalian internal, kinerja manajemen dalam perusahaan sangat penting karena merupakan inti dari perusahaan dalam mencapai tujuannya. Kinerja manajemen yang baik dapat meningkatkan pengendalian dalam perusahaan, tetapi dalam pelaksanaan prosedur yang diterapkan sering tidak sesuai dengan kinerja perusahaan dan juga pembagian tugas dan tanggung jawab.
Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja.
Hawkins (The Oxford Paperback Dictionary, 1979) mengemukakan pengertian
kinerja sebagai berikut: Performance is: (1) the process or manner of performing,
(2) a notable action or achievement, (3) the performing of a play or other entertainment.
Kinerja perusahaan yang dimaksud adalah apayang telah dicapai oleh perusahaan sesuai denganstandar atau rencana yang ada pada perusahaan.Dimensi kinerja perusahaan terdiri atas kinerjakeuangan dan non keuangan. (Morse
danDavis,1996 dalam Pratolo, 2007; Kementerian BUMN, 2002).
Dari beberapa definisi diatas, dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan
(companies performance) merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan dan kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang
(39)
disepakati, lalu untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian
kinerja. Dengan demikian penilaian kinerja perusahaan (Companies performance
assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai
pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 2004).
Pada tahun 1990 Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG, mensponsori studi tentang Mengukur Kinerja Organisasi Masa Depan (Kaplan and Norton ,2004). Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa ada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk
mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Balanced scorecard digunakan
untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan, diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup empat perspektif, yaitu :
1. Keuangan,
1) Meningkatnya pendapatan penjualan dan menurunkan biaya
2) Pertumbuhan pendapatan penjualan
2. Customer,
1) Meningkatnya kepercayaan pelanggan
2) Bertambahnya pelanggan baru dan loyalitas pelanggan
3) Kecepatan respon terhadap permintaan pelanggan
3. Proses bisnis intern
1) Meningkatnya perbaikan terhadap layanan kepada pelanggan
(40)
4. Pembelajaran dan pertumbuhan.
1) Meningkatnya produktifitas dan meningkatnya kualitas informasi
manajemen
2) Jumlah personal yang dididik dan dilatih
3) Jumlah aplikasi baru yang dipasang dan diimplementasikan
2.1.4. Pencegahan Kecurangan
Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) mendefinisikan
kecurangan atau fraud sebagai tindakan mengambil keuntungan secara sengaja
dengan cara menyalahgunakan suatu pekerjaan atau jabatan, mencuri asset/sumberdaya dalam organisasi (Singleton, 2010).
ACFE salah satu asosiasi di USA yang memfokuskan kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan penyimpangan. Bentuk penyimpangan dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) yaitu: penyimpangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting), asset misappropriation (penyalahgunaan aset) dan corruption (Singelton, 2010).
Perusahaan melalui internal audit dan satuan pengendalian intern harus
mampu untuk menangkap redflag dari ketiga bentuk kecurangan, oleh karenanya
diperlukan suatu upaya untuk dapat mendeteksi, mencegah maupun
menginvestigasi terjadinya fraud. Kecurangan yang terjadi di perusahaan
mengancam keberlangsungan hidup perusahaan. Dengan berkembangnya suatu perusahaan, tugas pengendalian dan pengawasan jalannya perusahaan akan semakin berat. Dari rangkaian mata rantai pengawasan, auditor internal merupakan lembaga yang secara langsung bertanggungjawab untuk mendeteksi
(41)
dan menindaklanjuti kecurangan. Disinilah peran dan dukungan pemimpin perusahaan diperlukan dalam memantau hasil audit dari internal audit. Sebaliknya, auditor internal wajib bertanggung jawab untuk mendukung
sepenuhnya program anti fraud yang dijalankan oleh perusahaan.
Definisi Fraud menurut Black Law Dictionary ,Tunggal (2011) adalah:
a. Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran/keadaan
yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan merugikan.
b. Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) secara ceroboh/tanpa
perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat
c. Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau
penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak merugikan.
Menurut Simanjuntak (2008) kecurangan (Fraud) merupakan satu bentuk
irregularities, dinyatakan sebagai suatu penyajian palsu atau penyembunyian
fakta material yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu. Terdapat empat faktor seseorang untuk melakukan kecurangan yang disebut juga dengan teori
GONE, yaitu Greed (keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (kebutuhan),
Exposure (pengungkapan). Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang
berhubungan dengan individu pelaku kecurangan. Sedangkan faktor Opportunity
dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai
(42)
Sumber : Tuannakota (2007)
Gambar 2.1
The Fraud Triagle
Menurut Arens (2008), kondisi penyebab kecurangan disebut segitiga kecurangan (Fraud Triagle), yaitu:
1. Pendorong atau paksaan (pressure), seperti masalah keuangan, sifat buruk
(penjudi, pecandu narkoba, konsumtif), lingkungan pekerjaan (kondisi kerja yang buruk, diperlakukan tidak adil dalam pekerjaan) dan lingkungan keluarga.
2. Kesempatan (opportunity), seperti sistem pengendalian internal yang lemah,
tidak mampu menilai kualitas kerja karena tidak punya alat atau kriteria pengukurannya, atau gagal mendisiplinkan atau memberikan sanksi pada pelaku fraud.
3. Sikap atau rasionalisasi (rationalize). Seperti mencontoh atasan atau teman
sekerja, merasa sudah berbuat banyak kepada perusahaan, menganggap bahwa yang diambil tidak seberapa dan hanya sekadar meminjam, pada waktunya akan dikembalikan.
Pendorong/paksaan (pressure)
Kesempatan (opportunity) Sikap/rasionalisasi(rationalize)
(43)
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan merupakan sesuatu yang harus dijaga oleh internal audit agar tidak terjadi dengan pemeriksaan yang dilakukan secara periodik. Peran utama dari auditor internal dalam mencegah kecurangan, yaitu berupaya menghilangkan atau mengeliminir sebab-sebab timbulnya kecurangan tersebut. Ada dua jenis kecurangan, yaitu :
1) Eksternal, kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap perusahaan.
2) Internal, tindakan yang ilegal dari karyawan, manajer dan eksekutif
terhadap perusahaan tempat mereka bekerja.
2.1.4.1.Faktor Pendorong Terjadinya Kecurangan atau fraud
Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran terhadap tindakan tersebut.Karni (2000) menyatakan pendapatnya tentang faktor pendorong terjadinya kecurangan adalaha sebagai berikut:
1. Lemahnya pengendalian internal, yaitu:
a. Manajemen tidak menekankan perlunya peranan pengendalian internal
b. Manajemen tidak menindak pelaku kecurangan
c. Manajemen tidak mengambil sikap dalam hal terjadi conflict interest
d. Auditor internal tidak diberi wewenang untuk menyelidiki para eksekutif
(44)
2. Tekanan keuangan terhadap seseorang, yaitu :
a. Banyaknya utang
b. Pendapatan rendah
c. Gaya hidup mewah
3. Tekanan non finansial, yaitu :
a. Tuntutan pimpinan diluar kemampuan bawahan
b. Direktur utama menetapkan suatu tujuan yang harus dicapai tanpa
dikonsultasikan dengan bawahannya
c. Penurunan penjualan
4. Indikasi lain, yaitu :
a. Lemahnya kebijakan penerimaan pegawai
b. Meremehkan integritas pribadi
c. Kemungkianan koneksi dengan organisasi kriminal
2.1.4.2.Faktor Pencegahan Kecurangan
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan oleh auditor internal unuk mencegah kecurangan (Amrizal, 2004), yaitu:
1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik, yaitu:
a. Lingungan pengendalian mencakup integritas dan nilai etika, komitmen
terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, kebijakan dan praktik sumber daya manusia
(45)
b. Penaksiran risiko (risk assessment) adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membenuk satu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
c. Standar pengendalian (control activities) adalah kebijakan dari prosedur
yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan dengan penelaahan terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik dan pemisahan tugas
d. Informasi dan komunikasi (information and communication), yaitu:
pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang dan ekuitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.
e. Pemantauan (monitoring) adalah proses penentuan mutu kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.
(46)
2. Mengefektifkan akitivitas pengendalian
a. Review kineja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya
dibandingkan dengan anggaran, prakiraan atau kinerja periode sebelumnya, menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi atau keuangan satu sama lain, bersama dengan analisis atas hubungan dan tindakan penyelidikan dan perbaikan, dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer kredit atas laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan pinjaman.
b. Pengolahan informasi
Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas
pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum (general
control) dan pengendalian aplikasi (application control). Pengendalian umum biasanya mencakup pengendalian atas operasi pusat data, pemrosesan dan pemeliharaan perangkat lunak sistem, keamanan akses, pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi. Pengendalian ini berlaku
untuk mainframe, mini computer dan lingkungan pemakai akhir (end
user). Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi adalah
sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat.
c. Pengendalian fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva, penjagaan yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan, otorisasi untuk akses ke program komputer dalam data
(47)
file, perhitungan secara periodik dan pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan pengendalian.
d. Pemisahan tugas
Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otorisasi, pencatatan transaksi, penyelenggaraan penyimpanan aktiva ditujukan unuk mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan tugasnya dalam keadaan normal.
3. Meningkatkan kultur organisasi
Meningkatkan kultur organisasi dapat dilakukan dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara kesluruhan prinsip-prinsip dasar tersebut adalah: keadilan
(fairness), transparansi, akuntabilitas (accountability), tanggng jawab
(responsibility), moralitas, keandalan (reliability), dan komitmen.
4. Mengefekifkan fungsi internal audit
Internal audit manual yang berguna untuk mencegah terjadinya penyimpangan, menentukan standar untuk mengukur dan meningkatkan performa, memberi keyakinan bahwa hasil akhir departemen internal audit seseuai dengan requirement dari internal audit director.
(48)
5. Menciptakan struktur penggajian yang pantas.
6. Mengadakan rotasi dalam melakukan audit agar tidak terjadi kolusi antar
manajemen dengan auditor internal.
7. Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan dan
memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
8. Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapat kesulitan baik
dalam hal keuangan maupun non keuangan.
9. Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberian-pemberian dari luar
harus diinformasikan dan dijelaskan pada orang-orang yang dianggap perlu agar jelas mana yang hadiah mana yang berupa sogokan dan mana yang resmi.
10.Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi kecurangan
karena kecurangan sulit ditemukan dalam pemeriksaan yang biasa-biasa saja.
11.Menyediakan saluran-saluran untuk melaporkan telah terjadinya kecurangan
hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses pada jalur yang benar.
2.1.5.Perusahaan Pembiayaan
Pengertian perusahaan pembiayaan menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 ayat (5) Keppres Nomor : 61 Tahun 1988 juncto Pasal 1 angka (c) Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, disebutkan bahwa perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Akan tetapi berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 448/KMK.017/2000 Tentang Perusahaan
(49)
Pembiayaan, lembaga pembiayaan yang dapat dijalankan oleh suatu perusahaan
pembiayan hanyalah sewa guna usaha atau leasing, anjak piutang atau factoring,
usaha kartu kredit atau credit card dan pembiayaan konsumen atau consumer
finance.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.12/2006 tentang Perusahaan pembiayaan (PMK-84), memuat definisi Perusahaan pembiayaan sebagai badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. Ada 2 (dua) bentuk badan usaha dalam mendirikan Perusahaan pembiayaan yaitu badan hukum Perseroan Terbatas atau Koperasi. Sementara pihak – pihak yang dapat yang dapat mendirikan Perusahaan pembiayaan meliputi:
a. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia; atau
b. Badan hukum asing dan warga negara indonesia dan atau badan hukum
Indonesia atau usaha patungan.
Adapun Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan atau leasing,
1. Sewa guna usaha atau leasing merupakan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi atau finance lease, maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi atau
operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha atau lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.
2. Anjak piutang atau factoring adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
(50)
berikut pengurusan atas piutang tersebut. penjual piutang atau client
adalah perusahaan yang menjual piutang dagang jangka pendek kepada perusahaan pembiayaan.
3. Usaha kartu kredit atau credit card adalah kegiatan pembiayaan untuk
pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. Kegiatan usaha dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu kredit yang dapat dimanfaatkan oleh pemegangnya untuk pembelian barang dan atau jasa. Kegiatan usaha kartu kredit sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran wajib mengikuti ketentuan Bank Indonesia.
4. Pembiayaan konsumen atau consumer finance adalah kegiatan
pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Pada perusahaan pembiayaan mekanisme pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen pada umumnya yaitu harus melalui tahap – tahap yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan pembiayaan kepada konsume
1) Tahap Permohonan
Untuk dapat memperoleh fasilitas pembiayaan konsumen berupa barang–barang yang dibutuhkan oleh konsumen, debitur (konsumen) biasanya sudah mempunyai usaha yang baik dan atau mempunyai pekerjaan yang tetap serta berpenghasilan yang memadai. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh debitur atau konsumen untuk
(51)
dapat mengajukan permohonan fasilitas pembiayaan konsumen, yaitu:
a. Foto copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) calon peminjam
b. Foto copy KTP suami atau isteri calon peminjam
c. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
d. Kartu keluarga atau surat nikah bagi konsumen yang telah
menikah
e. Slip gaji atau surat keterangan gaji, jika calon peminjam bekerja.
f. Rekening listrik, rekening telepon atau rekening air (PDAM)
g. Surat keterangan lainnya yang diperlukan
Permohonan pembiayaan konsumen biasanya dilakukan oleh debitur atau konsumen ditempat dealer atau supplier penyedia kendaraan bermotor kebutuhan konsumen yang telah bekerjasama dengan perusahaan pembiayaan.
2) Tahap Pengecekan dan Pemeriksaan Lapangan
Berdasarkan aplikasi dari pemohon, marketing department akan
melakukan pengecekan atas kebenaran dari pengisian formulir aplikasi tersebut dengan melakukan analisa dan evaluasi terhadap data dan informasi yang telah diterima, yang kemudian dilanjutkan
dengan kunjungan ke tempat calon peminjam atau plan visit,
melakukan pengecekan ke tempat lain atau credit checking dan
melakukan observasi secara umum atau khusus lainnya. Tujuan dari pemeriksaan lapangan adalah untuk memastikan keberadaan debitur dan memastikan akan barang kebutuhan konsumen, untuk
(52)
mempelajari keberadaan barang kebutuhan konsumen yang dibutuhkan oleh debitur terutama harga kredibilitas supplier atau pemasok dan layanan purna jual, untuk menghitung secara pasti berapa besar tingkat kebenaran laporan calon debitur dibandingkan dengan laporan yang telah disampaikan.
3) Tahap Pembuatan Customer Profile
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, marketing department akan
membuat customer profile yang isinya akan menggambarkan tentang:
a. Nama calon debitur dan isteri atau suami
b. Alamat dan nomor telepon
c. Nomor KTP
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ikhtisar tinjauan penelitian terdahulu tercantum pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul penelitian Variabel Hasil penelitian
1. Rini, dkk
(2013) Pengaruh audit manajemen dan pengendalian intern Terhadap kinerja perusahaan dengan good corporate Governance sebagai variabel intervening Independen: Audit manajemen, pengendalian intern Dependen: Kinerja perusahaan endogen: GCG Adanyahubungan secara langsung audit manajemen, pengendalian intern, dan prinsip-prinsip good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial maupun simultan; secara tidak langsung audit manajemen dan pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui
prinsip-prinsip good corporate governance
(53)
2. Gusnardi (2009)
Pengaruh peran komite audit, pengendalian internal, Audit internal dan pelaksanaan tata kelola perusahaan terhadap pencegahan kecurangan Independen; Komite audit, pengendalian intern, audit internal Dependen: Pencegahan kecurangan Endogen: Tata kelola perusahaan
Peran komite audit, pengendalian internal, audit internal dan pelaksanaan tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan, artinya peran yang optimal dari komite audit, penerapan pengendalian internal, audit internal dan pelaksanaan tata kelola perusahaan dapat mencegah terjadinya kecurangan
3. Claudia,dkk
(2013) Pengaruh Kinerja Auditor Internal terhadap Efektivitas Pengendalian Internal Prosedur Kredit Kendaraan Bermotor pada Perusahaan Pembiayaan di Kota Manado. Independen: Kinerja auditor Dependen: Pengendalian intern
Pengelolaan fungsi audit internal, lingkup penugasan, perencanaan penugasan, pelaksanaan penugasan, komunikasi hasil penugasan, pemantauan tindak lanjut dan resolusi penerimaan resiko oleh manajemen berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Pengendalian Internal Prosedur Kredit dengan besar kontribusi 58,8%
4. Marcellina,
dkk (2009) Pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme Terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud)
Independen: Pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme Dependen: kemampuan auditor mendeteksi kecurangan Pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme yang merupakan sikap minimal yang harus dimiliki auditor terhadap kemampuannya dalam mendeteksi kecurangan yang dapat terjadi pada audit yang dilakukannya
5. Deloitte
(2012)
The Internal Audit fraud Challenge
Auditor, fraud Menyimpulkan bahwa
perusahaan harus membuka ruang dalam mencegah kecurangan, dengan mengedapankan peran dan tanggung jawab audit internal .
(54)
6. Evren (2012)
Auditors’ perception of fraud prevention measures:
Evidence from turkey
Auditor, pencegahan kecurangan
Langkah-langkah pencegahan kecurangan, adalah menetapkan kode etik perusahaan , komite audit
dan auditor yang efektif .
7. Jonathan,
dkk (2013)
Effectiveness of internal auditor in controlling fraud and other financial
irregularities in private universities in south-west, nigeria.
Audit Internal,
fraud, keuangan, Sistem pengendalian internal Menyimpulkan bahwa laporan auditor internal yang relevan dalam mengungkap berbagai kecurangan (fraud) terkait keuangan.
8. Bierstaker,
dkk (2004)
Internal Auditors' Fraud Prevention And Detection Methods Auditor, pencegahan dan deteksi kecurangan. Meneliti beberapa perusahaan di USA, yaitu Perbankan , Jasa keuangan, Ritel, Utilitas, Perawatan kesehatan, Pendidikan, Manufaktur, Transportasi, Service, Asuransi,
Telekomunikasi, menunjukkan bahwa audit operasional , pengendalian internal yang cukup umum digunakan untuk memerangi kecurangan, tanpa
menggunakan software
fraud.
(55)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1.Kerangka Konseptual
Penelitian yang dilakukan Rickard (1993) menyebutkan bahwa Internal
Audit berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan fraud yang terjadi di
suatu organisasi. Albercht (2002) menyatakan bahwa not everyone is honet,
seandainya semua orang jujur maka perusahaan tidak perlu waspada dengan
tindakan fraud. Akan tetapi banyak orang mengaku telah melakukan tindakan
fraud ketika lingkungan tempat mereka bekerja memiliki integritas yang rendah, kontrol yang rendah dan tekanan yang tinggi, hal ini akan memicu orang
berprilaku tidak jujur. Tindakan fraud dapat dicegah dengan cara menciptakan
budaya kejujuran, sikap keterbukaan dan meminimalisasi kesempatan untuk melakukan tindakan fraud.
Praktik kecurangan dalam perusahaan dapat dicegah dan dibasmi dengan adanya komitmen yang tinggi untuk tidak melakukan berbagai bentuk kecurangan dari masing-masing individu pelaku, manajemen maupun pihak yang lain yang juga terlibat. Selain itu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah kecurangan termasuk dengan mengefektifkan pengendalian internal namun jika sikap komitmen yang tinggi terhadap pemberantasan segal praktik kecurangan tidak terlaksana maka semua langkah pemberantasan yang ditempuh tidak akan berguna.
Sebelum auditor melaksanakan audit secara mendalam, auditor internal harus memahamiterlebih dahulu struktur pengendalian intern yang digunakan
(56)
dalam suatu perusahaan. Untukdapat memahaminya, harus diketahui juga unsur-unsur pengendalian intern yang akanmempengaruhi kegiatan pelaksanaan audit,
yaitu penyelenggaraan internal control berbasisframework COSO, Arens (2008).
Pada dasarnya tujuan audit internal adalah untuk membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk itu auditor internal akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran-saran. Tujuan audit mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar. Auditor internal merupakan bagian dari organisasi yang integral dan menjalankan fungsinya berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior atau dewan direksi. Untuk dapat melaksanakan audit internal yang memadai, para auditor internal sebaiknya berpedoman kepada norma-norma praktek profesional audit internal (Tugiman, 2006).
Pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya (Arens, 2008). Hal ini berarti bahwa pengendalian intern memiliki pengaruh yang besar terhadap kelangsungan perusahaan, dengan sistem pengendalian intern yang baik, maka perusahaan dapat melaksanakan seluruh aktifitasnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, jika tujuan perusahaan telah tercapai berarti tindakan karyawan telah sesuai dengan peraturan dan tidak ada tindakan yang merugikan perusahaan. Faktanya beberapa tindakan kecurangan terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem pengendalian internal.
Menurut Sawyer (2008) fungsi dari pengendalian intern untuk mencegah, mendeteksi hal-hal yang tidak diinginkan serta mengarahkan terhadap hal-hal
(57)
yang diinginkan. Pengungkapan informasi perusahaan secara transparan menjadi salah satu sarana untuk menerapkan sistem pengendalian internal perusahaan dengan sistem pengendalian internal yang efektif perusahaan dapat terhindar dari kerugian yang besar. Tanpa sistem pengendalian internal yang efektif, kendala atau resiko yang dapat menyebabkan kerugian besar dapat berlangsung lama tanpa terdeteksi oleh pemilik perusahaan
Pencegahan kecurangan padaumumnya adalah aktivitas yangdilaksanakan manajemen dalam halpenetapan kebijakan, sistem dan proseduryang membantu meyakinkan bahwatindakan yang diperlukan sudahdilakukan manajemen, dan personil lainperusahaan untuk dapat memberikankeyakinan memadai dalam mencapai tigatujuan pokok yaitu ; keandalan pelaporankeuangan, efektivitas dan efisiensi operasiserta kepatuhan terhadap hukum danperaturan yang berlaku (COSO, 1992).
Kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara lain dengan cara membangun struktur pengendalian intern yang baik. Agar tujuan yang telah
ditetapkan topmanagement dapat dicapai, keamanan harta perusahaan terjamin
dan kegiatan operasi bisa dijalankan secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan struktur pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah kecurangan. Dalam memperkuat pengendalian, Amrizal (2004) bependapat dengan menggunakan lima komponen yang ada pada COSO untuk melakukan pengendalian intern akan jauh lebih efektif dikarenakan adanya manajemen risiko
didalam pelaksanaanya. Mengefektifkan aktivitas pengendalian seperti review
kinerja, pengelolaan informasi, pengendalian fisik, pemisahan tugas juga diperlukan.
(58)
Kerangka konseptual dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan dan mengungkapkan katerkaitan antara variabel yang akan diteliti, berdasarkan batasan, rumusan masalah, latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan diatas dapat dijelaskan bahwa untuk pencegahan kecurangan yang terjadi pada suatu perusahaan, peran auditor internal dan penerapan sistem pengendalian intern harus efektif agar kinerja perusahaan dapat tercapai.
Berdasarkan latar belakang penelitian, landasan teori dan masalah penelitian, maka penulis mengembangkan kerangka konsep yang diuji secara simultan dan parsial sebagaimana terlihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual dengan Variabel Intervening
Peran Auditor Internal (X1)
Pencegahan Kecurangan (Z)
Pengendalian Intern (X2)
Kinerja Perusahaan (Y)
(59)
3.2.Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono,2008). Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah :
H1 : Peran auditor internal, pengendalian intern dan pencegahan kecurangan
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial dan simultan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
H2 : Peran auditor internal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui
pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
H3 : Pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui
pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
(60)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausal (causal
effect), yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan secara faktual tentang hubungan dan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Erlina (2011) menyebutkan penelitian kausal bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel.
Erlina (2011) menyatakan bahwa penelitian yang bertujuan untuk menentukan pola sebab akibat harus mengenali ada atau tidak adanya faktor-faktor penyebab, menentukan tingkat sebab-akibat yang tepat atau rangkaian kejadian, mengukur variasi antara sebab akibat. Peneliti kausal ini disain untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh peran auditor internal dan pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan pembiayaan pencegahan kecurangan sebagai variabel intervening.
4.2.Lokasi Penelitian
Dilatarbelakangi dengan tempat, waktu yang dimiliki oleh peneliti maka akan dilakukan pada perusahaan pembiayaanyang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI)yang berkantor pusat di Jakarta, waktu
penelitian dimulai dari bulan Mei 2014 sampai dengan Juli 2014. Schedule
(1)
3. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.077 3.416 2.364 .022
X_1 .001 .062 .002 .010 .992
X_2 -.070 .049 -.224 -1.427 .160
Z -.034 .049 -.117 -.691 .493
(2)
Lampiran 10 Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Pertama
1.
Koefisien Determinasi (R
2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .731a .535 .506 2.401
a. Predictors: (Constant), X_1, X_2, z
b. Dependent Variable: Y
2.
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 324.505 3 108.168 18.761 .000a
Residual 282.514 49 5.766
Total 607.019 52
a. Predictors: (Constant), X_1, X_2, Z
b. Dependent Variable: Y
3. Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.058 5.819 1.385 .172
X_1 .194 .105 .216 1.839 .072
X_2 .335 .084 .450 4.009 .000
Z .164 .084 .236 1.953 .057
(3)
Hipotesis Kedua
1.Pengujian Pertama
ANOVA
bModel
Sum of
Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
164.145
1
164.145
18.902
.000
aResidual
442.874
51
8.684
Total
607.019
52
a. Predictors: (Constant), X_1
b. Dependent Variable: Y
Coefficients
aModel
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error
Beta
Toleranc
e
VIF
1
(Constant)
22.207
6.306
3.522
.001
X_1
.467
.108
.520 4.348
.000
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Y
(4)
(5)
Hipotesis Ketiga
1.Pengujian Pertama
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .646a .417 .405 2.635
a. Predictors: (Constant), X_2
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 253.019 1 253.019 36.452 .000a
Residual 354.000 51 6.941
Total 607.019 52
a. Predictors: (Constant), X_2
b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 19.687 4.962 3.967 .000
X_2 .480 .080 .646 6.038 .000
(6)
2.Pengujian Kedua
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .461a .213 .198 4.425
a. Predictors: (Constant), X_2
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 270.213 1 270.213 13.800 .001a
Residual 998.618 51 19.581
Total 1268.830 52
a. Predictors: (Constant), X_2
b. Dependent Variable: Z
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 26.179 8.334 3.141 .003
X_2 .496 .134 .461 3.715 .001