Evaluasi sistem pengendalian intern pemberian kredit : studi kasus pada BPR Karangwaru Pratama - USD Repository

  

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PEMBERIAN KREDIT

(Studi Kasus pada BPR Karangwaru Pratama)

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

  Oleh: Tri Resnawati

  NIM : 002114132

  

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto ¤ Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya ( Pengkhotbah 3 : 11a) ¤ Dalam kesesakan aku telah ber ser u kapada Tuhan. Tuhan telah menjawab aku dengan member i kelegaan ( Mazmur 118 : 5 ) PERSEMBAHAN ¤ Jesus Chr ist ¤ Papaku di Sur ga dan Mamaku ter cinta. ¤ Mbak Ayiek, Mbak Ely, Adek Eni ¤ My Tweety: M’ndut.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 31 Oktober 2006 Penulis

  Tri Resnawati

  

ABSTRAK

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PEMBERIAN KREDIT

Studi kasus pada BPR Karangwaru Pratama

Tri Resnawati

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2006

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) untuk mengetahui gambaran secara jelas dan lengkap mengenai keefektifan sistem pengendalian intern pemberian kredit, (2) untuk mengetahui prosedur-prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR Karangwaru Pratama. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2005 sampai dengan bulan Januari 2006.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan kuesioner. Untuk menjawab permasalahan pertama adalah dengan membuat kuesioner pengendalian intern, memberikan kuesioner pengendalian intern, mengumpulkan data kuesioner, menyimpulkan hasil kuesioner kemudian melakukan pengujian kepatuhan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian kepatuhan ini adalah: (1) menentukan attribute yang diperiksa; (2) menentukan DUPL dan tingkat keandalan; (3) menentukan sampel pertama yang harus diambil menurut tabel besarnya sampel minimum; (4) membuat tabel Stop-

  

or-Go Decision ; (5) evaluasi hasil pemeriksaan terhadap tabel. Sedangkan untuk

  menjawab permasalahan kedua adalah dengan mendeskripsikan prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR Karangwaru Pratama kemudian membandingkan dengan teori prosedur pemberian kredit.

  Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa pengujian pengendalian intern pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR Karangwaru Pratama sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya kriteria-kriteria yang ada dan dari hasil pengujian kepatuhan terhadap sampel dimana tidak ada penyimpangan dan DUPL=AUPL. Sedangkan prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR Karangwaru Pratama sudah sesuai dengan kajian teori yang ada. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan tahap-tahap pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR Karangwaru Pratama.

  

ABSTRACT

AN EVALUATION OF INTERNAL CONTROL SYSTEM

  

IN CREDIT EXTENSION

A Case Study at BPR Karangwaru Pratama

Tri Resnawati

Sanata Dharma University

  

Yogyakarta

2006

  The objectives of this research were to: (1) find out a clear and complete description concerning on the effectiveness of internal control system of credit extension, (2) to find out the procedure of credit extension conducted by BPR Karangwaru Pratama. This research conducted in December 2005 to January 2006.

  The data collection techniques used in this research were interview, observation, and questionnaire. The first problem was answered by making questionnaire on internal control, giving internal control questionnaire, collecting questionnaire data, concluding the questionnaire result then conducting compliance test. The steps done in doing compliance test were: (1) determining the observed attribute; (2) determining the DUPL and the reliable level; (3) determining the first sample should be taken according to table of the minimum sample ma gnitude; (4) setting the Stop-or-Go Decision table; (5) evaluating the result test. While the second problem was answered by decribing the credit extension procedures by BPR Karangwaru Pratama, then comparing it with the one in theoretical review.

  Based on the data analysis results, it could be taken a conclusion that the internal control of credit extension conducted by BPR Karangwaru Pratama was already effective. It could be seen from the fullfilled criteria and from the compliance test result toward the samples where there was no deviation and DUPL=AUPL. While the credit extension procedures by BPR Karangwaru Pratama was already in line with the one in theoretical review. It could be seen from the implementation of the steps in credit extension done by BPR Karangwaru Pratama.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas karunia dan kasih-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “ Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Studi Kasus pada BPR Karangwaru Pratama”.

  Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari para pihak, maka penulisan ini tidak dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada yang terhormat:

  1. Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Ir. Drs. Hansiadi YH., M.Si., Akt, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Ibu Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Akt, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Lisia Apriani, S.E., M.Si., Akt, selaku dosen pembimbing II yang

  5. Segenap Dosen dan Karyawan dilingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  6. Bapak Ir. Subagyo Nugroho, selaku Direktur BPR Karangwaru Pratama Sleman, Yogyakarta.

  7. Mbak Alit T. Subekti, selaku customer service BPR Karangwaru Pratama yang telah bersedia bekerja sama dan memberikan informasi atau data-data yang diperlukan dalam penelitian.

  8. Papaku yang ada di surga dan Mamaku tercinta yang telah memberikan cinta, kasih sayang, perhatian serta dukungan moral hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  9. Kakak-kakakku: Mbak Ayiek, Mas Nalin, Mbak Ely, Mas Sunu, dan Adikku Eni serta keponakanku tercinta: Bima dan Gavriel atas segala dukungannya.

  10. Kekasihku Danang yang telah memberikan banyak perubahan dalam hidupku dan telah menbuatku kuat dalam menghadapi segala cobaan.

  11. Lupi, Bruno, Lui dan Ndut Jr, yang telah memberikan kebahagiaan dan selalu menemaniku.

  12. Om Ahi yang mau menjadi papa buatku dan atas segala perhatian, kasih sayang, dan ketulusannya.

  13. Sahabat terbaikku: Kiki dan Acong, terima kasih telah menjadi saudaraku.

  14. Sahabat-sahabatku: Ela, Tatik, Fika, Wiwied, dan Ivone, terima kasih untuk persahabatan yang indah, perhatian, dan kebersamaan kita.

16. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

  Untuk itu kepada seganap pembaca yang budiman diharapkan kritk dan saran dari kesempurnaan skripsi ini, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

  Yogyakarta, 31 Oktober 2006 Penulis

  Tri Resnawati

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL …………........................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………...... ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………….......................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………….…………. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………..…. v ABSTRAK …………………………………………………………………… vi ABSTRACT ………………………………………………………..………... vii KATA PENGANTAR …..……………………………………........................ viii DAFTAR ISI …………………………………………………………….…… xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xvi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...……. xviii

  BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………………….….. 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………........ 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………...……….. 2 C. Tujuan Penelitian ………………………...……………………... 2 D. Manfaat Penelitian ……………………...………………………. 3 E. Sistematika Penulisan ………………………...………………… 4 BAB II: LANDASAN TEORI ………………………………………..……... 5

  2. Definisi Sistem dan Prosedur ……………………………….. 6 B. Pengendalian Intern …………………………………………….. 8 1.

  Pengertian Pengendalian Intern…………...……………….... 8 2. Macam-macam Pengendalian Intern ……………….………. 9 3. Sasaran Pengendalian Intern ………………….……………. 9 4. Komponen Pengendalian Intern ………...………………….. 10 5. Elemen-elemen Pengendalian Intern …………...…………... 13 6. Keterbatasan Pengendalian Intern ……………….………..… 16 7. Pengujian Pengendalian ……………………....…………….. 17 8. Penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam Perbankan ………………………………………….… 23

  C.

  Perbankan ………………………………………………………. 25 1.

  Pengertian Bank …………………………………………….. 25 2. Pembagian Bank ……………………………………………. 26 D. Perkreditan ……………………………………………………… 27 1.

  Pengertian Kredit …………………………………...………. 27 2. Fungsi Kredit ……………………………………….………. 27 3. Jenis-jenis Kredit …………………………………………… 31 4. Penilaian Resiko Kredit …………………………………….. 32 5. Kebijakan Perkreditan ………………………………………. 34 6. Pemeriksaan Kredit …………………………………………. 40

  BAB III: METODE PENELITIAN ………………………..…………............ 44 A. Jenis Penelitian …………………………...................................... 44 B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………...…………… 44 C. Obyek dan Subyek Penelitian …………………………………... 44 D. Data yang Dikumpulkan ………………………………………… 45 E. Cara Pengumpulan Data ………………………………………… 45 F. Teknik Analisis Data ……………………………………………. 46 BAB IV: GAMBARAN UMUM BANK …………………………………….... 56 A. Sejarah Berdirinya BPR Karangwaru Pratama …………….……. 56 B. Lokasi BPR Karangwaru Pratama …………………………….… 58 C. Struktur Organisasi ……………………………………………… 58 D. Produk BPR Karangwaru Pratama ……………………………… 62 E. Personalia ……………………………………………………….. 63 BAB V: DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA …………………………..….. 64 A. Unsur-unsur Pokok Sistem Pengendalian Intern ……………..…. 64 1. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tangung Jawab Fungsional Secara Tegas ……………………………………. 64 2. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan Perlindungan yang Cukup …………………….. 66 3. Praktek yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Tiap Bagian Organisasi …………………..………….. 68

  B.

  Efektivitas Sistem Pengendalian Intern dalam Sistem Pemberian Kredit ……………………………...………… 72 1.

  Menentukan Attribute yang Akan Diperiksa untuk Menguji Efektivitas Pengendalian Intern …………….………72 2. Menentukan DUPL dan Tingkat Keandalan …..……………. 73 3. Menentukan Sampel Pertama yang Harus Diambil

  Menurut Tabel Besarnya Sampel Minimum…………………. 73 4. Pemeriksaan Terhadap 60 Sampel Pertama …………………. 73 C.

  Prosedur Perkreditan …………………………………………… 77 1.

  Kredit Menurut Jenisnya …………………………………….. 77 2. Kredit Menurut Penggunaannya ……………………..……… 78 3. Unit yang Terkait dalam Pemberian Kredit …………………. 79 4. Dokumen dan Catatan yang digunakan

  Dalam Pemberian Kredit ……………………………………. 82 5. Prosedur Pemberian Kredit ……………………………...……86 D.

  Pembahasan …….…………………………………………..…… 95

  BAB VI: KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ……………….. 98 A. Kesimpulan ………………………………………………...…..... 98 B. Keterbatasan ………………………………………….………….. 99 C. Saran ……………………………………………………..………101

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN: LAMPIRAN 1 : Kuesioner………………………………………..………….. 103 LAMPIRAN 2 : Surat Permohonan Kredit ………..………...………………. 106 LAMPIRAN 3 : Surat Persetujuan …….…………………………………….. 107 LAMPIRAN 4 : Denah Rumah Nasabah .…………………………………… 108 LAMPIRAN 5 : Formulir Analisis Kredit ……...…………………………… 109 LAMPIRAN 6 : Permohonan Droping Fasilitas Kredit …………………….. 110 LAMPIRAN 7 : Slip Setoran …………..…………..……………………….. 111 LAMPIRAN 8 : Check List File Kredit ..……..………….…………………. 112 LAMPIRAN 9 : Surat Keterangan …..……………………………………… 113

  DAFTAR TABEL

  Tabel III.1 Besarnya Sampel Minimum Untuk Pengujian Pengendalian (Zero Expected Occurrences) ………………………………........ 48

  Tabel III.2 Stop-or-Go Decision ………..………………………………..….. 50 Tabel III.3 Attribute Sampling Table For Determining Stop-or-Go Sampling

  Size and Upper Precision Limit Population Occurrence Rate Based

  ……….………………………………………. 51

  On Sample Result

  Tabel V.1 Ringkasan Hasil Analisis Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional Secara Tegas ………………………………………………….…. 65

  Tabel V.2 Ringkasan Hasil Analisis Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan Perlindungan yang Cukup …………………………………...…... 67

  Tabel V.3 Ringkasan Hasil Analisis Praktek yang Sehat Dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Tiap Ba gian Organisasi ………………………………………….. 69

  Tabel V.4 Ringkasan Hasil Analisis Karyawan yang Mutunya Sesuai Dengan Tanggung Jawabnya ……………………………..71

  Tabel V.5 Hasil Analisis Kepatuhan Efektivitas Pengendalian Intern Sistem Pemberian Kredit …………………………………. 73

  Tabel V.6 Ringkasan Analisis Terhadap Unit-unit yang Terkait Dalam Pemberian Kredit di BPR Karangwaru Pratama ……………………………...…….. 81

  Tabel V.7 Ringkasan Analisis Terhadap Dokumen dan Catatan Akuntansi yang Digunakan oleh Bank Dalam Sistem Pemberian Kredit ………………………………..………. 84

  Tabel V.8 Ringkasan Analisis Terhadap Prosedur-prosedur yang Digunakan Dalam Sistem Pemberian Kredit Di BPR Karangwaru Pratama ……………………………..…….. 89

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar IV.1 Bagan Struktur Organisasi BPR Karangwaru Pratama …….…..59 Gambar V.9 Bagan Alir Sistem Pemberian Kredit

  BPR Karangwaru Pratama ………………………………..…… 90

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pembangunan ekonomi nasional merupakan masalah

  yang mempunyai peranan dalam mewujudkan cita-cita Indonesia. Bank memegang peran yang sangat penting untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional lewat pengumpulan dana dari masyarakat. Selain itu bank juga diharapkan dapat mendukung kontinuitas pelaksanaan pembangunan.

  Kondisi bank yang sehat sangat diharapkan oleh semua pihak. Banyak orang memiliki kepentingan terhadap kasehatan bank antara lain pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia sendiri selaku pembina dan pengawas bank. Untuk itu penilaian tingkat kesehatan BPR dimaksudkan sebagai tolak ukur bagi manajemen BPR untuk menilai apakah pengelolaan BPR telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, selain itu juga bermaksud menjadi tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan BPR baik secara individu maupun perbankan keseluruhan.

  Untuk menekankan terjadinya kesalahan atau penyelewengan dalam batas-batas yang layak dan kalaupun kesalahan dan penyelewengan terjadi, hal itu dapat diketahui dan langsung diatasi dengan cepat melalui pengendalian mengecek ketelitian dan dapat dipercaya tidaknya data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Adapun tujuan pokok dari penge ndalian intern adalah (1) menjaga kekayaan organisasi, (2) mengecek ketelitian dan dapat dipercaya tidaknya data akuntansi, (3) mendorong efisiensi, (4) mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. (Mulyadi, 1993: 165-166). Tujuan pertama dan kedua dikelompokkan sebagai pengendalian akuntansi yang berhubungan langsung dengan keandalan catatan akuntansi dan laporan keuangan. Sedangkan untuk tujuan ketiga dan keempat dikelompokkan sebagai pengendalian administratif yang meliputi kebijakan dan prosedur yang terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

B. Rumusan Masalah

  Masalah yang ingin diteliti adalah : 1.

  Apakah sistem pengendalian intern pemberian kredit yang dilaksanakan oleh BPR Karangwaru Pratama sudah efektif?

2. Apakah prosedur-prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR

  Karangwaru Pratama sudah sesuai dengan kajian teori? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah : 1.

  Untuk mengetahui gambaran secara jelas dan lengkap mengenai sistem pengendalian intern pemberian kredit di BPR Karangwaru Pratama.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi BPR Karangwaru Pratama Sebagai bahan masukan untuk mendukung kemajuan usaha bank dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam rangka pemilihan debitur.

  2. Bagi Universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya dan menjadi salah satu informasi yang dapat memperkaya wawasan dalam bidang akuntansi serta dapat menambah kepustakaan bagi universitas.

  3. Bagi Penulis Melatih diri untuk belajar menganalisis suatu masalah dan menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan praktek-praktek yang sesungguhnya terjadi di perusahaan.

E. Sistematika Penulisan

  Bab I Pendahuluan Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Dalam bab ini berisi tentang landasan teori yang relevan dengan permasalahan yang diangkat. Bab III Metodologi Penelitian Dalam bab ini berisi mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik pengumpulan data, data yang diperlukan dan teknik analisis data.

  Bab IV Gambaran Umum Bank Dalam bab ini berisi tentang sejarah berdirinya bank, lokasi bank, struktur organisasi, produk bank, dan personalia. Bab V Deskripsi dan Analisis Data Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian, analisis data dan pembahasannya. Bab VI Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran Dalam bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan, keterbatasan-keterbatasan penelitian serta saran yang diharapkan dapat berguna bagi bank.

BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Akuntansi 1. Definisi Sistem Akuntansi Menurut Mulyadi (1993: 4): “Sistem akuntansi adalah organisasi

  formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh manajer guna memudahkan pengelolaan perusahaan”. Dalam definisi sistem akuntansi, formulir merupakan salah satu elemen sistem akuntansi. Formulir ini terdiri dari sub-sub sistem yang diberi nama prosedur. Oleh karena itu, dalam pembahasan sistem akuntansi perlu dibedakan pengertian sistem dan prosedur agar dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai berbagai sistem yang menghasilkan berbagai macam formulir yang diperoleh dalam sistem akuntansi. Adapun tujuan umum pekerjaan penyusunan sistem akuntansi adalah sebagai berikut : a.

  Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.

  b.

  Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya.

  c.

  Untuk memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengecekan intern, akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.

  d.

  Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

2. Definisi Sistem dan Prosedur

  Setiap pimpinan perusahaan diharapkan mengelola perusahaannya secara efektif dan efisien sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Suatu sistem akuntansi harus menjamin tersedianya data yang diperlukan untuk pimpinan perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan melaporkannya kepada pemilik, kreditur dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang direncanakan dengan baik harus dilengkapi dengan: a.

  Pengumpulan, pencatatan dan pelaporan data yang efisien b.

  Pengukuran setiap kegiatan perusahaan c. Pemberian wewenang dan tanggung jawab d.

  Pencegahan kesalahan dan kecurangan Setiap sistem akuntansi harus dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat setiap perusahaan, volume setiap jenis transaksi dan jumlah serta kemampuan pegawai yang ada. Agar lebih jelas terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai sistem. Mulyadi (1993: 6) menjelaskan “Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang

  Menurut Baridwan (1979: 1): “Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan”.

  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah cara yang dilaksanakan untuk melakukan aktifitas dengan tujuan supaya memudahkan manajemen dalam mengelola perusahaan berdasarkan informasi yang ada.

  Dalam membahas suatu sistem tidak akan lepas dari prosedur menurut Mulyadi (1993: 6) “Prosedur adalah suatu urutan kegiatan terikat, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.

  Menurut Baridwan (1979: 1): “Prosedur adalah suatu urut- urutan pekerjaan kerani, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi”.

  Jadi hubungan sistem dengan prosedur adalah sistem terdiri dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan dan prosedur terdiri dari operasi yang saling berhubungan”.

B. Pengendalian Intern 1.

  Pengertian Pengendalian Intern Pengendalian intern oleh AICPA (American Institute of Certified

  Public Accountants ), didefinisikan sebagai berikut :

  Menurut Baridwan (1979: 9) pengendalian intern adalah: Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat yang dikoordinasikan yang digunakan didalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa efisiensi didalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.

  Sedangkan definisi pengendalian intern menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 319; paragraf 06 adalah sebagai berikut: “Pengendalian intern (dapat juga disebut sebagai struktur pengendalian intern) adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.

  Definisi terakhir pengendalian intern yang diumumkan oleh the

  Committee of Auditing Prosedures yaitu sebagai berikut: Pengendalian

  intern terdiri atas rencana organisasi dan semua metode dan tindakan yang dikoordinasi, yang diterapkan dalam suatu perusahaan untuk mendorong ditaatinya segala kebijakan yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan (Soemita, 1992: 23).

  2. Macam-macam Pengendalian Intern Menurut tujuannya, pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua macam yaitu (Mulyadi, 1993: 166): a.

  Pengendalian Intern Akuntansi (Internal Accounting Control) Pengendalian intern akuntansi meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran- ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.

  b.

  Pengendalian Intern Administratif (Internal Administrative Control) Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran- ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

  3. Sasaran Pengendalian Intern Sasaran utama pengendalian intern seperti dinyatakan oleh The

  American Institute of Certified Public Accountants (Wilkinson, 1993: 198)

  adalah sebagai berikut: a.

  Melindungi aset perusahaan (sumberdaya, termasuk data dan informasi) b.

  Memastikan ketepatan dan keandalan data dan informasi akunting c.

  Mendorong efisiensi disemua operasi perusahaan d.

  Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen.

4. Komponen Pengendalian Intern

  Ada lima komponen yang saling terkait dalam pengendalian intern yaitu: a.

  Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menerapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup berikut ini: (1) Integritas dan nilai etika, (2) komitmen terhadap kompetensi, (3) partisipasi dewan komisaris atau komite audit, (4) filosofi dan gaya operasi manajemen, (5) struktur organisasi, (6) pemberian wewenang dan tanggung jawab, (7) kebijakan dan praktek sumber daya manusia.

  Lingkungan pengendalian yang efektif adalah lingkungan dimana terdapat sumber daya manusia yang kompeten, yang memahami tanggung jawabnya dan batasan atas wewenangnya, mengetahui, menghayati, dan memahami komitmen untuk malakukan hal yang tepat dengan cara yang benar, dan mempunyai komitmen b. Penaksiran Resiko Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Penaksiran resiko oleh manajemen harus mencakup pertimbangan khusus untuk resiko yang bisa muncul akibat perubahan-perubahan yang terjadi, seperti adanya bidang usaha baru dengan transaksi- transaksi yang baru yang prosedur akuntansinya belum begitu dipahami, perubahan standar akuntansi, perubahan undang-undang atau peraturan, revisi atas sistem atau digunakannya teknologi baru dalam pengo lahan informasi, perubahan cepat yang terjadi pada perusahaan sehingga pengolahan informasi dan fungsi pelaporan menjadi kewalahan, dan perubahan personil yang terlibat dalam pengolahan informasi dan fungsi pelaporan.

  c. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

  Lingkungan pengendalian menjadi pedoman dimana prosedur dan aktivitas pengendalian akan diterapkan. Aktivitas pengendalian (sistem dan prosedur) yang baik dapat menjadi tidak efektif jika diimpementasi menjadi efektif jika diimplementasikan oleh sumber daya manusia yang memiliki kompetensi teknis yang memadai dalam suatu organisasi dengan sistem nilai dan budaya kerja yang kondusif, yang didukung oleh manajemen senior yang memotivasi komitmen terhadap integritas dan etika.

  d. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi yang berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metoda dan catatan-catatan yang digunakan untuk mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisis, menggolongkan, mencatat, dan melaporkan transaksi perusahaan (termasuk pula kejadian-kejadian dan kondisi) dan menyelenggarakan pertanggung jawaban atas aktiva dan kewajiban yang bersangkutan. Sedangkan komunikasi menyangkut pemberian pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawab masing- masing individu berkenaan dengan struktur pengendalian intern atas pelaporan keuangan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. e.

  Pemantauan Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan bisa terjadi atas aktivitas yang sedang berlangsung. Seperti contoh, masalah yang berhubungan dengan struktur pengendalian intern bisa menjadi perhatian manajemen karena adanya pengaduan yang diterima dari konsumen mengenai kesalahan membuat faktur, atau dari pemasok yang berkaitan dengan masalah pembayaran. Pemantauan bisa juga dilakukan dengan evaluasi setiap akhir periode.

5. Elemen-elemen Pengendalian Intern

  Adapun unsur-unsur pengendalian intern menurut Mulyadi (1993: 166), meliputi: a.

  Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

  Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip- prinsip sebagai berikut:

  1) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi b.

  Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.

  Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.

  c.

  Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi tiap bagian organisasi.

  Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah :

  1) Penggunaan formulir yang bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang

  2) Pemeriksaan mendadak (Surprised Audit) dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, karyawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan 3)

  Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari satu orang atau unit organisasi lain

  4) Perputaran jabatan (Job Rotation) diadakan secara rutin untuk menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari

  5) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak

  6) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya

  7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek keefektifan elemen-elemen sistem pengendalian intern atau staf pemeriksa intern.

  d.

  Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

  Elemen karyawan yang bermutu merupakan elemen sistem pengendalian intern yang paling penting.

6. Keterbatasan Pengendalian Intern

  Pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris sehubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan. Dalam bukunya, Jusup (2001: 254) menyebutkan ada lima keterbatasan dari pengendalian intern yaitu: a.

  Kesalahan dalam pertimbangan Seringkali terjadi, manajemen dan personil lain melakukan pertimbangan yang kurang matang dalam pengambilan keputusan bisnis atau dalam melakukan tugas-tugas rutin karena kekurangan informasi, keterbatasan waktu dan penyebab lainnya.

  b.

  Kemacetan Kemacetan dalam pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena petugas salah mengerti dengan instruksi atau melakukan kesalahan karena kecerobohan, kebingungan atau kelelahan.

  c.

  Kolusi Kolusi atau persekongkolan yang dilakukan oleh seorang pegawai dengan pegawai lainnya, atau dengan pelanggan, atau pemasok, bisa terdeteksi oleh struktur pengendalian intern.

  d.

  Pelanggaran oleh manajemen Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan atau prosedur- prosedur untuk tujuan-tujuan tidak sah, seperti keuntungan pribadi, e.

  Biaya dan manfaat Biaya penyelenggaraan suatu struktur pengendalian intern seyogyanya tidak melebihi manfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian intern tersebut.

7. Pengujian Pengendalian

  Menurut Jusup (2001: 316) pengujian pengendalian adalah prosedur pengauditan yang dilakukan untuk menetapkan efektivitas perencanaan dan/atau pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian. Pengujian pengendalian dimaksudkan untuk menilai apakah kebijakan dan prosedur pengendalian sungguh-sungguh berjalan secara efektif, suatu kebijakan dan prosedur pengendalian dikatakan berjalan secara efektif apabila pengendalian tersebut telah diterapkan secara tepat dan konsisten sepanjang tahun oleh orang atau orang-orang yang diberi kewenangan.

  Statistical Sampling Models Untuk Pengujian Pengendalian Statitical Sampling terdiri dari attribute sampling dan variable sampling . Attribute sampling atau disebut proportion sampling digunakan

  untuk menguji efektivitas sistem pengendalian intern (dalam pengujian pengendalian), sedangkan variable sampling digunakan untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam rekening (dalam pengujian substantif).

  Penelitian ini akan melakukan pengujian pengendalian, model yang digunakan adalah attribute sampling. Attribute sampling terdiri dari tiga model yaitu: (Mulyadi & Puradiredja, 1998: 241) a.

   Fixed-sample-size attribute sampling

  Model pengambilan sampel dalam fixed-sample-size attribute

  sampling diajukan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu

  tertentu dalam suatu populasi. Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujian pengendalian terhadap suatu unsur struktur pengendalian inten, dan auditor tersebut memperkirakan akan dijumpai beberapa penyimpangan (kesalahan).

  b.

   Stop-or-go sampling

  Model pengambilan sampel stop-or-go sampling sering juga disebut dengan decision attribute sampling yang digunakan jika auditor tidak menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan sampelnya.

  Prosedur yang harus ditempuh oleh auditor dalam menggunakan stop-

  or-go sampling adalah:

  1) Tentukan desired upper precision limit (DUPL) dan tingkat keandalan.

  Pada tahap ini auditor menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahan maksimum. Ada tiga pilihan yaitu: a)

  Tingkat keandalan 90% Jika kepercayaan terhadap pengendalian intern cukup besar, upper precision limit umumnya tidak lebih dari 10%.

  b) Tingkat keandalan 95%

  Jika kepercayaan terhadap pengendalian intern cukup besar,

  upper precision limit umumnya 5% atau kurang. Upper tidak lebih dari 10%. precision limit

  c) Tingkat keandalan 99%

  Jika kepercayaan terhadap pengendalian intern cukup besar, upper precision limit tidak lebih dari 10%.

  2) Gunakan Tabel Besarnya Sampel Minimun Untuk Pengujian

  Pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil.

  Setelah tingkat keandalan dan desired upper precision limit (DUPL) ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan

  Penguj ian Pengendalian (Zero Expected Occurrences) (Tabel III.1, halaman 48).

3) Membuat tabel stop-or-go decision.

  Setelah besarnya sampel minimum ditentukan, langkah berikutnya adalah membuat tabel stop-or-go decision (Tabel III.2, halaman 50). Dalam tabel stop-or-go decision tersebut auditor akan mengambil sampel sampai 4 kali. Berikut ini diuraikan cara penyusunan tabel stop-or-go decision: Langkah pertama auditor menentukan besarnya sampel minimum dengan menggunakan Tabel Besarnya Sampel Minimum Untuk Penguj ian Pengendalian (Zero Expected Occurrence) (Tabel III.1, halaman 48) dan kemudian malakukan pemeriksaan terhadap besarnya sampel minimum tersebut. Jika dari pemeriksaan terhadap anggota sampel pertama auditor tidak menemukan kesalahan (sama dengan 0), maka auditor dapat menghentikan pengambilan sampel berikutnya, dan mengambil kesimpulan bahwa struktur pengendalian intern yang diperiksa adalah efektif. Pengambilan sampel dihentikan jika DUPL = AUPL (desired upper precision limit sama dengan achieved upper precision limit).

  Pada tingkat kesalahan sama dengan 0, AUPL dihitung dengan rumus sebagai berikut :