LAYANAN BIMBINGAN KARIR DALAM PENINGKATAN KEMATANGAN EKSPLORASI KARIR SISWA: Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Garut Tahun Ajaran 2013/201.

(1)

Tahun Ajaran 2013/2014)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Jurusan Bimbingan dan Konseling

Oleh,

DEASY YUNIKA KHAIRUN 1201229

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Garut Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Deasy Yunika Khairun

M.Pd. UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Jurusan Bimbingan dan Konseling

© Didi Sukyadi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LAYANAN BIMBINGAN KARIR DALAM PENINGKATAN KEMATANGAN ESKPLORASI KARIR SISWA

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Garut Tahun Ajaran 2013/2014)

PEMBIMBING I

Prof.Dr. Melly Sri Sulastri, M.Pd. Nopen. 130188260 00

PEMBIMBING II

Dr. Anne Hafina M,Pd NIP. 19600704 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

(5)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB II LAYANAN BIMBINGAN KARIR DALAM PENINGKATAN KEMATANGAN EKSPLORASI KARIER SISWA ... 11

A. Konsep Kematangan Eksplorasi Karir... 11

1. Konsep Karir... 11

2. Kematangan Karir... 16

3. Kematangan Eksplorasi Karir Siswa SMA ... 27

4. Diagnosis dan Penilaian Kematangan Eksplorasi Karir ... 33

5. Karakteristik Peminatan di Sekolah Menengah Atas ... 36

B. Layanan Bimbingan Karir ... 40

1. Konsep Layanan Bimbingan Karir ... 40 2. Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan


(6)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Eksplorasi Karir ... 43

C. Asumsi Penelitian ... 45

D. Hipotesis ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Pendekatan Penelitian... 46

B. Metode Penelitian ... 46

C. Definisi Operasionalisasi Variabel ... 47

D. Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan Data ... 51

E. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 67

F. Langkah-Langkah Penelitian ... 67

G. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Program Intervensi Layanan Bimbingan Karir bagi Siswa yang Memiliki Kematangan Eksplorasi Karir Rendah ... 73

B. Pelaksanaan Intervensi Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa... 88

C. Keterbatasan Penelitian ... 130

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 131

A. Simpulan ... 131

B. Implikasi ... 132

C. Rekomendasi ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 135

LAMPIRAN ... 140


(7)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Kematangan Karir Menurut Super dan Crites ... 17

Tabel 2.2 Tahapan Perkembangan Vokasional dari Super... 21

Tabel 2.3 Pola Karir untuk Laki-Laki ... 21

Tabel 2.4 Pola Karir untuk Perempuan ... 22

Tabel 2.5 Model Kematangan Karir Crites... 34

Tabel 2.6 Dimensi dan Indikator dalam Prinsip Pengukuran Kematangan Karir CMI ... 34

Tabel 2.7 Dimensi dan Indikator dalam Prinsip Pengukuran Kematangan Karir CMI Serta Deskripsi Indikator ... 35

Tabel 2.8 Tingkatan dan Aspek-Aspek Peminatan ... 37

Tabel 3.1 Rancangan Intervensi Equivalent Time Series Design... 47

Tabel 3.2 Dimensi dan Indikator dalam Prinsip Pengukuran Kematangan Karir Crites Serta Deskripsi Indikator ... 50

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Kematangan Eksplorasi Karir Siswa (Sebelum Uji Coba) ... 52

Tabel 3.4 Pedoman Penyekoran Instrumen Kematangan Eksplorasi Karir... 58

Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas ... 60

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Kematangan Eksplorasi Karir Siswa (Setelah Uji Coba)... 61

Tabel 3.7 Rumusan Kategorisasi Skala ... 71


(8)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.1 Profil Dimensi dan Indikator Kematangan Eksplorasi Karir

Siswa Kelas X SMAN 11 Garut Tahun Ajaran 2013/2014 ... 73 Tabel 4.2 Urutan Sesi Intervensi Layanan Bimbingan Karir dalam

Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir... 88 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretest, Posttest, dan Gain Score... 119 Tabel 4.4 Uji T Paired Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan

Kematangan Eksplorasi Karir Siswa ... 123 Tabel 4.5 Uji One Way Anova Layanan Bimbingan Karir Sesi 1A, 2A,

dan 3A Terhadap Aspek Sikap ... 126 Tabel 4.6 Hasil Uji Post Hoc Layanan Bimbingan Karir Sesi 1A, 2A,

dan 3A Terhadap Aspek Sikap ... 127 Tabel 4.7 Uji One Way Anova Layanan Bimbingan Karir Sesi 1B, 2B,

dan 3B Terhadap Aspek Kompetensi... 128 Tabel 4.8 Hasil Uji Post Hoc Layanan Bimbingan Karir Sesi 1B, 2B,


(9)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Setiap Paket Sesi ... 120 Grafik 4.2 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Setiap Paket Sesi


(10)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Administrasi Penelitian... 140

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 144

Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 149

Lampiran 4 Profil Tingkat Kematangan Eksplorasi Karir Siswa... 164

Lampiran 5. Program Intervensi Layanan Bimbingan Karir... 175

Lampiran 6. Surat Pernyataan Siswa... 202

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa ... 208

Lampiran 8. Data Pretest-Postest Siswa ... 217


(11)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Deasy Yunika Khairun. (2014). Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa (Penelitian Eksperimen Kuasi dalam Proses Pemilihan Bidang Peminatan terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Garut Tahun Ajaran 2013/2014).

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi keefektifan layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir siswa yang dilakukan terhadap siswa kelas X SMAN 11 Garut. Penelitian menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain

equivalent time series. Analisis data menggunakan analysis of varians atau ANOVA untuk mengetahui signifikansi peningkatan skor kematangan eksplorasi karir siswa. Penelitian menunjukkan terdapat peningkatan skor kematangan eksplorasi karir pada aspek sikap dan aspek kompetensi setelah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan layanan bimbingan karir efektif dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir siswa yang menjadi subjek penelitian.


(12)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Deasy Yunika Khairun. (2014). Career Guidance in Enhancing Students Exploration Stage of Career Maturity (Quasi Experimental Research with Students of 10th Grade at SMAN 11 Garut Academic Year 2013/2014).

The aim of the present study was to examine the effectiveness of career guidance in enhancing exploration stage of career maturity with students of 10th grade at SMAN 11 Garut. The study posses equivalent time series quasi experimental design. The data was analyzed by using analysis of varians or ANOVA to identify the significance of exploration stage of career maturity enhance. Research showed an enhancement of attitude and competencies aspect. The result provide an evidance that career guidance was effective to enhance exploration stage of career maturity of students who was studied.


(13)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna baik bagi individu sendiri maupun masyarakat luas. Pendidikan bertujuan untuk merumuskan potensi yang dimiliki individu, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi merumuskan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan menurut undang-undang menitikberatkan pada pengembangan potensi siswa. Pengembangan potensi ini mencakup bidang spiritual yakni menjadi individu yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bidang moral yakni berakhlak mulia, bidang intelektual yakni berilmu, cakap dan kreatif, serta bidang sosial yakni menjadi warga negara yang demokratis (Kemdikbud, 2013: 11). Tujuan pendidikan harus dicapai oleh setiap jenjang pendidikan, di antaranya adalah Sekolah Dasar (SD) / Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) / Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Salah satu jenjang


(14)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan formal adalah MA (Madrasah Aliyah) yang memiliki tujuan pendidikan sama dengan SMA. Adapun siswa MA seusia dengan siswa SMA.

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan yang secara sadar memposisikan kemampuan siswa untuk mengeksplorasi, memilih, merencanakan dan mengambil keputusan untuk meraih masa depannya (Yusuf, 2006: 21). Tidak dapat dibayangkan jika pendidikan terlepas dari tanggung jawab guru BK. Siswa akan kehilangan arah dan mengalami masalah kepribadian dan karakter jika tidak ada peran guru BK sebagai pembimbing di sekolah.

Bimbingan dan konseling sebagai strategi layanan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal, maka secara umum layanannya harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia supaya mampu menjawab tantangan kehidupan masa depan (Suherman, 2007: 7). Layanan bimbingan dan konseling hendaknya membantu dan mempermudah siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya, memilih dan membuat keputusan, serta dapat menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan dan karirnya sesuai dengan tuntutan lingkungan kehidupannya. Upaya dan strategi layanan bimbingan dan konseling hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan fungsi proses pendidikan, karakteristik dan kebutuhan perkembangan siswa serta kondisi lingkungan baik sekolah maupun masyarakat tempat siswa atau individu menjalani kehidupannya.

Terdapat empat jenis bimbingan ditinjau dari bidang layanan individu

terdapat empat jenis bimbingan, yaitu”...bimbingan akademik, bimbingan pribadi sosial, bimbingan karir dan bimbingan keluarga” (Nurihsan, 2006: 15). Keempat jenis bimbingan tersebut memiliki fungsi dan peranan masing-masing dalam proses bimbingan konseling di SMA dan MA. Salah satu jenis bimbingan yang memiliki peranan penting dalam perencanaan kehidupan vokasi siswa di masa depan adalah bimbingan karir. Bimbingan karir adalah upaya bantuan terhadap individu supaya mengenal dan memahami dirinya dan mengembangkan masa depannya dengan bentuk kehidupan yang diharapkan (Nurihsan, 2006: 16).


(15)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aspek yang sangat penting untuk dikembangkan dalam kaitannya dengan upaya membantu individu berkembang dalam bidang vokasi adalah aspek karir yaitu kemampuan memahami dirinya, mengenai dunia kerja, merencanakan masa depan yang sesuai dengan kehidupan yang diharapkannya, menentukan dan mengambil keputusan yang tepat serta bertanggung jawab, sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. Tidak semua remaja dapat dengan mudah mengambil keputusan karir, dan banyak di antara siswa mengalami episode keraguan sebelum mantap pada suatu jalur karir. Keraguan tersebut termanifestasikan sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi individu ketika menentukan karir. Kesulitan-kesulitan ini dapat menjadikan individu menyerahkan tanggung jawab pengambilan keputusan pada orang lain atau menunda dan menghindar dari tugas mengambil keputusan yang dapat mengakibatkan pengambilan keputusannya tidak optimal.

Siswa SMA berada pada masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun (Hurlock, 1980: 208). Siswa SMA telah memiliki minat terhadap pekerjaan yang ditandai dengan mulai memikirkan masa depan dengan sungguh-sungguh. Conger (Yusuf, 2006: 83) mengemukakan suatu pekerjaan bagi siswa SMA merupakan sesuatu yang secara sosial diakui sebagai cara untuk memenuhi kepuasan berbagai kebutuhan, mengembangkan perasaan eksis di masyarakat, dan memperoleh sesuatu yang diinginkan dan mencapai tujuan hidup.

Pemilihan dan persiapan diri ke arah suatu pekerjaan atau karir merupakan persiapan remaja sebelum masuk ke dunia kerja serta merupakan tugas perkembangan remaja. Remaja idealnya memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Potensi-potensi yang dimaksud termasuk pengetahuan keterampilan, kreativitas, kemampuan dan sikap terhadap pekerjaan. Pembuatan keputusan tentang karir yang dipilih harus dipadukan antara pekerjaan dan karir yang dikehendaki dengan potensi-potensi pribadi yang dimiliki (Sukardi, 1987: 57). Remaja diharapkan dapat belajar bagaimana melepaskan diri dari


(16)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bantuan orangtua dengan mendapatkan pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja di masa depan.

Fenomena kematangan eksplorasi karir siswa yang masih rendah di SMA Negeri 11 Garut ditunjukkan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada lima belas siswa. Siswa mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan bidang peminatan di sekolah karena tidak memiliki informasi yang cukup tentang bidang peminatan yang akan dipilihnya, belum mampu mengidentifikasi nilai-nilai yang harus unggul untuk dapat memasuki bidang peminatan di sekolah, dan belum mengetahui kelanjutan studi yang dapat dipilih di perguruan tinggi berdasarkan bidang peminatan siswa di SMA.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada guru BK SMAN 11 Garut tentang fenomena siswa ketika harus memilih bidang peminatan di awal kelas X adalah masih banyaknya siswa yang memilih bidang peminatan tertentu karena menuruti keinginan orang tua, ikut-ikutan teman, dan tidak mempertimbangkan potensi yang ada dalam dirinya, yaitu nilai akademik, minat, hobi, cita-cita, dan lain sebagainya.

Hasil penyebaran angket kematangan eksplorasi karir kepada 134 siswa SMAN 11 Garut kelas X menunjukkan profil kematangan eksplorasi karir siswa pada kategori tinggi sebanyak 22 orang, sebanyak 87 siswa pada kategori sedang, dan sebanyak 25 siswa pada kategori rendah. Pencapaian aspek sikap mencapai tingkat kematangan eksplorasi karir yang lebih maksimal dibandingkan dengan aspek kompetensi.

Hasil penelitian Abimanyu (1990: 86) menjelaskan siswa SMA kelas X masih belum memiliki kematangan eksplorasi karir karena terlalu cepat diminta untuk membuat keputusan. Penjurusan di kelas X diduga dapat memunculkan kasus-kasus yang berkaitan dengan itu, yang muaranya sebenarnya erat kaitannya dengan masih kurangnya informasi yang berhubungan dengan karir, khususnya tentang penjurusan.


(17)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian Lathifah (2010: 93) terhadap siswa kelas X SMK Negeri 1 Cimahi menunjukkan 63,63% keterlibatan peserta didik dalam pemilihan dan penentuan pekerjaan yang diminati, 72,81% kemandirian siswa dalam pemilihan dan penentuan pekerjaan yang diminati, dan 72, 33% penentuan keputusan pekerjaan yang diminati oleh siswa.

Herr & Creamer (Manrihu, 1986: 36) menyatakan kematangan karir menjadi tujuan dari perkembangan karir. Pengukuran kematangan karir dipandang perlu sebagai upaya untuk menilai kesiapan pribadi untuk mengambil keputusan sebagai cara untuk berperan serta dalam berbagai macam pengalaman pengembangan, khususnya karir dan berfungsi sebagai instrumen diagnostik dalam menentukan perlakuan, dan mengevaluasi tingkat strategi yang ditujukan untuk membantu pencapaian tujuan vokasional.

Hasil penelitian Rauf (2006) di beberapa SMA Negeri Kota Pekanbaru Provinsi Riau menunjukkan siswa yang masuk ke dalam kategori matang (28,57%), kurang matang (59,52%), dan tidak matang (11,90%).

Hasil penelitian Oktaviana (2008) menunjukkan sebagian sampel yang mencapai tingkat kematangan karir yang tinggi atau matang yaitu sebesar 84,2%, sebanyak 7,4% siswa telah mencapai tingkat kematangan karir yang sangat tinggi atau sangat matang, dan sisanya 8,4% berada pada kategori sedang atau cukup matang.

Siswa SMA berada pada tahap eksplorasi jika dilihat dari teori perkembangan karir menurut Super. Winkel (1997: 579) mengatakan dalam eksplorasi karir individu memikirkan berbagai alternatif, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Siswa SMA pada tahap eksplorasi dapat lebih akurat menggambarkan peluang keberhasilan pada suatu pekerjaan di masa depannya (Sharf, 1992: 148). Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mencapai kristalisasi karir yang diminati. Kristalisasi merupakan periode siswa merumuskan kesempatan pekerjaan dan memahami hubungan antara perkembangan karir


(18)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan konsep diri dalam menentukan pendidikan yang relevan (Osipow, 1983:157).

Tugas perkembangan karir tersebut sesuai dengan standar kompetensi kemandirian siswa yang dikeluarkan oleh ABKIN (2007: 47). Siswa SMA harus mencapai kemandirian dalam wawasan dan persiapan karir. Tugas ini terinternalisasi ke dalam tiga tahap: (1) pengenalan, yaitu dengan mempelajari kemampuan diri, peluang dan ragam pekerjaan, pendidikan dan aktivitas yang terfokus pada pengembangan alternatif karir yang lebih terarah; (2) akomodasi, merupakan internalisasi nilai-nilai yang melandasi pertimbangan pemilihan alternatif karir; dan (3) tindakan, yaitu mulai mengembangkan alternatif perencanaan karir yang mempertimbangkan kemampuan, peluang, dan ragam karir.

Paparan di atas menyiratkan yang dimaksud karir bagi siswa SMA adalah menentukan pilihan bidang peminatan, yaitu suatu pengambilan pilihan dan keputusan oleh siswa dalam bidang keahlian yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Siswa yang memiliki kematangan eksplorasi karir pada kategori rendah belum dapat terlibat penuh dalam proses pemilihan jalur bidang peminatan. Siswa cenderung memilih bidang peminatan tidak berdasarkan pada potensi dirinya, paksaan orangtua, atau mengikuti teman-temannya. Siswa SMA mengalami kebingungan, ketidakpastian dan stres dalam melakukan eksplorasi dan pemilihan karir (Santrock, 2003: 485).

Ketidaktepatan dalam pemilihan bidang peminatan tentu akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang akan dihadapi oleh siswa. Salah satu konsekuensinya siswa akan mengalami hambatan dalam melaksanakan tahapan perkembangan karir selanjutnya. Siswa tidak akan optimal dalam menjalani proses pembelajaran di sekolah.

Pengambilan keputusan siswa dalam peminatan diasumsikan memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai informasi karir, sehingga ia mempunyai


(19)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sikap dan kemampuan yang lebih baik dalam mengambil keputusan (Wicaksono, 2007:3). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Glaize dan Myrick (1984: 168) menyimpulkan siswa yang diberi informasi pekerjaan yang lengkap, melihat dunia kerja lebih realistik dan makin berusaha mengembangkan karirnya. Bandura dan Schunk (1984:121) membuktikan dengan meyakinkan adanya hubungan antara peningkatan pemecahan masalah dengan sistem pemberian informasi pekerjaan bagi sekelompok siswa.

Crites (Dillard, 1985: 33) mengidentifikasikan dimensi-dimensi dalam mengukur kematangan eksplorasi karir, yaitu “...They are involvement in the choice process, orientation toward work, independence in decision-making, preference for career choice factors, and conceptions of the choice process...”.

Pencapaian kematangan eksplorasi karir dapat diukur melalui kelima indikator, yaitu melibatkan diri dalam proses pemilihan karir, memiliki orientasi terhadap pekerjaan, memiliki kebebasan dalam pengambilan keputusan, memiliki kemampuan dalam mempertimbangkan suatu pilihan, dan memiliki konsep dalam memilih karir.

Layanan bimbingan karir bertujuan untuk membantu siswa supaya memperoleh penyesuaian diri dan pemecahan masalah karir yang dihadapi. Siswa akan memperoleh bantuan melalui bimbingan karir, yaitu: (1) pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya; (2) pengenalan terhadap berbagai jenis sumber-sumber kehidupan; (3) persiapan matang untuk memasuki dunia pekerjaan dan kehidupan; (4) penempatan yang sesuai dengan bidang-bidang kehidupan tertentu; (5) memecahkan masalah-masalah khusus sehubungan dengan pekerjaan dan pola-pola kehidupan lainnya; (6) penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap karir (Surya, 1988:4).

Layanan bimbingan karir diperlukan sebagai bagian integral dari bimbingan dan konseling yang dapat membantu siswa mengatasi dan menuntaskan permasalahan-permasalahan karir sehingga siswa memiliki


(20)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kematangan eksplorasi karir. Penelitian difokuskan pada penggunaan layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir siswa SMA kelas X.

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Latar belakang penelitian menggambarkan fenomena-fenomena permasalahan karir pada siswa SMA. Permasalahan-permasalahan karir pada siswa SMA yaitu kematangan eksplorasi karir yang masih rendah. Permasalahan yang muncul apabila siswa tidak tepat dalam mengambil keputusan bidang peminatan di sekolah diantaranya adalah siswa tidak dapat menjalani proses pembelajaran di kelas secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sering tidak hadir pada pelajaran-pelajaran tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan kemampuannya, tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, dan akhirnya pencapaian nilai akademik yang buruk.

Secara psikologis siswa SMA tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Remaja mengalami ambivalensi kemerdekaan, pada satu sisi individu menunjukkan ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa; pada sisi lain individu menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri.

Tema sentral kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah pencarian identitas atau jati-diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual, sosial-emosional, vokasional, maupun spiritual (Supriatna & Budiman, 2009: 18). Remaja harus mampu menjawab “Siapa saya? Apa saya? Mau ke mana saya? Apa yang harus saya perbuat untuk karir masa depan saya? Sejumlah pertanyaan identitas diri seyogyanya dapat dijawab dengan tepat oleh remaja. Jika ia tidak dapat menjawabnya dengan tepat maka ia cenderung bingung menghadapi hidup,


(21)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

termasuk pengambilan keputusan karir. Tetapi jika sebaliknya, maka ia akan berkembang optimal dan tepat dalam mengambil keputusan karirnya sehingga karir masa depan penuh dengan harapan. Pada masa remaja diperlukan lingkungan sosial dan fisik yang kondusif, yakni lingkungan orang tua atau orang dewasa yang membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya atau

peer group yang mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan fisik yang memfasilitasi remaja untuk menyalurkan energi psikologis hingga membuahkan produktivitas.

Layanan bimbingan karir diperlukan sebagai bagian integral dari bimbingan dan konseling yang dapat membantu siswa SMA mengatasi dan menuntaskan permasalahan-permasalahan karir sehingga siswa memiliki kematangan dalam eksplorasi karir dan dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah kematangan eksplorasi karir dan layanan bimbingan karir sebagai sebuah upaya penanggulangan, maka rumusan masalah penelitian adalah kematangan eksplorasi karir yang dialami oleh siswa membutuhkan penanganan yang sesuai dari Guru BK atau konselor.

Permasalahan kematangan eksplorasi siswa berimplikasi terhadap permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian, yaitu (1) identifikasi terhadap profil kematangan eksplorasi karir siswa sebagai data acuan bagi perumusan intervensi layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi siswa, dan (2) pengujian secara empirik terhadap keefektifan rumusan intervensi layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir siswa.


(22)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertanyaan penelitian secara umum yaitu “Apakah layanan bimbingan

karir efektif dalam peningkatan kematangan eksplorasi siswa?”

Pertanyaan penelitian dijabarkan secara spesifik menjadi:

1. Seperti apa rancangan layanan bimbingan karir berdasarkan profil kematangan eksporasi karir siswa SMA kelas X?

2. Bagaimana rumusan layanan bimbingan karir yang efektif dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir untuk siswa SMA kelas X?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah tersusunnya layanan bimbingan karir yang efektif dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir siswa.

Tujuan khusus penelitian adalah:

1. Merancang layanan bimbingan karir berdasarkan profil kematangan eksplorasi karir siswa dan implementasinya untuk meningkatkan kematangan eksplorasi karir siswa SMA kelas X.

2. Menganalisis keefektifan layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir untuk siswa SMA kelas X.

E.Manfaat Penelitian

Dari segi teoritis, hasil penelitian ini memberikan manfaat yaitu:

1. Penelitian ini dapat menambah khazanah konsep dan teori tentang kematangan eksplorasi karir bagi keilmuan bimbingan dan konseling .

2. Penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada supaya dapat memberi gambaran tentang kematangan eksplorasi karir siswa khususnya siswa SMA.


(23)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling mengadaptasi layanan bimbingan dan konseling karir di Sekolah Menengah Atas yang dihasilkan dari profil kematangan karir dan mengembangkan layanan bimbingan karir yang tepat untuk meningkatkan kematangan eksplorasi karir siswa SMA kelas X.

2. Bagi Prodi Bimbingan dan Konseling

Kondisi nyata di lapangan berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa semakin beragam dan menuntut penanganan yang tepat. Namun terkadang guru kelas, guru mata pelajaran dan guru pembimbing kurang jeli dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa tersebut, oleh karena itu Prodi Bimbingan dan konseling sebagai suatu lembaga pendidikan yang menyiapkan guru pembimbing dalam menyusun kurikulum terutama mata kuliah Bimbingan dan Konseling Karir dapat memfokuskan untuk melatih mahasiswa tentang teknik identifikasi dan penanganan permasalahan siswa secara tepat sehingga mahasiswa sebagai calon guru pembimbing dapat lebih kompeten dalam menangani masalah-masalah karir peserta didik, khususnya masalah yang berkaitan dengan kematangan eksplorasi karir siswa.

F. Struktur Organisasi Tesis

Bab I tesis berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, hipotesis penelitian, dan struktur organisasi tesis. Bab II berisi kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Bab III berisi metode penelitian. Bab IV mendeskripsikan hasil penelitian yang selanjutnya dituangkan ke dalam pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi simpulan dan saran.


(24)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(25)

46

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Peneliti menjelaskan mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen dan pengumpulan data, lokasi, populasi dan sampel penelitian, langkah- langkah penelitian, dan teknik analisis data.

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data berupa angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan kontrol (Sukmadinata, 2005:53). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data numerikal berupa persentase kematangan eksplorasi karir pada siswa kelas X SMAN 11 Garut dan keefektifan layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir siswa kelas X SMAN 11 Garut.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen kuasi, yaitu suatu bentuk penelitian yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan dan penelitian dengan subjek manusia. Penelitian eksperimen kuasi dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu dan merupakan penelitian yang dilakukan melalui uji coba untuk memanipulasi variabel yang relevan.

Metode eksperimen kuasi dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang keefektifan intervensi sengaja dan sistematis melalui layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan karir siswa.


(26)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah equivalent time series design. Desain penelitian equivalent time series yaitu sebuah desain penelitian antarwaktu dengan memberikan perlakuan berulang kali pada sebuah kelompok eksperimen yang didahului dengan pengukuran variabel dependen atau

pre-test (Creswell, 2012: 314). Analisis data pada desain penelitian equivalent time series terdiri dari perbandingan pengukuran post-test dari waktu ke waktu.

Berikut tahapan dari desain penelitian equivalent time series terdiri dari:

Tabel 3.1

Rancangan Intervensi Equivalent Time Series Design (Creswell, 2012: 314)

Select participants for group

Measure or

Observation Intervention

Measure or

Observation Intervention

Measure or

Observation Intervention

Measure or Observation

Keterangan:

1. Peneliti memilih partisipan dalam penelitian

2. Peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (pre-test)

3. Pemberian perlakuan ke 1 pada kelompok eksperimen 4. Peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (post-test)

5. Pemberian perlakuan ke 2 pada kelompok eksperimen

6. Peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (post-test) untuk melihat pengaruh perlakuan ke 2

7. Pemberian perlakuan ke 3 pada kelompok eksperimen

8. Peneliti melakukan pengukuran variabel dependen (post-test).

C. Definisi Operasionalisasi Variabel 1. Definisi Konseptual


(27)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Crites (Alvarez et al, 2008) mengidentifikasikan dua dimensi utama dalam mengukur kematangan eksplorasi karir. Dimensi tersebut adalah dimensi sikap dan dimensi kompetensi yang masing-masing memiliki lima indikator. Indikator-indikator dari dimensi sikap adalah (1) keterlibatan dalam proses pemilihan karir, (2) orientasi terhadap pekerjaan, (3) kemandirian dalam pengambilan keputusan, (4) faktor pemilihan karir, (5) konsep pemilihan karir. Indikator-indikator dari dimensi kompetensi adalah (1) penilaian diri, (2) informasi pekerjaan, (3) seleksi tujuan, (4) perencanaan karir, (5) pemecahan masalah karir.

Asumsi Crites (Dillard, 1985: 33) berupaya mengembangkan suatu model kematangan eksplorasi karir yang komprehensif. Model kematangan karir tersebut dikembangkan terhadap individu pada tingkat remaja yang dirumuskan ke dalam dua dimensi, yaitu sikap dan kompetensi. Berikut lima indikator dari dimensi sikap, yaitu:

a. Keterlibatan dalam proses pemilihan karir, yaitu keikutsertaan atau partisipasi aktif siswa SMA dalam proses pilihan karir sesuai dengan tahap perkembangannya.

b. Orientasi karir, yaitu peninjauan siswa dalam mempersiapkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk memasuki perguruan tinggi, cara atau jalur memasuki perguruan tinggi, mengetahui jenis-jenis perguruan tinggi, tugas-tugas yang harus dilakukan ketika siswa menjadi mahasiswa.

c. Kemandirian dalam pengambilan keputusan karir, yaitu keadaan siswa untuk dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung kepada orang lain dalam hal menentukan pilihan karir dalam hal peminatan dan perguruan tinggi sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam dirinya.

d. Faktor pemilihan karir, yaitu sikap siswa dalam pengambilan keputusan karir sesuai dengan karakteristik diri, lingkungan, serta nilai-nilai terkait dengan pilihan studi.


(28)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Konsep pemilihan karir, yaitu ketepatan siswa dalam memahami nilai-nilai diri yang harus dimiliki dan nilai-nilai bidang karir atau studi yang telah dipilihnya.

Lima indikator dari dimensi kompetensi yaitu:

a. Penilaian diri, yaitu kemampuan siswa dalam mengidentifikasi kesesuaian antara hal-hal tentang diri atau self dengan lingkungannya atau environment

sebagai dasar dalam penentuan pilihan karir.

b. Informasi pekerjaan, yaitu pengetahuan siswa tentang pilihan-pilihan pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan yang diminta untuk memasuki pekerjaan tersebut dan sikap yang dimiliki siswa ketika memasuki bidang pekerjaan. c. Seleksi tujuan, yaitu kemampuan siswa dalam membuat pilihan karir yang

cocok sesuai dengan diri dan lingkungannya.

d. Perencanaan karir, yaitu kemampuan siswa dalam mempersiapkan dan membekali diri dengan berbagai macam keterampilan yang berkaitan dengan karirnya.

e. Pemecahan masalah karir, yaitu kemampuan siswa dalam mencari alternatif-alternatif penyelesaian dalam pengambilan keputusan karir.

Model kematangan eksplorasi karir menurut Crites (Alvarez, 2008: 754) menilai dua dimensi utama yaitu pada dimensi attitudes dan competency. Crites mengukur dua dimensi dari keempat dimensi tersebut yaitu sikap dan kompetensi. Crites tidak mengukur kompetensi dan realisme pilihan kejuruan karena dianggap sebagai proses pemilihan karir tanpa dialamatkan terhadap keputusan karir.

2. Definisi Operasional

a. Kematangan Eksplorasi Karir

Secara operasional, kematangan eksplorasi karir yang dimaksud dalam penelitian adalah suatu tahapan perkembangan karir yang sedang dialami oleh siswa kelas X SMA Negeri 11 Garut Tahun Ajaran 2013/2014 yang mengacu pada dua dimensi pembentuk kematangan karir, yaitu:


(29)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Dimensi Sikap, ditunjukkan melalui indikator-indikator sebagai berikut: keterlibatan dalam proses pemilihan karir, orientasi terhadap pekerjaan, kemandirian dalam pengambilan keputusan, faktor pemilihan karir, dan konsep pemilihan karir.

2) Dimensi Kompetensi, ditunjukkan melalui indikator-indikator sebagai berikut: penilaian diri, informasi pekerjaan, seleksi tujuan, perencanaan karir, dan pemecahan masalah karir.

b. Layanan Bimbingan Karir

Layanan bimbingan karir dalam penelitian secara operasional didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas bimbingan kelompok pada 17 orang siswa kelas X SMA Negeri 11 Garut Tahun Ajaran 2013/2014 yang memiliki skor kematangan eksplorasi karir rendah pada indikator keterlibatan dalam proses pemilihan karir, orientasi terhadap pekerjaan, konsep pemilihan karir, penilaian diri, dan perencanaan karir yang dilaksanakan selama enam sesi pertemuan. Indikator kematangan eksplorasi yang rendah merupakan data kebutuhan atau profil kematangan eksplorasi karir yang diperoleh dari analisis hasil instrumen kematangan eksplorasi karir yang disebarkan kepada siswa kelas X SMA Negeri 11 Garut Tahun Ajaran 2013/2014.

Tabel 3.2

Dimensi Dan Indikator Dalam Prinsip Pengukuran Kematangan Karir Crites Serta Deskripsi Indikator

(Alvarez Et Al, 1995, 2007)

Dimensi dan Indikator Deskripsi Sikap:

1) Keterlibatan dalam proses pemilihan karir

2) Orientasi terhadap pekerjaan

3) Kemandirian dalam pengambilan keputusan

Tingkat partisipasi aktif dalam proses pilihan karir

Orientasi yang luas tentang tugas dan sikap terhadap pekerjaan dan nilai-nilai terkait pekerjaan

Sejauh mana seorang individu mampu mandiri dalam proses pengambilan


(30)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Faktor pemilihan karir

5) Konsep pemilihan karir

Kompetensi:

1) Penilaian diri

2) Informasi pekerjaan

3) Seleksi: Tujuan

4) Perencanaan karir

5) Pemecahan masalah karir

keputusan

Sejauh mana individu mampu menentukan pilihan karir

Ketepatan dalam memahami konsep dan cri dalam proses pemilihan karir

Kemampuan seseorang dalam menilai pro dan kontra terhadap kepuasan karir dirinya

Pengetahuan tentang dunia kerja (tren, sikap, kesembpatan kerja)

Kemampuan untuk membuat pilihan karir yang paling cocok

Pemahaman dan perencanaan

serangkaian langkah untuk memasuki pekerjaan tertentu

Keterampilan pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan karir

D. Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan Data 1. Jenis Instrumen

Penelitian menggunakan data yang diambil dari alat ukur berupa instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan tingkat kematangan eksplorasi karir siswa yang dikemukakan oleh Crites (Alvarez, 2008: 762) yang dibangun berdasarkan dua dimensi pembentuk kematangan karir, yaitu dimensi sikap dengan indikator keterlibatan dalam proses pemilihan karir, orientasi terhadap pekerjaan, kemandirian dalam pengambilan keputusan, faktor pemilihan karir, dan konsep pemilihan karir; serta dimensi kompetensi dengan indikator penilaian diri, informasi pekerjaan, seleksi tujuan, perencanaan karir, dan pemecahan masalah karir.


(31)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat kematangan eksplorasi karir dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi dibuat sebagai acuan dalam penyusunan instrumen supaya tetap sesuai dengan tujuan penelitian. Kisi-kisi instrumen selanjutnya dijabarkan dalam bentuk item-item pernyataan. Berikut penjabaran kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat kematangan eksplorasi karir siswa:


(32)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Kematangan Eksplorasi Karir Siswa (Sebelum Uji Coba)

Dimensi Indikator Pernyataan

Sikap/

attitudes

1. Keterlibatan dalam proses pemilihan karir (involvement in the choice process) yang melibatkan orangtua, saudara, guru mata pelajaran, wali kelas, guru pembimbing, dan teman

1. Saya aktif mencari informasi tentang pekerjaan di internet, seperti google, facebook, twitter, flickr, dll.

2. Saya tertarik dengan berbagai pembicaraan yang membahas tentang pekerjaan yang disenangi (seperti: diskusi tentang bursa kerja/job fair).

3. Saya mendiskusikan pilihan bidang peminatan dengan orangtua.

4. Saya meminta pendapat orangtua sebelum menentukan pilihan bidang peminatan dan pekerjaan.

5. Saya membicarakan pilihan bidang peminatan dan pekerjaan yang diminati dengan orang tua.

6. Saya meminta pendapat orang tua tentang pilihan bidang peminatan dan pekerjaan. 7. Saya mendiskusikan pilihan studi dengan saudara (kakak, adik, sepupu).

8. Saya mendiskusikan nilai-nilai mata pelajaran yang berhubungan dengan pilihan bidang peminatan dan pekerjaan yang diminati dengan guru (seperti: guru mata


(33)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelajaran dan wali kelas).

9. Saya mendiskusikan rencana pilihan bidang peminatan dan pekerjaan dengan guru (seperti: guru mata pelajaran dan wali kelas).

10.Saya mendiskusikan berbagai referensi tentang pilihan bidang peminatan dan pekerjaan yang diminati dengan guru pembimbing.

11.Saya mendiskusikan minat dan bakat tentang pilihan bidang peminatan dan pekerjaan dengan guru pembimbing.

12.Saya mendiskusikan berbagai jenis dan persyaratan memasuki pilihan jurusan studi tertentu di Perguruan Tinggi dengan guru pembimbing.

13.Saya mencari dan mengumpulkan berbagai informasi Perguruan Tinggi (seperti: jenis-jenis perguruan tinggi, program studi di perguruan tinggi, persyaratan memasuki perguruan tinggi, dll) dengan guru pembimbing.

14.Saya mendiskusikan berbagai persyaratan untuk memasuki pekerjaan tertentu dengan guru pembimbing.

2. Orientasi terhadap pekerjaan

(orientation toward work)

15.Saya memiliki persyaratan memasuki perguruan tinggi yang sesuai dengan bidang peminatan di sekolah.


(34)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di sekolah.

17.Saya mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan di sekolah sesuai bidang peminatan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kemandirian dalam pengambilan keputusan

(independence in decision making)

18. Saya memilih pilihan bidang peminatan ddan pekerjaan apabila informasi yang didapat sangat jelas.

19. Saya memilih pilihan bidang peminatan sesuai dengan minat dan keinginan pribadi. 20. Saya memanfaatkan informasi yang diperoleh dari orang lain tentang program pilihan

bidang peminatan dan pekerjaan yang akan dipilih.

21. Saya memanfaatkan fasilitas internet, buku, tayangan televisi, dan media cetak untuk mencari informasi pilihan bidang peminatan dan pekerjaan.

22. Saya bertanya dan mencari informasi tentang bidang pekerjaan kepada orang yang telah memiliki pengalaman bekerja dalam bidang tertentu.

23. Saya mengunjungi bursa kerja / job fair untuk mendapatkan informasi seputar pekerjaan.

4. Faktor pemilihan karir

(preference for choice factors)

24. Saya menggunakan seluruh informasi yang diperoleh untuk membuat keputusan karir.


(35)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipilih.

26. Saya tidak memiliki keraguan dalam setiap keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang diperoleh sebelumnya (seperti: pilihan bidang peminatan dan pekerjaan).

27. Saya mempertimbangkan dengan matang pilihan bidang peminatan dan pekerjaan yang akan diputuskan

5. Konsep pemilihan karir

(conceptions of the choice process)

28. Saya memiliki keyakinan bahwa pekerjaan adalah suatu kebutuhan setiap manusia. 29. Saya memahami etika kedisiplinan yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam

bekerja.

30. Saya memiliki keyakinan untuk bekerja pada bidang tertentu.

31. Saya memahami karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pekerja yang sukses (seperti: disiplin dan optimis)

32. Saya merasa pendidikan yang ditempuh saat ini sangat menjamin pilihan studi dan pekerjaan yang ditekuni.

Kompetensi/

Competency

1. Penilaian diri (self appraisal) 33. Saya menerima konsekuensi atas pilihan pekerjaan yang bertentangan dengan pilihan orang tua.


(36)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pekerjaan (seperti: kondisi kesehatan).

35. Saya mempertimbangkan bakat dan keterampilan yang dimiliki dalam menentukan pilihan studi dan pekerjaan.

36. Saya mempertimbangkan hasil raport untuk menentukan pilihan bidang peminatan dan pekerjaan.

37. Saya mempertimbangkan hobi (seperti: membaca, menari, berdiskusi, dll) dalam menentukan pilihan bidang peminatan dan pekerjaan.

38. Saya menyesuaikan pilihan bidang peminatan dan pekerjaan dengan minat yang dimiliki.

2. Informasi pekerjaan

(occupational information)

39. Saya mampu mengikuti proses seleksi memasuki Perguruan Tinggi.

40. Saya mampu menghadapi tantangan dan hambatan yang akan dihadapi dalam berbagai jenis pekerjaan.

3. Seleksi tujuan (goal selection) 41. Saya memilih pekerjaan yang ditunjang nilai-nilai akademik yang memuaskan selama di sekolah.

42. Saya memilih bidang peminatan dan pekerjaan yang dipandang mampu mengembangkan keterampilan karir.


(37)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pekerjaan.

44. Saya mempertimbangkan norma-norma (seperti: ulet dan disiplin) yang berlaku dalam memilih pekerjaan.

45. Saya mempertimbangkan faktor kesempatan mengembangkan karir sebelum memilih pekerjaan.

4. Perencanaan karir (planning) 46. Saya mengikuti kursus/les (seperti kursus komputer, menjahit, bahasa asing, dll) sebagai persiapan memasuki dunia kerja).

47. Saya menambah jam belajar di luar jam pelajaran di kelas untuk dapat memahami diri sendiri sebelum menentukan pilihan bidang peminatan dan pekerjaan yang diminati.

48. Saya merencanakan pilihan bidang peminatan dan pekerjaan secara matang sesuai minat dan bakat (seperti: belajar dan berlatih).

5. Pemecahan masalah karir

(probelm solving)

49. Saya menghadiri seminar/diskusi (baik di sekolah/ di luar sekolah) untuk mengatasi kebimbangan pilihan bidang peminatan dan pekerjaan yang dipilih.

50. Saya memanfaatkan fasilitas internet, buku, tayangan TV dan media cetak sebagai sumber referensi memecahkan pemilihan karir.


(38)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bekerja.


(39)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pedoman Skoring

Instrumen kematangan eksplorasi karir disusun menggunakan skala pengukuran dalam bentuk Skala Sikap Likert, dengan alternatif 5 respon dengan skor 0-4. Lima jawaban tersebut diurutkan dari kemungkinan skor tertinggi hingga yang terendah, berupa pernyataan mulai dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Penyekoran dilakukan secara sederhana dengan mengacu pada pedoman penyekoran sebagai berikut:

Tabel 3.4

Pedoman Penyekoran Instrumen Kematangan Eksplorasi Karir Arah pernyataan Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Ragu-ragu (R)

Tidak Sesuai (TS)

Sangat Tidak Sesuai (STS)

Positif 4 3 2 1 0

Negatif 0 1 2 3 4

4. Uji Coba Alat Ukur

Pengembangan instrumen dilakukan melalui tiga tahap pengujian sebagai berikut :

a. Uji Validitas Rasional

Uji validitas rasional bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan isi. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh tiga dosen ahli, yaitu Dr. Mubyar Agustin, M.Pd., Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd., dan Dr. Suherman, M.Pd. Uji validitas rasional dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau masih dapat digunakan dengan revisi.


(40)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk hampir seluruh item pada instrumen kematangan eksplorasi karir termasuk memadai. Terdapat item-item yang perlu diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dari tiga dosen ahli dapat disimpulkan pada dasarnya item-item pernyataan dapat digunakan dengan beberapa perbaikan redaksi supaya mudah dipahami siswa.

Langkah berikutnya dilakukan uji keterbacaan terhadap tiga orang siswa SMA yang tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian akan tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Uji keterbacaan dimaksudkan untuk melihat sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden sebelum digunakan untuk kebutuhan penelitian. Hasil uji keterbacaan item pernyataan pada instrumen dapat dipahami oleh tiga orang siswa yang melakukan uji keterbacaan.

b. Uji Validitas Butir Item

Validitas merupakan tingkat penafsiran kesesuaian hasil yang dimaksudkan instrumen dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu instrumen (Creswell, 2012: 159). Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam instrumen yang mengungkap kematangan eksplorasi karir. Pengujian validitas butir item bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang menjadi salah satu tujuan penelitian. Pengujian validitas butir item menggunakan rumus korelasi Spearman-Brown karena hasil pengukuran instrumen dengan jawaban sangat sesuai, sesuai, ragu-ragu, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai, menghasilkan skala ordinal. Selain itu, penggunaan rumus korelasi Spearman-Brown tidak memerlukan asumsi normalitas dan linearitas regresi.

Hasil pengujian validitas instrumen kematangan eksplorasi karir dengan menggunakan korelasi Spearman-Brown, dari 48 item pernyataan yang disusun didapatkan 48 item atau seluruh item dinyatakan valid pada tingkat kepercayaan 95%.


(41)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian reliabilitas instrumen data penelitian dimaksudkan untuk melihat konsistensi internal instrumen yang digunakan atau ketetapan alat ukur (Sukmadinata, 2008). Suatu alat ukur memiliki reliabilitas baik jika memiliki kesamaan data dalam waktu yang berbeda sehingga dapat digunakan berkali-kali. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen diolah dengan metode Cronbach’s Alpha.

Guilford (Furqon, 2001) mengatakan harga reliabilitas berkisar antara -1 sampai dengan +1, harga reliabilitas yang diperoleh berada diantara rentangan tersebut. Semakin tinggi harga reliabilitas instrumen maka semakin kecil kesalahan yang terjadi, dan semakin kecil harga reliabilitas maka semakin tinggi kesalahan yang terjadi.

Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas (Sugiyono, 2008: 216)

No. Koefisien Reabilitas Tafsiran

1 0,80 < r ≤ 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi 2 0,60 < r ≤ 0,79 derajat keterandalan tinggi

3 0,40 < r ≤ 0,59 derajat keterandalan cukup 4 0,20 < r ≤ 0,39 derajat keterandalan rendah 5 R < 0,20 derajat keterandalan sangat rendah

Pada tabel 3.5 disajikan intrepretasi ketercapaian tingkat reliabilitas instrumen. Dari hasil penghitungan data pada 48 item pernyataan diperoleh harga reliabilitas (rhitung) sebesar 0.83 pada α= 0.05. Berdasarkan pada tabel 3.5,

diketahui harga reliabilitas instrumen berada pada derajat keterandalan sangat tinggi. Artinya instrumen kematangan eksplorasi karir siswa mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian.


(42)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Revisi Akhir dan Pengemasan Intrumen Bentuk Final

Item-item instrumen yang memenuhi kualifikasi dihimpun dan diperbaiki sesuai kebutuhan sehingga dihasilkan seperangkat instrumen yang siap untuk digunakan dalam pengumpulan data terhadap subjek penelitian.


(43)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kematangan Eksplorasi Karir Siswa (Setelah Uji Coba)

Dimensi Indikator Pernyataan

Sikap/

attitudes

1. Keterlibatan dalam proses pemilihan karir (involvement in the choice process), yaitu keikutsertaan atau partisipasi aktif siswa SMA dalam proses pilihan karir sesuai dengan tahap perkembangannya.

1. Saya aktif mencari informasi bersama teman tentang pekerjaan di internet, seperti google, facebook, twitter, flickr.

2. Saya tertarik dengan berbagai pembicaraan yang membahas tentang pekerjaan yang disenangi.

3. Saya mendiskusikan pilihan bidang peminatan dengan orangtua.

4. Saya meminta pendapat orangtua sebelum menentukan pilihan pekerjaan. 5. Saya mendiskusikan pilihan studi dengan saudara di rumah.

6. Saya mendiskusikan nilai-nilai mata pelajaran yang berhubungan dengan pilihan bidang peminatan yang diminati dengan guru mata pelajaran.

7. Saya mendiskusikan rencana pilihan bidang peminatan dengan wali kelas.

8. Saya mendiskusikan berbagai referensi tentang pilihan bidang peminatan dengan guru pembimbing.


(44)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9. Saya mendiskusikan kemampuan yang dimiliki tentang pilihan bidang peminatan dengan guru pembimbing.

10.Saya mendiskusikan berbagai persyaratan memasuki pilihan jurusan studi di Perguruan Tinggi dengan guru pembimbing.

11.Saya mengumpulkan berbagai informasi Perguruan Tinggi dengan guru pembimbing. 12.Saya mendiskusikan berbagai persyaratan memasuki pekerjaan dengan guru

pembimbing. 2. Orientasi terhadap pekerjaan

(orientation toward work),

yaitu peninjauan siswa dalam mempersiapkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk memasuki perguruan tinggi, cara atau jalur memasuki perguruan tinggi, mengetahui jenis-jenis perguruan tinggi, tugas-tugas

13.Saya memerlukan persyaratan memasuki pekerjaan yang sesuai dengan bidang peminatan di sekolah.

14.Saya memiliki persyaratan sebagai tuntutan pekerjaan sesuai dengan bidang peminatan di sekolah.

15.Saya mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan di sekolah pada bidang peminatan dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari.


(45)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang harus dilakukan ketika siswa menjadi mahasiswa. 3. Kemandirian dalam

pengambilan keputusan

(independence in decision making), yaitu keadaan siswa untuk dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung kepada orang lain dalam hal menentukan pilihan karir yaitu peminatan dan perguruan tinggi) sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam dirinya.

16. Saya memilih pilihan bidang peminatan berdasarkan kebutuhan sekolah atau industri informasi.

17. Saya memilih pilihan bidang peminatan sesuai dengan minat pribadi sesuai rencana lanjutan studi di Perguruan Tinggi.

18. Saya memanfaatkan informasi yang diperoleh dari wali kelas tentang program pilihan bidang peminatan yang akan dipilih.

19. Saya memanfaatkan berbagai media seperti internet, buku, tayangan televisi, dan media cetak untuk mencari informasi pilihan pekerjaan.

20. Saya mencari informasi tentang pekerjaan kepada orang yang telah bekerja.

21. Saya mengunjungi bursa kerja atau job fair untuk mendapatkan informasi pekerjaan.

4. Faktor pemilihan karir

(preference for choice factors),

yaitu sikap siswa dalam pengambilan keputusan karir

22. Saya menggunakan berbagai informasi untuk memiliki karir yang diinginkan.

23. Saya memperhitungkan besar kecilnya gaji yang diperoleh dari pekerjaan yang dipilih.


(46)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sesuai dengan karakteristik diri, lingkungan, serta nilai-nilai terkait dengan pilihan studi.

sebelumnya.

25. Saya mempertimbangkan kemampuan saya sebelum melakukan pilihan bidang peminatan yang akan diputuskan.

5. Konsep pemilihan karir

(conceptions of the choice process), yaitu ketepatan siswa dalam memahami nilai-nilai diri yang harus dimiliki dan nilai- nilai bidang karir atau studi yang telah dipilihnya.

26. Saya meyakini etika kedisiplinan harus dipenuhi dalam bekerja.

27. Saya dapat bekerja pada bidang tertentu dengan penuh tanggung jawab.

28. Saya memahami karakteristik yang harus dimiliki seorang pekerja supaya sukses. 29. Saya yakin pendidikan yang ditempuh saat ini menjamin pilihan studi pada masa

yang akan datang.

Kompetensi/

Competency

1. Penilaian diri (self appraisal),

yaitu kemampuan siswa dalam mengidentifikasi kesesuaian antara hal-hal tentang diri

(self) dengan

lingkungannya(environment)

30. Saya memperhatikan kondisi fisik dalam menentukan pilihan bidang peminatan. 31. Saya mempertimbangkan bakat yang dimiliki dalam menentukan pilihan studi. 32. Saya mempertimbangkan nilai raport untuk menentukan pilihan bidang peminatan. 33. Saya mempertimbangkan hobi dalam menentukan pilihan bidang peminatan. 34. Saya menyesuaikan pilihan pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki.


(47)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai dasar dalam penentuan pilihan karir.

2. Informasi pekerjaan

(occupational information),

yaitu pengetahuan siswa tentang pilihan-pilihan

pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan yang diminta untuk memasuki pekerjaan tersebut dan sikap yang dimiliki siswa ketika

memasuki bidang pekerjaan.

35. Saya mengetahui proses seleksi memperoleh pekerjaan.

36. Saya dapat mengidentifikasi hambatan yang akan dihadapi dalam memiliki pekerjaan.

3. Seleksi tujuan (goal selection),

yaitu kemampuan siswa dalam membuat pilihan karir yang cocok sesuai dengan diri dan lingkungannya.

37. Saya memilih pekerjaan berdasarkan nilai-nilai akademik yang memuaskan selama di sekolah.

38. Saya memilih bidang peminatan yang akan mengembangkan keterampilan dalam pekerjaan.


(48)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40. Saya mempertimbangkan norma-norma yang berlaku dalam memilih pekerjaan. 41. Saya mempertimbangkan faktor kesempatan mengembangkan masa depan sebelum

memilih pekerjaan. 4. Perencanaan karir (planning),

yaitu kemampuan siswa dalam mempersiapkan dan

membekali diri dengan berbagai macam keterampilan yang berkaitan dengan

karirnya.

42. Saya mengikuti kursus atau les yang diperlukan sebagai persiapan memasuki dunia kerja.

43. Saya menambah jam belajar di luar jam pelajaran di kelas untuk meningkatkan kemampuan dalam mata pelajaran bidang peminatan.

44. Saya merencanakan pilihan bidang peminatan sesuai dengan bakat yang dimiliki.

5. Pemecahan masalah karir

(probelm solving), yaitu kemampuan siswa dalam mencari alternatif-alternatif penyelesaian dalam

pengambilan keputusan karir.

45. Saya menghadiri seminar atau diskusi untuk mengatasi kebimbangan pilihan bidang peminatan.

46. Saya memanfaatkan fasilitas internet, buku, tayangan TV dan media cetak sebagai sumber referensi memecahkan pemilihan karir.

47. Saya mendiskusikan pilihan pekerjaan yang diminati dengan orang yang telah bekerja.


(49)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(50)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 11 Garut. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah sasaran pilot project program kurikulum 2013 di Kabupaten Garut. SMA Negeri 11 Garut merupakan sekolah yang dipercayai oleh pemerintah untuk menerapkan kurikulum 2013, sasaran pertamanya adalah siswa-siswi kelas X tahun ajaran 2013/2014.

Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 11 Garut. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Karakteristik siswa yang dijadikan sampel adalah :

1. Siswa kelas X SMA Negeri 11 Garut yang sedang berada pada tahap eksplorasi karir.

2. Siswa yang diberikan perlakuan (intervention) adalah 17 orang siswa yang memiliki kematangan eksplorasi karir dengan skor yang rendah.

3. Siswa bersedia mengikuti proses perlakuan (intervention).

F. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian equivalent time series

adalah sebagai berikut :

1. Select Participants for Group

Peneliti memilih sampel penelitian yang berasal dari populasi siswa kelas X SMA Negeri 11 Garut kelas X Tahun Ajaran 2013/2014. Pemilihan partisipan atau sampel penelitian dilakukan dengan penyebaran instrumen kematangan eksplorasi karir siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 11 Garut yang memiliki skor kematangan eksplorasi karir rendah dan bersedia mengikuti keseluruhan sesi intervensi.


(51)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyebaran instrumen dilakukan di kelas X SMAN 11 Garut. Kegiatan penyebaran instrumen dilakukan sebagai tes awal atau pre-test dan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum kematangan eksplorasi karir siswa.

3. Intervention 1A

Pemberian intervensi 1A dilakukan pada siswa kelas X yang memiliki skor

pre-test kematangan eksplorasi karir rendah. Sasaran intervensi 1A adalah indikator-indikator dengan skor rendah pada dimensi sikap. Indikator-indikator rendah pada dimensi sikap adalah keterlibatan siswa dalam proses pemilihan karir atau involvement in the choice process, orientasi terhadap pekerjaan atau

orientation toward work, dan memahami keterampilan dan sikap belajar yang harus dimiliki sesuai dengan bidang peminatan yang dipilih atau conceptions of the choice process.

4. Intervention 1B

Pemberian intervensi 1B dilakukan pada siswa kelas X yang memiliki skor pre-test kematangan eksplorasi karir rendah. Sasaran intervensi 1B adalah indikator-indikator dengan skor rendah pada dimensi kompetensi. Indikator-indikator rendah pada dimensi kompetensi adalah penilaian diri atau self appraisal

dan perencanaan karir atau planning. 5. Posttest 1

Pelaksanaan post-test pertama dilakukan setelah melaksanakan perlakuan atau intervensi sesi 1A dan 1B. Posttest yang diberikan berupa instrumen kematangan eksplorasi karir yang sama pada waktu pemberian pretest. Posttest

pertama dilakukan untuk melihat adanya perubahan antara tingkat kematangan eksplorasi karir siswa pada waku pretest dengan setelah diberikan intervensi sesi 1A dan 1B.

6. Intervention 2A

Pemberian intervensi 2A dilakukan pada siswa kelas X yang memiliki skor


(52)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

indikator-indikator dengan skor rendah pada dimensi sikap. Indikator-indikator rendah pada dimensi sikap adalah keterlibatan siswa dalam proses pemilihan karir atau involvement in the choice process, orientasi terhadap pekerjaan atau

orientation toward work, dan memahami keterampilan dan sikap belajar yang harus dimiliki sesuai dengan bidang peminatan yang dipilih atau conceptions of the choice process.

Sesi intervensi 2A dirancang dengan aktivitas layanan yang lebih kompleks dibanding sesi intervensi 1A. Materi yang diberikan oleh guru pembimbing lebih mendalam dibandingkan dengan sesi intervensi 1A. Hal ini ditujukan supaya adanya peningkatan kematangan eksplorasi karir yang lebih tinggi daripada hasil post-test pertama.

7. Intervention 2B

Pemberian intervensi 2B dilakukan pada siswa kelas X yang memiliki skor pre-test kematangan eksplorasi karir rendah. Sasaran intervensi 2B adalah indikator-indikator dengan skor rendah pada dimensi kompetensi. Indikator-indikator rendah pada dimensi kompetensi adalah penilaian diri atau self appraisal

dan perencanaan karir atau planning.

Sesi intervensi 2B dirancang dengan aktivitas layanan yang lebih kompleks dibanding sesi intervensi 1B. Materi yang diberikan oleh guru pembimbing lebih mendalam dibandingkan dengan sesi intervensi 1B. Hal ini ditujukan supaya adanya peningkatan kematangan eksplorasi karir yang lebih tinggi daripada hasil posttest pertama.

8. Posttest 2

Pelaksanaan posttest kedua dilakukan setelah melaksanakan perlakuan atau intervensi sesi 2A dan 2B. Post-test yang diberikan berupa instrumen kematangan eksplorasi karir yang sama pada waktu pemberian pretest. Posttest

kedua dilakukan untuk melihat adanya perubahan antara tingkat kematangan eksplorasi karir siswa pada waku pre-test dengan setelah diberikan intervensi sesi sesi 2A dan 2B.


(1)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

135

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli. 1990. Hubungan antara Beberapa Faktor Sosial dan Prestasi,

Jenis Kelamin, dan Lokus Kendali dengan Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas. Malang: Fakultas Pascasarjana IKIP Malang. Disertasi (tidak diterbitkan).

ABKIN. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling

Dalam Jalur Pendidikan Formal: Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Achdisty, Oktaviana T. (2008). Program Bimbingan untuk Meningkatkan

Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Skripsi. Bandung: PPB FIP UPI Bandung.

Arifin, Syamsul. (2008). Metroseksual. [online]. Tersedia: http://www.ipin4u.

esmartstudent.com/mapres.htm [3 Juli 2014].

Bandura, A., dan Schunk, Dale. (1984). Enhancing Self Efficacy and Achievement Through Rewards and Goals: Motivation and Information

Effects. (ed). The Journal of Educational Research, 76.

Brown, Duane. (2007). Career Information, Career Counseling, and Career

Development. 9th.ed. Boston: Pearson Education, Inc.

Bruneau et al. (2005). Creative Techniques for Counseling. Nedherlands: Kluwer

Academic.

Budiman, N. (2002). Hubungan Antara Kemandirian Emosional, Perilaku dan

Nilai Dengan Orientasi Karir. Psikopedagogia. Volume 2 Nomor 4, hal 241-258.

Creswell, John W. (2012). Educational Research (Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research). Boston: Pearson Education.

Crites, J. O. (1969). Vocational Psychology: The Study of Vocational and


(2)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Crites, J. O. (1980). Career Counseling: Models, Methods, and Material. New

York: McGraw-Hill Book Company.

Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Dillard, J. M. (1985). Life Long Career Planning. Ohio: Charles E. Meril

Publishing Co.

Furqon. (2001). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Gani, R.A. (1996). Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.

Gibson, R. L. Dan Mitchell, M.H. (1995). Introduction to Counseling and

Guidance. Englewood Cliffs-New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Glaize, David dan Myrick, Robert D. (1984). A Studyof Career Maturity and

Careeer Decidedness. The Vocaional Guidance Quarterly Volume 2.

Gonzales, Alvares Manuel. (2008). Career Maturity: a Priority for Secondary

Education. Journal of Research in Educational Psychology. No 16, Vol 6 (3), pp 749-772.

Hattari. (1983). Arah Pengertian Bimbingan Karir dengan Pendekatan

Developmental. Jakarta: BP3K.

Holland, J.L. (1997). Making Vocational Choice. 3rd.ed. Englewood Cliffs, New

York: Prentice-Hall.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

Kartadinata, Sunaryo. (2003). Bimbingan dan Konseling Perkembangan:

Pendekatan Alternatif Bagi Pendidikan Mutu dan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling Sekolah. Jurnal Bimbingan dan Konseling VI, (11), 1-15.

Kemdikbud. (2013). Pedoman Peminatan Peserta Didik. Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.


(3)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Lathifah, Nuryanto I. (2010). Profil Kematangan Karir Siswa SMK. Skripsi.

Bandung: PPB FIP UPI Bandung.

Lau et al. (2013). The Effectiveness of Career Exploration Program for High

School Students.International Conference on Humanities, Society and Culture. Malaysia: University of Malaya Faculty of Education.

Manrihu, T. M. (1986). Studi Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kematangan Karir Siswa SMA di Sulawesi Selatan. Disertasi pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Margaretha. (1992). Perencanaan Karir Siswa SMA dan Keterkaitannya Dengan

Orientasi Nilai, Aspirasi Karir Orang Tua, dan Kesempatan yang Tersedia di dalam Masyarakat. Tesis. Program Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Maria Do Ceu Taveira. (et.al.). (1998). Individual Characteristics and Career

Explorations. British Journal of Guidance and Counseling. Feb. 1998; 26:1. ProQuest Education Journals.

Milgram, Roberta M. (1979). Counseling Gifted and Talented Children.

Neowood-New Jersey: Ablex Publishing Coorporation.

Munandir. (1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: PPTA-Ditjen

Dikti Depdikbud.

Nurbani, Hazar. (2006). Kontribusi Layanan Informasi Karir terhadap

Penyelesaian Masalah Karir yang Dihadapi Siswa SMK. Skripsi Sarjana PPB UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nurihsan, Juntika. (2006), Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung, Refika Aditama.

Nurihsan, Juntika dan Sudanto. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di

SMA (Kurikulum 2004). Jakarta: Grasindo.

Oktaviana, Trya Achdisty. (2008). Program Bimbingan untuk Meningkatkan

Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuturan. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Osipow. (1983). Theories of Career Development. Third Edition. New York:


(4)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Prayitno. (2004). Layanan penempatan dan penyaluran. Padang : FKIP

Universitas Negeri.

Purwandari, Ari. (2009). Kematangan Vokasional pada Siswa Kelas XII di SMA

Negeri 1 Klaten Ditinjau dari Keyakinan Diri Akademik dan Jenis Kelas.

Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. <Online>. Terdapat dalam:

http://docs.google.com/viewer?url=http://www/gunadarma.ac.id/library/a rticles/graduate/psychology/2009/Artikel_10503080.pdf&chrome-true<20 <20 Juni 2014>.

Purwanta, Edi. (2012). Peran Kecerdasan Emosional dalam Eksplorasi Karir

Anak SLTP. Volume I No 1 Juni. Jurnal Bimbingan dan Konseling.

Rafmainis. (2009). Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling Karir

Berbasis SIGI-Plus untuk Memantapkan Orientasi Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rauf, M. Yunan. (2006). Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Kematangan

Karir Siswa SMA. Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Rusmana, Nandang. (2008). Group Exercise, Pelatihan Teknik-Teknik Bimbingan

Kelompok Menggunakan Latihan Kelompok. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Santoadi, F. (2006). Pengalaman Persiapan Pilihan Studi/Karir Mahasiswa USD

Semester I Tahun Akademik 2006/2007. <Online> Tersedia: www.puslitjaknov.org (28 Juni 2014).

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Alih

Bahasa Shinto B Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.

Sharf, R.S. (1992). Applying Career Development Theory to Counseling.

California: Brooks/Cole Publishing Company.

Sinambela, F. C. (1999). Kajian Tentang Pengaruh Orientasi Karir dan

Hambatan Karir Terhadap Kesuksesan Karir Agen Asuransi. Tesis

<Online> Tersedia: http://www.itbcentralliberary.com/.htm. (17 Juni


(5)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Studer, Jeannine R. (2005). The Profesional School Counselor: An Advocate for

Student. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (1982). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani

Production.

Sukardi, Dewa Ketut. (1987). Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Balai

Pustaka.

Sukardi, Dewa Ketut. (1989). Pengantar Pelaksanaan program bimbingan dan

konseling, Jakarta, PT Rineka cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Supraptono, Eko. (1994). Kontribusi Minat Kejuruan dan Aspirasi Kerja Serta

Status Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Kematangan Karir Siswa.

Tesis pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Supriatna, Mamat. (2009). Layanan Bimbingan Karir di Sekolah

Menengah.Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.

Supriatna, Mamat & Budiman, Nandang. (2009). Bimbingan Karir di SMK.

Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan

Indonesia.

Surya, M. (1988). Bimbingan Karir. Bandung: PPS UPI. Makalah tidak

diterbitkan.

Surya, M. (1988). Pokok-Pokok Bimbingan Karir. Jurusan Psikogi Pendidikan

dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(6)

Deasy Yunika Khairun, 2014

Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Wall, Janet E. (1994). An Example of Assessment;s Role in Career Exploration.

Journal of Counseling and Development: JCD; July 1994: 72.6: Proquest Education Journals.

Wicaksono, Luhur. (2007). Pengaruh Informasi Karir Terhadap Pengambilan

Putusan Karir Siswa SMA. Universitas Tanjungpura, Pontianak. (jurnal pendidikan).

Wijanarko, H. (2009). Pentingnya Orientasi Karir. <online> Tersedia:

http://www.jakartaconsulting.com/art-15-53.htm. ( 1 Juli 2014).

Winkel. (1997). Bimbingan dan Konseling di Instansi Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP

dan SLTA). Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Yusuf & Nurihsan. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: