Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan Menggugat (Kajian Dalam Film Lost in Papua) T1 362007057 BAB V

BAB V
KESIMPULAN & SARAN
1.1.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal yang

berkaitan dengan bagaimana film Lost in Papua mengkonstruksikan perempuan
Papua berkaitan dengan mitos suku perempuan dan bentuk-bentuk perlawanannya.
1. Wacana pada film Lost in Papua melalui sosok perempuan Papua yang
dimunculkan dalam mitos suku perempuan, merupakan salah satu gerakan
feminis yang menentang adanya budaya patriarki. Dalam hal ini realitas
perempuan Papua dikonstruksikan dan dicerminkan oleh media sebagai
perempuan yang kuat dan perkasa serta mampu melakukan hal-hal yang
dapat dilakukan oleh kaum laki-laki. Perempuan di dalam film lebih
mendominasi kaum laki-laki dengan berbagai tindak kekerasan yang
mereka lakukan.
2. Bentuk perlawanan dari perempuan dalam film Lost in Papua dapat
dikatakan sebagai perempuan menggugat. Perempuan menggugat dengan
cara melakukan tindak kekerasan fisik, melakukan pelecehan seksual, dan
perempuan sebagai kaum kanibal membuktikan bahwa perempuan bisa

lebih kuat dibandingkan laki-laki.
Tindak kekerasan yang dilakukan oleh suku perempuan dalam film
terhadap kaum laki-laki tersebut muncul seolah-olah mau menyatakan
bahwa tindak kekerasan yang terjadi dapat saja muncul karena adanya
tindakan kekerasan terhadap kaum perempuan di Papua yang sering kali
terjadi.
3. Konsep gender dalam konteks perempuan Papua yang dicerminkan
melalui mitos Suku Perempuan dirasa kurang bermanfaat dalam segi
moral. Perempuan Papua sampai saat ini masih banyak mendapatkan

117

tindak kekerasan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mitos suku
perempuan yang dimunculkan dalam film membuat adanya pandangan
yang negatif terhadap perempuan Papua.
Mitos yang semakin berkembang dalam masyarakat Papua ini akan lebih
baik jika tidak dipertahankan dalam masyarakat sekitarnya, karena dalam
hal ini konsep perempuan Papua sama sekali tidak seperti mitos yang
diceritakan dan dipublikasikan dalam film Lost in Papua.
4. Metode penelitian menggunakan analisis wacana kritis dari Teun A. Van

Dijk dengan menggunakan pendekatan “Kognisi Sosial” memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan, diantaranya adalah :
1) Kelebihan menggunakan Analisis Wacana Kritis Teun A. Van
Dijk adalah peneliti dapat menemukan makna teks dari film Lost
in Papua ini, dengan adanya teks – kognisi sosial – konteks sosial.
Pada struktur-struktur yang digunakan peneliti maka ditemukanlah
suatu konsep “Perempuan Menggugat” melalui keseluruhan scenescene dalam film. Melalui analisis wacana kritis, temuan pada film
dapat dilihat secara kritis melalui struktur-struktur elemen Van
Dijk yang memudahkan peneliti dalam menganalisis dan
membahas hasil penemuan.
2) Kekurangan menggunakan Analisis Wacana Kritis ini adalah di
mana analisis wacana kritis dari Teun A. Van Dijk ini sebenarnya
lebih tepat digunakan dalam menganalisis teks pada Koran dalam
hubungannya dengan wartawan. Oleh sebab itu penggunaan
analisis wacana kritis ini harus memerlukan pemahaman wacana
lebih mendalam dalam penggunaannya pada film.

118

1.2.


SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis memberi saran sebagai

berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi,
khususnya yang berkaitan dengan pengembangan studi analisis wacana
kritis khususnya pada film dalam kajian media massa.
2. Diharapkan dari penelitian ini dapat menumbuhkan kesadaran tentang
perempuan dalam media massa khususnya film dan dapat menambah
wawasan khususnya tentang peran perempuan di daerah Papua.

119