T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Stereotip Etnis Ambon dalam Film Red Cobex T1 BAB V

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai representasi stereotip etnis Ambon
dalam film Red Cobex, dapat ditarik kesimpulan bahwa stereotip masih menjadi
acuan dalam menilai orang, kelompok, bahkan sesuatu hal di dalam
bermasyarakat. Masyarakat acapkali menggunakan stereotip tersebut untuk
menilai sesorang atau sesuatu tanpa mengenalnya telebih dahulu. Seringkali
stereotip yang muncul di masyarakat merupakan stereotip negatif yang berdampak
buruk bagi yang bersangkutan.
Dalam film Red Cobex ini sineas ingin menggambarkan Indonesia yang
multietnis, dimana dalam bermasyarakat kita bertemu dengan orang-orang
berbagai etnis. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi
tetap satu jua pun digambarkan dalam film ini, yang dikemas secara apik dalam
dialog, dialek, dan karakter para tokoh, dimana geng Red Cobex yang terdiri dari
berbagai macam etnis mau berinteraksi dan membantu masyarakat yang ada di
sekitarnya. Dalam film ini juga sineas ingin mengingatkan pada peonoton
pentingnya toleransi satu dengan yang lain agar tercipta kerukanan di masyarakat.
Dari analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode semiotika John
Fiske dengan unit analisa kode-kode televisi yang meliputi level realitas, level
representasi, dan level ideologi, penulis menemukan stereotip etnis Ambon seperti

yang ada di masyarakat, antara lain ciri fisik orang Ambon yang berkulit gelap,
berambut ikal, cara berbicara yang keras dan blak-blakan, suka menyanyi dan
suka membantu kerabat yang keususahan. Tetapi disisi lain, penulis juga
menemukan penggambaran tokoh Ambon yang berbeda dari stereotip yang ada di
masyarakat, yang ada pada tokoh Yopie. Yopie digambarkan memiliki sikap yang
lembut, lugu, dan tidak suka kekerasan. Disamping itu, dalam film ini juga
terdapat unsur rasisme dimana Yopie yang memiliki kulit hitam dianggap sebagai
orang jahat dan dipandang sebelah mata. Jadi, dalam film ini sineas tidak hanya
mengangkat stereotip etnis Ambon seperti yang ada di masyarakat, tetapi juga

49

memberikan pemahaman lain bahwa tidak semua etnis Ambon seperti stereotip
yang ada dimasyarakat, mereka juga manusia biasa yang tiap individu nya
memliki

kepribadian

masing-masing,


sehingga

masyarakat

tidak

bisa

menyamakan orang yang satu dengan yang lain meskipun merupakan etnis yang
sama.

2. Saran
Penulis berharap ada penelitian yang mengangkat topik yang sama dengan
film yang berbeda, dikarenakan masih sedikit referensi yang manyangkut etnis
maupun stereotip etnis di Indonesia, khususnya etnis Ambon. Penulis juga
berharap akan hadirnya film-film yang mengangkat budaya Indonesia, yang bisa
menambah pengetahuan masyarakat dan dapat mempererat tali persaudaraan
antara etnis yang satu dengan yang lain, sehingga mengurangi stereotip yang ada
di masayarakat tentang etnis tertentu.


50