Peran Pola Asuh Autoritatif dan Kecerdasan Emosional terhadap Problem Focused Coping pada Remaja Akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD.

NASKAH PUBLIKASI

PERAN POLA ASUH AUTORITATIF DAN KECERDASAN
EMOSIONAL TERHADAP PROBLEM FOCUSED COPING PADA
REMAJA AKHIR DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FK
UNUD

Disusun oleh:

MADE AYU PRADITYA LARASHATI
NIM: 1202205012

Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS UDAYANA
Januari 2016

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Peran Pola Asuh Autoritatif dan Kecerdasan Emosional terhadap Problem Focused
Coping pada Remaja Akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD


dipersiapkan dan disusun oleh:

Made Ayu Praditya Larashati
1202205012

Telah diperiksa dan disahkan oleh:

Tanda tangan dan tanggal pengesahan
Dra.Adijanti Marheni, M.Si., Psikolog

Putu Nugrahaeni Widiasavitri, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Made Diah Lestari, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Dr. I Made Rustika, M.Si,, Psikolog

ii

Peran Pola Asuh Autoritatif dan Kecerdasan Emosional Terhadap Problem Focused
Coping Pada Remaja Akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD


Made Ayu Praditya Larashati dan I Made Rustika
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
larashatiayu@rocketmail.com
ABSTRAK
Problem focused coping adalah usaha yang digunakan individu untuk mengurangi
stres yang dihadapi dalam mengatasi masalah secara langsung dengan mengelola masalah
tersebut. Taraf problem focused coping dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman usia dini
seperti pola pengasuhan orang tua. Di samping itu kemampuan berpikir jernih dan bersikap
tenang membantu individu untuk mengendalikan diri dalam menghadapi masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran pola asuh autoritatif dan kecerdasan emosional
terhadap problem focused coping pada remaja akhir. Subjek penelitian ini adalah 156
remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Instrumen penelitian ini adalah skala problem focused coping, skala kecerdasan
emosional, dan skala pola asuh autoritatif. Hasil yang diperoleh dari analisis regresi ganda
menunjukkan nilai R=0,510 (p mean teoritis) menghasilkan
sebuah kesimpulan bahwa subjek diasuh dengan pola asuh autoritatif yang tinggi.
Berdasarkan penyebaran frekuensi menghasilkan rentang skor subjek penelitian berkisar
antara 61 sampai 75 terdapat 100% subjek memiliki skor diatas mean teoritis.
Berdasarkan tabel 1, variabel kecerdasan emosional memiliki mean empiris yang

lebih besar dari mean teoritis sehingga menghasilkan perbedaan sebesar 10,5. Mean
empiris yang didapat lebih besar dari mean teoritis (mean empiris > mean teoritis)
menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa subjek memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi. Berdasarkan penyebaran frekuensi menghasilkan rentang skor subjek penelitian
berkisar antara 72 sampai 94 terdapat 98,1% subjek memiliki skor diatas mean teoritis.

10

Uji Asumsi
Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas Data Penelitian

Variabel

Kolmogorov-Smirnov

Problem Focused Coping
Kecerdasan Emosional
Pola Asuh Autoritatif


1,260
0,788
1,301

Asymp.Sig (2-tailed)
(P)
0,084
0,563
0,068

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan
bantuan SPSS version 17.0. Menurut Santoso (2005) menjelaskan bahwa data penelitian
dapat dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Pada saat melakukan uji normalitas dengan
jumlah subjek sebanyak 325 orang, hasil uji normalitas pada penelitian ini menunjukkan
data penelitian ini tidak berdistribusi normal sehingga peneliti melakukan penghapusan
outlier. Outlier adalah pengamatan yang memiliki jarak ekstrem dari nilai-nilai dalam
sampel suatu populasi. Penghapusan outlier dilakukan apabila memberikan pengaruh
terhadap proses uji selanjutnya dan menganggu normalitas data secara keseluruhan. Sejauh
ini tidak ada batas maksimal dari penghapusan outlier pada data suatu penelitian (Suryani
& Hendryadi, 2015). Penghapusan outlier dilakukan sedikit demi sedikit sehingga peneliti

mendapatkan hasil uji normalitas yang menunjukkan data penelitian ini berdistribusi
normal dengan jumlah subjek sebanyak 156 orang. Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa
data pada variabel problem focused coping dapat dikatakan telah berdistribusi normal
karena memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,260 dengan signifikansi 0,084
(p>0,05). Data pada variabel pola asuh autoritatif dapat dikatakan telah berdistribusi
normal karena memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,301 dengan signifikansi
0,068 (p>0,05). Data pada variabel kecerdasan emosional dapat dikatakan telah
berdistribusi normal karena memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,788 dengan
signifikansi 0,563 (p>0,05).
Tabel 3.
Hasil Uji Linearitas Data Penelitian

Problem Focused
Coping*Kecerdasan
Emosional
Problem Focused
Coping*Pola Asuh
Autoritatif

Between

Groups
Between
Groups

Linearity

F
54,984

Sig.
0,000

Deviation from Linearity
Linearity

1,384
5,945

0,137
0,016


Deviation from Linearity

0,836

0,621

11

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang linear antara
variabel bebas dengan variabel tergantung. Menguji linearitas menggunakan uji compare
mean dengan melihat nilai signifikansi pada Linierity dibawah 0,05 (p0,05) (Priyatno, 2012). Uji
linearitas pada penelitian ini menggunakan SPSS version 17.0. Berdasarkan tabel 3,
diketahui bahwa variabel problem focused coping dan kecerdasan emosional memiliki
signifikansi linearity sebesar 0,000 (p0,05). Pada variabel problem focused coping dan pola asuh autoritatif
yang memiliki signifikansi liniearity sebesar 0,016 dan signifikansi deviation from
linearity sebesar 0,621 (p>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear
antara problem focused coping dengan kecerdasan emosional dan problem focused coping
dengan pola asuh autoritatif.
Tabel 4.

Hasil Uji Multikolinearitas Data Penelitian

Variabel

Tolerance

Kecerdasan
Emosional
Pola Asuh Autoritatif

0,949

Variance Inflation
Factor (VIF)
1,054

Keterangan
Tidak ada multikolinearitas

0,949


1,054

Tidak ada multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat korelasi antar variabel-variabel bebas.
Metode

regresi

dianggap

baik

ketika

variabel

bebas


tidak

memiliki

gejala

multikolinearitas, hal tersebut dapat dilihat dari nilai VIF dibawah 10 dan nilai Collinierity
Tolerance diatas 0,1. Uji multikolinearitas pada penelitian ini menggunakan SPSS version
17.0. Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa variabel kecerdasan emosional dan pola asuh
autoritatif memiliki nilai tolerance sebesari 0,949 dan nilai VIF sebesar 1,053, sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas pada metode regresi penelitian ini dianggap baik
karena tidak terjadi multikolinearitas.
Berdasarkan hasil uji asumsi yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan hasil bahwa
data penelitian ini memiliki distribusi normal, memiliki hubungan yang linear, dan tidak
terjadi multikolinearitas.
Uji Hipotesis
Berikut merupakan hasil uji regresi berganda antara pola asuh autoritatif dan
kecerdasan emosional terhadap problem focused coping:

12


Tabel 5.
Hasil Uji Regresi Berganda Pola Asuh Autoritatif dan Kecerdasan Emosional terhadap Problem
Focused Coping

R
0,510

R Square
0,260

Adjusted R Square
0,250

Std. Error of the Estimate
2,666

Uji regresi ganda digunakan untuk mengetahui peran dari dua variabel bebas atau
lebih

terhadap satu variabel tergantung (Santoso, 2003). Uji regresi berganda pada

penelitian ini menggunakan SPSS version 17.0. Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa
koefisien regresi (R) sebesar 0,510 dan koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,260
maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh autoritatif dan kecerdasan emosional secara
bersama-sama menentukan 26% taraf problem focused coping. Dengan demikian variabel
lain yang tidak diteliti menentukan 74% taraf problem focused coping.
Tabel 6.
Hasil Uji Regresi Berganda Signifikansi Nilai F

Regression
Residual
Totak

Sum of Squares
382,184
1087,425
1468,609

Df
2
143
155

Mean Square
191,092
7,107

F
26,886

Sig
0,000

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 26,886 dan signifikasi
sebesar 0,000 (p mean teoritis), sehingga membuktikan bahwa
remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi. Hasil kategorisasi data kecerdasan emosional menunjukkan bahwa
subjek yang memiliki kecerdasan emosional sedang menunjukkan presentase sebesar
31,4% dan kecerdasan emosional tinggi sebesar 68,6%. Tingginya kecerdasan emosional

18

yang dimiliki remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD dipengaruhi
oleh proses diskusi dalam kegiatan small group discussion (SGD). Proses diskusi yang
terjadi dalam SGD menyebabkan mahasiswa kedokteran diajarkan untuk mampu
menyampaikan pendapat yang dimiliki tanpa menjatuhkan orang lain dan mampu
menghargai perbedaan pendapat yang terjadi dalam proses diskusi tersebut. Menurutu
Rohmah (2006) proses diskusi menyebabkan mahasiswa dapat mengembangkan potensi
diri karena mahasiswa dapat mengenal diri, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri,
percaya diri, mempunyai persepsi positif, mempunyai motivasi intrinsik dan belajar
menghargai serta mempertahankan pendapat. Goleman (2015) mengemukakan bahwa
individu yang mampu mengembangkan potensi diri adalah individu yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi karena individu mampu mengenali dan mengelola emosi
diri dalam menyampaikan pendapat serta membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Dalam penelitian ini pengukuran terhadap efektivitas SGD belum dilakukan sehingga
belum didapat data empiris yang pasti terkait efektivitas SGD, sehingga diharapkan adanya
penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas SGD dalam pengembangan kecerdasan
emosional.
Tidak hanya proses diskusi melalui SGD, remaja akhir dalam penelitian ini memiliki
kecerdasan emosional tinggi karena peran pola asuh autoritatif yang diterapkan orangtua
juga tinggi, yaitu sebesar 91% berdasarkan hasil kategorisasi data penelitian. Orangtua
yang menerapkan pola asuh autoritatif menyebabkan anak dapat melakukan komunikasi
dua arah dalam berdiskusi dengan menggunakan interaksi yang hangat berupa penggunaan
bahasa secara hati-hati dan memberikan respon positif (Baumrind, 1966).
Pada deskripsi statistik data penelitian menunjukkan bahwa pola asuh autoritatif
memiliki mean teoritis sebesar 57,5 dan mean empiris 68,84. Mean empiris yang didapat
lebih besar dari mean teoritis (mean empiris > mean teoritis) sehingga membuktikan bahwa
remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD diasuh dengan pola asuh
autoritatif yang tinggi. Hasil kategorisasi pola asuh autoritatif, menunjukkan bahwa subjek
yang diasuh dengan pola asuh autoritatif sedang memiliki presentase sebesar 9% dan
diasuh dengan pola asuh autoritatif tinggi sebesar 91%. Tingginya pola asuh autoritatif
pada remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan orangtua. Mayoritas orangtua subjek berpendidikan tinggi yaitu S1, S2,
dan S3 dengan persentase ayah berpendidikan tinggi sebesar 73,1% dan ibu sebesar 53,9%.

19

Menurut Farida dan Naviati (2014) orangtua yang berpendidikan tinggi cenderung
menerapkan pola asuh autoritatif kepada anak. Orangtua yang berpendidikan tinggi akan
memberikan berbagai alternatif dan jawaban dalam melakukan diskusi sehingga membuat
anak berpikir lebih matang terhadap keputusan yang akan diambil (Haryanti, 2014).
Dasmo, Nurhayati dan Marhento (2012) mengemukakan bahwa orangtua yang
berpendidikan tinggi berusaha untuk memberikan pendidikan terbaik untuk anak. Orangtua
memberikan pendidikan terbaik karena orangtua mengutamakan kualitas anak (Baumrind,
1966). Dalam Penelitian ini uji beda terhadap data pendidikan orangtua belum dilakukan
sehingga belum didapat data empiris yang pasti terkait variasi pada pola asuh berdasarkan
pendidikan orangtua, sehingga diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai tingkat
pendidikan orangtua terhadap pemilihan pola asuh yang diterapkan orangtua.
Keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam penelitian ini adalah terjadinya
ketidaknormalan data penelitian dengan 369 subjek sehingga menyebabkan peneliti
melakukan penghapusan outlier. Penghapusan outlier dilakukan sedikit demi sedikit
sehingga mendapatkan hasil uji normalitas bahwa data penelitian ini berdistribusi normal
dengan jumlah subjek 156 orang. Peneliti memperkirakan bahwa data tidak berdistribusi
normal pada awal uji normalitas dipengaruhi karena ketidakseriusan subjek dalam
memberikan jawaban dari pernyataan yang terdapat di dalam kuisioner dan program studi
pendidikan dokter FK UNUD sudah cukup sering menjadi subjek dari berbagai penelitian
baik yang dilakukan oleh mahasiswa program studi pendidikan dokter sendiri atau dari
program studi lain. Keterbatasan yang dimiliki peneliti selanjutnya adalah sulitnya
melakukan kategorisasi pekerjaan orangtua dan domisili subjek karena terdapat berbagai
variasi dalam pekerjaan orangtua dan domisili yang ditulis dalam kuisioner. Kesulitan
dalam kategorisasi menyebabkan peneliti tidak bisa melakukan analisis karakteristik
subjek penelitian.
Setelah melakukan prosedur analisis data penelitian, karya tulis ini telah mencapai
tujuan penelitian yaitu mengetahui peran pola asuh autoritatif dan kecerdasan emosional
terhadap problem focused coping pada remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter
FK UNUD, mengetahui peran pola asuh autoritatif terhadap problem focused coping
remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD, dan mengetahui peran
kecerdasan emosional terhadap problem focused coping remaja akhir di Program Studi
Pendidikan Dokter FK UNUD.

20

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pola
asuh autoritatif dan kecerdasan emosional secara bersama-sama berpengaruh terhadap
problem focused coping pada remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK
UNUD, kecerdasan emosional memiliki peran yang signifikan terhadap problem focused
copingi pada remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD, secara parsial
pola asuh autoritatif tidak memiliki peran yang signifikan terhadap problem focused coping
pada remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD, problem focused
coping pada remaja akhir di Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD mayoritas tinggi
dengan persentase sebesar 69,2%, kecerdasan emosional pada remaja akhir di Program
Studi Pendidikan Dokter FK UNUD mayoritas tinggi dengan persentase sebesar 68,6%,
pola asuh autoritatif yang diterapkan oleh orangtua remaja akhir di Program St