Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kecenderungan Problem Focused Coping pada Mahasiswa Manajemen Angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha.

(1)

 

vii Universitas Kristen Maranatha  

ABSTRACT

Changes in the way learning, study time, lifestyle, social environment and new activities that would complicate a new generation of students. These changes need to be overcome in order not to be a problem.

Problem focused coping is one way to overcome the problem which was considered effective, and motivate a person to find solutions that build in the face of pressure (Weiten, Lloyd, 2009:120).

Emotional intelligence is the ability to motivate themselves, overcome frustration, impulse control, set the mood, empathy and the ability to cooperate (Goleman, 1995:34). Problem focused coping tendencies driven by emotional intelligence. This research is research of associative or relationship (Sugiyono, 2003:11) that can explain and predict the relationship of emotional intelligence with the problem focused coping tendency to force management students Maranatha Christian University 2009. The collection of data obtained from literature study, questionnaires, interviews and observation.

This study used SPSS 11.5, the Pearson correlation test. Data processing results show that the correlation coefficient between emotional intelligence with the problem focused coping was 0.497. Compute r values are positive (0.497), in the range of strong (Nugroho, 2007:137), and greater than r table (0.138). Value Sig. (0.000) is smaller than 0.05. Thus, it can be concluded there is a strong positive relationship between emotional intelligence with the problem focused coping in force management students in 2009 Maranatha Christian University.

Keywords : changes, new generation of students, problem, emotional intelligence, problem focused coping


(2)

 

viii Universitas Kristen Maranatha  

ABSTRAK

   

Perubahan cara belajar, waktu belajar, gaya hidup, lingkungan pergaulan dan aktivitas yang baru akan menyulitkan mahasiswa angkatan baru. Perubahan-perubahan tersebut perlu diatasi agar tidak menjadi masalah. 

Problem focused coping adalah salah satu cara mengatasi masalah yang dinilai efektif, dan mendorong seseorang mencari solusi yang membangun dalam menghadapi tekanan (Weiten, Lloyd, 2009:120).

Kecerdasan emosional adalah kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati, berempati serta kemampuan bekerja sama (Goleman, 1995:34). Kecerdasan emosional mendorong kecenderungan problem focused coping.

Penelitian ini adalah penelitian asosiatif atau hubungan (Sugiyono, 2003:11) yang dapat menjelaskan dan meramalkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecenderungan problem focused coping pada mahasiswa manajemen angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha. Pengumpulan data diperoleh dari studi kepustakaan, kuesioner, wawancara dan observasi.

Penelitian ini menggunakan SPSS 11.5 , yaitu uji korelasi pearson. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan

problem focused coping adalah 0,497. Nilai r hitung bernilai positif (0,497), dalam rentang kuat (Nugroho, 2007:137) dan lebih besar dari r tabel (0,138). Nilai Sig. (0,000) lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan positif yang kuat antara kecerdasan emosional dengan problem focused coping pada mahasiswa manajemen angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha.

Kata Kunci : perubahan, mahasiswa angkatan baru, masalah, kecerdasan emosional,


(3)

 

ix Universitas Kristen Maranatha  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 8

2.1 Pengertian Kecerdasan ... 8

2.2 Pengertian Emosi ... 9

2.3 Pengertian Kecerdasan Emosional ... 11

2.3.1

Mengembangkan Kecerdasan Emosional ... 14

2.3.2

Manfaat Kecerdasan Emosional ... 17

2.4 Pengertian Coping ... 19

2.4.1

Pengertian Appraisal Focused Coping ... 24

2.4.2

Pengertian Problem Focused Coping ... 25

2.4.3

Pengertian Emotion Focused Coping ... 27

2.4.4

Peranan Problem Focused Coping ... 28

2.5 Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Problem Foucused Coping pada Mahasiswa Manajemen Angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha ... 30

2.6 Kerangka Penelitian ... 34

2.7 Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2 Sejarah dan Latar Belakang Universitas Kristen Maranatha ... 38


(4)

 

x Universitas Kristen Maranatha  

3.3.1

Visi dan Misi Jurusan Manajemen Universitas

Kristen Maranatha ... 43

3.4 Struktur Organisasi Universitas Kristen Maranatha ... 44

3.4.1

Struktur Organisasi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha ... 45

3.5 Jenis Penelitian ... 46

3.6 Definisi Operasional Variabel ... 47

3.7 Populasi dan Sampel ... 50

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.8.1

Pengolahan dan Penganalisisan Kuesioner ... 53

3.9 Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Hasil Pengumpulan Data ... 59

4.2 Karakteristik Responden ... 59

4.3 Uji Validitas dan Reabilitas ... 60

4.3.1

Hasil Uji Validitas ... 60

4.3.2

Hasil Uji Reabilitas ... 66

4.4 Uji Hipotesis ... 69

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

4.5.1

Kecerdasan Emosional ... 70

4.5.2

Problem Focused Coping ... 72

4.5.3

Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Problem Focused Coping ... 73

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN ... 77

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Implikasi ... 79

5.3 Keterbatasan ... 80

5.4 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS (CURRICULUM VITAE)  

     


(5)

 

xi Universitas Kristen Maranatha  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Model Pengembangan EQ Daniel Goleman ... 16

Gambar 2 Model Pengembangan EQ Michael E. Rock ... 17

Gambar 3 Model Constructive Coping Tactics ... 23

Gambar 4 Kerangka Pemikiran ... 37

Gambar 5 Struktur Organisasi Universitas Kristen Maranatha Periode 2008-2012 ... 45

Gambar 6 Struktur Organisasi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha Periode 2008-2012 ... 46

                                   


(6)

 

xii Universitas Kristen Maranatha  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 48

Tabel II Skala Penilaian Kuesioner ... 54

Tabel III Koefisien Korelasi dan Tafsiran Korelasi ... 57

Tabel IV Distribusi frekuensi dan presentase responden ... 59

Tabel V Analisis faktor tahap 1 untuk setiap butir instrumen ... 61

Tabel VI Analisis faktor tahap 2 untuk setiap butir instrumen ... 63

Tabel VII Analisis faktor tahap 18 untuk setiap butir instrumen ... 64

Tabel VIII Analisis faktor tahap 19 untuk setiap butir instrumen ... 65

Tabel IX Item-total statistics ... 67

Tabel X Hasil uji reliabilitas untuk tiap variabel ... 68

Tabel XI Hubungan kecerdasan emosional dengan problem focused coping ... 69

                               


(7)

 

xiii Universitas Kristen Maranatha  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner Penelitian

Lampiran B Analisis faktor tahap 3 untuk setiap butir instrumen Lampiran C Analisis faktor tahap 4 untuk setiap butir instrumen Lampiran D Analisis faktor tahap 5 untuk setiap butir instrumen Lampiran E Analisis faktor tahap 6 untuk setiap butir instrumen Lampiran F Analisis faktor tahap 7 untuk setiap butir instrumen Lampiran G Analisis faktor tahap 8 untuk setiap butir instrumen Lampiran H Analisis faktor tahap 9 untuk setiap butir instrumen Lampiran I Analisis faktor tahap 10 untuk setiap butir instrumen Lampiran J Analisis faktor tahap 11 untuk setiap butir instrumen Lampiran K Analisis faktor tahap 12 untuk setiap butir instrumen Lampiran L Analisis faktor tahap 13 untuk setiap butir instrumen Lampiran M Analisis faktor tahap 14 untuk setiap butir instrumen Lampiran N Analisis faktor tahap 15 untuk setiap butir instrumen Lampiran O Analisis faktor tahap 16 untuk setiap butir instrumen Lampiran P Analisis faktor tahap 17 untuk setiap butir instrumen


(8)

Bab I Pendahuluan

 

 

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Universitas adalah lembaga-lembaga formal yang merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Lembaga-lembaga formal tersebut tentunya memiliki kesulitan-kesulitan tersendiri bagi seorang individu. Namun, sebagian orang berpendapat bahwa lembaga universitas memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi. Hal ini disebabkan, seseorang dituntut untuk memiliki proses belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh.

Kesulitan-kesulitan mengenyam pendidikan di bangku universitas akan sangat terasa khususnya pada mahasiswa angkatan baru. Kesulitan ini terjadi karena seorang mahasiswa baru perlu menyesuaikan diri dengan banyak perubahan dari masa sekolah menengah atas menuju universitas. Perubahan-perubahan tersebut meliputi cara belajar yang baru, waktu belajar yang baru, gaya hidup yang baru, lingkungan pergaulan yang baru dan aktivitas yang baru. Tentunya perubahan-perubahan tersebut menuntut banyak waktu, perhatian dan penyesuaian yang lebih lagi.


(9)

Bab I Pendahuluan | 2 

Universitas Kristen Maranatha  Apabila kesulitan-kesulitan tersebut tidak ditangani dengan baik, maka kesulitan tersebut akan menjadi masalah. Pandangan terhadap masalah bisa beragam. Ada yang beranggapan bahwa masalah adalah tanda kehidupan yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan ada pula yang beranggapan bahwa masalah adalah penghambat kehidupan.

Bagi mahasiswa yang beranggapan bahwa masalah dapat meningkatkan kualitas kehidupannya, maka ia menganggap kesulitan-kesulitan tersebut hal yang biasa dan akan berlalu dengan sendirinya, namun lain halnya dengan mahasiswa yang beranggapan bahwa masalah adalah penghambat kehidupannya. Ia akan sangat terganggu dengan adanya masalah tersebut dan tidak menutup kemungkinan hal ini akan menimbulkan tekanan bahkan stress.

Kondisi stres dapat terjadi bila terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara kemampuan dan tuntutan. Tuntutan merupakan tekanan-tekanan yang tidak dapat diabaikan karena jika tidak dipenuhi, akan menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi seseorang.

Setiap orang memiliki solusi yang berbeda-beda untuk mengatasi stress yang dialami (coping). Ada yang berusaha meredakan respon-respon emosional yang menyertai atau fokus mengendalikan emosinya (emotional focused coping), ada yang berusaha mencari solusi dan penyebab atas masalah yang timbul (problem focused coping) dan ada juga yang menghindari masalah atau melihat sisi lain dari suatu masalah tersebut guna mencegah stress (appraisal focused coping).

Pada dasarnya setiap solusi tersebut dapat berguna dan pasti pernah digunakan oleh setiap orang, tetapi problem focused coping dinilai lebih baik oleh sebagian besar orang karena memudahkan seseorang untuk dapat


(10)

Bab I Pendahuluan | 3 

Universitas Kristen Maranatha  menyesuaikan diri. Bukan hanya itu, solusi ini juga memungkinkan seorang individu merasakan kontrol yang lebih besar atas masalahnya, sehingga ada keyakinan bahwa ia mampu mengatasi masalahnya, sementara solusi yang lain tidak seperti itu. Oleh sebab itulah sebagian orang berpendapat problem focused coping dinilai lebih efektif dalam mengatasi masalah atau stress.

Problem focused coping merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa agar dapat menghadapi beban studinya dengan baik. Kemampuan ini akan membantu mahasiswa untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah secara aktif, bukannya berorientasi pada emosi ketika menghadapi berbagai kendala dalam menghadapi tuntutan studi dan lingkungannya.

Namun kenyataannya, para mahasiswa khususnya mahasiswa-mahasiswa angkatan baru, seringkali tidak menggunakan problem focused coping dalam mengatasi masalahnya. Mereka cenderung menggunakan

emotion focused coping atau apraisal focused coping. Tak heran, di awal perkuliahan, mereka sudah mulai membolos, tidak mengikuti perkuliahan dengan benar atau menggerutu baik karena dosen, tidak ada teman atau tugas yang banyak. Bukan hanya itu, mungkin mereka akan mengikuti perkuliahan dengan teratur tetapi mereka tidak menikmati waktu perkuliahan tersebut sehingga mereka akan menganggap kuliah sebagai beban sehingga hasilnya tidak maksimal. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, tidak menutup kemungkinan mereka akan menyesal di kemudian hari.

Mahasiswa yang menggunakan problem focused coping dalam mengatasi masalah yang dialaminya akan cenderung untuk lebih terfokus terhadap masalah yang dihadapinya dan berusaha untuk mencari berbagai cara


(11)

Bab I Pendahuluan | 4 

Universitas Kristen Maranatha  untuk memecahkan masalah yang dialaminya. Misalnya, ketika ia dihadapkan pada tugas yang berat, ia tidak akan menggerutu dan tidak berbuat apa-apa, melainkan ia akan mencari solusi bagaimana menyelesaikan tugas yang berat dan memikirkan tindakan apa yang harus dilakukan, supaya dapat menyelesaikan tugasnya.

Mahasiswa yang menggunakan strategi problem focused coping yakin bahwa hal-hal yang menjadi sumber masalah masih dapat diubah dan ia juga yakin ia memiliki kontrol yang lebih besar dari masalahnya. Tindakan selanjutnya, mahasiswa akan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah agar dapat menyelesaikan tuntutan studi dan lingkungannya.

Menggunakan problem focused coping mungkin bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan keinginan dan sikap mental yang kuat dari seseorang mahasiswa untuk bisa berdampingan dengan masalahnya. Oleh sebab itulah

problem focused coping ini memerlukan kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan mengenal emosi diri dan orang lain, kemudian mengelola dan mengendalikan hingga mencapai kadar emosi yang pas sehingga dapat berkontribusi dan berempati terhadap orang lain (Goleman, 1995:34).

Kecerdasan emosional ini pada dasarnya dimiliki setiap orang, namun yang menjadi persoalan, orang tersebut mau menggunakan kecerdasan emosinya atau tidak. Kecerdasan emosional juga bukan merupakan ukuran yang stagnan, sehingga dapat dikembangkan.

Semakin cerdas emosi seseorang, maka ia cenderung memilih solusi (coping) yang berorientasi pada pemecahan masalah dan sebaliknya seseorang yang tidak menggunakan kecerdasan emosionalnya secara optimal, ia


(12)

Bab I Pendahuluan | 5 

Universitas Kristen Maranatha  cenderung memilih solusi (coping) yang berorientasi meredakan respon-respon emosinya.

Jika mahasiswa menggunakan kecerdasan emosionalnya, maka ia dapat mengenali, meregulasi, dan mengelola emosi yang muncul karena berbagai masalah dalam studinya, sehingga ia tidak perlu terfokus untuk mengendalikan emosinya lagi (emotion focused coping). Ketika emosi tidak menjadi masalah dan kepercayaan diri mulai bangkit, maka ia tidak akan menghindar dari masalahnya (apraisal focused coping), sebaliknya ia merasa mampu menghadapi masalahnya bahkan hidup berdampingan dengan masalahnya, sehingga ia dapat berfokus pada penyelesaian masalah (problem focused coping).

Dengan demikian, kecerdasan emosional menjadi sangat penting dalam penggunaan solusi problem focused coping. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti :

“HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KECENDERUNGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA MANAJEMEN ANGKATAN 2009 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kecerdasan emosional mahasiswa manajemen angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha.

2. Bagaimana kecenderungan problem focused coping pada mahasiswa manajemen angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha.


(13)

Bab I Pendahuluan | 6 

Universitas Kristen Maranatha  3. Apakah kecerdasan emosional memiliki hubungan yang positif dengan

kecenderungan problem focused coping pada mahasiswa manajemen angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari lebih dalam mengenai pengetahuan yang telah peneliti terima di dalam perkuliahan dan untuk menambah pengalaman peneliti dalam objek yang diteliti.

Tujuan peneliti adalah untuk memahami pengetahuan yang telah dipelajari oleh peneliti dengan melihat penerapannya dalam praktik sebenarnya.

Sesuai dengan permasalahan di atas tujuan peneliti yang lebih spesifik adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kecerdasan emosional mahasiswa manajemen angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha.

2. Untuk mengetahui kecenderungan problem focused coping mahasiswa manajemen angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha.

3. Untuk mengetahui adakah hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan kecenderungan problem focused coping pada mahasiswa manajemen angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi : 1. Penulis


(14)

Bab I Pendahuluan | 7 

Universitas Kristen Maranatha  Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan, pengetahuan serta gambaran yang jelas mengenai kecerdasan emosional dan problem focused coping baik secara teoritis maupun dalam prakteknya.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.

2. Universitas Kristen Maranatha

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi Universitas Kristen Maranatha yaitu memperoleh informasi mengenai pentingnya kecerdasan emosional dalam hubungannya dengan kecenderungan problem focused coping mahasiswa.

3. Pembaca

Memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.


(15)

Bab V Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran Penelitian

 

 

77

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

PENELITIAN

5.1

Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa manajemen

angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha mengenai hubungan antara

kecerdasan emosional dengan kecenderungan

problem focused coping

sebagai

berikut ini.

Mahasiswa manajemen angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha yang

memiliki kecerdasan emosional yang tinggi cenderung dapat mengekspresikan

emosinya dengan baik, mampu mengontrol dirinya dan memotivasi dirinya sendiri

bahkan orang lain. Sementara mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional

yang rendah cenderung menutup diri, murung serta kurang bisa mengontrol dan

memotivasi dirinya sendiri.

Mahasiswa manajemen angkatan 2009 Universitas Kristen Maranatha yang

cenderung

problem focused coping

memiliki kelompok-kelompok belajar atau

cenderung berani bertanya pada dosen atau kakak kelas yang dianggap lebih mahir

dalam menghadapi tuntutan cara belajar yang baru guna mendapatkan lebih

banyak informasi dan mengikuti kegiatan kemahasiswaan seperti unit kegiatan

mahasiswa atau himpunan mahasiswa dalam menghadapi tuntutan lingkungan

pergaulan dan aktivitas yang baru.


(16)

Bab V Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran Penelitian |

78

 

 

Universitas Kristen Maranatha 

Pengolahan data

software

SPSS versi 11.5 menunjukkan bahwa koefisien

korelasi antara kecerdasan emosional dengan

problem focused coping

adalah

sebesar 0,497. Oleh karena r hitung (0,497) lebih besar dari r tabel dengan asumsi

df n-2 mengacu pada sampel berjumlah 200 pada tabel kritik r (0,138), berarti Ha

diterima dengan kata lain ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan

emosional dengan

problem focused coping

. Nilai r hitung yang bernilai positif juga

menunjukan ada hubungan yang searah antara antara kecerdasan emosional

dengan

problem focused coping

.

Nilai Sig. (0,000)

dari 0,05 juga menunjukan bahwa Ha diterima

hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara kecerdasan emosional (X)

dengan

problem focused coping

(Y) dapat diterima. Artinya semakin tinggi

kecerdasan emosional seorang mahasiswa maka kecenderungan

problem focused

coping

-nya akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan

emosional seorang mahasiswa maka kecenderungan

problem focused coping

-nya

akan semakin rendah.

Mahasiswa yang menggunakan kecerdasan emosionalnya dengan baik

cenderung mampu mengontrol dirinya dan mampu memotivasi dirinya sehingga

mampu memberikan dorongan pada dirinya untuk bertindak langsung dalam

pemecahan masalah (

coping

). Hal ini adalah metode proaktif karena mahasiswa

berusaha mencari jalan keluar yang terbaik terhadap tuntutan yang harus dihadapi

di bangku universitas.


(17)

Bab V Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran Penelitian |

79

 

 

Universitas Kristen Maranatha 

5.2

Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah

dibuat, berikut adalah implikasi mengenai kecerdasan emosi dengan

kecenderungan

problem focused coping

.

Untuk bisa mengembangkan kecerdasan emosional harus dimulai dari diri

sendiri. Biasakanlah untuk terbiasa menulis buku harian atau melakukan hal yang

dapat mendefinisikan emosi atau perasaan diri sendiri. Seseorang yang sudah

terbiasa mendefinisikan emosinya, pada akhirnya akan lebih mudah dalam

mengelola dan meregulasi emosinya. Akhirnya ketika orang tersebut menghadapi

masalah ia dapat berfokus pada bagaimana memecahkan masalah dan tidak

berfokus lagi pada bagaimana cara meredakan emosinya serta mentolerir tekanan

lebih baik. Bukan hanya itu, ia juga akan terbiasa untuk merespon perasaannya

kepada orang lain secara efektif.

Mengingat kecerdasan emosi begitu penting, Universitas Kristen

Maranatha perlu mengadakan seminar mengenai kecerdasan emosional atau

mengangkat materi ini sebagai bahan perkuliahan. Tujuannya untuk

membangkitkan kesadaran pentingnya kecerdasan emosional bagi mahasiswa

bahkan dosen

.

Biasakan untuk

self positive talk

.

Self positive talk

akan membangkitkan

kepercayaan diri, pada akhirnya hal ini akan membuat seseorang optimis dan yakin

akan dirinya sehingga orang tersebut akan memiliki kecenderungan

problem


(18)

Bab V Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran Penelitian |

80

 

 

Universitas Kristen Maranatha 

Problem

Focused

Coping

dalam menghadapi tuntutan cara belajar yang

baru berupa membuat kelompok-kelompok belajar, bertanya pada dosen atau

bertanya pada kakak kelas atau seseorang yang dianggap lebih berpengalaman.

Problem

Focused

Coping

dalam menghadapi tuntutan waktu belajar yang

baru adalah dengan membuat jadwal kegiatan setiap minggunya atau setiap

harinya jika memungkinkan serta membuat prioritas mengenai hal-hal apa saja

yang perlu didahulukan. Hal ini sesuai dengan salah satu teknik

problem focused

coping

yaitu manajemen waktu yang efektif.

Problem

Focused

Coping

dalam menghadapi tuntutan pergaulan dan

aktivitas yang baru adalah dengan mengikuti unit kegiatan mahasiswa atau

himpunan mahasiswa. Selain mengembangkan

social skill,

unit kegiatan

mahasiswa dan himpunan dapat menjadi kesempatan untuk meningkatkan

kemampuan ber-organisasi dan hal ini sesuai dengan salah satu teknik

problem

focused coping

yaitu meningkatkan pengendalian diri.

Mahasiswa dengan kecerdasan emosional yang tinggi cenderung lebih

disukai oleh teman-temannya, cenderung hangat dan ramah sehingga tidak ada

kendala dalam menjalin hubungan sosial (

social skill

). Banyaknya teman akan

akan memudahkan dalam pencarian dukungan sosial. Sehingga ketika mahasiswa

tersebut mengalami masalah, ia akan lebih mudah untuk mendapatkan bantuan

(berkaitan dengan teknik

problem focused coping

).


(19)

Bab V Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran Penelitian |

81

 

 

Universitas Kristen Maranatha 

5.3

Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain sebagai berikut.

Mahasiswa manajemen angkatan 2009 selaku responden mungkin kurang

mewakili sebagai orang-orang yang memiliki tuntutan dan tekanan yang berat.

Setiap orang memiliki tuntutan dan tekanan yang relatif berbeda sehingga

tidak bisa disama ratakan.

Tidak menjelaskan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan

appraisal

focused coping, emotion focused coping

dan

problem focused coping

. Padahal

menurut Weiten, Lloyd, (2009:114), ketiga

coping

tersebut termasuk dalam

the

nature of constructive coping

(cara mengatasi yang sehat).

Keterbatasan waktu dalam pembuatan penelitian yaitu dari bulan oktober

hingga desember 2009.

5.4

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dibuat oleh penulis dari keseluruhan

pembahasan yang dilakukan, maka penulis memberikan saran-saran yang dapat

berguna sehubungan dengan kecerdasan emosional dan

problem focused coping

.

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.

Problem focused coping

mungkin lebih tepat diteliti bagi responden yang


(20)

Bab V Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran Penelitian |

82

 

 

Universitas Kristen Maranatha 

dan

sales

(kemungkinan resiko penolakan atau target tidak tercapai yang dapat

menimbulkan tekanan)

.

Problem focused coping

berbicara tentang cara-cara mengatasi masalah.

Mungkin

problem focused coping

berhubungan dengan kecerdasan mengatasi

masalah (

adversity quotient

/

AQ

) sehingga penelitian berikutnya dapat

mengangkat hubungan antara

adversity quotient

dengan

problem focused coping

.

Penelitian selanjutnya, sebaiknya membahas kapan sebaiknya tiga

pendekatan

coping

tepat digunakan.


(21)

 

82 Universitas Kristen Maranatha

 

DAFTAR PUSTAKA

Arbadiati, Catur Wahyu dan Kurniati, Ni Made Taganing. (2007). Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Problem Focused Coping pada Sales. Vol 2, hal. 24-27.

Campbell, Alistair dan Ntobedzi, Alice. (2007). Emotional Intelligence, Coping and Psycological Distress. Electronic Journal of Applied Psychology, 3(1), hal. 39-54.

Cooper, Robert. K. dan Sawaf, Ayman. (1997). Executive EQ : emotional intelligence in leadership and organization. Advanced Intelligence Technologies, LLC.

Covey, Stephen. R. (2006). The 8th Habit : Personal Workbook. Free Press, New York.

Eysenck, H. J. (1981). Inteligence : The Battle for The Mind. The Macmillan Press Ltd, London.

Folkman, Susan dan Lazarus, Richard. S. (1991). Stress and Coping an anthology : Coping and Emotion. Columbia University Press, New York.

Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) : Teori dalam Praktek. Penerbit Interaksa, Batam Centre.

Goleman, Daniel. (1995). Emotional Intelligence. Irving Perkins Associates, USA.

Goleman, D. et.al, (2002). Primal Leadership. Boston, MA: Harvard Business School Publishing.

Kusuma, Pungki M. (2006). Hubungan Manajemen Karir dengan Kinerja Karyawan pada Bagian Unit Produksi (Studi Kasus pada PT. LEN Industri Bandung).


(22)

 

83 Universitas Kristen Maranatha

 

Makin, E. Peter., dan Lindley, A. Patricia. (1994). Mengatasi Stress Secara Positif.

(Diterjemahkan oleh : Gatot Triharso dan Marcus Prihminto Widodo). P.T. Gramedia Pustaka Utama (IKAPI), Jakarta.

Martin, Anthony Dio. (2003). Emotional Quality Management : Refleksi, Revisi, dan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Penerbit Arga, Jakarta.

Moos, Rudoplh H. dan Billings, Andrew G. (1982). Handbook of Stress : Theoritical and Clinical Aspect. Collier Macmillan Canada Inc., USA.

Nicholls, Adam. R. dan Polman, Remco. C. J. (2007). Coping in Sport : A Systematic Review. Journal of Sport Science, 25 (1) Januari, hal. 11-31.

Nugoroho, Sigit. (2007). Dasar-dasar Metode Statistika. PT. Grasindo, Jakarta.

Peale, Norman Vincent. (1992). Berpikir Positif : Kunci Sukses. (Diterjemahkan oleh : Antonius Wuisan). P.T. BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Pratisto, Arif. (2004). Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Richardson, Tommye Lou. (2002). Middle School Journal. The Importance of Emotional Intelligence During Transition into Middle School. January 2002. Vol.33. Number. 3. Hal55-58.

Robbins, Stephen. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. (Diterjemahkan oleh : Drs. Benyamin Molan). PT. Indeks, Jakarta.

Sadi, Saparinah. (1986). Inteligensi Bakat dan “Test IQ”. P.T. Gaya Favorit Press (Anggota IKAPI), Jakarta.

Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. John Willey & Sons, Inc, New York.

Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi Keempat. Salemba Empat, Jakarta.


(23)

 

84 Universitas Kristen Maranatha

 

Sojka, Jane. Z. dan Deeter-Schmelz, Dawn. R. (2002). American Journal of

Business. Enhancing The Emotional of Salespeople. Spring, vol. 17 no. 1, hal 43-50.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administrasi. CV. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. (2009). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung.

Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi, Jogjakarta.

Wahyudi, Josua Iwan. (2009). Life is like a rollercoaster. Get Your Wisdom Publishing, Jakarta.

Weiten, W. dan MN. Lloyd. (2009). Psychology Applied to Modern Life. Edisi Kesembilan. Brooks/Cole Publishing Com, California.


(24)

 

85 Universitas Kristen Maranatha

 

Anyone can become angry – that is easy. But to be angry with the right person, to

the right

degree, at the right time, for the right purpose, and in the right way – this is not easy.”


(1)

Bab V Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran Penelitian |

81

 

 

Universitas Kristen Maranatha 

5.3

Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain sebagai berikut.

Mahasiswa manajemen angkatan 2009 selaku responden mungkin kurang

mewakili sebagai orang-orang yang memiliki tuntutan dan tekanan yang berat.

Setiap orang memiliki tuntutan dan tekanan yang relatif berbeda sehingga

tidak bisa disama ratakan.

Tidak menjelaskan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan

appraisal

focused coping, emotion focused coping

dan

problem focused coping

. Padahal

menurut Weiten, Lloyd, (2009:114), ketiga

coping

tersebut termasuk dalam

the

nature of constructive coping

(cara mengatasi yang sehat).

Keterbatasan waktu dalam pembuatan penelitian yaitu dari bulan oktober

hingga desember 2009.

5.4

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dibuat oleh penulis dari keseluruhan

pembahasan yang dilakukan, maka penulis memberikan saran-saran yang dapat

berguna sehubungan dengan kecerdasan emosional dan

problem focused coping

.

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.

Problem focused coping

mungkin lebih tepat diteliti bagi responden yang

kemungkinan mengalami tekanan sangat tinggi. Misalkan mahasiswa tingkat akhir


(2)

dan

sales

(kemungkinan resiko penolakan atau target tidak tercapai yang dapat

menimbulkan tekanan)

.

Problem focused coping

berbicara tentang cara-cara mengatasi masalah.

Mungkin

problem focused coping

berhubungan dengan kecerdasan mengatasi

masalah (

adversity quotient

/

AQ

) sehingga penelitian berikutnya dapat

mengangkat hubungan antara

adversity quotient

dengan

problem focused coping

.

Penelitian selanjutnya, sebaiknya membahas kapan sebaiknya tiga

pendekatan

coping

tepat digunakan.


(3)

 

82 Universitas Kristen Maranatha

 

DAFTAR PUSTAKA

Arbadiati, Catur Wahyu dan Kurniati, Ni Made Taganing. (2007). Proceeding

PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Problem Focused Coping pada Sales. Vol 2, hal. 24-27.

Campbell, Alistair dan Ntobedzi, Alice. (2007). Emotional Intelligence, Coping and

Psycological Distress. Electronic Journal of Applied Psychology, 3(1), hal.

39-54.

Cooper, Robert. K. dan Sawaf, Ayman. (1997). Executive EQ : emotional

intelligence in leadership and organization. Advanced Intelligence Technologies, LLC.

Covey, Stephen. R. (2006). The 8th Habit : Personal Workbook. Free Press, New

York.

Eysenck, H. J. (1981). Inteligence : The Battle for The Mind. The Macmillan Press

Ltd, London.

Folkman, Susan dan Lazarus, Richard. S. (1991). Stress and Coping an anthology :

Coping and Emotion. Columbia University Press, New York.

Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) : Teori

dalam Praktek. Penerbit Interaksa, Batam Centre.

Goleman, Daniel. (1995). Emotional Intelligence. Irving Perkins Associates, USA.

Goleman, D. et.al, (2002). Primal Leadership. Boston, MA: Harvard Business

School Publishing.

Kusuma, Pungki M. (2006). Hubungan Manajemen Karir dengan Kinerja Karyawan

pada Bagian Unit Produksi (Studi Kasus pada PT. LEN Industri Bandung). Ekonomi. Universitas Kristen Maranatha, Bandung.


(4)

Makin, E. Peter., dan Lindley, A. Patricia. (1994). Mengatasi Stress Secara Positif. (Diterjemahkan oleh : Gatot Triharso dan Marcus Prihminto Widodo). P.T. Gramedia Pustaka Utama (IKAPI), Jakarta.

Martin, Anthony Dio. (2003). Emotional Quality Management : Refleksi, Revisi, dan

Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Penerbit Arga, Jakarta.

Moos, Rudoplh H. dan Billings, Andrew G. (1982). Handbook of Stress : Theoritical

and Clinical Aspect. Collier Macmillan Canada Inc., USA.

Nicholls, Adam. R. dan Polman, Remco. C. J. (2007). Coping in Sport : A

Systematic Review. Journal of Sport Science, 25 (1) Januari, hal. 11-31.

Nugoroho, Sigit. (2007). Dasar-dasar Metode Statistika. PT. Grasindo, Jakarta.

Peale, Norman Vincent. (1992). Berpikir Positif : Kunci Sukses. (Diterjemahkan oleh

: Antonius Wuisan). P.T. BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Pratisto, Arif. (2004). Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Richardson, Tommye Lou. (2002). Middle School Journal. The Importance of

Emotional Intelligence During Transition into Middle School. January 2002. Vol.33. Number. 3. Hal55-58.

Robbins, Stephen. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. (Diterjemahkan

oleh : Drs. Benyamin Molan). PT. Indeks, Jakarta.

Sadi, Saparinah. (1986). Inteligensi Bakat dan “Test IQ”. P.T. Gaya Favorit Press

(Anggota IKAPI), Jakarta.

Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. John


(5)

 

84 Universitas Kristen Maranatha

 

Sojka, Jane. Z. dan Deeter-Schmelz, Dawn. R. (2002). American Journal of

Business. Enhancing The Emotional of Salespeople. Spring, vol. 17 no. 1, hal 43-50.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administrasi. CV. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. (2009). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung.

Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi, Jogjakarta.

Wahyudi, Josua Iwan. (2009). Life is like a rollercoaster. Get Your Wisdom

Publishing, Jakarta.

Weiten, W. dan MN. Lloyd. (2009). Psychology Applied to Modern Life. Edisi

Kesembilan. Brooks/Cole Publishing Com, California.


(6)

Anyone can become angry – that is easy. But to be angry with the right person, to

the right

degree, at the right time, for the right purpose, and in the right way – this is not easy.”