MODEL KOMUNIKASI DALAM PROSES NEGOISASI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Model Komunikasi Dalam Proses Negoisasi Antara BPLS Dengan Masyarakat Terdampak Dalam Menyelesaikan Ganti Rugi Lapindo).

MODEL KOMUNIKASI DALAM PROSES NEGOISASI

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Model Komunikasi Dalam Pr oses
Negoisasi Antara BPLS Dengan Masyarakat Terdampak Dalam
Menyelesaikan Ganti Rugi Lapindo)

SKRIPSI

Oleh :
DINA RINDI ANGGARINA
NPM. 0943010069

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

MODEL KOMUNIKASI DALAM PROSES NEGOISASI
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Model Komunikasi Dalam Pr oses Negoisasi Antara
BPLS Dengan Masyarakat Terdampak Dalam Menyelesaikan Ganti Rugi Lapindo)

Disusun Oleh :
DINA RINDI ANGGARINA
0943010069

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dr. Catur Suratnoadji, M. Si
NPT. 3 6804 94 0028 1

Mengetahui,
DEKAN


Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi
NIP. 1 95507 181 983 022 001

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

MODEL KOMUNIKASI DALAM PROSES NEGOISASI
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Model Komunikasi Dalam Pr oses Negoisasi Antara
BPLS Dengan Masyarakat Terdampak Dalam Menyelesaikan Ganti Rugi Lapindo)
Oleh:
DINA RINDI ANGGARINA
NPM. 0943010069
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur Pada tanggal 14 November 2013

Pembimbing Utama


Tim Penguji:
1. Ketua

J uwito, S.Sos., M.Si
NPT. 3 7107 94 00361

Dr. Catur Suratnoaji., M.Si
NPT.368049400281

2. Sekretaris

Dr. Catur Suratnoaji., M.Si
NPT.368049400281
3. Anggota

Dra. Dyva Claretta, M.Si
NPT. 3 6601 94 00251

Mengetahui,
DEKAN


Dra. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 195507081983022001
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan Hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan proposal dengan judul “Model Komunikasi Dalam Pr oses Negoisasi”
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Model Komunikasi Dalam Proses Negoisasi
Antara BPLS Dengan Masyarakat Terdampak Dalam Menyelesaikan Ganti Rugi
Lapindo). Penulisan laporan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi
mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur, khusunya
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik
guna melengkapi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana.
Hasil laporan skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun
terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Bapak DR. Catur Suratnoadji, M.Si

selaku dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
proposal ini :
1.

Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

2.

Bapak Juwito, MSi sebagai Ketua Progdi Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

3.

Bapak dan Ibu Dosen Progdi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dalam materi perkuliahan.

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.

Ayah dan Mama yang selalu memberi support dan dukungan doa serta tidak
bosan-bosan mengingatkan saya untuk segera lulus serta my brother Reza
Nanda yang selalu bikin emosi tetapi selalu memberikan doa dan dukungan.
Louph u so much

5.

Derry Ariyanti, Agni Ratih, Florence yang selalu memberikan support dan
mengingatkan untuk segera menyelesaikan proposal ini meskipun sedikit
bawel.

6.

My Super Twins Ony Dina Maharani yang selalu kasih dukungan biar gak
males dan jadi semangatnya on fire.


7.

Dan Yuamaaii yang sudah memberikan perhatian lebih dan support hebat
buat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan

laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan
penulis semoga dengan terselesainya laporan proposal ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak. Amin.
Surabaya, Juli 2013

Penulis

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ........................................

i

HALAMAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ..........................................

ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
ABSTRAK

BAB I

BAB II


x

.............................................................................................. xi

PENDAHULUAN ........................................................................

1

1.1

Latar Belakang .......................................................................

1

1.2

Perumusan Masalah ............................................................... 10

1.3


Tujuan Penelitian .................................................................. 10

1.4

Kegunaan Penelitian ............................................................. 10

KAJ IAN PUSTAKA .................................................................... 11
2.1

Landasan Teori ...................................................................... 11
2.1.1 Penelitian Terdahulu ..................................................... 11

2.2

Definisi Komunikasi .............................................................. 14
2.2.1 Fungsi Komunikasi ...................................................... 18
2.2.2 Hambatan Komunikasi ................................................. 19

2.3


Model Komunikasi ............................................................... 20

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3.1 Model Shannon Weaver ............................................... 21
2.3.2 Model Newcomb ........................................................... 24
2.3.3 Model Westley MacLaen .............................................. 26
2.3.4 Model Aristoteles ......................................................... 27
2.3.5 Model Schramm ........................................................... 28
2.3.6 Model Jakobson ............................................................ 30
2.4

Teori Pertukaran Sosial .......................................................... 32

2.5

Komunikasi Interpersonal ...................................................... 36
2.5.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ............................ 36
2.5.2 Komponan Komunikasi Interpersonal ........................... 37

2.6

Negoisasi ............................................................................... 39

2.7

Kerangka Berpikir.................................................................. 42

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 44
3.1

Definisi Operasional ............................................................. 44

3.2

Operasionalisasi Konsep ........................................................ 46
3.2.1 Komunikator ................................................................ 46
3.2.2 Pesan ............................................................................ 47
3.2.3 Konteks ......................................................................... 47
3.2.4 Komunikan ................................................................... 47
3.2.5 Model Komunikasi ........................................................ 48
3.2.6 Negoisasi ...................................................................... 50

3.3

Lokasi Penelitian .................................................................. 51

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.4

Subjek Penelitian dan Informan ............................................ 51
3.4.1 Subjek Penelitian........................................................... 51
3.4.2 Informan Penelitian ....................................................... 52

3.5

Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 54

3.6

Teknik Analisis Data.............................................................. 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 56
4.1

Gambaran Umum Obyek Penelitian ...................................... 56
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sidoarjo .......................... 56
4.1.2 Sejarah Dibentuknya BPLS .......................................... 57
4.1.3 Visi, Misi, Dan Tujuan BPLS ....................................... 58

4.2

Penyajian Data ...................................................................... 62
4.2.1 Identitas Responden ..................................................... 62

4.3

Hasil Penelitian ..................................................................... 66
4.3.1 Komunikator ................................................................ 67
4.3.2 Pesan Komunikasi ........................................................ 68
4.3.3 Konteks Komunikasi .................................................... 69
4.3.4 Respon Komunikasi ..................................................... 70
4.3.5 Komunikan .................................................................. 71
4.3.6 Biaya ............................................................................ 72
4.3.7 Keuntungan .................................................................. 73
4.3.8 Perbandingan ............................................................... 74

4.4

Pembahasan .......................................................................... 75

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 91
5.1

Kesimpulan ........................................................................... 91

5.2

Saran ..................................................................................... 93
5.2.1 Saran Akademis ........................................................... 93
5.2.2 Saran Praktis ................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 95
LAMPIRAN

.............................................................................................. 97

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Shannon Weaver ................................................................ 22
Gambar 2. Model Newcomb .......................................................................... 24
Gambar 3. Model Westley dan MacLean ....................................................... 27
Gambar 4. Model Aristoteles ......................................................................... 27
Gambar 5. Model Wilbur Schramm ............................................................... 29
Gambar 6. Model Jakobson ............................................................................ 30
Kerangka Berpikir .......................................................................................... 41

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi BPLS .......................................................... 94
Lampiran 2. Panduan wawancara Mendalam .................................................. 95
Lampiran 3. Transkrip Hasil wawancara informan I ....................................... 97
Lampiran 4. Transkrip Hasil wawancara informan II ...................................... 108
Lampiran 5. Hasil Transkrip Wawancara Informan III ................................... 115
Lampiran 6. Hasil Transkrip Wawancara Informan IV ................................... 124
Lampiran 7. Hasil Transkrip Wawancara Informan V .................................... 139
Lampiran 8. Foto Wawancara Informan I ....................................................... 147
Lampiran 9. Foto Wawancara Informan II ...................................................... 148
Lampiran 10. Foto Wawancara Informan III .................................................. 149
Lampiran 11. Foto Wawancara Informan IV .................................................. 150
Lampiran 12. Foto Wawancara Informan V ................................................... 151
Lampiran 13. Foto Pembayaran Ganti Rugi .................................................... 152

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
DINA RINDI ANGGARINA, 0943010069, MODEL KOMUNIKASI DALAM
PROSES NEGOISASI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Model
Komunikasi Dalam Proses Negoisasi Antara BPLS Dengan Masyarakat
Terdampak Dalam Menyelesaikan Ganti Rugi Lapindo)
Luapan lumpur panas Lapindo merupakan semburan lumpur panas yang terjadi
akibat aktivitas pengeboran gas bumi yang dilakukan oleh Lapindo. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui model komunikasi dalam proses
negosisasi antara BPLS dengan Masyarakat terdampak dalam menyelesaikan ganti rugi
Lapindo.
Landasan teori yang digunakan adalah Teori Pertukaran Sosial berdasarkan
pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka dalam konteks ekonomi dan
mereka menghitung pengorbanan dan membandingkannya dengan penghargaan yang
didapatkan dengan meneruskan hubungan itu. Mengacu pada teori yang digunakan
peneliti menggunakan metode observasi dan wawancara. Lokasi penelitian dilakukan di
kantor pusat BPLS dan di rumah warga terdampak. Subyek dari penelitian ini adalah
Kepala Pemberdaya dari Bidang Sosial BPLS dan warga terdampak lumpur Sidoarjo.
Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan
adalah model komunikasi pertukaran sosial alir dua tahap. Dalam negoisasi yang
dilakukan menghasilkan kesepakatan mengenai nilai dan proses ganti rugi. Kesepakatan
tersebut tetap didasarkan kepada keputusan Dewan Pengarah.
Kata kunci : Model Komunikasi Pertukaran Sosial, Teori Pertukaran Sosial, Negoisasi.
ABSTRACT
Hot Mud overflowing of Lapindo represent the hot mud blast that happened of
drilling activity of earth gas conducted by Lapindo. The target of this research is to know
the communications model in negotiation process among BPLS with the Society affected
in finishing ingemination Lapindo.
The Basis theory at this research used Social Exchange Theory pursuant to
belong to the idea that people look into their relation in economic context and they
calculate the sacrifice and compare it with the appreciation got by doin on that relation.
Beyond at that theory a researcher use the observation method and interview the
research location conducted in head office of BPLS and at home area of BPLS and citizen
affected by mud Sidoarjo.
The results of this research indicate that the communications of taken is social
exchange communications model emit a stream of two phases. In negotiation conducted
yield of agreement concerning compensatory process and value. The agreement remains
to be based on decision of Director Council.
Key Word : Communication Model Social Exchangemenet, Social Exchange Theory,
Negotiation

xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Luapan lumpur panas Lapindo merupakan suatu semburan lumpur panas
yang keluar dari perut bumi yang berada di daerah Porong Sidoarjo. Luapan
lumpur ini bermula dari aktivitas pengeboran gas bumi yang dilakukan oleh
Lapindo. Semburan lumpur panas itu muncul pertama kalinya pada 29 Mei 2006
sekitar pukul 05.00. terjadinya di areal persawahan Desa Siring, Kecamatan
Porong, Kabupaten Sidoarjo sekitar 150 meter barat daya sumur Banjar Panji
yang dikerjakan oleh Lapindo Brantas Inc. Selama tiga bulan Lapindo melakukan
pengeboran vertikal untuk mencapai formasi geologi yang disebut Kujung pada
kedalaman 10.300 kaki. Sampai semburan lumpur pertama itu, yang dalam dunia
perminyakan dan gas disebut blow out, telah dicapai kedalaman 9.297 kaki
(sekitar 3,5 kilometer). Kedalaman ini dicapai pada pukul 13.00 dua hari sebelum
blow out. Sesuai kelaziman pada pengeboran di kedalaman tersebut, lumpur berat
masuk pada lapisan disebut loss yang memungkinkan terjadinya tekanan tinggi
dari dalam sumur keatas atau kick, antisipasinya menarik pipa untuk memasukkan
cassing yang merupakan pengaman sumur. Ketika penarikan pipa hingga 4.241
kaki, pada 28 Mei terjadi kick. Penanggulangan ini adalah dengan penyuntikan
lumpur kedalam sumur. Ternyata bor macet pada 3.580 kaki, dan upaya
pengamanan lain dengan disuntikkan semen. Bahkan pada hari itu dilakukan fish
yakni pemutusan mata bor dari pipa dengan diledakkan. Kemudian yang terjadi
adalah semburan gas dan lumpur pada subuh esok harinya.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Berdasarkan temuan Tim Geologi dari ITB menyatakan :
“ Luapan Lumpur Panas Porong – Sidoarjo adalah luapan lumpur yang keluar
dari perut bumi akibat adanyapatahan, rekahan yang ada di dalam perut bumi.
Adanya patahan dan rekahan yang ada di perut bumi yang tertembus oleh
proses pengeboran gas bumi menyebabkan timbulnya luapan lumpur panas
pada permukaan bumi.” ( Jawa Pos, 12 Oktober 2006, hal 16).
Dari beberapa kerugian yang di alami oleh masyarakat Porong ini akhirnya
pihak Lapindo Brantas dan dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan
membentuk

Badan

Penanggulangan

Lumpur

Sidoarjo

(BPLS)

yang

mengetegorikan kerusakan – kerusakan yang dialami oleh masyarakat porong
dengan membagi menjadi tiga ring. Ring I (Dampak Semburan) Desa Jatirejo,
Ring II (Dampak Luberan) a. Desa Renokenongo b. Desa Kedungbendo c. Desa
Siring d. Desa Keboguyang Ring III (Dampak Sosial) a. Desa Mindi b. Desa
Kedungcangkring c. Desa Besuki d. Desa Pajarakan, Ring I (Dampak Semburan)
dan Ring II (Dampak Luberan) menuntut : Ganti rugi penuh yang didasarkan pada
nilai jual beli (secara material dan Imaterial) Secara material Nilai Jual Beli yang
diharapkan masyarakat, tanah kering Rp. 1.500.000/ Per Meter, Tanah basah Rp.
1.000.000/Per Meter dan Bangunan Rp. 2.000.000/Per Meter. Lambatnya ganti
rugi disebabkan PT. Lapindo Brantas tidak mau mengganti tanah yang bukti
kepemilikannya berupa Petok D atau Letter C. padahal mayoritas tanah di wilayah
tersebut bukti kepemilikan masih berupa Petok D atau Letter C.
Volume lumpur yang semakin besar tersebut, mengakibatkan dampak
yang sangat luar biasa. Menurut data Jawa Pos, 26 September 2006, volume

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

lumpur yang keluar dari pusat semburan semakin meningkat. Pada awal semburan
pada tanggal 29 Mei 2006 – 29 Juni 2006, volume semburan 5.000 m3 per hari.
Namun mulai awal Agustus volume Lumpur yang keluar rata-rata mencapai
126.000 m3 per hari. Ribuan orang mengungsi karena rumah mereka telah
terendam. Ratusan hektar lahan pertanian juga gagal panen karena telah terendam
lumpur. Puluhan pabrik juga telah merumahkan para pekerjanya karena tempat
produksi mereka juga telah terendam lumpur. Selain itu, lumpur panas juga
menenggelamkan jalan tol Surabaya-Malang. Padahal jalan tol ini merupakan
akses utama yang menghubungkan Surabaya- Malang, selain jalan raya Porong.
Sehingga yang terjadi kemudian, kemacetan yang luar biasa terjadi di Jalan Raya
Porong yang menjadi satu-satunya akses terdekat yang menghubungkan
Surabaya-Malang.
Dampak yang luar biasa tersebut, membentuk opini publik bahwa
peristiwa ini dianggap sebagai bentuk pencemaran lingkungan yang sangat serius
yang diakibatkan oleh ekplorasi kekayaan alam, khususnya minyak bumi dan gas.
Semburan lumpur panas dianggap sebagai kesalahan PT. Lapindo Brantas Inc,
sebagai perusahaan yang memiliki ijin beroperasi di sumur eksplorasi migas
Banjar Panji-1 (BJP-1). Sehingga segala bentuk kerugian dan dampak negatif
yang timbul harus menjadi tanggung jawab PT. Lapindo Brantas Inc.
Berdasarkan permasalahan semburan lumpur yang berkembang maka
diperlukannya suatu keterbukaan informasi dimana setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tersedia sebab dari format komunikasi dari pihak BPLS
sendiri,(2010) bahwa sesuai dengan indikator kinerja utama Bidang Sosial yaitu
mengurangi dampak sosial, maka dalam rangka penanganan permasalahan sosial
yang berkembang di atas, dilaksanakan kegiatan pemberian bantuan sosial,
perlindungan sosial, dan pemulihan sosial. sebagimana contoh : Terkait dengan
jual beli tanah dan bangunan telah terungkap sangat banyak permasalahan
keluarga, misalnya kelengkapan administrasi dokumen jual beli tanah dan
bangunan, pengingkaran keabsahan dokumen oleh salah satu pihak, tuntutan
terhadap orang-orang yang semestinya tidak berhak melaksanakan jual beli,
sengketa waris, pembagian harta pada keluarga yang mengalami poligami,
kesalahan pembagian/ penggunaan harta hasil jual beli, dll. BPLS dalam hal ini
berupaya untuk menjadi mediator agar permasalahan di atas dapat ditangani dan
diselesaikan dengan baik oleh pihak-pihak yang terkait.
Dengan mengingat besar dan luasnya dampak semburan lumpur Sidoarjo,
khususnya dalam masalah jual beli tanah dan bangunan, BPLS mengupayakan
langkah-langkah yang bersifat failitasi sehingga jual beli tersebut dapat berjalan
lebih lancar. Bentuk dari kegiatan fasilitasi ini antara lain adalah pembentukan tim
verifikasi dokumen fisik tanah dan bangunan, melaksanakan peran-peran mediasi,
penerus dan penyebar informasi, klarifikasi, dan pengorganisasian pelaksanaan
verifikasi tersebut. Kegiatan fasilitasi lainnya adalah pelatihan keterampilan dalam
rangka kemudahan untuk mendapatkan kesempatan kerja dan berusaha
menjalankan usaha mikro mandiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Lambatnya ganti rugi disebabkan PT. Lapindo Brantas tidak mau
mengganti tanah yang bukti kepemilikannya berupa Petok D atau Letter C.
padahal mayoritas tanah di wilayah tersebut bukti kepemilikan masih berupa
Petok D atau Letter C. Sebanyak 81 berkas permohonan warga belum dilakukan
pembayaran uang muka 20% dengan perkiraan nilai nominal 20% sebesar Rp.
6.667.180.400,-. Warga mendesak untuk segera dilakukan tindak lanjut terhadap
berkasnya. Terhadap permasalahan ini, Bapel BPLS selalu khawatir tentang
keamanan tanggul di desa Glagaharum karena hingga saat ini, para pegogol
(pemilik tanah gogol) yang di atas tanahnya sudah dibangun tanggul, belum
mendapatkan pembayaran 20%. Hal ini dapat menjadi potensi akan adanya
perbuatan untuk menghambat proses pembuatan tanggul dan keamanan tanggul
dari para pegogol di Desa Besuki. Berkas permohonan penyelesaian business to
business (B to B) atas nama H. Hasan Kedungbendo dan beberapa pengusaha
yang tergabung dalam GPKLL, masih belum tuntas pembayarannya. Akibat dari
hal ini, Bapel BPLS mengalami hambatan dalam membangun tanggul di desa
Kedungbendo karena dihalang-halangi oleh H. Hasan. Masih terdapat berkas
permohonan warga sebanyak 227 berkas yang telah jatuh tempo pembayaran
80%, namun hingga saat ini masih belum menerima pembayaran/cicilan. Akibat
dari permasalahan ini, Bapel BPLS juga mengalami hambatan dalam membangun
tanggul di desa Kedungbendo karena dihalang-halangi oleh warga yang belum
menerima pembayaran 80%. Masih terdapat kurang lebih 100 bidang tanah yang
hingga saat ini tidak mengajukan permohonan jual beli karena warisan leluhur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Namun

demikian,

mereka

mempertanyakan

bagaimana

proses

penggantiannya.BPLS,2010.
Sampai dengan saat ini proses jual beli tanah dan bangunan sebagian
warga terdampak yang menjadi tanggung jawab PT. Lapindo Brantas belum dapat
diselesaikan sampai dengan saat ini, sementara penyelesaian proses jual beli tanah
untuk warga 3desa yang menjadi beban APBN harus diselesaikan sejalan dengan
penyelesaian prosesjual beli tanah dan bangunan yang dilakukan oleh PT.
Lapindo Brantas tersebut. Dengan belum tuntasnya proses jual beli tanah dan
bangunan tersebut, pembangunan dan peninggian tanggul di beberapa lokasi tidak
dapat dilaksanakan karena dihalang-halangi oleh warga masyarakat yang belum
mendapatkan pembayaran pelunasan dari PT. Lapindo Brantas, yang pada
akhirnya hal ini akan mempengaruhi kinerja Bapel-BPLS dalam menyelesaikan
pembangunan kolam lumpur yang aman bagi warga masyarakat dan lingkungan.
Dari keterlambatan inilah akhirnya warga melakukan gerakan resistensi
supaya hak – haknya terpenuhi. Di mulai dari musyawarah yang dilakukan oleh
masyarakat dengan perwakilan Lapindo Brantas dan Pemerintah Sidoarjo sampai
penutupan ruas jalan raya porong dan juga mendatangi gedung Dewan Perwakilan
Rakyat Sidoarjo.
Secara proses komunikasi antara pihak BPLS dan warga terdampak
terdapat proses negoisasi antara warga dengan pihak BPLS kegiatan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan atau partisipasi masyarakat sebagai
salah satu prinsip dalam penanggulangan bencana atau permasalahan sosial secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

umum. Selain hal itu negoisasi juga dimaksudkan sebagai teknik untuk menjaring
aspirasi masyarakat.BPLS,(2012).
Berdasarkan proses negosisasi yang dilakukan oleh pihak warga
terdampak dengan BPLS terkait dengan jual beli tanah dan bangunan telah
terungkap sangat banyak permasalahan keluarga, misalnya kelengkapan
administrasi dokumen jual beli tanah dan bangunan, pengingkaran keabsahan
dokumen oleh salah satu pihak, tuntutan terhadap orang-orang yang semestinya
tidak berhak melaksanakan jual beli, sengketa waris, pembagian harta pada
keluarga yang mengalami poligami, kesalahan pembagian atau penggunaan harta
hasil jual beli. BPLS dalam hal ini berupaya untuk menjadi negosiator agar
permasalahan di atas dapat ditangani dan diselesaikan dengan baik oleh pihakpihak yang terkaitn namun kenyataanya hingga sampai sekarang proses tersebut
masih belum terselesaikan.
Kenyataan di lapangan, Lapindo dan pemerintah baru memberikan
informasi setelah adanya demo. Artinya, tidak ada upaya proaktif menyediakan
informasi. merespon kalau ada reaksi. Tampaknya, baik public relation Lapindo
atau pemerintah menerapkan silent strategy, lebih hati-hati dan bersifat hanya
memberi respon.
Pentingnya penelitian ini dapat memberikan saran dalam mengatasi model
komunikasi antara pihak BPLS dan masyarakat terdampak korban lumpur lapindo
di wilayah Sidoarjo. Dalam penanganan dampak sosial, pemerintah melakukan,
antara lain, meminta untuk menuntaskan pembayaran uang muka cash and
carry 20 persen kepada korban di empat desa (Siring, Jatirejo, Kedungbendo, dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Renokenongo) yang masuk dalam peta dampak lumpur 4 Desember 2006. Setelah
itu menuntaskan pembayaran kepada seluruh warga yang masuk peta terdampak
lumpur 22 Maret 2007 (warga Perum TAS I, Desa Gempolsari, Kalitengah,
sebagian Kedungbendo). Dalam Perpres sudah diatur di pasal 15 bahwa untuk
pembayaran ganti rugi di luar peta terdampak dibayar dengan uang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.Rumpopoy,(2009).
Wakil Rakyat di Senayan bersama Pemerintah sejak awal dinilai bersikap
tidak tegas. Mereka seolah melupakan salah satu bencana alam nasional yang
menjadi perhatian dunia ini. Penelitian ahli untuk menentukan entakah ini murni
bencana alam atau kelalaian manusia, belum berdampak pada status legal dan
kebijakan Pemerintah dan DPR yang sudah dan terus menggelontorkan dana
rakyat. Kalau ini bencana yang ditimbulkan oleh karena human error, mengapa
uang rakyat sudah dan akan terus dikorbankan untuk kepentingan orang atau
kelompok orang yang mestinya menerima sanksi pidana maupun perdata, siapa
pun dia. Triliunan rupiah uang rakyat Indonesia akan terus harus digelontorkan,
dari aspek legal, turun status menggantung, karena pengadilan hanya menjatuhkan
vonis kepada beberapa bawahan PT. Lapindo Brantas. Status menggantung itu
sebenarnya, harus menjadi pertanyaan Wakil Rakyat di Senayan, karena
pengeluaran anggaran Rp 1,3 triliun untuk 2012, dan akan terus bertambah seiring
perkiraan Lumpur Sidoarjo kemungkinan masih berlangsung 30-an tahun.
Model komunikasi dalam penelitian ini adalah menggunakan konsep
negoisasi, negoisasi adalah proses komunikasi antara penjual dan pembeli atau
pihak-pihak yang terlibat konflik baik perorangan maupun kelompok yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

didalamnya terjadi diskusi dan perundingan untuk mencapai kesepakatan tujuan
yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Dalam konflik kasus Lapindo, negoisasi merupakan komunikasi dua arah,
yaitu antara BPLS sebagai komunikator dan terdampak sebagai komunikan atau
saling bergantian. Ketegangan dalam komunikasi negoisasi bisa saja terjadi
sebelum terjadinya kesepakatan antara kedua belah pihak,sehingga antara penjual
dan pembeli harus menemukan frame of reference. Dalam proses negoisasi
masing-masing kedua belah pihak harus meletakan negoisasi diatas segalanya
untuk mencapai tujuan dan kesepakatan bersama.
Pada kasus Lumpur Lapindo ini ditekankan pada perusahaan Lapindo
sebagai pihak penanggung jawab yang memberikan ganti rugi kepada warga
terdampak. Jadi bila hasil penelitian itu lebih kepada negoisasi yang sifatnya
memaksa maka para korban pun hanya bisa menerima nasib yang tidak wajar oleh
para penguasa kepentingan dan pasti tidak ada kepuasan dari pihak warga
terdampak. DPRD sebagai lembaga pemerintahan yang mengontrol jalannya
negoisasi ini bertujuan supaya proses negoisasi dalam pemberian ganti rugi
kepada warga terdampak berjalan sesuai peraturan dan prosedur dan tidak ada
dominasi dalam memberikan ganti rugi.
Berdasarkan proses negoisasi diatas, maka peneliti ingin menggambarkan
model komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait pada proses
negoisasi dalam menyelesaikan masalah ganti rugi yang nantinya akan digunakan
sebagai acuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam proses
negoisasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

1.2 Perumusan Masalah
Dilihat dari uraian diatas maka dirumuskan perumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana Model Komunikasi dalam proses negoisasi antara BPLS
dengan warga terdampak dalam menyelesaikan masalah ganti rugi Lapindo di
Sidoarjo?
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah pada
penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui model komunikasi dalam proses negosisasi antara BPLS dengan
Masyarakat terdampak dalam menyelesaikan ganti rugi Lapindo.
1.4 Kegunaan penelitian
Hasil penelitian deskriptif kualitatif terhadap Model Komunikasi Antara
BPLS dengan Masyarakat Terdampak dalam Menyelesaikan Ganti Rugi Lapindo
ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis, yaitu untuk menambah kajian Ilmu Komunikasi yang
berkaitan dengan penelitian pada model komunikasi.
2. Kegunaan Praktis, yaitu memberikan kontribusi pada BPLS dalam
menyelesaikan upaya proses negoisasi terhadap masyarakat terdampak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu yang berjudul Model Komunikasi Corporate
Social Responsibility (CSR) Bank Indonesia yang dilakukan oleh Puji
Lestari Fakultas Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta.
Metode Penelitian ini bersifat evaluatif yaitu mengevaluasi pelaksanaan
program CSR BI di Manding Bantul, dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi, apakah dalam penyusunan program CSR ini sudah melibatkan
komunikasi yang baik antara BI, UKM di sentra Industri Kulit Manding,
Pemerintah Daerah Bantul, dan Institusi Pendidikan. Pengambilan sampel
dilakukan secara Purposive Sampling

dengan kriteria yaitu Pengelola

program CSR BI dan Pengusaha kecil menengah di Manding yang terkena
musibah gempa tahun 2006 yang menjadi Mitra Binaan BI. Data primer
dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan dengan
subjek penelitian sementara data sekunder dihimpun dari beberapa sumber
Dokumentasi Tim Program Desa Kita, Laporan Hasil Evaluasi
Pelaksanaan Program Desa Kita, dan dari Internet. Data yang terkumpul
dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif. Implementasi CSR, merujuk
pada general system theory yaitu perusahaan harus selalu beradaptasi
terhadap lingkungan eksternal. Dasar perusahaan untuk tetap bertahan

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

terletak pada kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Teori ini
menyatakan adanya interactive social system dimana perusahaan dan
masyarakat saluing membutuhkan dan saling mempengaruhi. Kesimpulan
dari penelitian ini yaitu program CSR BI sudah memenuhi sistematika
Program CSR menurut Ambadar (2008) yaitu dengan membuat
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Komunikasi yang terjalin antara
perusahaan, pemerintah dan mitra binaan yaitu para UKM di sentra
industri Manding sudah intensif.komunikais dilakukan baik pada proses
perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi baik secara formal atau
informal.
Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah Model
Komunikasi Lintas Budaya dalam Resolusi Konflik Berbasis Pranata Adat
Melayu dan Madura di Kalimantan Barat yang diteliti oleh Yohanes
Bahari FKIP Universitas

Tanjungpura. Metode penelitian kualitatif

fenomenologik dengan model metode ethnographic multiple side studies
ini menggunakan teknik pengumpulan data secara trianggulasi dengan
menempatkan peneliti sebagai alat pengumpul data utama (sebagai
instrumen). Model komunikasi yang dapat menggambarkan komunikasi
lintasbudaya ini adalah Model Gudykunst dan Kim bahwa penyandian
pesan dan penyandian balik pesan merupakan suatu proses interaktif yang
dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategorikan menjadi
faktor-faktor budaya, sosiobudaya, psikobudaya dan faktor lingkungan.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pranata adat Melayu dan Madura yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

berfungsi sebagai media resolusi konflik adalah yang berbentuk pranata
adat musyawarah sebagai wujud komunikasi lintasbudaya Melayu dan
Madura. Proses adat musyawarah dipimpin oleh kepala desa dibantu oleh
para kiai dan para pemanku adat, dilakukan sesegera mungkin setelah
terjadinya

konflik.

Adat

musyawarah

digunakan

hanya

untuk

menyelesaikan konflik yang berskala kecil sedangkan konflik yang
berskala besar penyelesaiannya langsung diserahkan ke aparat kepolisian.
Adat musyawarah dapat berfungsi mencegah meluasnya konflik dan
menghentikan konflik. Apabila perdamaian tidak dapat dicapai maka
penyelesaiannya

diserahkan

kepada

aparat

kepolisian

dengan

menggunakan hukum nasional. Masyarakat Kalimantan Barat dapat
menerima penggunaan pranata adat musyawarah sebagai media resolusi
konflik.
Dari kedua penelitian tersebut diatas dapat dibandingkan dengan
penelitian yang sedang dilakukan peneliti saat ini yang berjudul Model
Komunikasi Antara BPLS dengan Masyarakat Terdampak dalam
Menyelesaikan Ganti Rugi. Dari kedua penelitian tersebut diatas memiliki
persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti saat ini,
metodenya sama-sama menggunakan metode kualitatif dan juga samasama meneliti tentang model komunikasi. Terdapatnya kesamaan berupa
objek dari kedua penelitian,dimana objek kedua penelitian adalah
masyarakat umum dan mudah dijumpai. Sedangkan dalam penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti ini menggunakan dua objek, yaitu pihak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

BPLS dan masyarakat terdampak, dimana para pengambil kebijakan BPLS
yang menjadi objek penelitian memiliki aturan jam kerja yang tidak pasti
yang tidak memungkinkan penulis menjumpai dalam satu waktu.
Sedangkan masayarakat terdampak yang merupakan masyarakat umum
yang bertempat tinggal di area sekitar Lumpur Lapindo yang sedang
menunggu ganti rugi dari BPLS. Oleh sebab itu penulis dalam penelitian
ini melakukan pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam ( in
depth interview) dimana peneliti melakukan wawancara dengan nara
sumber dengan jenis wawancara semistruktur (semistructure interview).
Permasalahan tersebut penting untuk diteliti karena hasil penelitiannya
akan sangat berguna bagi badan atau lembaga dalam menyelesaikan
masalah dengan khayalak disekitarnya atau mayarakat eksternalnya.

2.2

Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama makna. Kalau dua orang terlibat dalam
komunikasi dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau
berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.
Kesamaan bahasa yang dioergunakan dalam oercakapan itu belum tentu
menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum
tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain
mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapan.
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan, dan
politik sudah disadari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan
tahun lalu. Studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil.
Diantara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat,
yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland.
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap. Definisi Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan objek
studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum dan sikap publik yang dalam kehidupan sosialdan
kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Hovland mengatakan
bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication
is the process to modify the behavior of ther individuals).
Para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik
untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan Who Says What In
Which Channel To Whom With What Effect. Paradigma Lasswell menunjukkan
bahwa komunikasi itu memiliki lima unsur yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

1. Komunikator (communicator, source, sender)
2. Pesan (message)
3. Media (channel, media)
4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
5. Efek (effect, impact, influence).
Berdasarkan paradigma Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu. Lasswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi
ilmiah, bahka setiapunsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator
dinamakan control analysis; penelitian mengenai pers, radio, televisi, film, dan
media lainnya disebut media analysis; penyelidikan mengenai pesan dinamai
content analysis; audience analysis adalah study khusus tentang komunikan,
sedangkan effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang
ditimbulkan oleh komunikasi (Effendy, 1990;10).
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain sebagainya yang
muncul di benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastia, keraguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati
(Effendy, 1990; 11).
Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan
yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya,
yakni :
a. Dampak

Kognitif, yaitu yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya.
Pesan yang disampaikan ditujukan kepada pikiran komunikan.
b. Dampak Afektif, yaitu tujuan komunikator bukan hanya sekedar
supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan
perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira,
marah dan sebagainya.
c. Dampak Behavioral, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan (Effendy, 2012; 7).
Berikut

ini

adalah

beberapa

definisi

tentang

komunikasi

yang

dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut ;
1.

Car l Hovland, J anis dan Kelly, komunikasi adalah suatu proses melalui
dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam
bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orangorang lainnya (khalayak).

2.

Bernard Berelson dan Gar ry A. Stainer, komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dll.

3.

Harold Lasswell, komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan “siapa” “mengapa” “apa” “dengan saluran apa” :kepada siapa”

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

dan “dengan akibat apa” (who says what in which channel to whom and with
what effect).
4.

Barnlund, komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, memperthanakan
ego.

5.

Weaver, komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang
dapat mempengaruhi oikiran orang lain.

6.

Gode, komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula
yang dimiliki oleh seseorang menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
(Riswandi, 2009;1-2)

2.2.1 Fungsi Komunikasi
Robbert G. King memasukkan fungsi komunikasi kedalam ruang lingkup
ilmu komunikasi. Menurutnya, ada tiga fungsi dari proses komunikasi yang dapat
dijadikan acuan dalam setiap rancangan materi pesan yang ingin disampaikan.
Efek apa yang ingin dicapai diakhir proses komunikasi. Ada tiga fungsi
komunikasi yang ditemukan oleh King, yaitu :
a. Proses pengembangan mental (Development of Menthal Process)
b. Penyesuaian dengan lingkungan (Adjustment of Environment)
c. Manupulir lingkungan (Manipulation of Environment) (Lukiti Komala,
2009:138).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.2.2 Hambatan Komunikasi
1.

Gangguan
Ada dua jenis gangguan yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan
sebagai :
a. Gangguan Mekanik, yaitu gangguan yang disebabkan saluran
komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Yang termasuk
gangguan mekanik adalah bunyi mengaung pada pengeras suara
atau riuh hadirin atau bunyi kendaraan ketika seseorang berpidato
dalam suatu pertemuan.
b. Gangguan Semantik, yaitu bersangkutan dengan pesan komunikasi
yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring
ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak
kekacauan mengenai pengertian suatu istilah yang terdapat pada
komunikator akan lebih banyak gangguan semantik dalam
pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.

2.

Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya
memperhatikan

perangsang

yang

ada

hubungannya

dengan

kepentingan. Pihak yang berkepentingan biasanya tidak mengajukan
tanggapan dengan alasan yang sungguh-sungguh, tetapi seringkali
mengetengahkan argumentasi dan alasan tersembunyi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

3.

Motivasi Terpendam
Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan
orang lainnya dari waktu ke waktu dan dari temoat ke tempat,
sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya.
Demikianlah

intensitas

tanggapan

seseorang

terhadap

suatu

komunikasi.
4.

Prasangka
Merupakan suatu rintangan atau hambatan berat bagi kegiatan
komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apaapa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak
melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita
untuk menarik kesimpulan atas dasar wasangka tanpa menggunakan
pikiran yang rasional (Effendy, 1993; 45-49).

2.3

Model Komunikasi
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak,

dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut.

Sebagai alat

untuk menjelaskan fenomena komunikasi, model mempermudah penjelasan
tersebut. Menurut Sereno dan Mortensen dalam Deddy, suatu model komunikasi
merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya
komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan
menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata.
Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan model adalah analogi yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat, atau
komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.
Oleh karena kita memilih unsur-unsur tertentu yang kita masukkan dalam
model, suatu model mengimplikasikan penilaian atas relevansi, dan ini pada
gilirannya mengimplikasikan suatu teori mengenai fenomena yang diteorikan.
Model dapat berfungsi sebagai basis bagi suatu teori yang lebih kompleks, alat
untuk menjelaskan teori dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsepkonsep. Sehubung dengan model komunikasi, Gordon Wiseman dan Larry Barker
mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi: pertama,
melukiskan proses komunikasi; kedua, menunjukkan hubungan visual; dan ketiga,
membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Sedangkan Deutsch menyebutkan bahwa model itu mempunyai empat fungsi :
mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan), heuristik (menunjukkan
fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui), prediktif (memungkinkan
peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga yang kuantitatif yang berkenaan
dengan kapan dan berapa banyak), pengukuran (mengukur fenomena yang
diprediksi) (Deddy Mulyana, 2000:123).
2.3.1

Model Shannon dan Weaver
Salah satu model awal komunikasi dikemukakan Claude Shannon dan

Warren Weaver pada 1949. Model yang sering disebut model matematis atau
model teori informasi itu mungkin adalah model yang pengaruhnya palingkuat
atas model dan teori komunikasi lainnya (Deddy Mulyana, 2000; 137).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Model dasar komunikasi mereka menyajikan komunikasi sebagai suatu
proses liniear yang sede

Dokumen yang terkait

Tanggapan Masyarakat Dan Pemanfaatan Ganti Rugi Pembebasan Tanah Untuk Pelebaran Jalan (Studi...

1 46 3

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI WARGA JEPANG DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peran Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga Jepang di Surakarta)

1 17 181

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 3 12

PENDAHULUAN Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 2 24

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 3 13

MODEL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Model Komunikasi Antar Budaya Dikawasan Ampel Surabaya).

1 5 115

Proses Komunikasi dalam Masyarakat reza

0 0 7

Studi Deskriptif Kualitatif tentang Hambatan Komunikasi Fotografer dan Model dalam Proses Pemotretan

0 1 12

MODEL KOMUNIKASI DALAM PROSES NEGOISASI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Model Komunikasi Dalam Proses Negoisasi Antara BPLS Dengan Masyarakat Terdampak Dalam Menyelesaikan Ganti Rugi Lapindo)

0 0 22

PROSES KOMUNIKASI OMBUDSMAN DALAM MENYELESAIKAN KASUS PENGADUAN MASYARAKAT

0 0 258